Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
47 - Ritual Penghapus Aib
Pov : Linda/ Ai Ling

MEL39IL_t.jpg

Mr. Raul

MEKWJBL_t.jpg

AiLIng

MEPZNL2_t.jpg

Elena dan Ayen

MEMBQQK_t.jpg

Asen / Rizal


Tidak terasa sebulan aku tinggal bersama Raul di apartemen mewahnya. Raul menunjukkan padaku sosok seorang pria sejati yang sesungguhnya. Sejatinya seorang pria tidak bisa dipandang dari etnisnya tapi dari kemampuannya membahagiakan wanita yang dicintainya. Raul di hotelnya biasa dipanggil Mr.Raul karena dia seorang lelaki keturunan India. Selama bersama pria ini, dia telah memberikan aku segala yang kubutuhkan baik secara lahir maupun batin. Banyak orang berpikir kalau aku ini istrinya, tidak jarang karyawannya menyapa aku dengan panggilnya nyonya. Rasanya aneh, tapi aku hanya tersenyum menerima saja seakan aku memang Mrs.Raul.

Menjadi Mrs.Raul rasanya enak juga. Aku menjadi pusat perhatian terutama buat para karyawan hotelnya maupun bodyguardnya. Itu semua gara-gara Raul. Selama di sini aku tidak membawa banyak persediaan pakaian. Raul membelikan aku banyak pakaian seksi. Model-model bajunya ada yang memperlihatkan bagian-bagian tubuhku, belahan payudaraku dan juga paha mulusku. Suka gak suka harus kukenakan untuk menghargai Raul dan ternyata sangat cocok denganku. Penampilan ******* sangat mengundang tatapan mesum para karyawan lelakinya mulai dari satpam, staf kebersihan kamar bahkan supir dan lainnya. Aku sampaikan perasaanku pada Raul, tapi kata Raul dia tidak masalah kalau aku diperhatikan bahkan digoda, asal jangan sampai mereka berani sentuh aku. Beberapa dari mereka bahkan berani mengodaku dan ada yang nekad menyentuh bokongku. Akupun hanya mendiamkan saja karena kasihan, kalau aku lapor ke Raul dia pasti akan dipecat. Lama kelamaan aku semakin menikmati tatapan mesum para lelaki malah aku merasa bangga dengan keindahan tubuhku yang terlahir sebagai wanita keturunan Tionghoa. Telah kutemukan natur diriku yang sesungguhnya yang senang memamerkan keindahan tubuh tanpa dibatasi norma budaya.

Penampilan ******* tentu saja mengundang nafsu Raul. Pakaian yang kukanakan adalah pakaian yang dapat dengan mudah dilucuti. Pernah Raul tidak sabar ingin bersetubuh denganku, pakaianku terlepas saat dalam lift. Untung lift ini memang lift khusus pribadi Raul yang langsung menuju ke kamar pribadinya. Hanya Raul dan aku yang dapat mengakses lift itu dengan kartu khusus. Aku dibawa masuk ke kamar pribadi kami untuk bersetubuh selama satu atau dua jam untuk meluapkan nafsunya.Sungguh aku kagum dengan keperkasaan Raul diatas ranjang.

Selalu saja ada kejutan dari Raul yang membuatku menjadi wanita yang seutuhnya. Kadang Raul sedang tidak disampingku karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan sebagai bos di hotel. Namun mendadak Raul bisa saja meneleponku katanya sedang menantiku dikamar. Sesampai di kamar, benar Raul sudah dalam telanjang, tubuhnya yang kekar berkulit gelap siap menerkamku. Dengan buas aku disetubuhi tanpa ampun seperti harimau yang menjadikan aku mangsanya dan akupun menikmati dimangsa oleh Raul.



Di hotel milik Raul, kami menikmati masa-masa indah bersama. Suasana romantis ini belum pernah disajikan oleh Afuk selaku suamiku yang sah. Hari- hari berlalu seperti berbulan madu yang takkan berakhir. Setiap hari kami bersetubuh bagaikan pengantin baru sampai aku melupakan status kami masing-masing sudah memiliki pasangan.

Suatu malam ditengah persetubuhan kami, Raul dihubungi istri dari India. Waktu itu Raul sedang melakukan peneterasi padaku saat handphonenya berdering. Karena cukup mengganggu persenggamaan kami malam itu, maka dengan terpaksa aku meminta Raul menghentikan genjotannya padaku agar menjawab telepon.

Raul berbicara dengan istrinya dengan bahasa Tamil yang tidak kupahami. Raut wajah Raul cukup serius saat berbicara. Aku membaringkan diri di ranjang menutup tubuh telanjangku dengan selimut. Sempat terjadi pertengkaran dalam pembicaraan Raul dari handphonenya, lalu mendadak pembicaraan itu ditutup. Raul kelihatan kesal dengan istrinya.

Akupun tidak berani bertanya apa-apa seputar pembicaraannya barusan dengan istrinya. Tidak ingin kucampuri urusan rumah tangganya. Namun Raul sendiri yang memberitahukan kalau bisnis yang diurus istrinya selama ini dalam masalah besar. Istrinya meminta dia kembali ke India, sekaligus menghadiri acara wisuda anaknya. Pada saat Raul bilang akan kembali ke Indonesia, Istrinya keberatan. Istrinya menghendaki Raul tinggal di India saja, sedangkan Raul lebih ingin tinggal di Indonesia. Sejujurnya akupun menghendaki Raul di Indonesia agar masa-masa indahku bersamanya terus berlanjut. Akhir kata dia menatap mataku dan bilang kalau alasan utama dia ingin di Indonesia karena ingin bersamaku.

Hatiku luluh mendengar alasannya. Malam itu aku kembali mengodanya agar persetubuhan yang tertunda dapat dilanjutkan. Gairah dalam tubuhku masih belum surut, aku masih ingin disetubuhi oleh Raul yang perkasa. Mendadak Raul bangkit untuk menyetubuhiku dengan lebih mengebu-gebu, antara amarah dan gairah berkecambuk menjadi satu memberi nikmat tiada taranya. Berbagai gaya bercinta kami lakukan. Sisi liarku turut mengimbangi permainan Raul yang ganas membuatku mengalami orgasme berkali-kali sampai akhirnya dia sendiri mencapai klimaksnya.

Malam itu, Raul tertidur lalap sedangkan aku masih memikirkan masalah Raul dengan istrinya. Keesokkan harinya saat Raul terbangun dengan berat hati aku menyarankan dia untuk kembali ke India untuk menemui keluarganya. Aku tidak ingin merebut Raul dari istrinya karena aku sendiri juga seorang istri. Kupahami bagaimana perasaan istrinya yang ada di sana yang sedang merindukan suaminya. Istrinya sungguh beruntung memiliki suami yang perkasa seperti Raul. Kurelakan kepergian Raul dan dia berjanji akan kembali lagi ke Indonesia namun tidak bisa memberiku tanggal yang pasti. Sejak itu aku bertekad untuk berusaha melupakan sosok lelaki yang pernah memberiku kebahagiaan selama sebulan ini.

Aku dan Raul masih punya 3 hari sebelum perpisahan. Selama 3 hari ini kami terus mengulang persetubuhan liar kami. Tiga hari terakhir ini semakin memberatkan aku untuk mampu melupakan dirinya. Suatu akhir persetubuhan kami, aku sempat menangis karena tidak ingin berpisah dengannya namun mencoba untuk tegar dalam pelukannya. Raul juga sempat berkata ingin membatalkan penerbangannya namun kutegaskan padanya untuk tetap berangkat. Akhirnya diapun berangkat dan aku harus kembali ke rumahku yang ada di kampung. Selama perjalanan aku sempat merasa bersalah terhadap anak-anakku karena sebulan meninggalkan mereka.

Sesampai di rumahku, aku terkejut melihat apa yang sedang terjadi. Rumahku dihadiri oleh para lelaki pribumi yang hampir semua tidak ku kenal. Anak-anak perempuanku semua sedang disetubuhi oleh mereka dan anakku Asen tidak mampu berbuat apa-apa. Bahkan aku sendiri terikut disetubuhi oleh salah seorang dari mereka yang terakhir kukenal Bapak itu bernama Pak Soleh.

Dikala aku ingin melupakan kenangan bersama Raul, seorang lelaki pribumi paruh baya yang dari perawakannya tampak religius menghampiriku. Malam itu aku seakan tidak kuasa untuk menolak setiap perbuatannya terhadapku. Tubuhku sepertinya dikuasai oleh suatu dorongan untuk menikmati setiap sentuhannya. Tidak tahu kenapa aku gak mampu menolak apa yang dia mau sampai rela disetubuhi berkali-kali. Dalam sekejap aku mampu melupakan Raul, seakan ada sosok lelaki yang tidak kalah perkasa sedang menjamah tubuhku. Malam itu aku seperti kehilangan kesadaran hingga rela dihamili olehnya di atas ranjang pengantinku.

Setelah aku mulai sadar dan akal sehatku dapat kembali berpikir, aku menyesal telah membiarkan Pak Soleh melepaskan spermanya dalam rahimku. Beberapa hari ini aku sangat kuatir. Bagaimana jika aku beneran hamil anak Pak Soleh. Apa yang akan kukatakan pada Afuk dan keluarganya maupun keluargaku sendiri. Bukankah ini aib yang sangat mempermalukan nama baik keluarga.

Pesan terakhir Pak Soleh, jika aku gak mau hamil darinya, dia memiliki ramuan anti hamil. Menurutnya, spermanya itu sangat subur dan mudah bikin wanita bunting. Dia sendiri mengaku kalau dia sudah punya banyak istri dan anak.

Ternyata yang kuatir bukan cuma aku, Elena dan Ayen temannya juga merasakan kuatir yang sama denganku sejak malam itu. Mereka datang padaku untuk meminta maaf telah membiarkan para kuli itu masuk ke rumah. Sebagai sesama wanita, kami bisa saling memaklumi dan menerima skandal malam itu. Biarlah ini menjadi rahasia diantara kami yang terlibat.

Setelah kuberitahukan bahwa Pak Soleh punya ramuan anti hamil, Elena dan Ayen juga ingin mendapatkan ramuan itu kecuali ci Velin. Berutung sekali Velin malam itu sedang tidak subur. Beberapa hari ini ci Velin mengeluh perih pada perutnya karena sedang datang bulan. Lelaki yang menyetubuhi Velin tidak berhasil menghamilinya. Aku turut merasa lega untuk Velin.

........

Hari minggunya, aku meminta Asen untuk mengantar aku berserta Elena dan Ayen menuju rumah Pak Soleh. Kata Asen dia tahu lokasi rumahnya. Berdasarkan info Asen bahwa Pak Soleh ini adalah anak dari seorang dukun terkenal di kampung ini, yang bernama Ki Jarwo.

Ayen mengendarai mobil kami dituntun oleh Asen. Kami menempuh perjalanan masuk ke dalam kampung melewat lahan sawit yang sudah tidak terurus. Semakin ke dalam suasana agak berubah. Kami melewati sebuah jembatan sungai, tidak jauh dari jembatan itu kami melihat ada tiga rumah yang jaraknya berjauhan terpisah oleh ladang. Salah satu rumah itu adalah rumah yang kami tuju.

MEQWI2J_t.jpg


Dari ketiga rumah kampung yang dapat kami lihat, rumah Pak Soleh yang paling luas. Di depan rumahnya terparkir sebuah sepeda motor. Bentuk bangunannya mirip rumah adat panggung yang cukup tinggi. Untuk mencapai pintu utamanya kami harus naik tangga.

Tok....tok....tok...!!! Permisi...!!

Tidak lama kami mengetuk pintu, keluarlah seorang ibu2 yang masih muda sedang mengendong seorang anak laki-laki mengenakan kerudung yang tampak kusut.

"Permisi mbak... apakah benar di sini rumah Pak Soleh..?? Tanyaku sopan.

"Betul Bu... " jawab ibu itu dengan tatapan bingung kepada kami. Mungkin dia merasa aneh terhadap kehadiran kami karena kami ini keturunan Tionghoa koq bisa masuk sampai ke kampung terpencil ini.

"Boleh kami bertemu dengan Pak Soleh...? Tanyaku.

"Eh.. iya sebentar aku panggilkan..." bergegas ibu itu masuk ke dalam tanpa mempersilahkan kami masuk. Terpaksa kami menunggu di depan pintu.



Beberapa saat kemudian ada seseorang yang keluar dari pintu rumah, rupanya itu Pak RT.

"Lohh... kebetulan sekali ketemu Bu Aling di sini...." sahut Pak RT sambil tangannya terulur menyalamiku.

"Iya koq bisa kebetulan sekali ya..." jawabku cangung karena Pak RT tidak mau melepaskan tanganku dari genggamannya.

"Biar Bu Aling tahu aja ya... itu rumah yang sebelah sana adalah rumah saya... jadi saya sering mampir ke sini..." jelas Pak RT.

"Oh yaaa... Bapak mau memberitahu ke Bu Aling sesuatu yang penting..." kata Pak RT serius.

"Banyak warga kampung kita khususnya para ibu-ibu menyampaikan pada saya... agar mengusir ibu dan keluarga untuk keluar dari kampung...." kata Pak RT.

"Haaahh...? kenapa begitu..?! aku terkejut mendengar berita ini.

"Ibu Aling tidak perlu kuatir... saya sudah tangani... saya sudah sampaikan ke para warga khususnya pada ibu-ibu yang protes itu bahwa kemaren malam itu saya sudah inspeksi ke rumah ibu... ternyata aman-aman saja... awalnya mereka masih tidak percaya tapi akhirnya mereka sudah bisa menerima penjelasan dari saya...banyak warga tokoh masyarakat di kampung sini yang mendukung agar ibu tetap boleh tinggal di kampung ini... salah satunya Pak Soleh dan Ki Jarwo... ada Pak Faiz bos bengkel truk dan si kepala preman itu Pak Imron... itu saja seingat saya...." jelas Pak RT.

"Emang nya ada masalah apa sampai kami harus diusir dari kampung ini...?! tanyaku masih belum bisa menerima keadaan ini.

"Begini... Bu Aling banyak digosip oleh warga sini... setiap kali Bu Aling ke pasar, banyak bapak-bapak atau suami-suami yang tergoda dengan kecantikan ibu... jadi para ibu-ibunya protes dengan keberadaan ibu di kampung ini.... setiap kali saya ke warung-warung kopi... pasti kami bapak-bapak ini suka omongin Bu Aling... tidak jarang pula kedengaran para ibu-ibunya... intinya para ibu-ibu kampung sini cemburu dengan Ibu.....begitu...."

"Itu salah Bapak-bapak kampung ini dong... bukan salah aku Pakkk.....!!! tegasku.

"Makanya itu Bu... saya sudah jelaskan ke mereka... akhirnya mereka bisa menerima dengan kepala dingin... jadi Ibu tetap diperbolehkan tinggal di kampung kita ini..." jelas Pak RT.

"Ya sudah Bu... saya mau masuk kantor dulu...kapan-kapan saya mampir ke rumah ibu lagi ya... hehehe...." pamit Pak RT dengan nada dan senyum penuh arti lalu pergi dengan mengendarai sepeda motor yang sedang terparkir itu.

Tidak seberapa lama, keluar lagi seorang wanita kampung yang lain yang usianya masih sepantaran dengan wanita sebelumnya.

"Oh maaf...ibu semua cari Pak Soleh atau Ki Jarwo...?? Tanya ibu kedua ini.

"Kami mau cari Pak Soleh mbak..." jawabku.

"Tumben... biasanya orang2 kota kalo ke sini carinya Ki Jarwo...tapi yang ini yang dicari berbeda.." kata Ibu kedua ini.

"Mari...silakan masuk dulu..." ibu ini melebarkan pintu lalu membawa kami berjalan menuju ruang tamu.

"Kalau cari Pak Soleh nunggu di sini ya... biasa kalau cari Ki Jarwo duduknya di ruang tunggu... siapa tahu mau nanya2 soal ramalan nasib atau mau pengobatan... kebetulan hari ini Bapak sedang tidak ada tamu..." katanya.

"Wah.. hebat ya Ki Jarwo itu... " pujiku karena merasa kagum.

"Beliau itu bapak mertua saya... Bapak sangat terkenal dengan kesaktiannya... banyak orang kota yang mencari beliau... tapi belum ada orang cina..." jelasnya.

"Kalau begitu, ibu ini istri Pak Soleh ya...? Tanyaku penasaran

"Betul Buu... saya istri ketiga mas Soleh, tadi yang bukain pintu itu istri keempat..." jelasnya.

"Wow... Pak Soleh hebat banget bisa punya istri lebih dari satu... ada berapa istri Pak Soleh..? Tanyaku penasaran.

"Menurut pengakuannya padaku dia punya lima istri... semua tinggal dalam rumah ini..." jawabnya.

Tiba-tiba dari belakang seorang kakek muncul dari belakang ibu kedua itu. Perawakannya kurus agak pendek, serta berkumis jenggot panjang putih mengkilap. Dia memakai penutup kepala peci bermotif seperti yang dipakai para dukun-dukun yang pernah kulihat di televisi. Ku yakin itu adalah Ki Jarwo.

Tanpa disadarinya lengan Ki Jarwo merangkul pinggul ibu itu dari belakang sampai mengejutkannya.

"Eh, Abahhh.... kejut-kejutin aku aja...lagi ada tamu nih...." ucap ibu itu.

"Ohh.. dek Rizal rupanya yang datang.... apa kabar nak....?!" sahut Ki Jarwo. Aku heran bagaimana Ki Jarwo bisa mengenal Asen.

"Baik Mbah...!! balas Asen.

"Kalau dari penglihatan Bapak yang sudah tua ini... Ibu ini pasti bunda kamu ya Nakk...?? tanya Ki Jarwo

"Betul Pakk...ehh....Mbahhh...!!! Saya Ai Ling mamanya....." jawab ku gugup.

"Hmmm....kalau nona muda berdua itu siapa...?? tanya Ki Jarwo.

"Mereka anak saya juga mbah..." jawabku.

"Lohh...... tapi kenapa gak mirip Buk Lingg...? tanya Ki Jarwo seakan mencium kejanggalan.

"Iya, yang ini anak tiri saya namanya Elena.... satunya lagi temannya Ayen..." jelasku.

"Temannya atau pacarnya...?! tanya Ki Jarwo

"Temannya dong... masa pacar, kan sama-sama perempuan mbahh...." jawabku

"Ibu bohong ya... jelas dimataku kalau mereka ini sedang pacaran sesama jenis...." ucap Ki Jarwo sedikit terbawa amarah.

"Masa sih mereka pacaran..?! tanyaku tidak habis pikir.

"Iyaaa Maaa... jujur kami memang pacaran..." jawab ci Elena dengan kepala tertunduk. Hebat sekali Ki Jarwo bisa membaca rahasia yang belum diungkapkan.

"Betul kan apa kata saya.... tidak ada yang bisa membohongi saya...." tegas Ki Jarwo membuat kami semua terdiam.

"Kalian semua mau cari anak Abah...?? Anak saya Soleh sedang sibuk menjalankan tugasnya sebagai suami..." kata Ki Jarwo.

"Maksudnya gimana Mbah...? tanyaku.

"Begini lo Bu... mas Soleh sedang bersetubuh dengan istri keduanya di kamar dan tidak boleh diganggu sampai selesai...." jelas mbak Siti.

Ki Jarwo menerawang kami semua, menatap kami satu per satu.

"Saya melihat Cik Ling ini yang sangat menyedihkan....betul-betul miris...." kata Ki Jarwo sambil menatapku.

"Kenapaaa Mbah bisa berkata seperti itu....?? tanyaku penasaran karena dia tahu bahwa perasaanku yang terdalam memang sedang bersedih karena Raul telah meninggalkanku.

"Jadi sambil nunggu kalian ikut saja ke ruang ritual saya...." ajak Ki Jarwo dan kamipun mengikuti usulnya. Kami mengikuti langkah Ki Jarwo menuju ke ruang ritualnya sambil melihat suasana rumahnya.

Rumahnya cukup terang dan luas. Kami berjalan lewati beberapa pintu kamar dengan penutup kain yang tergantung. Di ruang tengah tampak banyak anak-anak yang sedang bermain dan ada yang menangis. Di antara anak-anak itu ada dua ibu-ibu berkerudung yang menjaga anak-anak itu, salah satunya ibu yang tadi membuka pintu buat kami. Aku yakin ibu-ibu itu adalah istri Pak Soleh.

Masuk lebih kedalam kami menjumpai kamar besar. Semakin mendekati kamar itu, semakin kedengar suara desahan seorang wanita. "Aaaahhh...aahhh....aaaahhhh...."

"Itu kamar anak Abah.... dia sedang menunaikan ritual bersama istrinya... jadi tidak boleh diganggu...." kata Ki Jarwo.

Makin ke belakang penerangan rumah ini makin berkurang. Tibalah kami di ruangan yang paling dalam dari rumah ini. Suasana ruangan ini terasa nuansa mistisnya. Ruangan itu cukup luas namun tidak memiliki jendela. Hanya sedikit sinar matahari yang masuk melalui cela-cela ayaman bambu. Dinding ruangan sebagian besar dilapisi dengan kain berwarna hitam dan merah. Banyak benda-benda keramat terpajang di sana. Pada langit- langitnya tergantung banyak benda-benda berbentuk aneh yang tidak kupahami artinya. Bau-bau bunga dan kemenyan begitu kuat tercium pada hidungku. Selain itu bau tanaman hutan diiringi suara serangga turut mempengaruhi suasana mistis dalam ruang itu.

"Silakan duduk...." Ki Jarwo mempersilakan kami duduk di lantai yang telah dilapisi karpet.

"Abah tahu kalau cik Ling adalah wanita yang sangat beruntung sekaligus menyedihkan...." kata Ki Jarwo.

"Maksudnya apa Mbah...? tanyaku

"Cik Aling beruntung karena terlahir dengan kecantikan tapi menyedihkan sekali belum bisa menemukan lelaki yang mampu memberi kebahagiaan.... bahkan suaminya sampai tega mengkhianati.... " jelas Ki Jarwo sambil mengelengkan kepala.

"Mengkhianati gimana Mbahh...? tanyaku penasaran

"Ohhh anda belum sadar rupanya...?! Supaya lebih jelas apakah kalian ada yang bawa sesuatu barang yang pernah dipakai suaminya....?? tanya Ki Jarwo. Setelah kami berpikir sejenak, Asen bilang kalau jaket yang sedang dikenakannya terakhir pernah dipakai Afuk. Ki Jarwo meminjam jaket itu lalu meletakkan di lantai. Dia meletakkan diatas kendi yang membakar kemenyan hingga asapnya mengenai jaket itu sambil mengucap mantra.

"Nahhh....!!!! Para jin telah memberitahukan kepada Abah... suami cik Ling saat ini sedang menjalani hubungan dengan seorang wanita... mereka bahkan sudah sering bersetubuh..." papar Ki Jarwo

"Benarkah begitu Mbah....?! tanyaku seakan sulit percaya bagaimana dia bisa tahu.

"Benar apa kata Mbah... aku pernah lihat foto Papa dengan wanita itu di handphone Papa.... dari chatingan nya aku tahu Papa sudah selingkuh Miii...." jelas Asen.

"Kenapa sekarang lu baru kasi tahu Mama....??? tanyaku

"Iya Miii... aku gak mau bikin Mama sedih... lebih baik aku diam saja...." kata Asen.

"Maaa... maafin Papa aku ya... tidak kusangka Papa bertindak sampai sejauh itu...." kata Elena ikut perihatin.

"Jadi bagaimana..?! Apa yang maunya cik Ling Abah lakukan terhadap suaminya... Abah bisa kirim santet ke suami biar dia kapok... hahahaha..." kata Ki Jarwo. Kutatap wajah Asen dan Elena yang turut merasakan kesedihanku. Bagaimana mungkin aku tega mencelakakan papa mereka.

"Gak apa Mbah... biarkan saja...mungkin suamiku tidak bahagia mendapatkan istri sepertiku... biarlah dia bahagia di sana bersama wanita itu..." kataku. Asen dari belakang mengosok punggungku untuk memberiku ketenangan. Begitupula Elena yang ikut merangkul aku dari belakang.

"Hahahaha... istri malang yang baik hati... ya sudah kalau itu memang keputusannya..." kata Ki Jarwo.

"Kalau boleh tahu...apa tujuan kalian mencari anakku Soleh...?? tanya Ki Jarwo

"Begini Pak... beberapa hari lalu Pak Soleh memberitahuku kalau dia punya ramuan untuk membatalkan kehamilan... jadi kami kesini untuk meminta ramuan itu..." jelasku

"Dari penjelasannya sepertinya cik Ling sudah disetubuhi oleh anakku... betul kan...!? ucap Ki Jarwo sambil tersenyum.

"Emmm...iya sih Mbahh... tolong berikan ramuan itu... soalnya aku takut hamil..." pintaku.

"Sini coba anda posis berlutut... supaya kusentuh rahimnya....." perintah Ki Jarwo. Aku menurutinya, telapak tangannya yang kasar menyentuh perutku menutupi pusarku untuk beberapa saat.

"Hahaha... ketakutan cik Ling tepat... dalam rahim ini ada bibit cucu Abah.....!!! girang Ki Jarwo tapi sekaligus membuatku makin kuatir.

"Coba sekalian periksa rahim kami Mbahh..." sambung Ayen

"Kalian kenapa...?! Apa kalian juga digenjot sama orang...?! ledek Ki Jarwo

"Iya Mbahhh... tolong periksa kami...! pinta Ayen yang juga berlutut mendekati Ki Jarwo supaya diperiksa olehnya. Menyusul Elena juga mengikuti Ayen, maka Ki Jarwo meletakkan tangan keriputnya di perut mereka.

"Sama...!!! Rahim kalian sudah berisi..." kata Ki Jarwo. Perkataan Ki Jarwo itu membuat kami bertiga sebagai wanita semakin kuatir dan kami saling merangkul.

"Abahhh...!!!! tiba-tiba sahut Pak Soleh dengan telanjang dada masuk ke ruang itu bersama seorang wanita yang kuyakin istri yang baru saja disetubuhi olehnya. Tampaknya wajah istrinya itu agak kelelahan masuk ke ruang ritual dengan mengenakan sarung menutupi dadanya.

"Ohh... kamu selesai Nak menjalankan ritualmu...? tanya Ki Jarwo.

"Sudah Bahhh..." jawab Pak Soleh. Lalu dia memberikan perintah ke istrinya: "Cepat mendekat ke Bapak...!!!

Wanita itupun mendekati Ki Jarwo, dengan ragu dia melepaskan ikatan sarung yang menutupi tubuhnya sambil melirik ke arah kami. Setelah sarung itu terlepas, wanita itu dengan tubuh telanjang berlutut di samping Ki Jarwo. Dengan tenang Ki Jarwo mencelupkan tangannya ke sebuah tempayan berisi air kemudian menyentuh vagina wanita itu sekalian meraba perutnya sama seperti yang dilakukan pada kami.

"Bagus...!!! Jaga baik-baik cucu Abah dalam rahimmu ini....!!! Sekarang kamu boleh pergi..." kata Ki Jarwo, maka wanita itu mengenakan kembali sarungnya, setelah menutupi tubuhnya lalu keluar dari ruangan itu.

"Nakk... ini orang-orang cina ingin minta ramuan... jadi kita berikan saja supaya mereka ini senang.... " kata Ki Jarwo pada Pak Soleh.

"Iya Bahhh...." jawab Pak Soleh sedikit menunduk tampak begitu menghormati Ki Jarwo yang adalah ayahnya.

"Encik2 semua... Abah akan berikan ramuan itu... tapi ramuan itu harus dikasi mantra agar bekerja dengan baik... terus ada menggunakan...nanti Abah akan ajarkan..." jelas Ki Jarwo membuatku sedikit merasa tenang. Pak Soleh mengambil sebuah botol berisi cairan berwarna coklat kehitaman lalu memberikan kepada Ki Jarwo. Botol itu diangkat Ki Jarwo sambil mantra dilantunkan selama kurang lebih 5 menit. Di depan Ki Jarwo terdapat sebuah wadah kecil seperti cangkir, dituangkan cairan itu sedikit. Kami semua disuruh minum cairan itu memakai wadah yang sama secara bergantian. Rasanya agak aneh, antara asin, pahit dan manis. Baunya juga begitu menyengat. Tidak jelas dari bahan apa cairan ini dibuat, dengan terpaksa kami semua meminum dengan muka yang masam demi kebaikan di waktu mendatang.

"Dek Izall... kamu tidak ada urusan dengan ritual ini... jadi kamu duduk dulu di samping saja Nak.... kamu boleh lihat dari sana..." kata Ki Jarwo dan Asen pun pindah duduk menjauh dari kami yang masih duduk bersilah.

"Dulu Abah punya pasien orang cina yang mirip seperti cik Ling... orangnya tidak kalah cantik... nasibnya juga mirip... bedanya dia tidak sebaik Cik Ling yang melepaskan suaminya... Dia minta Abah bikin suaminya jadi lemah syahwat sehingga suaminya tidak bisa macam-macam..." jelas Ki Jarwo

"Sejak itu, Abah semakin paham sama wanita cina... makanya Abah tahu wanita-wanita cina itu biasa dipanggil Encik..." lanjut Ki Jarwo.

Sambil mendengar cerita Ki Jarwo, tubuhku rasanya menjadi gerah dan perasaanku menjadi gelisah. Keringatku makin deras bercucuran apakah mungkin karena suhu udara ruangan ini yang panas. Yang paling aneh, payudaraku rasanya mengeras bergitupula dengan vaginaku. Rahimku seperti ada kedutan sampai ke area dalam rongga vaginaku. Aku berusaha untuk tetap tanang, tapi reaksi dalam tubuhku tidak mampu menutup gerak gerik ku. Kulirik ke arah Elena dan Ayen, ternyata mereka juga tampak gelisah namun tidak berani bersuara.

"Baiklah Encik2 semua... sudah waktunya Abah tunjukkan caranya...." sahut Ki Jarwo dan kamipun bersiap-siap menanti perintahnya. Pak Soleh pun memberikan kami masing-masing kain putih.

"Kalian cepat lepaskan celana kalian lalu berbaring sejajar diatas kain putih ini...!!! perintah Ki Jarwo. Mendengar itu kami saling memandang karena ragu mendengar perintahnya. Sebagai wanita, kami pasti merasa risih malu mengikuti perintah itu.

"Kenapa ?! Kalian gak mau sembuh...?! kenapa gak lakukan perintah Abah...?! tegas Ki Jarwo

"Iya Pakk tapiii....kami malu Pakkk...." kataku.

"Malu apanya...?! Kalian pikir Abah ini gak pernah lihat memek sampe harus malu...?? ucap Ki Jarwo agak kesal. Dengan terpaksa kami mengikuti maunya. Kami semua memakai celana hotpants yang modelnya mirip, hanya beda warna. Tadinya hanya paha mulus kami yang kelihatan, kini seluruh area bawah kami tidak terlihat oleh Ki Jarwo.

Kami berbaring sejajar dan meletakkan kain putih di bawah bokong sambil sesekali mengangkat kepala melihat ke arah Ki Jarwo. Karena merasa malu, kami berusaha menutup kemaluan kami dengan tangan. Tanpa sadar malah kami menejamkan mata sambil mengelus kemaluan kami sendiri, karena vagina ku rasanya begitu gatal. Bibir vaginaku mengeras dan agak menebal.

Aku keenakan mengosok vaginaku sendiri, sedangkan Elena dan Ayen saling mengelus vagina mereka.

Saat kulirik ke arah Ki Jarwo dan Pak Soleh yang berdiri di belakangnya, mereka memandang gelagat kami dengan tenang dan tersenyum. Ki Jarwo mulai berdiri dari posisi duduknya melangkah mendekatiku di samping.

"Hehehe... enak ya Cikk..?! Sini Abah bantu..." ucap Ki Jarwo. Telapak tangannya yang kasar mulai mengusap paha mulusku. Tanpa sadar kulebarkan selangkanganku. Tangannya menjalar mendekati vaginaku. Kubiarkan Ki Jarwo mengelus vaginaku yang sudah gatal dengan jari tangannya yang berkulit kasar. Ohhhh...rasanya nikmat sekali. Kedua tanganku menyambut tangannya yang memainkan vaginaku yang sudah mulai basah. Jarinya dicelupkan kedalam liang vaginaku langsung menyentuh klitorisku.

"OOOOOUUUHHHH.....Abaaahhhh.....enaaaaaaakkkk sekaliii.......aaaahhhh.....aaaahhh...." aku mendesah tidak bisa menyembunyikan sensasi nikmat yang diberikan dukun kampung ini.

Sempat kulirik ke Elena dan Ayen, ternyata Pak Soleh di posisi tengah antara mereka sedang mencolek vagina mereka bersamaan dengan kedua tangannya sekaligus.

"Aaaaaahhh...terussss Pakkkk...lebihhh dalam lagggiii Pakkk....ooohhhh...." suara Ayen yang keenakan dikerjai Pak Soleh. Begitu pula dengan Elena hanya mendesah menikmati namun tidak seagresif Ayen. Suara desahan kami saling bersahutan memenuhi ruang mistis ini.

"Sekarang Nakkkk....!!!! sahut Ki Jarwo memberi aba-aba ke Pak Soleh. Mendadak kocokan Ki Jarwo pada vaginaku menjadi kencang, begitu pula dengan Pak Soleh.

Desahan kami berubah menjadi teriakan menahan kenikmatan ini.

"AAAAAAAHHHH....BAAAAHHH......AAAAHHHH......!!!!"

"Paaaaakkkkk..... ooooohhh Paaaaaaaakkkk.....terussssss lebihhh kencangggg Pakkkkk......!!!!!

"Aaaaaahhhh....aaaahhhh....eannnnkkkk Pakkkk....!!!!

Hebatnya lagi kami mendapatkan orgasme secara bersamaan, dengan serentak pula kami semua mengerang menahan nikmat tiada tara ini. Bagaimana mungkin bisa sampai begitu kebetulan. Mungkin ini kekuatan gaib sang dukun dengan anaknya.

Aku sedikit kelelahan setelah orgasme, tapi berbeda persetubuhan yang disebelahku. Elena dan Ayen malah melepaskan pakaian dan bra mereka hingga telanjang bulat. Mereka menurunkan celana Pak Soleh hingga penisnya yang hitam panjang itu mencuat keluar. Mereka berebut penis Pak Soleh dan menjilat bergantian dan meremas payudara mereka sendiri. Merekapun diajak Pak Soleh sedikit berpindah tempat menjauh dariku dan Ki Jarwo tapi masih dalam ruangan yang sama.

Memang setalah orgasme, birahi ini belum mau surut sedikitpun malah semakin memuncak. Sejujurnya akupun ingin melanjutkan dengan persetubuhan di ranjang.

"Cik Lingggg... cepat lepaskan pakaiannya biar Abah entot di sini...." pinta Ki Jarwo.

"Iya Abahhh... entot Ai Linggg sekaranggg...." kuungkapkan jujur keinginanku Ki Jarwo sambil melepaskan kaos oblong ketat yang kukenakan dan juga Bra ku.

"Tubuh cik Ling ini sangat indah...lelaki manapun akan suka mengauli kamu Cikk...." puji Ki Jarwo

"Termasuk Abah dong kalo gitu..."balasku.

"Hahahaha... tentu saja... Abah biar tua tapi Cik Ling gak perlu kuatir dengan keperkasaan Abah...." tegas Ki Jarwo sambil melepaskan seluruh pakaian dukunnya. Benar-benar tidak kuduga, lelaki tua bangka ini punya penis yang begitu panjang.

"Coba Cik Ling sentuh kontol Abah ini...." kata Ki Jarwo mengenggam jemari tanganku mendekat ke penisnya. Sangkin bersemangat aku mengenggam penis Ki Jarwo, ternyata memang masih keras perkasa.

"Berani sekali Cik Ling ini... Abah suruh sentuh tapi berani menggenggam kontol Abah..." kata Ki Jarwo

"Maaaff Baaahhh.... gak sengaja..." jawabku.

"Tidak apa Cikk...Abah juga senang... sudah lama kontol abah tidak disentuh oleh wanita cina seperti kamu ini.... " kata Ki Jarwo

"Buka memek lu Cikk...biar kontol Abah bisa bersarang di mamek cina milik Cik Ling...." ucap Ki Jarwo

"Tapi aku gak mau hamil looo...." kataku

"Soal itu Cik Ling tenang saja... tadi Cik Ling sudah minum ramuan Abah... sekarang rahimnya sudah bersih... coba lihat kain ini..." kata Ki Jarwo menunjukkan kain putih yang tadi kuletakkan bokongku.

"Ihhh koq ada bercak merah kayak darah....?! tanyaku terkejut.

"Ini artinya isi dalam rahimnya sudah keluar... sekarang sudah aman...." kata Ki Jarwo membuatku merasa tenang.

"Berarti setiap kali aku kemasukan sperma... aku harus minum ramuan Abah baru keluarinnya lewat cara orgasme begitu ya....? tanyaku supaya jelas.

"Betul sekali... sekali ramuan Abah diminum bisa tahan sehari...selama satu hari ini cik Ling bebes dientot gak bakal hamil... kalo takut hamil... cik colek2 aja memeknya sampe keluar lendir merahnya banyak2... pasti sudah aman..." jelas Ki Jarwo.

"Ihhh...warnanya merah rasanya kayak aku masih perawan aja....hahaha..." candaku.

"Hahaha... sini coba Abah mau merasakan memek Cik Ling... biasanya memang memek cina itu kayak karet... dientot kontol besar tetap bisa ketat... biar sudah pernah sering dientot tapi rasanya tetap seperti perawan...hehe..." puji Ki Jarwo.

"Sok tahu lu Bahhh... " belasku.

"Abah tahu..dulu pasien Abah yang orang cina itu sering Abah entot... makanya Abah yakin memek cina itu enak kalo dientot..." kata Ki Jarwo dengan yakinnya.

"Sini Abah cobain memek Cik Ling...." kata Ki Jarwo sambil penisnya mencoba menerobos rongga vaginaku.

"Aaaaaarrrhhhh.....!!!! erangku menyambut kontol tua Ki Jarwo yang besar panjang ke dalamku sampai mentok.

"Tuhhh... benar apa kata Abah... rasanya masih enak kayak perawan... bentuknya mungil tapi bibirnya tebel... beda rasanya dengan semua menantu Abah ini..." kata Ki Jarwo.

"Emangnya Abah pernah main sama semua istri Pak Soleh...? tanyaku tidak percaya kalau itu memang benaran.

"Pernah Cik Ling... karena semua istri Soleh itu mantan pasien Abah yang sudah bertekad pergi dari suaminya baru Abah kawinkan dengan anak Abah... jadi Abah berhak mencicipi satu per satu menantu Abah...." jelas Ki Jarwo.

"Emangnya istri Abah kemana...?? tanyaku ingin tahu.

"Istri Abah sudah tiada... istri Abah sekarang sudah menjadi pengantin para Jin... istri Abah inilah yang mengirimkan wanita-wanita janda untuk dijadikan istri untuk anak Abah... jadi Abah sebagai suami berhak juga wajib memberi nafkah lahir batin untuk semua menantu sampai mereka terpuaskan.... " jelas Ki Jarwo dengan percaya dirinya.

"Abahhh... Aling juga mau dipuaskan Abah sekarang juga...." ucapku manja pada Ki Jarwo.

"Hehehe... wanita cina memang binal... Abah suka wanita nakal begini.... uuuuhhh....uuuuuhhh...." ucap Ki Jarwo menyentakkan penisnya yang sudah masuk dalam kemaluanku. "Aaaaaaarrrgggghhhh....!!!!

"Enak bukan kontol Abahhh....? ! ? Uuuuuuhhhh.....uuuuhhh....!!! Lagi-lagi penisnya disentak keluar masuk beberapa kali lalu berhenti lagi.

"OOooouuuuhhh.....enaaaaakkk Baaaahhh.....enakkkk....!!!! jawabku.

"Cik Linggg akan kupuaskan seperti menantu Abah itu..... " kata Ki Jarwo mulai mengoyangkan pinggulnya yang agak kaku karena usia.

"Aaaaaahhh....iyaaaa Baahhh... iyaaaa.... terusssinn Abahhh...terussss....ooohhh....!!! erangku.

"Abah remas teteknya ya Cikkk..." kata Ki Jarwo. Kurasakan telapak tangannya yang kasar meremas-remas buah dadaku yang mulus dan cukup besar ini. Kusambut remasan dengan mengenggam pergelangan tangannya yang kurus keriput tapi remasannya masih kuat mencengkram payudaraku. Jemari tuanya memainkan putingku yang sudah keras sejak tadi. Sensasinya geli dan nikmat sekali.

Sembari aku digenjot Ki Jarwo, sampai kepalaku terdongak keatas. Sekilas kulihat Asen anakku sedang asik menyaksikan aku disetubuhi dukun.

"Aaaaahhh..aaaaahhh.... Seeeennnnn......" tubuhku semua tidak berkutik disaat aku sedang digenjot. Tapi kepalaku berputar mencari kearah posisi duduk Asen.

"Seeeeennnnn....maaaafiinn Mamiii....!!!! aaahhh...aaaaahhhh.....!!! sahutku kepada Asen.

"Gak apa koq... Mami nikmati saja dientot sama Mbah Jarwo...." jawab Asen.

"Aaaaahhh....aaahhhh... luuu gaaakk maaarraaahhh kannn...?!! tanyaaku

"Gak Miii... ngapain Asen marah..?! Asen suka lihat Mama dientot sama Ki Jarwo..." kata Asen.

"Benarkahhh...?! Lu suka mama dimainin sama orangggg....?! aaahhh...aaahhh...?! tanyaku

"Benar Miii... Asen suka lihat Mama dientot sama laki-laki pribumi yang perkasa.... hehehehe....!!! jawab Asen.

"Ok Sennn... nikmatiii Sennn.... liat Mama dientot sama dukun kampung ini sayanggg... burungnya pribumi enaaakkk sayanggg.... aaaahhhh...aaaahhh....!!! sahutku.

"Memek cina bunda dek Izal juga enakkk... kontol Abahh suka dijepit sama memek ini nakkk.....aaaaahhh..." ucap Ki Jarwo

"Terusin Mbahh... entot aja mama Izal sampe Mbah puas...!!! " seru Asen. Mendengar pernyataan Asen, aku semakin menikmati anakku sendiri menyaksikan aku disetubuhi oleh Ki Jarwo.

"Miii... cici dan Ayen juga lagi keenakan dientot sama Pak Soleh... hehee...!!! kata Asen.

Penasaran dengan keadaan Elena dan Ayen, kuarahkan pandanganku pada mereka. Pak Soleh sedang mengenjot Ayen yang terbaring di bawah, di saat yang sama Elena meletakkan selangkangannya pada muka Ayen agar dijilat dan payudaranya di isap oleh Pak Soleh. Posisi mereka bagai segitiga.
Kurang lebih hampir sejam aku disetubuhi Ki Jarwo. Spermanya kubiarkan masuk ke vaginaku tanpa rasa kuatir. Ramuan Ki Jarwo menjadi aku tidak bakalan hamil. Selangkanganku berlumuran lendirku yang berwarna kemerahan akhir meneguk ramuan mujarab anti hamil buatan Ki Jarwo.

Ki Jarwo selesai menyetubuhi aku, sedangkan persetubuhan Pak Solah dengan anak tiriku dan temannya masih berlangsung dengan sengit.

"Nakkk.. Abah tahu Dek Izal pasti bernafsu liat bundanya Abah entot... kalau Dek Izal mau ngentot sama bundanya di sini silakan saja..." saran Ki Jarwo. Mendengar perkataan Ki Jarwo aku menjadi kasihan dengan anakku Asen. Dia pasti sedang merana menahan nafsunya.

"Sini sayanggg... entot Mama sepuas lu... Mama masih pengen digenjot sayangggg...." ajakku. Tanpa banyak kata Asen dengan cepat melepaskan seluruh pakaiannya, langsung kontolnya menerobos liang vaginaku.

"Aaaaahhhh....udahhh gak sabar ya sayangggg....?! erangku menerima hujaman batang kemaluan anak kandungku.

"Iyaaaa Maaaaaa..... Asen udah gak sabar pengen entot Mamaaaa.....aaaaahhh....aaaaahhh....!!! jawabnya dan segera mengosok penisnya pada vaginaku dengan kencang.

"Kuattt sekali lu Sennn.... Mama makin bangga sama anakkk Mama...aaaahhh.....aaaaahhh.....terusss sayanggg....!!! kusemangati anakku bukan karena dia lemah, tapi memang kuingin merasakan keperkasaan nya. Makin kesini aku semakin merasa seperti sedang bercinta dengan ayah kandungnya yang adalah mantan pacarku. Wajah Asen makin dewasa makin mirip ayah kandungnya. Asen mewarisi keperkasaan Bang Anwar.

"Aaahhh...aaahh....Sseeeennnn... mama bangga padamu sayangggg... puasin mamaaa....aaaahhh...aaahhhh....!!! desahku pada anakku.

"Izal selalu siap untuk puasin Mamaaaaa....aaaahhh...aaaahhh..." jawabnya dengan nafas yang makin gak karuan. Goyangannya semakin kencang dan makin kencang.

"Oooooooohhh enaaaaakkk sayanggggg..... aaaahhh...Seeeennnnnn.....!!!

"Izaaaallll Maaaaahhh.....izaaaallll......!!!

"Iyaaaa Zaaaallll......terusss Izaaalll sayanggggg....bikin Mami lu ini puassssss....aaaaahhhh... masukiinnn spermaaa lu sayangggg.... masukiinnn....!!!

Kurang lebih setengah jam lebih Asen mengenjotku hingga dia sendiri menyemburkan spermanya dalam rahimku. Tidak kusangka persetubuhanku sedang disaksikan oleh Elena dan Ayen.

"Hebat banget Zaaaalll...!!! puji Ayen.

"Hari ini Lena gak nyangka kalau Mama bisa main sama Asen..." kata Elena.

"Iya Naaa... tolong rahasiain ya...." kata Mama.

"Beres Maaaa... kita semua punya rahasia... jadi harus saling menjaga...ok!? tegas Elena.

Akupun terkapar lemas terbaring disamping Asen merasakan lega karena semua kekuatiranku sudah berakhir. Persetubuhan ini baik bersama Ki Jarwo maupun Asen sangat memuaskan hasrat birahiku.

Selesai dari sana kami semua mohon pamit dengan Ki Jarwo dan Pak Soleh. Tidak terasa persetubuhan kami memakan waktu sampai berjam-jam. Kami harus segera kembali karena hari mulai gelap. Suara Adzan sudah terdengar dari jauh.

Kami sempat diperkenalkan dengan kelima istri Pak Soleh. Semuanya masih muda-muda. Menurut info Pak Soleh usianya mulai dari 30-an sampai 20-an tahun yang paling muda. Menurutku paras wajah mereka tergolong cantik untuk wanita berdarah Indonesia. Setiap hari Pak Soleh harus membagi jatah buat istri-istrinya yang cantik. Sedangkan cucu Ki Jarwo sudah ada segudang, mulai dari bayi sampai usia remaja.

Dalam perjalanan pulang kami kembali menampuh jalan yang sama saat kami datang. Kami sempat melewat jembatan sungai yang tadi kami lalui. Setelah itu, matahari sudah terbenam, jalanan sudah menjadi gelap tanpa lampu jalan karena posisi kami di tengah hutan sawit. Kami hanya mengandalkan lampu sein mobil.

Satu-satunya penunjuk jalan si Asen sepertinya mulai kesulitan mengenali jalan. Belokan demi belokan membuat Asen semakin bingung mengenali jalan pulang. Di dalam mobil kami semua semakin panik. Handphone kami tidak ada signal sama sekali. Tidak ada pilihan lain selain terus berjalan dan berharap bertemu dengan seseorang atau rumah yang bisa kami singgahi untuk bertanya jalan pulang.

Dalam kegelapan hutan, kami mendapati sebuah titik cahaya lampu. Kami mencoba mengikuti cahaya itu hingga kami menemukan sebuah warung. Kamipun turun untuk menanyakan jalan. Ternyata warung itu adalah warung minum tuak atau minuman keras. Banyak bapak-bapak telanjang dada sedang minum-minum sambil merokok sambil buka lagu tape model lama mendengar lagu-lagu lawas.

MEQWI2I_t.jpg


Menyadari kehadiran kami, semua mata bapak-bapak itu tertuju kepada kami. Mata mereka melotot seperti tidak pernah melihat wanita.

"Waaaaahhh...waaaaahhhh....!!! Tumben tengah hutan gelap-gelap begini ada amoy-amoy seksiii... hahahahahaha....!!! semua pada heboh melihat kehadiran kami.

"Maafff permisi nanya... gimana jalan pulang ke kampung kami ini ya....?! tanyaku kepada salah satu bapak yang duduk paling luar.

Bapak ini menatapku dengan tatapan penuh arti lalu berkata: "Ibu ini binor cina yang namanya Aling yaaaa....?!

"Kenapa Bapak bisa tahu nama aku....?! tanyaku kembali.

"Berarti benar lu ini si pelacur cina yang namanya Alingggg.... !!!! Hahahahaha...!!!! seru Bapak itu dengan tawa mesumnya.

"Betul apa kata orang... memang cantik ini lonte cinaaaa.....!!! kata si Bapak yang lain.

"Cikkk... ngapain cepat-cepat pulang...?! Sini aja dulu temani kami... nanti bapak terakhir makan nasi goreng... baru bapak beritahu gimana jalan pulangnya..." tawar bapak yang kami tanya pertama itu.

Kebetulan kami memang sudah lapar sejak siang tadi belum makan malam. Setelah diskusi sebentar, kami semua dengan terpaksa setuju untuk mampir makan nasi goreng demi mendapatkan informasi jalan pulang ke rumah. Semua meja warung itu sudah terisi tapi tidak penuh. Tapi kami duduk mengisi meja warung yang paling luar berbagi dengan beberapa bapak yang duduk di meja yang sama. Salah satu bapak yang semeja dengan kami adalah si bapak yang pertama kepadanya kami bertanya.

Teringat apa kata Pak RT tadi Siang ternyata memang benar. Aku memang sedang digosip oleh warga kampung. Itu sebabnya kenapa Bapak itu tahu namaku.

Kulihat suasara dalam sekeliling warung itu, para bapak-bapak itu tersenyum melihat-lihat kearah kami dengan tatapan mesum. Kami hanya duduk dan tidak ada yang melayani kami bertanya mau pesan apa. Mau tidak mau aku berinisiatif berdiri mencari pemilik warung untuk memesan nasi goreng.

Ternyata dapurnya ada didalam. Kuberanikan diri untuk berjalan masuk ke dalam untuk memesan 4 piring nasi goreng kepada abang tukang nasi goreng. Saat aku berjalan ke dapurnya, tatapan bapak-bapak itu mengikutku seakan ingin menerkam aku. Terdengar juga beberapa kali suara siulan genit lelaki.

Tidak tahu kenapa bukannya aku merasa takut, sebaliknya aku merasa bangga ditatap seperti itu. Kunikmati saja mereka menikmati lekukan tubuhku. Kebetulan aku masih memakai kaos oblong ketat yang memperlihatkan bentuk tonjolan buah dadaku dengan sedikit kelihatan garis belahan payudaraku. Bagian bawahku celana hotpants menampilkan kulit pahaku yang putih mulus.

Aku masih menunggu si abang tukang nasi goreng yang sedang sibuk mempersiapkan pesanan yang lain sambil melihat kearah meja tempat kami duduk sambil melirik-lirik ke sekitarnya.

Hatiku penasaran dengan apa yang akan dilakukan para bapak-bapak pribumi itu terhadapku ?

Di samping tempat duduk Elena dan Ayen ada beberapa lelaki yang mencoba mengoda mereka, bagaimana reaksi mereka ?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd