Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

The Bastian's Holiday [DISCONTINUE]

Sifat seperti apa yang agan suka dari Bastian untuk kedepannya ?

  • Tetap Polos dan Lugu

    Votes: 99 31,7%
  • Penyayang dan Semakin Romantis

    Votes: 110 35,3%
  • Agresif dan Lebih Liar

    Votes: 47 15,1%
  • Hyper Terhadap Semua Wanita

    Votes: 64 20,5%
  • Misterius

    Votes: 47 15,1%

  • Total voters
    312
  • Poll closed .
kalo mampir kesini jadi sedih deh........
 
menanti detik detik menunggu saat nya .....

.... di gembok bank momod ..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Cil.. Ini kapan mau di update :galak:

Lcpi 2016 juga kapan mau rilisnyaahh :galak: :galak:

:o
 
Bastian_Cover_42.jpg


Chapter VII
THE MISERY MAID

(Spesial Story)
Act 39
CRAZY LITTLE THINK
By : Marucil


STARRING

Tania Resti Santoso
As, The Maid

Habibah / Bibie
As, The Friend

William Olsen
As, The White Guy

Christian Andreanus Diaz
As, The Black Guy

================






Entah kenapa aku masih disini, disebuah penthouse miliki seseorang yang jelas belum aku kenali. Tetapi aku merasa nyaman dan ingin terus berada disini. Bukan karena pemiliknya adalah lelaki tampan yang menjadi buah bibir seluruh asisten rumah tangga di gedung apartemen ini. Bukan juga karena ajakan nakal Bibie yang membuatku begitu penasaran . Tapi karena aku butuh, aku sangat membutuhkan itu. Aku butuh rayuan, aku butuh dimanja, aku butuh disentuh, seperti sentuhan yang tadi dilakukan Si Putih terhadapku.


Tetapi kenapa keberuntungan tidak berpihak kepadaku ?. Disaat aku mulai termakan bujuk rayu, Si Hitam datang begitu saja membuat aku sangat malu.


Aku tahu, aku tidak boleh banyak bercengkrama, bersahabat bahkan berkunjung. Seperti saat ini, sesungguhnya aku tidak boleh ada disini. Duduk disamping Bibie menatap dua pria yang jelas belum aku kenali. Kalau saja Tuanku tahu, ia pasti akan marah besar karena aku terikat kontrak dengannya. Tetapi Tuanku tidak sedang ada disini, pun tidak ada kamera cctv yang senantiasa mengawasi. Aku bebas?, entahlah.


~~~The Bastian's Holiday~~~


Sejak kehadiran Si Hitam ruangan ini menjadi lebih berwarna, bukan karena kulit hitamnya, melainkan candanya yang membuat riang suasana. Aku suka dengan candanya yang khas dengan logat bicara yang cepat dan terkesan lucu. Namun ada yang lebih menyukainya selain aku. Bibie, sedari tadi ia memperhatikan Si Hitam dengan tatapan penuh arti. Tatapan yang dapat diartikan suka tetapi jelas itu bukanlah suka.

Bibie pernah kemari sebelumnya, tetapi ia belum pernah bertemu dengan Si Hitam. Pada pertemuan itu Bibie mengaku hanya mengajari Si Putih memasak. Tetapi sesaat lalu, saat Si Putih tengah membukakan pintu, Bibie berkata kepadaku.


Kamu dipegang - pegang yah sama mas Willy?, sama dong kaya aku, waktu itu aku juga dipegang pegang. Bisik Bibie semakin membangkitkan nafsuku.

Memangnya waktu kamu kesini. kamu ngapain aja sama mas Willy? tanyaku sembari menjauhkan tangan jahilnya di vaginaku.

Tadi kata kamu Cuma ngajari masak? tanyaku lagi menegaskan.

Hmm.. Bibie hanya tersenyum.

Namun akhirnya Bibie mengakui semuanya, mengakui bahwa ia tidak hanya dipegang oleh Si Putih, apalagi hanya sekedar mengajari memasak. Ia menceritakan bagaimana tangan kekar itu meremas payudara besarnya, menjilat peluh dilehernya hingga menyibak gundukan daging diantara dua pangkal pahanya. Hingga akhirnya Si Putih menyiramkan manis didalam vaginanya. Bibie bercerita bahwa siang itu Si Putih membuatnya begitu basah oleh peluh dan pejuh. Tetapi siang ini giliran aku yang merasakan basah oleh peluh tetapi bukan pejuh.

Bibie sepertinya lupa akan nikmat yang pernah diberikan Si Putih, hingga dengan cepatya ia berpaling ingin juga merasakan nikmat Si Hitam. Begitulah yang aku baca dari tatapan Bibie kepada Si Hitam, begitu juga sebaliknya. Mereka saling menatap satu sama lain hingga akhinya aku tidak bisa menatap mereka berdua.


Bibie sama Andre kemana mas Will? tanyaku sekeluarnya dari toilet.

Si Putih tengah merapihkan gelas kosong dimeja dan sejenak menoleh kearahku. Mereka dikamar, sedang pilih baju.

Baju? Tanyaku tak mengerti


Aku tidak mengerti apa yang Si Putih katakan barusan. Baju, apa maksudnya. Aku memang sempat mendengar seseorang berseru Sex Party ketika aku ditoilet barusan. Tapi, aku tak tahu siapa yang berbicara, dan aku tak tahu apakah itu sebuah cerita atau sebuah ajakan gila. Atau itu tujuan Si Hitam dan Bibie berada dikamar, untuk memilih baju. Sekilas aku merasakan akan ada hal gila yang terjadi siang ini.

Gila, jelas ini akan menjadi hal yang gila, terlebih jika aku ikut menjadi gila dengan bujuk rayu suasana yang menggila. Jelas saja aku gila, dengan datang ketempat ini tanpa tujuan itu sudah dapat dikatakan gila. Tapi aku akan menjadi gila bila menolak kesempatan ini, kesempatan yang tidak bisa aku buat sendiri, kesempatan yang hanya terlintas oleh pikiran selintas.


~~~The Bastian's Holiday~~~


Aku kembali ketempat dimana aku duduk tadi, menunggu apapun yang akan terjadi nanti. Sudah terbiasa aku menunggu seperti ini, hanya saja ini berbeda seperti yang sudah terjadi. Sesekali aku membalikan pandangan, kearah Si Putih yang sibuk mencuci gelas bekas minuman. Ia pun balas memandangku dengan sebuah senyuman, yang kutahu itu membuatku sangat nyaman.

Kini ia melangkah semakin mendekat kearahku, terlihat gagah dan sedikit kaku. Lantas Ia duduk begitu saja disampingku tetap dengan senyuman yang sedari tadi aku perhatikan. Si Putih sibuk menyapih bajunya yang basah, entah karena cipratan air kran atau karena kepanasan hingga keringatan. Percuma saja pendingin ruangan itu terpasang dengan suhu enam belas derajat, kalau masih membuat keringat karena kepanasan.
Keringat ditubuhnya begitu juga ditubuhku bukan karena kepanasan melainkan karena penasaran.


Mas Willy rajin betul, gak mau ya apartemenya terlihat kotor. Sahutku cukup kaku.

Entah kenapa aku masih saja kaku padahal beberapa saat lalu aku sudah terbiasa dengannya.

Kok Tania masih panggil mas? perutku tidak buncit loh!

Aku tersenyum karena aku lupa. Oh iya Tania lupa, habis belum terbiasa.


Jarak kami semakin dekat, tubuh kami semakin melekat dan aku sudah semakin siap. Aku siap Ia perlakukan apa saja, karena memang aku terbiasa diperlakukan apa saja. Tangannya yang berbulu Ia lingkarkan di pundakku, sebagai jawaban kesiapan yang tersirat dari gerikku.



Biarin aja Si Item dan Bibie dikamar, ini juga kan yang Tania mau?

Aku hanya bisa tersenyum dan sedikit berkata, ya


Nafas kami saling memburu, ketika pandangan kami semakin dekat. Aromanya begitu menyenangkan terlebih ketika bibir ku ia beri kecupan. Kecupan yang berlanjut menjadi ciuman ,dalam bentuk pagutan yang sangat memabukan. Baru kali ini aku merasakan lagi nikmatnya berciuman, hingga rasanya tak ingin lepas atan hanya menjadi sebuah kenangan.

Tangan kami saling menjamah satu sama lain. Tangannya bermain di payudaraku, begitu juga tanganku dengan asyiknya meraba dadanya yang berbulu.

Aku tidak peduli sekalipun Si Putih tidak piawai dalam berciuman. Merasakan lidah kami saling menjilat saja sudah lebih dari cukup. Ia berbisik ditelingaku, menghembuskan nafas hangat hingga kekalbu.

Willy akan berikan apa saja yang Tania mau

Mendengar itu membuat jemariku refleks meremas lembut kemaluannya yang belum begitu tegang.

Termasuk yang ini

Tentu saja termasuk yang i..


Belum saja ia meneruskan kalimatnya, bibirnya bungkam, ketika merasakan lidahku menyapu ujung kemaluanya. Stttt. Ia berdesis tanda ia menyukai jilatanku. Kini aku semakin berani, bukan karena semakin nafsu, tapi karena semakin gila. Kemaluannya tidak lagi aku jilati, tapi
Tapi aku kulum dengan sepenuh hati.

Lelll lell

Slluurrppp

Slluurrppp

Lelll lell


Bebunyian khas itu aku dengar bersamaan dengan desahnya yang keluar beriringan. Pinggulnya ikut mengejang, ketika hisapku semakin kencang. Hingga penisnya semakin membesar.Oh tidak, ini memang semakin besar, hingga bibirku aku buka cukup lebar. Aku tidak bisa lagi merasakan bulu kemaluannya yang lebat, ketika aku maju mundurkan wajahku. Kemaluannya terlalu besar lagipula panjang. Ujungnya sudah menyentuh tenggorokan, tetapi masih menyisakan sebagian untuk aku genggam.

stttt, T-Tania..

Ia menahan kepalaku Cukup Tania, cukup.


Aku lepas kulumanku dan kurasakan kebas di pipiku. Tapi aku suka dan aku menikmati. Baru kali ini aku rasakan lagi nikmatnya memberikan oral sex. Tanpa perlu paksaan, teriakan dan tanpa cambukan. Semua aku lakukan dengan penuh penghayatan dan yang pasti rasanya sangat manis.

Aku gak tahan kalau dihisap lebih lama lagi. Katanya kembali merangkulku.

Aku hanya tersenyum.


Tangan itu kembali dengan cekatan menyibak rok hitamku, menyentuh lalu membelai lembut sejumlah garis selulit diperutku. Rasanya sangat geli tapi tak mengapa karena situasi gila ini telah mengubahnya menjadi sebuah kenikmatan. Jari jari itu cukup lama bermain pada garis penanda usia. Kubuka lebar pahaku memberikannya jalan selanjutnya. Ia mengerti tanda yang aku berikan, dan kini kembali jari itu menari nari diatas klitorisku.


Kalau saja sejak lama Willy bertemu dengan Tania, pasti Willy tidak akan membiarkan ini menderita. Sahutnya seraya memasukan dua jarinya di lubang kenikmatanku.

Benar saja apa yang barusan terlontar dari mulut Si Putih. Menderita

Vaginaku memang terlalu lama menderita, terlalu lama merasakan karet bergetar dan benda tumpul lainnya. Sehingga sentuhan seperti ini saja sudah membuatku terlena.

Makasih banyak Willy, kalau saja Muach Balasku lembut mengecup pipinya.

ACCCHHHHH

Aku tak kuasa untuk tidak mendesah ketika Jari jarinya mengocok kewanitaanku. Aku pun tidak kuasa untuk tidak balik menggengam kemaluannya diikuti dengan kocokan lembut. Tanganku bergetar, bukan karena rangsangan yang ia berikan, bukan juga karena nafsuku, apalagi karena kegilaan ini. Tanganku bergetar karena menyadari betapa besar penis yang tengah aku cengkram ini.

Selintas aku membayangkan penis sebesar itu akan menghujam mulut dan anusku. Tunggu, yang tengah memberikan penetrasi bukanlah Tuanku melainkan Willy Si Putih. Ia tidak akan menusuk bertubi tubi anusku dengan penisnya, karena dia bukan Tuanku. Ia tidak akan membungkam mulutku dengan penisnya sampai aku susah bernafas, karena dia bukan Tuanku. Ia juga tidak mungkin memasukan dengan paksa dan kasar benda benda tumpul kedalam anusku, karena memang dia bukan Tuanku.

Aku yaki dia tidak akan melakukan hal itu, Karena tentu saja dia adalah Si Putih, Willy, seseorang yang jelas belum aku kenali.
Menikmati penetrasi yang kami berikan pada kemaluan masing - masing, membuat kamu kembali berpagut, namun dengan getaran dan hisapan yang jauh berbeda dengan sebelumnya.

ACHHHHHHHHHHH

Desah panjang keluar diantara kecupan basah yang kita lakukan. Dan aku yakin jarinya merasakan semburan hangat dari dalam ronggaku. Terima kasih Willy, Si Putih karena telah memberikan aku kenikmatan hingga puncak. Tetapi bukan ini puncak yang aku mau. Dan kamu pun pasti tahu apa yang aku mau.

Si Putih menggendong tubuh telanjangku dan meletakanku diatas sebuah matras tebal berbahan bulu beludru. Lembut dan sangat hangat sekali. Selembut sentuhannya pada seluruh tubuhku, sehangat sentuhan basah lidahnya menyapu peluhku.

Akan Willy berikan apa yang Tania mau


Kembali kudengar kalimat menenangkan itu. Lalu aku memberikannya jalan dengan membuka lebar kedua kakiku. Ia naik keatas tubuhku yang terbaring lembut diatas bulu. Kembali ia minum peluhku dan aku juga meminum peluhnya. Kami saling meminum tanpa memakan.

Jantungku berdegup, sangat kencang. Ketika aku merasakan kenyal hangat menyentuh kenyalku.

Acchhh

Aku siap, ya aku siap.

Dengan perlahan Si Putih mendorong pinggulnya dan dapat aku rasakan otot kemaluannya menggelitik dinding kewanitaanku. Nikmat dan sekejap aku tak percaya. Namun ini terjadi, penisnya sudah tenggelam masuk kedalam liangku. Kurasakan otot kewanitaanku berkedut ketika beberapa kali penis itu keluar masuk, tentu atas seizing empuya. Walaupun tanpa izin sekalipun, aku akan membiarkan penis ini keluar masuk sesukanya.
Achhh Achhh


Achhh Achhh..

ACHHHHHHH

OCCCHHHHHH




Terdengar desah panjang, kupikir akibat orgasmeku yang kedua. Tapi aku tidak merasakan apa -apa, melainkan hampa dan perasaan kosong hanya kewanitaanku yang terasa penuh oleh cairan panas dan kental


CROOT CROOT


Berulang kali SI Putih menumpahkan manisnya kedalam rahimku.
.......




Deleted Scene..
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Ulang baca lagi.... udah lupa ceritanya... :pusing:

Semoga habis ini lancar suhu Maru.. :ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd