Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

The Bastian's Holiday [DISCONTINUE]

Sifat seperti apa yang agan suka dari Bastian untuk kedepannya ?

  • Tetap Polos dan Lugu

    Votes: 99 31,7%
  • Penyayang dan Semakin Romantis

    Votes: 110 35,3%
  • Agresif dan Lebih Liar

    Votes: 47 15,1%
  • Hyper Terhadap Semua Wanita

    Votes: 64 20,5%
  • Misterius

    Votes: 47 15,1%

  • Total voters
    312
  • Poll closed .
Bimabet
ane pikir ada SS si bapak sama Icha waktu hunting foto..........:huh::huh:
kagak ada yach............
 
ane pikir ada SS si bapak sama Icha waktu hunting foto..........:huh::huh:
kagak ada yach............

Gak ada gan, Icha bukan wanita yang mudah terpikat laki laki. hehehe saat ini masih terjadi kontroversi didalam hatinya terkait ilusi cinta
 
oya suhu... kapan bastian gila-gilaan bareng temen2 SMA nya? :D
 
ditunggu kelanjutannya suhu...
semoga mbak icha menghapus tattonya.... hahaha
 
Chapter II
Act 7

THE SEEDS OF LOVE
By : Marucil



Kunikmati kopi dipagi hari, memandang langit yang terlihat membiru seolah
tak memberi tanda bahwa siang ini akan hujan.
Perfect, sempurna itulah harapan yang aku buat untuk memulai hari ini.
Aku tidak tahu hari ini akan terjadi apa.
Kuyakinkan saja dalam diri bahwa hari ini akan menjadi indah,
kuyakinkan diri bahwa hari ini akan menjadi hari yang bersejarah,
Kuyakinkan diri Hari ini sebagai hari terbaikku diantara yang terbaik.

Semua yang terjadi akan ku jalani dengan sepenuh hati





Pagi ini pukul enam mama dan papa sudah siap untuk berangkat kerja. Mereka memang selalu berangkat lebih pagi agar tidak terjebak kemacetan di jalanan Ibu Kota. Sebelum berangkat tentu papa dan mama mengajak aku serta mbak Icha untuk bersarapan. Entah kenapa pagi ini papa tidak mengeluarkan joke andalanya. Dia terlihat buru-buru untuk segera menyelesaikan sarapannya. Lalu sepuluh menit kemudian, papa dan mama meninggalkan meja makan untuk menyiapkan diri sebelum berangkat. Pagi ini dan seperti hari-hari lainnya mama mengenakan setelan jilbab putih dan kemeja putih yang dipadu dengan blazer abu abu tua. Mama memang mengenakan jilbab ketika ia pergi mengajar. Mungkin itulah penyebab aku sangat menyukai tante Ocha ketika berjilbab, karena begitu mengingatkanku akan mama dirumah.


Tak lama papa dan mama telah siap. Mama menunggu di teras depan sementara papa dan m mang Ujang sedang menyiapkan mobil. Biasanya mereka berdua mengendarai mobil sendiri-sendiri. Namun karena hari ini aku meminjam mobil mama untuk mengantar mba Icha, akhirnya mereka berangkat bersama. Aku dan mbak Icha pun ikut mengantar ke depan.

"Bas, Papa sama Mama berangkat dulu yah, nanti kalau kamu mau makan atau mau ngapain minta aja ke Habibah yah.." Kata mama

"Haah Habibah siapa Mah?"



"Oh iya mama belum kasih tahu kamu ya kalau kita punya pembantu baru. Jadi Bi Dijah itu kan 3 bulan yang lalu berhenti kerja katanya mau ngurus anaknya di Kampung. Ya sudah akhirnya mama nyari pembantu baru deh." Jelas Mama.

"Oh gituu" Sahutku singkat.

"Biasanya dari pagi sudah dateng, tapi semalam ngabarin datengnya agak telat.Pokoknya kalau perlu apa apa minta tolong aja yah ke Habibah, soalnya mama sama papa pulang agak maleman, ada undangan ke Bogor nanti sore." Imbuh Mama.

"Siaap Maah."

"Oph yaa dek Marissa, Tante berangkat yaah, sayang." Mama seperti sedang berpamitan dengan anaknya sendiri.

"Oh Iya tante hati hati-hati yah dijalan. Terus Marissa sekalian pamit yah Tante"

"Loh memang kamu sudah mau pulang?"

"Endak sih Tan, nanti sore saya mau ke Bandung ada urusan kerjaan sih. Makanya sekarang sekalian pamit daripada nanti gak sempat"

"Makasih Yah Tante, saya sudah disambut dengan hangat oleh keluarga Tante" Lanjut Mba Icha.

"Oh Begitu, Tante juga Makasih loh kamu sudah mau main ke rumahnya Bastian, yah walaupun tante gak sempat ngasih apa-apa"

"Gak perlu tante, saya sudah disambut baik saja sudah senang banget." Jawab mba icha dengan senyuman.

Lalu Setelah itu papa menghampiri kami bertiga.

"Oh ya pa ini Marissa mau Pamit"

"Ohh, Marissa mau pulang toh, Om pikir bakal lama nginap disini" jawab papa.

"Enggak om mau ada urusan di Bandung"

"Ohh gitu"

"Oh iya om, makasih yah pemberian kameranya tadi."

"Iya sama sama, malah om senang kalau kamera itu ada yang make, dari pada cuma disimpan kan.

Lalu kucium tangan papa dan mama sebagai penghantar mereka berangkat kerja. mba Icha juga mencium tangan papa dan Mama lalu ia berpelukan dengan mama seraya mengucapkan terima kasih atas sambutan mama yang begitu hangat kepadanya. Kami mengantar mama dan papa menuju mobil, Lalu mereka pun segera berangkat menuju tempat kerja masing-masing. Kami berdua sempat melambaikan tangan ke arah mereka.

Setelah Mobil yang di supiri mang Ujang berjalan, si pengganggu kecil tiba-tiba datang dengan suara melengkingnya yang khas.


"Kaaaakk Bastiaaan," Seru Melly sambil berjalan cepat menghampiri kami.

"Heeeh, ni anaak pagi-pagi udah bikin kuping panas aja" Hardikku

"Yeee Biaarin, Eh Kak jadi ini pacarnya kak Bastian Itu yyaa" Melly menilisik dengan tatapan genit dan jahil

"Heeh, kata siapa kamu, ?" Tanyaku.

"Kata mama, Eh kak kenalin aku Melly" Melly menjulurkan tangan kepada mba Icha"

"Ichaa..., kamu yang semalem digangguin sama Bastian yah?"

"Hmmmmmm, itu tuh semalem kak Bastian jahil banget pake gangguin Melly, tapi aku juga mau terima kasih nih sama kak Bas."

"Memang kenapa dek?"

"Semalam, Bobby nembak aku dong, pasti kak Bastian yang suruh kan" kata Melly sedikit lirih.

"Berarti Kalian sudah jadian dong" Seruku.

"Stttt, jangan kenceng-kenceng nanti mama denger kan gawat."

"Ophh iyaaaa, berarti Tos dulu dong" sahutku sambil. Bertepuk tangan dengan si Melly.

"Eh Kak Ichaa itu Model yah Kak?"Tanya Melly penasaran.

"Iya sayang, kenapa kamu mau jadi model juga?" Mba Icha balik bertanya.

"Pengeen sih kak, Tapi Melly juga kepengen daftar audisi JKT48 nanti"

"Weeh seriusan kamu Melly, memang kamu bisa nyanyi?"

“yee jangan salah kak, gini-gini Melly pernah juara nyanyi lohh” Katanya dengan bangga.

“Ohh ya, yaudah kakak doain ya supaya audisinya nanti lolos, Tapi kalau nanti Melly lolos kakak orang pertama yang dapetin tanda tangannya ya”

“Makasih kakk, itu mah beres deh” jawabnya semangat.

“Memang bakalan lolos, bukannya, setahu kakak mereka nyarinya yang lebih muda lagi ya?”



“Ahhh ..... kak Bastian mah, bukannya adeknya didukung...” Melly cemberut menggelembungkan pipinya.


Lalu saat mbak Icha dan si Melly sedang asik mengobrol, mba Melanie keluar rumah bersama si Bryan yang sudah rapi dengan seragam SDnya. Lalu Mba Melanie dan Bryan segera menghampiri kami.


“Duh aduh, sedang ngobrol apa nih, asik betul sepertinya”Tanya mba Melanie sembari jalan

“Ah mamah pengen tahu aja, ini kan obrolan anak muda.” Cetus Melly sambil mengarahkan pipinya yang masih menggelembung itu.

“Loh mama kamu ini masih muda loh sayang”

“Hai, pagi mba” Sapaku

“Pagi juga Bastian” Jawab mba Melani kemudian ia memalingkan wajahnya kearah mba Icha dan tersenyum.

“Oh iya Mba, kenalin ini temenku dari jogja” kataku memperkenalkan mba Icha

“Marissa” kata mba Icha seraya menjabat tangan mba Melanie

“Melanie, jadi ini yah pacar kamu Bas?” Sagut mba Melanie membuat pagi ini menjadi kaku kembali

“Ehhh, bukan kok Mba, Cuma temen saja” jawabku

“Temen apa temen, sampai dibawa kerumah..? berarti kan kalian sudah pacaran dong? Tanya mba Melanie memastikan

“Iya mah bener, kak Icha sama kak Bastian emang udah pacaran kok” Melly menyambar

“Ah ini lagi anak kecil ikut ikutan ajaa deh” balasku

“Enak saja anak kecil.. Melly itu sudah 18 tahun tahuuu ..... huuhhh..” Pipi itu kembali menggelembung namun dengan lidah yang menjulur.


“hahaha, ya sudah-sudah, mba Cuma Becanda kok, kalau gitu mba tinggal dulu yah ni mau nganterin Melly dan Bryan sekolah”

“Loh jadi Mba juga yang nganterin?” tanyaku

“Lah ya siapa lagi, sekolah Melly ini kan cukup jauh dari sini, kalau suruh naik angkot kan kasihan juga, lagian mba masih kuat kok walau kondisi kaya gini” jawabnya mengelus jabang bayinya.


Setelah itu mba Melanie beserta kedua anaknya masuk mobil dan bergegas mengantar ke sekolah. Aku melambaikan tanganku dan mengucapkan hati-hati kepada mba Melanie. Melihat apa yang dilakukan mba Melanie, membuatku sedikit tersentuh. Dalam kondisinya yang sedang hamil ia masih mampu untuk mengantarkan kedua anaknya ke sekolah seorang diri. Dengan kondisi seperti itu pasti memerlukan tenaga lebih, dan bisa saja bila ia terlalu lelah akan berakibat buruk kepada janin di kandunganya. Tetapi demi memastikan anaknya selamat. Ia rela melakukan itu semua. Itulah seorang Ibu, perhatian dan kasih sayangnya tidak mengenal batasan. Demi anak apapun akan dilakukan oleh seorang Ibu.


_____________

Setelah mba Melanie meninggalkan kami, aku dan mba Icha masuk ke dalam rumah lagi. Setelah masuk kututup pintu depan dan juga menguncinya. Mba Icha berjalan mendahuluiku. Lalu ia membelokan langkah kakinya menuju ruang keluarga lalu ia menyandarkan bokongnya di ujung sofa. Pagi ini Mba Icha mengenakan pakaian yang cukup santai. Legging bermotif jin begitu aku menyebutnya, yang dipadukan dengan kaos warna abu muda. mba Icha memandangku...

“Ternyata gak cuma bokap lu yah bas yang nyangka kita pacaran”

“Baru nginep dua hari dirumah lo aja ,tetangga lo dah nyangka gue ini pacar lo. Gimana kalau gue nginep disini seminggu yah.”

“Hehehe, mungkin itu merupakan Tanda kali mba” Jawabku apa adanya

“Tanda apaan, kalau kita jodoh gitu, sampe orang orang punya feeling yang sama?” Tanya mba Icha terdengar ketus.

“Yahh kali ajaa,hihihi “ Jawabku bermaksud bercanda.

“Hmmm itu mah elunya aja yang ngarep” katanya sambil menyilangkan tangannya didepan dada.

“Looh bisa aja toh, kan kita gak tahu. Lagian aku kan cowo normal yang masih suka cewe, emang mba Icha, cewe nafsunya sama cewe juga, weee” Jawabku sedikit meledek

“Rese lo yah, ngeledek gue lagi” Katan mba Icha sambil mencoba mengejarku

Aku pun langsung menghindar dari kejarannya. Aku tahu maksudnya, ia pasti hendak mengelitikku sampai terpingkal pingkal. Aku sudah tahu tabiat mba Icha yang satu itu. Aku memutari meja yang ada di ruang keluarga, dan Mba Icha terus berusaha mengejarku. Ia terus berteriak agar aku menghampirinya, tentu saja aku tidak mau itu sama saja menyerahkan diri. Akupun terus menghindar sampai tidak sadar kakiku tersandung karpet yang ada dibawah sofa. Tubuhku langsung terhunus ke arah sofa panjang. Lalu dengan spontan aku pegang lengan mba Icha hingga ia ikut tertarik ke arahku. Kemudian tubuhku jatuh diatas sofa begitu juga dengan mba Icha yang kini ada diatas tubuhku.

Sejenak kami terdiam, lalu beberapa detik kemudian kami saling tertawa terbahak-bahak menertawai tingkah kami yang seperti anak kecil barusan. Dalam posisi tubuh mba Icha yang berada diatas tubuhku membuat suasana tiba-tiba berubah menjadi sedikit tidak nyaman. Kami saling terdiam lagi. Kami hanya saling memandang satu sama lain. Tanpa senyum dan tanpa kata-kata. Seolah dari bibir kami ada sebuah kalimat yang hendak kami lontarkan. Namun entah kenapa tak ada satupun diantara kami yang mau melontarkannya lebih dulu. Lalu aku mencoba untuk mengucapkan sebuah kalimat.


Sorry, tadi reflek narik tangan mba Icha, mba gak kenapa-kenapa kan?” Tanyaku membuka keheningan ini.

“enggak apa-apa kok” Lalu “ba Icha kembali membisu


Di dalam kebisuannya, ku pandang lagi wajahnya hingga aku memberanikan diri untuk menciumnya terlebih dahulu.

"Ihh nyium nyiumm nakal yah" kata mba Icha sambil menghindar dari ciumanku

"Mba gimana kalau ternyata kita memang beneran jodoh,?" Tanyaku yang membuat Mba Icha terdiam lalu ia bangkit dari atas tubuhku, "gimana kalau ternyata aku suka sama kamu beneran?"

Ia menyandarkan tubuhnya kebelakang dan aku melakukan hal yang sama. lalu dengan perlahan mba Icha membuka bibirnya.

"Bas, jawab dengan jujur, Selama ini Lo nganggep gue apaan?" Tanya mba Icha sedikit serius

“Mba Icha, aku jujur nih ya .... sejak aku pertama kali ke Jogja, cewek yang aku temui pertama kali itu .. yaa ... adalah mba Icha, dan ketika tahu mba Icha itu bakal satu kosan sama aku, aku seneng banget , siapa sih yang gak seneng sekosan sama cewek yang cantiknya kaya mba, baiknya kaya mba, dan seperti yang aku bilang tadi, aku cowo normal mba. Sebelum aku menjalin hubungan bersama tante Ocha, sebelum aku tahu kalau mba itu Lesbian, yaa aku pernah suka sama Mba.... “

“Tetapi pada saat itu yah aku anggap rasa sukaku kepada Mba Icha itu yah hanya sekedar rasa kagum aku sama mba, gak lebih”

"Tapi sejak kita berdua jadi semakin dekat, semenjak ..... W-waktu kita ML .... aku merasakan perasaan yang beda mba, terlebih lagi setelah kejadian itu, sikap mba Icha kepadaku sedikit beda jadi aku menganggap kalau mba Icha...." belum sempat aku utarakan mba Icha memotong pembicaraanku

“Nah itulah Bas, yang dari kemarin kemarin gue pikirin.”

“Kita dah ML tiga kali looh Bas, dan kita ngelakuin itu atas dasar suka sama suka, dan gue juga mulai terbiasa dan menikmati saat-saat kita itu. Lo sadar kan beberapa hari ini sikap gue ke lo agak beda? Ya itu semua karena itu Bas, gue gak kepengen gara-gara kita ML terus tumbuh rasa cinta diantara kita berdua.”

“Tapi bukan berarti aku melarang kamu mencintai aku Bas, itu hak kamu, tapi yang perlu kamu tahu, walaupun sekarang aku sudah kembali menyerahkan tubuhku kepada cowo, tapi aku belum bisa untuk membuka hatiku ini untuk kehadiran cowok, aku masih belum berani untuk menerima Cinta Bas”

“Aku hargain semua keputusan mba, karena itu adalah perasaan mba sendiri, mba yang menjalanin”

"Maaf atas kelancangan aku ngomong kaya tadi. Aku gak bermaksud..."

"Stttt, udah yang penting kita dah sama-sama tahu, makasih kamu mau mengerti"


Atas semua yang telah kami bincangkan, secara tidak langsung kami telah menyepakati sesuatu hal. Kami sepakat bahwa hubungan yang kami jalani ini hanya sebatas hubungan ‘sexual’ saja. Tanpa cinta dan tanpa perasaan. Hanya suatu hubungan saling melengkapi dan menyempurnakan hidup masing-masing. Karena suatu perjalanan cinta tidak akan mulus tanpa ada keiklasan dan kemauan bagi mereka yang menjalankan.


“Maaf yah Bas, aku belum bisa jatuh cinta lagi, lebih tepatnya aku masih belum siap...”

“Iya Mbaa.. Tapi kita tetep berteman kan?”

“Yahh jelas dong Yayaang, kamu bukan cuma temen aku, kamu itu udah aku anggep adik aku sendiri, dari dulu juga aku nganggep gitu kan.” Jawabnya sambil menaruh lengannya diatas pundakku

“Hmmm, Tapi.... A-aku masih boleh kan ML sama mba Icha lagi? Tanyaku genit

“Boleh kok, kamu boleh ML sama aku lagi” jawabnya sambil mengerlingkan matanya

“Loh kok sekarang ngomongnya jadi ‘aku kamu’ sih mba?” tanyaku

“Emang kenape nggak boleh terserah gue lah” jawabnya sedikit ketus

“yah kan .... jadi gue-gue lagi, enakan pas mba ngomong ‘aku kamu’ ahh lebih kelihatan dewasa”

“Masa sih “ Kata dia sambil menaruh jarinya di perutku

“Serius lah”

“Oh yaah, nihh rasaaain”


Mba Icha langsung menggelitik perutku dengan jemarinya. Sontak membuatku terpingkal dan tertawa terbahak-bahak. Bahkan mba Icha mendorong tubuhku hingga terpelanting diatas sofa. Lalu ia kembali menggelitikku, ia terlihat puas melakukan itu semua. Hingga akhirnya ia berhenti melakukan itu lalu menggerakkan tubuhnya hingga bagian selangkangannya mulai menempel dipenisku, yang kini sudah mulai bereaksi. Kurasakan ia mulai menggesek-gesek selangkangannya diatas penisku. Lalu ia tersenyum panjang dan matanya tepat tertuju padaku.

“Bas, kamu suka gak ML sama aku?”

Pertanyaannya membuat buyar semua lamunanku akan apa yang bakal terjadi sesaat lagi. Tubuhku tiba-tiba saja menjadi lemas seperti melayang keudara. Lalu ia kembali bertanya

“Heh ditanyai kakak kok gak jawab, suka gak ML sama aku?”Tanya dia lagi dengan wajah garang namun sangat menggoda

“Hmm, Suka lah mbak”

“Beneeran?” Tanya dia memastikan

“Be-bneeraan”

“Kook jawabnya kayak gak yakin sih”

“Ihh .... nihh orang gak percayaan banget sih”

“Heeh, sama kakak sendiri kok ngomongnya kayak gitu sihh hhh”

“Hehe, iya iyaa, Bastian Wiguna suka kok kalau ML sama Marissa Agustina, Terus Marissa suka juga gak ML sama Bastian?” Tanyaku seraya tangan mulai meraba payudara mba Icha yang ternyata tidak mengenakan pakaian dalam.

“Marissa Agustina .... suka kok ML sama Bastian Wiguna, Tapi Bastian lebih suka ML sama Marissa atau sama Tante Ocha atau sama .... Tante Elin, Eva, Mba Natasha, terus sama Zaskia Gothic atau sama Tante.....

Sebelum mba Icha terus mengoceh dan menyebut satu persatu wanita yang pernah aku setubuhi, kutarik saja leher mba Icha ke bawah dan langsung kupagut bibirnya. Mba Icha langsung menyambut bibirku, posisinya yang di atas membuatnya lebih dominan dalam mengambil peran. Ia terus memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulutku, lalu lidah kami berdua kini saling melilit dan ia terus menghisap dan menggigit bibir serta lidahku.

Dalam hitungan detik mba Icha berubah menjadi lebih agresif lagi seperti yang ia perlihatkan tadi Subuh. Ia menekan-nekan sendiri pinggulnya, ia goyangkan pantatnya memutar hingga penisku kini sudah tepat berada digundukan daging yang diapit kedua pahanya. Walau celana kami masih menghalangi, namun aku dapat merasakan bahwa didalam sana Mba Icha sudah tidak mengenakan celana dalam. Bahan celana legging yang ia kenakan cukup tipis hingga aku dapat merasakan gesture vaginannya yang berbulu lebat itu.


“Slruuuuupppll”

“Leeeellllll leeelllllllll”

“Ahhhhhhh”

“Sttttttttt”


Sambil terus berciuman dengan mba Icha, aku membalik tubuhnya hingga kini ia dibawah. Saat itu juga tanganku langsung menggerayang masuk dari bawah kaos yang ia kenakan. Lalu perlahan kaosnya mulai kusingsingkan ke atas .Bibir basah akibat pertukaran air liur antara aku dan mba Icha kupindahkan pada puting susu yang mulai mengeras. Kuhisap dan kupilin lembut dengan lidahku. Sesekali aku juga memberikan gigitan kecil pada putingnya secara bergantian. Mba Icha terus meremas rambutku sementara tangannya yang lain menekan pinggulku agar terus menekan-nekan vaginanya. Lalu aku gerakan saja pinggulku seperti ketika mengocok memek. Ia sedikit mengerang dan mendesah akan rasa yang ia dapatkan.

Hampir 10 menit kami melakukan itu. Tanpa kita sadari kita telah melakukannya di dalam ruang keluarga rumahku. Tapi bagai kabut yang menutupi pegunungan, kami sudah tidak ingat kami ada di mana, yang kami tahu kami sudah berada di jalan menuju surga kenikmatan dunia. Mba Icha melingkarkan kakinya di pinggulku dan tangannya terus mencakar cakar pundakku yang sudah tak terlindungi oleh kain. Entah kapan dan entah siapa yang melepasnya, yang jelas kami berdua sudah mabuk dalam asmara yang sudah kami sulut berdua dengan api birahi yang berkobar.


“baaasssss”

“ahhh, iyaaaa Mbaaaa”

“Udaah duluu dehhh”

“Kenapaaa mbaaa, mau pindah ke kamar ajaa?”

“Bukaaan gituuu, itu didepan ada yang ngetok ngetok Pintu”


TOK TOK TOK TOK

“Assalamu Alaikum”


“Maas Bastiaan,”


Sial siapa sih yang ngetok-ngetok pintu mengganggu saja. Akhirnya foreplay kami terhenti karena seseorang tengah mengetuk pintu rumahku. Aku tidak tahu itu siapa yang jelas orang itu telah mengganggu permainan yang baru saja ingin kami mulai. Lalu dengan sedikit rasa jengkel aku bangkit dari atas tubuh mba Icha sembari mengenakan kembali pakaianku. Mba Icha pun bergegas menutup tubuhnya. Lalu aku berjalan kedepan untuk melihat siapa yang datang

“Iyaa Sebeentaarr”

Aku berteriak kepada orang yang berada dibalik pintu. Orang yang telah menggagalkan permainanku Pagi ini. Lalu kuputar kunci dari kenopnya dan kutarik gagang pintu ke bawah. Pintu kubuka dan kulihat di depan berdiri seorang wanita dengan rambut lurus sebahu. Ia mengenakan setelan baju dengan celemek di dadanya. Kupandangi wanita itu dari atas hingga kebawah, aku tidak kenal siapa dia.

“Ini Den Bastian yah?”

“Iya Bener, mba sendiri siapa?”

“Saya Habibah Den......”
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wah kayanya habibah bakal di exe juga nih ama bastian..
Nice update suhu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd