Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG TANPA BATAS

Durjana1999

Semprot Kecil
Daftar
31 Jul 2018
Post
86
Like diterima
1.493
Bimabet
TANPA BATAS

Sebelumnya saya mohon izin kepada Mimin dan Momod untuk memposting satu lagi cerita. Mudah-mudahan cerita ini dapat diterima oleh para pecinta di forum ini. Semua yang ada dalam cerita ini hanyalah khayalan dari penulis semata. Tak ada kaitannya dengan dunia manapun, atau yang benar-benar berhubungan dengan kehidupan nyata.
-----ooo-----

INDEKS:

Chapter 1 Page 1

Chapter 2 Page 3

Chapter 3 Page 4

Chapter 4 Page 5

Chapter 5 Page 7

Chapter 6 Page 8

Chapter 7 Page 9

Chapter 8 Page 10

Chapter 9 Page 12

Chapter 10 Page 13

Chapter 11 Page 15

Chapter 12 Page 17

Chapter 13 Page 18

Chapter 14 Under Construction

Chapter 15 Under Construction

Chapter 16 Under Construction

Chapter 17 Under Construction

Chapter 18 Under Construction

Chapter 19 Under Construction

Chapter 20 Under Construction

Chapter 21 Under Construction

Chapter 22 Under Construction

Chapter 23 Under Construction

Chapter 24 Under Construction

Chapter 25 Under Construction

Chapter 26 Under Construction

Chapter 27 Under Construction

Chapter 28 Under Construction

Chapter 29 Under Construction

Chapter 30 Under Construction

-----ooo-----


CHAPTER 1

Nia mengendarai mobilnya dengan tenang. Wanita yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-30 itu melewati gerbang depan tanpa prosedur otentikasi terpisah dan memasuki tempat parkir khusus untuk staf administrasi perusahaan tempat ia bekerja. Saat itu masih terlalu pagi untuk bekerja, namun Nia sengaja datang lebih awal karena ada pekerjaannya yang ia harus selesaikan sebelum meeting dengan atasannya.

Nia menghentikan mobilnya di antara dua mobil lain. Mata Nia mengenali mobil yang berada di samping kanannya, ia tahu itu adalah mobil sahabatnya yang bernama Nindi. Nia keluar dan menutup pintu mobil dengan kuat. Lantas Nia melirik ke kendaraan sahabatnya. Namun Nia merasa heran karena terlihat olehnya kalau bodi mobil itu bergoyang-goyang.

“Oh ...!!!” Seketika, Nia terkejut bukan kepalang. Nia melotot dengan telapak tangan menutupi mulutnya. Semburan adrenalin menghantam seluruh tubuhnya dalam satu gebrakan. Untuk beberapa detik Nia membeku di tempat sebagai respon apa yang ia lihat.

Di dalam mobil itu tampak sebuah pemandangan yang diluar dugaannya. Dari kaca samping yang setengah terbuka, Nia melihat sahabatnya, Nindi, sedang ditindih oleh seorang pria dan keduanya tanpa busana di jok belakang. Itu belum cukup parah, detik berikutnya Nia melihat hentakan-hentakan pantat si pria yang sedang menanamkan kemaluannya pada organ intim Nindi. Keduanya tampak menikmati dan tidak mau saling mengalah. Mereka tenggelam dalam syahdunya persetubuhan.

Nia mundur sampai tubuhnya bersandar pada mobilnya sendiri, tetapi Nia sudah terlihat oleh kedua orang yang sedang bercinta. Nindi memandang Nia tanpa rasa bersalah sedikitpun. Nindi malah melemparkan senyum ke arah Nia, dan di detik setelahnya Nindi memejamkan mata sambil mendesah-desah.

Nia berlari, suara jejak sepatunya memantul di dinding terdengar seperti senapan mesin karena ia berjalan sangat cepat. Nia berlari ke gedung dengan pikirannya campur aduk. Nia pun tak lama memasuki ruang kerjanya. Setelah meletakkan tas di atas meja, wanita itu berlari lagi menuju toilet wanita. Dia menatap dirinya sendiri di cermin besar di atas wastafel. Kulitnya memerah, matanya panas mungkin akibat kurang berkedip sejak melihat pasangan itu melakukan hubungan intim. Lebih jauh, Nia merasakan jantungnya berdebar-debar sekitar seribu detak per menit. Sungguh, dia mengalami semburan adrenalin yang sangat besar.

Beribu pertanyaan berkecamuk di kepala Nia. Bagaimana bisa Nindi mengkhianati suaminya? Bagaimana dengan nasib rumah tangganya dengan Fadil? Apakah dia harus bicara dengannya? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang tiba-tiba muncul tetapi semuanya tak memiliki jawaban.

Nia pun berusaha menenangkan pikiran sebelum ia kembali ke ruang kerjanya. Nia menyalakan komputer dan mulai mengerjakan laporan. Beruntung otaknya yang lumayan encer masih mampu menghafal materi rumit untuk presentasi atasannya. Akhirnya, ia print laporan 20 halaman pada printer mininya kemudian ia duduk menyandarkan tubuh yang sedikit linglung di kursi kerjanya.

Pikiran Nia kembali dengan apa yang dilihatnya di tempat parkir tadi. Bagaimana Nindi begitu bergairah menerima hujaman-hujaman dari pria yang menggagahinya. Wajahnya memancarkan kepuasan tak berhingga. Keduanya bahkan tidak melambat atau berhenti begitu Nia memergoki mereka. Nindi dan si pria bahkan tidak berusaha bersembunyi meskipun ada kontak mata yang tidak dapat dihindari.

Nia tersadar dari lamunannya ketika pintu ruangan terbuka dan Nindi masuk dengan melenggang serta senyum di wajahnya. Nindi melambaikan tangan pada Nia saat wanita itu pergi ke mejanya. Nindi menyimpan tasnya, dan langsung pergi ke toilet wanita. Nia ingin sekali berdebat dengan Nindi namun suasana ruangan mulai ramai didatangi staf-staf yang lain. Nia kembali menatap layar komputer lalu mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Tak lama, atasannya datang. Nia langsung saja memberikan laporan yang baru saja selesai ia print out.

Tak lama, Nindi keluar dari toilet wanita kemudian menghampiri Nia. Nindi tersenyum sambil duduk di depan meja kerja Nia. Dengan suara yang agak pelan, Nindi pun berkata, “Apa yang kamu lihat tadi, hanya untuk kita berdua saja ya.” Komentar Nindi ringan dan tanpa beban, dan sama sekali tidak ada penyesalan di sana.

“Ya ... Tapi apakah kamu sadar dengan perbuatanmu itu?” Nia berkata dengan intonasi kecewa.

“Aku akan menjelaskannya padamu tapi tidak di sini. Bagaimana sepulang kerja nanti kamu ke rumahku. Kita bicarakan di rumahku.” Nindi berkata pelan, ia pun menunggu jawaban Nia untuk beberapa saat.

“Baiklah ... Aku akan ke rumahmu selepas jam kerja.” Akhirnya Nia menyetujui ajakan Nindi.

Nindi tersenyum, ia pun berdiri sambil mencubit kecil pipi Nia. Nindi kembali ke meja kerjanya dengan langkah genit. Nia melihatnya dengan tatapan bertanya 'kenapa dia?' Nindi wanita yang baik, teman yang baik, sahabat yang baik, istri yang baik, ibu yang baik. Tetapi kenapa dia begitu tega mengkhianati suaminya, merusak ikatan suci pernikahannya. Sungguh, Nia tidak habis pikir dengan semua itu.

Nia adalah pekerja keras dan selalu mengerjakan pekerjaannya hingga tuntas. Baginya bekerja adalah segalanya, sifat itu menjadikan Nia terlihat sangat aktif namun selalu fokus pada apa yang sedang dikerjakan. Nia selalu bekerja tidak kenal lelah dan terkadang lupa waktu. Karena keasyikan bekerja, tak terasa waktu telah beranjak senja, maka Nia pun bergegas pulang.

Nia sampai di rumahnya ketika matahari benar-benar sudah tenggelam di ufuk Barat. Setelah terparkir di garasi, Nia keluar dari mobilnya. Tak terlihat mobil suaminya dalam garasi pertanda ia belum sampai di rumah. Nia pun keluar dari garasi, terus berjalan ke sebuah rumah yang terletak persis di samping rumahnya. Kini, ujung sepatu Nia sudah berhadapan dengan pintu rumah Nindi yang tertutup rapat. Tanpa ragu, Nia menekan bel di samping atas pintu. Tak lama pintu pun terbuka, menampilkan sosok wanita cantik yang tak lain adalah Nindi.

“Baru pulang?” Nindi bertanya dengan alis terangkat sebelah.

“Ya, nyelesain dulu gawean ... Si boss tiba-tiba ngasih gawean tambahan.” Jawab Nia sambil melangkah masuk ke dalam rumah Nindi.

“Kamu memang anak emas dia. Sepertinya si boss suka sama kamu tuh.” Ujar Nindi dengan gaya bicara khas yaitu bercanda tapi terdengar seperti serius.

Nia duduk di sofa dengan lesu, ia letakkan ponsel pintarnya di meja dan menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Sementara itu, setelah menutup pintu, Nindi berjalan ke arah dapur menyiapkan minuman buat Nia. Hanya beberapa menit, Nindi kembali ke ruang tamu sambil membawa baki berisikan segelas jus jeruk dingin dan beberapa kue kering.

“Terima kasih.” Ucap Nia yang langsung menyambar minuman dingin dari baki yang dibawa Nindi.

“Kamu harus sedikit rileks, Nia ... Buat apa kerja membabi buta kalau kamu kurang bahagia.” Nindi berkomentar sembari meletakkan baki di atas meja.

“Jangan sok tahu ... Siapa bilang aku kurang bahagia?” Rutuk Nia dengan nada kurang senang.

“Jangan suka menyangkal ... Aku tahu persis siapa kamu ... Ingat, kita sudah menjadi sahabat lebih dari 20 tahun.” Ucap Nindi sambil tersenyum dan duduk di sebelah Nia.

“Walau aku kurang bahagia, tapi aku tidak sepertimu!” Pernyataan Nia terdengar sedang menghakimi Nindi.

“Hi hi hi ... Kamu berkata seperti itu karena kamu tidak tahu ... Aku maklumi.” Nindi terkekeh lalu tangannya mengambil tangan Nia. “Ketahuilah, apa yang kamu lihat tadi pagi itu bukan suatu pengkhianatan. Aku masih mencintai suamiku dan suamiku juga demikian tetap mencintaiku. Ketahuilah Nia, apa yang aku lakukan tadi pagi diketahui oleh suamiku.” Ucapan Nindi sukses membuat Nia terlonjak kaget dari tempat duduknya.

“Bagaimana itu bisa terjadi?” Nia bertanya dengan mata membulat, lalu mulai membentuk ekspresi tidak percaya.

“Nia, ada sesuatu yang aku rahasiakan padamu selama ini. Aku merahasiakan ini padamu dan suamimu karena kalian adalah orang-orang yang baik. Aku tidak ingin mengejutkan kalian. Ketahuilah, dalam lima tahun terakhir ini, aku dan suamiku menjadi penganut seks bebas. Kami juga melakukan swinger dengan beberapa pasangan suami istri. Aku harap kamu tidak kecewa dengan pilihan gaya kehidupan seks kami.”

Nia menatap Nindi tanpa berkedip untuk beberapa saat. Keterkejutan Nia sudah bercampur dengan rasa tak percaya. Sahabatnya yang sudah dikenal sejak kecil itu mengungkapkan sesuatu yang sangat tidak disangka-sangka. Nia tahu kalau Nindi itu suka bertingkah aneh, tapi Nia juga tidak menyangka kalau sahabatnya seaneh ini.

“Bagaimana dengan perkawinanmu?” Tanya Nia sambil menatap Nindi terheran-heran.

“Sangat solid dan juga sangat terbuka. Kami bahkan merasa lebih erat dalam ikatan rumah tangga. Aku dan suami saling mencintai lebih dari apapun walau kami bebas untuk melakukan seks dengan siapa saja sesuai dengan selera masing-masing.” Jawab Nindi.

“Aku masih tidak percaya.” Nia menggelengkan kepalanya. Nia pikir dia mengenal dengan baik sahabatnya itu, ternyata jauh di luar perkiraan.

“Sekarang kamu sudah tahu siapa aku. Aku mohon jangan berubah sikapmu terhadapku. Kamu masih tetap dan selalu menjadi sahabatku. Kalau kamu tidak suka dengan gaya kehidupan seks kami, tolong abaikan saja, anggap saja kamu tak pernah tahu.” Suara Nindi kini terdengar memohon, membuat hati Nia bergetar.

“Aku tak pernah berpikir sedikit pun untuk merusak persahabatan kita. Kamu tetap sahabatku. Hanya saja aku shock mendengar pengakuanmu. Sekarang aku sudah mengetahui semuanya, tapi percayalah itu tidak mengubah apapun dalam persahabatan kita.” Jawab Nia yang mulai bisa tersenyum.

“Terima kasih, kamu sudah ngertiin aku.” Nindi tiba-tiba memeluk Nia. Dan kedua sahabat itu saling berpelukan untuk beberapa saat sebelum akhirnya mereka mengurai pelukannya.

“Nindi, apakah yang kalian lakukan tidak membahayakan rumah tangga kalian?” Nia mengajukan pertanyaan yang sama seolah ia ingin meyakinkan dirinya.

“Percayalah ... Tidak ... Bahkan membuat kami semakin saling menyayangi.” Jawab Nindi sangat yakin.

“Kok bisa?” Tanya Nia lagi semakin heran.

“Sebelum aku jawab kepenasaranmu, bolehkah aku bertanya tentang kehidupan seks-mu dengan suamimu?” Tanya Nandi yang membuat Nia cukup terperanjat. Bagi dirinya membicarakan seks kepada orang lain adalah tabu.

“Biar kutebak,” Nindi melanjutkan ucapannya. “Selama kalian berumah tangga tidak pernah ada kejutan yang mendebarkan dalam kehidupan seks kalian. Terlalu datar dan lurus, seperti jalan aspal baru digilas. Tidak ada variasi-variasi yang bisa membuat seks menjadi hal yang benar-benar dinantikan, sehingga lama kelamaan rasanya pun menjadi hambar. Terutama setelah kalian memiliki anak, sulit rasanya untuk menjadi sangat bergairah apalagi merasakan kepuasan.” Nindi seperti bisa membaca isi kepala Nia. Dan Nia pun dalam hatinya membenarkan ucapan sahabatnya itu.

“Lalu,” lanjut Nindi, “Sebelum melakukannya, apa yang kalian lakukan untuk mendongkrak suasana menjadi lebih romantis?”

“Maksudmu?” Tanya Nia.

“Apa yang kalian lakukan sebelum itu, kau tahu, untuk membangkitkan selera?” Nindi memperjelas pertanyaannya.

“Biasa saja. Pemanasan biasa yang kadang tidak terlalu lama. Inisiatif selalu datang dariku dan bahkan kadang aku harus membangunkannya jika keinginanku tidak tertahan lagi, karena seringkali dia terlalu cepat tidur.” Nia mulai bisa menguasai diri karena dirinya mulai tertarik dengan perkataan Nindi.

“Jadi kalau kamu tidak minta, tidak akan ada adegan khusus dewasa di rumah kalian?” Tanya Nindi dengan nada terkejut.

Pertanyaan itu dijawab dengan anggukan Nia. Nia hanya tersenyum kecut. Sungguh sebenarnya ia malu untuk mengakui kehidupan ranjangnya pada Nindi. Nindi pun hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum.

“Pantas saja kamu kelihatan pucat seperti semangka muda yang terpaksa dibelah. Suamimu pasti lebih banyak menyiram tanaman di halaman rumahmu dibanding menyiram istrinya.” Lanjut Nindi setengah bercanda.

“Jadi?” Tanya Nia malu-malu.

“Jadi gimana?” Nindi malah balik bertanya.

“Aku berani mengakui hal itu bukan untuk diejek olehmu!” Kata Nia kesal. Nindi pun tertawa lepas.

“Ok ... Tapi jangan menganggap ini nasehat. Sebelumnya harus dipikirkan dan dirasakan dulu baik-baik.” Ucap Nindi.

“Baik ... Katakanlah ...!” Nia menunggu.

“Ciptakanlah suasana yang baru, tuan putri ... Aku serius ... Mendengar ceritamu, aku justru heran, kenapa salah satu dari kalian belum ada yang mati.” Nindi berkelakar.

“Sialan ...!” Maki Nia.

“Aku serius. Mungkin di luar kalian tampak bahagia, tapi dengan kehidupan seks yang seperti itu, kalian sedang meretas jalan menuju kehancuran. Dan kehancuran yang seperti ini akan terjadi sangat lambat tanpa kalian sadari. Sekarang akui saja, bukankah kamu ingin menikmati bagaimana rasanya bercinta dengan laki-laki lain?” Ucapan Nindi membuat Nia terkejut lagi.

“Kamu ini memang sialan!” Kembali Nia memaki.

“Sekali lagi aku tidak menyarankan, tapi aku akan mengatakan bahwa Devi, Ruth dan Anggi tadinya mereka memiliki permasalahan yang sama denganmu. Sekarang mereka merasa lebih bergairah karena mereka mengikuti caraku.” Jelas Nindi.

“Maksudmu ... Mereka menjadi penganut seks bebas?” Tanya Nia yang lagi-lagi harus terkejut. Nia sangat mengenal ketiga wanita yang Nindi sebutkan tadi.

“Ya, bahkan kami adalah pasangan swinger.” Jawab Nindi santai.

Nia mendongak dan menatap mata Nindi lekat-lekat, sambil menelan rasa penasaran yang amat sangat. Nia mulai mengaktifkan syaraf-syaraf di otaknya yang lama dibiarkan tertidur. Pikirannya seperti sedang berpacu dengan sesuatu. Nia mulai berpikir mencari makna dari ucapan Nindi. Merasa tak mendapat jawaban dari olah pikirnya, Nia pun berkata.

“Aku harus pulang. Aku rasa suamiku sudah di rumah.” Bisik Nia pada Nindi.

Nia kemudian bangkit lalu berjalan ke arah pintu keluar. Nindi mengantarnya sampai depan pintu. Nia pun terus berjalan ke arah rumahnya dan tak lama mata Nia mendapati mobil suaminya telah terparkir dalam garasi. Dengan langkah cepat Nia masuk ke dalam rumah dengan sedikit tergopoh-gopoh. Nia mendapatkan suaminya sedang asyik menikmati acara televisi.

“Aku ke rumah Nindi dulu.” Nia langsung duduk di samping suaminya, Martin.

“Hhhmm ... Ngobrolin apa?” Tanya Martin sambil meletakkan remote lalu merangkul bahu Nia. Wanita berwajah cantik itu merebahkan kepalanya di bahu suaminya.

“Sesuatu yang tak terduga. Sangat tidak menyangka kalau Nindi dan suaminya seperti itu.” Jawab Nia yang menimbulkan kepenasaran Martin. Tak pelak Martin pun menggerakan tubuhnya, menghadapkan wajah Nia ke wajahnya.

“Memang si Nindi dan Fadil kenapa?” Martin bertanya dengan raut wajah bingung. Nia menggenggam tangan Martin kemudian menatap mata suaminya lekat-lekat.

“Ternyata mereka itu penganut free sex. Mereka saling terbuka dan saling mengakui memiliki pasangan lain dan melakukan seks dengan mereka. Bahkan Nindi dan Fadil adalah pasangan swinger dengan beberapa teman kita juga.” Jawab Nia pelan namun gamblang.

“Apa?” Seketika badan Martin seperti tersengat listrik. Sepersekian detik jantungnya terhenti saking terkejutnya.

“Aku juga sangat terkejut, tidak menyangka kalau mereka begitu. Tapi kata Nindi, dengan mereka begitu, pernikahan mereka semakin solid dan mereka malah lebih saling menyayangi satu sama lain.” Nindi masih tetap menatap mata suaminya yang kini agak melebar.

“Benarkah begitu?” Martin bergumam.

“Sayang ... Apakah kamu mencintaiku?” Tiba-tiba Nia bertanya dengan pertanyaan yang sesungguhnya tidak perlu ia tanyakan.

“Kenapa kamu bertanya seperti itu? Apakah kamu meragukan cinta dan kasih sayangku?” Martin balik bertanya karena merasa heran.

“Sayang ... Maafkan aku kalau aku akan mengatakan sesuatu yang akan menyakiti perasaanmu. Tapi, aku harus mengatakannya demi kebaikan kita. Akhir-akhir ini, entah kapan dimulainya, aku merasa kehidupan ranjang kita ada masalah. Jujur, aku merasa kurang bergairah melayanimu di ranjang. Jangan tanya kenapa penyebabnya karena aku pun tak tahu. Tapi yang jelas, aku kurang bisa menikmatinya.” Ungkap Nia pada suaminya. Tak lama Martin pun menghela nafas. Ia justru merasa sedih tatkala istri tercintanya mengatakan hal itu.

“Mungkin kita terlalu konservatif dengan masalah seks. Mungkin sudah saatnya kita saling terbuka demi kebaikan rumah tangga kita. Sebenarnya, aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Akhir-akhir ini keinginan bercintaku menurun tajam. Seperti merasakan kebosanan. Tapi percayalah, aku sangat mencintaimu.” Kini giliran Martin mengungkapkan perasaannya.

“Nindi mengatakan salah satu solusi permasalahan kita adalah mengikuti cara dia.” Ucap Nia sangat pelan dan ragu-ragu. Martin melihat mata istrinya dengan instens seakan mencari keseriusannya.

“Apakah kita harus menjadi penganut seks bebas seperti dia?” Tanya Martin dengan suara pelan namun penuh penekanan.

“Nindi memang tidak menyarankan tapi apa salahnya kita coba dulu pelan-pelan.” Nia akhirnya mengungkapkan keinginannya.

“Asal itu bisa membuatmu bahagia, aku tidak keberatan. Tapi benar katamu, kita mencobanya dengan pelan-pelan. Kalau merasa cocok, kita bisa melanjutkannya. Tapi, kalau dirasa tidak cocok, kita harus segera menjauhinya.” Martin berkata setengah melipir memberikan persetujuan atas keinginan Nia.

Nia memeluk suaminya erat dan menyandarkan kepalanya di dada Martin yang membuat Nia merasa nyaman. Tidak ada keraguan kalau Nia benar-benar mencintai suaminya. Cintanya begitu besar, sehingga Nia mencintai suaminya itu melebihi dirinya sendiri. Namun benar apa yang dikatakan Nindi padanya bahwa dengan kehidupan seks yang seperti ini, rumah tangganya sedang meretas jalan menuju kehancuran. Nia tidak ingin itu terjadi, ia ingin keluarganya solid dan semakin kokoh.

Tiba-tiba, tubuh Nia terangkat ke atas dalam pangkuan Martin. Nia memekik kaget namun akhirnya tangan Nia melingkari leher Martin yang sedang membawanya masuk ke dalam kamar mereka. Sesampainya di kamar, Martin langsung meletakkan tubuh Nia di atas kasur. Martin membuka pakaian istrinya dengan mudah sampai telanjang bulat sebelum ia melucuti pakaiannya sendiri.

Mulailah mereka saling membelai. Belaian-belaian nakal mereka di daerah pribadi mereka masing-masing sungguh menghanyutkan keduanya dalam arus kenikmatan. Ciuman yang terjadi begitu mesra dan kompak. Keduanya bergantian saling lumat dan pagut. Beberapa menit berselang, kedua kaki Nia terbuka dengan sangat lebar, Nia juga menyibakkan bibir vaginanya sendiri seolah mengundang penis Martin agar segera masuk ke dalam. Tanpa buang waktu lagi, kepala penis pria itu pun sudah menempel di bibir vagina Nia.

“Oh …. Eeemmm .....” Desah Nia ketika Martin memajukan pinggulnya perlahan, kepala penisnya mulai mendobrak masuk ke dalam liang kewanitaannya.

Nia merasa bagian bawah tubuhnya benar-benar penuh sesak dengan batang besar milik Martin yang semakin melesak masuk. Sensasi yang luar biasa pun dirasakan Martin, penisnya terasa begitu terjepit dan terasa seperti diurut-urut. Setelah beberapa kali tarik-dorong, akhirnya seluruh batang penisnya berhasil menancap di dalam liang vagina istrinya itu dengan sangat kokoh. Ia diam sejenak untuk menikmati liang vagina Nia yang begitu hangat dan ketat, penisnya seperti dicengkram dengan sangat kuat oleh dinding vagina Nia. Belum lagi rasa hangat yang menyelimuti batangnya. Desahan-desahan pelan mulai mengalun dari mulut Nia saat Martin mulai menggerakkan pinggulnya. Dengan lembut, Martin terus berusaha memompa penisnya dengan perlahan.

“Sssshh ... ooouuhh ... uummhh ...!!!”, Racau Nia merasakan sensasi nikmat dari vaginanya yang dirojok-rojok. Sementara Martin terus menggasak liang vagina Nia. Martin menyodoknya dengan penuh perasaan namun cukup kuat untuk membuat Nia tersentak-sentak.

Martin terus menggenjot dengan ritme sedang agar Nia yang sedang digenjotnya juga menikmatinya. Nia meletakkan kedua tangannya terentang di atas kasur sehingga buah dadanya nampak membusung menantang. Martin pun menangkupkan kedua tangannya dan menggenggam kedua gunung kembar itu. Ia remasi payudara Nia yang terasa sangat empuk dan kenyal itu. Kedua kaki indah Nia melingkar erat di pinggang Martin. Merasa Nia semakin terhanyut dalam kenikmatan, Martin pun mulai mempercepat genjotannya.

“Oh ... Fadli ... Enak sayyaanngg ...” Desahan Nia tentu mengejutkan Martin. Martin menatap wajah Nia yang sedang terpejam tanpa menghentikan ayunan pantatnya.

Akhirnya Martin hanya tersenyum, ternyata istrinya sedang membayangkan pria lain yang sedang menyetubuhinya. Martin tersenyum karena dirinya pun sebenarnya sedang membayangkan Nindi adalah wanita yang sedang berada di bawahnya. Dan kini Martin menyadari jika fantasi seks memang diperlukan untuk memanaskan tempat tidurnya.

Hujan mulai turun deras di luar sana mengaburkan bunyi pergulatan seks di kamar tersebut. Nafas keduanya menderu-deru, bulir-bulir keringat keduanya telah membasahi tubuh masing-masing. Kedua insan itu bercinta dengan sangat bergairah, begitu menggelora. Desahan-desahan penuh kenikmatan keluar dari mulut keduanya. Mereka saling berpelukan dengan erat sementara alat kelamin mereka terus bergesekkan semakin cepat dan tanpa henti sampai lima menitan kemudian …

“Aaahh, saayyangghh …. Yyaahhh … Ssshhh … Aaaahh … Aaahhhh!!!” Nia mengerang panjang saat gelombang orgasme melanda tubuhnya, Martin terus menyodok-nyodokkan penisnya berusaha menyusulnya ke puncak.

“OOKKHH … Saayyaangghh … Enakkkhhh !!!!” Erang Martin melepas orgasmenya, ia akhirnya berhasil menyusul Nia ke puncak kenikmatan.

Nia akhirnya bisa bernafas lega setelah Martin menghentikan sodokannya. Keduanya sama-sama meraih puncak kenikmatan yang mereka bangun bersama. Rasa hangat dan becek terasa oleh di liang kewanitaannya. Tubuh Nia terkulai lemas di atas kasur sehabis mendapatkan orgasme tadi. Wajah cantiknya nan sendu itu menatap Martin dengan senyuman puas. Martin membaringkan tubuhnya di samping NIa dan dia mengusap-usap buah dadanya lembut. Nia memainkan jari-jarinya di penis Martin yang sudah lemas.

Malam itu, Nia dan Martin berdiskusi untuk menghadapi kehidupan seks baru yang ditawarkan Nindi. Mereka berdua pun membuat komitmen untuk saling terbuka dan yang utama saling menyayangi serta mengasihi walau memiliki pasangan lain. Mereka menguatkan niat bahwa akan melakukan free sex dengan tujuan membangun keharmonisan rumah tangga mereka. Nia dan Martin pun berjanji apabila jalan yang dipilih mereka meleset dari tujuan maka mereka akan segera mengakhirinya.​

******​

Sinar mentari pagi yang cukup hangat, untuk menghangatkan badan yang sedari malam diselimuti rasa dingin karena hujan. Nindi melenggang dengan langkah ringan memasuki rumah Nia dari pintu belakang tanpa menyapa terlebih dahulu karena memang itu adalah sudah menjadi kebiasaannya. Nindi masuk begitu saja ke dapur tanpa beban yang pada saat itu Martin sedang menyantap sarapannya sementara Nia sedang menyuapi anaknya yang baru berusia empat tahun.

“Selamat pagi ... Semoga hari kalian penuh keberkahan.” Baru setelah berdiri di dekat meja makan, Nindi menyapa Martin dan Nia.

“Kamu sudah mempengaruhi istriku kemarin sore, Nindi ... Aku sangat terkejut mendengar kabar tentangmu dari Nia. Kamu gak pernah berhenti membuatku terkejut.” Ujar Martin dengan suara sedikit ditekan.

“Hi hi hi ... Aku tidak menyuruhnya loh ... Aku hanya memberikan pandangan ... Syukurlah kalau kamu sudah mengetahuinya ... Semalam aku juga bicara dengan Fadil, dan kami berniat untuk memperkenalkan kehidupan bebas kami pada kalian.” Kata Nindi sambil tersenyum dengan mimik tanpa dosa.

“Hhhmm ... Aku tidak ingin terjerumus, tapi mungkin kami akan mencobanya pelan-pelan.” Jawab Martin.

“Hi hi hi ... Akhirnya ...” Nindi tersenyum genit sebelum melanjutkan ucapannya, “kalau begitu, nanti sore ada acara di rumahku. Aku mengundang Devi, Ruth dan Anggi dengan suami mereka. Itung-itung reunian, terutama buat kamu yang rasanya udah lama gak ketemu mereka.” Nindi berkata sambil menatap Nia.

“Oh, begitu kah? Kayaknya kita akan datang ke sana. Ya kan sayang?” Ucap Nia bersemangat yang diakhiri pertanyaan pada Martin.

“Ya, kami akan datang. Coba melihat-lihat dulu seperti apa gaya kehidupan bebas kalian.” Ungkap Martin.

Nindi pun tersenyum lalu meninggalkan dapur lewat pintu belakang lagi. Martin dan Nia pun bergerak ke ruang tengah, duduk di sofa depan televisi. Seperti biasa di hari Sabtu, mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Sebenarnya mereka adalah keluarga yang cukup bahagia, hanya saja permasalahan kehidupan ranjang mereka sedikit mengganggu kebahagian keduanya, dan itu akan coba mereka selesaikan.​

******​

Matahari kini telah menenggelamkan seluruh sinarnya ke ufuk barat. Suasana sore menjelang malam itu agak dingin, namun tidak menyurutkan kemeriahan tiga pasangan suami istri yang telah berkumpul di rumah Nindi. Dan yang membuat unik adalah setiap pasangan hanya memerlukan waktu kurang dari lima menit untuk mencapai rumah Nindi dengan berjalan kaki karena walaupun rumah mereka tidak bersebelahan tetapi cukup dekat. Devi dan Ricky datang terlebih dahulu, dua menit kemudian Anggi dan Hendrik menyusul belakangan.

Saat Nindi, Devi dan Anggi menyiapkan makan malam di meja makan, suara bel rumah berbunyi. Fadil yang sedang membakar sate di teras belakang bersama Ricky dan Hendrik langsung bergerak ke ruang depan lalu membukakan pintu. Tampak di hadapan Fadil pasangan suami istri tetangga sebelah rumahnya.

“Selamat datang ... Silahkan masuk ... Ricky dan Hendrik lagi memanggang sate di halaman belakang. Nindi, Devi dan Anggi sedang beres-beres meja makan. Mereka sudah menunggumu dari tadi.” Ucap Fadil sambil memeluk Martin dengan pelukan persahabatan lalu menempelkan pipinya ke pipi Nia kiri dan kanan.

“Loh ... Kemana si Davin? Apa dia gak bergabung di sini?” Tanya Martin menanyakan salah satu temannya yang lain.

“Davin dengan Ruth mendadak ada keperluan yang gak bisa ditinggal. Mereka pergi ke kampung orangtuanya. Entahlah ada acara apa mereka di sana.” Jawab Fadil sembari menutup pintu sesaat Martin dan Nia sudah berada di dalam.

Ketiganya berjalan ke dapur. Nia bergabung dengan para wanita langsung ikut membereskan meja makan. Martin disambut sangat antusias oleh Devi dan Anggi. Pertama Devi yang menyambut Martin dengan sebuah pelukan. Martin merasakan kalau Devi mendorong dadanya kuat-kuat ke dadanya. Benda kenyal itu membuat darahnya lumayan mendesir. Giliran Anggi yang memeluk Martin, dan sekali lagi Martin merasakan kekenyalan dada Anggi bahkan terasa kalau Anggi menggosok dadanya ke kiri dan ke kanan. Karuan saja Martin merasa lebih terangsang lagi oleh kelakuan kedua wanita itu. Setelahnya, Martin terus melangkah mengikuti Fadil ke teras rumah bagian belakang.

Saat itu, Nia merasakan suasananya seperti pertemuan keluarga yang setelah sekian lama tidak ia rasakan. Dalam pertemuan antar sahabat itu berlangsung penuh keakraban dan kekeluargaan. Keempat wanita tersebut menyiapkan malam malam sambil tertawa dan bercanda seakan tak ada beban.

“Hai ... Nia ... Lama gak bertemu ...” Tiba-tiba Ricky bersuara agak kencang, memasuki ruang dapur diikuti pria-pria lain di belakangnya.

“Eh, iya ... Kamu kok kurusan sekarang, Ky ...” Sambut Nia sambil menyambut pelukan Ricky.

Normalnya, Ricky selalu berbuat demikian pada Nia saat keduanya berjumpa, karena Ricky adalah termasuk sahabatnya sejak kecil. Tapi, kali ini Nia merasakan pelukan dan ciuman Ricky sedikit lebih intim daripada biasanya. Ricky mengangkat tubuhnya sehingga terangkat sedikit dari lantai, lalu menciumnya di bibir, bukan di pipi. Setelah itu giliran Hendrik memeluk tubuh Nia, dan Nia merasakan salah satu tangan Hendrik menyentuh bokongnya.

“Ah ... Aku lupa menyambut Martin ...” Dengan genit Nindi menghampiri Martin lalu memeluknya.

Nindi memeluk Martin dengan sangat erat, tubuh mereka seakan salin menempel satu sama lain. Nindi pun berusaha menggesekkan selangkangannya pada bagian alat vital Martin. Tak sampai di situ, tanpa ragu maupun sungkan, Nindi mencium Martin di bibir, bahkan berusaha memasukan lidahnya ke mulut Martin. Seperti terhipnotis, Martin pun membalas ciuman panas Nindi di depan Nia. Nia pun hanya tersenyum melihat tingkah kedua orang tersebut.

“Suatu hari nanti, kita harus tidur bareng. Aku ingin merasakan kejantananmu.” Ucap Nindi mendesah saat ciuman terlepas. Nindi pun mundur ke belakang berdiri di samping Nia lalu memeluk bahu sahabatnya itu.

"Aku dengar istrimu memergoki Nindi sedang indihoy di tempat parkir.” Kata Fadil sambil merangkul bahu Martin.

“He he he ... Istrimu memang keterlaluan, seperti tidak ada tempat saja. Ya, aku mendapat kabar dari Nia kalau Nindi sedang begituan dengan seseorang di tempat parkir.” Martin tersenyum sambil melihat ke arah Nindi.

“Apa??? Apa yang terjadi???” Anggi tiba-tiba memekik dengan nada penasarannya.

“He he he ... Itu Nia ... Jumat pagi kemarin dia ngeliat Nindi lagi ngewe sama pacarnya di tempat parkir kantornya. Awalnya sih terkejut tapi rasa-rasanya Nia dan Martin mulai tertarik dengan gaya hidup kita.” Jelas Fadil sambil menggoyang bahu Martin.

“Hi hi hi ... Gimana pendapatmu, Tin ...?” Tanya Devi ingin tahu.

“Aku dan Nia akan mencoba dulu. Kami akan mempelajari dulu apakah gaya kalian sesuai dengan kami atau tidak.” Jawab Martin.

“Oh, Martin ... Aku harap kamu menyukai gaya kami ... Aku selalu terobsesi bercinta denganmu ...” Ujar Devi tanpa malu.

Semua tertawa mendengar kekonyolan Devi. Tapi ucapan Devi memang ada benarnya. Dari keempat pria yang ada di situ, Martin adalah pria paling pantas menjadi cover majalah wanita dewasa. Martin adalah mimpi basah seorang wanita. Martin diberkati tubuh yang sangat ideal, perut six-pack, dan pinggang yang kecil. Lengannya berotot dengan bisep yang menonjol. Gaya yang elegan ditunjang dengan wajah yang sangat menggemaskan.

“Ya, mudah-mudahan kita semua bisa merasakan kejantanan Martin suatu saat nanti. Saatnya kita makan, ini sudah terlalu malam.” Kata Nindi sambil menghampiri meja makan.

Semua yang ada di situ mulai mengelilingi meja makan. Acara makan malam pun dimulai dengan diiringi obrolan ringan antar mereka tentang segala hal. Mulai dari pekerjaan sampai pada masa perkuliahan mereka dahulu. Mereka semua bersahabat, rasa persahabatan mereka tak pernah tergerus oleh waktu. Mereka selalu kompak dalam segala hal. Tak pernah mempunyai rasa jenuh dengan hubungan persahabatan mereka.

Setelah selesai makan malam, semuanya bergerak ke ruang tengah yang telah disulap pemilik rumah menjadi arena dansa. Nindi mulai menyetel lagi romantis dengan sedikit menaikan volume suaranya. Nindi yang pertama berdansa dengan Fadil dan kemudian diikuti oleh pasangan lainnya. Keempat pasangan mulai berputar-putar di lantai dansa. Tak berselang lama, akhirnya terjadi rotasi mitra. Kali ini Nia berdansa bersama Fadil, sementara Martin bersama Nindi.

Nia memeluk Fadil, tangannya melingkar di leher pria yang memiliki pangkat Kapten di kesatuan marinir. Tangan Fadil memegang pinggul montok Nia mengikuti irama lagu. Kedua mata mereka saling bertemu, saling memandang penuh hasrat. Saat bibir mereka saling melumat, tangan Fadil merayap naik dan menyentuh payudara Nia. Fadil terus meremas-meremas payudaranya sambil mengulum lidahnya. Nia membalas kulumannya dengan sensasi yang dirasakan begitu luar biasa. Nia merasa kewanitaannya menjadi gatal.

Di sisi lain, Martin bergerak bersama Nindi dengan kedua bibir mereka yang saling melumat. Hampir seluruh tubuh Nindi tak luput dari kejahilan tangan Martin. Tiba-tiba Anggi mengambil alih posisi Nindi sambil berkata, "Berdansalah denganku, Kekasih." Anggi bergerak ke dalam pelukan Martin dan melingkarkan lengannya di leher Martin. Martin dan Anggi pernah berdansa sebelumnya, tetapi tidak pernah sedekat ini. Anggi membenamkan tubuh seksinya ke tubuh Martin, seperti yang dilakukan Nindi, bibir Anggi langsung menyambar bibir Martin. Tangan Martin pun mulai menjelajahi tubuh seksi Anggi dan berakhir di payudaranya.

Pasangan dansa pun terus berganti-gantian, sampai pada akhirnya mereka sepakat untuk menghentikan acara dansa mereka. Martin dan Nia yang pertama berpamitan untuk meninggalkan pesta kecil-kecilan malam itu. Mereka diantar Fadil ke pintu depan. Martin dan Nia pun berjalan ke rumah mereka, sesampainya di sana pasangan suami istri tersebut duduk di sofa ruang tengah sambil berpelukan mesra.

“Aku menjadi wanita jalang malam ini.” Ujar Nia.

“Hei, apa yang kamu lakukan?” Tanya Martin sambil tersenyum.

“Aku berciuman dengan Fadil, Ricky dan Hendrik. Bukan ciuman biasa tapi ciuman yang menggugah birahi. Tubuhku pun menjadi sasaran tangan-tangan jahil mereka. Oh, kenapa aku menyukainya. Sayang, aku harap kamu gak marah padaku. Benar-benar aku menyukainya.” Jujur Nia tanpa sungkan. Martin langsung tersenyum setelah mendengar ucapan Nia.

“Aku rasa kita imbang. Ketiga wanita itu juga berciuman denganku. Aku sangat terangsang saat meremasi payudara mereka. Dan mereka juga meremasi penisku sampai mengeras seperti sekarang ini.” Ungkap Martin.

“Kalau begitu, kita selesaikan di kamar.” Bisik Nia dan langsung disambut oleh Martin dengan menggendong tubuh Nia.

Martin membawa istrinya ke kamar. Tidak dirasakannya udara dingin yang menyelimuti kamar dengan cahaya lampu yang redup. Keduanya asyik mencari kehangatan hingga tubuh mereka terhangatkan dengan sentuhan pada tubuh masing-masing. Suara desahan dan erangan juga memenuhi ruangan kamar ini menambah panas pergumulan mereka untuk mencapai puncak kenikmatan duniawi. Tubuh polos mereka yang sudah dipenuhi peluh terus bergerak-gerak di atas tempat tidur yang sudah tidak berbentuk lagi. Bantal-bantal sudah berjatuhan ke lantai sementara pakaian-pakaian mereka tergeletak begitu saja di lantai.

“Martin ...” Desah wanita yang berada di atas tempat tidur, memanggil nama pria yang tepat berada di atasnya.

Seakan mengerti apa yang diinginkan oleh wanitanya. Pria yang dipanggil ‘Martin’ itu segera melumat bibir sewarna plum milik wanitanya itu. Keduanya terlibat pagutan panas, saling menyesap rasa masing-masing. Hingga wanita tersebut mencengkram erat lengan pria itu ketika dirasakannya dia hampir sampai puncak kenikmatannya.

“Aaaahh ... Sayang ...” Martin mendesahkan dan melepaskan pagutan bibir mereka ketika dirasakannya dia juga hampir sampai.

Martin mempercepat gerakannya membenamkan tubuhnya ke tubuh Nia membuat wanita tersebut hanya bisa mendesah terus menerus. Hingga akhirnya terdengar lenguhan panjang dari keduanya menandakan mereka telah mencapai puncak kenikmatan masing-masing.

“Sayang ...” Tangan Nia dengan perlahan menyentuh pipi suaminya yang masih berada di atas tubuhnya, ditatapnya penuh sayang. Keduanya masih menormalkan nafas mereka akibat pergumulan panas mereka sejak tadi.

“Aku mencintaimu ...” Martin mencium kening, lalu mata coklat Nia, hidung dan tidak terlewatkan bibir mungil yang tampak sedikit membengkak akibat banyaknya ciuman yang mereka lakukan.

Martin memindahkan posisinya berbaring di samping Nia, wanita itu langsung berbalik menghadap Martin dan mendekatkan tubuhnya pada Martin. Martin segera merengkuh tubuh istrinya dan membawanya bersandar di dada telanjangnya yang sedikit basah akibat kegiatan mereka tadi. Nia menyamankan tubuhnya di dada Martin. Keduanya terdiam satu sama lain menikmati momen keheningan ini dengan memikirkan sesuatu yang berbeda. Terlalu banyak yang mereka pikirkan akhir-akhir dan bercinta menjadi suatu solusi untuk melepaskan semua beban pikiran mereka itu. Merasakan bahwa mereka ada untuk satu sama lain lewat pergumulan panas yang mereka ciptakan.

Bersambung ...

Thanks for reading, sorry for typo ...​
 
Terakhir diubah:
Numpang rebahan sambil nyimak bareng oom oom.yg akan nongol
Minta tolong mulustrasi nya om buat nambah gairah cerita
Numpang jongkok dimari huu... :coli::coli::vampire:
Makasih suhu-suhu udah mau mampir ke lapak ini. Karena aku baru saja belajar menulis, jadi bikin mulustrasinya belum bisa.
Apakah ada tutorial untuk membuat mulustrasi? Mohon pencerahannya.
 
cerita menarik... awet-awet ya hu
Tanpa batas waktu garis keras.
Nuwun sewu Wak @fq_lex cara bikin mulustrasi pripun bagaimanakah? Mohon pencerahannya...
wow...ini sih bukan cukcold lagi tapi udah swinger party...lanjut bos...semangat terus
Makasih suhu-suhu ... Maksih banget udah mau mampir di sini.
Makasih juga buat suhu @umam yang dah mau manggil suhu @fq_lex ... Semoga bisa memberi pencerahan.
 
Makasih suhu-suhu ... Maksih banget udah mau mampir di sini.
Makasih juga buat suhu @umam yang dah mau manggil suhu @fq_lex ... Semoga bisa memberi pencerahan.

Langkah-langkah upload gambar/foto :

1. tab baru browser, ketik www.imagebam.com
2. pilih Basic Upload
3. pilih Browse
4. pilih foto/gambar yang akan di-upload
5. lalu turun ke Select Type, kemudian pilih FAMILY SAFE content
6. lalu turun ke Thumbnail Option, pilihan bebas
7. setelah itu, pilih UPLOAD NOW
8. copy/salin semua tulisan yang berada di kotak BB-Code
9. paste/tempel tulisan tadi di kolom komentar/chat

Jika dikerjakan sesuai instruksi diatas, pastinya foto/gambar akan terpampang disini :)
 
TANPA BATAS

Sebelumnya saya mohon izin kepada Mimin dan Modod untuk memposting satu lagi cerita. Mudah-mudahan cerita ini dapat diterima oleh para pecinta di forum ini. Semua yang ada dalam cerita ini hanyalah khayalan dari penulis semata. Tak ada kaitannya dengan dunia manapun, atau yang benar-benar berhubungan dengan kehidupan nyata.

ijin nyimak :baca: dulu suhu @Durjana1999
 
Langkah-langkah upload gambar/foto :

1. tab baru browser, ketik www.imagebam.com
2. pilih Basic Upload
3. pilih Browse
4. pilih foto/gambar yang akan di-upload
5. lalu turun ke Select Type, kemudian pilih FAMILY SAFE content
6. lalu turun ke Thumbnail Option, pilihan bebas
7. setelah itu, pilih UPLOAD NOW
8. copy/salin semua tulisan yang berada di kotak BB-Code
9. paste/tempel tulisan tadi di kolom komentar/chat

Jika dikerjakan sesuai instruksi diatas, pastinya foto/gambar akan terpampang disini :)
Makasih suhu @fq_lex atas pencerahannya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd