Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tak Seindah Kisah Cinta di Dalam Novel

Keep update siiss I’ll support your stories ^,^
 
Part 27: Tanya

Astari-6.jpg

Sekitar pukul 6 sore aku sudah sampai di rumah. Ada beberapa tulisan yang harus aku selesaikan di kantor hari ini, yang membuat otakku serasa mau meledak. Untung saja editorku memberikan keluangan dalam hal waktu deadline, sehingga aku masih bisa bernafas lega. Apabila tidak, tentu aku harus kerja lembur di kantor hari ini. Dan aku tidak tahu apakah otakku masih bisa bekerja secara normal atau tidak setelah aku peras tenaganya dengan begitu kuat.

Saat sampai di rumah, aku bisa melihat tumpukan barang di sana-sini. Rumahku yang biasanya sepi, kini tampak sedikit lebih meriah, meski penghuninya tetap saja kami bertiga: aku, kakakku Amanda, dan ibuku. Namun persiapan pernikahan kakakku satu-satunya tersebut membuat rumahku kini diisi dengan berbagai macam hal, mulai dari souvenir pernikahan, undangan yang belum sempat dibagikan, sisa-sisa barang seserahan yang belum sempat dibawa ke rumah calon mempelai pria, dan semacamnya.

Untungnya, ibuku tampak biasa saja menghadapi masa-masa krusial yang sensitif ini, meski ini adalah pernikahan anak pertamanya. Bertahun-tahun tanpa suami sepertinya membuat ibuku mampu bersikap tegar dalam menghadapi berbagai macam tantangan hidup. Dalam hati, aku sering merasa iri kepadanya.

"Kak Amanda mana Bu?" Tanyaku pada ibu yang tengah duduk di sofa sambil menghadap televisi, menonton berita sore.

Aku sekilas melirik ke arah meja makan, sudah ada hidangan makan malam seperti biasa. Ibu memang terkenal tidak pernah terlambat dalam menyiapkan santapan tersebut, meski hanya makanan sederhana seperti sayur bayam dan orek tempe.

"Belum pulang, katanya sih mau mampir ke tempat fitting baju dulu. Harusnya sih sebentar lagi datang. Kalau lapar kamu makan duluan saja," jawab Ibu.

"Oh, kalau gitu nanti saja Bu makannya, biar bareng-bareng. Aku juga belum terlalu lapar. Aku ke kamar dulu ya, mau bersih-bersih."

Sesampainya di kamar, aku tidak langsung berganti pakaian dan menuju kamar mandi seperti biasa. Aku justru memilih berbaring di atas ranjang dan menatap langit-langit kamarku. Pikiranku tak bisa berpaling dari apa yang terjadi beberapa hari lalu, di rumah Pak Raharjo.

Pria tua tersebut jelas menyimpan sebuah rahasia, dan apabila dugaanku benar, rahasia tersebut ada kaitannya dengan kakakku. Aku pun berusaha merangkai kejadian-kejadian yang terjadi sepanjang yang aku tahu.

Kak Amanda pergi ke Jogja bersama Pak Raharjo, lalu kembali di waktu yang lebih cepat. Saat aku mengajak Pak Raharjo bertemu, ia memang tidak menolak. Namun jelas ada yang berbeda dengan saat pertama kali berjumpa, di mana ia tampak lebih hangat, dengan gairah yang seperti menggebu-gebu. Aku tentu tahu apa yang ia rasakan saat kami tengah berdua di ruang kerjanya. Aku kan bukan perempuan lugu yang bodoh.

Namun anehnya, gairah tersebut tidak aku lihat saat beberapa hari lalu aku datang ke rumahnya. Ia seperti tetap mempunyai gairah, tetapi tidak untukku.

"Ahh ... Tapi untuk apa sih aku memikirkan hal tersebut? Ada perasaan apa memang aku dengan dirinya? Dasar Astari bodoh."

Aku pun berusaha mengalihkan pikiran dengan memutar sebuah lagu secara acak dari playlist milikku di aplikasi Spotify. Tak lama kemudian, lagu tersebut langsung terdengar dari speaker mini yang memang terhubung secara otomatis dengan smartphone milikky begitu aku masuk ke dalam kamar. Meski ukurannya kecil, tetapi speaker tersebut tetap bisa mengeluarkan suara yang cukup besar.

Ternyata, yang terputar adalah lagu Lantas dari Juicy Luicy.

Lantas mengapa ku masih menaruh hati

Padahal kutahu kau telah terikat janji

Keliru ataukah bukan tak tahu

Lupakanmu tapi aku tak mau

Apakah memang aku menaruh hati kepada pria tua seperti Pak Raharjo? Bagaimana bisa, aku yang hampir tidak pernah jatuh hati pada lelaki mana pun sepanjang hidupku, justru menginginkan Pak Raharjo?

Namun di sisi lain, mengapa aku terus memikirkannya? Mengapa aku merasa kesal saat ia berkata ketus kepadaku, meski aku bukan siapa-siapa di hadapannya? Mengapa aku terus ingin dekat dengannya?

Pantaskah aku menyimpan rasa cemburu

Padahal bukan aku yang memilikimu

Sanggup sampai kapankah ku tak tahu

Akankah akal sehat menyadarkanku

Apakah ini yang dinamakan rasa cemburu? Dan sebenarnya aku ingin memiliki dia? Namun bagaimana mungkin? Ini tidak benar bukan?

"Ahhhh ..." aku menggelengkan kepala berusaha melupakan segala hal yang berkecamuk di pikiranku.

Mungkin ini hanyalah pikiran sesaat yang sebentar nanti juga akan hilang. Aku hanya perlu tidur dan besok pagi pikiran aneh ini sudah hilang. Namun bukankah aku sudah tidur beberapa malam dan pikiran ini terus saja hadir tak mau pergi?

"Tuh kan, mikirin itu lagi ... lupakan Astari, lupakaaaaaaaaannn ..." Teriakku dalam hati.

***​

Saat aku keluar kamar dengan kaos longgar berwarna putih dan celana pendek yang ketat, Ibu dan Kak Amanda tampak sudah duduk di meja makan.

"Tuh kan, udah makan duluan, bukannya ngajak-ngajak aku," ujarku bercanda.

"Siapa juga yang makan duluan, ini baru ambil nasi doank kok," Kak Amanda berkelit.

Meski selalu menggunakan hijab ketika keluar rumah, di dalam rumah ia justru sering menggunakan tanktop tanpa bra lagi di baliknya, yang membuatnya tampak begitu seksi. Setiap pria yang melihatnya pasti akan langsung bergairah dibuatnya.

"Alasan saja, kalau aku gak keluar juga kalian pasti sudah makan duluan."

"Kakak tahu kamu sebentar lagi keluar, makanya kakak ambil nasi duluan neh."

"Emangnya kakak sudah ganti profesi, dari editor buku jadi cenayang?" Ujarku sambil menjulurkan lidah ke hadapannya, yang langsung dibalas olehnya. Meski begitu, aku tetap mengambil kursi untuk duduk bersama dengan mereka.

"Sudah ... Sudah ... Kalian ini sudah besar-besar masih saja suka bercanda kayak anak kecil. Yang satu sudah mau menikah, yang satu sebentar lagi dilamar orang, bukannya bertingkah lebih dewasa gitu lho," ujar Ibu menengahi.

"Wihhh, siapa tuh yang sebentar lagi dilamar orang? Dilamar genderuwo kali?" Kini giliran Kak Amanda yang meledekku.

"Eh, jangan asal ngomong ya. Nanti kalau yang ngelamar Chris Hemsworth jangan ngiri ya ..."

"Chris Hemsworth dari Hong Kong. Chris John kali nanti yang datang, hii."

"Ihhhh, kakaaaaaaakkkk ..." ujarku sambil menggetok kepalanya dengan sendok yang kupegang.

"Sudah ihhh, bisa gak sih sekali aja makan malam gak berisik. Dasar anak-anak aneh," kata-kata Ibu kembali membuat kami berdua terdiam.

Selama beberapa menit, kami bertiga makan malam dengan diam, dan fokus ke santapan kami masing-masing.

"Bagaimana fitting bajunya tadi, Amanda?" Tanya Ibu sambil terus menikmati makan malamnya.

"Aman, Bu. Cuma ada yang perlu diubah dikit-dikit, tapi cepat kok selesainya."

"Bagus lah. Yang penting buat Ibu adalah kamu bahagia dengan semuanya, jangan terlarut dalam proses yang memang terkesan ribet ini. Yang paling utama adalah kebahagiaan kamu dan Jodi setelah pernikahan," Ibuku memang luar biasa bijak dalam mengeluarkan kata-kata. Sepertinya ia cocok untuk menggantikan Mario Teguh saat motivator itu nanti memutuskan untuk pensiun.

"Pak Raharjo diundang gak, Kak?" Tanyaku tiba-tiba.

Aku memang sengaja melakukan itu untuk melihat reaksi Kak Amanda. Dan tebakanku benar, ia langsung terdiam dan seperti tidak bisa menelan makanan di mulutnya. Ia menatapku tajam, seperti ingin bertanya apakah aku mengetahui sebuah rahasia yang seharusnya tidak boleh aku tahu.

"Kenapa kamu menanyakan hal itu?"

"Hmm, kan aku ngefans sama dia. Boleh donk berharap kakak mengundang dia supaya aku bisa bertemu dengan dia secara langsung?"

Kak Amanda tampak sedikit bernafas lega, meski tidak langsung bisa menghilangkan rasa tegang di wajahnya. Ia kembali menyantap makanannya.

"Kok gak dijawab. Jadi Pak Raharjo diundang gak, Kak?"

Kak Amanda tidak menjawab. Ia hanya menganggukkan kepala, tanpa sedikit pun menoleh ke arahku.

(Bersambung)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd