Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Ceritanya sih ada kesaman dengan Jan dara sang anak laki melihat berbagai cara ngewe dari janda gadis lonte ibu kandung saudara perempuan πŸ˜‹πŸ˜‹πŸ˜‹πŸ˜‹πŸ˜‹πŸ˜‹πŸ˜‹πŸ˜‹πŸ˜‹πŸ˜‹πŸ˜‹πŸ˜‹πŸ˜‹
 
belum update pertempuran perang ranjang mama aling vs om Faiz ci Evelyn vs rizky kalau ibaratnya
burung sebagai senjata amunisinya adalah croot croot yg mengandung butiran butiran yg masuk titik target mewek untuk menghasilkan junior junior generasi 😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁🀭🀭🀭🀭🀭🀭🀭🀭
 
mana ini perang pertempurannya melihat senjata kaliber besar cal 11 inchi keluar kena targetnya di memek mama Aling ci Evelyn @Nurdinperkasa hasil dari perkenaan ya lahir lah bibit bibit buah yg sangat manis rasanya di cium cium Harum di raba 2 halus dan warna kulitnya mix couple chindo πŸ€ͺπŸ€ͺπŸ€ͺπŸ€ͺ
 
Terakhir diubah:
Bimabet
19 - Malam Pesta Pernikahan Erika - 3

MEKWJ43_t.jpg

Vivi

MEKN3VQ_t.jpg

Aling / Linda


POV: Aling

Para tamu undangan telah meninggalkan lokasi pesta. Erika juga sudah pulang dengan suaminya untuk melanjutkan acara malam pertama mereka di rumahnya. Barusan si Asen buru-buru berangkat bersama buruh kerja Bang Faiz. Malam ini Vivi akan menginap di rumahku, gara2 suaminya mengamankan Afuk suamiku dari debt collector. Tidak disangka debt collector bisa melacak keberadaan Afuk sampai di sini. Dengan terpaksa Afuk dan Ahuat suami Vivi harus meninggalkan lokasi pesta lebih awal. Vivi juga terpaksa nginap di rumahku malam ini.

Sebenarnya bukan rumahku juga sih. Rumah yang kutempati itu adalah milik suami Vivi teman baik Afuk. Aku juga tidak mungkin menolak kedatangannya di rumah milik suaminya. Sebenarnya sudah lama aku mengenal Vivi karena suami nya sahabatan dengan suamiku. Secara tidak langsung aku juga semakin mengenalnya lebih jauh.

Menurutku Vivi orangnya agak sombong, maklum saja kalau suaminya memang seorang pengusaha kaya. Kuakui kalau Vivi ini orangnya memang cantik dalam usia yang sebaya denganku. Aku tidak pernah bertanya usianya tepat berapa tahun, tapi menurut suamiku tidak jauh beda dengan usiaku. Cara bicara dan sikapnya menunjukkan dia seorang istri dari suami yang punya status ekonomi kelas atas. Pakaian, perhiasan maupun tas yang dikenakan semua bernilai jutaan. Hanya satu yang kurang dari dirinya adalah dia belum memiliki momongan. Menurut info dari suamiku katanya mereka sudah berusaha untuk mencari dokter dari dalam sampai keluar negeri, mengikuti program bayi tabung dan sejenisnya tapi gagal. Padahal mereka sudah menghabiskan banyak uang untuk pengobatan. Masalah utamanya terletak pada kesuburan suaminya. Aku hanya tahu sebatas ini, karena masalah ini adalah masalah privasi tiap pasangan suami istri.

Malam ini Bang Faiz menawarkan tumpangan untuk mengantar aku dan Vivi pulang kerumahku. Tapi aku menemukan sesuatu yang janggal antara Vivi dengan Bang Faiz. Mengapa rasanya mereka begitu cepat akrab? Padahal tadi sewaktu Bang Faiz bernyanyi di atas panggung, Vivi hanya memberikan dia semua angpau sebagai bentuk penghargaan kepada pengisi acara.

"Yuk kita berangkat..." ajak Bang Faiz. Kami yang paling terakhir meninggalkan lokasi pesta. Di sana tinggal kami berempat, Aku, Vivi, Bang Faiz dan Zulman saudaranya. Aku dan Vivi naik ke mobil Bang Faiz setelah kami diajak.

Aku dan Vivi duduk di baris kedua, sedangkan Bang Faiz duduk di depan dan Zulman yang mengendarai mobil.

Selama di mobil Vivi lebih banyak bicara dengan Bang Faiz, bahkan bicara juga dengan Zulman. Dari isi pembicaraan mereka menunjukkan bahwa mereka sudah saling kenal sebelumnya. Rupanya mereka sudah kenal sejak Ahuat suaminya masih menjalankan pabrik CPOnya. Vivi dulu pernah tinggal di kampung di rumah yang aku tempati sekarang ini selama kurang lebih 2 tahun. Sejak pabrik CPO suaminya bangkut, Vivi sudah lama tidak datang ke kampung itu lagi. Bangunan toko kelontong kami itu adalah bekas kantor gudang CPO, dimana dulu Vivi sempat ikut turun kesana bersama suaminya memantau sejumlah buruh kasar gudang mengangkut keluar masuk sawit. Banyak juga mantan buruh pabrik maupun gudang suaminya, sekarang menjadi pekerjanya Bang Faiz termasuk Zulman. Dulu Zulman pernah menjabat sebagai kepala gudang sebelum pabrik itu koleps. Pantas saja, Vivi sedikit menjaga wibawa ketika berbicara kepada Zulman, tapi tidak saat bicara dengan Bang Faiz. Sebagai sesama wanita aku merasa, Vivi sedikit agak mencari muka terhadap bang Faiz dengan gaya bicara manjanya. Bang Faiz juga merespon dengan kata-kata gombalnya membuat Vivi menjadi baper sampai mencubit2 bang Faiz. Semakin lama Vivi dan Bang Faiz ngobrol, sikap dan cara bicara Vivi tidak lagi anggun seperti di pesta yang menunjukkan tutur kata yang elegan. Vivi seakan terus mencari perhatian dari Bang Faiz dengan memukul2 bahunya kalau mendengar perkataaan gombal.

Sebagai wanita, aku merasa tersaingin dengan sikap Vivi seperti itu. Pembicaraan Vivi dan Bang Faiz sangat mendominasi di dalam mobil. Akupun merasa bosan karena diabaikan, lagipula aku gak bisa nyambung dengan pembicaraan mereka. Lebih baik aku tidur aja di mobil, lagipula badanku terasa capek sekali karena pagi-pagi sudah harus bangun mengikuti acara adat dan resepsi pernikahan Erika. Kepalaku agak pusing mungkin karena kurang tidur. Walaupun suara obrolan mereka terdengar jelas tapi tanpa sadar mataku tertutup sampai tertidur lelap di dalam mobil.

...........................

"Cuuuppp...cccuuuppp..." tiba2 ada seseorang yang mencium lembut bibirku. Tapi aku masih belum terlalu sadarkan diri karena sempat tertidur lelap. Mataku masih agar sulit terbuka dan tubuhku masih terasa sangat lelah. Aku masih ingin tidur karena rasa kantukku belum hilang.

Dalam keadaanku yang setengah siuman, tubuhku digendong lalu kepalaku kusandarkan ke dadanya .

"Banggg Faizzz... banggg...." kupanggil bang Faiz yang sedang mengendongku dengan tangannya yang kuat. Dekapannya membuatku merasa nyaman dan ingin terus tertidur bersandar di dadanya seperti seorang anak kecil. Hawa dingin sempat merasuki tubuhku, namun dekapan Bang Faiz membuatku merasakan kehangatan dari tubuhnya.

Masih dalam keadaan setengah sadar, rasanya aku sedang digendong ke dalam sebuah ruangan. Tubuhku dibaringkan di ranjang lalu kembali aku dicium olehnya.

"Cuuuppp...hhhmmm....cuuuuppp....." kembali Bang Faiz melumat bibirku.

"Bannggg...hhhmmm....cuuuppp...." akupun menyambut ciumannya dengan pasrah walaupun ada sedikit aroma rokok. Lidahnya berusaha menyusup kedalam mulutku. Lidah kami saling berpagut-pagutan selama beberapa saat.

Tangannya mulai menjalar ke buah dadaku. Tidak sulit untuk menyentuh buah dadaku karena model baju pestaku berdada rendah sehingga belahan payudaraku sedikit terlihat. Kurasakan jarinya sudah menyentuh putingku lalu dipelintir-pelintir olehnya.

"Ahhhh....geli banggg....hmmm..." kataku disela-sela ciuman kami.

Melalui atas bajuku, seluruh tangannya sudah masuk untuk meremas-remas payudaraku dengan kuat. Remasannya yang kuat rasanya antara sakit tapi nikmat.

Cumbuannya menjalar ke pipiku lalu ke telingaku. Kudengar suara dan kurasakan tiupan nafasnya melalui telingaku. Dari telinga cumbuannya turun ke leherku membuat gairahku semakin memuncak.

Sambil bajuku dipelorotkan Bang faiz sampai sebatas perut setelah penyangga bajuku ditarik ke samping melawati lenganku, hingga payudaraku menyembul keluar.

"Oooohh banggg Faizzzz..." Aku panggil bang Faiz tapi dia dari tadi tidak menjawabku. Sedikit kubuka mataku tapi aku tidak bisa melihat wajahnya karena sedang melumat payudaraku secara bergantian sambil meremas.

"Bannggg...hmmmm...terusss bangggg...." Bang Faiz semakin gila memainkan buah dadaku. Aku hanya pejamkan mata sambil tanganku meremas rambutnya.

Lambat laun kesadaranku mulai pulih, nafsuku semakin bergelora. Kuturunkan pandanganku ke bawah melihat Bang Faiz yang sedang melahap payudaraku dengan penuh nafsu.

Setelah puas memainkan payudaraku, OH TIDAK.. ternyata yang sedang mencumbuiku bukan Bang Faiz.

"Bang Zulmannn..!!!!! Lepaskan bangggg..!!!!" aku menjerit sambil menendang-nendang agar Zulman mau menghentikan perbuatannya.

Zulman tidak mau berhenti dan terus mencumbui aku dengan paksa. Dia langsung menindih aku dengan tubuhnya yang lebih besar dariku, lalu menahan kedua tanganku.

"LEPASSSKANN...!! BANNGGGG...LEPASSKAN AKUU...!!! aku terus meronta-ronta sambil menjerit sampai membuat Zulman agak kewalahan melanjutkan persetubuhan ini.

"Kenapa Cikk..? Jangan sok suci donggg... cici kan sudah sering dipake sama Bang Faizal, apa salahnya abang entot cici kali ini saja...!!!" kata Zulman.

"Sialan lu Banggg....emang aku ini wanita apaan boleh main sama siapa aja...?!" tegasku

"Mana bang Faizzz...? Aku lagi dimana...? "tanyaku lagi.

"Bang Faiz lagi di kamar utama lagi ngentot sama cik Vivi... kita lagi di bungalo dekat pantai...." kata Zulman

"Apa?!" mendengar ini aku terkejut dan merasa sakit hati karena Bang Faiz koq mau bersetubuh dengan Vivi, kenapa bukan dengan aku.

"Kalo gak percaya cici liat aja di kamar yang paling besar itu, pintunya terbuka lebar koq..." kata Zulman.

Akupun penasaran dan keluar kamar itu untuk membuktikan perkataan Zulman. Begitu pintu kamar ini aku buka saja sudah kedengaran suara Vivi yang sedang mendesah.

"Aaaahhh....aaaahhhhh....yessss....yessss...trussssin banggg....." terdengar desahan Vivi yang sedang dalam kenikmatan.

MEKN416_t.jpg


Aku berjalan mengendap-ngendap karena takut ketahuan oleh mereka. Seperti apa kata Zulman, kalau pintu kamar bang Faiz sedang terbuka lebar. Bungalo ini cukup terpencil dan yang tinggal hanya kami berempat jadi bebas melakukan apa saja. Kamar itu cukup luas dan ranjangnya besar yang ada kelembunya.

MEKN434_t.jpg


Pelan-pelan kuintip permainan mereka di balik kelembu. Aku lihat kalau Bang Faiz sedang mengagahi Vivi. Bang Faiz mengenjot Vivi dengan begitu kencang sedangkan kaki Vivi merangkul pinggang bang Faiz.

Bang Faiz: "Memek lu masih enak kayak dulu Viii...." katanya sambil menggenjot Vivi

Vivi: "Iyaaa sayanggg... kontoll lu jugaa masihh kuattt kayak dulu...aaaahhhh...aaaahhh....enakkk bangg.."

Bang Faiz: "Abanggg rindu sama memek lu Viii..."

Vivi: "Vivi juga rindu kontolll abanggg....aaaahhh...aaahhhh...hhhmm...."

Hatiku tertusuk menyaksikan permainan Bang Faiz dengan Vivi. Aku mencintai bang Faiz tapi ada hak ku menghalangi mereka, karena aku bukan istri bang Faiz. Aku juga ingin disetubuhi oleh bang Faiz seperti yang sedang dilakukannya terhadap Vivi. Tak kusadari satu tanganku meremas buah dadaku sendiri dan satu lagi mengelus selangkanganku dari luar gaun pestaku.

"Sini abang bantu kamu cikk..." tiba-tiba Zulman berbisik di telingaku sambil lengannya memeluk perutku, dan satu lagi mengarahkan tanganku untuk terus meremas payudaraku.

Kakiku berat melangkah, aku enggan melepaskan tatapanku pada permainan Bang Faiz dan Vivi. Rasa cemburu dan sakit hati masih terus bergejolak dalam hatiku. Rasa ingin membalas tiba-tiba muncul dari dalam hatiku.

"Ayo kita bersenang-senang juga bersama mereka cikk...abang juga bisa kasi kepuasan ke ci Aling..." ajak Zulman.

"Buktikan banggg...!!!" kataku lalu aku berjalan kembali ke kamar tadi.

"hehehehe...tunggu sayang... sini abang buktikan sayangg..." kata Zulman lalu membopongku bukannya kembali ke kamar tapi malahan masuk ke kamar bang Faiz.

"Kenapa masuk ke kamar ini bang...?" tanyaku

"Gak apa-apa cik... kan abang sudah bilang kita mau bersenang-senang bersama mereka..." kata Zulman

"Tapiii banggg...."

"Santai aja cik.. lebih enak mainnya bareng daripada sendiri2..." kata Zulman.

Ku coba melirik ke Bang Faiz dan Vivi sedang hanyut dalam lautan birahi di atas ranjang besar itu sampai tidak peduli dengan kehadiran kami.

Aku dibaringkan ke sebuah sofa besar dalam kamar utama itu sambil menunggu dan menyaksikan bang Zulman menelanjangi dirinya sendiri. Penisnya yang sudah setengah berdiri menyembul keluar dari celana dalamnya.

Dalam keadaan telanjang, kini dia berdiri di samping sofa untuk menelanjangi aku.

"Sini cik, baju cici abang buka ya..." kata Zulman.

"Iya bang...turunkan dulu relsetingnya dari belakang..." kata lalu mengarahkan punggungku padanya. Bang Zulman lalu menurunkan relseltingku gaunku yang berwarna biru lalu menpelorotkan gaunku kebawah.

"BH cici abang buka sekalian ya..." kata Zulman.

"Iya Bang cepetan...." kataku

"Kenapa cepatan ci..sudah pengen ya...hehehe..." kata Zulman.

"Gak koq.. aku cuma pengen liat abang buktiin perkataan Bang Zul...." kataku makin kesal mendengar suara desahan Vivi yang memenuhi ruangan ini.

"Iya cikk...malam ini abang bakal puaskan ci Aling...abang sudah gak tahan lihat badan ci Aling yang bagus begini..." kata Zulman.

"Bagus gimana bang...? tanyaku

"Gimana ya bilangnya...pokoknya bagus... soalnya abang suka liat cewek2 cina kayak cici ini....putih2 bodinya..." kata Zulman.

"jangan cuma diliat banggg...tapi dibuktiin..." kataku menantang bang Zulman karena sakit hatiku pada bang Faiz. Kuturunkan sendiri celana dalamku lalu disambut oleh bang Zulman.

"Memeknya bagus, apalagi sudah botak gini cii...pasti bang Faiz juga suka memek begini...." kata Zulman

"Iya bang Faiz pernah minta aku cukur bulu vaginaku, tapi kenapa abang tahu juga bang Faiz suka memek yang gak ada bulunya...?" tanyaku dengan suara pelan agar tidak kedengar Bang Faiz. Jarak sofa ke ranjang agak jauh jadi aku beranikan untuk cari tahu.

"Bang Faiz yang bilang sendiri.. makanya itu memek ci Vivi juga botak kan...?! kata Zulman.

"Oh ya ?! Vivi kenapa tahu juga Bang Faiz suka yang botak...? tanya ku lagi dengan suara pelan.

"Ci Vivi itu sudah lama kenal Bang Faiz, mereka dulu sudah sering ngentot kayak ini.." jelas Zulman

"Pantas saja tadi mereka bilang sudah rindu2 segala waktu main..." kataku pelan.

"Cik...sini memeknya abang jilat dulu ya..." kata Zulman lalu ku lebarkan selangkanganku supaya dia bebas menjilat vaginaku.

"Srrrruuuppp....srrruuupp....hhhmmmm....." tanpa basa basi bang Zulman langsung melumat vaginaku sambil dijilat2 dari bawah ke atas. Benar-benar sensasi yang membuat birahiku memuncak. Lidahnya menjilat kelentitku membuatku geli sampai lama kelamanan kepengin pipis.

"Aaaarrrrhhhh....aku mau keluarrr banggg... awassss..." kataku

"Keluarin aja...abang gak jijik sama cairan memek ciikkk..." kata Zulman

"Aaaaaaaahhhhhhh...aaaahhhhh....keluar banggg...." cairan cintaku sampai membasahi wajah bang Zulman. Tapi aku benar2 kagum dengan kebanyakan lelaki pribumi, yang tidak merasa jijik dengan cairan kelamin wanita.

"Becek sekali ci memeknya, tapi gimana cik...sudah enak habis keluar...?" tanyanya

"Iyaaa enak banggg..." kataku

"Sekarang gantian ya cikk.. abang mau masukin kontol abang ke memek cina nya cici... boleh ya...!!! " kata Zulman

"Sini cepatan... " karena bang Zulman sudah kuizinkan dengan semangat dia mengarahkan penisnya ke vaginaku. Walaupun penisnya termasuk besar tapi sudah tidak terlalu kesulitan karena vaginaku sudah mengeluarkan cairan cinta.

Penis bang Zulman tidak kalah besar dengan punya bang Faiz. Aku tidak tahu mana yang lebih besar, tapi yang pasti vaginaku terasa sesak juga.

"Ayo bangggg.... puaskan aku malam ini... jangan kalah dengan bang Faiz..." kataku

"Iya ciikk...abang juga sudah gak sabar pengen puasin ci Aling..." katanya lalu mulai mengoyangkan pinggulnya.

"iyaaa bangggg...terus bangggg...lebih kencangggg....aaahh...aaaahh...." pintaku lalu bang Zulman mempercepat genjotannya.

"Aaaaaahhhhh....aaaaaahhhh....iyaaaaa....iiyaaaa enakkkk bangggg...." Aku sengaja mendesah kuat untuk membalas Bang Faiz.

"Memek cicikk juga enaaakkk... aaah..aahhh..." katanya.

"Kontoll abangggg jugaaa...." aku sudah berani pakai kata yang lebih kasar.

"Ohhhh....ooohhh.....aaaaahhh...aaaahhh...puasinnn akuuu banggggg....."

Malam ini aku pengen membalas bang Faiz, biar kuraih kenikmatan ini bersama saudaranya sendiri. Walaupun dia gak mau menyetubuhi aku, saudaranya masih mau memberiku kepuasan.

Suara desahan ku dan Vivi saling bersahut-sahutan dalam suasana tengah suasana malam di bungalo ini. Suara jangkrik seakan memberi kami semangat untuk berpacu dalam nafsu.

AAAAAARRRRHHHHH....!!!! Aaaaaahhh...aaahhh..... ooohhhh enaaakkk syanggg...!!!! Vivi telah mencapai klimaks.

"Sudah berapa kali lu muncrat Vii..?" tanya bang Faiz ke Vivi

"Ini udah yang ketiga banggg..." jawab Vivi.

Gila, ternyata Vivi sudah mendapatkan 3 kali kepuasan bersama bang Faiz sedangkan aku masih satu kali. Aku tidak boleh kalah dengan Vivi malam ini.

Mereka sempat menghentikan permainan untuk beristirahat. Bang Faiz duduk bersandar di ranjang sedangkan Vivi bersandar di dada bang Faiz. Mereka berdua duduk santai menyaksikan pada permainan kami di sofa.

"Aaaahhh...aaaahh...terusss banggg Zulll... " kali ini hanya suaraku yang terdengar dalam ruangan ini.

Tatapan bang Faiz kepada permainan kami membuatku semakin tertantang ingin membuat dia cemburu seperti perasaanku ini.

"Bentar bang....Aling mau di atas abang boleh...?!" pintaku lalu Zulman duduk bersandar di sofa dan aku naik keatasnya sambil memasukkan penisnya ke vaginaku.

Kugoyangkan sendiri tubuhku agar penis Zulman mengesek dinding vaginaku. Kepalanya kutempelkan ke buah dadaku dan tanganku meremas rambutnya.

Hatiku ingin berkata kepada Bang Faiz:

Bang, kenapa engkau memilih Vivi daripada aku?! Tapi kalau itu maumu, lihatlah diriku yang sedang bersetubuh dengan Zulman saudaramu ini. Biar abang tahu kalau bukan cuma dirimu seorang yang bisa memberiku kenikmatan. Penis saudaramu ini tidak kalah nikmat dengan punyamu. Silakan engkau bersenang-senang dengan Vivi dan biarkan aku malam ini mendapatkan kepuasanku bersama Zulman.

"Aaaaaaahhh...hhhmmmmm....emmm....aaahhhh...."

"Hebattt kamu cii.... gairah cici ternyata besar jugaaa....aaaahhh....kontol abang enak kali ciii..." kata Zulman.

"Iyaaa banggg... memek aling juga lagi enakkk ini....ooohhh...oohh banggg....hmmm....!!!! jawabku

Melihat permainan kami, sepertinya Vivi juga tidak mau kalah. Kali ini dia naik ke atas tubuh Bang Faiz lalu mulai mengoyangkan tubuhnya.

"Aaaaaaaahhhhh.....aaah...aaahh...aaahh...." Vivi mendesah ketika penis Bang Faiz menancap di vaginanya. Desahan kami kembali terdengar saling sahut-sahutan.

"Bannggggg...aku mau keluarrrr banggg..." kataku.

"Keluarinn sajaaa cikkk...." jawab Zulman.

"BANGGGGGG...OOOHHH BANGGGG..... !!!! aku mencapai orgasme ku sampai badanku kejang-kejang sambil memeluk kepala Zulman. Bang Zulman memberi aku waktu untuk mengambil nafas dulu.

"Cikk.. abang belum keluar nihhh...bisa cici bantu abang.....?" kata Zulman

"Iya banggg... sini kontol abang aku jilatin ya...." kataku.

Akupun duduk dilantai diantara kedua pahanya lalu memasukkan penisnya kemulutku. Aku pun memberanikan diri menjilat cairan cintaku sendiri.

"Hmmm...srrrruuupppp...hmmm..."

"Cuuupppp...cuuppp..." kucium sambil kuemut kepala penis Zulman yang bersunat itu.

"Hhhhmmm...hhhmmmm...aaaahhhh...."



Beberapa saat kemudian,

"Banggggg....Vivi mau keluar lagiiii....aaaaahhh...aaaaahhh...." kata Vivi

"Iyaaa sama2 ya Vii......" kata Bang Faizzz

"AAAAAAAHHHH........AAAAAAHHHH...." desah Vivi.

"Simpannn peju abangg Viiii...aaaaahhh...aaaahhh...." Bang Faiz ejakulasi di vagina Vivi.

"Crooottttt...croootttt...." penis Zulman menyemprot wajahku tanpa aba-aba.

"Aduhh banggg..koq gak bilang udah mau keluar..." kataku.

"Maaf ciikkk... abang terlalu menikmati sepongan cici ini...cici ternyata pinter nyepong kontol yaaa..." kata Zulman. Dalam hatiku ada rasa bangga bisa membuat Zulman menyukai permainanku pada penisnya. Puas rasanya hatiku bisa membalas bang Faiz dalam permainan ku bersama Zulman.

Kulihat Vivi sepertinya sudah terbaring lemes dibikin oleh bang Faiz. Sedangkan aku sendiri membaringkan diri di sofa dengan meletakkan kepalaku di paha Zulman. Kulirik sedikit ke penis Zulman ternyata masih belum letoy. Walaupun tidak lagi berdiri sempurna, paling tidak mengecil seperti punya suamiku. Penis lelaki pribumi benar2 perkasa.

Bang Faiz yang masih terlanjang menyingkapkan kelembunya lalu turun dari ranjang. Dia duduk di sofa di bawah kakiku untuk ngobrol dengan Zulman.

Bang Faiz: "Gimana rasanya ngentot sama si Aling Zulll..?!

Zulman: " Ci Aling memang bang..."

Mendengar pengakuan bang Zulman aku jadi merasa bangga dengan diriku.

Bang Faiz: " Hehehe...bagus kalau begitu Zul... kamu mau cobain lagi ga si binor Vivi mantan nyonya kamu itu...? Gak kalah juga enaknya sama si Aling ini..."

Zulman: "Emang beda bang sama dulu...?"

Bang Faiz: " Rasanya agak beda... dulu memeknya keseringan kita genjot jadi agak longar...sekarang memek nya udah balek sempit lagi Zul...coba aja pake lagi nyonya lu itu Zul..."

Zulman: " Bikin penasaran aja bang... aku coba deh..."

Bang Zulman lalu meletakkan kepala ku ke sofa lalu naik ke ranjang untuk menyetubuhi Vivi yang sedang terbaring.

"Ada apa Zulll..?!" Vivi terkejut menyadari kehadiran bang Zulman.

"Gak apa-apa cik...cuma ini aku mau ngentot sama cici..." kata Zulman

"Aku gak mau lagi... udah capek Zull..." kata Vivi

"Ci Vivi gak bisa perintah2 aku lagi...sekarang aku bukan kacung ci Vivi lagi...." tegas Zulman

"Udah Zulll...aku sudah gak mau lagi pokoknya...jangan paksa aku..." kata Vivi.

"Sudah aku bilang, ci Vivi bukan nyonya aku lagi...jadi kalau aku mau paksa ci Vivi gak boleh melawan..." kata Zulman.

Dengan paksa Zulman menarik kaki Vivi lalu kedua kakinya dilebarkan sampai vaginanya terpampang jelas. Vivi sudah tidak kuat melawan perlakuan Zulman karena tubuhnya sudah lemes. Vivi pasrah ketika Zulman menlesakkan penisnya ke dalam vaginanya.

"Ahhhhhhh....sialan lu Zullll...!!!! kata Vivi

"Diam nyonya sayanggg.... aku sudah lama rindu sama memek cina nyonya..." kata Zulman

"Skrang lu sudah berani sama aku, gak seperti dulu lagi....aaaahh...." kata Vivi sambil digenjot Zulman

"Dulu aku hanya sekali mengenjot nyonya, setelah itu aku selalu menunggu kesmpatan bisa bebas entot nyonya tapi jarang bisa, malam ini kesmpatan itu baru ada...hehehehe..." kata Zulman.

"Aaaahhh.....aaaaaaahhhh....hhhmmm......", "Aaaarrrrhhhh...aaaahhh....oooohhhh...." Vivi terus mendesah.

"Nyaaa...lu masiih ingattt?! Nyonyaaa pernahh nolakkk akuu...???" kata Zulman sambil mengenjot Vivi

"Aaaaaaaahhhh....aaaahhhh...Zuuuullll....aaahh...Zuulll..." Vivi memanggil Zulman sambil mendesah.

"Maaafinn akuu Zuuulll.....aaaaahhhh...aaaahhhh..." kata Vivi

"Apakahhh nyonyaa skarang masii mau nolak akuuu...?! tanya Zulman

"terusssinn....terusss Zullll...aaaahhh....aaaahhhh...." jawab Vivi

"Nyonyaaa sekarang jugaa berubahhh... makin binalll..." kata Zulman

"Gara-gara bosss lu Zulll...bang Faizzzz... aaaahh...aaaahh....." kata Vivi

"Bagusss...sering2 kesini biar aku bisaa ngentot sama nyonyaa..." kata Zulman

"Iyaaa Zulll...iyaaa...aaahhh...aaahhh.....terusinnn Zulll....aku mau nyampeeee...aaahhh..." kata Vivi

"Tunggggu Nyaaa.... biar kita sama2 keluarrr..." Zulman mempercepat genjotannya, " uuuhhhh...uuuhhhh.... terima peju kacung lu ini nyaaa.....aaaaaahhhh......aaaahhhh....."

"AAAAAAAAAHHHHHH....AAAAAAHHH...Aaaahhhh....aaaahhhh...." Vivi klimaks.



Sembari Zulman dan Vivi bersanggama, aku menunjukkan rasa sakit hatiku pada Bang Faiz. Aku diamin Bang Faiz sampai dia terbawa emosi.

"Linggg.. kamu kenapa sayangg...?!" katanya

"Gak apa..." jawabku

"Kenapa kamu diam saja Ling...? tanyanya

"Gak apa2...." jawabku

"Kamu disakiti sama si Zulman...?! tanyanya

"Apa peduli mu...?!" jawabku

"Kalau disakiti ya bilang supaya saya bisa tegur si Zulman..." kata bang Faiz

"Gak disakit tapi dikasi enak.." jawabku.

"Bagus kalau begitu...terus kenapa Aling sikap dingin gitu sama abang...?" kata bang Faiz.

"Gak apa2 koq..." jawabku

"Jawab pertanyaan abang jangan bilang gak apa-apa..." kata bang Faiz dengan nada yang sedikit kesal.

"Iya memeng gak apa2 koq..." jawabku lagi.

"Ling... lu jangan menguji kesabaran abang ya..." tegas bang Faiz dengan nada sedikit marah.

"Memeng gak apa2 koq...abang aja yang baper..." jawabku ketus

"Lagi2 jawaban lu begitu sama abang...sekali lagi kalau aling jawab begitu abang gak main2 lagi..." kata Bang Faiz dengan ancaman.

"Abang mau apa...memang aku gak ada apa2 koq...." jawabku

"AWAS KAMU LINGGG...!!! DASAR AMOY LONTEEE...!!! Kamu benar2 mau menguji kesabaran abang ya..." Bang Faiz sudah terbawa amarah.

Bang Faiz menarikku bangun lalu membalikkan tubuhku ke sofa sehingga posisiku menjadi nungging. Tanganku menahan ke sandaran sofa. Rupanya Bang Faiz ingin melakukan anal seks padaku.

"SINI BOOL LU... BIAR TAHU RASA LUU KENA KONTOL PRIBUMI....!!!"

"Ampun bangggg....ampunnn...!!! kataku minta ampun tapi gak dipedulikan.

Anusku dicolok paksa dengan penis Bang Faiz yang besar itu. Rasanya begitu perih karena tanpa tidak ada pelumas di penisnya. Lubang anus ku rasanya seperti mau koyak dimasukkan penis yang besar gitu.

"ADDDUHHH SAKITTT BANGGGG.....!!!!" AMPUNNN...!!!!

"Abang sudah bilang jangan main2 sama abang tapi lu gak mau dengar..sekarang sudah terlambat... lu rasakan kontol abang ini...!!!! kata bang Faiz

"OOOOHHH BANGGGGG... SAKITTTTT BANGGGG....AMPUNNNN...!!!!

"DIAMMM LU AMOY LONTEEE...!!! GITU AKIBATNYA KALAU BIKIN ABANG MARAH...!!!! tegas bang Faiz.

"BANGGG FAIZZZ....AMPUNN BANGGGG...!!!! SAKITTT ...!!!!

Bang Faiz sudah terbawa amarah dan tidak peduli perkataanku. Aku hanya bisa mengerang menahan rasa perih pada anusku. Penisnya terus dihujamkan ke anusku tanpa ampun. Kata2 kasar terus terlontar dari mulut Bang Faiz.

PLAKKK....PLAKKK...!!!! bang Faiz menampar keras bongkahan pantatku sampai membuat pantatku terasa panas.

Plokk...plokkk...plokkkk...!!! Suara pantatku sedang bertepuk dengan perut Bang Faiz.

Rasa perih ini lama kelamaan bercampur dengan rasa geli pada dinding analku.

Tiba-tiba,

AAAARRRRHHHH....AMOY BAJINGANNN...RASAIN PEJU ABANGGGG INI...!!! Bang Faiz mengeluarkan sperma nya kedalam analku. Lalu bokongku didorong dengan keras sampai aku terlungkup di sofa.

"Jadi gimana...?! sudah mau bilang kenapa Aling dingin begitu sama Abang ini...? tanya Bang Faiz

"Iya bang..ampun..." jawabku

"Sekarang bilanggg..!!!" katanya.

"Aku sebenarnya kesal sama abang karena abang main sama Vivi, bukan sama aku..." kataku

"Hahahahahahaha...begitu rupanya..." kata Bang Faiz dengan amarah yang sudah mereda.

"Loh apa salahnya kalau abang ngentot sama Vivi..? Lu sendiri juga bole ngentot sama Zulman..?!" kata Bang Faiz.

"Ya aku maunya Bang Faiz sama aku... bukan bang Zulman..." kataku

"Lohh.. buktinya Aling puas bukan dientot sama Zulman.." katanya.

"Iya sih, tapi hatiku sudah sempat sayang sama Bang Faiz..." kataku.

"Hahahaha.. iya sayang...abang juga sebenarnya sayang sama Aling.. makanya abang kasi aling kesempatan untuk ngerasakan kontol2 yang lain... begitu juga kalu Aling sayang sama abang, ya Aling harus kasi Abang kesempatan untuk ngentot sama memek lain... begitu dongg.." jelas Bang Faiz.

"Yang penting kita itu harus sama2 puas... kalau Aling gak puas sama Zulman, nanti abang bisa cari buruh kerja abang yang kuat2 untuk puasin Aling...biar Aling bahagia...hahahaha..." tambah Bang Faiz.

"Gak banggg... sudah cukup..." aku menjawab sambil tertunduk.

"Sini sayang...Abang sebenarnya sayang sama Aling.. abang gak keberatan untuk kasi kenikmatan sama Aling...." kata Bang Faiz sambil memeluk aku.

Kami tidur terlanjang sambil berpelukan di sofa. Kurasakan kehangatan tubuh Bang Faiz menyentuh kulit tubuhku. Aku merasa nyaman dalam dekapan Bang Faiz. Ini bukan mimpi, ini kenyataan.

Beberapa saat kemudian, kurasakan juga sepotong benda keras yang hangat bergerak-gerak di perutku. Itu adalah penis bang Faiz.

"Banggg...burung abang yang hitam itu sudah bangun tuh..." ledek ku.

"Iya sayanggg... minta bersarang di memek kamu Ling...bole ga Ling...?" kata Bang Faiz

"Bole bangg... sarangnya lagi kosong nihh nunggu masuk burung abang yang bandel itu...." jawabku.

"Hehe.... bener2 amoy nakal kamu Linggg....sini buka memek lu..."perintah Bang Faiz

Aku ditidurkan di sofa lalu kubuka lebar-lebar kemaluanku, lalu penis Bang Faiz langsung melesak masuk ke vaginaku dan kedua kakiku merangkul pinggangnya.

"Memek lu nyaman buat burung abang Linggg..." kata bang Faiz.

"Burung abang juga enak... bikin sesak memek aku banggg..." kataku.

"Kalo gitu siap2 ya....Uhhh...uuuhhh....uhhhh...." kata Bang Faiz yang mengenjotku dengan kuat. Penisnya yang panjang ditusuk sedalamnya sampai menyentuh rahimku.

"Ooooohhhh...lagi bangggg... lebih dalam laggiii...aaaahhh...."

"Aaaahhhhh....aaaahhhh....trusss banggg...!!!"

Kuakui memang Bang Faiz seorang pejantan yang tangguh. Rasa bersetubuh dengan Bang Faiz berbeda dengan Bang Zulman. Sebagai naluri wanita aku lebih menyukai permainan bang Faiz daripada Zulman. Ini bukan soal ukuran penis, tapi soal cara seorang lelaki memperlakukan wanita. Menurutku, bang Zulman terlalu kaku dalam memperlakukan wanita. Sebaliknya dalam pandanganku bang Faiz adalah sosok lelaki yang matang dan dewasa dalam memperlakukan khususnya memanjakan wanita. Walaupun aku sempat membuatnya marah, tidak tahu kenapa mau semakin bergairah ketika dia melampiaskan kemarahannya padaku baik dengan kata-kata kasar maupun tindakan. Yang lebih hebat lagi, dalam waktu singkat dia bisa mengembalikan suasana hatiku menjadi begitu nyaman di dekatnya. Mungkn aku terlihat seperti wanita yang aneh, tapi itulah aku. Bang Faizal....sebagai wanita tionghoa aku mengakui kalau engkau benar-benar lelaki pribumi yang hebat. Dia membuatku menemukan kenikmatan seks yang sesungguhnya yang selama ini terpendam. Saat ini aku sedang dibawa ke puncak kenikmatan itu.



"Bangggg...enakkk bangggg....aaahhhhhhhh....terrrusss bangggg...."

"Kamu bener2 liar Linggg...sudah kayakk pelacurrr...!!! kata bang Faiz.

"Biarrin banggg...aaahhh....aaahhh...panggil Aling pelacurrr banggg...!!! kataku

"Amoy pelacurrr kamu Lingggg...!!!!!" katanya

"Iyaaaaahhh...Alingg pelacurnya bang Faizzz...!!!! aaaahhhh.....ohhhh. banggg...."kataku

Aku dibangunkan lalu Bang Faiz duduk di sofa sedangkan aku duduk dipangkuannya sambil penisnya masuk ke memekku. Kugoyangkan badanku seperti sedang menunggangi kuda dan bang Faiz juga mengimbangi goyanganku.

"Isap tetekku banggg...aaahhh...aaahhh..." pintaku lalu bang Faiz lakukan sesuai mau ku. Buah dadaku dilumat Bang Faiz dengan rakus.

"Aaaahhhh...enakkk bangggg....aaaahhhhh...." rasa nikmat melanda buah dadaku dan vaginaku secara bersamaan. Benar-benar sensasi birahi yang amat kuat memenuhi tubuhku. Kepalaku menengadah keatas sambil pejamkan mata merasakan terbang dalam kenikmatan birahi.

Bau badan bang Faiz sedikit tercium dari badannya akibat persetubuhan liar ini, tapi bagiku ini adalah bau kejantanan lelaki pribumi. Penetrasi sambil berpelukan membuat keringat kami yang bercucuran bercampur baur menjadi satu.

"Banggggg...akuuu mauu keluarrrr....oooohhhh...aaaahhh...."

"Tahannn dulu Lingggg... abang belum ini..." kata Bang Faiz, benar2 lelaki yang perkasa. Tubuhku yang sedang dipangkuannya diangkat olehnya lalu dibaringkan ke ranjang di mana Zulman dan Vivi sedang bersenggama.

Aku dibaringkan disamping bang Zulman dimana saat itu Vivi sedang pada posisi di atas bang Zulman. Bang Zulman sedang menyaksikan goyangan Vivi yang pada posisi woman on top.

Bang Faiz kembali mengenjot aku dengan perkasanya, penisnya dihujam ke memekku dengan kuat membuat seluruh tubuhku bergoncang.

"Aaaaahhhh...aaaaahhh....banggg trusss bangg Faizzz trussinn...." mendengar desahan ku, tangan bang Zulman terulur membelai rambutku.

"Aku hampir keluarrr... truss bangggg...!!!" Bang Faiz semakin kencang mengenjot aku.

"Bangggg...cepataan banggg...aku udahhh gak tahannnn...aaahhh...aaahh..."

"Iya Lingggg... abanggg cepattkann... uuuhhh....uuuhhh...."kata Bang Faiz

"BANGGGGGG....AAAAHHHHHHH...AAAAHHH....." aku tidak kuat menahan desiran birahi yang melonjak dari tubuhku. Aku telah sampai ke puncak kenikmataan.

"Linnnggggggg....terimaaaa iniii... Arrrrhhhhh...aahhhhh.....!!!! Bang Faiz menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku. Dinding vaginaku terasa ada sesuatu yang hangat menempel di sana.

Bang Faiz bukannya menciumku tetapi menoleh ke Vivi yang sedang bergoyang lalu mengajaknya berciuman panas sampai lidah mereka terjulur keluar sambil berputar-putar.

"Hmmmmm...hhhmmmm...AAAAAAHHHHH.....AAAAAAHHHH....." akhirnya Vivi mencapai orgasmenya.

Kutatap Bang Faiz dan Vivi kembali berciuman panas sampai lidah mereka berpagut-pagutan dalam posisi duduk berdampingan. Aku hanya bisa tersenyum melihat mereka. Anggap saja aku membuktikan rasa sayangku pada Bang Faiz dengan merelakan dia bersenang-senang dengan Vivi. Bukankah itu yang diharapkan Bang Faiz ?!

"Sini sayang...." Bang Zulman mengajakku berciuman lalu kusambut juga dengan senang hati.

Diatas ranjang yang tertutup kelembu ini kami benar2 hanyut dalam lautan birahi. Kami benar-benar kelelahan setelah pertempuran penuh nafsu disepanjang malam. Kami berempat tertidur bersama dalam keadaan bugil sampai menjelang pagi.

...............

Saat kubuka mataku, di ranjang tinggal aku dan Zulman yang masih tidur. Keadaan ranjang begitu berantakan, pakaian kami semua berserakan di lantai. Hmmm...tercium bau-bau yang gak sedap begitu pula dengan bau tubuhku sendiri. Aku harus segera membersihan diri di kamar mandi.

Aku nekat berjalan keluar dengan telanjang bulat mencari kamar mandi, ternyata Bang Faiz sedang mendi bersama Vivi. Kuberanikan diri untuk membuka pintu kamar mandi karena iseng.

"Boleh aku bergabung...?!" kataku.

"Sini sayanggg....kami baru mulai..." kata Bang Faiz.

"Boleh donggg Linggg...bantu aku bersihkan si Abang perkasa ini....hahaha..." begitu pula Vivi menyambutku.

"Hahaha...Kalau saya si Abang perkasa, kalian berdua si Amoy binal..." kata Bang Faiz

"Hmmm.... biar binal tapi si Abang suka bukan..hehehe..." kata Vivi

"Banyak abang2 yang suka sama amoy2 seperti kalian ini..." kata Bang Faiz

"Termasuk kamu kan bangg..hayooo...!!! " kataku

"Hahahaha...iya iya abang suka amoy binal seperti kalian ini... " kata Bang Faiz

"Dasar abang nakal...udah sini abang duduk aja biar aku sama Aling gosok badan abang..." kata Vivi

Kami berdua kerjasama mengosok seluruh badan bang Faiz dengan sabun cair.

"Linggg...si otong udah bangun tuh Lingg...." kata Vivi

"Lu sihh... suruh aku gosok badan tapi lu malah gosok otongnya sih abang..." kataku

"Abis si otong nakal semalam, bikin kita ampe jerit2...hahahaha..." kata Vivi

"Ini otong kalo sampe naik kalian harus tanggungjawab ya...hehe.." kata Bang Faiz

"Beres bang..nanti Vivi yang akan urus...iya kan Vi...? kataku.

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, rupanya bang Zulman ikut bergabung dengan kami.

"Wahhh...sepertinya aku ketinggalan ini..." kata Zulman

"Belum Zul... ini mereka baru selesai gosok badan saya...kamu duduk aja sini biar dua amoy binal ini gosok badan kamu juga..." kata Bang Faiz

"Sini duduk sebelah bang Faiz...." kataku pada Zulman. Aku dan Vivipun mengosok tubuh bang Zulman. Setelah itu aku nyembur mereka dengan shower sampai sabun yang menempel di badan mereka bersih.

"Bagus sekali pelayanan kalian... satu lagi tugas kalian... kalian jongkok sini tanggungjawab sudah bangunkan otong saya dan Zulman..." perintah bang Faiz dan kamipun mengikuti apa maunya.

Vivi menyepong penis bang Faiz sedangkan aku menyepong punya Zulman. Kami berlomba siapa yang duluan membuat mereka ejakulasi. Yang bertahan yang menang. Rupanya Zulman duluan menyemburkan spermany ke wajahku lalu menyusul Bang Faiz.

Bang Faiz dan Zulman pun keluar dari kamar mandi meninggalkan aku dan Vivi. Kami membersihkan diri kami sampai benar-benar bersih. Kami saling bantu mengosok punggung kami karena badan banyak noda sperma yang masih menempel.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi, kami meninggalkan bungalo ini lalu Bang Faiz mengantar aku dan Vivi pulang ke rumahku.

Setelah sampai ke rumah, ternyata Velin dan Asen sudah berangkat ke sekolah. Akupun menjalankan tugasku sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan Vivi masih mau melanjutkan tidur di kamarku karena masih merasa kantuk.

Tidak tahu berapa lama Vivi tinggal bersama kami?

Ngapain saja Vivi selama di sini ?​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd