Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Sisil: Pacar Yang Tidak Adil

Lanjut dengan pov Sisil atau tanpa pov Sisil?

  • Pakai

    Votes: 251 78,2%
  • Tidak

    Votes: 70 21,8%

  • Total voters
    321
  • Poll closed .
SEGMEN DAGDIG DUG 2

Masih bersama aku, Sisil Indarwati seorang perempuan cantik, manis, dan imut hihihi narsis dengan dada yang lumayan besar dan bulat. Ukuran dada memang dapat mempengaruhi seorang wanita dalam memikat pria, termasuk dadaku. Aku kadang malu tapi bersyukur dengan keadaan itu.

Setelah Nuran menjauh, aku akrab dengan teman kelasku, Anan namanya. Anan adalah anak yang memiliki postur tinggi melebihi teman sebayanya. Aku sering bermain bersamanya, tidak berdua tapi beramai-ramai. Aku selalu dibonceng olehnya ketika bermain ke tempat wisata beramai-ramai. Kita sangat dekat, namun sebagai teman tidak lebih. Jika harus jujur, aku sempat menyukai Anan. Selain karena dia ganteng, dia mampu membuat aku nyaman. Namun itu tidak lama karena aku naik kelas dan berpisah dengannya. Hubungan pertemanan kita pun ikut selesai.

Lalu aku beranjak naik kelas 2. Sehari-hari di sekolah aku selalu mengenakan jilbab menutupi dada. Ukuran payudara ku kala itu masih belum sebesar sekarang, namun tergolong besar di usia ku. Aku memiliki seorang pacar kakak kelas, di sekolah yang sama. Namanya mirip dengan mantanku yang pertama, Dana. Dana yang kali ini tampangnya lebih keren dan disegani di sekolah meskipun di masih ada yang lebih disegani tentunya. Mas Dana mampu menaklukan ku hanya dalam waktu 3 minggu. Dipikir-pikir itu waktu yang menurutku terlalu cepat untuk ukuran pdkt. Tapi apalah daya namanya juga cinta monyet.

Aku berkenalan dengan Mas Dana ketika dia sedang bermain futsal di jam istirahat. Sepanjang permainan dia menyempatkan untuk melirikku, padahal aku sama sekali tidak ada niat ataupun kelakuan yang mengundang dia untuk melirikku. Aku bukan pick me girl. Kalau mau dengan aku ya silahkan, aku tidak suka caper.

Untuk ukuran Mas Dana, dia kurang gentle. Dia mendapatkan nomor ku lewat temannya, bukan berusaha meminta padaku langsung. Sejak saat itu, aku dan Mas Dana intens komunikasi via WA. Setiap istirahat dia mampir ke kelasku untuk mengajakku jajan bersama. Kadang aku menolak kadang juga mau, tergantung aku ingin beli jajan atau tidak.

Waktu terus berjalan hingga saat istirahat dirinya tidak bermain bola, melainkan duduk bersama ku melihat teman-temannya yang bermain bola. Di saat itu dirinya menyatakan cinta padaku. Dia hanya tangan kosong saat menembak ku. Aku juga tidak mempermasalahkannya.

“Cil, mau ga kamu jadi pacarku?” Ucap Mas Dana lirih.

“iyaa mas, aku mau!”

Setelah itu kami resmi jadian. Aku sering di antar oleh dirinya saat pulang sekolah tapi tidak turun di depan rumah. Aku tidak mau orang tua ku tau kalau aku punya pacar. Ketika pagi kadang diantar ayahku, kadang aku bareng dengan temanku.
Lalu saat malam aku berjanjian dengannya untuk keluar berdua dengannya. Aku perlu effort yaitu jalan kaki menuju ke tempat dia menungguku. Aku memang yang menyuruhnya karena tidak mau dijemput di depan rumah. Aku keluar setelah isya pulang jam 9 tepat. Kegiatan itu hampir terjadi setiap hari saat awal jadian. Namun lama-lama berkurang seminggu 4-5 kali saja. Keluarnya juga fleksibel kadang setelah maghrib kadang setelah isya. Pulang sekolah tidak perlu dihitung karena memang setiap hari aku diantar olehnya. Dan memang pulang sekolah selalu langsung pulang ke rumah tanpa muter kemana-mana.

Di suatu malam di saat aku keluar dengan Mas Dana, dia mengajakku berkeliling sekitar rumahku dulu. Lalu dia melajukan motor ke kecamatan rumah Mas Dana tinggal. Rumahku dan Mas Dana beda kecamatan. Lalu aku diajak di sebuah kebun milik warga yang letaknya cukup jauh dari pemukiman warga. Jadi sedikit nostalgia dengan Mas Bahar hihi. Aku tidak menaruh curiga apapun kepada Mas Dana ketika aku dibawanya kesini. Tapi aku sudah berpikir aku akan diajak mesum olehnya disini. Dan aku sudah siap dengan hal itu. Baju ku saat itu baju lengan panjang dengan celana jeans dan tanpa hijab, padahal di sekolah selalu berjilbab menutupi dada bahkan hehe. Kemudian Mas Dana menstandar tengah sepedanya lalu duduk di atas sepedanya.

“sini sayang naik.”

“naik kemana mas?”

“sini kamu dudukin pahaku, kamu aku pangku.”

Tanpa menjawabnya, aku langsung menaiki paha mas Dana. Dia duduk menghadap ke jok dengan sepedometer sebagai sandaran punggunya. Lalu aku duduk di pahanya yang besar karena sering main bola. Ini adalah kali pertama aku duduk di paha cowo. Rasanya begitu nyaman dan kokoh. Mas Dana tanpa basa basi langsung mencium pipiku. Tanganku digenggam oleh tangannya. Aku diciumi dengan tangan digenggam. Aku tersanjung dan merasa nyaman. Rasanya seperti aku akan bersama dengan Mas Dafa selamanya. Kemudian dia melepas pegangan tangannya pada tanganku. Lalu tangannya berpindah ke pinggangku. Mas Dana bergantian mencium pipi kiri dan pipi kananku. Lalu berpindah mencium keningku. Bergantian antara ketiganya. Aku hanya bisa diam tidak mengerti harus apa. Lalu tanganku diarahkan menuju bahunya. Di kondisi itu aku dan Mas Dana saling menatap dan saling melempar senyum. Mas Dana seperti menghipnotisku hingga aku tidak malu menatapnya.

Tanpa sadar, wajah Mas Dana mendekat ke arah wajahku. Aku spontan menutup mata menunggu apa yang terjadi hingga aku merasakan bibir Mas Dana sudah menempel di bibirku. Berbeda ketika dengan Mas Bahar, kini aku tidak menoleh atau memalingkan wajah ke samping. Aku hanya diam ketika bibirku bertemu dengan bibir Mas Dana. Mas Dana mulai menggerakkan bibirnya, mengulum bibir bagian atasku sedangkan aku tanpa sadar mengulum bibir bagian bawahnya. Bibir kami saling mengulum dan memuaskan bibir pasangan masing-masing. Aku kaget karena ini adalah momen pertama kali aku cium bibir dengan cowo dan officially Mas Dana yang mengambil perawan di bibirku. Aku kaget dengan diriku sendiri karena aku bisa melakukan ini tanpa diajari. “Apakah ini sisi lain dari aku? Apakah aku mempunyai bakat seperti ini?” tanyaku dalam hati.

Mas Dana tak tinggal diam. Tangannya membelai rambutku dengan posisi kami saling mengulum bibir. Sedangkan tanganku secara spontan bergerak memegang kepala belakang Mas Dana. Mas Dana meneruskan ciumannya pada bibirku sambil membelai rambut dan memegang pipiku. Hingga ciuman kami sangat ganas dan aku melenguh karena keganasan aktivitas kami.

“mmhhh..” erangku.

“kenapa sayang?”

“gapapa mas.”

Kemudian setelah itu, kami berciuman kembali. Lalu tanpa terasa tangan Mas Dana sudah berpindah ke payudaraku yang sedari tadi menganggur.

“uhhh geli sayang.” Desahku karena merasakan geli karena remasan tangan Mas Dana di payudaraku.

“kamu nikmat sayang?” tanya Mas Dana.

“iyaa mas.”

Akhirnya ciuman kami selesai dan dia fokus pada remasan pada dadaku yang bulat ini.

“dada kamu gede banget sayang, enak banget remesnya?”

“uhh iya mas enak juga diremes sama mas.”

Variasi remasannya juga bergantian. Kadang Mas Dana meremas dengan lembut kadang kasar. Aku menikmati apapun yang dia lakukan. Aku menatap sayu wajahnya. Aku sudah sangat terbakar birahi. Lalu aku yang sekarang mengambil inisiatif mencium bibir Mas Dana. Mas Dana menerima ciumanku sambil tetap memainkan payudaraku.

“uhhhh mas gausa pulang ya disini aja.” Kataku padanya.

“eh iya sampai lupa liat jam”

Mas Dana melihat jam ternyata sudah jam 9 kurang 10 menit. Mas Dana mengajakku pulang. Aku sebenarnya tidak mau karena aku nyaman dengan aktivitasku barusan. Tapi mau bagaimana lagi aku tetap harus pulang karena jam 9 adalah batas waktu yang sudah ditentukan. Sebelum pulang aku kembali mencium bibir Mas Dana dan tangannya tetap sambil meremas dadaku. Aku sungguh menikmati permainan tangannya. Aku mencintaimu, Mas Dana. Aku merasakan ada yang basah di vaginaku. Tapi aku tidak tau sebab apa bisa membuat vaginaku basah.

Lalu akhirnya kami pulang dan aku di antarnya. Seperti biasa tidak sampai depan rumah. Di kamar aku mengingat kembali ciuman pertama ku dengan seorang cowo bernama Mas Dana. Mas Dana lah yang membuat aku merasakan nikmatnya percumbuan.

Hari-hari berikutnya masih sama kegiatan kami dan stuck di situ saja. Untuk tempatnya pun masih sama di tempat itu saja. Hingga memasuki bulan ketiga berpacaran ada sesuatu yang berbeda.
Di satu malam seperti biasa aku keluar dengan Mas Dana mulai dari setelah sholat maghrib. Setelahnya kami berputar-putar dulu sampai isya. Barulah setelah isya aku ke tempat ku melakukan percumbuan dengan Mas Dana.

Seperti biasa, Mas Dana menstandar tengah sepedanya lalu duduk di atas jok dan tanpa disuruh aku sudah duduk di pahanya. Tangan Mas Dana yang nakal sudah hinggap di payudaraku saat aku menaiki pahanya. Sambil aku berusaha naik, dia meremas dadaku sesuka hatinya. Aku membiarkan kelakuan Mas Dana ku yang nakal. Kemudian setelah aku sudah di pangkuannya barulah tangannya dilepas dari dadaku. Kemudian tanpa basa-basi wajah kami sudah mengerti apa yanh harus dilakukan. Wajah kami sama-sama maju dan bibir kami saling memagut. Kuluman bibirnya sangat aku sukai karena dia lihai sekali dalam mengulum bibir. Hingga Mas Dana membuat gerakan baru yaitu mengeluarkan lidahnya. Aku spontan melakukan hal yang sama dengan Mas Dana. Lidah kami saling menyapu dan menjilat, bergantian aku yang menjilat Mas Dana lalu Mas Dana menjilat bibirku. Lalu kembali mengulum bibir dan tentunya tangan Mas Dana yang memang tidak bisa diam meremas dan memainkan payudaraku dari luar. Saat itu aku mengenakan baju lengan pendek dengan celana jeans.

Gerakannya penuh variasi antara remasan lembut sampai kencang. Ciumannya juga tidak monoton pada bibir saja tapi juga pada pipi dan keningku. Lalu aku tidak menyadari bahwa salah satu tangan Mas Dana sudah berada di dalam baju ku meremas bongkahan payudara yang masih terbungkus BH. Itu pertama kali cowo memegang payudaraku mengenai kulitnya. Lalu tangan Mas Dana yang satunya juga menyusul masuk ke dalam. Kini kami berdua fokus dengan kejahilan tangan Mas Dana. Aku merasakan nikmat ketika tangan Mas Dana menyentuh kulit payudaraku. Diremas-remas payudaraku meskipun masih terbungkus BH.
Lalu satu tangan Mas Dana meraih baju bagian bawahku dan menariknya ke atas menampilkan belahan payudaraku. Aku yang kaget berteriak.

“Maaaaassssss.... Aku malu.”

“gapapa sayang ngapain malu kan mas pacarmu hahaha.”

“ya tapi kan malu aku mas susunya aku diliat mas.”
“malu apa malu hahah.”

“ihhhh nyebelin.”

“hahahaha.”

Itu adalah kali pertama payudaraku dilihat oleh seorang cowo. Setelah kekagetanku reda, aku seperti biasa saja ketika dadaku terpampang di depannya. Mas Dana memajukan wajahnya dan mendaratkan pada belahan dadaku.

“mmhhhh masss”

Geli sekali rasanya ketika wajahnya mendarat di dadaku. Tidak berhenti di situ, Mas Dana juga mengendus aroma payudaraku. Dia juga menciumi kulitnya. Rasanya merinding geli karena itu adalah pertama kali payudaraku diperlakukan demikian. Sambil menciumi dia juga meremas payudaraku bergantian.

“masss enak ternyataahh.”

“kamu kan udah dibilangin haha.”

“terusin ya sayang”
“iyaa cil hahaha.”

Lalu Mas Dana menurutiku untuk terus memainkan payudaraku. Hingga Mas Dana meminta izin padaku.

“aku angkat bh nya ya sayang?”

“iyaa sayang angkat aja.” Ucapku karena sudah terlalu menikmati permainannya.

Lalu BH ku diangkat dan memperlihatkan kedua payudaraku yang putingnya sudah mengacung karena rangsangan yang dilakukan Mas Dana tadi. Mas Dana terlihat mematung melihat payudaraku.

“baru kali ini liat susu langsung sayang. Makasih ya sayang.”

“jangan tinggalin aku ya mas.”

“iyaa sayangku cantikku.”

Dipuji cantik semakin meluluhkan hatiku. Tangan Mas dana akhirnya meremas kedua payudaraku tanpa penghalang lagi. Tangannya begitu lihai dalam bermain payudara. Tak butuh lama Mas Dana izin lagi padaku.

“aku jilat ya sayang.”

“tapi aku ga pernah.”

“ya makanya dicoba sayang biar pernah haha.”

“iyaa mas coba jilatin tapi jangan tinggalin aku ya.”

“iya sayang janji.”

Akhirnya setelah mendapat persetujuan, Mas Dana menjilati payudaraku. Officially Mas Dana adalah orang yang menyentuh payudaraku selain dengan tangannya, yaitu dengan mulutnya. Mas Dana menjilat mengulum serta mencupang payudaraku. Putingnya pun tidak luput dari jangkauannya. Mas Dana menjilati, mengulum, serta menggigit putingku.
https://www.imagebam.com/view/MEQGVIO

“auhhhhhh sakit mas.”

“maaf cil hehehe.”

“tapi kok enak mas hihihi gigit lagi mas.”

Mas Dana menggigit lagi putingku.

“auuhhhhhh.”

“sakit ya sayang?”

“iya mas, lagi agak kenceng.”

Kini sesuai perintahku, Mas Dana menggigit putingku dengan sedikit lebih kencang.

“aduhhhh mas.”

“maaf sayang.”

“gapapa mas, lagi lebih kenceng.”

Mas Dana lagi menuruti kemauanku, dan benar saja gigitannya kali ini begitu kuat.

“aaauhhhhhhhhh”

“duh kekencengan ya sayang.”

“duhh iya mas, hop dulu ngilu.”

“satunya engga juga sayang?”

“besok lagi mas ini ngilu banget sekarang.”

Mas Dana menuruti ku, tapi tangannya tetap bermain di payudara yang tidak ia gigit. Ada perasaan aneh ketika Mas Dana menggigit payudaraku tadi. Aku seperti lebih terangsang dan makin basah di bawah sana. Aku sungguh menikmati setiap gigitan yang diberikan olehnya. Sakit tapi sangat nagih. Akhirnya kegiatan malam itu kami tutup dengan ciuman bibir sambil tangan Mas Dana meremas kedua dadaku. Meskipun sakit tapi tetap enak kalau diremas.

Besoknya kami mengulangi kembali ke tempat itu lebih awal. Jadi tanpa muter muter dulu. Aku tidak sabar dengan perlakuan Mas Dana. Payudaraku sudah menantinya meskipun sisa kemarin masih terasa ngilu.

Seperti biasa ciuman bibir cium kening dan pipi adalah rutinitas awal dibarengi dengan remasan tangan Mas Dana di payudaraku. Lalu Mas Dana tanpa basa basi kini bukan sekadar mengangkat bajuku, melainkan melepasnya. Aku yang sudah hanyut dengan permainan lidah dan remasan tangannya hanya pasrah. Kini terpampanglah payudaraku yang masih terbungkus BH di hadapannya. Lagi-lagi kegilaan Mas Dana berlanjut. BH ku dibuat mainan di bagian talinya sehingga menimbulkan sensasi seperti dipecut.

“ctasssss” bunyi suarah tali bh ku yang memecut kulit bahuku.

“sakitt ihhh sayang.” Ucapku merengek.

“hahaha.” Mas Dana hanya tertawa.

Meskipun usil aku sangat mencintainya. Akhirnya setelah itu BH ku di lepas olehnya hingga aku bertelanjang dada di hadapannya. Aku sangat malu bertelanjang dada tanpa jilbab. Lalu Mas Dana memajukan wajahnya. Aku mengira dirinya akan menuju payudaraku, ternyata aku salah. Dia mencium leherku dengan sedikit sensasi mencupang. Aku terbuai dengan permainannya. Tangannya bergerilya dari dada perut pinggang punggung dan remasan pada bokongku.

Mas Dana perlahan turun ke dadaku mencium dada atasku sambil menghirup serta mencupang inchi demi inchi area di dadaku. Tangan satu sudah berada di payudaraku dan tentunya meremasnya. Kombinasi seperti itulah yang membuatku mengejang dan membuat vaginaku basah. Aku dirangsang hebat oleh Mas Dana tanpa ampun.
Sebelum berlanjut Mas Dana menyuruhku turun dari pangkuannya. Lalu dia juga turun dari motornya.

“kamu duduk terus sandaran sepedo meter sayang.”

Aku lalu menaiki motor dan bersandar pada sepedo meter. Mas Dana berdiri dan mendekat memulai lagi aktivitas yang sempat terhenti. Mas Dana mengulum payudaraku berserta putingnya secara bergantian. Tangannya membelai rambutku dan satunya membantu menopang tubuhku. Bergantian setelah membelai rambut juga meremas dadaku.
Lalu aku menyuruhnya menggigit putingku. Mas Dana menuruti kemauanku. Dia menggigit putingku yang sebelah yang kemarin tidak digigit. Berbeda dengan kemarin, sekarang dia inisiatif tanpa menunggu aku menyuruh menggigitnya dia sudah langsung menggigit secara berulang-ulang. Sensasi yang ditimbulkan membuat aku terbuai kenikmatan meskipun disertai ngilu. Di bagian puting kemarin yang sudah digigit kembali ia gigit. Sakitnya luar biasa.

“Auhhhhh sakit.”

Lagi dia menggigit.

“auhhh mas udah.”

Sekali lagi dia menggigit, kali ini cukup kuat.
“Auuuuuuuuuuuuuhhhhhhhhhhhh”

Tak terasa aku meneteskan air mata karena rasa sakit yang teramat. Mas Dana membiarkan ku mengambil nafas dan istirahat. Aku hanya memejamkan mata. Hingga tidak terasa..
Tangan Mas Dana memegang vaginaku dari luar celana. Aku yang sudah kehabisan tenaga tidak bisa melawan hanya mengeluarkan desahan yang lemah.

“ahhh mas jangan pegang.”

Bahkan dia sudah memegang saat aku mengatakan hal tersebut hihi. Aku pasrah tangannya memainkan vagina ku dari luar. Posisi masih sama seperti tadi aku bersandar di sepedo meter Mas Dana tetap berdiri. Melihat aku yang tanpa perlawanan, Mas Dana semakin nekat memasukkan tangannya ke celanaku. Hebatnya, tangan Mas Dana langsung menuju ke balik celana dalam alias langsung menyentuh vaginaku. Aku sekuat tenaga kali ini melawan.

“jangan kalo ini mas keluarin tangannya.”

“lebat ya sayang jembutnya haha.”

“udah mas keluarin tangannya.”

“tunggu hehehe.”

Tangan Mas Dana bergerak naik turun menggesek vaginaku dengan tangannya. Dia menyentuh bagian klitoris ku. Tanpa waktu yang lama aku seperti ingin pipis.

“maaaassss apa ini aku kebelet pipis.”

“keluarin sayang keluarin.”

“ahhhhh apa iniiiiihhhh.”

Akhirnya aku seperti bayi yang ngompol. Aku merasakan deras sekali vagina ku memuncratkan cairan orgasmeku. Celanaku basah kuyup karena memang dari tadi celanaku masih aku pakai. Jadi Mas Dana menyentuh vaginaku tanpa melihatnya. Rasanya aku akuin nikmat tapi untuk ukuran anak sekolah, memegang vagina secara langsung itu terlalu jauh. Setelah aku pulih dari orgasmeku, aku meminta pulang. Aku tanpa basa basi mengenakan BH ku dan bajuku. Mas Dan seperti bingung dengan sikapku. Tapi Mas Dana mau mengantarkanku pulang.

Setelah hari itu, aku dan Mas Dana merenggang. Aku hanya sesekali keluar dengannya dan tetap melakukan mesum tapi hanya sampai batas menjilat puting. Aku tidak ada gairah lagi untuk meminta Mas Dana menggigit putingku. Setelah 4 bulan pacaran akhirnya aku putus dengan Mas Dana.

Lalu aku mendapatkan pacar bernama Aldi. Aku dengan Aldi hanya sebatas pegangan tangan saja. Paling parah ketika di rumahnya dia meremas payudaraku, hanya sebatas itu. Setelahnya aku putus karena masih gamon dengan Mas Dana.

Beberapa minggu setelahnya, aku sempat balikan dengan Mas Dana. Aku lah yang mengajaknya balikan. Entah dia masih menaruh perasaan padaku atau tidak karena semenjak putus, dia tidak pernah chat aku atau isengin aku seperti pasangan lain pada umumnya. Mas Dana ternyata masih mau diajak balikan, dan akhirnya kami resmi jadian lago

Kami mengulangi lagi kegiatan mesum di tempat biasanya. Tapi kali ini sudah tidak ada kegiatan menelanjangi diriku. Aku pikir Mas Dana sudah berubah dan aku jadi bersyukur. Kegiatan yang kami lakukan sama seperti dulu. Kini kesukaan ku yang minta digigit putingnya pun kembali terealisasi. Kadang aku yang minta kadang Mas Dana yang berinisiatif.

Masuk pada minggu kedua pasca aku balikan dengan Mas Dana, kini dia berani mengajakku bermain ke rumahnya. Saat itu pulang sekolah dan aku tidak langsung pulang melainkan ke rumah Mas Dana. Saat sampai rumah Mas Dana, aku melihat rumahnya memanjang ke belakang khas orang desa yang tanahnya terkenal luas. Lalu aku duduk di sofa ruang tamu rumahnya. Mas Dana masuk ke kamar untuk berganti pakaian. Tidak lama Mas Dana memanggil ku untuk masuk ke kamar juga

"sayang duduk duduk di kamarku aja."

"apa ga ada orang di rumah?"

"ada tapi cuma ibuk aja di belakang sini masuk."

"tapi aku takut mas."

"udah gapapa sayang sini."

Akhirnya aku menuruti ajakannya dan aku pun masuk ke kamarnya. Kamarnya dihiasi oleh poster poster pemain bola dan tim kesukaannya. Lalu aku duduk di tepi kasur Mas Dana. Mas Dana saat itu memakai kaos hitam dan celana pendek. Lalu Mas Dana menghampiriku yang saat itu masih memakai seragam lengkap putih abu abu.

Tanpa banyak bicara, Mas Dana melepaskan jarum pengait jilbab yang ada di leherku lalu melepas jilbabku. Aku hanya pasrah dengan apa yang Mas Dana lakukan. Akhirnya jilbabku terlepas.

"seperti biasa kamu cantik banget sayang."

"kan pacarnya mas, kalo aku jelek ga mungkin mas mau kan hihihi."

"iya lah pacar aku harus cantik."

Lalu aku dicium di pipi sebelah kiriku pindah ke sebelah kanan. Diciumnya kedua pipiku secara bergantian sampai dia akhirnya mencium bibirku.

Seperti biasa aku selalu terbuai dengan permainan mulut dan lidahnya. Payudaraku sudah pasti tidak lepas dari jamahan tangannya. Mas Dana memainkan tubuhku sepuas hatinya. Aku hanya bisa pasrah dan melenguh manja di hadapannya.

"ahhhh shhh mhhh." desahku.

Lalu sambil tetap berciuman bibir, tangan Mas Dana membuka kancingku satu persatu dan melepaskan baju sekolahku itu. Lalu tersisa tanktop dan BH di bagian atas tubuhku. Ciuman kami sempat berhenti karena aku memberi nya ruang untuk melepas tanktopku. Setelah lepas tersisa BH ku yang masih menggantung menutup payudaraku. Mas Dana kembali mencium bibirku sambil membelai rambutku.

Setan dari mana yang membuat aku bertindak demikian, aku malah yang berinisiatif melepas kaitan BH ku di belakang, dana akhirnya terpampang lah kedua payudaraku di depannya.

"woww aku baru kali ini liat susu kamu di siang hari kayak gini, ternyata lebih indah dari yang aku bayangkan, putingnya mungil banget tapi memang aku suka yang mungil daripada puting besar kurang selera diliatnya. Tapi susunya harus besar heheh."

"ahhh jilat mas jangan banyak ngomong."

Akhirnya Mas Dana menjilati dadaku yang sudah terpampang di hadapan mukanya. Aku sudah sangat terangsang dengan permainan lidah Mas Dana. Sambil menjilati putingku, tangan Mas Dana seperti meraih kaitan rok di bagian punggungku. sepertinya dia akan melepaskan rok ku. Aku hanya pasrah dengan apa yang dia lakukan. Akhirnya terlepas dan diturunkan rok ku. Aku bantu dia melepas dengan mengangkat bokongku dari kasur.

Kini aku bertelanjang dada dan memakai celana pendek yang memang aku gunakan sebagai celana rangkap di balik rok. Kini aku direbahkan di kasurnya. Ciuman dan jilatan Mas Dana perlahan turun menuju ke area perutku. Lalu turun lagi hingga akhirnya dia sampai di pangkal pahaku. Mukanya sempat melirikku. Wajahku saat itu sangat sayu dengan apa yang dilakukan Mas Dana. Setelahnya Mas Dana mengendus dan menciumi vaginaku dari luar celana. Aku baru merasakan sensasinya ternyata sangat nikmat sampai terasa aku dibawa melayang olehnya. Lalu perlahan celanaku diturunkan, tapi aku tampak ragu.

"mmhhh jangan ya sayang udah gini aja." Ucapku.

"dikit aja sayang."

"iya udah mas ahhh."

Akhirnya celana ku beserta celana dalam ku sekaligus diturunkan. Sepertinya bulu kemaluan ku sudah terlihat olehnya.

"lebat ya sayang kenapa ga dicukur."

"uhhh aku suka lebat mas."

Tangan Mas Dana masuk ke dalam celana dalamku dan meraih vaginaku. Tangannya digesek ke vaginaku.

"ahhhh mas geli banget."

"ahh nikmatin ya sayang."

"heem mmhh mas."

Mas Dana membuka kaos hitamnya. Lalu dia ikut naik ke kasur dan menciumi bibirku sambil tangannya tetap menggosok bibir vaginaku. Aku sudah sangat terbakar birahi karena ulahnya.

"ahhh mass udahh. takut bablas."

Dia tidak menggubrisku. Aku panik kalau dia jngin mengambil perawanku. Aku lalu bangkit dari birahi dan mengambil posisi duduk sambil menaikkan celanaku

"kenapa sayang?"

"takut bablas."

"engga kok sayang."

"anterin pulang mas."

"ya deh."

Mas Dana sepertinya kecewa. Secinta apapun padanya, perawan ku akan aku jaga darinya. Lalu aku diantar pulang. Saat dia sampai di rumahnya aku diputuskan.

"Aku mau putus dari kamu sil."

"loh kenapa mas?"

"aku udah punya pacar."

"terus kenapa mas mau diajak balikan?"

"karena cuma kamu yang bikin aku sange pacarku sekarang tocil ga enak. eh ada kamu ngajak balikan yauda aku terima, akhirnya aku bisa mesum sama kamu siang siang indah banget tubuhmu wkwk. Jembutmu juga itu lebat bukan ga suka tapi kalo tipis mungkin lebih cantik, sayang banget tapi aku ga bisa liat memekmu haha harusnya tadi aku nekat aja pelorotin sampe bawah dan aku perawanin kamu haha."

Aku sakit hati membaca pesan dari Mas Dana tersebut. Aku hanya menyesali perbuatanku memilih balikan dengannya.

Saat berpapasan di sekolah Mas Dana juga membuang muka ketika bertemu. Sampai salah satu temannya pernah bilang padaku. "Kata Dana kamu sil hahaha." ucapnya. Aku malu mendengar ucapan itu. Tapi itu adalah ucapan pelecehan pertama dan terakhir yang aku dengarkan, setelahnya tidak ada pelecehan atau apapun dari teman Mas Dana. Aku benci Mas Dana tapi permainan lidahnya sangat aku suka.

Bersambung...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd