Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

The Bastian's Holiday [DISCONTINUE]

Sifat seperti apa yang agan suka dari Bastian untuk kedepannya ?

  • Tetap Polos dan Lugu

    Votes: 99 31,7%
  • Penyayang dan Semakin Romantis

    Votes: 110 35,3%
  • Agresif dan Lebih Liar

    Votes: 47 15,1%
  • Hyper Terhadap Semua Wanita

    Votes: 64 20,5%
  • Misterius

    Votes: 47 15,1%

  • Total voters
    312
  • Poll closed .
Bimabet
Yah begitulah gan, kadang sebagai penulis saat ide sudah menumpuk pasti bawaanya pengen langsung ditulis. Awal nulis cerita ini juga seperti itu, niatnya cuma jadi side story dari cerita utama "The Blue Heaven" dan gak bakal sama panjang dari cerita utamanya.

Ternyata imajinasi berkata lain. Saat menemukan ide baru aku langsung masukin, ada sedikit menarik masukin, jadi cerita ini semakin panjang dan cerita yang sebelumnya terbengkalai.

Plus dipertemukan RL yang gak akan mungkin bisa aku korbankan jadi yaaa dengan sangat berat hati jadi meninggalkan cerita2 ku.
 
gan MARUCIL....ane sabar menunggu ampe TAMAT.....LANJUT.........DAHSYAT nie cerita bikin mumet.......n penasaran....hixi
 
Chapter VII
THE MISERY MAID
(Spesial Story)

Act 37
SEDUCTION
By : Marucil




Kita adalah pasangan serasi, meski tanpa kehadiran buah hati. Kita adalah pasangan serasi, meski sering berkelahi. Kita adalah pasangan serasi, meski aku sering memuji dan kamu lebih sering memaki. Kita adalah pasangan serasi, meski kita jarang sekali berkomunikasi.
Kita adalah pasangan harmonis, meki kita tidak pernah romantis. Kita adalah pasangan harmonis, meski kita hanya berhubungan setiap hari kamis, itupun jika kamu tidak pulang dengan keadaan sangat lelah.
Mereka anggap aku bodoh karena memiliki istri seperti kamu. Mereka anggap aku lemah karena aku tidak pernah membantah. Mereka anggap aku suami tidak berguna.
Sudah terlalu sering aku mendengar anggapan dari mereka. Namun , ada satu anggapan yang melekat padaku sejak pertama kali aku menikahimu; tidak lebih tepatnya kamu menikahi aku; yaitu anggapan bahwa aku adalah lelaki yang sangat beruntung di Dunia.
Saat menikahiku, kamu tengah menduduki jabatan sebagai manager. Saat menikahimu, aku tengah merasakan sebagai work seeker. Sebuah ironi yang mengukuhkan anggapan mereka selama ini, bahwa aku adalah suami yang beruntung mendapatkan istri yang cantik dan kaya.
Tetapi dari semua anggapan, dari semua cibiran, dari semua caci maki, pernikahan kita tetap berlalu hingga saat ini. Mungkin hanya keajaiban serta kuasa tuhan yang membuat itu semua terjadi.
Mungkin jawabannya hanya dua, yaitu cinta dan ikhlas.
~~~The Bastian's Holiday~~~
Sejak pindah kesini aku tidak bisa lagi melihatmu pulang tengah malam dengan wajah lesu, karena kenyataanya kamu lebih sering tidak pulang karena urusan kantor yang belum selesai. Sejak pindah kesini aku tidak bisa lagi melihatmu tersenyum, karena kenyataanya senyummu hanya untuk klien. Sejak pindah ke sini aku lebih sering melakukan pekerjaan rumah, karena kenyataanya tidak ada lagi orang yang mau kamu pekerjakan sebagai pembantu.
Dulu hampir sebulan sekali kamu memecat pembantu, karena menurutmu mereka sama sekali tidak membantu. Rasa masakan sedikit berbeda, maka keesokan harinya kamu memecat mereka. Syal pemberian klien luntur, maka keesokan harinya kamu memecat mereka. Bau kamar mandi tidak seperti biasanya, maka keesokan harinya kamu memecat mereka.
Banyak sekali alasan yang kamu gunakan untuk menghilangkan pekerjaan seseorang. Bahkan aku mendengar selepas kamu pecat, mereka tak kunjung lagi mendapat pekerjaan, semua karena ucapanmu yang telah mencoreng kredibilitas mereka.


Terkadang aku kasihan pada mereka, namun aku bisa membantu apa? membantahpun aku tak mampu.

Tiga bulan sudah kita pindah kesini. Sebuah hunian vertikal yang tidak bisa digambarkan dengan sekedar kata mewah. Semua ini kamu dapatkan setelah memenangkan proyek besar dengan perusahaan besar asal China. Tadinya aku tidak setuju untuk pindah dari rumah lama. Bukan karena rumah itu aku yang membeli, karena nyatanya dari keringat kamulah rumah itu ada. Bukan juga karena kenangan indah antara kita di rumah itu, karena nyatanya tidak pernah ada kenangan diantara kita. Tetapi karena aku takut aku tidak akan lagi merasakan keramahan bertetangga, dan benar saja sejak pindah ke sini aku tidak mengenal sedikitpun tetangga kita. Karena tetangga kita sama halnya denganmu yang haus harta dan kuasa.
Tapi aku tidak mampu membantah dan lebih sering aku menyetujui kamu, karena sekuat apapun aku menolak kamu akan berkata,
"Ayolah, kamu sayang aku kan?"
Sebuah kalimat Tanya dari kamu yang selalu bisa aku jawab. Namun kalimat tanya itu tidak pernah kamu jawab ketika aku yang bertanya.
____________
~~~The Bastian's Holiday~~~
Suatu malam kamu pulang lebih awal, akupun terkejut karena aku belum selesai menyiapkan makan malam untuk kamu. Tapi kamu tidak pulang seorang diri, kamu membawa serta seseorang wanita. Aku pikir dia adalah temanmu, ternyata dugaanku salah.
"Yank, mulai besok Bibie akan kerja di sini." Kata kamu setelah memperkenalkan wanita itu padaku.
" Kerja di sini maksud kamu?" Tanyaku memastikan
"Ya, Bibie akan menggantikan pembantu kita yang lama," Jawabmu sembari berlalu,
"Oh ya yank, nanti kamu tunjukin kamar buat Bibie yah! Aku mau mandi."
"Tapi aku belum siapin air panas."
"Sudah, biar aku saja yang siapin sendiri." Lanjutnya.

Aku merasakan keanehan malam itu. Pertama, aku merasa aneh dengan pembantu baru yang di bawa kamu malam itu, Bibie namanya. Penampilannya jauh seperti pembantu kamu yang sebelumnya. Aku sempat tidak percaya wanita secantik dan seseksi ini mau bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Kedua, rekasi kamu malam itu. Biasanya kamu akan marah ketika aku lupa menyiapkan air panas untuk kamu mandi. Tapi malam itu tidak, kamu sama sekali tidak marah. Bahkan aku sempat melihat senyummu walau hanya beberapa detik yang membuat aku bahagia untuk beberapa menit.
Malam itu aku berfikir, apakah kehadiran Bibie akan membawa perubahan pada pernikahan kita. Entahlah aku tidak pernah mau berfikir terlalu jauh.

Sebulan sejak Bibie bekerja di sini, aku tidak lagi mendengar kamu berteriak dan protes itu ini. Kamu bahkan memuji karena masakanya seenak restoran favoritmu. Kamu puas karena baju mahalmu tercuci bersih tanpa pernah luntur sekalipun. Kamu sering bersenandung didalam kamar mandi, bahkan sesekali aku juga mendengar desahanmu dari dalam sana. Desahan yang seharusnya aku dengar disaat kita tengah bercinta.
Aku memang tidak pernah mendapatkan kepuasan bercinta dengan kamu. Bercinta dengan kamu kurasakan seperti bercinta dengan patung. Kamu tidak pernah bereaksi, bahkan desahmu saja tak pernah aku ketahui. Aku tidak pernah tahu apakah kamu orgasme, karena kamu seperti pura – pura mati. Bahkan kamu pernah tertidur saat aku tengah memompamu, membiarkan aku ereksi tanpa ejakulasi yang ujung – ujungnya harus onani.
Aku menjadi sering Onani ketimbang memberikan kamu penetrasi. Bahkan aku harus sembunyi – sembuyi ketika hendak melepas birahi. Aku tak mau nantinya kamu marah karena kamar mandi kamu bau air mani.

~~~The Bastian's Holiday~~~
Suasana malam itu sungguh mendukung. Kamu belum pulang kantor dan Bibie sedang minta ijin untuk urusan pribadi. Itu waktu yang tepat untuk aku melepas birahi. Aku duduk diatas closet seperti biasanya. Entah kenapa aku begitu nyaman duduk diatas keramik ini, sembari tangan kanan mengocok peli dan tangan kiri memegang gambar meki. Aku mendesah keenakan hingga lupa diri. Disaat aku hendak mencapai puncak kenikmatan tiba – tiba pintu kamar mandi terbuka karena aku lupa mengunci.
"Acchhhh..."
Kudengar suara jetitan dan rupanya itu Bibie.
"Aahhh.. maaf Tuan saya tidak tahu tuan ada di dalam" Kata Bibie terkejut dan segera menutup pintu.
Kejadian itu membuat aku malu dan tidak enak hati kepada Bibie. Karena bagaimanapun juga, yang seharusnya menjadi rahasia kini sudah diketahui. Jelas saja saat itu Bibie pasti meihat ketika air maniku muncrat dari penisku. Aku memang tidak sempat melihat reaksinya. Tetapi wanita manapun pasti akan merasa canggung melihat kemaluan lelaki lain yang bukan siapa – siapanya.
Aku tidak tahu harus melakuka apa pada situasi ini. Bagaimanapun juga aku harus memperbaiki suasana ketimbang akhirnya menjadi bencana kalau saja Bibie keceplosan menceritakan kejadian itu kepada kamu. Tapi aku rasa itu tidak mungkin terjadi, karena pasti Bibie akan berfikir seribu kali untuk menceritakan apa yang ia lihat dari suami majikannya. Sampai suatu malam ketika kamu baru saja pergi menghadiri pesta perayaan perusahaanmu. Bibie menghampiriku yang tengah sibuk melanjutkan tulisan yang tak kunjung selesai.
"Tuan, boleh saya bicara" Kudengar suaranya lembut memanggilku.
Aku memutar kursiku. "Oh kamu, mau bicara apa memangnya?" jawabku sambil berdiri menghadapnya.
"Tapi tuan jangan marah yah kalau aku Tanya tentang hal ini."
Kalimat Bibie membuatku sedikit terkejut. Apakah ia hendak menanyakan kejadian malam itu. Ternyata bukan hanya tentang kejadian malam itu. Bibie bahkan bertanya lebih jauh dari sekedar kejadian malam itu. Tadinya aku terkejut dan seharusnya aku marah ketika dia dengan lancangnya menanyakan hubunganku dengan kamu. Tapi entah kenapa, dengan lugas dan tanpa malu sedikitpun aku menceritakan bait demi bait cerita aku dengan kamu selama ini. Karena memang selama ini tidak ada seorangpun yang pernah mendengar cerita ini kecuali diriku sendiri.

"Pantas aja, selama Bibie disini gak pernah sekalipun mendengar desahan tuan dan nyonya dari dalam kamar" Tanggapannya setelah mendengar sekian panjang ceritaku.
"Ya gitulah Bie hubungan aku dan istriku,tapi mau bagimanapun juga dia tetep istri yang aku cinta dan aku yakin didalam hatinya pasti masih ada cinta untukku." Jawabku.
"kasihan yah tuan, sampe coli dikamar mandi," sahutnya menyeringai, " ops, maaf tuan mulut saya lancang."
"ha ha ha"
"Gak apa – apa, lagian aku malah terima kasih loh sama kamu sudah mau dengerin cerita aku."Kataku sambil duduk dikursi meja makan.
"Selama ini gak perah ada yang tahu tentang kehidupan aku sama istriku, sekali lagi makasih yah Bie, aku jadi sedikit lega." Tambahku.
"Oh iya tuan, boleh gak kalau Bibie membantu tuan" Tanya Bibie sambil menghidangkan teh panas untukku.
"Bantu, maksud kamu?"
"Kalau diijinin Bibie mau membantu memperbaiki hubungan tuan dan nyonya,"jawabnya," itu pun kalau tuan ngijinin." Imbuhnya.
"Kamu ini lucu, aku saja tidak bisa membantu diriku sendiri, bagaimana bisa kamu membantu aku coba?" Tanyaku memastikan.
"Saya memang tidak yakin kalau ini akan berhasil, tapi saya punya rencana dan semoga saja ini akan membantu memperbaiki hubungan tuan dan nyonya." Jelasnya
Aku benar – benar tidak mengerti apa yang barusan Bibie utarakan. Membantu, dalam apa?. Bahkan bertahun – tahun aku tidak bisa membantu diriku sendiri menghadapi permasalahan rumah tangga ini. Tetapi baru saja Bibie dengan yakin mengatakan bisa membantu memperbaiki hubunganku dengan kamu. Entah aku harus mengijinkan atau tidak, tetapi dari setiap kalimat yang ia utarakan terdengar sangat meyakinkan. Apakah dia benar – benar bisa membantu.
"Oke, lalu bagaimana cara kamu membantuku." Tanyaku kembali memastikan.
"Rencana selengkapnya Bibie kasih tahu nanti aja yah," jawabnya sedikit centil "terus langkah pertama yang bisa Bibie lakukan..."
Bibie terdiam sejenak dan menghampiriku." Adalah membantu tuan melepaskan itu."
"Melepaskan itu, maksudnya" Jawabku menatapnya
Bibie hanya berdiri memandangku lalu membuat senyum dibibir merahnya. Senyum yang cukup indah dan menawan, karena selama ini aku jarang melihat secara langsung senyum dari seorang wanita, sekalipun itu kamu. Aku mengikuti arah matanya hingga kudapati ia sudah bersimpuh dihadapanku. Memegangi lututku dengan kedua tanganya, menggerayang lembut hingga membuka kancing dan reseting celana panjangku. Aku dibuatnya tak sadar karena Bibie terus mengarahkan pandanganya kearahku. Pandangan yang membuatku berada di puncak keraguan.
"Ijinkan Bibie membantu tuan melepaskan birahi tuan selama ini." Sahutnya seraya membuka celana dalamku.
Itulah kalimat terakhir malam itu sebelum Bibie disibukan membelai kemaluanku dengan tangannya. Tangan yang menggenggam erat batangku dan meremas lembut buahku. Ia membuat batangku mengeras dan tegang lalu mengocoknya hingga jantungku berdegup kencang memompa cepat darah ke seluruh nadi tubuhku. Matanya tajam menatapku, membuatku tertusuk dan terbisu. Jarang sekali aku diperlakukan seperti ini oleh kamu. Terakhir kali aku mengingat kamu melakukan ini pada tahun ketiga pernikahan kita, dan setelahnya kamu terasa dingin seperti manekin.
"Sssstttt.."

"Eeengggrr"
Aku mendesis ketika bibir merah mungil itu mengecup ujung batangku, lalu mengerang ketika lidah basah itu menggelitik lubang kencingku. Tangan itu tak hentinya mengocok batangku sementara bibir itu mengecup dan lidah itu menggelitik. Kombinasi sempurna yang tak pernah sekalipun kamu lakukan kepadaku selama 8 tahun pernikahan kita. Kamu mengaku jijik ketika pertama dan terakhir kali kamu melakukan hal ini kepadaku. Entah kapan itu, aku lupa kamu pernah melakukannya.
Kini Bibie sudah tak lagi memandangku, dengan cepat ia pejamkan mata sesaat mulutnya perlahan memasukan batangku kedalamnya. Lembut, hangat dan geli kembali itu kombinasi yang tidak akan pernah aku rasakan dari kamu. Tapi kini Bibie melakukan itu dengan penuh kasih, meski seharusnya bukan dia yang mengasihiku.
"Fluuuffttt"
"Fluuuffttt"
Riuh bebunyian dari mulut Bibie yang kurasa sangat basah menciptakan suasana yang membakar birahiku. Aku lupa siapa diriku, siapa dirinya dan sejenak aku melupakan kamu. Yang aku ingat lidahnya terus menyapu dan menggelitik batang penisku yang semakin mengurat. Bibirnya terus memilin dan menghisap kuat batangku hingga tubuhku bergetar. Bergetar merasakan nikmat demi nikmat yang tak hentinya Bibie berikan padaku.
Sebagai refleks atas nikmat yang kurasa, kuremas lembut rambut Bibie dengan kedua tanganku. Seoalah aku tak ingin pemilik bibir itu menyudahi permainannya pada batangku.

"Ochhhhhhhh"
"occhhhhhh"

Desahku kembali tak tertahan, setiap kali Bibie menghisap dalam batangku hingga kurasa puncak hendak kudapat. Tubuhku mengejang, bergetar hingga kurasa ujung kemaluanku berkedut. Namun Bibie belum menyadari karena ia semakin liar bak kesetanan. Tak sempat aku memberitahu, maniku sudah menyembur di pangkal tenggorokannya.

CROOOT
CROOOT
CROOOT

Tiga kali aku menyemburkan manisku, hingga akhirnya Bibie tersadar dan melepas kulumannya dari penisku. Sisa semburanku menyusul mengenai wajah cantiknya, membuatnya terlihat lengket dan basah. Bibie menatapku dengan wajah penuh maniku. Aku tersenyum puas, baru kali ini aku melakukan itu pada wanita selain kamu, bahkan akupun tak pernah melakukan itu pada kamu.
Bibie menyapih seluruh maniku diwajahnya, lalu mengumpulkanya menjadi satu ditelapaknya untuk kemudian ia hisap hingga tak bersisa. "Slurrrrrrppp.."
Ia berdiri, kembali ia memandang dangan tatapan tadi. Akupun ikut berdiri sembari merapihkan celanaku.

"Makasih ya Bie."
Hanya kalimat itu yang terlintas dan terucap.
Bibie kembali memberikan senyumannya,"Sama – sama, dan Bibie janji bakal bantu tuan sampai keinginan tuan selama ini tercapai."

~~~The Bastian's Holiday~~~

Kehadiran Bibie telah membawa warna baru pada kehidupaku, membawa pengalaman baru dan merasakan lagi nikmat itu. Nikmat yang harusnya aku rasakan bersama kamu. Setelah malam itu Bibie terus membantu melepaskan aku dari belenggu. Belenggu yang selama ini menjerat dan menyiksaku setiap saat. Seharusnya hanya kamu yang bisa melepas jerat itu bukan Bibie, seorang wanita yang kamu bawa untuk kamu jadikan pembantu kamu.
Kami semakin sering melakukan hal seperti malam itu, sampai menuju tahap selanjutnya. Selama dua bulan ini, disaat waktu sangat mendukung, disaat kamu sibuk di kantor dan disaat kamu tengah terlelap aku menikmati tubuh indah Bibie. Bahkan suatu hari ketika ia tengah mendapat halangan, aku diberikannya sebuah jalan lain, jalan anal yang selama ini hanya sebuah angan.
Desah demi desah kami lontarkan, hisap demi hisap kami berikan, raba demi raba kami lakukan dan cairan demi cairan telah kami minum. Entah apa yang mendasari kami melakukan itu, yang jelas Bibie selalu memulai dengan kalimat
"Saya janji akan membantu tuan."
Tapi ia tak pernah sekalipun memberitahukanku apa rencana yang ia siapkan.


Kamu akan berangkat ke Bali selama seminggu penuh untuk liburan sekaligus menyelesaikan bisnis disana. Maka dari itu kamu membawa serta Bibie untuk dimintai tolong itu ini. Ini akan menjadi minggu tersepiku, bukan karena akan ditinggal kamu selama seminggu, tetapi kamu membawa serta Bibie si pemberi madu.
Sampai saat ini hubunganku dengan Bibie belum kamu ketahu. Aku rasa kamu tidak akan tahu. Jangankan curiga, bertanya itu ini saja kamu tak pernah. Karena selama ini kamu terlalu lelah bekerja hingga enggan setidaknya bertanya "apa kabar" kepadaku. Bahkan ketika kamu hendak liburanpun kamu masih disibukan dengan urusan kantor, sehingga kamu memerintah Bibie untuk menyiapkan bawaan kamu selama seminggu di Bali.
Bibie memang ulet dan cekatan, setiap pekerjaan yang dia lakukan tak pernah salah dimatamu. Berbeda dengan pembantumu yang terdahulu, yang selalu kamu marahi ketika melakukan kesalahan sedikit saja. Cukup lewat telepon kamu bilang apa yang kamu hendak bawa selama di Bali. Bibie segera menyiapkannya tanpa bertanya berulangkali. Tanpa melewati senja pekerjaan itu sudah dia selesaikan.

Aku menghampiri Bibie yang tengah merapihkan koper milikmu."Cepet sekali sudah selesai." Tanyaku.
"Iya dong siapa dulu yang ngelakuin, Bibie." Jawabnya lantang.

"Yah kamu memang tidak pernah melakukan kesalahan dalam bekerja, pantas saja nyonya sangat menyukaimu." Sahutku.

Aku duduk diatas kasurku, memperhatikannya yang bersimpuh dilantai merapihkan koper bawaamu. Dia mengenakan baju terusan warna biru munda yang cukup kontras dengan kamar tidur kita yng bernuansa hitam putih, warna kesukaan kamu.
"Kok tuan gak ikut aja sih"Tanya Bibie seraya berdiri dan menghampiriku
"Gak perlu, aku gak mau ganggu kesenangan istriku. Lagian selain liburan ia ada urusan kerja, itu akan membosankan bagiku, karena kehadiranku tidak akan ada arti untuknya."

Bibie hanya tersenyum, dia mengerti betul apa yang aku katakan, karena dia sudah cukup tahu banyak mengenai aku dan kamu.
"Memangnya gak kangen ditinggal nyonya" Sahut Bibie memancing.
"Kangen sama dia," aku berdiri. "Aku akan lebih kangen dengan ini." Tanganku meraba dan meremas nakal payudaranya.


"Hmmm."
" Tapi Bibie mandi dulu yah tuan, badan Bibie bau keringet soalnya." Pintanya
Aku mengangguk tanda setuju. "Ya. Aku tunggu."

Saat melangkah keluar dari kamarku, Bibie masih sempatnya melirik kearahku, mengkerlingkan mata dan mengecup bibir manisnya. Bibirnya memang sangat indah, meskipun selama ini belum pernah sekalipun aku mengcupnya. Bagiku berciuman bibir adalah sakral dan hanya dilakukan oleh pasangan yang mencinta, sedangkan hubunganku dan Bibie jelas tidak didasari atas cinta dan kasih.

Cukup lama aku memandang foto kamu, dan sempat aku merasa bersalah atas apa yang aku lakukan dibelakang kamu. Tapi aku mohon maaf, apa yang aku lakukan selama ini bersama pembantumu, bukan lantaran aku sudah tidak lagi mencintaimu. Rasa ini tetap sama seperti saat aku pertama kali bertemu dengan kamu. Aku yakin kamu juga mencintaiku, dan aku yakin suatu saat nanti kita akan seutuhnya menjadi sepasang suami istri.

"Ternyata tuan masih disini, dari tadi Bibie nunggu loh di kamar."suara Bibie menyadarkanku dari lamunan.
"Ohhh.. maaf aku sampai lupa." Sahutku memandang sang pemilik suara.
"Bagus gak baju yg Bibie pake, ini dari tuan kan."
Bibie mengenakan pakaian yang aku beri seminggu yang lalu dan dia Nampak senang dengan memamerkannya didepanku. Aku pun senang dia menyukainya, memang bukan pakaian mewah seperti yang kamu berikan kepadanya. Melainkan hanya sebuah daster motif batik biasa yang jauh dari kata mewah. Tapi aku suka, terlebih kini pemakainya terlihat seksi dengan pakaian itu,
"Iya bagus"
Tanpa banyak berkata aku menarik lenganya dan kujatuhkan tubuh sintal itu diatas tempat tidur, lalu kuposisikan tubunya disisi kiri tempat dimana kamu biasa terlelap diatasnya.
"Kok disini tuan, nanti kalau nyonya tahu gimana, kan bisa saja...."
Tanpa memberinya kesempatan melanjutkan kata, kusambar bibirnya dengan bibirku. Bibie hanya terdiam menerima tindakan spontanku.
 
Terakhir diubah:
In kok mkin tenggelam treadnya om ucilnya y??? Biar ngk mkin tenggelam ane sundul dlulah mumpung mlm minggu siapa tau om ucilnya nongol hehehe
 
Kyaa... Jangan disundul dulu donk, beneran ceritanya lanjutanya belum selesai ane tulis. Bener2 lagi sibuk banget ane... Hee..

Selamat Malam minggu semua.. Mending baca cerita akhir My Heroine
 
Emng mlm in om cil updatenya my heroine???

Klo gtu tak cek dlu ah treadnya om arci
 
Kyaa... Jangan disundul dulu donk, beneran ceritanya lanjutanya belum selesai ane tulis. Bener2 lagi sibuk banget ane... Hee..

Selamat Malam minggu semua.. Mending baca cerita akhir My Heroine

Setia menunggu cerita bro Marucil.
Semangat bro.
 
Yah begitulah gan, kadang sebagai penulis saat ide sudah menumpuk pasti bawaanya pengen langsung ditulis. Awal nulis cerita ini juga seperti itu, niatnya cuma jadi side story dari cerita utama "The Blue Heaven" dan gak bakal sama panjang dari cerita utamanya.

Ternyata imajinasi berkata lain. Saat menemukan ide baru aku langsung masukin, ada sedikit menarik masukin, jadi cerita ini semakin panjang dan cerita yang sebelumnya terbengkalai.

Plus dipertemukan RL yang gak akan mungkin bisa aku korbankan jadi yaaa dengan sangat berat hati jadi meninggalkan cerita2 ku.
udah lama ga mampir gimana kabarnya bang ucil ....semoga makin lancar nih urusanya dan di kasih banyak rizki dan jangan lupa updet TBH ya dah lama nih kangen ama tante ocha
 
waizzhh.. mau baca malah deleted by Author
:bingung:
 
Coba cek aja update terakhir
 
Belum Chie, ane lagi bener2 gak bisa ninggalin gawean. + mumet setiap pulang. nanti kalau bener2 longgar aku update kok :semangat:

Itu yg terakhir emang aku apus, niatnya sih mau langsung tak sambung sama lanjutanya. Ehh malah lanjutannya gak kunjung ke buat. :sedih:
 
Bimabet
Prasaan dari kmaren ngehapus mulu ganMaru, apanya yg d hapus nih? Pdhal kyaknya gk ada apdetan dah..:p

:pandajahat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd