Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Taman Sang Dewi

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
K-kisah penutupp??? Jangan bilang kalo mas bro mau ngumpet di semak-semak seperti yang pernah nubi lakukan..... Dan jangan bilang hal itu karena kisruh salah paham ringan di lonj...

Kalo benar... Hilanglah seorang kawan di forum tercinta ini...:sendirian:

bukan karna itu om, emang udah direncanain jauh-jauh hari, bahkan saat gw mulai nulis. dan menulis itu bukan keinginan gw, tapi karna gw punya janji kepada seseorang untuk menulis segala hal tentang dia, segala hal yang terinspirasi dari dia, pokoknya apapun tentang dia, karna dengan begitu gw bisa merasa selalu bersamanya. Semua karakter utama wanita di cerita gw (kecuali nyawa dan cinta) diambil dari karakter dia.

'aku menulis untuk diriku sendiri dan aku menulis untuk dipersembahkan pada sesuatu yang berharga' by Vicka a.k.a Siska

Salam
Billdisk (Billi dan Siska)
a.k.a
Willdick (Willi dan Vicka)
 
bukan karna itu om, emang udah direncanain jauh-jauh hari, bahkan saat gw mulai nulis. dan menulis itu bukan keinginan gw, tapi karna gw punya janji kepada seseorang untuk menulis segala hal tentang dia, segala hal yang terinspirasi dari dia, pokoknya apapun tentang dia, karna dengan begitu gw bisa merasa selalu bersamanya. Semua karakter utama wanita di cerita gw (kecuali nyawa dan cinta) diambil dari karakter dia.

'aku menulis untuk diriku sendiri dan aku menulis untuk dipersembahkan pada sesuatu yang berharga' by Vicka a.k.a Siska

Salam
Billdisk (Billi dan Siska)
a.k.a
Willdick (Willi dan Vicka)


jadi terharu dengan kisah dengan segala kenangan anda...
Semoga suatu saat nanti dengan Cinta anda di pertemukan di Surga Nya yang abadi..
 
jadi terharu dengan kisah dengan segala kenangan anda...
Semoga suatu saat nanti dengan Cinta anda di pertemukan di Surga Nya yang abadi..

Akur suhu.
Semoga si will d dick ini dipertemukan dengan cintanya saat di Surga-Nya nanti.
Amin, amin, amin.
:)

=========================================

Ditunggu bray lanjutannya.:shakehand
 
Kangen sama Gin, Tessa, Indah Gan... Wktu itu ceritanya Indah dah pecah segel ya.. Apa msh berlanjut ???? Klw smpe Bung Will 'PENSIUN' psti byk yg kehilangan...
 
@mtroyes dan om @ulrich : makasih doanya, tapi dipertemukannya gak sekarang kan, nanti-nanti aja ya :pandaketawa:

@jakatunggara dan @ctan : bunga harapan gak akan lanjut brur, makanya ganti 'taman sang dewi', banyak kok penulis yang lebih hebat, saatnya ane jadi SR :haha:
 
@mtroyes dan om @ulrich : makasih doanya, tapi dipertemukannya gak sekarang kan, nanti-nanti aja ya :pandaketawa:

@jakatunggara dan @ctan : bunga harapan gak akan lanjut brur, makanya ganti 'taman sang dewi', banyak kok penulis yang lebih hebat, saatnya ane jadi SR :haha:

ya....
bklan kangen lg ni nanti nya,dengan maestro ini,
setelah om Jay,Figur X,Clothing,Si Ganteng Rusuh,DLL
udah padah hilang dari dunia per semprotan,
kini bang will jg mo ikut2an ngilang
:suhu:
 
Spoiler Alert

Taman Sang Dewi
Piece 5 (Kesempurnaan Dan keindahan)


- Aura raja penakluk
-Permainan dimulai
-Ekstrak kulit pisang
-Kampret momen

Rilis Sabtu sore 23 Juli 2014

progres

proses penulisan ===== selesai
uji kelayakan cerita atas bahasa ===== selesai
uji kelayakan cerita atas cerita ===== selesai
uji kelayakan cerita atas pendalaman materi ====== sedang dalam proses

Karna ini masuk ke dalam rangkaian cerita penutup, jadi harus bener-bener serius, harus di buat secara terstruktur, sistematis dan masif.
 
harus dibuat secara terstruktur, sistematis, dan masif..

Entar kalo hasilnya ga memuaskan, saya laporkan lgi ke MA #eh.. :ngacir:
 
komen ah :ngupil:

cpt update :galak:

#sebuah kisah yg bs jd pelajaran dmana kita hrs memposisikan diantara cinta dan realita...
 

Piece 5 (Kesempurnaan Dan Keindahan)

Lagu tema
[video=youtube;rpMrRYgXAMM]http://www.youtube.com/watch?v=rpMrRYgXAMM[/video]

Aura raja penakluk


Disebuah warung makan di pinggir jalan Margonda, Dewi dan Khafi menyempatkan diri singgah disana, setelah membeli Game. Khafi memandang barisan menu di tempat itu dengan tatapan aneh.

“Serem-serem amat menunya Dew.“

Es posong, mendoan iblis, nasi tuyul, lontong setan, sate jenglot dan deretan menu-menu menyeramkan lainnya menghiasi secarik kertas yang terlaminating.

“Enak tau Khaf, gw sering makan disini kalau pulang kuliah.“

Mata Khafi berkeliaran ke segala penjuru kios yang hanya diterangi oleh cahaya yang redup dengan warna merah. Dan di sudut-sudut tembok terdapat miniatur berbagai macam jenis setan yang terkenal di Indonesia, seperti miniatur pocong, jenglot, kuntilanak, tuyul dan lain, lain.

“Yang punya dukun ya nih tempat makan ?”Khafi bertanya-tanya.

“Gak tau,” jawab Dewi singkat. “Menu yang terkenal es pocong sama mendoan iblis tau Khaf, pesen ya.”

Tanpa menunggu persetujuan dari Dewi memesan makanan yang dia inginkan untuk dia dan Khafi.Sementara Khafi masih saja memandang dengan heran dekorasi di tempat makan tersebut, terlihat menyeramkan dan anehnya banyak sekali pelanggannya.

‘Jangan-jangan mereka sebangsa lelembut’

Khafi mulai berfikir negatif, dilihatnya orang-orang yang dengan santainya duduk dan menikmati hidangan mereka.Tidak ada tanda-tanda bahwa mereka sebangsa lelembut, gerak-gerik merekapun terlihat seperti manusia normal pada umumnya.

‘Ah ini kan kota besar, beda dengan di desa, lelembutnya pasti menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar’

Khafi semakin larut dalam hayalan mistisnya, matanya semakin tajam memperhatikan setiap orang yang berkunjung ke tempat itu.Beberapa orang menyadari jika Khafi memperhatikannya dengan sangat dalam.

Mereka risih, lalu balas menatap Khafi tak kalah dalam, tiba-tiba wajah orang-orang tersebut menjadi pucat, sangat pucat dan menampakan lingkaran hitam di kedua bola matanya.

Hembusan angin yang melewati hidung Khafi mengirimkan aroma anyir yang menusuk indra penciuman Khafi. Perlahan orang-orang tersebut berdiri, lalu berjalan dengan sangat gemulai menuju Khafi.Pakaian yang mereka pakai memanjang hingga menutupi kaki.

Ah bukan menutupi kaki, tapi kaki mereka yang melayang hingga tak terlihat oleh mata tajam Khafi. Kedua tangan mereka mengulur, semakin dekat dan lebih dekat lagi dengan Khafi.Terlihat pupil mata Khafi bergerak-gerak ke kanan dan ke kiri, bulu-bulu halus di tubuhnya berdiri.Khafi mencengkram erat bangku yang menjadi sandarannya, aroma mistis tercium dari tubuh orang-orang tersebut.

“Ini mas, mbak pesanannya.”

Seorang pelayan menaruh 2 gelas minuman dan 2 piring makanan apa yang tadi Dewi pesan.

Ilusi

Khafi nampak tercenung, dilihatnya orang-orang yang masih duduk dengan santainya di meja masing-masing seraya menikmati hidangan mereka.

“Woy, bengong aja sih, masa cowok takut sama suasana horor begini,” ledek Dewi seraya menepuk pundak Khafi.

Khafi masih bengong, lalu beberapa detik kemudian menatap Dewi yang terlihat tersenyum mengejek kearahnya.

“Eh udah dateng pesenannya,” Khafi tersenyum melihat hidangan yang tersedia, sejenak ia memperhatikan minuman berwarna merah dan putih, serta diatasnya terdapat beberapa potong pisang dan es bulat.

“Cobain deh, enak tau !”

Khafi menyendokkan minuman, lalu menyicipinya, terlihat bibirnya mengecap-ngecap, “Ini sih bubur sumsum dikasih sirup sama di campur pisang.”

“Emang lo pikir apa ?” Dewi juga ikut menyendok minumannya, “Tanah kuburan yang masih merah terus dijadiin minuman buat kita ?”

Kemudian Khafi memotong sebagian makanan yang ada di piring, makanan dengan bahan dasar tempe dan terlihat lembek, serta dibaluri oleh saus serta mayonaise.

“Hmmm,” Khafi mengunyah dengan penuh penghayatan, “katanya mendoan iblis, apanya yang iblis, gak ada pedes-pedesnya.”

Suara Khafi terdengar lantang hingga membuat si penjual menjadi sedikit geram.Dewi celingak-celinguk memperhatikan orang-orang yang dengan reflek menoleh kearah Khafi.

“Ini tuh cuma nama aja, biar unik gitu makanya dinamain yang serem-serem,” Dewi setengah berbisik, sedikit sewot dengan kelantangan Khafi.

“Ada lho di deket rumah kamu tuh namanya ‘nasi goreng setan’ tuh pedes banget lho, masa ini mendoan iblis rasanya adem begini,” masih dengan nada lantang Khafi berbicara.

“Grrrrrrrrrrrrrr.”

Terdengar dengusan nafas kesal dari si penjual.

“Tapi enak kan ?”

“Enak sih, cuma nama aja yang aneh.”

“Fuuuhhh,” dengusan nafas si penjual kini terdengar lega.

Terjadi kesunyian selama beberapa saat, tapi ada sesuatu yang masih mengganjal di benak Dewi.

“Khaf, lo jangan bikin gw malu mulu napa !” ada sebuah kekesalan di hati Dewi.

“Malu gimana Dew ?”

“Coba kalo gw gak ada dana di tabungan gw, malu gw nih bawa cowok gak punya dwit belagak beli game ori. Sekarang juga lo bikin gw malu lagi cuma gara-gara masalah nama menu,” Dewi terus menerus nyerocos, mengeluarkan uneg-unegnya.

“Eh santai Dew, aku tau kok di ATM kamu ada dana, jumlahnya sekarang 4.500.000 kan ?“ ucap Khafi santai seraya mulutnya penuh dengan makanan.

“Wew, betul banget Khaf,” Dewi tercenung, tak menyangka Khafi bisa tau detail uang yang ada di tabungannya.

“Hehehe, Khafi gitu lho,” Khafi tersenyum dengan pipi yang mengembung terisi makanan.

“Kalo gw gak ada tabungan gimana, gak jadi beli game donk ?”

“Beli bajakan lah,” Khafi terlihat santai dengan suapan-suapan makanan ke dalam mulutnya.

“Heh, katanya ideologi, menurunkan harga diri kalo beli bajakan ?” ada rona-rona kesewotan di wajah Dewi.

“Hmmmm, di kenyataan yang pahit ini, sangat sulit untuk mempertahankan ideologi,” Khafi masih dengan gaya santainya dan wajah tanpa dosa.

“Bruuukk,” kepalan tangan Dewi menghantam meja, “AWAS AJA LO KALO BESOK GAK BAYAR, GW BUNGAIN 10 PERSEN PER HARI.”

Nada suara Dewi meninggi, hingga semua orang yang ada di tempat itu mendengar.

“Dew…. Dew kalem Dew kalem, kan janjinya pas aku gajian,” kali ini Khafi nampak gugup.

“Bodo amat,” Dewi dengan sekali suap langsung menghabiskan seluruh makanan yang ada dihadapannya, bayangan dia bahwa makanan itu adalah segala tingkah menyebalkan Khafi.

‘SFX…..SFX…..SFX’ (efek kunyahan Dewi yang mencabik-cabik).

“Gak baik Dew bungain ke orang, mana gede banget lagi bunganya,” Khafi gemetar, melihat cara Dewi mengunyah seperti macan yang mengunyah daging mangsanya.

‘Kletek….kletek….kletek’ (efek getaran tulang Khafi yang mengejut-ngejut).

“Permisi kakak yang ganteng dan cantik.”

Sebuah suara menggema ke seluruh ruangan, membuat perdebatan Dewi dan Khafi terhenti, suara dari seorang pengamen bertopi yang sedang menenteng sebuah gitar. Dia tidak sendirian, ditemani oleh 2 orang temannya, yang satu menenteng 1 buah drum mini, dan yang satunya menenteng kerincingan.

Tak lama merekapun memainkan alat musiknya, satu orang yang memegang gitar, memainkan gitarnya sambil bernyanyi. Suara yang dihasilkan sangat tidak jelas, bahkan volumenya pun masih kalah dengan volume suara yang dihasilkan oleh alat musik.

Orang-orang yang sedang menyantap hidangannya pun terlihat tidak memperhatikan bahkan terkesan cuek kepada ke tiga pengamen tersebut.Bahkan ada beberapa yang memasang ekspresi tidak suka kepada para pengamen itu.

Tak sampai 5 menit para pengamen itu menghentikan konsernya, dan seorang yang memegang gitar, melepaskan topinya, lalu mengacung-ngacungkan kepada setiap orang yang sedang makan di tempat itu. Tapi setiap orang yang ia datangi hanya sibuk dengan obrolan dan santapannya.

Nampak wajah pengamen itu memerah, ada rona-rona kesal namun ia tahan. Sampai pada meja terakhir, meja dimana Khafi dan Dewi duduk menyantap hidangannya.Kali ini si pengamen mendapat tanggapan, Dewi memasukan sekeping uang 500 ke dalam topi pengamen yang disodorkan.

“Hadeww cuma dapet gopek,” keluh si pengamen masih dengan rona kesal. “Tambahin lah mbak, yang lain udah gak ngasih masa situ malah ngasih gopek aja.”

Khafi dan Dewi saling pandang, lalu kembali Dewi memandang si pengamen dengan wajah tak kalah kesal.

“Cring…..”

Kembali Dewi memasukan sekeping uang 500 ke dalam topi, berharap pengamen segera pergi.

“Ck…… PELIT BANGET SI LO,” hardik si pengamen, lalu kedua temannya menyusul ke tempat Khafi dan Dewi.

“Wooiii jangan bikin rusuh disini,“ si penjual sedikit berteriak, “Nih ambil buat lo.“

Si penjual menyodorkan uang 10.000 kepada para pengamen.

“Diem lo, gw lagi emosi, gak butuh tuh duit, gw kesel sama orang-orang pelit,“ si pengamen nampak sudah dalam emosi yang memuncak.

Dewi nampak ketakutan, dia menggenggam tangan Khafi erat, sangat erat. Bahkan dapat Khafi rasakan tangan Dewi yang kehilangan suhu tubuhnya, menjadi dingin.

“Bruaaakkkkk.“

Khafi menghantamkan kepalan tangannya ke meja, sebuah aura terpancar dari tubuhnya, mengenai setiap orang yang ada disana. Membuat ketiga pengamen itu jatuh tersungkur tanpa tersentuh, leher mereka terasa tercekik hingga membuat mereka sulit untuk bernafas.

Bahkan orang-orang disekitarnya sulit untuk bergerak karna pancaran aura Khafi. Dewipun hanya bisa terdiam menatap mata Khafi yang sangat tajam dengan pupil yang memancarkan cahaya merah.

Khafi berdiri, berjalan beberapa langkah menuju tempat pengamen meringkuk dilantai. Auranya semakin kuat mengintimidasi ketiga pengamen tersebut, aura yang mampu meruntuhkan mental lawannya, aura yang mampu mengancam setiap orang, aura yang hanya dimiliki oleh orang-orang dengan tekad tanpa batas, dan hasrat yang sangat kuat.

Aura yang mampu menjinakkan hewan paling buas sekalipun, aura yang dihasilkan dari keinginan dan semangat yang terus mengalir deras, aura yang hanya dimiliki oleh 1 diantara 1 juta orang di dunia.

Aura raja penakluk

Khafi menaruh telapak kaki yang beralaskan sandal di kepala salah seorang pengamen.

“Gak peduli seburuk apapun suara dan penampilan kamu, tapi apapun alasannya, aku gak akan memaafkan lelaki yang berani mengancam wanita,” nada bicara Khafi terlihat sangat dalam dengan suara yang berat.

Ketiga pengamen itu tak mampu berkata-kata, mulutnya serasa membatu.Tubuh merekapun serasa ditekan oleh sesuatu yang sangat kuat, hingga untuk menggerakkan ujung jaripun mereka tak sanggup.

Khafi merenggangkan tubuhnya, matanya meredam, aura yang tadi terpancar sangat kuat, kini menghilang. Orang-orang disekitarnya sudah bisa dengan bebas menggerakkan tubuhnya, termasuk ketiga pengamen itu.

“Hos…hos…hos.”

Nafas ketiga pengamen itu nampak tersengal, menghirup dalam-dalam oksigen yang tadi sangat sulit untuk mereka hirup.Dengan kaki gemetar, mereka berdiri dengan payahnya.Dengan menunduk, tanpa berani menatap Khafi, ketiga pengamen itu berjalan terhuyung-huyung meninggalkan tempat makan tersebut.

“Ayo Dew kita pulang,” ucap Khafi, tanpa sadar ia mengulurkan tangannya kearah Dewi.

“…...”

Dan tanpa sadar Dewi menerima uluran tangan Khafi dan bergenggaman. Mereka berdua melangkah menuju mobil mereka yang terparkir di depan tempat makan. Tapi setelah beberapa langkah…..

“Maaf mas, mbak, makanannya belum dibayar,” ucap si penjual yang membuat langkah Khafi dan Dewi terhenti.Terlihat ekspresi kikuk dari mereka berdua.Hhhhmmmm.

“…...”


******​

Permainan dimulai

Khafi membuka laptopnya, menekan tombol power hingga laptopnya booting sempurna. Setelah itu ia masukan kaset game ke dalam dvd drive pada laptopnya. Sebuah jendela instalasi muncul ditengah layar laptop, Khafi mengikuti setiap petunjuk instalasi hingga muncul loading bar.

Sambil menunggu Khafi mengeluarkan joystick double, lalu menancapkannya di port usb.

“Wah pake speakernya mas Bima seru nih Khaf,” ucap Dewi yang ada di samping Khafi, memperhatikan apa yang dilakukan Khafi.

“Ada ?”

“Ho’o”

Dewi berjalan menuju kamarnya, setelah beberapa saat, dia kembali dengan menenteng sekotak kerdus bergambar speaker.

“Wow, keren,” mata Khafi berbinar melihat gambar di kerdus tersebut, gambar 5 speaker satelit dengan 1 buah subwoofer.

“Bisa menggelegar nih Khaf,” Dewi tersenyum, menaruh kardus disamping laptop Khafi.

Dengan semangat Khafi membuka kerdus tersebut, dikeluarkan isinya yang sama dengan apa yang tergambar di kerdus tersebut. Dengan lincah, tangan Khafi memasang speaker ke jack laptopnya.

Khafi berdiri, berjalan menuju lemari dan mengambil sebuah proyektor yang ada di dalam lemari. Proyektor yang ia bawa dari kampung halamannya.

“Widiiiihhhh, makin seru aja nih mainnya,“ kini mata Dewi ikut berbinar.

Dipasang proyektor ke port VGA laptopnya, dinyalakan proyektornya kemudian diarahkan ke tembok yang putih. Diatur proyeksi lensa pada proyektor disesuaikan dengan jarak antara proyektor dan tembok, hingga proyeksi yang dihasilkan terlihat jelas dan jernih.

Tak lama, proses instalasipun selesai. Khafi mengklik double icon game yang berlambang burung bul-bul di layar desktopnya.

Layar menjadi hitam, hening….. sangat hening.

“Dooonnngggg,” suara gong memecahkan keheningan layar, perlahan cahaya mulai berdatangan.

“Dead man walking,” muncul suara yang sangat berat dan dalam, dengan sedikit serak-serak cadas.

“Swriiinnggg…..swriiinngggg.“

Sebuah rangkaian huruf berwarna perak menyala berputar-putar di layar, dengan background hitam. Menari-nari hingga merangkai sebuah kalimat.

“The Dark Nightingale.”


Seekor burung melintas lalu hinggap di huruf N lalu berkicau sangat merdu, diiringi suara tembakan dan juga letusan bom.

“Dahulu kala 100 tahun setelah revolusi industri Loonix, atau 400 tahun yang lalu.”

Sebuah suara muncul diiringi lagu latar yang tak kalah cadas, masih dengan nada suara yang berat dan dalam, sebuah kalimat pembuka dalam game.

Lagu latar Nightingale
[video=youtube;Ul3kKRRy6jI]http://www.youtube.com/watch?v=Ul3kKRRy6jI[/video]

“Saat semua orang melupakan benang merah yang terhubung antara mafia dan revolusi, saat semua orang menganggap benar apa yang diceritakan dalam buku sejarah. Saat itulah muncul seorang wanita yang berkicau dari telinga-ke telinga di malam yang sunyi.“

Sebuah video berputar di layar laptop. Video tentang kegiatan pabrik-pabrik yang memproduksi berbagai jenis kebutuhan, video tentang kegiatan mafia di kota-kota besar.

“Dia membisikan suatu kebenaran yang disembunyikan, walaupun dia sendiri tidak menyaksikan kebenaran itu, tapi dia sangat yakin kalau yang dia bisikan adalah sebuah kebenaran. Dengan kata-kata yang terlontar dari bibir mungilnya, dia mempengaruhi orang-orang untuk mempercayai dan mulai memberontak.“

Seorang wanita di tengah gelapnya malam, dibawah sinar bulan yang membulat besar.Sedang membisikkan kata-kata yang belum pernah di dengar oleh orang-orang sekitar. Dengan wajah yang nampak esprektif dia begitu yakin dengan kata yang dia ucapkan.

“Kerjaan panik, dan menjadikan wanita itu sebagai orang paling dicari di negri ini. Dia menjadi orang paling berbahaya dengan kata yang dibisikan, dengan pengetahuan yang tak pernah ia saksikan. Wanita itu semakin kuat menanamkan pengaruhnya kepada setiap orang. Wanita itu dijuluki Nightingale, karna sering berkicau di malam hari, dialah generasi pertama.“

Seorang lelaki dengan mahkota yang menghiasi kepalanya, sedang duduk dibalairung emas. Wajahnya nampak kesal dengan berbagai macam bentuk gejolak yang terjadi di negri yang ia kuasai. Dia memukul-mukul singgahsananya, kata-kata kasar keluar dari mulutnya, sementara para bawahannya hanya diam menunduk mendengarkan setiap emosi yang dia keluarkan.

“Tapi nasib buruk menimpanya, dia tertangkap dan dijatuhi hukuman mati. Walaupun begitu, dia telah melahirkan seorang putri, yang juga diketahui memiliki kemampuan yang sama. Kemampuan mengetahui apa yang tidak disaksikan, kemampuan berkicau yang membuat orang percaya. Diapun diburu, walaupun terus diburu, dia sempat melahirkan seorang putri.”

Seorang wanita dengan tangan diborgol berjalan menuju tempat eksekusi. Dengan di dampingi oleh 2 algojo yang dengan kokok menggenggam pedang yang nampak berkilau-kilau.

Wanita itu berlutuh di menara eksekusi dengan tinggi mencapai 20 meter itu. Sang raja yang menyaksikan dari koridor istana yang berada disamping tempat eksekusi sedang memperhatikan arlojinya.

Raja mengayunkan tangannya dari atas ke bawah, memberi isyarat kepada kedua algojo. Serentak kedua algojo tersebut mengayunkan pedangnya dari atas ke bawah menuju leher si wanita, tapi sebelum pedang menebas lehernya, wanita itu berkata…….

“Aku wariskan pengetahuanku, carilah nak, di suatu tempat di kepalamu, dan buktikan bahwa SEJARAH ITU BENAR-BENAR TERJADI, DAN BERKICAULAH LEBIH LANTANG DARIKU,” teriak si wanita dengan seyum lebar menyeringai ketika dua bilah pedang mengayun menuju lehernya.

“Kerajaan terus menerus memburu setiap keturunannya, hingga sebuah ramalan mengatakan. Generasi ke 13 akan membawa kekacauan besar di negri ini, dia akan bekicau lantang disiang hari, ribuan bul-bul akan berkicau disiang hari sebagai tanda datangnya Nightingale generasi ke 13.”


“Tapi setelah generasi ke 2 tertangkap, tidak ada yang tahu jejak generasi ke 3. Dan cerita tentang Nightingale telah menjadi sejarah, sejarah menjadi legenda, legenda menjadi dongeng dan dongeng menjadi mitos. Orang-orang sudah melupakan keberadaan Nightingale, seakan dia memang tidak pernah ada, seakan dia hanya ada dalam mitos-mitos purbakala yang tak dapat dibuktikan kebenarannya. Yang hanya diceritakan oleh wanita-wanita yang ingin menidurkan anaknya di malam hari.”

Sebuah gambaran masa kini berputar di layara, alam telah memberi sebuah tanda, kalau Nightingale itu benar-benar ada.Ribuan bul-bul hinggap dimanapun yang dia mau di seluruh penjuru negri, dia berkicau di siang hari mengisyaratkan jika Nightingale akan terang-terangan mengungkap sebuah kebenaran.Ramalan itu benar, mitos bukanlah sebuah mitos belaka.

Orang-orang yang terasing dan terus berkerja mulai saling berbisik. Mempersiapkan fisik mereka, mempersiapkan diri mereka, untuk perang besar yang akan datang. Untuk anak cucu mereka agar dapat hidup layak, mereka sedang bersiap menyambut kehadiran Nightingale generasi ke 13.Sejarah yang terlupakanakan segera terungkap, buku sejarah akan semakin tebal, karna Nightingale kali ini tidak sendirian, dia kini memiliki seorang Guardian, dan bersama-sama akan memikul sejarah ratusan tahun.

Prolog ditutup dengan cipratan darah, dan sebuah kesunyian tersembunyi diantara orang-orang yang menyaksikan tanda dari alam, mendengarkan kicau bul-bul disetiap penjuru negri.

Layar membelah menjadi dua, disisi kanan terlihat seorang pria dengan pakaian serba putih, menggenggam sebuah bareta putih di tangannya, serta di punggungnya terdapat sebuah pedang besar dengan panjang 2 m dan lebar 30 cm. Dia mengenakan topeng dewa kematian, tapi tidak di wajahnya, melainkan di sisi kanan kepalanya, giginya menggigit belati yang nampak mengkilap dan bergerigi di salah satu sisinya.

“Masukan nama untuk sang Guardian !”

Sebuah perintah tertulis diiringi kotak-kotak huruf yang sudah terisi dengan nama bawaan “Baara Strife.”

“Aku ganti aja nama bawaannya,” ucap Khafi lalu menghapus huruf-huruf yang ada di kotak-kotak untuk nama karakter dengan sticknya.

Diganti dengan D-E-W-A “Hmmmmm, singkat amat, tambahin ah,” kembali Khafi mengetik huruf-huruf K-E-S-E-M-P-U-R-N-A-A-N.

“Dewa kesempurnaan,” Khafi berucap diiringi senyum sumringah.

Kemudian disisi kiri layar, terlihat seorang wanita dengan mata yang unik. Pupil mata yang kanannya berwarna biru, sedangkan yang kiri berwarna hijau. Wanita yang sedang memegang kepalanya, dia merasa kesakitan karna proyeksi-proyeksi kejadian dimasa lampau yang terus memenuhi pikirannya.

“Masukan nama untuk sang Nightingale !”

Kembali perinta tertulis diiringi kotak-kotak huruf yang sudah terisi dengan nama bawaan “Vega Lockheart.”

“Gw juga ganti ah nama bawaannya,“ ucap Dewi lalu menghapus huruf-huruf yang ada di kotak-kotak untuk nama karakter dengan sticknya.

Diganti dengan D-E-W-I “Hmmm, tambahin juga ah,” kembali Dewi mengetik huruf menjadi K-E-I-N-D-A-H-A-N.

“Dewi keindahan.” Dewi bergumam riang, tersenyum jenaka yang terlihat sangat manis.

Khafi dan Dewi saling pandang, lebih dalam dari tatapan yang biasa mereka lakukan.

Baara dan Vega

Guardian dan Nightingale

Dewa dan Dewi

Kesempurnaan dan Keindahan



*****​

Ekstrak kulit pisang.

Pagi hari yang cerah, ketika mawar-mawar bermekaran dan ditemani sang kumbang yang hinggap di kuncup putihnya.

Dewi sedang asik memakan roti yang dilapisi selai kacang di teras seraya memandang taman yang semakin rapi sejak Khafi rajin merawatnya. Sementara ayahnya Turino yang ada di sebelah Dewi, asik dengan koran dan sebatang rokok di temani secangkir kopi.

“Makasih ya dik udah dianterin,” ucap Khafi saat membuka pagar rumah, seraya menenteng joran dan juga ember.

“Iya kakak,” ucap seorang anak kecil lalu berlari entah kemana.

Khafi berjalan dan tersenyum ketika melihat Dewi dan Turino asik dengan kegiatannya masing-masing.

“Anak siapa tuh khaf ?” tanya Turino diiringi sruputan kopi hitam kental.

“Ohhh, anak nyasar Pakde, kebetulan rumahnya disekitar sini, jadi sekalian aku anterin pulang,” jawab Khafi santai.

“Gak kebalik tuh,” ejek Dewi disela kunyahan rotinya.”Bukannya elo yang nyasar ?”

Khafi hanya terdiam mendengar ejekan Dewi yang dibenarkan oleh hatinya.

“Kamu mancing dapet apa Khaf ?”

“Dapet ikan sapu-sapu pakde,” Khafi memperhatikan ember yang berisi hasil pancingannya.

“Emang lo mancing dimana ?”

“Tuh kali yang di samping pasar.”

“Mancing di kali kotor gitu, pantes cuma dapet ikan sapu-sapu.”

“Eh tapi aku juga dapet ekstrak kulit pisang lho,“ Khafi menunjukan embernya kepada Dewi.

“Khafi joroooookkkkkkk.”

Dewi mengumpat ketika melihat isi ember yang Khafi bawa, lalu berusaha menedang tapi dengan sigap Khafi mengayunkan ember agar tak terkena tendangan Dewi. Sontak mata Dewi terbelalak lebar melihat isi ember Khafi.

“Itu kan tai Khaf,” ucap Turino dengan santainya diiringi hembusan asap rokok dari mulutnya.

“Bapaaakkk, jangan dipertegas, Dewi lagi makan nihhhh,” Dewi semakin sewot, tapi ayahnya dan juga Khafi hanya tertawa melihat ekspresi Dewi yang emosi. “BUang sono di kali sama embernya jugaaaaa.”

Khafi berlari kecil masuk ke dalam rumah, menuju kamar mandi untuk memisahkan ikan sapu-sapu dengan taaa…. Maksudnya ekstrak kulit pisang.

*****​

Disebuah tempat di kota Depok.

Kampret moment

“Dew, katanya setu babakan itu ada danaunya, kok ini gak ada ya, cuma masjid doang ?” ucap Khafi seraya matanya berkeliaran melihat suasana sekitar.

Matanya memandang takjub bangunan rumah ibadah nan megah dengan kubah-kubah yang terlapisi oleh emas. Banyak orang yang beribadah atau hanya sekedar berfoto-foto dengan background mesjid.

“Perasaan tadi di pertigaan sebelum gw tidur, gw nyuruh lo belok kanan deh. Itu udah deket ke setu babakan, kenapa kita jadi ke sini,” Dewi lebih bingung lagi, ketika ia membuka mata dia berada di tempat yang jauh berbeda dengan keinginannya.

“Aku belok kanan, tapi kok nyampenya ke sini ya ?”Khafi celingak-celinguk memperhatikan sekitar.

“Tangan kanan lo mana Khaf ?” tanya Dewi.

Khafi mengangkat tangan yang berhias arloji di pergelangan tangannya.

“Tangan kanan itu, tangan yang lo pake buat makan, bukan yang ada jam tangannya,” Dewi sewot, kesal, rambutnya mendadak gatal dan dia menggaruknya dengan sporadis hingga berantakan.

“Oh gitu ya, aku pikir selama ini aku kidal,” Khafi menunjukan ekspresi polosnya.

“Gggrrrrrrrrrrrrrrr,” Dewi mendengus kasar.“Andai gw gak tidur tadi.”

“Makanya Dew, jangan suka tidur kalo matahari udah terbit, pamali,” Khafi coba memberi nasihat yang disambut dengan tatapan penuh amarah dari Dewi.

“Ini gara-gara lo semalem ngajakin main game sampe tengah malem, sekarang gw jadi ngantukkkkk,” emosi Dewi sudah memuncak, seraya mencabik-cabik rambut Khafi.

“Misi mas,” ucap seorang pria dari luar mobil membuat Dewi menghentikan siksaannya pada Khafi, pria dengan rambut plontos.

“Iya,“ Khafi menoleh kearah suara tersebut.

“Numpang na… eh,” si pria nampak terkejut, begitu pula dengan Khafi.

“Andra.”

“Mas Khafi.”

Ucap mereka serentak.Khafi langsung membuka pintu mobilnya, dan keluar menemui seseorang yang sangat di kenalnya.

“Kamu disini toh Dra.” Khafi menepuk pundak Andra.

“Iya mas, aku kuliah di Jakarta, besok senin mulai masuk pertama.”

“Kok gak bilang waktu di kampung, kan bisa bareng ke Jakarta.”

“Lupa mas, lagian mas juga sibuk nyiapin buat ke Jakarta.”

“Masuk yuk, kita cari tempat yang enak buat ngobrol-ngorbol.”

Khafi pun masuk ke dalam mobil, begitu pula Andra memasuki pintu belakang mobil.Dewi hanya mendengus kasar dengan senyuman dipaksa kepada Andra, dia masih kesal dengan Khafi.

“Dew, tempat makan disini yang enak dimana ya ?”Khafi tersenyum kearah Dewi yang masih dengan wajah tertekuk.

“Ada di deket sini kok, udah gw aja yang nyetir, nanti nyasar lagi,” ucap Dewi dengan nada sewot.Mereka pun bertukar tempat duduk.

“Wow, hebat kamu mas, baru beberapa hari di Jakarta udah sukses, udah punya supir sendiri, cantik lagi,” ucap Andra dengan santainya.

“Apa lo bilang,” Dewi dengan cepat menatap tajam kearah Andra yang ada di belakang, “Belum pernah dilindes ya !”

“Maaf mbak… maaf,” Andra terlihat gemetar melihat wajah Dewi yang merah padam.

“Khaf, ini Dewi, anaknya Pakde Turino, aku numpang di rumahnya sekarang,” ucap Khafi, dia baru sadar belum memperkenalkan Dewi dengan Andra.

“Ohhh, ya ampun, maaf ya Dew, aduh jangan marah ya, Bapak kita bersahabat lho di kampung,” Andra semakin gemetar.

“Tapi kenapa punya anak aneh kayak lo berdua.”

Dewi emosi, ditekan pedal gas dalam-dalam hingga mobil melacu dengan sangat cepat. Khafi dan Andra hanya terdiam ketakutan melihat cara Dewi membawa mobil, di salipnya dengan sangat tajam setiap kendaraan yang ada di depannya. Seolah tak peduli dengan keselamatan penumpang yang ada di dalam mobil, hingga pada suatu tempat di depan rumah makan.

“Nggiiiikkkkkkk,” dengan kasar Dewi menekan pedal rem dalam-dalam, hingga membuat Andra dan Khafi terbentur sesuatu yang ada di depan mereka.

Dewi berjalan menuju rumah makan dengan langkah tegap maju, sementara Khafi dan Andra mengikuti dari belakang dengan langkah lunglai.

“Sadis mas anaknya pakde Turino,” bisik Andra seraya melirik Dewi.

“Pssssttt, jangan ngomong macem-macem,” ucap Khafi.

“Srinngggg,” Dewi menoleh dengan sangat tegas kearah belakangan, menatap Andra dan Khafi yang sedang membicarakannya.

“Enggak…enggak,”

Ucap Andra dan Khafi berbarengan seraya serentak menggeleng-geleng gemetar.

Terjadi keheningan yang mencekam ketika mereka menunggu pesanan makanan datang.Sesekali mereka saling lirik, Dewi dengan lirikan kejamnya, sementara Khafi dan Andra dengan lirikan bergetarnya.

“Jadi kamu kuliah dimana Dra ?”Khafi coba mencairkan suasana mencekam itu.

“Di daerah Setiabudi,” jawab Andra dengan bibir masih bergetar.

“Terus ngapain kamu di Depok ?”

“Ohh, aku mau ngambil motorku di tempat ekspedisi, baru nyampe dikirim dari Wonosobo.”

“Mana motormu ?”

“Aku belum ketemu tempat ekspedisinya.”

“Emang dimana tempatnya ?”

“Di Tanah Abang.”

“Eh buset jauh amat lo bisa nyampe Depok, Setiabudi ke Tanah Abang kan deket,” Dewi menyela, terkejut dengan ucapan Andra.

“Ohh jadi kamu nyasar Dra ?”

“Kayaknya sih,” ucap Andra polos.

“Huaaa hahahahahahahaha,” Khafi tertawa keras sekali, hingga orang-orang yang ada di tempat makan menoleh kearahnya “U mad bro.”

“Lo sama dia tuh sama aja,” Dewi nampak geram, mencubit pipi Khafi dan menariknya.“Sama-sama tukang nyasar.“

“Tapi tenang Dra, Dewi ini hafal daerah Jakarta dan sekitarnya, jadi nanti aku dan Dewi anterin kamu kok ngambil motor,“ Khafi menepuk-nepuk pundak Andra, dan tersenyum riang kearah Dewi.

“Makasih Dew, bapakmu udah baik sama aku, anaknya juga baik, jadi ngerasa gak enak aku nih,“ Andra juga tersenyum riang kearah Dewi.

“Fuuuhhhh.“

Sementara Dewi hanya menghela nafas panjang,serta menggerutu-gerutu tak jelas. Di kepalanya terbayang hari minggu yang sangat santai di pinggir danau sambil menikmati minuman ringan dan makanan ringan, ditemani hembusan angina sepoi-sepoi…oohhh damainya hari libur itu.Tapi itu hanya menjadi harapan hampa semata, karna kini, hari minggunya menjadi berantakan karna ulah dua orang pria yang menyebalkan.Telapak kakinya menginjak-nginjak lantai coba meredamkan emosi yang semakin meletus-letus.

Tak lama pesanan merekapun datang, dan betapa terkejutnya Dewi melihat pesanan Andra yang tak seperti orang normal memesan makanan. Andra dan Khafi terlibat obrolan ringan seputar suasana di kampung, diiringi santapan-santapan penuh gairah di makanan mereka.

“Kampret moment itu, ketika bersama dengan 2 orang tukang nyasar, dan sama-sama aneh serta nyebelin,” Dewi bergumam sendiri, tanpa dipedulikan oleh dua orang sahabat yang ada dihadapannya.

kau dan aku, aku dan kau, kisah cinta yang sulit
tidak bisa di ungkapkan dalam dua kata
Ini kisah seorang gadis dan anak laki-laki yang baru
tidak bisa di ungkapkan dalam dua kata


Bersambung......:ngacir:
 
Terakhir diubah:
Ehem.... Dimana tuh dia belajar haki?
:baca:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd