Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sungguh Aku Tidak Bisa Menolak

efisiensi

Semprot Kecil
Daftar
15 Mar 2015
Post
64
Like diterima
1.573
Bimabet
Sebelumnya mohon maaf karena cerita sebelumnya mentok kehabisan ide buat ngembangin ceritanya..

Perkenalkan, namaku Jafar, seorang laki-laki yang telah berumah tangga. Saat ini usiaku menginjak 36 tahun. Aku termasuk laki-laki beruntung, karena dianugerahi banyak kelebihan oleh Tuhan berupa fisik dan harta, sehingga tidak heran aku juga memndapatkan istri yang cantik dan sholeha, bernama Nayla yang berusia 3 tahun di bawah. Namun, bukan kecantikan istrikulah yang akan aku ceritakan, tetapi hal gila yang terjadi padaku hingga saat ini dan istrikupun masih belum menyadarinya.

Sebelum lebih lanjut, aku dan istriku telah memiliki satu orang anak laki-laki berusia 12 tahun bernama Yusuf yang saat ini sekolah dipesantren, dan pulang hanya tiga bulan sekali. Praktis, aku dan istriku yang mengalah untuk membesuk putraku setian 2 minggu.

2 tahun lalu tahun, tepat setelah aku dan istriku membesuk putra kami di pesantren, kami pun pulang. Karena lokasi pesantren sangat jauh dan melewati perkampungan, kami berdua sesekali beristirahat. Saat hendak mencari warung, tidak sengaja aku oleng dan menyerempet pemulung yang sedang lewat. Aku rem mendadak dan akhirnya kami memutuskan untuk keluar.

"Ibu tidak apa-apa?" Tanya istriku panik.

"Tidak apa-apa Bu hanya lecet sedikit." Ucap perempuan itu.

Kulihat penampilan perempuan itu sangat lusuh dengan pakaian yang sudah kumal. Sebagai rasa minta maaf kami, kami pun mengajak perempuan itu untuk ikut kami mencari makan sambil ngobrol.

Tak selang lama, kami mampir di sebuah rumah makan ayam bakar tak jauh dari lokasi kami tadi. Sambil menunggu makanan siap, istrikupun berbincang-bincang .

"Sekali lagi maaf ya Bu kami jadi membuat Ibu sakit. Suami saya tadi sedikit lelah sehingga hilang kendali saat nyetir."

"Iiyya Bu saya minta maaf sekali lagi." Akupun ikut meminta maaf secara singkat karena aku memang orangnya kaku dengan orang baru.

"Tidak apa-apa Pak Bu, saya yang jalan terlalu ke tengah." Sambil malu-malu.

"Ibu nmanya siapa? Dan kenapa kok tadi jalan sendiri?" Tanya istriku mengakrabkan diri.

"Iya Bu. Nama saya Warni. Saya memang sebagai pemulung. Kebetulan saya janda dan sudah tidak punya keluarga. Jadi saya memulung untuk menyambung hidup. Tidurpun di mana saja sedapatnya tempat Bu." Terang dia.

"Yaampun kasian, jadi Ibu habis ini belum tahu mau tinggal di mana?" Potong istriku.

"Iya Bu, paling saya habis ini lanjut mulung lagi." Jawab perempuan itu dengan raut muka pucat dan sedih.

"Gimana Ibu ikut kami saja bantu-bantu kami merapikan rumah, kebetulan saya capek jika harus mengerjakan sendiri. Nanti Ibu kami kasih gaji, itung-itung sebagai permintaan maaf kami dan juga biar menambah saudara. Gimana Bi?" Tanya istriku langsung ke aku.

"Eh.. ehmm... anu.. Abi terserah Umi saja gimana boleh juga Bu Warni bantu-bantu kita." Jawabku terbata-bata karena aku kaget dengan istriku, padahal dia tipikal perempuan yang susah percaya orang.

"Eh... Bu.. Jangan.. Saya takut merepotkan Bapak Ibu." Tolaknya..

"Engga, tenang, nanti kita ajarin Bu Warni... tenang. Daripada kerja di jalanan bahaya." Imbuh istriku.

"Baiklah kalau begitu Bu. Nanti mohon saya dibimbing dan diajari ya Bu. Soalnya saya tidak tau apa-apa." Pintanya

"Beres. Yuk makan dulu Bu, ayo Bi kita makan laper banget." Ajak istriku.

"Eh iya Mi." Jawabku masih bingung.

Akhirnya kami bertiga makan dan langsung pulang.

Hari pertama, kedua, dan ketiga istriku pun dengan sabar dan telaten mengajari Bu Warni perihal pekerjaam rumah. Bahkan istriku membelikannya pakaian-pakaian mengingat pakaiannya terbatas.

Sebagai gambaran, akupun baru menyadari bahwa asisten rumah tanggaku ini perempuan dengan body yang bagus, terbilang montok dengan kulit sawo matang. Jujur beberapa kali dibuat salah fokus dengan payudaranya yang menonjol dan pantatnya yang semok.

"Silahkan Pak Bu. Makanan sudah siap." Bilangnya.

Saat itu Bu Warni menggunakan daster agak tipis. Istrikupun tidak menyadari dan tidak berkomentar banyak soal penampilan Bu Warni, karena mungkin dirasa aku tidak tergoda. Padahal, saat ini aku dibuat mupeng olehnya. Terlebih dia wangi dan bibirnya agak merah dengan lipstik. Yang bikin aku sulit lepas pandangan yaitu payudaranya yang cukup besar seperti ingin keluar dari dasternya. Jakunku pun naik turun. Istrikupun masih mandi. Aku yang sudah siap di meja makan, hanya bisa melongo memperhatikan Bu Warni menyiapkan meja makan sambil melenggak lenggokkan badannya. Tanpa sadar diapun merasa kalau aku perhatikan.

"Maaf pak, saya tata terlebih dahulu makanannya. Soalnya baru matang."

Entah dia sadar atau tidak, kancing dasternya terbuka satu dan belahan dadanya terlihat.Aku merasa tersiksa, karena istriku tidak segera datang. Cukup lama Bu Warni menata meja makan sambil menyuguhkan belahan dadanya.

Jujur, walaupun aku memiliki istri yang cantik. Aku tidak munafik dengan apa yang kulihat sekarang. Bu Warni jauh berubah dari pertama kali kita bertemu. Semakin hari dia semakin bersih dan semakin memperlihatkan kemolekan tubuhnya di depanku.

"Iyyya Bu Warni, ndak papa. Saya belum lapar sekali." Ucapku sambil membekap zakarku yang telah tegang maksimal sedari tadi.

Rambutnya sebahu sangat wangi sekali. Mungkin habis shampoan. Dan masih terus aku nikmati kemolekan IRT ku. Bu Warni sambil sesekali menyampirkan rambutnya ke bahu sebelah sehingga lehernya terekspos oleh mataku.

"Gila ini perempuan. Berani sekali mengumbar tubuhnya di depanku. Apa kata istriku." Umpatku.

Setelah selesai menata meja, Bu Warni ke dapur. Aku dan istriku makan bersama di meja makan.

Sorenya, ketika aku sedang membaca koran, dan istriku sedang sibuk dengan hapenya, Bu Warni datang membawa secangkir kopi dengan pakaian kaos vneck dan rok plisket ketat. Istiku membelakangiku dan saat menghidangkan Bu Warni menunduk cukup lama sambil rambutnya diikat.

"Silahkan diminum Pak." Ucapnya membuyarkan lamunan ku.

"Ba..baiik terima kasih Bu." Ucapku singkat.

[POV Bu Warni]

Aku tahu, laki-laki manapun pasti akan lemah jika syahwatnya di goda. Aku akan coba ke majikanku yang ganteng dan macho itu. Karena aku selalu horny jika melihat dia. Akan aku buat tunduk menuruti syahwatku.

Sengaja kubuat penampilanku se seksi mungkin, karena istrinya juga tidak mempermasalahkan cara berpakaianku. Karena dia tau suaminya susah tergoda. Tapi akan aku coba sampai mana suaminya bisa tahan.

Saat aku hidangkan kopi untuk Pak Jafar. Sengaja aku pakai kaos vneck dada rendah dan rok plisket ketat. Semua lekuk tubuhku terkespos dan memang sengaj kusuguhkan untuk majikanku.

"Pak.. pak.. kenapa?" Ucapku

"Endak Bu. terima kasih sudah dibuatkan kopi." Jawabnya.

Akupun kembali ke dapur sambil melenggak lenggokkan pantatku. Aku merasa berhasil karena telah menggoda dirinya. Sebentar lagi akan aku bongkar kontol perkasanya untuk mengobok-obok memekku. Oh Pak Jafar, kamu macho sekali. Aku rela jadi istri diam-diammu Pak.. Khayalku.

Sejak saat itu aku terus rutin untuk menggodanya dengan cara berpakaianku. Aku ingin Pak Jafar tunduk denganku tanpa aku yang meminta, sehingga akan ku goda pelan-pelan. Tentu saja tanpa sepengatahuan istrinya. Ku buat serapi mungkin.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd