Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Snatching The Sultan's Wives

(STSW 5)
Mobil Alphard milik Nagita yang dikemudikan Pak Salim, kini telah melaju menyusuri jalanan Ibukota. Di dalam mobil itu, Nagita yang walaupun masih agak risih dengan kehadiran Tarjo, terlihat sedang mengajukan beberapa pertanyaan pada pria tua tersebut. Di sampingnya, tentu saja ada Om Merry yang selalu setia menemani wanita cantik tersebut kemana pun ia bepergian.

"Bapak umurnya berapa?", tanya Nagita dengan nada datar.

"Saya 52 tahun, Non Nagita", jawab Tarjo sambil sekilas menengok ke arah Nagita yang duduk di kursi tengah mobil.

"Gak usah panggil Nagita, kepanjangan..", balas Nagita yang terlihat tak sedikitpun melirik ke arah Tarjo.

"Panggil Gigi aja..", lanjutnya.

"Oh, i.. iya.. siap Non Gigi..", kata Tarjo dengan sedikit kikuk.

"Anak? Istri?"

"Ehm.. bapak belum pernah nikah, Non Gigi.."

Jawaban Tarjo sontak membuat Om Merry tiba-tiba ikut berkomentar, "Loh, mirip saya dong?"

Nagita pun nampak sedikit tersenyum, "Eh, iya yah?"

"Ya udah.. kalo gitu, Om Merry kawin sama Pak Tarjo aja.. nanti biar aku yang biayain?", ledek wanita cantik tersebut kala itu.

"Eh! Ogah dong, Mbak! Ada-ada aja kalo ngomong.."

Tawa renyah Nagita dan Pak Salim pun mendadak terdengar, "Hihihi.. "

Sementara Tarjo, nampaknya juga sedang berpura-pura tersenyum kala itu. Padahal sesungguhnya, pria tua tersebut tengah sibuk membatin, "Cuih! Najis gua ama tu bencong!"

"Gua tuh maunya sama elu Non Gigi, hehe.."

"Awas lu yah Non.. cepat atau lambat, pasti gua bisa bikin lu jatuh ke pelukan gua! Hehehe..."

Tarjo yang barusan tengah melamun sambil senyum-senyum sendiri, nampak terkejut saat bahunya ditoel Om Merry dari belakang, "Woi, Pak!"

"Eh.. eh.. iya?"

"Ditanyain Mbak Gigi tuh.. kenapa bisa sampe jadi penghuni yayasan Tali Kasih?"

"Iya, Pak.. dari tadi saya itu nanya, eh.. malah senyum-senyum sendiri doang..", kata Nagita dengan wajah kesal.

Tarjo yang merasa salah tingkah karena tak sempat mendengar pertanyaan terbaru Nagita, saat itu menjadi terbata-bata, "Ehm.. eh.. anu.."

"Anu apa, Pak?", kata Om Merry sambil menatap Tarjo dengan tatapan menyelidik.

"Eh, anu.. itu.. bapak sebenarnya dateng ke Jakarta dari 5 tahun yang lalu buat kerja, tapi pas nyampe sini bapak ditiipu sama kenalan bapak..", bohong Tarjo yang sempat terlihat gelisah.

Nagita yang mendengar pengakuan Tarjo, untuk yang kesekian kalinya kembali merasa iba pada pria tua tersebut. Apalagi saat itu, nada bicara pria tua mesum tersebut memang terdengar sangat memelas seperti seorang yang sudah sangat berputus asa.

Sebelum Nagita terlihat akan kembali bertanya, tiba-tiba Om Merry lah yang sudah terlihat duluan mengajukan pertanyaan kepada Tarjo, "Eh, Pak?"

"Terus, bapak-bapak yang tadi di yayasan itu siapanya bapak?"

"Kok saya perhatiin, kayaknya lengket banget sama bapak?"

Tarjo yang paham jika bapak-bapak yang dimaksud Om Merry adalah Udin, lagi-lagi kembali berbicara bohong kala itu, "Eh.. anu.. itu emang temen saya, Mas.."

"Baru ketemu waktu di jalanan, pas saya abis ditipu sama kenalan saya..", jelas Tarjo yang saat itu sudah sangat fasih mengumbar kebohongan.

Beberapa pertanyaan ringan pun kembali terdengar diajukan oleh Nagita serta Om Merry selama mobil mereka melaju menuju kediaman Nagita.

Sampai pada akhirnya, Pak Salim yang sedari tadi hanya sibuk mengemudikan mobil, terdengar bertanya pada Nagita, "Mbak?"

"Iya, Pak Salim? Kenapa?"

"Terus Pak Tarjo nanti mau dikasih kerjaan apa?"

Pertanyaan Pak Salim barusan, membuat Nagita dan Om Merry saling lihat-lihatan.

"Iya juga yah..", gumam Nagita saat itu.

Tarjo yang tengah duduk di samping Pak Salim pun kelihatan hanya terdiam sambil memeluk tas kresek berisikan pakaian miliknya. Ia saat itu nampaknya sengaja diam sejenak, untuk membiarkan Nagita mengambil keputusan.

"Eh, Pak? Bapak, bisanya ngapain aja?", tanya Om Merry yang tiba-tiba sudah bertanya kepada Tarjo.

"Ehm.. ngapain aja bapak bisa kok, Mas.."

Nagita serta Om Merry pun nampak kembali saling lihat-lihatan. Keduanya terlihat tengah berpikir perihal pekerjaan apa yang layak diberikan untuk Tarjo.

"Ngentotin majikan lu sampe hamil gua juga bisa kok, hehe..", kata Tarjo saat itu dalam hatinya.

Beberapa saat kemudian, giliran Nagita yang terlihat sudah bertanya kembali pada Tarjo, "Ehmm.. kalo nyupir bapak bisa?"

"Bisa banget, Non!"

Jawaban Tarjo terdengar begitu mantap. Itu semua karena dulunya sewaktu ia masih menetap di kampung, ia ternyata memang sudah mahir mengemudikan mobil. Mobil yang ia kerap kemudikan tak lain adalah mobil dari Pak Kades yang anaknya dahulu ia perkosa sewaktu di kampung. Itu sebabnya, sewaktu bergabung dengan kelompok begal Udin, ia juga kerap kali diminta mereka untuk mengemudikan mobil jika mereka akan memulai aksi pembegalan.

Berkat jawaban Tarjo barusan, Nagita saat itu akhirnya jadi mendapatkan sebuah ide di kepalanya.

"Nah, mending gue jadiin dia supir gue aja.. supaya gue ketemu dia cuman pas lagi di mobil aja, itu pun pasti gue bakal ada yang nemenin", batin Nagita kala itu.

Setelah mantap dengan apa yang ia pikirkan, Nagita akhirnya mengambil sebuah keputusan, "Ya udah, Bapak mulai besok jadi supir saya.."

"Biar Pak Salim, bisa fokus nyupirin si Aa Rafathar aja, soalnya kegiatan dia kan udah makin banyak akhir-akhir ini..", sambung Nagita yang juga disetujui oleh Pak Salim kala itu.

Tarjo yang mendengar keputusan Nagita, sontak langsung bersorak dalam hatinya, "Mantap! Lumayan nih, bisa dapet kesempatan nyupirin Non Gigi yang montok ini, hehehe.."

"Wah, makasih banyak yah, Non Gigi!"

"Bapak selalu siap setiap saat buat nyupirin Non Gigi, hehe..", kata Tarjo yang tawanya saat itu terdengar agak mengerikan.

Nagita pun terlihat hanya merespon dengan sebuah anggukan semata, "Iya.. iya.."

Sementara Om Merry, nampaknya masih sedikit tak senang dengan keputusan Nagita. Ia yang sebetulnya ingin melayangkan protes, mendadak mengurungkan niatnya sebab tak enak jika didengar langsung oleh Tarjo.

"Soal bayaran, nanti aku..

Belum sempat Nagita menyelesaikan kalimatnya, Tarjo yang kala itu sudah merasa senang, langsung saja menyambar, "Udah Non.. bayaran mah gampang.."

"Berapa aja yang Non kasih, pasti bapak terima.. hehe..."

Nagita yang saat itu nampak tak curiga sama sekali, terlihat hanya menjawab sekenanya saja, "Oh.. oke.. oke.."

Wanita cantik tersebut rupaya masih tak sadar, jika misi utama Tarjo meminta sebuah pekerjaan padanya adalah bukan demi sebuah bayaran, tetapi tak lain adalah untuk mendapatkan dirinya.


* * *​


Raut wajah para pekerja di rumah Nagita, sore itu terlihat bingung. Tak terkecuali dengan Mbak Lala dan Sus Rini, pengasuh Rafathar dan Rayyanza, yang sore itu tak sengaja turun ke lantai bawah kediaman majikan mereka. Kehadiran sosok pria tua bertampang hancur yang saat itu tengah mengobrol dengan Nagita di ruang tamu rumah megah tersebut, tak lain adalah penyebab bingungnya mereka semua pada sore itu.

Mbak Lala yang saat itu tengah mengintip ke ruang tamu bersama Sus Rini, terlihat melambaikan tangan ke arah Om Merry yang tak sengaja menengok ke arah mereka. Begitu Om Merry telah menghampiri ia dan Sus Rini, Mbak Lala pun sontak langsung menginterogasi Om Merry saat itu juga.

"Tante Merry, itu siapa?"

Nampak Sus Rini, juga ikut-ikutan bertanya, "He eh! Siapa tuh?"

Sambil bersembunyi dibalik tembok, Om Merry pun langsung saja menceritakan semuanya secara rinci pada Mbak Lala dan Sus Rini. Kedua wanita berjilbab itu pun terlihat terkejut begitu selesai mendengar semua cerita Om Merry.

"Ya ampun! Beneran?"

"Iya, La! Kita semua juga udah ngingetin Mbak Gigi tadi, tapi kan kamu tahu sendiri Mbak Gigi itu orangnya mudah luluh.."

Tiba-tiba, sementara mereka bertiga sedang asik membicarakan sosok Tarjo, suara teriakan Nagita yang memanggil nama Om Merry, sontak membuat obrolan ketiganya jadi terhenti.

"Eh, nanti lagi lanjut ngerumpinya.. Mbak Gigi manggil aku tuh!"

"Iya, iya.. sana gih, Tante Merry!"

Sewaktu Om Merry telah datang menghampiri Nagita, wanita cantik tersebut langsung saja meminta Om Merry untuk menemaninya mengantarkan Tarjo ke kamar yang akan ditempati pria tua tersebut.

Saat itu, Nagita dengan terpaksa harus rela untuk memberikan sebuah kamar yang paling kecil di kediaman barunya bersama Raffi untuk ditempati Tarjo. Kondisi tersebut diakibatkan karena setiap kamar pada rumah lama Nagita dan Raffi, nampak telah terisi penuh karena ditempati oleh para pekerja-pekerja yang bekerja dirumah mereka.

Hanya Mbak Lala, Sus Rini, serta beberapa art lain yang nampak ikut tinggal bersama keluarga Nagita dan Raffi di kediaman baru mereka yang sangat megah tersebut. Sementara Om Merry dan asisten Raffi yang bernama Sensen, walau punya kamar di kediaman baru Nagita, nampak hanya beberapa kali menginap di rumah megah tersebut, karena masih memiliki sebuah tempat tinggal.

"Ceklek!", bunyi handle pintu kamar yang akan ditempati Tarjo, terdengar baru saja dibuka Om Merry.


vHVRox9m_t.jpg



Nagita yang langsung masuk begitu pintu kamar itu dibuka Om Merry, terlihat mempersilahkan Tarjo untuk ikut masuk ke dalam kamar yang akan pria tua tersebut tempati.

"Jadi, ini kamar untuk bapak.."

"Ehm.. kalo mau ke kamar mandi, tuh.. ada disamping kamar bapak ini.."

Nagita kemudian terlihat seperti sedang berfikir.

"Oh, iya!"

"Merr, ambilin hapenya diatas!"

"Yang mana, Mbak?", tanya Om Merry.

"Udah.. terserah aja!", jawab Nagita.

Om Merry yang mendapat perintah dari Nagita, kemudian langsung pergi naik ke lantai 2 rumah. Tak berapa lama kemudian, ia pun terlihat sudah kembali lagi ke kamar itu sembari membawa sebuah ponsel.

"Ini Mbak.."

Sebuah ponsel android bermerk "Oppo" yang merupakan barang hasil endorse, terlihat baru saja diberikan Om Merry kepada Nagita. Setelah menerima ponsel tersebut, Nagita pun kemudian mulai bertanya pada Tarjo, "Pak Tarjo, tau cara make hape, kan?"

"I.. iya, Non Gigi.. saya tau.."

Nagita pun saat itu juga langsung menyerahkan ponsel tersebut kepada Tarjo yang tentu saja langsung diterima pria tua tersebut.

"Itu hape udah ada nomornya, jadi bapak tinggal make aja.."

"Nomor telepon saya juga udah ada disitu.."

"Kalo perlu wifi, tinggal otomatis conect aja.."

Tarjo yang sudah hampir 3 bulan ini menjalani hidup tanpa ponsel, seketika langsung merasa gembira saat itu.

"Iya, Non.. makasih banyak yah, Non Gigi.."

"Sekali lagi, bapak ucapin makasih banyak, hehehe.."

"Iya.. iya, Pak.."

Tak lama dari itu, Nagita dan Om Merry pun akhirnya terlihat meninggalkan Tarjo di kamar baru pria tua itu. Kini, di kamar barunya itu, sang pria tua mesum nampak langsung menjatuhkan badannya dikasur yang tergeletak pada lantai kamarnya itu.

"Asu! Montok banget emang dah si Non Gigi!", keluhnya sesaat setelah sudah berbaring.

Ia kemudian secara tiba-tiba langsung mengeluarkan penisnya yang ternyata berwujud sangat mengerikan. Dikatakan mengerikan, sebab, penis milik Tarjo tersebut ternyata terdapat bercak-bercak putih yang membuat siapapun pasti akan jijik apabila menatap benda tersebut.

"Sampe ngaceng banget nih kontol gue dari tadi!", sambungnya lagi, sambil membelai-belai penis menjijikan miliknya yang ternyata berukuran sangat besar itu.

"Sumpah! Itu susunya pengen gua cupang-cupangin tiap hari!"

"Mana pantatnya montok banget lagi!"

"Duh, kalo gue bisa dapetin dia, abis tuh lubang pantatnya gue entotin tiap hari!"

"Tapi.. gimana caranya yah?"

"Bangsat! Malah jadi gua yang bingung skarang!"

Kebiasaan Tarjo yang selama ini kerap kali berfikir pendek, akhirnya membuat ia menjadi bingung saat itu juga. Sebelumnya, fokus pria tua tersebut memang hanya sebatas menemukan cara agar dirinya bisa ikut bersama Nagita ke rumahnya. Setelah rencana itu sudah tercapai, barulah saat itu Tarjo seketika jadi kebingungan sendiri terkait rencana yang akan ia tempuh selanjutnya.

"Wah anjing!"

"Skarang, gua udah bisa tinggal dirumahnya Non Gigi, tapi yang selanjutnya nih gua udah kagak punya rencana lagi.."

Ia pun jadi teringat soal obrolannya dengan Udin beberapa jam lalu dikamar mereka, yang dimana saat itu Tarjo malah berlagak seakan-akan seperti seorang pribadi yang optimistis di depan sahabatnya itu, padahal nyatanya, saat itu ia hanya sebatas menjaga gengsinya saja dimuka Udin.

"Apa gua culik anaknya aja ye? Terus abis itu ngancem dia?"

"Eh.. tapi, jangan ah! Bahaya banget itu!"

"Ehmm..."

"Atau, gimana kalo dia langsung gua perkosa aja yah?"

"Aduh, enggak.. enggak! Itu mah sama terlalu bahaya juga!"

Tarjo yang saat itu kelihatan sangat kebingungan, mendadak tak sengaja menengok ke arah tangan kirinya yang tanpa ia sadari sedari tadi masih menggenggam ponsel pemberian Nagita.

"Eh? Gua kan skarang udah punya hape yak?", gumamnya sambil perlahan bangkit dan mulai duduk di kasurnya.

Ia kemudian kembali terlihat berpikir keras, bak seorang profesor. Saking kerasnya berpikir, ia sampai-sampai tak sadar jika telah berfikir sambil memejemkan kedua matanya.

Hingga beberapa saat kemudian, matanya pun secara mengejutkan sudah terlihat membelalak, "Nah, ketemu!!!"

Ia yang barusan ternyata telah berhasil menemukan sebuah ide, terlihat seketika langsung agak merubah posisi duduknya.

"Iya! Gua harus bisa ngancem Non Gigi secara halus, supaya dia bisa terus-terusan nurut ama gua.. hehehe..."

"Gua mesti rekamin dia secara diam-diam kalo lagi mandi atau buang aer!"

Namun, beberapa saat kemudian, ia yang mulanya sudah terlihat begitu yakin, lagi-lagi secara mendadak langsung nampak agak lemas setelah menyadari sesuatu, "Wah! Bangsat!"

"Gimana bisa gua rekamin dia? Orang jelas-jelas dia itu punya kamar mandi pribadi dikamarnya dia!"

"Mana ni rumah full ama cctv lagi!"

"Aduh, tolol banget dah gua.. bisa-bisanya gak kepikiran ampe ke sono!", gerutu Tarjo sambil memukul-mukul dahinya secara berulang kali.

Dengan ekspresinya yang sudah berubah masam, Tarjo pun terlihat hanya tertunduk diatas kasurnya selama beberapa saat. Hingga selang berapa lama, ia pun akhirnya memutuskan untuk tetap menjalankan dulu semua rencananya.

"Ah! Bodoh amatlah!"

"Gua pokoknya harus tetap berusaha buat rekamin dia!"

"Masalah bakalan ada kesempatan atau enggak, biar gua liat nanti aja!"

Karena otaknya mulai lelah akibat sibuk memikirkan rencana bejat menaklukan Nagita, pria tua itu kemudian memutuskan untuk sejenak tiduran, sembari mengutak-atik ponselnya yang baru saja ia terima dari Nagita.

Ia yang sebelumnya sempat mempunyai sebuah akun facebook, saat itu sempat ingin membuka kembali akun facebook miliknya. Namun, berhubung saat itu ia ternyata masih cukup takut jika pihak kepolisian masih melacak keberadaannya, akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah akun facebook baru dengan menggunakan identitas orang lain. Berbekal sambungan wifi dan video tutorial pada platform youtube, Tarjo pun sukses membuat sebuah akun facebook baru kala itu.

Saat tengah sibuk berselancar di media sosial facebook, Tarjo pun teringat dengan seorang kawannya yang bernama Edi, "Eh, iya yak.. si Edi apa kabar yak?"

"Hehe.. jadi inget masa-masa dulu!"

Edi yang adalah seorang penjual obat perangsang serta beberapa mainan seks, dulunya sering sekali Tarjo hubungi via messenger facebook. Tujuan Tarjo kerap menghubungi Edi, tentu saja tak lain adalah untuk membeli obat perangsang yang akan ia campurkan ke minuman para PSK jika ia sedang bersenang-senang dengan mereka.

"Eh bentar, bentar!"

"Ngomong-ngomong soal Edi dan masa-masa dulu.."

Bibir Tarjo kemudian sudah terlihat melengkung membentuk sebuah senyuman licik. Pria tua itu nampak seperti baru saja mendapatkan sebuah ide lagi pada saat itu.

Langsung saja, karena sudah hapal betul dengan nama facebook Edi, jemari keriput Tarjo pun begitu terlihat lancar mengetikan nama Edi di kolom pencarian facebook. Setelah akun Edi berhasil ia temukan, Tarjo pun saat itu juga langsung mengirimi Edi sebuah pesan via messenger.


mw1t5XN2_t.jpg

HmXOdFwn_t.jpg



Usai memesan obat perangsang dari Edi, Tarjo pun saat itu langsung saja tersenyum menyeringai. Sambil membaringkan dirinya diatas kasur, pria tua tersebut nampak mulai melamun sembari memandangi langit-langit kamar yang baru beberapa saat ia tempati itu.

"Hehe.. walaupun gua belom tahu tu barang bakal gua apain nanti, tapi yang penting.. tu barang harus bisa gua kantongin dulu!"

"Bisa langsung sange gak yah si Non Gigi kalo minum tu barang? Hehehe..",gumamnya sambil tersenyun mesum.


* * *​


Pada waktu yang bersamaan, tepatnya di lantai 2 kediaman megahnya, Nagita, Om Merry, Mbak Lala serta Sus Rini, nampak tengah serius mengobrol sembari menemani Rafathar dan Rayyanza bermain. Obrolan mereka berempat, rupanya masih tak jauh-jauh dari sosok Tarjo, pria tua yang baru saja datang di rumah megah tersebut.

"Mbak, pokoknya Mbak Gigi harus jaga jarak dari bapak-bapak itu!", ujar Mbak Lala.

"Iya, La.. iya.."

Sus Rini yang tengah duduk disamping Mbak Lala, terlihat ikut mengiyakan, "Iya, Bu.. mukanya serem ih!"

Kini, giliran Om Merry yang saat itu ikut-ikuran menambahkan, "Tuh kan, Mbak!"

"Apa kata saya? Si Lala sama Sus Rini aja bisa ngeliat kalo tuh bapak-bapak nyeremin!", lanjut Om Merry.

Mendapat jenis masukkan yang kurang lebih sama dari ketiga pekerjanya, membuat Nagita saat itu bertekad untuk lebih waspada dengan sosok Tarjo. Memang, sebelumnya, hati kecil Nagita juga berkata bahwa ada yang tak beres dari sosok Tarjo. Namun, kembali lagi, karakter Nagita yang dari dulu diajarkan untuk selalu bersikap baik kepada sesama, membuat istri Sultan Andara tersebut terbiasa untuk berfikiran positif pada siapapun.

"Tante Merry, pokoknya Tante Merry harus nemenin Mbak Gigi terus yah kalo lagi ada si bapak-bapak itu!", tegas Mbak Lala kepada sosok Om Merry kala itu.

"Pasti, La!"

"Di mobil, aku bakalan terus kawal Mbak Gigi!"

"Nah, bagus Tante Merry!"

"Emang kapan si Pak Tarjo itu mulai kerja, Bu?"

"Mulai besok pagi, Sus.."

"Oh, gitu.."

Saat obrolan mereka berempat sudah berlangsung agak sedikit lama, tiba-tiba mereka semua dikejutkan dengan kedatangan sosok Raffi yang baru pulang dari mengisi live pada salah satu stasiun tv ternama, "Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam!", jawab mereka berempat dengan serentak.

Setelah memberi pelukan dan ciuman pada dahi sang istri serta kedua buah hatinya, Raffi pun nampak langsung mengambil tempat duduk di sofa yang kemudian diikuti oleh Nagita.

Saat itu, tanpa berlama-lama, Nagita segera menceritakan kepada Raffi, perihal kejadian di Yayasan Tali Kasih pada siang tadi. Om Merry yang juga masih berada disana, nampak terlihat ikut membantu Nagita memberi penjelasan kepada Raffi.

"Terus, mana orangnya?", tanya Raffi sambil terlihat sedang mencopot sepatunya.

"Bentar.. bentar.. aku telfon.."

Jemari mulus Nagita pun langsung terlihat menari-nari diatas layar iphone miliknya. Tak berselang lama, ia nampak sudah meletakan iphone itu ditelinga kanannya, "Pak Tarjo, naik ke lantai 2 bentar.."

"Mas Raffi mau ketemu.."

Setelah menutup panggilan telepon, tak lama berselang, sosok pria tua dengan tampang mengerikan pun sudah perlahan mendekat ke arah mereka. Bau badannya yang memang sangat tak sedap, langsung saja menusuk ke indera penciuman Raffi, Nagita dan yang lainnya.

"Permisi, Mas, Mbak, semuanya?", sapa Tarjo kala sudah berada di hadapan Raffi dan mereka semua.

Raffi yang kala itu sebenarnya agak kaget dengan penampakan Tarjo, nampak masih mencoba untuk tersenyum ramah kepada pria tua itu, "Panggil Aa aja, Pak.."

"Ayo sini, duduk!"

Tarjo yang semula berdiri dihadapan Raffi pun langsung terlihat mengambil tempat duduk disofa kosong yang ditunjuk Raffi. Disana, ia pun langsung saja ditanya-tanya oleh Raffi saat itu. Mulai dari asal usul, latar belakang, hingga beberapa hal kecil nampak menjadi topik pertanyaan Raffi. Tentu saja, semua pertanyaan Raffi kebanyakan sudah pasti dijawab Tarjo dengan berbohong.

Nagita, Om Merry, Mbak Lala dan Sus Rini pun saat itu juga turut serta menyaksikan bagimana pria tua tersebut tengah dicecar Raffi dengan beberapa pertanyaan. Hingga sekitar 30 menit menginterview Tarjo, Raffi pun akhirnya memutuskan untuk menerima pria tua tersebut menjadi supir pribadi sang istri mulai besok pagi.

"Makasih, Mas Raffi!"

"Aa, Pak Tarjo! Aa Raffi!"

"Aduh, maap Aa Raffi hehe.."

"Maklum, saking senengnya saya.. hehehe.."






bersambung...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd