Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

The Bastian's Holiday [DISCONTINUE]

Sifat seperti apa yang agan suka dari Bastian untuk kedepannya ?

  • Tetap Polos dan Lugu

    Votes: 99 31,7%
  • Penyayang dan Semakin Romantis

    Votes: 110 35,3%
  • Agresif dan Lebih Liar

    Votes: 47 15,1%
  • Hyper Terhadap Semua Wanita

    Votes: 64 20,5%
  • Misterius

    Votes: 47 15,1%

  • Total voters
    312
  • Poll closed .
wah! seneng sekali,
dan bakalan seru nanti..
:thumbup:thumbup

Ane saja yang ketinggalan
ini cerita pulang liburan
pasti buat jadi berkesan
bagi si imut Bastian

lebih komplit dech, peran pendukung
yang sudah berseliweran..
walaupun itu Habibah, tentu
bukan pembantu biasa:ha::lol:


:beer:
makasih, bang Ucil​

wahhh " Habibah Bukan Pembantu Biasa" :ha:

ada ada aja nih si agan
:beer:
 
Terakhir diubah:
Penasaran am si Habibe,,,

Ada kontoversi Hati dari mba icha :D
 
BBB om,.. Bukan Babu Biasa :pandaketawa:
 
kapan updatenya suhu? saya setia menunggu.
sudah terlanjur nge fans dengan tulisan suhu.
mohon update secepatnya suh marucil
 
'Lugu' awal nya, 'Binal' akhir nya :lol: =)) =)) =))

Cucok bang :pandajahat:

Masa iya si habibah cuma disuruh masak2 ama nyapu2 doank :pandaketawa:

Ditunggu klanjutannya om Ucil :pandapeace:
 
nungguin update juga ah...........
 
Chapter II
Act 8

HABIBAH
By : Marucil





Sial, padahal sedikit lagi kami berdua pasti akan mengulang moment indah itu. Tapi kedatangan mba Habibah yang tiba-tiba menggagalkan itu semua. Sial mba Habibah, datang pada saat yang sangat tidak tepat. Mba Habibah adalah pembantu baru dirumahku. Ia bekerja di sini menggantikan bi Dijah yang memutuskan pulang kampung untuk mengurus anak dan keluarganya. Padahal aku sudah sangat sayang kepada bi Dijah yang telah bekarja dirumahku sejak aku masih kecil. Aku bahkan menganggap bi Dijah sebagai orang tua penggantiku. Sekarang sudah tidak ada lagi yang memasakan makanan kesukaanku. Selain masakan mamah dan tante Ocha bagiku makanan terenak adalah buatan bi Dijah. Tapi kini dia sudah tidak ada, aku sempat merasa sedih ketika mama bilang bi Dijah sudah tidak kerja disini dan digantikan pembantu baru. Tapi mau dikata apa lagi, itu sudah menjadi keputusan bi Dijah.

Sekarang pembantu baru dirumahku bernama mba Habibah. Dia berasal dari Indramayu Jawa Barat. Pertama kali aku melihatnya tadi sih, nampak seperti orang baik, ya itu hanya pandanganku saja karena aku belum sempat berbicara langsung denganya. Tadi ketika dia datang dia langsung meminta izin untuk langsung melaksanakan tugasnya. Aku juga sempat memperkenalkan mba Icha kepadanya, ya sekedar memperkenalkan saja. Daripada dia mengira yang tidak tidak. Tapi ternyata mama sudah memberitahukan mba Habibah kalau dirumah sedang ada temanku

Setelah mba Habibah menuju dapur untuk melakukan aktifitasnya, kuhampiri lagi mba Icha yang masih duduk ditempat kami melakukan sedikit permainan kecil sebelumnnya. Kami saling tertawa kecil, kami sama-sama mempertawakan kejadian lucu tadi, kejadian kedatangan mba Habibah yang menggagalkan foreplay kami. Setelah hanya saling senyam senyum, mba Icha menuju kamar, ia ingin mandi dan mempersiapkan diri untuk menuju kantor redaksi majalah semprot. Selain itu dia juga hendak mengemas barang -barangnya karena nanti sore ia akan bertolak menuju Bandung.

Karena tadi subuh aku sudah mandi, akupun hanya membasuh muka saja agar terlihat segar dan kinclong. Setelah itu aku berganti pakaian santai. Setelah merasa rapi aku turun kebawah, rupanya mba Icha masih dikamar. Tapi aku biarkan saja lah, toh dia nanti juga akan turun, Setelah itu aku duduk di ruang keluarga dan menghidupkan TV, ku cari Stasiun yang menyiarkan siaran berita sudah lama aku tidak melihat perkembangan yang terjadi di Indonesia.

Rupanya harini ini berita yang tengah hangat adalah berita tentang jaringan Mafia di Indonesia, berita yang sama yang aku lihat di Koran yang papa baca kemarin. Wah rupanya di Indonesia ada juga hal yang seperti itu. Berita yang ditayangkan disalah satu TV swasta mengatakan bahwa Jaringan mafia ini membawahi berbagai lini bisnis di Indonesia, Dan yang paling mengawatirkan jaringan ini juga berjalan pada bidang pengedaran Narkoba dan Senjata Api. Sampai sekarang polisi dan pemerintah tidak bisa menyentuh otak dari jaringan mafia ini, karena kabarnya jaringan ini memiliki hubungan erat dengan keluarga penguasa dimasa lalu. Sempat merinding aku melihat berita itu. Tak kusangka Indonesia kini semakin berbahya. Ditengah ketakutanku akan kondisi Sosial di Indonesia, aku dikagetkan oleh panggilan mba Habibah

“Den, Den Bastian” Panggil “mba Habibah sambil membungkuk

“Yaaahh, ada apa mba, kaget aku” jawabku sedikit tersentak

“Itu Den, di meja makan, sudah saya buatkan kopi hitam dan kue” Kata dia

“Loh, kan saya gak minta Mba” Jawabku heran

“Gak apa-apa Den, soalnya kata mamanya den Bastian, aden itu suka banget ngopi, ya jadi saya inisiatif buatin

“Waduh makasih banyak deh mba kalau begitu” jawabku sambil mematikan TV

Lalu aku menuju ruang makan, aku duduk di kursi dan segera kuangkat secangkir kopi hitam panas yang masih mengepul. Coba kuseruput dan merasakan kopi buatan Pembantu baruku ini. Hmmm, sedikit pahit, namun ini seleraku. Tapi cukup enak pintar juga ternyata mba Habibah membuatkan Kopi. Kesan pertama yang ia tunjukan cukup baik ternyata. Semoga kedepannya dia bisa bekerja disini dengan dedikasi penuh untuk membantu keluarga kami. Tak lama mba Icha memanggilku, ia bertanya sedang berada dimana diriku. Lalu kujawab seruannya kalau aku ada di ruang makan. Ia menyusul kemari dan kutawarkan juga secangkir kopi yang sengaja dibuatkan dua oleh mba Habibah. Lalu mba Habibah menghampiriku dan bertanya sesuatu.


“Gimana den kopi buatan saya, Enak?”

“Hmmm enak banget jarang-jarang nih aku minum kopi seenak ini” Jawabku berusaha memuji.

“Iya bener enak sih kopinya, Ini mbanya yang buat” Tanya mba Icha

“Iya, itu buatan saya,” Jawab mba Habibah merendah.

“Enaak Bas, kaya kopi di café, Mba pernah kerja di café ya” Tanya mba Icha lagi.

“Iya mba Saya pernah kerja dicafe dulu setahun” Jawab mba Habibah menjelaskan kenapa kopi buatannya enak..

“Hmmmm pantesan enaak, Dulu kerjanya dikafeee sihh.” Jawabku dengan bangga.

“Yah sudah Saya lanjut kerja lagi yah den” Pamit Mba Habibah

“Ehh tunggu mba, aku kan belum kenal mba Habibah”

“Kan sudah tahu nama saya den” Sahut Habibah agak bingung

“Yah bukan itu, maksud aku, kan aku juga perlu tahu tentang mba Habibah selain jago bikin kopi, ya udah mba Duduk aja dulu!!” Kataku sambil mempersilahkan mba Habibah duduk.

Lalu mba Habibah duduk juga bersama aku dan mba Icha. Ia sedikit malu-malu berhadapan denganku. Berkali kali mukanya tertunduk. Kulihat wajah mba Habibah cukup lugu layaknya wanita dari daerah kebanyakan. Tetapi setelah kuperhatikan lebih jelas, cukup manis. hidungnya agak bulat namun tidaklah pesek. Rambutnya sebahu berwarna hitam. Wajahnya dipenuhi dengan jerawat-jerawat kecil, mungkin ini efek dari perawatan wajah yang tidak rutin, Aku dapat tahu karena warna kulit wajahnya sedikit lebih cerah ketimbang kulit leher atau lengannya.

“Mau Tanya Apa den?”

“Aduh mba jangan panggil dan den dong, aku ngerasa jadi lebih tua, memang aku sudah terlihat seperti Raden di kerajaan apah? kataku meminta

“Lalu panggil apa den” Tanya dia

“Yah panggil apa saja, asal jangan Aden kedengerannya gimana begitu” jawabku

“Kalau panggil mas saja boleh?”

“Ahh kalau itu sih boleh deh, kan jadi gak kelihatan tua tua banget mbak...”

“ya sudah mulai sekarang, saya panggilnya mas Bastian saja ya”

“Naahhhh kan enak dengernya, jadi lebih akrab juga mbak”

“Wuuu dasar kamu Bas banyak maunya” kata mba Icha sambil menoyor wajahku

“Ehhh Bas sejak kapan kamu punya jambang?” Tanya mba Icha

“Emang aku punya jambang kali” Jawabku sambil mengelus jambangku yang mulai tumbuh lagi namun masih halus.

“Loh kok selama ini aku gak pernah lihat?”

“Kan selama ini aku selalu cukur mba, sebenernya jenggot sama kumis juga udah lebat, tapi aku gak pede kalau numbuhin, jadi setiap hari pasti aku kerok. Ini karena gak sempet saja” jawabku sambil membelai pipi.

“Sekali kali panjangin dong, pengen lihat Kamu brewokan kaya gimana!”

“Ahh malu mba ahh, gak biasa aku dari dulu”

“Yah elaah sekali kali gak apa-apa dong”

“Yah deh nanti tak coba, .... tapi kalo gak pantes aku potong lagi” Jawabku.


“Oh iya, gara gara mba Icha nih aku jadi lupa”

“Hmmm, Mba sih udah kerja disini berapa lama” Kembali aku bertanya pada mba Habibah

“Yah 3 atau 4 bulan ini lah Mas” Jawabnya.

“Terus kerasan nggak mba kerja disini?”

“Kalau kerasan sih ya kerasan mas, apalagi, mamanya mas Bastian itu baik banget sama saya. Dulu waktu belum genep kerja Sebulan saja saya sudah dibolehin minjem uang buat anak saya dikampung”Jelasnya.

“Ohh mba udah punya anak toh, anaknya berapa Mba?”

“Anak saya dua Mas, sekarang sudah pada sekolah SD semua”

“Ohh gitu, berarti mba sudah punya suami dong?” tanyaku agak ngawur

“Ya udah lah bas, bego banget sih kamu.. Namanya udah punya anak yah udah punya suami lah” Potong mba Icha dengan nada agat ngotot. Disusul dengan senyuman dari mba Habibah.



“Yah sudah Mas, gimana Mas bastian ini” Lanjut mba Habibah

“Ohh iya iya lupa, terus kalau boleh tahu, Suami mba Habibah kerjanya apa?” Tanyaku lagi.

“Suami saya kerja jadi buruh pabrik di Bekasi” Jawabnya

“Lohh Berarti anak mba Habibah ditinggal dong??”

“Iya Mas, di kampung sama neneknya, yah terpaksa sih mas kalau saya nda kerja juga saya gak sanggup ngebiayain sekolah anak.”

“Wahhh kerja keras berarti yah Mba”


“Ya iyalah Bas, namanya Ibu pasti gitu, yah Mba .... Yahh” Sambung Mba Icha

“Oh iya Mba dulu kerja di Café mana, sampe bisa bikin kopi enak banget.” Tanya mba Icha penasaran

“dicafe Delima Mba, yah tapi cuma setahun saja sih” Jawab mba Habibah

“Loh kenapa keluar mba padahal bikin kopinya enak, pasti pelanggan cafenya juga suka?” Tanya mba Icha lagi.

“Habis waktu itu saya ditawarin kerja mba di Salon Delta, bayaranya lebih besar yah terpaksa deh saya keluar dari café. Soalnya waktu itu saya juga butuh uang banyak sih mba mas buat masukin anak saya ke SD”

“Ohhh gitu. Yah sudah deh mba segitu dulu yang mau aku tanyaan, Ya semoga kedepannya mba makin betah yah kerja disini. Kalau ada apa bilang aja ke Mama pasti dibantuin”Sahutku.


“Kirain kamu yang bakal ngebantuin Bas?” Jawab Mba Icha dengan nada nyindir

“Yah, kan sama aja kali “ba, kalau aku yang bantuin kan ujung ujungnya Mama juga yang keluarin duit, kan aku belum kerja” jawabku tersipu

“Makanya kerja dong!!” Seru Mba Icha

“Kan aku masih kuliah kali mba, tahu sendiri tugas-tugas kuliah aku kaya apa” Jawabku

“Aleesaan ajaa kamu”


Mba Habibah hanya senyum-senyum mendengar perdebatan kami. Akhirnya dia minta Izin untuk melanjutkan pekerjaanya.


“Yah sudah, saya lanjut kerja lagi yah Mas” Pinta Mba Habibah

“Oh iya silahkan, sekali lagi makasih yah atas kopinya”

“Sama sama Mas”

“Oh iya kelupaan, itu dikamar ada baju-baju kotorku, tolong dicuciin yah Mba”

“Siap mas, itu kan memang pekerjaan saya”

“Ya sudah aku keluar dulu yah mba”


Akhirnya aku dan mba Icha memutuskan untuk berangkat menuju kantor redaksi Semprot Magazine. Segera kukeluarkan mobil Yariz milik dan langsung aku tancap gas. Hari ini pasti macet diajalan. Bersiaplah. Ditengah perjalanan mba Icha mengajaku ngobrol.


“Eh Bas kamu kenapa sama pembantu kamu tanya-tanya kayak gitu?” Tanya Mba Icha

“Yah biar lebih deket aja mba, Soalnya dulu pernah kejadian dapet pembantu yang gak asyik”

“Maksud kamu?”Tanya Mba Icha

“Nah jadi waktu aku masih SMA tuh, pembantu lamaku namanya bi Dijah, dia kebetulan cuti selama sebulan, nah mamah nyari pembantu pengganti, eh ternyata orangnya judes, males lagi, hobinya cuma ngrumpi. Yah maka dari itu aku tanya-tanya mba Habibah kaya tadi, biar lebih tahu latar belakangnya”

“Ohhhh gituu, So asik kamu yaah” Ledek Mba Icha

“Kok sok ssik siih??” Tanyaku

“Dah aah gak usah dipikirin, eehhh habis ini nanti belok kanan ya” Kata Mba Icha sambil mengarahkan jalan menuju kantor Semprot Magazine


Cukup lama rupanya perjalanan kami menuju Kantor Redaksi Majalah Semprot. Yah sudah pasti ini hari senin otomatis jalanan akan Macet. Sejam aku terjebak macet hingga akhirnya aku sampai di sebuah gedung perkantoran didaerah Jakarta Timur. Setelah memarkirkan mobil di parkiran, aku dan mba Icha masuk ke dalam Lift dan menuju lantai di mana Kantor Redaksi majalah Semprot berada. Setelah keluar dari dalam Lift kami melangkah ke sebuah pintu bertuliskan SM didepannya. Kami diharuskan melapor kepada penjaga yang bertugas disitu. Mba Icha mengutarakan maksud tujuan kami datang kesini, memang cukup lama prosedurnya, namun akhirnya kami berdua diizinkan masuk. Aku cukup penasaran, karena ketika melihat majalahnya kemarin aku duga kantornya gak jauh berbeda dengan isi dari majalahnya.


Dan benar saja ketika baru masuk ke dalamnya, aku sudah disuguhi beragam poster-poster wanita telanjang. Ada pula poster Aura Kasih terpampang di satu sudut tembok kantor itu. Lalu seseorang menyuruh kami menunggu disuatu ruangan. Selama menunggu Aku melihat begitu banyak model-model cantik keluar masuk pada sebuah ruangan yang nampaknya itu sebuah Studio. Bukan hanya mataku saja yang membelalak. Mata mba Icha lebih liar memandangi wanita-wanita yang memiliki postur tubuh serupa dengan dirinya. Kuperhatikan dari tadi mba Icha selalu menggeser-geser pantatnya setiap kali melihat model cantik dengan bodi yang super aduhai lewat diluar ruangan tempat kami menunggu. Lalu aku mendekatkan wajahku disamping wajah mba Icha lalu kubisikan sesuatu.


“Mba, Jangaan sange dong, ngelihat gituan aja dah Sange” bisiku nakal di telinganya.

“Rese!!!, berissik ahhh!!!” jawab dia dengan muka merah padam

Kemudian tak beberapa lama seorang wanita masuk kedalam ruangan ini. lalu ia memanggil mba Icha, kemudian mereka berdua bergegas meninggalkanku diruangan ini sendirian.

Tak tek tok
Tak Tek Tok

Suara Jam begitu keras terdengar ditelingaku. Karena sedikit bosan menunggu akhirnya aku keluar dari ruangan itu. Lalu kulihat aktifitas yang terjadi disini. Seperti layaknya kantor Redaksi sebuah majalah, disini pun aktivitasnya tak jauh berbeda. Riuh seseorang yang berteriak Ayo Ayo Dateline 3 Jam lagi,Ayo Semangat memenuhi ruangan. Dan juga aktivitas para pewarta yang tengah mewawancarai salah satu model di sebuah sofa di ruangan ini. Semuanya bekerja dengan porsi masing-masing. Mereka semua bekerja penuh dedikasi sampai tidak mempedulikan kehadiranku disini. Yah memang aku siapa sampai mereka harus repot-repot menemaniku atau sekedar menyapa. Tak Apalah pemandangan Model yang berlalu lalang cukup menghibur.
 
Terakhir diubah:
Chapter II
Act 9

THE INTERVIEW
By : Marucil








Aku berdiri memandang sebuah Foto berukuran besar disalah satu tembok dikantor Redaksi ini. Poster yang kupandang adalah foto Aura Kasih yang menggunakan setelan bikini yang begitu Sexy. Aura Kasih memang salah satu artis faforitku. Tubuh dan suaranya yang begitu merdu yang membuatku begitu mengagumi dara pelantun lagu "Mari Bercinta" itu. Aku sempat terhanyut ketika melihat Payudara milik Aura kasih yang begitu mengagumkan. Walau hanya sebuah gambar, namun sedikit membuat si junior ingin memberontak. Membuatnya ingin bercinta. Ketika aku terhanyut dalam lamunan nakalku seseorang dibelakangku menyapa dan sedikit membuyarkan lamunanku tentang Aura.

" Kenapa dengan gambarnya Mas, suka ya" kata seseorang dibelakangku yang ternyata

"Ehh iyaa Bagus gambarnya Pak..." jawabku sambil membalikan badanku dan melihat siapa yang telah menyapaku dan ternyata orang itu adalah


"Lohh, Bastian kan?" Seru orang tersebut sedikit kaget.

"Ehh, Bang Robert kan ini?" Kataku balik bertanya


"Loh ngapain kamu disini.." Tanya dia

"Aku nemenin temenku Bang, lah Abang sendiri ngapain" Kataku balik bertanya

"Lohh, Majalah ini kan memang punya saya" Jawab bang Robert

" Oawalah ternyata Majalah Semprot itu punya Bang Robert Juga" Jawabku sedikit terkejut

"Yah begitulah, ya sudah kita ngobrol disana saja" Ajak dia sambil menunjuk pada sebuah sofa di sudut ruangan.


Akhirnya aku dan bang Robert menuju tempat tersebut. Aku tak menyangka ternyata majalah Semprot termasuk dalam bagian anak perusahaanya. Luar biasa ternyata orang ini. tidak hanya dibidang minyak dan Tambang tapi mau juga membuka usaha sebuah Media. Aku diajak kesebuah ruang tunggu yang cukup nyaman. Jauh lebih nyaman ketimbang ruang tunggu sebelumnya. Aku lihat interior di dalam kantor ini cukup menarik. Benar-benar memanjakan para karyawannya dalam bekerja.


Bang Robert akhirnya menceritakan alasan ia mendirikan perusahaan media ini. Ternyata majalah ini sudah berjalan selama tiga tahun, dan hampir selama itu tak jarang mendapat kendala. Terutama kendala perizinan. Tapi bukan pebisnis kawakan kalau tidak bisa menyelesaikan itu. Buktinya sampai sekarang majalah ini terus beredar bahkan sampai keberbagai negara. Setelah itu kami juga mengobrol seputar pesta yang aku hadiri minggu lalu. Ia berkata akan mengadakan pesta dalam waktu dekat dan sudah dipastikan aku akan mendapat tiket emas untuk masuk kedalam pesta tersebut.


"yah Jadi gitu Bas, yah dari pada pusing mikirin uang mau dialirin kemana, mending saya buat majalah ini. Kan bonusnya saya makin banyak kenal dengan model-model cantik" Jelasnya panjang lebar mengenai perusahaan media yang ia dirikan.

"Wah Bang Robert ini memang hebat yah"

"hebat apanya, yah namanya orang bisnis kaya gini Bas, gak bisa berkutat dibidang yang sama, selain itu kan saya juga menolong saudara-saudara kita yang merantau keluar negeri. Biar rasa rindu mereka terhadap Indonesia terpenuhi dengan melihat foto-foto wanita Indonesia, Hihihi"

"Oh iya Teman kamu yang mau kerja disini siapa, mau daftar jadi apa dia?" Tanya bang Robert

"Namanya Marissa Bang, dia katanya ditawarin jadi photographer disini," jawabku.

"Lohh, cewe?"

"Iya Bang, harusnya sih dia yang jadi Model, tapi kayaknya lebih tertarik motret sih Bang" jawabku lagi

"Wahhh, berarti dia bakal jadi photograper perempuan pertama dong di majalah ini. Wah penasaran saya, kalau gitu kamu tunggu disini, saya mau temui Editor in Chief saya dulu"

"Oke Bang"

Setelah itu bang Robert menuju sebuah ruangan yang didepan pintunya tertera tulisan Editor In Chief. Tempat sama yang dimasuki mba Icha tadi. Aku tak tahu kenapa bang Robert menjadi begitu antusias. Roma-romanya dia akan memberikan sebuah Posisi yang lumayan nih buat mba Icha. Yah semoga saja benar. Kalau benar kan aku juga yang kecipratan. Cukup lama Bang Robert didalam ruangan itu. Entah apa yang dikatakan kepada Editor In Chiefnya. Lalu pintu itu akhirnya terbuka dan mba Icha keluar dari dalam dengan wajahnya yang terlihat begitu gembira. Lalu ia melihatku sedang duduk disini kemudian ia menghampiriku.


"Baaasss, aku diterima dong," Sahut Mba Icha begitu gembira.

"Oh yaah, selamat yah Mbaaa" Jawabku

" Tadinya aku sempat pesimis tau bakal diterima. Eh tahu-tahu owner Majalah ini masuk, terus dia ngobrol sama editor chief, eh gak lama dia bilang kalau aku diterima"

"Seneng banget aku Bass"

"Wahh ternyata bang Robert masuk kesana buat ngebujuk biar kamu diterima yahh"

"Lohh Kamu kok kenal sihhh" sahut Mba Icha

"Jelas kenal, kan dia itu Robert yang aku certain itu loh Mba yang ketemu di pas di Hotel"

"Ohhhhh, Robert Tantula yang kemarin kamu cerita ituuu..."

"Robert kenapa?" Potong Bang Robert tiba tiba

"Eh bukan apa apa pak," Jawab mba Icha sambil tersenyum

"Ternyata bapak kenal dengan teman saya ya?"

"Yah begitu lah.."

Setelah itu kamipun berbincang bincang cukup lama. Bang Robertpun sempat mengajak kami berdua berkeliling seisi kantor ini. Kami diperlihatkan bagaimana majalah ini bekerja. Selain itu kami juga diizinkan melihat sebuah photoshoot yang tengah berlangsung disalah satu studionya. Kulihat seorang model sudah dalam kondisi telanjang bulat sedang melakukan pose yang cukup menantang birahi. Seketika juniorku kembali bergejolak. Begitupula dengan Mba Icha sesekali kudengar desisan dari bibirnya. Rupanya ia tengah menikmati poto session yang tengah berlangsung.

Setelah asyik melihat lihat isi kantor Redaksi Majalah Semprot. Kami ditawari makan siang oleh Bang Robert. Akhirnya kami makan siang disebuah restoran tak jauh dari gedung Perkantoran ini. Sembari makan siang Bang Robert kembali bertanya kepada Mba Icha kenapa ia lebih memilih menjadi Photographer. Setelah makan siang Mba Icha pamit untuk pergi ke toilet. Lalu Bang Robert langsung bertanya kepadaku, rupanya ia cukup tertarik kepada Mba Icha.


"Bas, teman kamu cantik sekali yah ternyata.Sempat gak nyangka kalau dia photographer," Tanya Bang Robert

"Kenapa Bang, Suka"

"Suka sih enggak, lagian bukan tipikal saya, kamu kan tahu tipe tipe wanita kesukaan saya seperti apa" Jelas dia

"Tahu lah, Wanita kesukaan Bang Robert ini kan macam tante Elin, yah enggak Bang" Sahutku sambil mengkerningkan alisku.

"Lagian kalau abang suka juga percuma, kan dia Lesbi bang" Jelasku

"Oh Pantesan, pas di Studio tadi saya lihat kok dia goyang goyang gitu badannya, saya pikir kenapa rupanya Lesbi tohh" Seru Bang Robert sambil mengkerningkan dahinya

"Yah gitu lah Bang" Sahutku

"Oh iya Bang Robert balik dari Jogja kapan?" Lanjutku

"Sabtu pagi sih saya terbang ke Surabaya, terus Sorenya terbang Ke Singapura. Habis itu baru semalam saya sampai Jakarta" Jelasnya

"Waduh bolak balik gitu Bang" tanyaku

"Yah gimana lagi Bas, namanya juga urusan kerja, kapanpun harus Siap"

"aku mah Cuma bisa bilang keren deh Bang, hahaha" Sahutku disusul tawa.


"Oh ya bang, kan kemarin aku baca majalah Semprot edisi bulan lalu, ada artikel katanya Bang Robert mau buka tempat Prostitusi terbesar Se-Asia Tenggara yah" Tanyaku


"Oh kamu sudah baca beritanya, iya memang benar, rencana sih opening bulan April. Tapi sampe sekarang belum nemu Nama yang cocok" Jelasnya

"Waw, kira kira bakal seperti apa tuh Bang tempatnya, Bakal nyaingin Dolly dong bang kalau terbesar Se-Asia Tenggara" Tanyaku iseng


"Yah mungkin akan sangat berbeda dengan tempat tempat seperti yang kamu tahu. Yang jelas nanti tempatnya bakal sedikit lebih mewah dan exclusive, karena memang sasaran pasarnya yah Bos-Bos yang pengen ngebuang Duit" Jelas bang Robert

"Itu nanti tempatnya dimana Bang? Terus bedanya apa sama tempat tempat begitu yang udah ada di Indonesia" Tanyaku makin penasaran.

"Kalau tempat sendiri masih dirahasiakan. Yang jelas tempat saya nanti bakal memanjakan semua pengidap kelainan seksual, seperti Fetist, Bondage, BDSM, bahkan sampai Scatology juga ada . Jadi nanti ada semacam Klaster tersendiri untuk itu. " Jelas Bang Robert panjang

"jadi semuanya jadi satu Bang, tapi ngomong-ngomong, scatology apaan yah Bang kaya baru pernah denger." Tanyaku bingung dengan istilah yang baru kudengar

"Scatology itu para pemakan kotoran manusia, kamu pernah nonton film yang isinya orang makan EE gan, Nah seperti itu" Jelasnya semakin melirihkan suaranya karena berada direstaurant.

"Bahkan yang seperti itu ada bang?" tanyaku sedikit terkejut dan sedikit mual juga.

"Iyaa, sebenarnya sih mau saya hilangkan, tapi partner saya dari Jepang tuh pada ngotot harus diadain juga, mereka sangat antusias banget." Jelasnya lagi

"Lalu idenya dari mana bang, terus apa gak takut bang keendus pemerintah?" tanyaku lagi masih penasaran dengan muka masih bengong pasca mendengar istilah scatology.

"Awalnya gara-gara saya datang disebuah tempat BDSM di Bali, tahu kamu yang saya ketemu sama Jeng Natasha itu loh. Nah dari situ saya kepikiran bagaimana kalau saya buat juga tempat seperti itu. Akhirnya saya riset 2 tahun ini, baru sekarang semuanya sudah beres. Kalau masalah Izin dan sebagainya yah, tenang lah ada yang bekingan kok. Maka dari itu tempatnya nanti gak bakal diketahui banyak orang. Infonya aja nanti hanya lewat mulut ke mulut dan oleh orang terpercaya saja. Yah Main aman lah, bagaimanapun juga saya juga agak takut sih karena kan ini kali pertama saya merambah bidang ini." Jelasnya sambil menenggak Jus yang ia pesan.


"Wahh gak kebayang jadi seperti apa nanti tempatnya" Sahutku dengan rasa penasaran yang begitu besar.

"Gak usah dibayangin, nanti kamu datang saja pas Launchingnya, saya bakal adain pesta juga kok. Nanti saya kasih kamu undangannya yah" Kata Bang Robert.

"Serius nih Bang" Tanyaku memastikan

"Kapan saya gak serius sih, dah tenang saja,"


Mba Icha akhirnya selesai dengan urusannya di toilet. Lalu setelah obrolan panjang yang sangat menarik itu. Kami bertiga kembali ke kantor bang Robert setelahnya kami meminta Izin untuk pulang. Akhirnya bang Robert mempersilahkan kami untuk pulang. Aku dan mba Icha segera melangkah keluar dari kantor Redaksi Semprot Magazine dan bergegas menuju tempat parkir. Kali ini Mba Icha yang menyetir, lalu ia menyalakan mesin mobil dan bergegas meninggalkan lahan parkir Gedung perkantoran ini. Ditengah perjalanan kami bingung hendak kemana. Lalu terselenting ide untuk menuju Dufan. Bolehlah toh hari ini cukup cerah dan tidak hujan. Akhirnya mba Icha melajukan mobil yariz mamah menuju Dufan. Yah akhirnya hari pertamaku liburan diisi dengan jalan-jalan ke Dufan.


Ditengah perjalanan menuju Dufan kami kembali bercanda, mba Icha juga menceritakan proses Interview yang tadi dia alami. Tak henti-hentinya ia meluapkan rasa bahagianya telah diterima menjadi photographer utama du majalah Semprot Kepunyaan Bang Robert. Senyumnya ketika meluapkan perasaanya saat ini. Aku tak sangka tadi pagi aku telah menyatakan cinta kepadanya. Aku ikut tersenyum melihatanya bahagia.

"Bas, Makasih yah tadi dah ditemenin. Coba kalau kamu gak ikut mungkin aja aku gak diterima"

"Iya sama sama mba, aku juga gak nyangka kok ternyata bang Robert yang punya Majalah itu. Tadi tuh lucu Mba, kan pas mba Icha ke toilet dia tanya keaku, Itu temen kamu cantik, kayaknya dia langsung suka gitu sama kamu mba, eh pas aku bilang kalau mba ini lesbi mukanya langsung berubah kicep" jelasku


HAHAHAHAHAHAHAHAHA


"HAahaaaa... ada-ada aja kamu, tapi bener sih coba kalau kamu gak bilang kalau aku Lesbi, pasti aku dah jadi inceran dehh, hahaha" Dia terus tertawa mendengar ceritaku..


"Bang Robert bang Robert, Eh mba tadi pas di restoran kamu ke toilet lama banget ngapain sih, boker yaah?" tanyaku bermaksud iseng.

"Heheeee, enggak kok" Jawabnya bersandiwara

"Terus ngapain, masa pipis selama itu,"

"Hmmmm aku tahu, pasti abis mastrubasi yaah di Toilet" Tanyaku memancing

"Ahhhhh Baastiaan maahhhh,"

"Habis gimana lagi bas, tadi pas ngelihat model model disana aku sange banget bas. Apalagi pas yang di Studio tuh, kamu lihat gak yang toketnya gede banget, aduuuh aku merinding dong ngelihatnya, pengenya aku remeees tadi." Jawabnya dengan muka gemas.


"Aduhh mba mba, kamu baru ngelihat begitu aja dah Sange sendiri, apalagi nanti pas Mba dah mulai motret buat tu Majalah, kan bakal moto cewe telanjang terus." Tanyaku

"Yah lihat nanti dah, gak tahu aku bakal kuat nahan apa gak"Hahahahaha, jawabnya sambil tertawa.

Walau didera kemacetan tetapi akhirnya kami sampai kepada tujuan kita, Dufan. Segera Mba Icha memarkirkan mobil. Setelah membeli dua tiket terusan kami segera menjajal berbagai wahana yang ada. Karena ini weekday pengunjung juga tidak begitu padat hingga kami berdua dapat menjajal beberapa wahana dengan antrian yang tidak begitu panjang. Begitu riangnya kami menikmati hari ini. kemanapun kami pergi mba Icha selalu menggandengku layaknya sepasang kekasih. Tetapi aku tahu itu semua tidak akan pernah terjadi.

Tidak berasa sudah dua jam kami menjajal beragam wahana. Selama itu tawa dan canda kami tuangkan sebagai wujud kegembiraan kami akan apa yang kami lakukan ini. Akhirnya kami memutuskan menaiki sebuah wahana terakhir sebelum aku mengantarkan mba Icha menuju rumah temannya. Ia memang akan pergi ke Bandung bersama temannya itu. Lalu saat diantrian wahana Gondola aku sempat bergumam karena naik ini pasti butuh waktu lama, karena sekali berputar saja bisa setengah jam.

"Mba serius nih naik ini, lama loh nanti temen mba nungguin gimana," Tanyaku memastikan

'Ahhh udahlah temenku biasa nunggu ini, lagian kita ke Bandungnya gak buru-buru kok"

"dahh nih dah ngantri juga"

Akhirnya aku menyetujui permintaan Mba Icha untuk naik Wahana Gondolo. Kami masuk berdua saja didalam satu kabin. Lalu didalam kami duduk saling berhadapan. Wahana segera berjalan, dari ketinggian 21 meter diatas tanah membuat kereta ini terombang ambing oleh angin pantai ancol yang sore itu cukup kencang. Awalnya memang sedikit membuat mual, namun semua hilang begitu perlahan aku melihat pemandangan Kota Jakarta yang begitu megah dengan gedung gedungnya, Hamparan Laut biru yang menyilaukan mata serta Langit yang indah disore ini menjadi pelengkap dan penyempurna Liburan hari pertamaku. Mba Icha mengajakku berfoto bersama sebagai kenang kenangan. Tapi dia malah mengirimnya langsung kepada Tante Ocha. Dia ingin melihat reaksi Tante Ocha setelah ia mengirim foto kegembiraan aku dan Mba Icha di Dufan ini...


To be Continue.....
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd