Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT THE CITY'S RHAPSODY (racebannon)

Seneng ada karya baru dari suhu RB, sedih krn ini bakal jadi penutup bastardverse.. semoga yang ini jangan cepet2 tamat ya suhu.
 
THE CITY'S RHAPSODY
RHAPSODY IN THE CAMPUS – PART 4

------------------------------

xseseh10.jpg

“Lucu ya?” Jonathan menunjukkan foto instagram Cindy ke Shirley.
“Boleh juga” bisik Shirley. “Mirip banget Tante Tara”
“Itulah kenapa…”

“Terus yang itu?” Shirley menunjuk Andini yang sedang masak makan siang di dapur bersama dengan Tami. Indah dan Roy entah kemana. Ghani sibuk memotret Andini dan Tami. Erik? Entahlah. Yang pasti dia sekarang malu untuk bicara lagi dengan Shirley.

“Tau deh” tawa Jonathan yang menunggu masakan matang. Entah cewek-cewek itu masak apa.

“Bentar lagi beres kayaknya” mendadak Indah muncul di hadapan mereka, dan duduk di seberang Jonathan dan Shirley. Dia muncul tanpa Roy. Sepertinya Roy sedang bersama Erik. Bisa ditebak, mungkin Erik sedang mengeluhkan kegagalannya meniduri Shirley semalam. Dan perempuan yang dimaksud sedang senyum-senyum sendiri di meja makan.

“Apanya yang beres?” tanya Jonathan bingung.
“Masaknya”

“Lo gak ikutan masak?”
“Gue gak bisa masak.” jawab Indah pelan.

“Sama dong, gue bisanya makan” canda Shirley, sambil tertawa lucu. Indah hanya senyum meringis menatap Shirley. Sepertinya ada omongan-omongan gak enak semalam soal Shirley dan Erik. Tapi Shirley cuek saja. Dia sudah biasa menghadapi hal-hal seperti itu.

“Eh tau anak baru namanya Cindy gak?” Jonathan mendadak terpaku. Dia menatap ke arah adiknya, sambil bingung-bingung sendiri.
“Kenapa emang?”

“Kagak, tadi pagi gue, Andini sama Tami iseng ngepoin tu anak” tawa Indah. “Soalnya ada salah satu anak angkatan gue yang ngecengin…”
“Oh” Jonathan diam saja, sambil menatap ke Andini yang membawa semangkuk besar pasta ke atas meja.

“Ngomongin Cindy?” tawa Andini.
“Iya”
“Lucu sih, tapi kok kayak yang sok imut gitu ya” ledek Andini.

“Anak baik-baik banget gitu Jon… Isi instagramnya dia foto sama boneka beruang, terus liburan keluarga, terus pas jaman dia SMA di Bali, kocak amat… Kayak anak kecil, kayaknya ga bisa survive di Jakarta yang ganas dan penuh cowok brengsek ini” tawa Tami yang muncul di belakang Andini sambil membawa saus pastanya.

“Gue liat fotonya yang dia bareng sama neneknya. Kayaknya dia ada chinese-chinesenya dikit, terus keliatan clingy banget gitu, neneknya dipeluk kenceng banget hahaha… Kayak anak TK aja” sambung Andini. Shirley dan Jonathan hanya bertatap-tatapan. Shirley bisa membaca aura kesal yang terpancar dari mata Jonathan, dan dia cuma tersenyum sambil siap-siap makan.

“Makan aja yuk, males ngomongin bocah” Indah berkomentar.
“Iya lah, gak penting juga…… Mending makan ini… Panggil Roy sama Erik dong, biar makan bareng juga” Tami menyuruh Indah dan Indah mengangguk, sambil mengetik sesuatu di udara, mengirim pesan ke pacarnya.

Sementara, Jonathan hanya memanyunkan bibir bawahnya dan Shirley tersenyum tipis. Dia bisa membaca isi pikiran kakaknya. Ah, yang penting makan dulu. Urusan Cindy bentar lagi aja.

------------------------------

“Emang mereka mah anak gosip parah banget” Jonathan tidur-tiduran di kasur di dalam kamar yang ia tempati, sambil melihat-lihat foto instagram Cindy.
“Haha, cewek-cewek hits kampus ya mereka?”
“Untuk angkatan mereka iya” jawab Jonathan, atas pertanyaan Shirley yang juga sedang tidur-tiduran di kasur.

Andini, Tami dan Indah sepertinya sedang berenang di kolam renang sore itu, sambil difoto-foto oleh Ghani yang selalu kerepotan. Erik dan Roy ada di pinggir kolam. Gak tau ngapain. Sejak kejadian semalam bersama Shirley, Erik menarik diri dari kerumunan dan Roy tampak menemaninya.

“Gue gagal tidur semalem sama Erik jadi bahan gosip ya pasti nanti?”
“Kalo Erik bilang ke Roy, dan terus Roy cerita ke Indah, ya pasti bakal……” jawab Jonathan.

“Hahaha bodo ah…. Mending gue nemenin kakak gue yang jadi gila lagi ini gara-gara Tante Tara Kawe. Tapi lama-lama gak mirip ah kak, cuma sama dandanannya aja”
“Tapi liat deh, dia gemesin banget, aura baik-baik dan anak manjanya bikin gue gemes, kayak gue dulu ke Tante Tara….”

“Yang udah tua itu”
“Berisik”

“Emang udah tua” ledek Shirley sambil menendang kakaknya dengan pelan. Jonathan hanya diam saja. Shirley bangkit dari kasur dan dia berjalan ke arah pintu balkon, sambil melihat orang-orang yang sedang melakukan kegiatan panjat sosial. Pose-pose di kolam renang dan difoto. Apa-apaan sih.

“Gemes tau, rasanya ini cewek kayak minta disayang”
“Terus Andini gimana, kan harusnya dia yang Kak Jon sayangin”
“Ah…. Rempong lama-lama, apalagi sejak tadi pagi”
“Cepet amat ilfilnya” tawa Shirley dengan lucunya. Shirley mengambil sebatang rokok dari kotak rokok Jonathan, dan dia membakarnya sambil menikmati angin yang menerpa badannya.

“Enam bulan sih lama….” keluh Jonathan.
“Lama ya hahaha… Iya sih kalo untuk ukuran kita” balas Shirley.
“Yang pasti malesin aja sih kalo dia gak kenal Cindy itu siapa dan gimana terus ngomongin, apa-apaan banget gak sih?”
“Iya… Rempong ya… Gue sih males temenan sama orang-orang model gitu”

“Mending temenan sama Cindy”
“Mak… Mulai deh penyakitnya kambuh… Inget lo jaman SMA, meratapi Tante Tara” Shirley menggelengkan kepalanya. Sang kakak mulai kesengsem seedan ini lagi. Kalau dulu sampe bela-belain sering makan sendiri ke Red Comet, sekarang gak tau deh gimana. Mana cewek itu junior di kampus, bisa-bisa tiap hari dianterin pulang pergi kuliah.

“Orang Bali dia”
“Iya kan tadi cewek-cewek itu bilang gitu”
“Dari kecil di Bali, gede kuliah di Jakarta… Kasian ga ada yang nemenin”
“Sakit” Shirley menghisap rokoknya dalam-dalam. Dia menikmati rokoknya, mumpung ibunya tidak ada di dekatnya.

“Gak sakit, biasa aja”
“Putusin dulu Andini, baru boleh deh ngejar Cindy”
“Bagus, ide yang bagus”

“Ah salah deh gue…….. Ntar lama-lama jadi freak dia….”

Biar, pikir Jonathan. Dia sedang menikmati foto-foto di instagram Cindy. Semua fotonya tampak menggemaskan. Cindy terlihat seperti anak-anak. Dia begitu innocent dan manis. Dari foto-fotonya, dia terlihat begitu family oriented, rajin ke gereja, penganut Katolik yang taat, dan juga childish. Jonathan menatap lekat foto Cindy dengan sebuah boneka beruang yang lumayan besar. Mukanya begitu lucu dan menggemaskan. Rambut pendeknya membuat dia seperti miniatur Tara Giva Amanda, kecengan abadi Jonathan Andika Akbar.

“Katolik dia” Jonathan membuka suaranya.
“Terus apa” Shirley merengut, mendengarkan halusinasi bodoh kakaknya.
“Gampang kawin sama dia”

“Kampret ah….. Geli!”

------------------------------
------------------------------
------------------------------

hessel10.jpg

Setelah liburan itu, Jonathan semakin malas dengan Andini, bahkan sampai sudah ke tahap cari-cari alasan untuk putus. Jonathan memang tidak pernah awet dengan pacar-pacarnya. Dia gemar bertualang dan seperti Shirley, mereka sharing satu sifat yang sama. Gampang ilfil sama orang.

Dan pagi ini, di satu hari Rabu yang menyenangkan, Jonathan berjalan dengan santainya sehabis kuliah pagi ke kantin. Mungkin dia akan membeli minuman. Entah apa, tapi di kepalanya sudah terbayang kopi hangat. Dia agak lega, setelah liburan kemarin dan bicara banyak dengan dosen walinya, dia sudah mendapatkan judul untuk skripsi. Dan dia akan mengerjakannya, mulai minggu ini.

Senakal-nakalnya Jonathan, dia bukanlah mahasiswa yang buruk dan nilainya tak pernah hancur. Untuk jadi anaknya Josephine Anggia Tan, memang harus berprestasi secara akademik. Kalau nilai turun sedikit saja, akan ada tanduk setan keluar dari kepalanya Anggia. Sebagai ibu yang galak, dia sangat perhatian pada nilai-nilai anaknya.

Jonathan berdiri di depan sebuah vending machine di kantin kampus. Dia menekan jam tangannya dan menempelkan permukaannya di mesin itu. Secara otomatis sebuah gelas plastik keluar dan kopi hangat mengisi gelas itu penuh. Dia tersenyum dan mengambilnya. Lalu dia mencari tempat duduk di kantin yang agak ramai itu.

Matanya bergerak kesana kemari, berharap menemukan hal yang menarik. Sayang di kampus tidak boleh merokok. Dia sudah gatal ingin merokok padahal. Tapi nanti ada kuliah lagi, sejam lagi.

“Ah!”
“Hati-hati neng kalo jalan” dengus seorang laki-laki dengan wajah sebal, mengutuk perempuan yang menabraknya. Jonathan berbalik dan melihat tempat kejadian perkara.

Seorang perempuan yang manis sedang mengais-ngais kertas-kertas yang jatuh dari tangannya. Dia menggelengkan kepalanya dengan kesal. Jonathan menelan ludahnya dengan mendadak. Rambut pendek itu, ditemani dengan rok lebar bermotif floral, atasan berwarna kalem dan cardigan yang berwarna lembut menghiasi perempuan yang lucu itu.

Matanya besar, dan dia terlihat begitu manis.

“Gue bantuin ya” Jonathan mendadak ada di sebelah Cindy, dan membantunya untuk mengambilkan barang-barangnya yang jatuh. Klise banget memang, tapi rasanya Jonathan begitu bersemangat untuk membantu Cindy.

“Makasih ya Kak”
“Nevermind” nevermind di mulut, di dalam hati dia sedang naik rollercoaster. “Tugas dari Pak Edi?” tanya Jonathan dengan santainya.

“Iya, belum sempet aku jilid, mau ke tempat fotokopian abis ini” jawab Cindy dengan senyum yang benar-benar innocent.
“Dia emang kebiasaan suka ngasih tugas bikin makalah”
“Hehehe” tawa Cindy sambil merapihkan kertas-kertas yang sekarang sudah selamat.

“Nih.. Ati-ati ya”
“Makasih Kak”
“Jonathan”
“Iya.. Makasih Kak Jonathan… Aku Cindy, salam kenal”
“Salam kenal…”

Jonathan tersenyum kecil, sambil memandang Cindy yang sedang jalan menjauh. Shit, lucu banget. Hampir aja tadi Jonathan memeluk, menggendong dan mengantarkan Cindy kemanapun dia ingin pergi. Ah, andai saja Cindy itu pacarnya. Andai saja bukan Andini si miss gosip rempong itu yang jadi pacarnya. Jonathan lantas ingat pada saat malam terakhir liburan di Pulau H kemarin. Sehabis ia bercinta dengan Andini, si cewek malah ngomongin Indah dan Tami, yang notabene “sahabat” nya sendiri.

Pasti Cindy tidak begitu. Pasti dia kalau berteman tulus. Pasti. Tidak seperti Andini dan kawan-kawannya. Jonathan duduk kembali, dan dia menghirup harum kopi vending machine-nya. Di kepalanya sekarang hanya terbayang satu perempuan. Yaitu Cindy.

------------------------------

“Tadi katanya Indah liat kamu bantuin Cindy mungutin kertas makalah ya?” tanya Andini ketika Jonathan sedang memundurkan motornya.

“Iya” jawab Jonathan cuek.
“Terus katanya si Cindy senyum-senyum sendiri gitu abis kamu bantuin… Hahaha”
“Ooh…”

Jonathan memberikan helm ke Andini. Sore itu mereka ada di parkiran motor. Mereka malam itu mau nonton bioskop, dan makan malam bersama.

“Lucu banget ya, lugu abis, baru ditolong gitu doang senyum-senyum, pasti rada halu tu anak gue rasa”
“Rada halu gimana?” tanya Jonathan bingung.
“Iya kan dia ditolongin kamu, terus senyum-senyum sendiri… Pasti dia mikir ni kakak ada rasa sama gue…. Makanya senyum-senyum… Mikir kepanjangan, ntar kalo udah tau kamu udah ada pacarnya pasti deh nyesel sendiri udah ge-er” sambung Andini.

“Pikiran macam apa itu” Jonathan menggelengkan kepalanya ke arah Andini. Andini tampak mau memasang helm di kepalanya.

“Yah biasa lah, namanya juga anak baik-baik, gak tau dia berhadapan sama Jonathan….”
“Bukan, maksudnya pikiran kamu yang macam apa”
“Eh?”

Jonathan tampak kesal dan dia menggelengkan kepalanya.

“Gosip mulu kerjaan”
“Ya maaf… Namanya juga cewek” keluh Andini, merengut karena ditegur pacarnya.
“Adikku gak pernah gosip-gosip gak jelas”
“Ya mungkin karena dia…”

“Jangan gitu, gak baik, bikin aku males aja”
“Maaf” Andini merengut dan dia mencoba sok lucu di depan Jonathan.
“Yaudah”

Jonathan mendadak menarik helm dari tangan Andini. Andini yang tidak siap, kaget sejadi-jadinya.

“Lho kok?”
“Males aku sama kamu”

“Eh kok jadi gini?” Nada bicara Andini meninggi, dan dia tampak kesal karena Jonathan menarik helm yang baru saja tadi di berikan. Jonathan tampak menggantungkan helm itu di satu sisi motornya dengan cuek.

“Udah ya, kita udahan aja” Jonathan dengan muka tegas, menatap Andini dengan sebelah matanya. Andini melongo, kaget dan bingung.

“Apa-apaan ini?”
“Kita putus aja”
“Gara-gara Cindy?”
“Gara-gara kamu ngegosip gak ada juntrungan mulu, males”

“Tapi aku kan..”

“Udah ya, dan semua barang-barang yang pernah aku kasih, gak usah dibalikin…. Bye” Jonathan memakai helmnya dan dia langsung memacu motornya, menjauh dari Andini yang tampaknya masih shock. Andini tidak menyangka akan diputuskan oleh Jonathan secepat ini. Dia melongo, melihat Jonathan yang memacu motornya dengan kencang, menuju arah entah mana.

Batal sudah makan malam dan nonton bioskop. Andini masih terpaku, masih kaget, bahkan belum sempat marah.

Sekarang, Andini dan Jonathan, bukan pasangan kekasih lagi.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

green-10.png

“Kak, bangun”

“Apaan, jam berapa ini!” Jonathan kaget, karena Shirley udah duduk di sisi kasurnya, sambil membakar rokok yang tampaknya baru saja dia colong dari kotak rokok Jonathan.

“Jam 12 malem”
“Kampret gue baru tidur tiga jam!” kesal Jonathan. Malam ini karena kesal, setelah mengerjakan beberapa hal yang berhubungan dengan skripsi, Jonathan memutuskan untuk tidur cepat.

“Gue baru liat ini, makanya pengen nanya”
“Liat apaan… Lo ngapain mendadak ngerokok, ntar Mama tau, kamu digiles”
“Kan abis dari kamar Kak Jon, bau rokok kan karena situ yang ngerokok”

“Dasar!”

“Ini liat dulu”

Shirley menunjukkan laman twit**ter-nya Andini ke Jonathan. Dan Jonathan mendadak tertawa terpingkal-pingkal.

“HAHAHAHAHA Kampret” Jonathan berguling pelan dan memeluk gulingnya, sambil tertawa puas.

DASAR COWOK BANGSAT!! Begitulah bunyi twit terakhir dari Andini tadi sore. Jonathan tampak lega dan dia tampak bahagia.

“Apaan nih”
“Gue putusin dia”
“Pantes, emang mutusinnya gimana?”
“Ya gitu aja”

“Ngomong panjang lebar cari alasan kayak mutusin si Sarah?” tanya Shirley.
“Engga”

“Pura-pura berantem biar ceweknya yang mutusin kayak si Kimberly?”
“Engga dong” jawab Jonathan.

“Terus?”
“Gue tinggal di parkiran, abis ngomong putus”

“What the….”
“Fuck?” tawa Jonathan dengan lega-nya.

“Lo tinggalin gitu aja di parkiran? Emang bangsat Jonathan ini” tawa Shirley sambil menggelengkan kepalanya.
“Masih lebih mending, gue bilang gue gak suka dia ngegosip mulu, apalagi tadi gosipin Cindy lagi”
“Ah, Cindy lagi Cindy lagi…..” keluh Shirley.

“Hahahahaha”
“Yaudah, gue tidur yak” Shirley bangkit dan dia berjalan ke arah pintu kamar Jonathan, meninggalkan Jonathan yang tampak puas.

Dia lantas menutup pintu kamar Jonathan, meninggalkan rokok yang terbakar setengah di asbak kamar Jonathan. Mendadak pintu kamar terbuka. Kepala Anggia nongol di pintu.

“Jonathan”
“Ya ma?”
“Kamu jangan ngerokok deket-deket Shirley, jadi bau tuh dia!”
“Iya Ma”

“Dah, tidur sana”
“Iya”

Anggia menutup pintu itu lagi, meninggalkan Jonathan yang tersenyum sendiri di dalam kamar. Jonathan meraih rokok yang ditinggalkan Shirley lalu dia menghisapnya dalam-dalam. Dia lantas membayangkan semua hal yang menarik tentang Cindy. Karena tak ada lagi Andini, dia bisa dengan bebas mendekati Cindy.

Ah, akhirnya Jonathan bisa lepas dari Andini dengan mudah. Makanya, jangan ngegosip gak jelas terus, dasar cewek bangsat.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd