Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

The Bastian's Holiday [DISCONTINUE]

Sifat seperti apa yang agan suka dari Bastian untuk kedepannya ?

  • Tetap Polos dan Lugu

    Votes: 99 31,7%
  • Penyayang dan Semakin Romantis

    Votes: 110 35,3%
  • Agresif dan Lebih Liar

    Votes: 47 15,1%
  • Hyper Terhadap Semua Wanita

    Votes: 64 20,5%
  • Misterius

    Votes: 47 15,1%

  • Total voters
    312
  • Poll closed .
Chapter II
Act 10

UP IN THE AIR
By : Marucil






Kereta Gondola sudah berjalan dan pemandangan indah Pantai Ancol langsung memanjakan mata kami. Mbak Icha berpindah kesisiku untuk berfoto, mengabadikan moment ini. Tak kusangka ia langsung mengirim foto kami di dalam kereta Gondola kepada Tante Ocha. Aku tak tahu maksudnya, yang pasti ia pasti ingin melihat reaksi Tante Ocha setelah melihat foto tersebut.

"Bas Tante pasti iri deh ngelihat kita foto disini, dia kan dari dulu ke pengen naik kereta gantung tapi gak pernah kesampean" hahaha" ujarnya sambil tertawa.

"Ah Mba ini, jahat Ih sama Tante..." Sahutku.

"Biarin, sekali kali bikin Tante iri kan gak apa-apa" Katanya sambil sibuk dengan layar HPnya.

"Poto-poto lagi yuk.?" Ajak mba Icha.

"Ayooo." Jawabku mengiyakan

Lalu kamipun kembali berfoto selfie dengan latar belakang pemandangan teluk Jakarta. Beragam pose kami lakukan, berpelukan, saling menjulurkan lidah, membuat muka sejelek jeleknya. Bahkan kami juga berfoto sembari mba Icha mencium pipiku. Kami mengabadikan semua moment ini layaknya sepasang kekasih. Tetapi sepasang kekasih apa? Mba Icha saja sudah jelas jelas menyatakan bahwa ia belum bisa menerima cinta dari seorang laki laki, termasuk diriku. Sejenak kuteringat akan kata-kata mba Icha tadi pagi ketika dirumah.

Kereta gondola terus berjalan. Mungkin sudah seperempat dari panjang jalur yang ada. Entah kenapa kereta gondola ini berjalan lebih lambat dari biasanya. Aku tidak berfikir macam-macam. Aku pikir pihak pengelola sengaja menurunkan kecepatan karena kulihat para pengunjung jarang yang menggunakan wahana ini. Tetapi hal itu justru memberikan waktu untuk kami menikmati pemandangan yang begitu indah ini jauh lebih lama.

Tidak hanya memotret diri sendiri. Naluri photographer mba Icha langsung terpanggil ketika menemukan objek menarik diatas sini. Dari ketinggian ini semua objek yang ada dibawah dapat kita lihat semuanya. Garis pantai Ancol dengan jejeran pohon kelapa yang menghiasi. Lalu pemandangan wahana dunia fantasy, terlihat begitu indah dari atas sini. Sungguh luar biasa, itulah yang hanya bisa kuucapkan dalam hati.

Tak lama kereta gondola pepohonan yang rimbun yang terlihat seperti hutan buatan. Sejenak. Suasana menjadi lebih sejuk namun juga menjadi sedikit gelap. Kami tidak menyia-nyiakan pemandangan ini. Kami kembali berfoto dengan latar belakang pepohonan yang menghijau begitu Indahnya. Kami sempat kaget ketika kereta sedikit bergoyang setiap kali melewati tiang penyambung. Getaran itu memang sedikit menakutkan, tetapi kami lalui saja dengan tawa.


Sudah cukup lama kami menaiki Kereta Gondola ini hingga akhirnya kereta telah sampai pada pos C namun ternyata Kereta hanya berputar saja untuk kemudian kembali lagi menuju Pos A tempat kerta berangkat. Akhirnya kami akan melewati pemandangan yang sama. Beberapa saat yang lalu kami berdua memang telihat begitu girang tetapi, ketika tahu Kereta akan berputar lagi maka akan lebih lama lagi waktu yang harus ditempuh.

"Kok Muter Lagi sih Bas?" Tanya Mba Icha.

"Yah emang gitu kan sekali Jalan bakal muterin rute yang ada. Udah Nikmatin aja, tadi siapa coba yang kepengen naik iniaan? Kan udah aku aku bilang bakalan lama, Mba gak percaya sih" Jawabku.

"Iya sih, aku tahu. Tapi aku juga kepengen naik ini."

"Ahhhh Beteee." Seru Mba Icha sambil membuka ventilasi kecil disamping kereta.

Angin pun langsung berhembus melalui ventilasi itu. Dan sejenak udara menjadi sejuk. Lalu Mba Icha mengambil bungkus rokok di dalam Tas Jinjingnya lalu segera ia bakar dan menikmati hasil pembakaran tembakau itu. Ia mengepulkan asapnya sembari ia menyandarkan kepalanya dibahuku. Asap langsung menuju ke atap dan kemudian terhisap keluar oleh lubang ventilasi di atasnya.

"Eh mba, mba sih di Bandung berapa hari? Tanyaku

"Paling Jumat atau Sabtu depan aku dah balik ke Jogja lagi, gak lama sih ... orang cuma ketemu temenku yang disana..." Jawabnya.

"Emang ngapain Mba disana?" Tanyaku lagi.

"Ada dehhh mau tahu ajaa kamu." Jawabnya sambil menoel hidungku.

"Yah elah mba pengen tahu aja gak boleh."

"Kalau Mau Tahu ikut dong?" Ajaknya

"Gak ah aku dah ada Janji soalnya sama teman-temen SMAku, dah lama aku gak kumpul bareng mereka." Jawabku.

"Emang mau pada kemana?"

"Yah kemana aja nanti, Kita ketemuan dulu baru deh nentuin mau ngapain dan mau kemana.. Yaaa ketemu sama mereka aja dah seneng aku. Soalnya sekarang dah pada sibuk masing-masing mba, ketemu yah bisanya kalau libur panjang aja kaya sekarang."

"Halah anak-anak macem kamu mah paling mentok juga dugem" Sahutnya.

"Yah gak lah, mba tahu sendiri aku gak begitu suka dugem."Gumamku sambil melangkah kesisi lain karena ada sesuatu yang tiba tiba menarik perhatianku.

"Iya juga sih, di Jogja juga aku gak pernah lihat kamu dugem-dugem gitu." Sahut mba Icha.

Lalu ketika kereta Gondola sudah mau melewati garis Pantai Ancol lagi. mba Icha kembali tertarik akan sesuatu. Cahaya langit yang sore itu mulai berwarna biru oranye menarik perhatiannya. Kini ia mulai tidak merasa bosan. Matanya terus tertuju pada hamparan laut yang luas ciptaan sang maha kuasa. Dari kejauhan terlihat bayangan kapal-kapal yang semakin lama semakin jauh dan memudar. Kulihat dari atas sini orang-orang sudah mulai berkurang dari bibir pantai. Begitu juga dengan wahana - wahana permainan di bawah sana. Sudah semakin sedikit orang yang bermain.

Aku dan Mba Icha sama-sama memandang kesisi kanan kereta Gondola, sama - sama memandang hempasan laut yang indah. Beberapa burung terbang lalu segera menghilang bagai ditelan awan. Pantulan sinar matahari sore menyilaukan mata kami. Entah mengapa suasana di dalam sini berubah menjadi sedikit romantis. Belum lagi suara bising dari hiruk pikuk para pengunjung Dunia Fantasy sudah semakin berkurang.

Kupandang wajah Mba Icha yang terang akibat paparan sinar matahari. Sinar itu juga membuat rambut silver brown Mba Icha semakin terlihat Indah. Aku terus memandangi wajahnya, tetapi matanya tetap tertuju kepada cakrawala. Tak lama ia sadar bahwa aku terus memandanginya. Lalu perlahan ia mulai memalingkan wajahnya kearahku, tetapi cahaya matahari membuat matanya sedikit menyipit. Kemudian ia mulai membuka matanya lagi, dan ia memberikan sebuah senyuman kepadaku.

Kini kami saling memandang satu sama lain. Tetapi tak ada satupun suara keluar dari kedua mulut kami. Hanya keheningan yang kami rasakan. Keheningan ini seolah membuat kami menjadi sedikit lebih tenang. Kedua Mata mba Icha mulai sedikit menutup dan bibirnya mulai sedikit merekah, perlahan ia mendekatkan wajahnya kearahku. Begitu juga denganku, bagai kedua hati kami yang saling berinteraksi, aku juga melakukan hal yang sama. Aku juga mendekatkan wajahku kearahnya dan bersiap mengarahkan bibirku pada bibirnya.

Bibir kami hampir saling bersentuhan dan tangan kami sudah saling menggenggam sedari tadi. Mba Icha mulai memiringkan kepalanya, agar mudah menempelkan bibirnya yang indah pada bibirku. Kini hanya tinggal satu inchi jarak antara bibir kami, ujung lidah Mba Icha sudah mulai ia julurkan. Namun....

JEGRENG........


"AAAAAACHHHHHH" Kaget, kami berdua berteriak karena sama-sama terkejut akan apa yang baru saja terjadi.

Kereta gondola yang kami naiki ini tiba-tiba saja berhenti. Kereta kemudian menjadi sedikit bergoyang karena berhenti secara tiba-tiba. Aku tidak tahu kenapa kereta ini bisa berhenti, yang kutahu kereta ini tidak akan berhenti sebelum sampai di stasiun pemberhentian di Pos A. Kami sedikit panik akan hal itu.

"Baaaaasssss... Ini kok jadi berhentii giniii sihhhh" Kata Mba Icha dengan nada yang sedikit panik.

"Aku juga gak tahu Mba.. Aduhh gimana nihh Mbaaa." Tanyaku

"Yah Mana aku tahu, wong ini tiba-tiba berhenti"

Lalu aku mencoba melihat sekitar. Dan kulihat kereta didepan kami juga terlihat berhenti. Begitu juga dengan satu kereta dibelakang dan di jalur lainya juga ikut behenti. Berarti mesin pengendali kereta gantung ini benar-benar berhenti. Aku cukup panik karena kereta ini berhenti tepat diatas Pantai. Tapi aku terus berusaha tenang, dalam kondisi seperti ini salah satu diantara kami harus ada yang bisa mengendalikan diri.

"Oke oke, tenang dulu mba jangan panik. Mungkin mesinnya mati atau apa lah. Yang penting kita tenang dulu. Kalau panik keretanya jadi makin goyang-goyang" Kataku menenangkan Mba Icha.

"Oke okee." Jawabnya sambil mengatur nafasnya.

"Kita tunggu aja siapa tahu nanti keretanya Jalan lagi" imbuhku.

"Iya - iya, ini kok goyang-goyang terus sereeem ih" sahutnya sambil mulai duduk lagi.

Akhirnya kami mencoba menenangkan diri, dan terus menunggu siapa tahu kereta ini mulai jalan kembali. Aku melihat didalam kereta ini tidak ada semacam alat komunikasi atau bahkan sekedar pengeras suara. Yang bisa kami lakukan adalah menunggu, menunggu kereta ini jalan kembali. Tetapi 5 menit sudah kami menunggu tak ada tanda-tanda kereta gantung ini bergerak. Terlalu jauh untuk meminta bantuan dari sini. Jarak kereta ini dari bibir pantai cukup jauh, jangankan lambaian tangan kami. Orang-orang dibawah sana mungkin tidak bisa melihat keberadaan kami didalam sini. Akhirnya kami benar benar menunggu nasib saja.

"Aduh Mba kalau keretanya berhenti terus gimana? Bisa sampe malem dong kita disini. Mana dah mulai gelap nih." Kataku.

"Yah udah sih gak apa apa. Itung itung kita jadi bisa melihat pemandangan lebih lama. Tuh lihat langitnya lagi bagus Bas." Kata mba icha sambil menunju matahari yang mulai bergerak kearah barat.

"Iya siih Mbaa. Tapi apa yang harus kita lakuin nih Mba sambil nunggu. Kayaknya perbaikannya agak lama deh. Dah lama nih kita nunggu tapi gak jalan-jalan juga. " Gumamku sambil menyenderkan punggungku dikebelakang.

Kami duduk saling berhadapan. Mencoba untuk bertindak tenang. Karena kalau kami terus bergerak kereta ini juga semakin bergerak. Dan itu sedikit menyeramkan memang.

"Aduh haus lagi, tadi botol aqua aku masukin ke tas gak yah?" Gumamnya sambil membongkar isi Tasnya yang ia letakkan dibawah.

"Ahhhh ada ternyata” Serunya sambil mengambil Botol itu dari dalam tasnya


Glek Glek Glek


Mba Icha langsung menengguk air mineral itu untuk membasahi tenggorokannya yang basah. Lehernya terus bergerak saat air melewatinya. Lepas itu ia menghembuskan nafas panjang, karena dahaga yang ia rasakan kini telah sirna. Kemudian ia memberikan sisa minumnya kepadaku. Aku lekas mengambilnya karena memang aku juga cukup haus dari tadi. Disamping itu lama kelaman kabin kereta ini memang cukup panas dan pengap. Apalagi sejak kereta gantung ini berhenti tiba-tiba udara didalam semakin menjadi panas. Kulihat didahi Mba Icha mulai terlihat keringat yang mengalir. Terlihat bersinar oleh terpaan sinar matahari sore yang berwarna oranye.


“Aduuu Panaas yah Mba....?” tanyaku sambil mengibas kerah kaos yang kukenakan.

“Bangeet, badanku dah penuh keringet,lengket banget lagi” Serunya sambil melakukan hal yang sama denganku.

“Heehhhh panaaasnya bikini sange ajaa nihhh” gumamnya tanpa sadar

“Hmm, Mba Icha ini dari tadi di studio lihat cewek cakep sange, sekarang kepanasan Sange” Seruku.

“Berisiiik ahhh kamu....” balas Mba Icha


Hampir 15 menit kami terjebak di dalam kereta gantung itu. Dan selama itu tak ada tanda tanda bala bantuan dari pihak pengelola. Di samping itu kereta gantung yang kami tumpangi ini berhenti di tengah-tengah kabel antara tiang penyangga, jadi tidak mungkin juga kita turun. Jalan satu-satunya adalah menunggu kereta Gondola ini kembali beroperasi. Kalau saja kami tidak foto foto tadi mungkin masih ada sisa baterai di handphone Mba Icha hingga kita bisa menghubungi pihak pengelola untuk memberitahukan kalau kita terjebak. Disini. Dan kebetulan sejak siang HPku memang mati jadi lengkaplah sudah liburan pertama dihari pertama liburanku. Diakhiri dengan insiden seperti ini,

“Ahhhh lamaaaaaaaa”Keluh Mba Icha yang terlhat semakin jenuh

“Aahh aku bilang juga apa Mba, aku kan dah feeling tadi makanya aku sebenernya gak mau kan naik ini. Eh sekarang kejadian kayak gini kan”Gumamku..

“Ahh kamu mah bisanya nyalahin aku doang deh, orang lagi bête juga” Keluh Mba Icha makin sedikit emosi.

Lalu mba Icha mengambil tasnya dari Bawah dan ia letakan di pahanya. Kemudian ia merogoh isi tasnya entah mencari apa. Ia terlihat emosi ketika benda yang ia cari - tak kunjung ia temukan

Errrghhhh

"Manaaa sihhhh" Geramnya.

"Nyari apaan sih Mba sampe sewot gitu" Tanyaku

"Nyarii rokok, perasaan aku taruh disini tadii." Serunya.

"Ohhhhh rokook toh, Nah itu apaaan disebelah Mbaa" kataku sambil menunjuk ke bungkus rokok yang ada disamping pahanya.

"Ohh iyaaa..." Hehehehe" katanya sedikit malu.

"Makanya kalau apa - apa tuh jangan sewot dulu, rokok yang naro sendirinya lupa" Kataku.

"Iyaaa iyaaa, eh ini apaan" Kata Mba Icha terlihat terkejut melihat sesuatu didalam Tasnya.

Lalu ia mengangkat benda itu dari dalam Tasnya. Lalu setelah tanganya ia keluarkan, kulihat diantara jarinya yang lentik kulihat sebungkus kondom yang masih utuh. Raut wajah Mba Icha berubah seketika setelah menemukan kondom tersebut.

"Baaass, inii apaaaan yaaah" Tanya dia dengan nada bicara yang tiba tiba berubah sedikit meliuk liuk.

"Kondom, memang kenapa?" Tanyaku heran akan pertanyaan Mba Icha barusan.

"Tau gak kon doom ituu fungsinya buaaat apaa?" Tanya dia semakin aneh.

"Yah, yaaah, fungsinya kan buat menjarangkan kehamilan." Jawabku masih agak bingung dari situasi ini.

"Teruussss,....." Lanutnya sambil menggigit bibir bawahnya.

"Ooooo...yayaya." Jawabku sedikit mengerti apa maksud semua ini.


Bodohnya aku ini sedari tadi kan Mba Icha selalu memberi kode, sejak dia merasa kepanasan dan mengatakan bahwa ia sange-sampe sekarang ia menunjukan sebuah kondom dan melontarkan pertanyaan aneh,dengan menanyakan fungsi sebuah kondom. Sudah jelas jelas dia pasti tahu fungsinya untuk apa. Tapi, ternyata itu sebuah pancingan, kenapa aku segitu bodohnya sampe tidak bisa mengartikannya.


"Hmm, seruuu kalii yah Bassss." Kata dia sedikit merayu.

"Seruuu? Yakin nihh Mba?" Tanyaku memastikan.

"Hmmm kenapa gak? Kan bakal seru Bas ngewe diatas udara kaya gini.., gimana berani gaak?" Ajak Mba Icha melakukan suatu yang sedikit memancing adrenalin.


Lalu kami terdiam sejenak dan saling memandang. Kami berusaha menerjemahkan semua ini. Alisnya berkali kali naik turun dan bibirnya tak hentinya ia gigit dengan ujung giginya. Akupun membalas senyum penuh gairah darinya dan langsung kuterima tantangan itu. Kuraih bungkus Kondom yang ia pegang dengan jarinya. Lalu aku bergegas melepas kancing celanaku dan menurunkan reseletingnya. Lalau perlahan kupelorotkan celanaku. Begitu juga dengan Mba Icha, saat aku merebut kondom dari tanganya ia juga bergegas melepas kait celananya yang bermotif garis hitam putih. Kemudian ia melorotkan celana berbahan lentur itu sebatas lututnya. Tak ketinggalan Celana dalam hitam bermotif renda ikut ia singsingkan sebatas pahanya.

"Udahhh siap belum kamu Basss?" Tanya Mba Icha dengan nafas sedikit memburu.

"Bentar dulu Mba, aku belum ngaceng nih" jawabku sambil membuka bungkus kondom.

"Ahhh lamaa, dah sini biar aku yang bikin bediri." Kata Mba Icha bersemangat lalu ia mulai membungkukkan tubuhnya kedepan dan meraih penisku dengan tanganya.

Setelah itu ia segera memasukkan penisku yang masih belum tegang kedalam mulutnya. Sentuhan hangat lidahnya langsung merangsang penisku hingga akhirnya penisku mengeras dengan sempurna. Lalu mba Icha melepas kulumannya dan segera mengambil kondom yang kupegang lalu segera memakaikannya dipenisku. Mba Icha melakukan itu sedikit terburu-buru sehingga membuat kereta gantung ini sedikit bergoyang.

"Aaadaaahhhh. Mbaa Mbaa.. Pelan pelaan mbaaa, nanti kalao keretanya jatoh gimaanaa" kataku sedikit terkejut karena Kereta semakin bergoyang goyang.

"Bas Bas Bas kok goyang sih keretanya" katanya dengan wajah sedikit memucat.

"Makannya pelan pelan ajaa." Pintaku.

"Iya iya aku pelan deh, ya udah badan kamu kebawahan dikit biar pas" seru Mba Icha sambil sedikir berdiri diantara kedua kakiku.

Akupun menurunkan sedikit pantatku. Hingga posisi pantatku kini menggantung diantara dua tempat duduk didalam Kabin Gondala ini. Aku menggunakan kedua sikutku untuk menopang tubuhku. Lalu mba Icha mulai memposisikan selangkangannya menuju batang penisku yang kini sudah semakin mengacung. Tak membuang waktu Mba Icha segera menduduki pahaku penisku yang sudah tegang langsung masuk kedalam lubang memeknya dengan begitu mudahnya. Kemudian mba Icha mulai menggoyang pinggulnya. Dengan sangat perlahan ia menggoyangkan pinggul serta pantatnya. Ia melakukannya perlahan karena tak mau membuat kereta Gondola ikut bergoyang.

"Ahhhhhhhhhhh"


"Mbaaaaa, njepiitnya jangan kenceng-kenceng Kontol aku sakit niiih" kataku menerima jepitan dinding memeknya yang semakin mencengkeram.

"Aaaucchhhhhhh"


"Hmmmmmm"

"Udaaah nikmatin ajaaa"


"Aahhhhhhh"


"Ahhhhhhh


"Aahhhhhhchhh"

Stttttttttttt

"Goyang sedikit bas pantat kamu" pintanya

"Aahhh, iyaaa mbaaaa" jawabku sambil mencoba menggoyang pantatku

Lalu aku menarik tubuhnya agar semakin menempel dengan dadaku. Lalu kumundurkan lagi posisi dudukku. Kini aku kembali pada posisi duduk yang normal, lalu Mba Icha kembali menggoyang pantatnya.

Sleekk


Sleeekkk

Begitulah suara peraduan pantatnya dengan pahaku. Suara itu membuatku semakin bergairah. Lalu aku mulai meremas payudaranya dari balik baju yang ia kenakan. Ia meringis keenakan, lengannya ia bentangkan dan ia letakan pada jendela kaca berukuran lebar itu. Posisi tubuhnya yang diatas pahaku membuatku hanya bisa mencium punggungnya dari belakang. Tak apa wangi dari rambutnya cukup membuatku sedikit melayang.

"Achhhhhh"


"Aahhhhhh"

"Teruuusssss "


"Aaaajjjjj"


Aannnn"

Mba Icha semakin kencang mengulek penisku, ia juga semakin kencang mencengkram Penisku dengan dinding Memeknya. Ohhh bukan main rasanya. Bukan hanya kenikmatan yang aku rasakan saat ini. Tetapi warna Jingga di ujung horizon semakin menambah kenikmatan permainan kami. Lima menit sudah kami saling menggoyang dan memberikan kenikmatan satu sama lain.

JEGREEGGK

TUiiiinggggg.....

"Ehhhh, keretanya jalan lagi Mbaa." Kataku

"Aahhhh Yaudah Bas tanggung, tuntasiin aja duluuu"


"Achhhhhhh" jawabnya semakin kencang menggoyang pantatnya.

Mesin Kereta gantung kembali beroperasi dan kembali berjalan menuju Pos A pos pemberangkatan dan juga pos pemberhentian. Kereta terlihat lebih cepat berjalanya ketimbang sebelumnya. Tak lama Kereta Gantung ini semakin berbelok dan mendekat kearah daratan. Tetapi kami tak sedikit pun menghentikan pergumulan kami. Mba Icha justru semakin kencang menggoyang pinggul dan pantatnya. Penisku serasa mau copot ketika dinding memeknya terus memijat dan mencengkeram batangku dengan kencang.

"Achhhhhh"


"Aku bentar lagi Baaassss"

"Iyaaaa mbaaaa Akuu juga samaaaaa"


"Opuchhhhhh," jawabku yang juga mengimbangi gerakan pantatnya.

"Aahhh, Barengin yah Bas"

"Iyaaa mbaaaa."

Kami berdua semakin menggeliat semakin kencang . Tangan kananku meremas payudaranya dengan penuh nafsu liar, sedangkan tangan kiriku menekan Klitorisnya serta sedikit kuremas jembut mba Icha yang cukup lebat dan hitam. Pos Pemberhentian sudah mulai terlihat, namun kami berdua belum juga mendapat Orgasme. Namun akhirnya sekitar 20 meter dari Pos Pemberhentian kami berdua telah mencapai puncak tertinggi kenikmatan. Kutumpahkan spermaku dalam memeknya walau masih terhalang Kondom, kuyakin Mba Icha dapat merasakan kehangatan dari air Maniku di dalam sana. mba Icha juga semakin mengejang, ia menyemburkan cairan orgasmenya dan dapat kurasakan ujung penisku terasa begitu hangat.

"Oouuchhhhhhhh"


"Hmmm"

Enaaaaaakkkk baaassss aaahhhhhh"

"Iyaaaa Mbaaaaa, Puaaaas banget aku mbaaaaa."


"Aahhhhhhh"

Cukup lama kami mencoba menikmati Orgasme kami yang datang hampir bersamaan. Namun dengan cepat kami segera mengontrol diri kami masing-masing . Mba Icha segera naik dari pangkuanku, dan bergegas merapihkan celananya. Aku melepas Kondom yang sudah penuh oleh Spermaku sendiri dan dengan sigap aku melemparnya keluar jendela. Lalu segera kutarik celana serta celana dalamku dan merapihkan penampilanku.

Mba Icha sedikit merapihkan Bajunya yang acak-acakan karena remasanku tadi. Segera kami beresi barang bawaan kami dan mencoba duduk tenang seperti tak terjadi apa apa. Kereta gondolapun akhirnya masuk kedalam Pos Pemberhentian. Kulihat banyak orang berdiri menanti kami. Mereka adalah para teknisi dan pengelola Wahana ini. Mereka terlihat sedikit panik, namun kemudian mereka lega ketika kami berdua keluar dengan selamat.

Pihak Pengelola meminta maaf atas kejadian ini. Mereka beralasan ada kerusakan motor pada penggerak utama. Mereka juga menawarkan ganti Rugi atas semua insiden ini. Namun Kami dengan halus menolaknya,

"Sekali lagi kami selaku pengelola wahana ini minta maaf atas Insiden ini, ini baru pertama kali terjadi" kata seorang berpakaian rapi kepada kami.

"Sudah lah Pak tidak apa Toh kami masih selamat. Selain itu tadi kami juga menikmati pemandangan lebih lama kok." Jawab mba Icha.


Setelah cukup lama kami berbicara dengan pihak pengelola kami memutuskan pulang. Dan kami janji tidak membicarakan Insiden ini ke media massa. Namun berkali-kali mereka meminta maaf, dan kami jelas memaafkan atas insiden yang baru saka kami alami. Malah seharusnya kami mengucapkan terima kasih karena dengan insiden ini, kami telah mendapat pengalaman yang cukup menegangkan namun tidak akan pernah terlupakan sampai kapan pun.

Kami segera turun dari wahana itu dan bergegas menuju Tempat parkir. Saat ini hari sudah gelap. Saat aku dan mba Icha berjalan, kulihat ada seorang lelaki tengah mengumpat, ia terlihat begitu emosi.

"Brengsek, ini orang buang kondom sembarangaaan, anjing" kata seseorang Laki laki berperawakan sedang.

"Emang siapa Bro?" Tanya teman lelakinya tersebut.

"Kaga ngarti gua, tau tau jatih dari atas, mana banyak pejuhnya lagui, ngehee nihhh" Umpat lelaki tersebut.

Mendengar itu aku dan mba Icha segera berjalan dengan cepat meninggalkan kerumunan itu. Segera kami berjalan menuju Tempat Parkir. Berjalan cukup lama akhirnya kami sampai ke tempat Parkir. Mba Icha memberikan Kunci Mobil Mamah kepadaku lalu kubuka pintu mobil dan segera masuk. Kunyalakan blower dan kumasukan kunci kelubangnya. Segera kustarter Mesin dan pendingin Udara segera menyebar udara sejuk keseluruh bagian mobil. Mba Icha duduk dan menyandarkan punggungnya kebelakang lalu ia mengenakan sabuk pengaman.

"Eh, tadi kamu parah ih, kasihan tuh kepala tuh orang kena sperma kamu, hihihi" ujar Mba Icha sambil tertawa.

"Yah Habis mana aku tahu Mba, kan gak sengaja juga, Untung tadi dia gak tahu ya kalau yang buang kondom dari atas itu aku., Hahahahaha" Sahutku sambil tertawa terbahak-bahak.

"Eh ini alamat rumah temen mba daerah mana?". Tanyaku.

"Daerah kuningan, nih alamat lengkapnya" jawab dia sambil memperlihatkan alamat temannya yang ia tulis di kertas.

Setelah mengetahui tujuannya aku segera tancap gas untuk menuju rumah Teman Mba Icha itu. Cukup lama kami sampai disana, sekitar 1 jam lebih waktu kami tempuh dari Ancol tadi. Aku memarkir mobil dipinggiran jalan dan kulihat mba Icha sudah tertidur dengan pulas. Lalu perlahan aku membangunkannya.

"Mba Mba, udah sampai nihh, rumah temen mba Icha yang mana?" Seruku membangunkannya.

"Ehhhhh, udah nyampee yaaah.." Jawab mba Icha celingak celinguk.

"Nahh itu yang ada mobil jazz didepannya."

Akupun segera menuju rumah yang dimaksud. Aku turun dari mobil. Kukeluarkan barang barang Mba Icha dari bagasi belakang. Tak lama Teman Mba Icha keluar menghampiri kami.

"Beeeb, lama amaat sih jam segini baru nyampe, gue dah tunggu dari tadi tahu.." Seru wanita berperawakan tinggi langsing

"Sori sori,Tadi kita baru aja dapet Insiden tahu lagian tadi dijalan juga macet banget Beb, Eh kenalin nih temen gue..". Kata Mba Icha sekaligus memperkenalkanku kepada temannya.

"Bastian" kataku sambil menjulurkan tanganku.

"Nela..." Sahut wanita itu sambil menjabat tanganku.

"Yah udah masuk dulu aja yuk, kalian kayaknya cape banget gituu." Ajak Nela kepada kami.

Akhirnya kami masuk kedalam. Di dalam Neyla membuatkan minuman kepada kami. Nela cukup ramah kepadaku terlebih kepada mba Icha. Mereka asyik mengobrol sendiri tanpa aku tahu topik pembicaraan yang mereka obrolkan. Tak lama aku pamit kepada mba Icha, ia mengantarkanku ke depan. Ia memberikanku sebuah ciuman di pipi sebelum aku pulang. Dari sini perjalananku ke rumah tidak terlalu jauh, tak sampai satu jam aku sudah sampai kerumah.

Sesampainya dirumah aku langsung memasukkan mobil milik mama ke dalam garasi. Setelah itu aku langsung masuk kedalam rumah. Rupanya mama dan papa masih menonton TV di ruang keluarga.

"Malaam Mah Paah," sapaku kemudian aku mengecup pipi mereka masing masing.

"Kamu malam sekali baru pulang, gak ngabarin mamah lagi, mama dari tadi khawatir tahu.." Sahut mama.

"Iya mah maaap, tadi siang kan kita main ke Dufan, terus naik Gondola, gak taunya ditengah jalan gondolanya berhenti, untung bisa jalan lagi kalau enggak bisa semalaman kita kejebak." Jelasku.

"Tuh kan bener, mamah tuh dari tadi sore dah firasat gak enak, terus kalian gak kenapa - kenapa kan?" Tanya mama terlihat sedikit khawatir.

"Gak apa apa sih mah, cuma yah sejam kejebak diatas kereta gantung lemes juga sihh" jawabku.

"Yah udah kamu sudah makan?" Tanya papa menimpali.

"Beluum..." Jawabku memanja.

"Yah sudah kamu minta Habibah sana dibelakang." Sahut mama,

"Ahh makan disini aja ahhh Tian kepengen ditemenin nih"

"Hmmm, ni anak kalau lagi cape manjanya mulai keluar"

"Heheheee" cengirku.

Kemudian mama menyuruh Mba Habibah mengambilkan makanan kepadaku. Tak lama Mba Habibah mengantar makanan kesini. Aku langsung menikmati semuanya karena memang perutku sangat lapar. Aku lupa sejak siang aku belum makan. Ketika sedang asik makan papa menanyakan sesuatu yang agak sedikit mengagetkan.

"Bas, papa boleh tanya sesuatu?" Tanya papa tiba tiba.

"Hmmm boleh mauuu, ehh bentar pah" aku menelan makanan terakhirku lalu segera kuminum air putih dari gelas.

"Mau tanya apa Pah memangnya?" Sahutku lagi.

"Tapi kamu jawab jujur!" Sambung mama.

"Kapan sih Bastian pernah bohong..."

"Kamu sekarang sudah mulai ngerokok yah?" Tanya papa membuatku terkejut.

"Ehhhhhhh"
"Ehhhhhhhhh"

"Jawaaab, katanya gak pernah boong?" Pancing Mamah.

Mereka berdua tersenyum sini menunggu jawaban dariku. Aku terdiam sejenak dan berfikir siapa sih yang ngasih tahu. Pasti Mba Habibah deh, dia kan kemaren ngelihat aku ngrokok di Ruang Keluarga.

"Iya Pah, Mah. Sekarang Bastian ngerokok"


"Tapi gak sering kok mah, kalau lagi kepengen ajaa ssiiiiihh"

"Hmmmmm, ya sudah kalau begitu, yang penting kamu udah bilang."


"Papa gak bakal ngelarang kamu buat ngerokok, karena seusia kamu papa juga perokok. Tapi perlu kamu ingat, itu pilihan kamu, efek yang nanti ditimbulkan itu tanggung jawab kamu sendiri, yaah"

"Ehh.. Iyaaa Pah aku ngerti"

"Satu lagi, Mama gak mau seisi rumah ini Bau asep rokok, kalau kamu mau ngerokok boleh tapi jangan didalam rumah, diluar saja." Perintah mama.

"Iya Mah Bastian akan ngelakuin itu."


"Berarti sekarang Bastian dibolehin ngerokok?" Tanyaku memastikan

Papa hanya mengangguk sebagai jawaban iya.

"Yah sudah kalau gitu, papa mau masuk kamar duluan, papa ada meeting besok pagi. Eh Bas besok kamu gak kemana mana Kan?"

"Gak sih Pah, memang kenapa" tanyaku.

"Enggak cuma tanya saja, yah Udah papa masuk kamar yah, Mama masih mau disini?"

"Papa duluan saja, Mama mau bilang sesuatu sama Habibah takut besok pagi kelupaan."

"Yah sudah Papa duluan yah." Lanjut papa sambil melangkah masuk kedalam kamar.

Lalu mamapun meninggalkanku juga . Ia menuju kedapur untuk berbicara pada Mba Habibah. Ia hendak menyuruh Mba Habibah agar besok tidak lupa untuk belanja mingguan dipasar. Selepas makan akupun menuju dapur dan menaruh piring kedalam wastafel. Kulihat mama masih memberikan list list yang bakal dibeli oleh Mba Habibah besok. Aku sengaja menunggu, kubuka kulkas dan kuambil sebotol air dingin dan menuangkan kedalam gelas. Lalu tak lama....

"Bas, mamau duluan yah, mama juga sudah ngantuk,"


“Kmu jangan begadang lagi yah, jangan Main Game sampe pagi, awas kamu..!!" Ancam mama.

"Iya maaah, ini Tian juga udah ngantuk banget kok.

Setelah mamah menuju kamarnya, aku duduk dimeja makan. Lalu kupanggil Mba Habibah.

"Mba, Mbaa... Aku mau tanya.."

"Tanya apa Mas?"

"Mba yang ngasih tahu ke mama kalau aku ngerokok yah?"


"Gara - gara mba papa mama jadi tahu kan sekarang." Grutuku.

"Loh Mba pikir, papa Mama Mas Bastian sudah tahu kalau Mas ngerokok."


"Yah kalau gitu Mba Minta Maaf yah" ucapnya sambil sedikit membungkukan tubuhnya.

"Iya iya gak apa, lagian sekarang malah aku dah diiziin kok." Jelasku sambil menghabiskan sisa air dingin didalam gelas.

"Oh iya Mas, tadi waktu saya cuci baju, ada kaosnya Mas Bastian yang lengket - lengket, itu bekas ngelap air mani yah?" Tanya Mba Habibah dengan Lugunya.

"Mampus, aku lupa memisahkan kaos yang kupakai melap spermaku di dada Mba Icha tadi Pagi., Aduuhh" gumamku dalam Hati.

Akupun bingung hendak bilang apa kepada Mba Habibah. Akhirnya aku jujur saja.

"Aduhh Maaf yah Mba, iya itu memang bekas ngelap air mani. Tapi kali ini aku mohon jangan bilang ke papa mama yah, pleasee.. Yah yah" rajuku.

"Iya saya gak akan bilang ke Ibu sama Bapak kok Mas, lagian kan wajar anak seusia Mas bastian suka kaya gitu" sahutnya.

"Eehh heee, Tapi janji jangan di kasih tahu, awas loh mba sampe papa mama Tahu. " Kataku sedikit mengancam.

Setelah itu aku langsung menuju kamarku. Didalam kamar aku bergumam. Sial betul ini si mba Habibah, baru kenal sehari sudah berkali-kali bikin aku apes. Lalu aku menanggalkan pakaianku dan bergegas masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah segar, kupakai pakaian tidur dan kujatuhkan tubuhku diatas kasur dan bergegas kupejamkan mata. Badanku sudah sangat lelah Hari ini. Aku ingin tidur nyang nyenyak.

Mudah mudahan mimpiku nanti, aku mengulang kembali kejadian indah sore tadi diatas Kereta Gondola.....


Dengan ini liburanku dihari pertama ini berakhir.
Waau sempat diakhiri dengan sebuah insiden yang menegangkan,
tetapi aku nikmati insiden itu dengan sebuah permainan yang jauh lebih menegangkan
Aku tak sempat mengirim sms kepada Mba Icha karena mataku sudah tidak bersahabat.
Aku harap dia selamat sampai ke Bandung entah apa yang akan dia lakukan bersama teman temannya disana

Selamat Malam




Dengan ini liburanku dihari pertama ini berakhir.
Waau sempat diakhiri dengan sebuah insiden yang menegangkan,
tetapi aku nikmati insiden itu dengan sebuah permainan yang jauh lebih menegangkan
Aku tak sempat mengirim sms kepada Mba Icha karena mataku sudah tidak bersahabat.
Aku harap dia selamat sampai ke Bandung entah apa yang akan dia lakukan bersama teman temannya disana

Selamat Malam
 
Terakhir diubah:
Monggoh suhu sekalian Updatenya dibaca dan di komentari yah,
Mungkin ada sedikit kerancuan di Part ini. tapi belum ane koreksi, monggo dinikmati updatean apa adanya dari ane ini.
:ampun:

Dengan ini Chapter I selesai yah gan, mohon tunggu kelanjutan Chapter ke II
;jempol:
 
segitu lugunya s'Bastian,,
tak pahami suatu pancingan,,
sungguh asyik main di gantungan,,
serasa sepasang burung di awan,,
:ngupil:
terlanjur sudah ketahuan,,
habibah yang berpengalaman,,
dan, sebuah kejutan,,
kena bully tuch, Bastian..
:D
 
@macmaz
ente pake pertamax biasa sih kaya ane pake Pertamax plus ditambah Kompor Gas jadi bisa ngebut :papi:

@co grafity
Gondola oh Gondola mengapa engkau goyang :dansa:

@mtroyes
yah begitulah Sifat Bastian, walaupun sudah banyak wanita tidur denganya, tapi masih saja sulit memahami malsud dari wanita.

Wanita memang Misterius Gan
:papi:
 
kok ane ngerasa kalo si icha ini sedikit ada hati sama bastian ya! :sendirian: apa cuma perasaan ane aja? yah semoga penyakit lesbinya icha sembuh deh :D
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Edun makin keren om cerita nya
Gaya bahasanya mantep bener
Gara2 mbak ica nie,
Jadi pengen bastian dpt mbak icha,
Lanjutin om, kalo bisa ampe selesai kuliah
Trus tambahin dunk om, ilmu photograpi nya,
Biar ada tambahan ilmu gt,
Hehehehhehehe
 
aaaaaaaahhhh,,, kok udaahh abisss gan,, mana nih edisi sama habibahh :p
salam nubi agan2 tercinta :D
 
selalu ada kejadian yang tak terduga dr bastian dan mbak icha....
jadi iri sama bastian...
 

porn-director-behind-the-scenes-making-of-porn.jpg



Chapter VIII
Act 40

SUNDAY MORNING IN FEBRUARY
By : Marucil



Aku terbangun oleh lengkingan suara Brian Johnson pada lagu Back in Black yang kujadikan nada dering di handphone ku. Kucoba membuka mata, meraih hp yang kuletakan tak jauh dari telingaku dan melihat siapa yang membuat AC/DC mengadakan konser didalam mimpiku. Namun ketika aku tahu siapa yang sedari tadi menghubungiku sang pemanggil sudah memutuskan hubunganya.

“Mba Icha, apa dia telpoon pagi-pagi gini..”

Kulihat ada 30 panggilan serta 5 pesan dan mba Icha yang saat ini sedang ada di Bandung, menemui teman-teman lamanya. Rupanya sudah sejak semalam mbak Icha menghubungiku, hanya saja aku sadar karena sibuk merekam adegan liar mba Tania beserta suaminya. Kalau bukan hal penting, untuk apa mba Icha menghubungiku sebanyak ini. Gak biasanya dia meneleponku, bahkan kayaknya mba Icha gak pernah nelpon aku selama ini. Untuk apa juga dia nelpon, wong selama ini kita kan tinggal dirumah kos yang sama.

Aku berdiri dan berusaha melangkahi tubuh Bimo yang tergeletak diatas lantai beralas karpet. Tubuhnya terlihat kacau, setengah telanjang dengan celana dalam loreng yang semalam dipakaikan mba Tania kepadanya. Hihi. Si momo sudah mirip gigolo saja...

Pagi hari dibulan februari memang sangat menyenangkan. Meski sedikit dingin karena tadi subuh hujan, tetapi nggak menghilahkan fakta udara minggu pagi ini terasa begitu segar. Ya, kota ini memang sudah sangat terbebani polusi, sehingga warganya bisa sedikit bernafas tenang hanya satu hari setiap minggunya.

Kubuat secangkir kopi dan kubawa menuju balkon. Menyeruputnya selagi panas sembari memandang pemandangan kota dari ketinggian. Aku kembali mengambil hp dari dalam saku celana, mencari kontak mba Icha dan menghubunginya.

Cukup lama aku menunggu, hingga akhirnya mba Icha mengangkatnya

“Ada apaan Bas nelpon? Tumben?” Sapa mbak Icha dari sana.

“Laaah... pie toh. Kan mba Icha yang dari semalem hubungin aku... gimana sih...?”

“Terus siapa dong?”

“Hmmm... kayaknya Shean deh... dari semalem hp gue dipegang dia.. ini saja gue baru bangun barusan bikin kopi..”

“Hah...?” Asem ik, pertanda apakah ini. Aku dikerjain, atau entah lah..” mba Icha lagi ngapain disana..”

“Tadi kan aku sudah bilang lagi ngopi... gak denger yaah...”

“Oh iya.. denger sih, Cuma ingin memastikan” aku coba mengelak, karena sebenanrnya mataku masih sedikir sepet karena baru tidur jam 4 pagi. “ Kok ... dari gue jadi aku, terus gue ke aku lagi...”

“Masih saja sih dibahas masalah panggilan kita... “ Gerutu mba Icha dengan suara khasnya, “ Eh , by the way. Mama papa apa kabar?”

“baik alhamdulillah, mereka lagi kesurabaya. Lusa baru pulang..”

“Ohh .... terus kamu sendiri lagi apa?”

“Aku lagi di apartemen si Willy, ituloh teman sekolahku yang muka bule itu...”

“Mana aku tahu, memang kamu pernah ngenalin??”

“Oh iya.... ehhh ... mba ... mba icha lagi ngapain sih.... “

“di bilangin lagi ngopi. Pakai ditanya lagi... gue jewer niih....” Nampak kesal mba Icha menutup teleponenya.

Tak lama mba Icha mengirimku sebuah foto melalui WA yang menunjukkan bahwa dia memasang sedang ngopi. Hmmm kita ngopi di waktu yang sama. Hmmm pertanda menarik. Tapi, jangan terlalu berharap Bas, itu hanya kemungkinan kecil saja.

bbfa3b4ab3d0426097772e6496a3d0b4.png

“Bener kan gue lagi ngopi. “ Ujarnya saat kuangkat telepon darinya.

“Iya-iya percaya, habisnya dari tadi aku dengerin suara mendesah, aku pikir mba Icha lagi ngapa-ngapain” Telisiku sekedar ingin tahu.

“Ohh.... itu si Shean, sama cewe barunya yang baru dateng. Aku saja tadi kebangun gara-gara suara mereka.” Jelas mba Icha membuatku tenang. “ Hmmm kamu curiga ya aku disini lagi.... ‘ngapain’”

“HEEIII.... ngak lahhh ngapain juga aku cemburu.... itu kan urusan mba Icha. Lagian kita kan sudah sepakat masalah itu.. “

“Woooy.... kayaknya lo masih tidur deh Bas, kapan gue bilang cemburu? Gua kan bilang lo curiga? Kalau lo ada disini gue jitak lo..” Galaknya mulai muncul lagi. Hmmm seram.

“hehe... hehehe... mungkin karena aku lagi di balkon jadi gak begitu denger jelas mba Icha ngomong apa...”

“Udah aachh.... nelponya nanti lagi, lo masih teler ngelindur begitu.. sudah yaaa bye..”

EHHH...

Ditutup. Haam Jahat sekali, tapi apau mau dikata memang begitulah sikap mba Icha. Terkadang ia bisa bersikap sangat manis seperti seorang gadis, tetapi lebih sering bersikap seperti preman jalanan yang memiliki wajah cantik. Tapi karena itulah aku suka kepadanya. Ya meski rasa suka dan rasa cinta aku sama mba Icha gak disambut baik, karena mba Icha masih membutuhkan waktu untuk membuka hatinya lagi.

Aku sabar menanti. Kok, entah sampai kapan Bastian akan menanti Marissa membuka hati kepada lelaki, kepada Bastian. Mungkin. Insya Allah..

Aku bersandar diteralis besi, kembali menghirup kopi pahit yang mulai mendingin sembari menghisap asap Djarum yang wangi. Kupandangi lagi foto yang baru saja mba Icha kirim kusimpan dan kujadikan wallpaper handphoneku. Entah sejak kapan aku jadi sedikit melankolis seperti ini. Yang pasti sejak ketemu dengan tante Ocha, dan sejak mengenal mba Icha lebih jauh, tentunya.

Terkadang aku teringat dengan perkataan mas Anji saat aku pertama kali tinggal di Wisma Nirwana atau yang oleh anak-anak diberi julukan The Blue Heaven. Saat itu, kita kumpul untuk perkenalan penghuni baru. Kemudian mas Anji mendapatiku tengah memandang wajah mba Icha dari kejauhan. “Ojo ngarep koe Bas, gak bakalan kamu bisa deketin dia. Semua penghuni cowo disini gak ono sing berhasil nyedaki Icha.. Abuot Dab!!” Ujar mas Anji saat itu.

Saat itu mas Anji menganggap aku tidak akan pernah mendapatkan wanita sekelas mba Icha. Jelas saja, aku hanyalah si kuntet bertubuh pendek yang tidak bisa membanggakan apa-apa. Aku memang tidak pernah berharap lebih. Bagaimana mungkin mba Icha yang nyaris sempurna, tinggi semampai, cantik, anggun serta bijak, akan mau berdekatan dengan aku yang pendek, tampang hanya lumayan, slengean dan tukang main game serta kebetulan dianugerahi penis yang tidaklah besar. Hmmm.

Tetapi rasanya aku ingin membalikan perkataan banyak orang yang selalu mengatakan ‘tidak mungkin’. Dan menceritakan bagaimana aku dan mba Icha saling membalas desah didalam kamar tidur dirumahku sendiri. Desah yang sama sekali tidak kamu tahan waktu itu, karena kamar tidurku kebetulan dipasangi peredam suara karena kebiasanku bermain game.

Atau, bisa juga aku menceritakan kejadian beberapa hari yang lalu, saat aku dan mba Icha bercinta diatas kereta gantung yang bergoyang. Hihihi. Pengalaman itu akan aku ingat selamanya, dan mungkin akan aku ceritakan pada cucuku kelak disuatu hari. Cu, dulu waktu kakek seumuran kamu, kakek pernah laoh ngenthu diatas kereta Gondola, diatas teluk Jakarta. Wuiih indah banget Cu kalau diingat. Romantis tetapi sekaligus gila.



~~~ The Bastian’s Holiday ~~~



Semalam adalah malam yang paling gila yang pernah aku alami, tentu tidak segila saat saat pemilik goyang itik mengulek batang penisku sih. Tetapi tetaplah gila, dan layak dikenang. Aku dan ketiga sahabatku diajak oleh mba Tania dan suaminya untuk merekam adegan seks. Aku pikir kita hanya akan sekedar merekam biasa-biasa saja. Namun ketika mas Imam Santoso–suami mba Tania–menyodorkan beberapa script yang ia buat, baru aku menyadari mereka bukan sekedar ingin merekam sex tape. Tetapi mereka ingin membuat sebuah film porno.

Adegan awal yang aku bantu rekam berjudul Born To Be Slave. Adegan yang membuat ketiga sahabatku terbengong karena baru kali ini mereka melihat seorang wanita meminum air seni dari dalam gelas wine. Gila namun sekaligus menarik.

Sampa tadi malam aku tidak tahu bagaimana caranya orang Jepang dan Amerika dalam memuat adegan film porno. Aku kadang heran bagaimana caranya pemeran laki-laki bisa sanggup bertahan tanpa crot di film durasi 2 jam. Semalam aku menemukan jawabannya, ternyata simpel, kita hanya harus melakukan adegan yang sama ketika sang pemeran laki-laki duluan orgasme, begitu juga sebaliknya. Yang sulit hanyalah menjaga mood masing-masing pemeran agar raut wajah mereka konsisten disetiap scene-nya.

Kami melakukan beberapa adegan untuk 5 script yang dibuat mas Imam. Itu saja membutuhkan waktu 5 jam dan tidak semua adegan dapat terekam dengan baik. Terutama ketika Andre dan Willy hendak melakukan adegan treesome besama mba Tania. Belum baru saja penis Andre masuk kedalam kemaluan mba Tania, Andre sudah duluan jebol. Ya wajar mereka sudah menunggu cukup lama untuk mendapat giliran akting amatirnya.

Hari ini Mas Imam berencana mengulang beberapa adegan yang semalam tidak sempat diambil atau adegan yang rusak karena pemerannya tertawa terutama mba Bibie yang tidak bisa menahan tawa didepan kamera. Ada pula adegan yang gagal karena Bimo menyerobot masuk kedalam frame karena ia tidak tahan melihat mba Tania sedang di apit oleh dua sahabatnya itu. Bimo memang mendapat jatah peran, namun tidak sabaran dan keburu konak. Akhirnya ia menyerobot dan menyodok mulut mba Tania dengan kontolnya.

“Cut!!”... mas Imam menghentikan perekaman gambar, kemudian tertawa, lalu membiarkan istrinya di gangbang oleh Bimo, Andre dan Willy.

Bimo memang satu-satunya orang yang paling mesum di Gang Serigala. Ia sering kedapatan mengunjungi panti pijat serta karoke plus2. Kemarin saja ternyata dia mencumbu sang terapis legendaris, miss Bibie didalam rumahku. Ia tidak ngaku awalnya, sampai mba Bibie bercertia sendiri.

Ada kejadian lucu yang terjadi semalam, dan untung saja itu terekam disemua kamera yang kita gunakan. Saat itu Andre yang berkulit sedang menggenjot mba Tania seorang diri. Lalu tiba-tiba Bimo hendak menarik tubuh mab Tania dan menguasainya seorang diri.

Namun naas saat tubuh mbak Tania ditari dari atas tubuh Andre yang berbaring dilantai, lelaki keturunan papua itu mengalami orgasme, dan semuran spermanya yang cukup kencang itu hinggap di wajah Bimo, bahakan beberapa masuk kedalam mulutnya.

Bimo jelas ngamuk dan hampir memukul Andre. Namun mba Tania berhasil menenangkan Bimo dengan mencium sisa sperma Andre di wajahnya. Bahkan ia dicium sekaligus oleh Bibie. Sehingga Bimo merasa puasa bibir serta lidahnya jadi bahan rebutan dua wanita berdada montok.



~~~ The Bastian’s Holiday ~~~


Akhirnya yang ditunggu datang juga. Bimo akhirnya mendapat jatah perannya sendiri. Usai makan siang masakan mba Habibah yang sangat lezat. Aku dan mas Imam menyeting tempat untuk adegan yang dikhususkan untuk Bimo. Awalnya Bimo tidak mau melakukan adegan ini tetapi setelah dibujuk oleh mba Tania akhirnya dia mau juga.

Kedua tangan Bimo diikat dengan tali, dan ia diminta menggauli mba BIbie dengan posisi tangan terikat.

“gak masalah, gue ini berbakat coy, dengan tangan terikat begini gue bisa naklukan miss Bibie dan mba Tania sekaligus” Ujar Bimo dengan congkak.

And... ACTION

Sesuai arahan yung diberikan mas Imam kepadanya, Bimo akhirnya memulai actingnya. Bimo akan bearakting menjadi seorang slave bersama Bibie, dan mba Tania sebagai Misstress-nya Beberapa adegan pembuka lancar ia lakukan, hingga akhirnya Bimo sampai pada adegan di mana ia mengentot mba Bibie. Ia menggenjot memek mba Habibah dengan sebuah kondom berduri yang membungkus kontol montoknya. Tak lama Mba Tania masuk kedalam frame, dan berakting layaknya misstress yang galak.

Mba Tania memukup pelan pantat Bimo yang tengah menggnjot mba Bibie. Tentu saja Bimo pura-pura kesakitan karena pukulan dari penggaris kayu itu bahkan tidak berbunyi, tentunya tidak akan sesakit yang terlihat di layar monitor kamera.

Kemudian Adegan kembali berganti dimana kini mba Tania yang berkuasa. Bimo diminta terlentang diatas lantai. Kemudian ikatan ditangannya disambung dengan tali yang terikat ditiang penyangga.

Mba Tania dengan santainya menduduki tubuh Bimo dan mengulek kontol gemuknya dengan gemas dan tentu saja dengan raut wajah yang galak serta beringas. Lagi-lagi itu hanya sekedar peran. Bimo menikmati goyangan mba Tania dengan mata tertututp rapat. Yang bisa ia lakukan hanyalah mendesah kencang dan sesakli pura-pura kesakitan saat mba Tania mencubiti kedua putingnya.

ACHHHHHH

STTTTTTTT

Forgive me”

Bimo nampaknya sangat mendalami perannya, dan sama sekali tidak melakukan kesalahan. Bahkan kami hanya menonton adegan itu tanpa menyentuh kamera sedikit pun. Mungkin saja karena Bimo berdarah campuran Indonesia-Jepang sehingga ia memiliki naluri JAV tanpa ia sadari.

Aku Andre dan Willy kompak menahan tawa ketika mba Bibi datang dengan penampilan yang berbeda. Kami sudah tahu adegannya akan berlanjut seperti apa. Dan kami sengaja tidak memberitahukan Bimo, agar ia terkejut. Hihihi

Mba Bibie merangkak kearah kaki Bimo yang diikat hingga betis dan pahanya bertemu. Lalu ia menaruh dua buah bantal sehingga posisi pantat Bimo sedikit keatas. Bimo senang-senang saja, karena sast ini ia tengah mendalami perannya sebagai seorang budak. Sehingga ia mau saja melakukan apapun yang diminta.

AWWWWCCHHHHHHH

Desah panjang keluar dari dalam mulut Bimo saat lidah mba Bibie menyapu permukaan anus Bimo. Sampai detik ini ia tidak menaruh curiga, karena apa yang saat ini Bibie lakukan ia tahu sebagai Rim Job. Sesuatu yang sering ia tonton dan sangat ingin mendapatkannya. Tentu saja merasakan ada lidah yang menyapu lubang pantatnya itu, Bimo hanya diam menikmatinya sembari merasakan gempitan memek mba Tania yang masih terus menguleknya.

Mba Bibie menjilati lubang dubur Bimo sampai lubang itu sedikit merekah. Bahkan oleh mba Bibie lubang itu dibaluri pelumas yang cukup banyak. Namun yang terjadi selanjutnya tidak terbayang oleh Bimo, bahkan oleh aku sekalipun, pada awalnya.

Wanita berdada montok dan kelewat besar itu berlutut dibelakang tubuh mba Tania yang masih asyik menggenjot pada posisi cowgirl, berakting tengah memberi hormat pada sang nona. Lalu perlahan mba Bibie mulai mendekatkan sesuatu yang terpasang ditubuhnya. Sebuah garter belt strap on dengan dildo kecil menggantung manis diujungnya.

Sejurus kemudian ujung dildo itu dedekatkan pada lubang anus Bimo, yang masih mengira itu masih lidah mba Bibie. Tetapi saat Bimo merasakan benda kenyal itu memaksa masuk lubang pembuangannya itu, barulah Bimo berontak. Namun tubuh mba Tania cukup berat ditambah kaki dan tangannya yang terikat, membuat Bimo tak berdaya kecuali menerima ‘pemerkosaan’ yang dilakukan oleh dua wanita telanjang berstoking jaring itu.

“Achhhh.. mbaaahh kok guwe di tusbool sihhh achhh... yaahhh... ampun mbaaa... achhh

“Daahh nikmatin saja, katanya kamu mau lakuin adegan apa saja, profesional dong, Bim!!” Ujar mba Tania terkekeh.

Meski dari raut wajahnya menampakkan bahwa ia sebenarnya jijik, namun mba Bibie tetap melakukannya dan terus berusaha menusukan dildo strap on yang baru kali ini ia memakainya Mungkin itu balasan untuk Bimo karena sering semena-mena meminta ia memblowjob kontol Bimo, saat mba Bibie masih berprofesi sebagai terapist disebuah panti pijat.

“Cut!!”

Cukup puas akan adegan itu mas Imam menghentikan kameranya. Lebih tepatnya, mas Imam nampak tidak tega dengan Bimo yang terus merintih kesakitan karena tengah diperkosa oleh mba Bibie.

“Achhh Bibie, jahat banget sih kamuuu.... masa aku di tusbol sihhh..” Rengeh Bimo saat penutup mata serta ikatan ditubuhnya dibuka

“Biarin weeee ... Itung-itu itu pembalasn saya karena kamu sering nyodok mulut aku pakai kontol gemuk kamu itu...”

Tetapi nampaknya Bimo tidak serta merta marah, bahkan sepertinya ia justru menikmati lubang anusnya telah diperjakain. Tetapi cowok bermata sipit itu tetap saja kesal. Ketika ikatannya sudah terbuka ia segera menyerang mba Bibie, ia menyeret tubuh bahenol itu dan menunggingkannya diatas sofa panjang tanpa sandaran. Kemudian Bimo menusuk kontolnya dilubang anus Bibie dan gantian menganalnya dengan beringas.

Menganggap ini sebuh improvisasi, mas Imam kembali menyalakan kamera dan menekan tombol rekam dan membiarkan semua adegan terekam secara alami. Mba tania mulai berbaring dibawah tubuh Bibie yang nungging dan mengulum dildo yang menempel disabuk yang dikenakan mba Bibie itu. Sementara Bimo masih saja menggenjot pantat Mba Bibie hingga hentakkan pinggul mba Bibie memberikan efek Deaptroth dimulut mba Tania.

Sang suami tak tinggal diam. Sejak semalam ia membiarkan istrinya dipakai oleh orang lain. Hingga ia merasa saatnya dirinya beralih peran sebagai pemain. Mas Imam lekas menanggalkan seluruh pakaiannya lalu menggenjot memek istrinya yang begitu merekah karena telah dimasuki oleh beberapa kontol dalam beberapa jam ini.

ACHHHHHH

ACHHHH

Tautan desah dan rintihan menggema didalam unit apartemen 3 kamar ini. Sang pemilik hanya duduk menikmati karena sejak semalam ia dan Andre sudah menjadi pemeran utama. Ia tak yakin masih ada sisa sperma yang bisa ia keluarkan karena sejak semalam entah berapa kali mereka orgasme.

“Bas, lo gak ikutan” Tanya Willy sambil menyodorkan sebotol bir dingin..

“AChhh gak usah... kalian saja... aku cukup nonton dan ngerekam saja...” Jawabku sambil menerima botol dan menengguk bir dingin yang nikmat itu.

“AHhhh... si Bastian mah kontolnya kecil. Dia pasti malu kalau sampai direkam...HAHAHA.” si Kampret Bimo meledek dengan puasanya, padahal beberapa saat yang lalu dia hampir menangis karena pantatnya ditusbol

Beberapa saat kemudia, mba Tania dan juga Bibie duduk berlutut didapan Bimo dan mas Imam yang tengah mengocok kontol masing-masing.

“Ehhh yang lain ikutan ngocok dong, biar muka kita penuh pejuh semua, Batian juga ikutan dong.!!” Pinta mba Tania yang nampaknya ingin membuat sebuah adegan Bukkake.

Meski mengaku masih lemas, tetapi Andre dan Willy memutuskan untuk bangkit dari duduk santainya. Mereka berdua kembali membuka celananya dan mulai mengocok kontol masing- masing.

Akhirnya 4 laki-laki berdiri berdampingan mengocok kontol beragam bentuk, ukuran serta wanna, dihadapan dua wanita montok dengan payudara berbeda, yang satu montok yang satunya super montok.

Mas Imam memegangi kamera dan mengarahkan kewajah istrinya yang tengah mengulum dua kontol sekaligus, miliknya dan juga Andre. Entah kenapa sejak kemarin mba Tania sangat suka mengulum kontol milik Andre. Ya wajar, karena Andre memiliki ukuran penis paling besar dan panjang diruangan ini.

Tak lama kemudian kempat laki-laki itu mulai mengerang dan akhirnya satu-persatu mereka mengeluarkan lahar panasnya dan langsung tumpah pada dua wajah cantik nan menggoda. Dua wajah yang semula putih mulus itu, kini bertambah putih dengan bercakkan sperma kental.

Mba Tania dan mba Habibah mulai berpagutan saling menghisap sperma diwajah masing-masing. Sungguh menggoda melihat dua wanita itu saling berciuman dengan mulut penuh dengan air mani.

Usai mengeluarkan lahar, empat lelaki itu nampak kelelahan. Mereka membersihkan tubuh seadanya, berpakian dan membaringkan tubuh kesembarang tempat. Karena apartemen Willy ini sudah seperti kapal pecah, tak hanya properti yang berserakan, namun juga sperma, keringat bahakan air seni berceceran diatas lantai. Mas Imam berjanji akan membayar biaya pembersihannya, termasuk mengganti kaca meja yang pecah.



~~~ The Bastian’s Holiday ~~~



Mumpung keempat manusia itu mulai memejamkan mata. Aku menuju kamar mandi dimana mba Tania dan mba Bibie sedang membersihkan diri. Dari luar aku mendengar mereka bercengkerama, seolah mereka teman lama. Padahal baru semalam mba Tania aku kenalkan pada mba Bibie pembantu dirumahku.

“Heey, asyik bener ngobrolnya. “ Ujarku saat masuk ke kamar mandi dan melihhat dua wanita tengah bermaian air didalam bathup

”Sini-sini mas!!” Dengan genitnya mba Bibie mengajaku ikutan.

Kedua wanita itu saling menatap lalu kemudian bersamaan memandang kearahku.

“Jadi Bastian maunya yang private ya? Makanya dari semalem kamu gak mau ikutan gabung” Telisik mba Tania mengangkat alisnya dengan centil

“Hehehe... gak apa-apa kan?” Jawabku agak malu.

“Boleh” Jawab mba Tania “ Tapi...” lanjutnya sambil keluar dari dalam bathup yang berbusa

“Tapi..?” Aku balik bertanya...

“Si Habibah semalem cerita, katanya waktu dirumah kamu ngencingin muka dia waktu tidur.Betul?” Tanya mba Tania dengan muka garang.

“Heheh... iyaaa.. habis aku kesel waktu itu mba Bibie masukin obat perangsang diminuman aku, ya akhirnya semalaman kontol aku ngaceng gak karuan.. hehehe” Ujarku menjelaskan.

Mba tania berjalan kearah pintu dan menghincinya. Kemudain seluruh pakaianku ia tanggalkan hingga aku benar-benar telanjang bulat. Kontolku sudah terlihat sangat ngaceng, karena sejak semalam aku menahan diri untuk tidak ikutan dalam adegan film porno. Home industi aka DIY.

Aku dimintya berbaring dilantai kamar mandi yang basah. Lalu mba Bibie mulai berjongkok dan mengarahkan memeknya yang tidak berbulu itu kearah wajahku. Ia menggesek kemaluannya dengan kasar hingga aku sedikit susah nafas saat klitorisnya mengganjal dilubang hidungku. Lalu mba Bibie terlihat hendak mengejan.

“Ehhhh... bentar mba,,,,, mba Bibie mau ngencingin aku?”

“Iya... gak apa-apa kan tuan?” Ujar mba Bibie masih menganggapku sebagai anak dari majikannya

Aku memicingkan mata ketika bibir memek itu mulai merekah dan hendak menyemburkan air dari saluran kemih. Aku mencoba menutup mulutku namun air asin itu tetap saja merembas masuk kedalam tenggorokan. Terlanjur, akhirnya kubuka saja mulutku lebar-lebar dan membiarkan mba Bibie mengencingi wajah serta mulutku sepuas hatinya. Hitung-hitung sebagai permintaan maaf dariku karena waktu itu aku juga mengencingi mulutnya ketika ia tidur pulas.

ACHHHHHHH

Usai mengencingiku mba Bibie langsung menduduki batang penisku yang mengacung. Batang itu memang tidak lah besar bila dibanding ketiga sahabatku yang kini tertidur pulas menjelang sore. Tapi bila dibanding dengan tinggi badanku, rasanya itu sesuai. Tidaklah besar dan panjang tetapi juga tidak lah pendek. Paling tidak kontol ini sudah pernah berhasil mengulek dari pedangdut pemilik goyangan itik. Hehe

Membiarkan teman barunya itu menggoyang penisku, mba Tania memilih berjongkok diatas wajahku. Aku lantas mengulum dan menghisap bibir kemaluannya yang sedikit ditumbuhi bulu diatas klitorisnya.

Slruuuuppp

Aku cucrupi air lendir dari dalam sana dan tak lama mba Tania juga ikutan mengencingi wajahku.

Puas memainkan batang penisku, Mba Bibie akhirnya dan mengambil sabuk garter dan memakaikannya ketubuh mba Tania. Kemudian gantian mba Tania yang berbaring diatas lantai. Tanpa ia meminta aku segera menusukkan batang penisku kedalam memeknya yang merah merekah.

Meski sebelumnya sudah dihajar habis-habisan oleh Andre dan Willy, namun memek mba Tania masih mampu menjepit kontolku. Ahhhh wenak tenan cuk...

ACHHHHHH

Mba Tania merintih menerima sodokanku yang sedikit kencang. Karena ini bukan acting tentu aku tak ragu menghujam kemaluannya sekencang yang mampu aku lakukan.

Saat nafasnya mulai teratur, mba Bibie kembali masuk dalam permaian. Ia mengarahkan memeknya masuk kedalam dildo strap on itu lalu lekas menaik-turunkan tubuhnya, sembari menjejalkan toket brutalnya diwajahku.

Achhhhhhh

Achhhhhhh

Aku menggigiti kedua puting mba Bibie bergantian bahkan aku menghisap kuat kulit payudaranya hingga menimbulkan ruam merah yang menggemaskan.

“Nakal yah!! Habibah laporin ke bapak dan ibu loh, biar mas Bastian dihukum... hihihi “ Godanya saat payudaranya aku gigit.

“Lapor ajah kalau berani. Nanti malah mba Habibah yang dipecat loh. Hihihi.” Ancamku, tentu saja itu hanya bercanda.

Puas mengulum puting susunya, aku meminta mba bibi menghadap mba Tania yang masih terus ku genjot walaupun agak sulit karena ada badan montok mba Bibie didepanku. Dua wanita itu dengan sendirinya saling mencumbu, saling mencium dan saling meremas payudara masing-masing.

Begitupula dengan aku, yang secara bergantian menggenjot memek mba Tania, lalu aku lepas dan kulesakkan kelubang anus mba Bibie. Terus aku lakukan itu, bahkan aku sempatkan menusuk memek mba Bibie, hingga lubangnya tertusuk oleh dua batang, batang alami dan batang sintetis

ACHHHHH

PLOOOP PLOOOOP PLOOOOP..

Suara nyaring terdengar saat pantat semok mba Bibie bertemu dengan pinggulku kala, aku menghujam lubang memek dan anusnya secara bergantian. Kemudian keduanya memberikan tambahan irama dengan sebuah desah panjang ketika mereka mendapat orgasme hampir bersamaan

ACHHHHHHHH

SEEERRRR....

Kedua tubuh itu makin tergolek mengejang, merasakan setiap otot menegang. Tak lama akupun merasakan hendak menumpahkan lahar. Namun aku berusaha menahannya sejenak. Aku lekas meraih dildo duduk yang tergeletak diatas wastafel, lalu meletakannya diatas lantai. Kemudian aku melepas strap on di pinggul mbak Tania.

Aku meminta keduanya menduduki dildo itu dan berjongkok berhadapan. Kudekatkan wajah mereka hingga kedua bibir mereka saling bertemu. Lalu aku selipkan batang kemaluanku diatara dua bibir sensual itu. Sandwich Blowjob, begitu pegiat pornography menyebutnya.

Kugoyangkan pinggulku maju-mundur hingga kurasakan penisku tak mampu menahan dorongan dari dalam. Aku semakin merapatkan wajah mereka berdua yang sama-sama kompak bergoyang mengulek dildo diatas lantai.

CROOOT CROOOOT CROOOOOT CROOOOOT...

ACHHHHHH

Akhirnya, aku mendapatkan giliran menyemburkan cairan kenikmatanku. Kuarahkan semburan ke wajah dan mulut mereka berdua. Kemudian saat otot penisku berhenti berkontraksi. Mereka saling berciuman. Saling berebut maniku.

Saat mereka tengah aslih melilitkan lidah penuh sperma. Aku iseng mengejan dan kuarahkan pipisku kewajah mereka berdua..

Hehehehe

“MAS BASTIAAANN!!!!”

Mereka menjerit lantaran kesal, namun akhirnya mereka tertawa.




End of Chapter VIII
ACT 40
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd