Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT THE CITY'S RHAPSODY (racebannon)

Bimabet
selamat malam kamis, masters.

bantu geser halaman, men. kali aja ada bonus apdet. have a good time 4 yaall
 
THE CITY'S RHAPSODY
RHAPSODY IN THE CAMPUS – PART 3

------------------------------

xseseh10.jpg

“You’re so sexy”
“Banyak yang bilang gitu”
“No, really… You’re so sexy”

Asupan alkohol dan sedikit mariyuana serta suasana villa pribadi yang jaraknya cuma selemparan batu dari pantai itu membuat Erik menjadi berani mengatakan hal-hal seperti itu langsung ke telinga Shirley. Shirley yang dari tadi duduk di sebelah Erik pun menghanyutkan dirinya dalam rayuan seperti itu.

Erik melihat perempuan ini dengan mata yang berbeda. Mengagumi Shirley lewat foto-fotonya di media sosial dengan mengamati perempuan muda yang menarik ini secara langsung memang jauh sekali sensasinya. Jantung Erik berdegup kencang karena bahasa tubuh Shirley dari tadi tampak terbuka padanya.

She’s open and ready to do something stupid. Itu sinyal yang dibaca oleh Erik. Dan sudah tidak ada lagi penjaganya. Sang kakak, Jonathan, sudah ngamar dengan pacarnya.

Dan Shirley memang sudah siap untuk melakukan hal yang bodoh. Di usia mudanya ini, Shirley memang selalu mencari-cari hal bodoh dan dia memang selalu siap untuk kehilangan keperawanannya setiap waktu.

Tetapi, semua adegan ranjang Shirley berakhir prematur. Karena selain kesiapannya untuk melakukan hal itu untuk pertama kalinya, Shirley juga gampang ilfil sama cowok. Dari usia remaja, semua sexy time-nya dengan berbagai macam alasan. Ciuman cowoknya terlalu pasif lah, ciuman cowoknya terlalu nafsu lah, cowoknya bau badan, cowoknya ngantuk, Shirley mendadak malas, bahkan alasan yang lebih receh lagi dari itu semua pun masih banyak.

Begitu juga dengan semua pacar-pacar Shirley. Tak sedikit yang putus karena Shirley ilfil pada saat mereka akan bercinta. Bahkan sepertinya, kalau mau awet berpacaran dengan Shirley, kalau bisa jangan sampai naik ke kasur.

Namun malam ini, entah akan bagaimana jadinya. Erik, tanpa tahu situasi ini, bakal mencoba menaklukkan si ratu ilfil.

“So….”

“What?” tawa Shirley, yang dari tadi menilai penampilan Erik secara fisiknya saja. Secara fisik sih kompatibel. Kalau jalan berdua pasti terlihat cocok. Dan Shirley mungkin akan mencoba menilai Erik lebih dalam lagi.

“I got room up there for myself so…” bisik Erik dengan nada persuasif.
“Haha…. Jadi, gak ada orang lain di kamar, sendirian?”
“Iya”
“Jadi mau ditemenin?” bisik Shirley balik. Dengan nada penasaran.

“Kalau gak keberatan”

“Well....” senyum Shirley tampak menggoda. Suasana di luar sudah sepi. Jonathan dan Andini sudah masuk kamar. Indah dan Roy entah pergi kemana, yang pasti mereka menginap sekamar. Tami juga entah ada di mana, gak jelas.

Shirley bangkit dan menatap Erik dengan wajah manisnya. “Show me the room” sambung Shirley, dan Erik menyambutnya. Dia berdiri, dan dengan percaya diri memberanikan menarik tangan Shirley perlahan. Shirley menurut.

Jantung Erik berdegup kencang, karena perempuan incarannya mungkin akan jadi temannya di kasur nanti.

Shirley Yuliana Akbar. 21 tahun. Mahasiswa fashion design di sebuah universitas swasta mentereng. Model amatir. Cewek dengan style fashion yang oke, wajah yang imut dan aura yang menggoda. Erik menelan ludahnya dan dia menuntun Shirley masuk ke dalam villa.

Mereka melewati Ghani yang sedang terkantuk-kantuk tak jelas di sofa Living Room. Mereka merayap ke atas melalui tangga, dan Erik kemudian membuka pintu kamar yang ia tempati. Kamarnya di sebelah kamar Jonathan dan Andini.

Shirley masuk dengan senyum, dan Erik kemudian menutup pintunya.

“SIlakan duduk” senyum Erik dengan sopan.
“I see no chair” tawa Shirley.

“Duduklah dimanapun bisa duduk” jawab Erik retoris. Shirley pun duduk di kasur. Dia menatap Erik yang sedang mengambil dua buah gelas dan mengisinya dengan wine.

Oke, sampai sini semuanya oke. Shirley sedang menilai Erik luar dalam. Sampai sini belum terlihat minusnya, dan Shirley pun belum ilfil.

“Silakan”
“Thanks”
“Cheers”

Gelas wine berdenting dan Shirley meminum wine itu perlahan, sambil menghirup baunya. Erik meminumnya dengan pelan, seakan-akan dia sangat ahli soal wine.

“Enak” bisik Shirley.
“Makasih… Itu emang dipilihin sama orang yang ahli… Yang bagus-bagus memang disimpen di villa ini semua, sama keluarga kita” balas Erik.

Oke, sampai saat ini semuanya masih seru. Shirley mungkin akan menyerahkannya ke pria ini malam ini. Dari tadi dia sopan dan cara flirtingnya juga masuk dalam selera Shirley.

“Jadi risk analyst itu susah ya?” tanya Shirley, mencoba mencari pembicaraan yang agak sulit untuk menilai intelejensia cowok ini.
“Susah. Tapi karena kita kerja team, jadi kita dalam melakukan forecast juga hati-hati, banyak disiplin yang bermain disana”

Oke, jawabnya hati-hati, gak mau terdengar menggurui tapi informatif. Boleh juga cowok ini.

“So… Can you forecast the weather inside this room tonight?” Shirley memancing lagi. Kalau cowok ini kehilangan kendali, tinggal tendang saja.
“Sejujurnya enggak. Tapi kita lihat aja, kalau wine nya enak, biasanya cuacanya bagus” jawabnya dengan diplomatis, mencoba membuat Shirley merasa safe, sambil tetap berharap.

“Tapi mataharinya terlalu cerah” keluh Shirley, lagi-lagi memancing.
“Bisa kita bikin mendung” Erik menekan layar jam tangannya dan lampu pun meredup. Suasana menjadi semakin hangat.

“Tapi gak bakal hujan kan?”

“Mendung tapi gak dingin….. Thanks to you” bisik Erik, mendekat dengan bahasa tubuh yang tak canggung. Tangan kanannya bergerak perlahan, berusaha memeluk pinggang Shirley. Shirley tersenyum, meletakkan gelas wine nya di meja yang dekat, dan dia menangkap tangan Erik.

“Gotcha” bisik Shirley sambil menatap mata Erik.
“Well, busted”

“What’s your next move, boy?” bisik Shirley lagi, mencoba mengetes keberanian Erik.
“Hmm…” Erik tersenyum dan menyimpan gelasnya di meja yang sama. Dia lantas menggenggam tangan Shirley dan mereka berdua bertatapan dengan lekat. Erik lantas mencoba maju, meraih bibir Shirley.

“Hmmnn…” Shirley tersenyum dalam hati saat mereka berdua mulai berciuman.

Teknik menciumnya bagus, pikir Shirley. Bibirnya lembut, tidak kasar. Gerakannya pelan, tanda kalau dia berhati-hati. Lidahnya sedikit bermain, artinya dia suka akan excitement. Oke, tangannya gak nakal, cuma megang tangan aja. Dia juga gak dorong-dorong, gak berharap langsung nimpa badan terus buka-buka baju.

Boleh nih, pikir Shirley. Udah lama gak ada cowok yang flirty di mulut tapi sopan sebelum adegan ranjang. Mungkin worth it buat ngasih yang pertama kali buat dia. Secara fisik juga oke banget. Good looking, badannya tinggi dan bugar, ditambah lagi fashion sense juga bagus. Kalau nanti Shirley pacaran dengannya, bakal cocok.

Tangan mereka saling menggenggam dan Shirley mencoba merasakan ciuman yang hangat ini dengan lebih seksama lagi. This surely turn her on.

“You’re so cute” bisik Erik.
“Tadi katanya sexy?” canda Shirley.
“Both”

Dia meraih badan Shirley dengan mudah, memeluknya dan mereka berciuman lagi. Sang lelaki jatuh ke kasur, dan Shirley mulai menikmatinya. Oke, boleh, sampai saat ini semuanya masih oke.

“Bentar” Sang lelaki menghentikan ciuman mereka, dan dia menahan tangan Shirley yang tampaknya akan menarik T-Shirt sang lelaki. Shirley bingung kenapa Erik menahannya, dan dia mendorong badan Shirley untuk agak menjauh.

“Hmm?” Shirley memperhatikan Erik yang bangkit, dan dengan hati-hati melepas T-Shirtnya.
“Sorry… Off White… Harus agak hati-hati ngehandlenya” Erik melipat T-Shirt itu dan dengan hati-hati lalu menyimpannya di dalam sebuah koper.

“Off White? Limited ya?” Shirley nyengir, hampir ketawa, saat dia menyebut nama brand premium yang harga T-Shirtnya bisa sampai jutaan rupiah itu.

“Iya, jadi… Sorry haha…”
“Jijay hahaha”
“Eh?”

“Sama kaos aja segitunya…. Males ah” Shirley lantas berdiri dan meregangkan badannya. Cowok model gini pasti lebih mentingin fashion limited yang harganya gila-gilaan. Sebelum having sex aja bajunya dilipet rapih dulu dengan alasan limited edition. Coba aja alasannya apa gitu, neat freak atau pengen rapih aja. Oke ganteng, oke pinter, oke sopan dan flirtingnya ga norak… Tapi kalo kemakan trend ala-ala hypebeast sih… Males.

Erik melongo saat Shirley dengan gampangnya memutuskan kalau mereka tidak akan bercinta malam itu. Dan bahasa Tubuh Shirley kelihatan sangat-sangatlah malas.

“Sorry men….. Tidur aja sama Off-White nya ya? Jangan lupa itu celana pendek Vetements-nya dilipetnya yang bagus, jangan sampe ketumpahan sperma” ledek Shirley. Dia berjalan ke arah pintu balkon dan membukanya. Dia tertawa dalam hati setelah meledek merk-merk premium yang dipakai dengan lebay oleh Erik.

Dia keluar ke balkon, dan dia celingukan. Malas rasanya keluar lewat pintu, harus melewati Erik dulu. Ntar kalo dia jahat atau gelap mata, Shirley bisa disergap dan dipaksa untuk nganu.

“Bye… Jangan terlalu hypebeast-hypebeast amat, norak” tawa Shirley yang kemudian memanjat pagar balkon, dan loncat ke balkon sebelah. Ke Balkon Jonathan dan Andini. Erik masih melongo karena semuanya kentang. Gagal dia meniduri Shirley, gagal total.

Shirley sekarang ada di balkonnya Jonathan dan Andini. Pintu balkonnya gak dikunci, nice.

Dengan iseng, Shirley masuk ke dalam kamar itu dari balkon.

“Misi yaaa~”

“WHAT THE!! APA-APAAN!!!” Jonathan kaget mendengar suara itu. Shirley melihat pemandangan yang lucu serta erotis. Andini sedang melakukan Oral Seks ke kakaknya. Pasangan itu langsung berlindung di balik selimut akibat kedatangan seorang penumpang gelap di kamar mereka.

“NGAPAIN LO DISINI!!!” teriak Jonathan kaget ke sosok Shirley yang berdiri di mulut pintu balkon.
“Gue abis loncat dari balkon sebelah”
“NGAPAIN????”

“Abis si Erik bikin gue ilfil banget…. Gak jadi deh, gak selera gue, gue tinggalin aja”
“Sial, buruan keluar!”

Shirley cekikikan, berjalan ke arah pintu masuk kamar, sambil melihat Andini yang kaget, yang sudah berlindung di bawah selimut, berdua dengan Jonathan. Mereka berdua telanjang di balik selimut.

“Makasih ya udah boleh numpang lewat~” tawa Shirley sambil memegang gagang pintu, bersiap untuk keluar.
“KELUAR BURUAN!!!!”

“Oh iya” Shirley menatap dengan jahil ke arah Andini. “Gak usah malu gitu, gue udah biasa kok”
“Maksudnya?” bingung Andini.

“Gue ama Kak Jonathan yah…. We have that kind of relationship” Shirley lalu menatap ke arah kakaknya dan melemparkan ciuman jarak jauh ke Jonathan.

“KELUAR, BANGSAT!!!!” Jonathan melemparkan bantal ke arah Shirley, dan adiknya itu dengan mudah menghindar. Shirley tertawa sejadi-jadinya, lalu keluar dari kamar, meninggalkan kakaknya dan Andini dalam posisi dan situasi yang memalukan.

Untuk sejenak, suasana hening.

Shirley lalu menguping lewat daun pintu. Dia mencoba mendengarkan reaksi kakaknya dan Andini.

“Maksudnya tadi apa? Relationship apa?”
“Dia becanda maksudnya!”
“Kamu ngapa-ngapain sama adik kamu sendiri? Iya?”
“Ya kali!! Mana mungkin aku nidurin Shirley? Gila apa kamu?”
“Tapi dia tadi bilang…”
“ITU BOONG!!!” teriak Jonathan di dalam kamar.

Shirley cekikikan dan dia dengan puas, turun ke bawah. Mungkin dia akan mengambil bir dan kemudian tidur di dalam kamarnya yang juga ada di lantai bawah.

Lagi-lagi gak jadi having sex. Shirley memang selalu siap untuk yang pertama kali. Tapi semuanya selalu gagal. Semuanya selalu bikin Shirley ilfil. Shirley hanya akan memberikan keperawanannya pada lelaki yang ia anggap worth it. Tapi sejauh ini, sudah banyak lelaki membuatnya malas.

“Eh?” Mata Ghani berpapasan dengan Shirley di Living Room. Shirley baru saja turun dari tangga. Ghani yang tadi terkantuk-kantuk kini sedang sibuk dengan laptopnya yang hanya sebesar buku tulis itu.

“Anu..” Ghani dengan awkwardnya menunjuk ke arah lantai atas. Mungkin dia bingung, kenapa baru sebentar di atas Shirley sudah keluar lagi.
“Haha” Shirley hanya tertawa dan dia berlalu ke arah lemari es, mengambil kaleng bir. Dengan langkah yang ringan, Shirley berjalan menuju sofa tempat Ghani duduk dan sibuk dengan laptopnya.

“Perasaan tadi lo udah tidur-tiduran di sofa?” tanya Shirley dengan akrabnya.

“Iya, cuman ga bisa tidur…. Terus inget banyak foto yang mesti di edit” jawab Ghani dengan senyum kecil. Di kepalanya bermain banyak skenario, kenapa kok Shirley mendadak ada di lantai bawah. Sepertinya tadi dia pergi ke kamar bareng Erik.

“Gak enak ya jadi fotografer"
“Ya dan gak enaknya mereka lupa kalo kamarnya terbatas, jadi gue tidur disini”

“Kasian…” Shirley menekuk mukanya, dan dia mendadak berdiri lagi. Dia berjalan ke arah lemari es lagi, sambil membawa satu kaleng bir lagi. “Buat elo, sang fotografer”

“Makasih” senyum Ghani.

“Mana coba liat dong foto-fotonya” Shirley mendekat ke arah Ghani sambil menyelidik ke arah laptop.
“Ah jangan, kan belom pada di edit”
“Gak gapapa, gue kan bukan cewek-cewek itu, cuman pengen liat doang… Gue ga rempong kok masalah foto……” komentar Shirley penasaran.

“Jangann.. Malu gue”
“Masa malu, kalo fotografer keren fotonya pasti udah bagus dong sebelom diedit”

“Besok aja liatnya pas udah siap di upload ke sosmed”
“Gue kan bukan anak sosmed”
“Bukan anak sosmed kok yang follow IG nya sampe lima puluhan ribu gitu….” potong Ghani.
“Yah itu kan…….” Shirley lalu menatap Ghani dengan mendadak. “Kok tau angkanya segitu?”

“Eh anu….” Ghani mendadak hilang suaranya. Dia tampak salting di depan Shirley. Shirley tersenyum sambil mengeluarkan ekspresi muka curiga.

“Sini coba” Shirley dengan paksa mengambil laptop cilik milik Ghani. Ghani tak bisa berbuat apa-apa lagi. Shirley lalu melihat folder yang sedang dibuka oleh Ghani. Isinya foto-foto mereka dari tadi pagi. “Eh…” Shirley tampak mengernyitkan dahinya sambil tersenyum lucu. “Aahahaha apa ini”

“Itu anu..” Ghani tampak malu, dan dia membuang mukanya sambil meminum bir dari dalam kalengnya.

“Hahahahaha” Shirley tertawa, melihat fotonya banyak sekali menghiasi laptop Ghani. Shirley tampak bercahaya disana. Banyak sekali fotonya, mulai dari di speedboat, lalu ketika snorkeling, dan ada satu foto yang tampak bagus sekali. Yakni Shirley, di pantai, sedang main air, dan cahaya matahari sorenya sedang luar biasa cantiknya. Kulit Shirley tampak bercahaya, dengan baju renang berwarna putih yang benar-benar terlihat cantik. Wajahnya dihiasi kacamata hitam yang keren.

“Gue cantik banget disini”
“Anu…” Ghani tampak bingung mau bicara apa, karena dia kehabisan kata-kata. Kegep dia oleh Shirley.

“Fotografernya bagus ini…” Shirley mendadak lupa akan Erik. Mungkin malam ini dia bisa melakukannya lagi, dengan fotografer ciamik ini. Shirley sengaja duduk dekat-dekat Ghani. Dia makin merapat ke tubuh lelaki itu. Mau bagaimana lagi, walau tadi dia ilfil sama Erik, tapi badannya masih belum ilfil dengan kegiatan seksual.

“Makasih….” Ghani bingung harus berbuat apa. Tangannya kaku sedangkan Shirley sudah menempel di tubuhnya. Badan Shirley terasa hangat dan nafasnya terasa di tubuh Ghani.

Tangan Shirley mendadak ada di paha Ghani. Sang lelaki menelan ludahnya. Shirley tersenyum dan dia menatap ke arah Ghani, muka mereka begitu dekat. Dan akhirnya Ghani nekat. Dia maju dan mencium bibir mungil Shirley. Mereka lantas berciuman di atas sofa itu. Badan Ghani masih kaku, dia tidak bisa bergerak, hanya bibirnya yang menyentuh bibir Shirley.

Dia begitu pasif karena tak tahu harus berbuat apa. Pengalamannya dengan perempuan tidak sebanyak itu sampai-sampai dia menjadi kaku detik ini. Dengan panik dia meraih laptopnya dan menaruhnya entah dimana. Sementara Shirley sudah naik ke pangkuannya sambil memeluk lehernya. Mereka berciuman, dan Ghani benar-benar membeku.

“Buka” bisik Shirley, sambil menuntun tangan Ghani ke T-shirtnya. Tangan Ghani kaku, tak bergerak, dan dia tidak berdaya. Dia cuma dia saja karena kaget dan excited. Shirley mendadak tersenyum, dan dia tertawa. “Hahaha… Sorry” Shirley lagi-lagi ilfil. Lelaki ini kurang pengalaman sehingga dia tidak bereaksi apa-apa, hanya kaku dan bingung. Shirley beringsut dan dia turun dari pangkuan Ghani yang masih tegang.

“Maaf ya….” Shirley mengelus kepala Ghani yang masih terpaku. Gagal lagi. Erik terlalu care sama pakaian yang dia pakai, dan Ghani kurang berpengalaman, sehingga dua-duanya membuat Shirley ilfil.

Ghani mengangguk. Dia masih terpaku, melongo menatap lantai. Kelaminnya berdiri tegak, tapi dia tidak bisa ngapa-ngapain lagi kecuali nyosor maju ke arah Shirley. Sisanya dia begitu tolol dan bodoh.

“Kasian elo” tawa Shirley. “Maaf ya kentang, tapi…. Karena lo udah jadi fotografer yang baik dan pengorbanan lo terlalu banyak di trip ini… Gue kasih hadiah mau?”

“Ngg… Apa?” Ghani masih kaget dan terpaku. Badannya seperti terbuat dari beton, sulit di gerakkan.

“Pokoknya elo diem aja, tapi jangan bilang siapa-siapa ya?” mata Shirley tampak bercahaya di hadapan Ghani dan lelaki itu cuma bisa mengangguk saja dengan muka bodohnya. Shirley tertawa kecil, dan dia berdiri. Lalu dia mengambil tissue yang ada disana. Shirley lalu duduk dengan bertumpu pada lututnya di hadapan Ghani. Tanpa aba-aba, dia mencoba melepas celana yang lelaki itu kenakan.

“Eh!”

“Sshh…. Diem aja” Ghani menurut dan dia diam. Tapi dia kaget, dan malu setengah mati saat penisnya berdiri tegak di hadapan Shirley. “Cute” Shirley menyentuh penis itu dengan jarinya, dan tanpa aba-aba, dia langsung memasukkan penis itu ke mulutnya.

“Hnng…” Ghani kaget. Matanya membelalak karena Shirley sedang mengulum penisnya. Shirley menutup matanya, tangannya menggenggam penis Ghani dan kepalanya bergerak maju mundur. Tangan lembut perempuan itu menyentuh kulit penis Ghani. Mulutnya yang hangat menyelimuti permukaan alat vitalnya.

Gila, ini membuat kepala Ghani pusing. Kepalanya berputar-putar dan dia dari tadi hanya menahan suaranya. Dia melihat Shirley sedang melakukan oral seks kepadanya. Mimpi apa kamu semalam nak. Mimpi apa kamu. Kenapa Shirley mendadak sekarang sedang mengulum penisnya? Dia bingung setengah mati. Reward macam apa ini. Baru sekarang dia jadi fotografer, dipuji sama cewek yang dia ambil fotonya, terus hampir having sex, terus ceweknya ilfil, terus sekarang ceweknya malah ngasih blowjob. Entah karena reward foto-foto yang bagus, atau entah karena kasian.

Tapi buat Shirley, ini gak ada apa-apanya. Dia melakukannya karena ya… Dia ingin melakukannya saja.

Penis Ghani begitu tegang, begitu kaku, dan Shirley dengan telaten terus mengulumnya, membasahinya dan memberikannya kenikmatan yang banyak lelaki inginkan.

“Nngg..”

“Oh udah mau keluar ya?” Shirley mencabut benda milik Ghani itu dari mulutnya dan dia mengocoknya dengan tangannya.

“Ah!” Shirley dengan sigap mengambil tissue dan menahan agar sperma Ghani tidak menetes di sofa. Dan untungnya tidak begitu.

“Nih pegang” Shirley menuntun tangan Ghani ke arah penisnya sendiri, agar lelaki itu memegangi kertas tissue yang menadahi cairan hangat itu. Ghani masih melongo. Shirley baru saja melakukan oral seks padanya. Dia bingung. Shirley tersenyum. “Dah ah… Tidur ya” Shirley tertawa kecil, dan mengangkat kaleng birnya, sambil segera berlalu ke arah kamar.

Ghani masih terpaku, menatap bayangannya yang tolol, yang terlihat di pintu kaca besar menuju kolam renang.

Ya, dia terlihat tolol sekali.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

Jonathan baru bangun pagi itu. Jam sembilan pagi. Dia meregangkan badannya sambil menatap dengan mata yang lengket ke arah langit-langit. Andini sudah kebawah sepertinya. Untung tadi malam pacarnya itu tidak kemakan oleh bercandaan Incest-nya Shirley.

Jonathan bangkit, dan mencoba mencari celana pendek dan T-shirt dari tas yang ia bawa. Setelah berpakaian, dia lantas berjalan kebawah. A cup of coffee, dan rokok akan menjadi sarapan yang enak pagi itu untuknya.

“Pagi Kak” sapa Shirley yang sedang duduk di dining table, menghadap ke arah kopinya dengan sebatang rokok di tangannya. Jonathan mendengus dan dia segera ke coffee machine. Andini, Tami dan Indah sedang merubungi Ghani, memilih foto-foto yang pantas di upload ke media sosial. Roy dan Erik tampak sedang ngopi di pinggir kolam.

Setelah membuat kopi, Jonathan berjalan ke arah pintu kaca, dan sebelum dia sampai kesana, dia menyempatkan diri untuk menjitak Shirley.

“Aduh!”
“Masih untung gak gue siram kopi”
“Siram aja kalo berani”

Jonathan menjulurkan lidahnya dan dia keluar, menuju ke pinggir kolam renang. Dia duduk di salah satu kursi di sana, di sebelah Erik dan Roy. Mereka berdua menyapa Jonathan dengan gerakan minim, dan Jonathan menyapa balik dengan melambaikan tangannya. Dia menerawang ke arah pantai, menyalakan rokok pertamanya pagi ini dan dia melihat matahari yang begitu cerah dan menyejukkan.

Hari ini hari kedua, dan besok mereka semua baru pulang. Jonathan tampak pusing, karena pikirannya soal skripsi kembali lagi.

Dia menghisap rokoknya dalam-dalam, sambil memandang ke arah pantai. Sejenak, dia berusaha untuk santai lagi. Di dalam kepalanya, mendadak ada sebuah sosok muncul dari arah pantai. Perempuan yang manis, lucu dan menggemaskan. Badan langsingnya sangat cocok dengan sundress berwarna cerah itu. Rambut pendeknya terlihat bercahaya diterpa matahari pagi.

Cindy. Kalau ada Cindy disini… Jonathan pasti akan…. Entahlah. Dia membayangkan perempuan itu bermanja-manja, takut tidur sendiri, lalu segala clumsy-ness yang terbayangkan oleh Jonathan muncul di kepalanya. Jonathan senyum-senyum sendiri, membayangkan Cindy yang manja. Ah, dia tidak kenal Cindy, jadi itu mungkin hanya bayangannya saja.

Entahlah. Toh dengan Andini juga tidak ada masalah apa-apa. Mungkin nanti, selama setahun terakhirnya di perkuliahan, Cindy hanya akan menjadi eye candy buatnya saja.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
nah loh, bakalan ama sape nih Shirley belah durennya?

thanks apdetnye, masters. kayaknya edisi kampus masih panjang nihh, tetap semangat nulisnya. have a good time 4 yaall.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd