Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tak Seindah Kisah Cinta di Dalam Novel

Ini ts kayaknya enny arrownya Indonesia ya? Rapi bener dan tetep hot dibagian sama amanda. Plis amanda sama aku aja jgn sama pak raharjo atau jodi:aduh:
 
Semakin penasaran baca updatenya hu..., apakah pak raharjo lanjut dg amanda atau ganti haluan dg astari?
 
Part 28: Bersama

Saat aku memarkirkan mobil, jam tanganku menunjukkan pukul delapan malam. Padahal, di undangan yang aku terima tertulis bahwa acara resepsi pernikahan tersebut akan diselenggarakan mulai pukul tujuh sampai sembilan.

"Paling di awal akan lama dengan upacara adat atau semacamnya yang seperti berusaha dengan kuat untuk membuat acara pernikahan ini terlihat begitu sakral, padahal mah biasa saja," ujarku yang sudah pernah mengalami pernikahan seperti itu, dan hadir di cukup banyak pernikahan pasangan lain yang modelnya pun serupa.

Karena itu, aku pun sengaja datang terlambat agar tidak perlu menunggu upacara-upacara basa-basi seperti itu. Di sisi lain, aku juga mungkin tidak akan kuat menyaksikan aktivitas sakral tersebut yang diikuti oleh Amanda, terutama setelah hubungan yang aku jalani dengannya di Jogja beberapa bulan lalu.

Saat memasuki aula tempat resepsi tersebut berlangsung, beberapa hadirin tampak mengenaliku. Ada yang hanya malu-malu melihat ke arahku dan menunjuk-nunjuk dari jauh. Namun ada juga yang terang-terangan menyapaku, meski aku tak mengenali mereka.

"Ini Raharjo yang penulis novel itu ya," ujar seorang ibu tua berkebaya warna merah yang sedang memegang piring berisi somay lengkap dengan saos kacang di atasnya, tiba-tiba menghentikan langkahku dari arah depan.

"Iya, betul Bu," ujarku sambil tersenyum. Bertahun-tahun menjadi penulis terkenal, sudah membuatku terbiasa diperlakukan seperti itu oleh orang asing. Aku pun menjadi terlatih untuk menghadapi mereka.

"Waduh, saya itu ya bacaaaaaaa semua karya Bapak. Sampai yang terbaru itu yang judulnya Kere ... Kere ... apa ya?"

"Kerinduan Hati, Bu."

"Nah, itu betul. Kerinduan Hati. Duh, saya sampai nangis lho baca endingnya ..."

"Terima kasih, Bu. Kalau boleh, saya minta izin untuk ..."

"Kapan lagi neh membuat novel baru?" Ujarnya memotong kata-kataku.

"Hmm, mungkin ditunggu saja, Bu. Secara novel terbaru saya baru keluar, mungkin butuh waktu beberapa bulan sampai saya meluncurkan novel selanjutnya," ujarku sambil masih tersenyum.

Dalam hati, aku sudah ingin marah-marah saja pada si Ibu kurang ajar ini. Namun aku masih berusaha menahan diri, apalagi ini adalah resepsi pernikahan dari editorku sendiri.

"Owh, begitu ya. Lalu Bapak ke sini memangnya kenal dengan pengantin? Yang laki atau yang perempuan?"

"Aduh, kepo banget sih ini Ibu," ujarku dalam hati. Aku pun kemudian menjelaskan, "Mempelai perempuan, Amanda, itu adalah editor dari novel Kerinduan Hati yang tadi ibu sebutkan."

"Lho, masa iya? Si Amanda itu keponakan jauhku lho. Dia tidak pernah bilang kalau kenal penulis terkenal seperti kamu. Harus dibilangin itu anak nanti," ujarnya dengan nada kesal yang sepertinya tidak dibuat-buat. "Ya sudah, saya pamit dulu ya, permisi."

Aku akhirnya bisa menghela nafas lega, setelah bisa bebas dari si ibu tidak tahu diri itu. Semoga saja hanya ada satu spesies seperti dia di acara resepsi ini.

Dengan canggung, aku pun melangkah menuju pelaminan, ikut mengantri dengan para pengunjung lain menuju tempat yang sama. Saat melihat sekeliling, aku bisa melihat beberapa orang yang sepertinya merupakan rekan kerja Amanda dari penerbit tempat bukuku biasa diterbitkan. Aku hanya mengenal mereka dari wajah karena beberapa kali bertemu saat sedang rapat di kantor penerbit itu. Namun jelas aku tidak mengetahui nama mereka satu per satu.

10 menit kemudian, tiba giliranku untuk bersalaman dengan Amanda dan suaminya, yang juga pernah bertemu denganku di kedai kopi tempatku biasa bersantai. Aku tidak bisa tidak menatap mata Amanda dengan dalam, sebelum kemudian menyentuh tangannya yang lembut. Tangan tersebut sebelumnya pernah menjadi korban elusanku saat tengah dimabuk birahi dalam perjalanan kami berdua ke Jogja.

"Se ... Selamat ya atas pernikahan kalian," ujarku pada akhirnya.

Amanda tengah mengenakan baju pengantin serba putih yang membuatnya tampak begitu anggun. Meski begitu, pakaian tersebut tidak bisa menyembunyikan bentuk tubuhnya yang begitu gemulai. Tubuh indah yang pernah kurasakan manisnya luar dalam saat kami tengah berada di kamar yang sama di Jogja. Aku masih bisa mengingat betapa sempit dan menggigitnya kemaluan perempuan tersebut saat menerima penetrasi penisku saat itu.

"Terima kasih Pak Raharjo atas kehadirannya," jawab Amanda dengan nada yang seperti dipaksakan.

Aku berusaha memberikan pesan dengan genggaman yang erat pada tangannya, tetapi langsung dibalas dengan tatapan tajam sang perempuan muda tersebut. Namun bukan Raharjo namanya kalau tidak punya trik-trik tersembunyi.

"Pak Budi di mana ya, Amanda. Sepertinya sejak tadi aku tidak melihat batang hidungnya," ujarku sambil tetap menggenggam tangan Amanda. Padahal itu hanya pertanyaan basa-basi. Aku juga tidak peduli di mana atasan Amanda itu berada saat ini, dan tidak ada yang mau aku bicarakan juga dengan dia.

"Pak Budi sudah pulang tadi," ujar Amanda dengan senyum yang kembali dipaksakan.

Kali ini ia berhasil melepaskan tangan dari genggamanku dengan sekali hentakan. Tanganku pun langsung diraih oleh Jodi, yang berdiri tepat di sebelah Amanda. Dan secara otomatis, aku pun tidak punya kesempatan lagi untuk bersama editor cantik tersebut, karena sudah cukup banyak orang yang mengantri di belakangku.

"Baiklah kalau begitu, sampai jumpa lagi Amanda," ujarku sambil perlahan meninggalkan panggung pelaminan tempat perempuan cantik berjilbab itu berada.

Setelah turun dari pelaminan, aku pun bingung harus langsung pulang atau bagaimana. Namun perutku tiba-tiba berbunyi tanda bahwa aku sudah mulai lapar. Aku kembali mengingat somay berbalut saus kacang di piring yang dipegang ibu-ibu kurang ajar tadi. Sepertinya santapan tersebut sangat menggugah selera. Aku pun berusaha mencarinya, dan menemukan gubuk somay di pojok ruangan pesta.

Saat aku tengah menyantap somay yang ternyata memang sangat enak itu, tiba-tiba ada seorang perempuan cantik yang menghampiriku dari arah depan. Aku merasa seperti mengenal perempuan itu, tetapi wajahnya yang kini tengah dipenuhi make-up tampak begitu berbeda, membuatku tidak yakin untuk menyapanya terlebih dahulu. Untung saja, dia akhirnya menyapa saat tepat berada di hadapanku.

Astari-10.jpg

"Om lupa ya sama aku?"

"Hmm, Astari?"

Perempuan tersebut hanya tersenyum.

"Pangling ya? Hee," ujarnya lagi.

"Banget, soalnya kamu pakai make up begini," Astari memang tampak begitu cantik dengan balutan kebaya berwarna pink yang menyelimuti tubuhnya dengan sempurna, dengan jilbab yang juga berwarna senada. Sangat jauh berbeda dengan penampilannya yang biasa hanya berupa kaos dan celana jeans, setiap bertemu denganku.

"Om bisa saja."

"Memang biasanya kamu kalau pakai make up selalu secantik ini?" Aku baru menyadari betapa bodohnya pertanyaan itu begitu kata-kata tersebut meluncur dari mulutku.

"Aku jadi pagar ayu, Om. Jadinya ya harus make up seperti ini. Kalau biasanya mah yang seperti Om lihat saat kita bertemu."

"Hmm, pagar ayu? Jadi kamu kenal dengan Amanda?"

"Dari lahir juga aku sudah kenal dengan dia."

"Hmm, maksud kamu?" Aku sebenarnya sudah bisa menebak arah pembicaraan ini. Namun hati kecilku sepertinya ingin sekali menolak kenyataan tersebut.

"Amanda itu kakak kandungku, Om," ujarnya sambil melirik ke arah pelaminan. Editor cantik tersebut tampak masih sibuk melayani tamu yang ingin bersalaman.

Aku pun terdiam. Aku berusaha mengingat-ingat bahwa saat pertama kali bertemu Astari aku memang telah menyadari ada sedikit kemiripan antara dia dan seseorang yang aku kenal. "Alangkah bodohnya aku tidak bisa menemukan kesamaan antara Astari dan Amanda," gumamku dalam hati.

"Jadi, waktu pertama kali kita bertemu, waktu kamu mewawancarai aku, kamu sudah tahu kalau kakakmu adalah editor buku terbaruku?" Tanyaku lagi dengan rasa penasaran yang membuncah.

"Jujur, awalnya aku tidak tahu. Tapi kemudian Kak Amanda cerita bahwa dia ditugaskan untuk mengedit buku terbaru Om," ujarnya sambil menyeruput soda di gelas kaca yang sedari tadi digenggamnya. "Oh iya, selamat ya Om atas kesuksesan novel terbarunya yang langsung masuk cetak ulang."

"Terima kasih, Astari. Ini semua berkat kerja keras kakakmu," ujarku sambil menoleh ke arah pelaminan. Aku seperti melihat perempuan yang tengah mengenakan baju pengantin itu sedang menatap ke arahku dan Astari. Namun begitu aku memfokuskan pandangan, ia sudah menoleh ke arah lain.

"Om mau ke mana setelah acara ini?"

"Nggak mau ke mana-mana. Paling pulang ke rumah. Memangnya kenapa?"

"Mau keluar sama aku, nggak?"

"Keluar? Maksudnya kita jalan bareng keluar?"

"Iya, emang apa lagi maksudnya?" Astari tampak gemas melihat tingkahku yang memang sedikit aneh. Namun aku masih tidak percaya dia mau mengajakku keluar di momen seperti ini.

"Memangnya tidak apa-apa kalau kamu pergi? Acaranya kan belum selesai? Lagipula bukankah setelah ini kamu harus berkumpul dengan keluarga kamu?" Aku benar-benar heran dengan tingkah perempuan muda di hadapanku ini.

"Santai, Om. Semua tugasku sudah selesai kok dari tadi. Jadi sekarang aku bebas mau ke mana saja. Tertarik?" Tanyanya sambil mengedipkan mata ke arahku. Sungguh tawaran yang tidak bisa ditolak.

Dalam hati aku berpikir, sepertinya bukan ide yang bagus membawa kabur pagar ayu yang merupakan adik sang pengantin di acara resepsi seperti ini. Namun aku memang tidak ada urusan apa-apa lagi di sini. Yang ada, aku akan semakin merana melihat kebahagiaan Amanda dengan suaminya.

Aku pun mengiyakan saran Astari dan menganggukkan kepala ke arahnya.

"Nah, gitu donk," ujarnya yang langsung menggandeng tanganku dan menariknya ke arah pintu keluar.

"Eh, sebentar dulu. Ini piring somay nanti pecah ..."

(Bersambung)
 
Terakhir diubah:
beda pengalaman.beda cara mainnya ya om hahaha si om bisa aja
 
Apakah tiada rotan akar pun jadi?

Apakah sekali dayung dua tiga pulau terlampaui?

Hmmm menarik. Semangattttt :semangat:
 
Mmmm... Astari dan Om Raharjo. Menarik juga. Jadi penasaran. Akankah Astari dengan kecerdasannya akan bisa mengetahui apa yang sudah dialami Kakaknya dan Penulis yang dikaguminya itu? Penasaran. Dan apakah Pak Raharjo bisa memperoleh kenikmatan dari Astari? Menarik nih. Tapi gak tau kenapa, selalu berharap kalau kejadian Amanda dan Pak Raharjo di Yogya mereka ulangi lagi hehe.... semangat suhu @fathimah. Jangan bosen bikin kita selalu penasaran dan horny ya hahahaaaa...
 
Astari sudah terlanjur muncul dengan cantiknya, pesona dan godaannya kepada Raharjo dan saya. Kayaknya sedikit banyak kebutuhan saya mohon dapat dituntaskan juga oleh suhu.. ;)
 
Maaf deh kalau banyak kentangnya, tapi yang penting asalkan cepat diupdate gpp kali ya kentang dikit2, hee.

Part selanjutnya akan tayang hari ini atau besok
santai aja sis, saya menikmati koq ritme cerita2nya
 
Duh beneran usah mau tamat nih. 😭😭 Cerita bagus gini pinginnyan 100 bab. Hehehe...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd