Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG TETANGGA PERKASA 2 : Mimpi Tak Tergapai

Hampir....
___________



Sepuluh hari telah berlalu.

Asty dan Nirmala masih betah berkerja sebagai juru masak dan juga tukang bersih bersih di Penginapan milik Darti. Sesekali Asty dan Nirmala juga merangkap sebagai pelayan yang mengantarkan pesanan kepada para tamu yang menginap.

Mereka belum waktunya mendapat gaji, tapi Bu Darti berbaik hati memberikan mereka berdua pinjaman yang akan dipotong jika nanti Gajian. Sehingga Baik Nirmala Maupun Asty bisa memberikan Uang itu kepada keluarga mereka.

Sedangkan Nizam terlihat semakin intens mendekati Janda Muda pujaan. Meski belum ada kata kata apapun tentang kejelasan hubungan Nizam Dan Asty, tapi sepintas lalu terlihat ada sesuatu diantara mereka berdua.

Beberapa kali, Nizam mengajak Asty ke rumahnya yang memang hanya berjarak tak lebih dari 200 meter dari bangunan Penginapan.

Akbar dan Sofia, kedua anak Nizam pun seperti sangat senang dengan kehadiran Asty. Sudah cukup lama mereka kehilangan sosok seorang Ibu, sehingga Asty yang memang selalu bersikap lemah lembut dan penuh kasih mudah sekali mengambil hati kedua anak itu.

Awalnya Asty segan untuk terlalu lama berapa dirumah Nizam. Bagaimanapun, Dia Janda dan Nizam Duda. Tentu akan sangat mudah bagi Setan mendapatkan Celah untuk menjerumuskan kedua nya. Tapi rasa kasihan nya terhadap Kedua anak Nizam, terutama Sofia membuat Asty mengesampingkan segala macam kemungkinan buruk.

Dia tak sanggup untuk menolak ketika Sofia meminta dengan setengah merengek agar Asty sering sering menemuinya. Bahkan Anak perempuan kecil itu kini memanggilnya Mama. Nizam tentu senang bukan kepalang ketika Asty tidak keberatan dipanggil Mama oleh Sofia. Nizam tak tahu, didalam hati Sang Wanita bergejolak, Dia bersedia hanya karena iba. Iba kepada Sofia, bukan kepada Bapaknya.

Tapi Nizam mengartikannya lain. Lelaki itu menganggap langkahnya semakin dekat untuk mendapatkan Sang Janda Idaman. Dia semakin percaya diri, wajahnya selalu dihiasi senyum pengharapan.

Asty sadar akan hal itu, sebenarnya Dia ingin agar kesalahpahaman ini tidak berlarut larut. Tapi lagi lagi Asty tak tega. Jika Dia bicarakan langsung masalah ini pada Nizam, tentu lelaki itu akan merasa malu kemudian menghindar. Dan tentu Sofia juga yang akan terkena imbasnya, karena jika Nizam menghindar, tentu Asty tidak akan berani datang ke rumahnya. Padahal Asty sudah terlanjur menyukai sosok Sofia. Anak perempuan berwajah manis yang bernasib malang karena harus kehilangan kasih sayang seorang ibu di usia yang masih belia.

Asty dalam Dilema.......

Hati Nizam berbunga bunga...


_________________


"Dek.. Tambak kita kan kosong. Gimana kalau kita ketempat Bapak...?". Joko berucap sambil menghirup kopi di pagi hari itu.

Desi menoleh.. Kemudian berkata.

"Ke Madiun...? ".

"Bukan. Ke Lebak. Ke tempat Bapakmu... ".

"Oh.. Tapi, bukanya tahun lalu kita udah mudik? ". Desi mencoba memastikan niat Sang Suami.

"Iya. Tapi kali ini tujuan kita bukan cuma mudik.. ". Sahut Joko. Matanya tajam menatap lurus kedepan. Ada binar harapan terlihat jelas.

Joko telah berhasil mengesampingkan segala macam ego dan gengsi serta segala tetek bengek tentang harga diri. Dalam hidupnya sekarang hanya ada satu tujuan. Yaitu memiliki seorang Anak dari rahim Sang Istri tercinta.. Meski bukan darah dagingnya, tapi Joko ikhlas asalkan dia tahu dan setuju dengan siapa Desi Hamil nantinya.

Saat ini yang menjadi satu satunya lelaki yang diharapkan oleh Joko untuk menjadi Pendonor sperma secara langsung kedalam rahim Desi adalah Deni. Dia sudah mantap. Apalagi mendapati fakta bahwa Deni bukan lelaki asal asalan. Dalam pandangan Joko, Deni adalah pejantan berkualitas tinggi. Tubuh Deni yang sehat, wajah yang tampan dan sikap yang penuh sopan santun membuat Joko rela untuk mengasuh dan merawat serta menganggap anak kandung jika Desi berhasil di hamili oleh Deni.

Sayangnya tidak semudah itu.......

"Dari Desa Bapakmu kan gak jauh ke daerah B*d*y.. Aku nanti niatnya mau kesitu. Nyari dukun sakti, supaya Deni tertarik padamu.... ". Joko berkata lagi setelah cukup lama melamun.

Desi diam. Dia tak bisa memastikan perasaan apa yang dia rasakan sekarang.. Ada sedih, karena bagaimanapun, hubungan tanpa nikah adalah zinah, tapi Desi juga sadar, ini cara satu satunya yang paling memungkinkan.

Program bayi tabung?. Biayanya tak terjangkau. Sangat tak terjangkau bagi perekonomian keluarganya yang hanya buruh tambak. Bukan pemilik.

Sebagai wanita, tak dapat dipungkiri memiliki anak adalah suatu hal yang paling di idam idamkan. Sehingga sampai detik ini Dia menurut saja apa rencana Joko, suaminya.


"Terserah Kang Joko lah... Aku pusing.... ".


_____________________


Pagi sudah agak tua. Matahari mulai mengeluarkan panas teriknya.

Asty sudah selesai melaksanakan tugas rutin untuk pagi ini. Ada jeda waktu yang cukup untuk dipakai sedikit bersantai.

Sedangkan Nirmala tidak masuk kerja hari ini. Katanya gadis itu tidak enak badan sehingga Asty terpaksa berangkat sendiri. Dia diantar oleh suami Narti pagi tadi. Pulangnya bagaimana, biarlah dipikir nanti.

Ini hari minggu. Anak anak libur sekolah. Begitu juga Sofia, putri Nizam. Teringat bocah perempuan itu, Asty tergerak hatinya untuk mengunjungi Sofia sebentar. Rumahnya tidak jauh, dan juga sekarang tidak ada lagi mesti di kerjakan.

"Sofia..... ". Asty memanggil dengan suara lembut ketika baru saja dia sampai didepan pintu rumah sederhana namun lumayan rapih dan bersih.

"Eh,.. Mama... ". Bocah itu menyambut dengan gembira. Senyum manisnya terkembang. Sejenak Asty berjongkok memeluk Sofia, kemudian duduk di kursi bambu diruang tamu.

"Kakakmu Akbar mana, Fia....? ".

"Di belakang, Ma... Lagi ngasih makan ayam... ". Sofia kini menggelendot dipangkuan Asty.

"Tante.... ". Tiba tiba Akbar masuk, kemudian tersenyum dan kemudian mencium tangan Asty.

"Tante sendiri...?. Bapak mana...? ".

"Bapakmu nganter tamu penginapan ke pasar... ". Jawab Asty sembari mengelus rambut kepala Akbar.

"Udah pada mandi kan...? ".

"Udah dong.... " .


Cukup lama Asty bercengkerama dengan kedua anak Nizam. Sampai mereka bertiga tidak menyadari kehadiran seseorang di ambang pintu yang terbuka.

"Eh.. Ada tamu istimewa rupanya... ".

Asty menoleh, dia terkejut tapi kemudian tersenyum setelah melihat Nizam tertawa lebar.

"Bapak ngagetin Fia... ". Sofia merengut lucu.

"Udah.. Sana maen sama kakakmu.. ". Ujar Nizam kemudian kepada Sofia anaknya. Lelaki itu lantas merogoh kantong celana kemudian mengukurkan tangan yang menggenggam selembar uang kertas berwarna kehijauan.

"Nih.. Buat Jajan berdua.. ". Katanya lagi. Asty yang melihat itu sedikit memiringkan bibir.

"Modus.... ". Bisiknya kemudian pelan,. Hanya terdengar oleh Nizam. Lelaki itu tertawa mendengar Asty berbisik.

"Aku pengen Ngobrol berdua sama Kamu... ". Kata Nizam setelah kedua anaknya keluar rumah dengan hati riang. Jarang jarang Sang Ayah memberi uang jajan dengan jumlah yang cukup lumayan.

"Bicara tentang masa depan... ". Ucap Sang Pria lagi, begitu melihat Asty hanya diam dan menarik nafas dalam dalam.

Beberapa saat berlalu....

"Bicaralah..... ". Akhirnya wanita itu bersuara.. Pelan saja.

"Aku..... ". Nizam tetap saja gugup, meski apa yang akan dia katakan sebenarnya telah berulangkali dia hafalkan.

"Aku jatuh hati padamu..... ". Akhirnya setelah menunggu lama, kalimat itu keluar juga. Tapi belum ada reaksi dari Sang Wanita.

Sedetik..... Dua detik.... Hampir satu menit Asty hanya bungkam.

"Bagaimana.....? ". Kejar Nizam tak sabar.

Terdengar jelas ditelinga Lelaki itu, Asty menarik nafas dalam dalam kemudian berkata lirih..

"Maaf, Aku belum bisa menjawab. Ini terlalu rumit... ". Asty menunduk menatap lantai semen yang dia injak. Wajah cantik itu terlihat murung.

"Tak apa, Lupakan saja kalo kamu gak suka.... ". Melihat wajah Asty yang justru berubah murung alih alih senang mendengar ucapannya, Nyali Nizam sedikit menciut.

Ini yang Nizam takutkan. Meski secara ekonomi mereka setaraf, sama sama dari kelas bawah. Tapi secara penampilan, Dia dan Asty sangat Jauh berbeda. Ibarat Kucing Persia vs Kucing Kampung, atau ibarat Ikan Nila vs Ikan Koi. Jauh........

"Aku minta waktu untuk berfikir... ". Akhirnya Asty menemukan jawaban tepat yang diharapkan tidak terlalu menyinggung perasaan Lelaki di depannya itu.

Nizam mendesah berlahan.

"Apa Aku tak pantas...? ". Dia bertanya dengan tatapan mata yang menyiratkan kesedihan. Asty menggeleng pelan.

"Bukan itu.... ".

"Lantas....? ".

"Beri Aku Waktu... Bisa...? ".

Nizam cuma bisa mengangguk saja. Dia kehabisan kata kata. Lama sekali lelaki itu memandangi wajah Asty lekat lekat. Semakin di perhatikan, pesona di wajah itu semakin kuat memancar.

"Kamu cantik sekali, Asty... ". Nizam menyebut langsung Nama Asty, tanpa embel embel "Neng" seperi biasa.

"Kecantikan akan pudar seiring waktu. Dan kekagumanmu akan luntur setelah itu.. ".

"Tidak akan luntur. Aku Janji... ". Nizam mengangkat dua jari, membuat sedikit senyum tergurat diwajah Asty, tapi kemudian cepat sekali hilang.

Nizam dengan sedikit bergetar kemudian memberanikan diri meraih tangan Asty, kemudian berlahan mengelus tangan itu dengan penuh perasaan. Asty mendesah, Seperti yang sudah sudah, Wanita itu gampang sekali Baper. Dibegitukan saja, dadanya sudah berdesir.

Berlahan... Berlahan sekali wajah Nizam mendekat. Sekarang deru nafas lelaki itu terdengar jelas. Asty mencoba menghindar dengan cara sedikit memundurkan badannya kebelakang. Sesaat usaha itu sepertinya akan berhasil, tapi belum sempat sang wanita menarik nafas lega, dengan tiba tiba sekali wajah Nizam telah menyentuh kulit wajahnya.

"Ja..... ". Kata itu tak akan pernah sempurna terucap.. Karena sekarang bibir merah telah terlumat. Lembut dan hangat.

Meski tampang Nizam kucel, tapi nafasnya wangi. Mungkin lelaki itu menyempatkan diri mengemut Permen R*lax* tadi. Sehingga membuat Asty sedikit terlena. Meski tubuhnya masih memberikan tanda tanda penolakan, tapi bagi Nizam itu tak terlalu berarti. Lelaki itu, Duda haus belaian itu semakin menjadi. Dengan penuh keyakinan tangan Nizam bergerak liar, menyelusup kemana saja area yang bisa di masuki.

Kancing kemeja Asty terlepas dua, Menampakkan Bra tipis berwarna hijau tosca. Mata Asty melotot, tubuhnya bergetar hebat ketika jemari kasar dan sedikit legam milik Nizam telah menyentuh bagian terdalam.

"Jangan... Jangan begini... ". Itu lebih ke suara desahan, bukan penolakan ditelinga Nizam.

Hanya sepersekian detik setelah Bra terlepas, bibir hitam Nizam langsung Saja beraksi menggantikan Sang Bra sebagai penutup payudara yang tak seberapa besar tapi mencuat tegak menantang. Masih jauh sekali dari kata kendor. Belum kalah jauh jika dibandingkan milik perawan. Meski warna puting telah tak lagi coklat muda karena terlalu sering di emut. Yang jelas oleh kedua anaknya ketika bayi dahulu.

Tapi Aura payudara itu masih terpancar kuat. Tak bakal ada lelaki yang bisa berpaling jika terlanjur menatap sepasang bukit itu. Jika ada, pasti itu Waria.. Percayalah....

"Bang Nizam... Aku... ". Asty tak sanggup melanjutkan kata ketika sebuah jari besar merenggangkan bibir kewanitaannya. Entah telunjuk atau jari tengah, Asty malas memastikan. Dan sesaat kemudian kepala wanita itu terdongak oleh perbuatan lelaki kesekian yang berhasil menjarah kemolekan tubuhnya.

"Ahhh... Hentikan Bang.. Ohh... ". Asty sendiri sebenarnya tak yakin, apakah dia benar benar menginginkan Nizam berhenti.

Jari itu telah berhasil bersarang, bergoyang, menusuk maju mundur, mengobel kiri kanan, seperti ingin membuat lobang itu semakin besar. Sementara diatas, kulit payudara Asty telah basah memerah, terus saja diperah oleh sepasang bibir tebal milik Nizam. Sesekali bibir itu bergerak layaknya menggigit, meninggalkan bekas bekas merah yang memerlukan waktu dua tiga hari untuk hilang.

Asty merintih... Nizam tersenyum senang. Setelah sekian lama, akhirnya hasratnya bakal ada tempat pelampiasan. Wanita jelita bertubuh mungil menarik hati laksana bidadari. Kalau rezeki tak akan kemana. Begitu suara hati Sang Lelaki.

Wanita yang sedang dicumbuinya, jauh lebih cantik ketimbang Mantan Istri yang kabur meninggalkannya. Jauh sekali. Jika Asty Sabang, maka mantan Istri Nizam Adalah Merauke. Jauhhhh... Dari ujung barat ke ujung timur... Gak bakal bisa ditempuh jalan kaki.

Jilbab Asty memang mudah sekali terlepas. Cukup menyibakkan keatas, maka penutup kepala model instan itu pun meninggalkan kewajibannya. Sehingga rambut hitam panjang sepinggang itu pun tergerai. Asty memang sudah lama tidak memotong rambutnya, sehingga rambut sehalus sutra yang dulu sebahu, kini telah mencapai pinggang langsing Sang Wanita.

Leher putih mulus terekspos menarik perhatian Nizam. Dan Asty cuma bisa mengeluh..

"Kenapa harus seperti ini..?. Apakah setiap lelaki yang melihatku hanya karena nafsu...? ". Bathin Sang wanita bertanya tanya.

"Kalau tahu begini, Aku menyesal jadi cantik... ".

Nizam ingin lebih...
Dengan cekatan dan tiba tiba, lelaki itu membopong tubuh mungil Asty dan membawanya masuk kedalam kamar. Asty sedikit meronta. Sedikit......

Pintu kamar berwarna cokelat jati kemudian terkunci rapat.

Cumbuan demi cumbuan, remasan demi remasan Dan juga lumatan demi lumatan berpadu menghadirkan lantunan tembang birahi yang berhasil menghempas kesadaran Asty jauh entah kemana. Sedikit penolakan yang tadi sempat membuat hatinya berontak, kini telah berganti keinginan untuk segera menuntaskan hasrat yang ter bangkitkan.

Nizam telah telanjang. Tubuhnya yang sedikit kerempeng dan berkulit coklat agak gelap kontras sekali dibanding tubuh Asty yang putih mulus bak pualam. Batang kejantanan pria itu telah mengacung maksimal, berkedut menebar ancaman.

Sedangkan Sang Wanita tak sadar, entah kapan baju yang dia pakai terlepas dari badan. Tubuhnya bermandi keringat bercampur air ludah bekas jilatan dan lumatan bibir Nizam. Tubuh Asty jadi mengkilat.

Dan itu benar benar membuat Nizam lupa daratan. Sekali tarik, Celana panjang Asty pun lepas. Dengan tangan bergetar hebat, celana dalam Asty pun diloloskan melewati sepasang kaki jenjang.

Terpampang sudah apa yang selama ini di idam idamkan oleh Nizam. Lelaki itu berniat ingin melumat belahan yang merekah di hadapan nya itu. Tapi Sang Batang meminta lain.

Akhirnya dengan sedikit terburu buru Nizam merenggangkan paha itu lebih lebar, kemudian memposisikan tubuh nya ditengah tengah.

Sedikit lagi apa yang akan terjadi benar benar akan terjadi. Tapi Asty sedikit meragu. Ketika kepala botak bermulut tak bermata itu akan segera membelah lautan kenikmatan, Asty sedikit menggeser pinggul sehingga hujaman Sang Batang membentur pinggiran Paha.

Nizam tentu sedikit kesal jadinya. Diarahkan lagi rudal hitam itu, ditekan lagi... Dan gagal lagi karena Asty kembali memberikan penolakan. Asty merasa sedikit keraguan menyeruak. Meski sebenarnya Asty juga menginginkan. Wanita itu tak yakin jika dia benar benar ingin menolak. Bisa dibilang justru Asty bersikap demikian untuk memancing Gairah Nizam lebih tinggi lagi.

Tapi Sang Lelaki telah gelap hati gelap pemikiran. Dia habis kesabaran.

"Ayolah Asty.. Jangan pura-pura menolak. Aku tahu kau juga menginginkan.. ". Itu kata Nizam, biasa saja dia mengucapkan, seperti tanpa beban.

Tapi Asty merasakan tertusuk di hati.

"Maksudmu...? ". Dia kemudian bertanya dengan mata menatap tajam. Nizam menyeringai.. Kemudian terkekeh.

"Kau janda. Jangan munafik lah. Kau pasti sudah lama menginginkan ini... Hehehe... ". Tertawa kecil Nizam sembari tangannya menggenggam batang kejantanannya, dan mengacung acungkan benda itu ke wajah Asty.

Nizam bermaksud memancing Gairah Sang Janda, tapi dia salah cara. Tanpa sengaja, tindakan dan kata katanya justru menyalakan Api amarah di dada Asty, karena ego dan harga dirinya terusik sudah oleh kalimat Nizam yang terdengar melecehkan Status Asty yang Janda.

Mata Asty menyala. Tubuhnya keras kaku. Tentu Nizam menyadari perubahan itu. Tapi belum sempat lelaki itu berucap lagi, sebuah tamparan sangat keras mendarat di pipi sebelah kiri.

"PLAAKKKK...!! ".

Nizam kaget setengah mati. Tubuhnya sampai ter mundur jauh dan kemudian jatuh dari ranjang. Seketika Asty bangkit dan secepat mungkin mengenakan kembali pakaiannya. Setelah dirasa cukup, wanita itu melangkah keluar setelah terlebih dahulu memutar anak kunci yang masih tertancap di pintu.

Nizam melongo... Batangnya menciut, pikiran lelaki itu kosong...



Bersambung....
 
Terakhir diubah:
Asty..oh asty.. sebegitu menggairahkannya kamu.. sampai sampai ramai para pejantan ingin bersilaturahmi pada istanamu.. Wiuuw ninu ninu ninuuu...
Makanya saya bingung ketika ada suhu yang minta mulustrasi. 🤭🤭
Takutnya nanti mulustrasi nya tidak sesuai ekspektasi. Mulustrasi Asty yang saya kasih di sesion 1 makin kesini malah saya rasa makin gak cocok.. 🤣🤣
 
Bimabet
Santuy Hu
Tenangkan sejenak otak biar tenang. Abis tenang, baru olah lg kisah Asty - Deni - Desy ampe program hamil Desy sukses dan Asty kembali ke dekapan Deni
Monggo ambil rehat sejenak
 

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd