Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG TETANGGA PERKASA 2 : Mimpi Tak Tergapai

Bimabet
Wadidaaaw...ada seson 2 ternyata... Tetangga masih perkasa aaja nih...hihihi...

Hmm.. Peno X Nirma... semoga tercipta nuansa seks yg happy & fun, langgeng selalu ya kedua kelaminnya yg telah menyatu.. wqwqwq... Barangkali nanti ssudah ini kan tercipta gitu, smacam perlombaan2 dalam bergumul di SS nya... Hihihi.. πŸ˜†

Duuhh.. Asty.. rindu nuansa di lereng Semeru, hawa dinginnya, ramuan itu, dan penyatuan yg ceria tanpa beban kala itu.. wqwqwq πŸ˜‚

Sukses & sehat selala suhu...
 
Wadidaaaw...ada seson 2 ternyata... Tetangga masih perkasa aaja nih...hihihi...

Hmm.. Peno X Nirma... semoga tercipta nuansa seks yg happy & fun, langgeng selalu ya kedua kelaminnya yg telah menyatu.. wqwqwq... Barangkali nanti ssudah ini kan tercipta gitu, smacam perlombaan2 dalam bergumul di SS nya... Hihihi.. πŸ˜†

Duuhh.. Asty.. rindu nuansa di lereng Semeru, hawa dinginnya, ramuan itu, dan penyatuan yg ceria tanpa beban kala itu.. wqwqwq πŸ˜‚

Sukses & sehat selala suhu...
Dari mana aja Hu...?. Baru nongol... πŸ€­πŸ€­πŸ‘πŸ‘πŸ‘
 
Maaf suhu2 semua. Karena cerita masih dalam rangka pengenalan karakter Tokoh2 baru dan juga dalam masa2 pembentukan Alur, maka untuk Part ini terpaksa Non SS.. πŸ€­πŸ€­πŸ™πŸ™πŸ™..
Bukan sok suci, tapi susah bikin SS yang nyambung ke cerita... 😁😁😁

Maaf sekali lagi kalau penantian berakhir mengecewakan. Tapi saya janji.. ✌✌✌✌
Akan mengusahakan SS yang seru di part2 selanjutnya... πŸ‘ŒπŸ‘Œ
 
Terakhir diubah:
Tak Tergoda
_____________






Nizam dan Asty kesal dan jengkel sekali. Bagaimana mungkin Majikan mereka sama sekali tidak perduli dengan keadaan anak buahnya.

Sudah hampir satu jam mereka terkatung katung di pinggir jalan. Tapi belum juga ada jemputan.

"Lapar...? ". Nizam bertanya seraya mengulas senyum melihat Asty sedikit meraba perut. Wanita muda cantik beranak dua itu mengangguk, samar.

Matahari terlihat sudah condong ke barat. Dan perut wanita mungil itu cuma diisi dua potong Bakwan dari pagi. Itupun di rumah tadi, sebelum berangkat kerja.

"Tadi di pasar diajak makan Bakso gak mau... ". Nizam sedikit menyesalkan. Asty cuma tersenyum kecil.

"Kalo masuk angin gimana coba.... ". Nizam masih saja berceloteh.

"Kan ada Bang Nizam yang ngerokin... ". Asty melontar canda. Disusul tawa renyahnya yang semakin membuat Nizam seperti terpelet. Dada Sang lelaki sedikit berdebar.

"Emang kamu mau aku kerokin...?".

" Ogah..... ". Kedua anak manusia itu pun tertawa bersama, sedikit melupakan fakta bahwa sampai detik ini jemputan dari Penginapan belum datang juga.


________________


Senja masih menyisakan Semburat Jingga di cakrawala barat. Deni sudah mandi, dan baru saja selesai memberi makan udang di dalam tambak.

Lelaki berwajah tampan berambut lurus agak gondrong itu tengah bersiap siap menuju rumah Joko sesuai kesepakatan tadi sore.

Ada sedikit kekhawatiran di lubuk hatinya, khawatir akan terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Tapi Deni mencoba menguatkan hati dan mencoba yakin Iman yang dimilikinya cukup tebal.

"Joko orang baik. Aku tak akan tega menyakiti Hatinya. Lagipula, belum tentu Istrinya mau ku ajak macam macam.. ". Deni berkata dalam hati.

"Anggap saja ini ujian... ". Bathin nya lagi seraya tersenyum sedikit.

Tiba tiba Deni menyadari sesuatu..

"Eh,.. Kenapa aku mesti berdandan rapih segala, pakai minyak wangi lagi... Hmmm... ".

Dengan langkah sedikit ragu, Deni kemudian menyusuri pinggiran tambak diterangi senter yang melekat di kepala. Sebatang rokok menemani senandungnya, jujur meski Deni seorang laki laki, tapi dia agak keder juga melewati rumah kosong yang katanya berhantu itu.

Ingin rasanya Deni lari, tapi takut ada orang yang melihat. Akhirnya dia tetap berjalan dengan pandangan lurus ke depan. Tak berani menoleh ke teras rumah yang gelap. Takut ada penampakan aneh yang bisa membuat copot jantung. Kan repot...?.

"Joko...!! ". Deni sedikit berteriak memanggil Sang Sahabat begitu Dia tiba di rumah Joko dan duduk di bangku teras yang terbuat dari bekas pelampung Kincir. Sejenak Pria itu menatap layar hape ditangan, melihat Jam. Tampak di pojok kiri atas hape nya terlihat jam menunjukkan pukul 18:37.

"Woiii... Mana nih orangnya....?!! ". Deni memanggil lagi, karena sejenak menunggu belum juga ada yang muncul.

Sedang kesal dan agak jengkel Deni menunggu, tiba tiba dari kejauhan sebuah sepeda motor dengan lampu menyala terang bergerak mendekat kemudian berhenti di depan teras.
"Kang Deni udah disini. Udah lama Kang....? ". Ternyata Desi, entah dari mana Dia.

"Eh,.. Iya. Baru aja kok. Paling lima menit. Kamu dari mana...? ".

"Nganterin Ayang Mbeb... ". Jawab Desi kemudian tertawa. Mendengar kata Ayang Mbeb, Deni tak bisa ditahan akhirnya ikut tertawa.

"Katanya habis Isya....? ".

"Gak tahu tuh Si Bos. Tadi nyuruh cepat berangkat.. "

"Kok dianter segala. Kenapa gak dibawa aja motor nya. Nanti kalo Joko Mau pulang, gimana....? ". Deni memgutarakan keheranannya..

"Oh... Anu. Kata Bos tadi, abis bongkar sekalian suplai ke jalur. Jadi, kayaknya Kang Joko besok pagi baru pulang... ".

"Waduh..... ". Deni menepuk jidat.

"Kenapa, Kang....? ". Istri Joko itu menatap dengan mata sedikit menyipit. Tak jadi membuka pintu rumah.

"Gak.. ".

"Oh... Ya udah. Mau ngopi apa ngeteh...? ". Tanya Desi sebelum melangkah masuk.

"Terserah... ".

"Oke.... ".


_______________


Asty terpaksa tidak pulang ke rumah malam ini. Jemputan yang terlalu lama membuat Dia dan Nizam sampai ke Penginapan hampir pukul 3 sore. Sehingga banyak tugasnya yang terbengkalai dan harus diselesaikan sampai menjelang malam. Sedangkan Nirmala sudah pulang sejak tadi.

Tak lupa Asty menitipkan 4 bungkus Mie Ayam untuk Bapak dan Ibunya serta Kedua Anaknya kepada Nirmala, sambil berpesan bahwa malam ini Dia tidak pulang.

Sebenarnya Sebelum pulang, Asty agak heran melihat tingkah Nirmala. Anak itu cuma diam dengan wajah ditekuk. Bahkan sama sekali tidak bertanya kenapa Asty lama sekali pulang dari pasar.

Tidak biasanya Nirmala seperti itu. Biasanya Dia selalu banyak bicara. Ada saja yang dibahas. Tapi Asty tidak sempat untuk menanyakan perubahan sikap Nirmala karena tugas yang Dia tinggalkan di dapur telah menunggu.


"Bu Darti, Saya pulang dulu. Udah gak ada lagi perkerjaan untuk hari ini kan...? ". Nizam pamit pulang setelah dirasa tugasnya hari ini telah diselesaikan.

"Iya, Ini oleh oleh untuk anakmu.. ". Darti mengulurkan kantong plastik hitam kecil berisi aneka jajanan dan beberapa potong kue.

"Terimakasih, bu. Bu Darti Emang Kieu... ". Ucap Nizam sembari mengacungkan jempol. Melihat itu Bu Darti tertawa renyah dengan senyum sumringah.

"Eh, Neng Asty belum pulang....? ". Lelaki itu menatap heran ketika Asty berjalan mendekat.

"Iya Bang. Aku nginep di sini. Tanggung pulang. Udah malem..".

"Oh... Ya udah. Saya pulang dulu Bu Bos.... ". Ucapnya kemudian.

"Maen kerumah... ". Tambahnya lagi ketika matanya bertatapan dengan Asty. Sang Ibu Muda cuma mengangguk kecil.

Setelah Nizam hilang dari pandangan, Bu Darti berucap berlahan.

"Kasihan Nizam.... ".

"Memangnya kenapa, Mbak...? ". Asty dan juga Nirmala memang memanggil Darti dengan panggilan Mbak. Itu atas permintaan Bu Darti sendiri. Biar lebih akrab dan luwes, Katanya ketika Nirmala kemarin iseng bertanya.

"Semenjak Yuli kabur, dia kelihatan bertambah kurus dan wajahnya jauh lebih tua dari usia sebenarnya.. ". Wanita setengah baya pemilik Penginapan yang cukup ramai itu mendesah.

"Makan Hati mungkin. Lagipula mengurus dua anak yang masih kecil kecil sendirian tentu bukan perkara mudah. Untung Dia nggak Stres.. ". Tambah Darti lagi. Ada rona kesedihan di kedua bola matanya.

"Istrinya sudah lama pergi...? ". Asty kepo juga akhirnya.

"Dua tahun yang lalu. Waktu itu Sofia, anak Nizam yang bungsu baru berusia tiga tahun. ".

"Bang Nizam benar benar sendirian..?. Maksud saya apa gak ada yang bantu momong, Ibunya, atau saudaranya...? '". Kejar Asty. Nampak sekali rasa keingintahuan nya.

"Setahu ku, keluarga Nizam semuanya di pulau Jawa bagian barat. Di daerah kabupaten Lebak..Banten".

"Ooh... Orang Serang..?". Asty mengangguk angguk kecil.

"Bukan. Nizam itu Asli Sunda. Bahasa yang dia pakai itu bahasa Sunda yang seperti biasanya itu. Duh.. Gimana ngomongnya ya....? ". Darti bingung sendiri.

"Eh.. Kamu... Kenapa banyak tanya begitu...?. Naksir ya sama Nizam...? ". Tiba tiba Darti bertanya dengan senyum di kulum dan tatapan mata seperti menyelidik.

"Hayoo... Ngaku... ". Ledeknya lagi ketika mendapati Asty seperti salah tingkah.

"Eh.. Nggak. Nggaklah Mbak. Ngawur aja... ". Dengan pipi merona, Wanita berstatus Janda muda beranak dua itu cepat cepat berlalu ke dapur, menghindari pertanyaan lebih banyak dari Sang Majikan.


___________


Sementara itu ditempat lain..

"Kang Deni serius mau tidur di teras aja... ". Nampak sekali gaya bicara Desi seperti sengaja dibuat buat.

"Iya, Aku gak enak sama Joko.. ". Sahut Deni.

"Lho, kenapa..?. Kan Dia sendiri yang minta Kang Deni nginep di sini...? ".

"Iya.. ".

"Terus, kenapa gak enak...? ". Kejar Desi.

Deni terdiam. Hatinya berkecamuk. Berlahan didalam hatinya mulai bisa menarik kesimpulan.

"Jangan Jangan.. Mereka berdua sengaja menjebak ku. Hmmmm... ". Deni menggaruk dagunya yang mulai ditumbuhi jenggot pendek. Padahal baru tiga hari yang lalu dicukur.

Melihat gelagat Deni, Wanita cantik istri Joko terdiam.

"Ya udah sih. Aku mau tidur. Ngantuk.. Kalo ada perlu, panggil aja.. ". Desi lantad berlalu masuk rumah.

"Pintu gak di kunci. Kalo mau masuk, masuk aja.. ". Katanya lagi.

"Kunci aja gak apa apa kok. Takutnya aku khilaf.. ". Deni sengaja melontarkan canda yang tanpa diduga dibalas Desi dengan senyum yang teramat manis. Seperti senyum mengundang.

Tapi Deni adalah Deni. Seumur hidupnya, hampir Hanya Asty wanita yang pernah di sentuh. Jika tidak mau menghitung keberadaan Latifah, yang dulu sempat membuatnya Nyaris Khilaf.

Tapi waktu itu Deni menyesal sekali. Dan kemudian bersumpah tidak akan mengulangi kesalahannya. Latifah, gadis perawan Putri Kyai saja bisa dia hindari, apalagi sekelas istri orang. Begitu fikirannya berusaha menguatkan hati.

Sementara didalam kamar, Desi gelisah. Beberapa waktu berlalu, tidak ada suara gerakan apapun yang terdengar dari teras. Penasaran, Sang Wanita keluar kamar, kemudian mengintip dari jendela yang tertutup kain gorden biru muda. Matanya melihat Deni terlentang di atas kursi dengan mata tertutup. Tidur.....

"Kang Deni.. Kau memang Pria baik baik ternyata.".
Desi melangkah lesu, kemudian masuk kembali kedalam kamar.

Demi yang sebenarnya belumlah terlelap, tahu kalau istri Joko itu barusan mengintip. Seulas senyum tipis kemudian tergurat.

"Jika kau ingin selingkuh, kau telah salah memilih sasaran, Desi... ". Ucap Bapak Si Wildan itu dalam hati.

"Kau memang Cantik, menarik. Tapi Asa yang ku pelihara terlalu indah untuk di buang percuma. Maaf.... ".

Sekilas bayangan senyum Wildan dan Jihan kedua anaknya terlintas didalam benak. Hal itu menjadi penambah semangat Deni untuk menghindari segala macam hal hal konyol. Jauh di lubuk hati yang paling dalam, masih tumbuh tunas harapan yang menunggu untuk tersiram air hujan... Harapan indah yang selalu terlafaz dalam setiap Do'a, dan terpatri dalam setiap tarikan nafasnya.

Harapan untuk kembali bersama keluarga kecilnya, merenda bahagia sampai ajal menjemput kelak di suatu ketika.

______________


Pukul 7:38 di teras samping bangunan Penginapan milik Darti. Di bangku kayu panjang sisi sebelah barat sebuah taman bunga kecil yang temaram oleh cahaya lampu bundar sebesar bola voli, Asty terlihat duduk santai sembari tangannya memainkan Sebuah Hape.

Sesekali matanya tertuju ke tengah kolam bundar tak begitu besar di depannya, memandangi ikan ikan aneka warna yang lincah mengejar gelembung gelembung udara yang timbul akibat air mancur yang memancurkan air tanpa henti siang dan malam.

Sesekali pula sepasang mata itu menatap kearah pintu gerbang yang masih terbuka. Seperti ada sesuatu yang ditunggu, atau diharapkan muncul dari gerbang yang bercat hijau tosca itu.

Tak lama berselang sesosok tubuh pun terlihat memasuki gerbang dan mendekat kearah Asty.

"Wah... Kirain udah tidur... Hehehe.. ".

"Lama amat, cuman dari rumah kesini...? ". Asty tersenyum ketika Sesosok Pria yang ternyata Nizam itu telah sampai dan kemudian ikut duduk di bangku kayu.

"Si bungsu susah tidur. Dari tadi di nina Bobo in gak tidur tidur, saya tinggal aja... ".

"Oh.... ". Asty menjawab singkat.

Dia lantas teringat anak bungsu nya Wildan. Apakah sudah tidur sekarang...?. Atau susah tidur juga karena Emaknya tidak pulang...?.

"Ini pesanannya.. ". Nizam mengulurkan Kantong kresek hitam berisi dua loyang martabak. Tadi Asty memang minta dibelikan sekalian diantar ke penginapan.

"Terima kasih.. ". Wanita itu kemudian merogoh kantong baju kemudian memberikan sejumlah uang sesuai harga martabak yang bertopping coklat itu.

"Gak usah... ". Nizam menolak.

"Saya niat beliin... ".

"Serius....? ". Asty agak memicingkan mata menatap pria didepannya yang terlihat sedikit tersenyum.

"Beneran... ".

"Ya... Terimakasih kalo begitu... ". Asty memasukan kembali yang di tangan, tapi dalam hati berjanji suatu saat akan menggantinya dengan memberikan sesuatu sebagai hadiah untuk Sofia, anak bungsu Nizam.

"Belum ngantuk...? ". Nizam bertanya tanpa menoleh.

"Belum lah... Baru juga setengah delapan. Martabak juga belum di makan.. ". Asty menjawab kemudian tertawa kecil sambil membuka kantong kresek.

Sepintas Dia melihat dengan ekor mata, nampak Nizam menatap wajahnya lekat.

"Biasa aja kali, lihatnya... ". Mendengar itu Nizam tertawa.

"Kamu Cantik.. ". Ucapnya lirih.

"Hmmm... " . Asty cuma bereaksi seperti itu, membuat Nizam salah tingkah jadinya.

"Enak loh... ". Ucap Asty sambil mengunyah sedikit martabak.

"Makan aja kalo mau. Aku juga gak bakal sanggup ngabisin... ". Lanjutnya. Nizam mengangguk kemudian mencomot seiris.

Dalam hati pria ini sedikit mengeluh. Jelas sekali Asty menghindari pembicaraan yang menjurus. Sepertinya Asty tak nyaman berbicara masalah hati dengannya.

"Maaf, kalo boleh saya ingin bertanya sesuatu sama kamu.. ". Nizam memaksakan sedikit keberaniannya.

"Boleh... ". Asty menjawab singkat sambil menganggukkan kepala karena mulutnya terisi penuh..

"Eeeee... Kamu,.. Anu,.. Eh.. Gini.. Saya mau... Ah..!! ". Nizam malah bingung sendiri menyusun kata kata. Tak pelak hal itu membuat Asty mengerutkan kening kemudian tertawa lepas. Lucu sekali baginya.

"Baca Do'a dulu, baru ngomong... ". Ucapnya sambil masih tertawa. Nizam jadi malu, kemudian malah menunduk diam. Asty tak tahu, dada Nizam bergemuruh kencang.

"Kenapa diam...? ".

"Gak ah, gak jadi.. ". Pria itu malah jadi minder dan gugup dengan sendirinya. Apalagi mendapati kenyataan malam ini, duduk sedekat ini,... Pesona dan penampilan Asty tampak sangat berbeda. Tidak seperti biasanya.

Bisa dikatakan, seluruh Auranya terpancar keluar, pesonanya tak terbantahkan. Dandanan yang membuat pangling, apalagi ketika wajah itu diterpa sinar temaram lampu taman.


"Sambil ngopi enak kayaknya. Tunggu sebentar... ". Setengah berlari, Wanita cantik jelita bertubuh mungil tapi seksi luar biasa itu kemudian menuju dapur.

Tak butuh waktu lama, Asty kemudian kembali dengan nampan berisi dua gelas White Coffee.

Lama sekali mereka berdua menikmati kopi dan martabak di taman itu. Banyak sekali cerita dan senda gurau canda tawa diantara mereka. Sayangnya, apa yang tadi ingin ditanyakan oleh Nizam, sampai dia pulang pada pukul 22:15 , tidak pernah sempat terutarakan.


Sebelum melangkah pulang, lelaki itu sempat berkata berlahan..

"Kapan kapan, Aku ingin mengajakmu ke rumahku.. Mau kan...?".

Sang Wanita tersenyum.. Kemudian berucap..

"Pulanglah.. Kasihan Anakmu Sofia. Bisa jadi dia belum tidur, nungguin Bapaknya pulang... ".


________________


Hari masih sangat pagi.. Tapi Deni sudah buru buru pulang ke rumahnya. Bahkan sebelum Desi membuka pintu rumah. Wanita cantik itu terlihat sangat sedih. Wajahnya diliputi sesal.

"Sampai sampai pulang saja Dia gak pamit lagi.. ". Gumamnya.

Tak lama berselang, Joko pulang dengan diantar Speedboat milik Bos.

"Gimana....? ". Desi cuma menggeleng, membuat Joko menghembuskan Nafasnya kuat kuat.

"Dia beneran tidur di teras...? ". Tanya Joko lagi, Sang Istri pun cuma mengangguk. Ada sedikit rasa malu, menyadari Deni sama sekali tidak ada ketertarikan kepadanya.

"Deni benar benar orang baik.. ". Desah Joko kemudian.

"Aku malu, Kang. Aku khawatir, Kang Deni Tahu rencana kita... ". Ujar Desi membuat Joko diam tak bersuara.

"Berarti kita tak salah pilih... ". Pelan suara Joko terdengar.

"Hanya lelaki seperti Dia yang boleh membuat kamu hamil.. ". Ucapnya lagi. Masih berlahan seperti tak ingin ada orang lain yang mencuri dengar.

Ada air mata yang meleleh di pipi Desi. Dia dan Joko Sang Suami sangat mendambakan kehadiran seorang anak kandung, tapi tak mungkin bisa karena Joko sudah di vonis mandul.

Joko pun telah pernah memberikan pilihan agar mereka bercerai saja, agar Desi bisa mendapat suami baru yang tidak mandul seperti dia. Tapi Sang Istri tidak mau.

Sampai akhirnya muncul ide gila, untuk mencari Pria yang bisa didekati oleh Desi, dan yang pasti bisa membuat Desi mengandung. Cukup lama mereka mencari sosok pria yang sesuai kriteria Desi, yaitu pria yang tidak neko neko. Bukan pemabuk, ganteng dan bersih, serta tidak sedang berkeluarga.

Pilihan akhirnya jatuh kepada Deni, petambak baru yang kebetulan adalah tetangganya. Tapi mengetahui apa yang terjadi, Joko maklum. Semuanya butuh perjuangan berat. Deni bukan pria kaleng kaleng yang gampang tergoda.

"Teruslah menggoda nya, kalau masih gagal, terpaksa pakai cara halus... ".

"Maksudnya...? ". Desi tak paham.

"Aku akan cari Dukun mumpuni... ". Setelah berucap demikian, Joko kemudian melangkahkan kaki kebelakang.

"Kemana Kang..? ".

"Mandi..... ".




Bersambung..
 
Sabar ya suhu... πŸ™πŸ™πŸ™
Lagi sedikit bingung memilih satu diantara sekian banyak opsi untuk memasukkan unsur XXX nya kedalam alur cerita..supaya klo bisa alami, natural..
gak terkesan dipaksakan supaya ada adegan seks nya aja... 🀭🀭🀭
 

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd