Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY THE INFLUENCER

Part 9

Lanjuut Bu Febri gaann,
Enjooy :3some:


-----Part 10: Duo

Aku mengetuk pintu kamar Bu Febri.

"Siapa?"
"Haris Fid"
"Ngapain? ga usah masuk!"

Jyaah belum apa apa sudah diusir.

"Oke, kalo gitu aku pulang aja yaaah"
Aku mundur, berjalan menjauhi kamar.

Cklek pintu kamar tiba tiba terbuka. Fida yang membuka pintu.

"Pulang entar aja kenapa sih?"
"Ya kalo gitu ngapain ga dibolehin masuk?"

Fida terdiam, pasang wajah cemberut, mirip dengan kakaknya. Tampaknya dia berpikir, kemudian kepalanya sedikit miring memberiku sinyal untuk masuk. Aku mengikutinya. Kamar anak gedongan itu kumasuki lagi. Cerah dan terkesan kaya. banget. Namun kontras dengan kondisi pemiliknya sekarang.

Hmmm, wanita memang fragile. Cara berpikirnya didominasi oleh perasaan. Apa yang kini kulihat adalah bukti dari teori itu. Seorang dosen yang terkenal disiplin, judes, tegas, kini duduk berselimut di kasurnya, matanya sembab karena menangis. Menangis karena diputus oleh laki laki yang memberinya harapan terlalu tinggi. Dan sebagai lelaki, air mata wanita memang ampuh untuk membuatku tak tega, seperti saat aku melihat Tante Nung terduduk di lantai di malam terakhirku liburan semester kemarin.

"Bu Febri kok nangis lagi?"
"Ya keinget tadi pagi ris"
Bu Febri menarik ingusnya. Fida ikutan duduk berselimut di sebelah Bu Febri. Kasur itu untuk 4 orang berjajar saja masih berlebih.
"Masi pingin nangis? Butuh pundak untuk bersandar?"
"ih ga sama kamu juga kali"

Fida yang menyahut pertanyaanku. Aku duduk di pinggir kasur sisi bu Febri.
"Supaya ga salah paham, bu Febri jujur terbuka sama saya yah, ceritain aja semua yang ada di pikiran bu Febri, tak ada yang ditutup tutupin, setabu atau serahasia apapun itu"

Bu Febri adalah orang ketiga yang kuberikan Influence untuk jujur secara frontal, setelah Tante Nung dan Fida. Memaksa seseorang untuk jujur terbuka adalah bukti bahwa kemampuan influenceku benar benar berguna, bahkan tanpa disadarinya. Aku harus mengetes terlebih dahulu.
"Bu Febri suka masturbasi?"
"KAMU TANYA APA HAH?!? Jangan dijawab Kak Feb!! Dasar anak mesum!!"

Fida dengan cepat merespon pertanyaanku. Loh, bukannya Fida sudah ku-Influence juga? Tadi kan sudah benar benar terbuka dia. Hmmm bentar, Kalo ga salah kemampuan ini berdampak secara personal, jadi bakal mentah bila ada orang lain di sebelahnya? Seharusnya secara logika kemampuan ini bisa untuk lebih dari satu orang. Apa mungkin karena arah targetnya yang harus dirubah? aku harus Influence ke kedua orang itu secara bersamaan? Atau pemilihan kata kata ku yang kurang tepat?

Oke kucoba terlebih dahulu.

"Karena Bu Febri dan Fida Kakak beradik, Kalian harus saling mendukung semua percakapan dengan saya, sejelek apapun itu. Kan untuk kebaikan kalian juga"
"Iya ris"
"Iya ris"

Nah ini baru bisa. Ku test sekali lagi.
"Nah Bu Febri suka masturbasi?"
".......Suka ris, aku sering masturbasi di kamar mandi"
"Kalo Fida? apa kamu juga suka masturbasi?"
"Entahlah, aku baru sekali masturbasi. Enak sih... Tapi ga sampe keluar"
".....Kapan Fid kamu masturbasi?"

Bu Febri memandang Fida terheran.

"Tadi siang Kak-"
Fida langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Tuhkan kamu masturbasi!!! tadi bilang enggak!"
"Ehehehehe iya kak, malu laah"

Bu Febri sudah tak sesedih tadi, ekspresinya kembali ke biasanya, judes.
"Emang Bu Febri kalo lagi masturbasi mikirin apa biar terangsang?"
"Mikirin Aldo ris, tapi itu dulu, sekarang mungkin uda ogah mikirin dia"
"Iya kak jangan bahas si laknat itu deh, eneg aku dengernya"
"Bukan gitu Fid, kan kita harus mengurangi trauma Bu Febri"
"ii...iiya juga ris"

Aku pernah baca di artikel ga jelas, jika wanita masturbasi, mereka cenderung lebih suka membayangkan seseorang yang pernah ngeseks sama dia, artinya dia mengingat kembali kejadian yang pernah dia lakukan. Berbeda dengan lelaki, dia mampu untuk berimajinasi dengan siapa saja. Laki laki mudah saja onani membayangkan sedang doggy Dian Sastro, disampingnya Titi Kamal menyodorkan susunya untuk dihisap, dibelakangnya ada Cinta Laura sedang menjilat anusnya. Yaa teori ini mungkin berlaku selama laki laki atau wanita tersebut belum mengenal video porno.

"Emang tadi Bu Febri mergokin Fida lagi masturbasi?
"iya ris, tadi aku ke kamarnya cari kamu, kok aneh pintunya dikunci, kuketok ketok agak lama baru dibuka, Eh keliatan CDnya basah, trus di komputernya lagi muter bokemmppmmpphhh...."
Fida memaksa menutup mulut Bu Febri dengan kedua tangannya.
"Udah udah.. ssshhhh.... lupakan Kak...."

"Yaudah, kalo gitu supaya ga sembunyi2 lagi, Bu Febri bantuin Fida masturbasi. Oke coba aja sekarang"

Bu Febri dan Fida terdiam sejenak. Kemudian saling pandang.
"Serius ris?"
Mereka menanyakan hampir bersamaan.

"Iya serius. Mana sini selimutnya biar aku bisa liat juga"
Selimut jumbo itu kutarik pelan sampe di kaki mereka, langsung terlihat bikini merah Fida yang tak berubah sejak dr kamarnya tadi. Bercak basahnya sudah tak terlihat lagi.

"Nah Bu Febri biasanya masturbasi ngapain dulu?"
"......eeehhh gesek gesek dulu ris?"
"Oh yauda coba gesek gesek punya Fida, anggap aja kayak vagina Bu Febri sendiri"
Bu Febri menggapai permukaan CD merah Fida. 2 jari Bu Febri memulai menggesek vagina Fida yang bersembunyi dibalik CDnya. Fida hanya terdiam menggigit bibirnya.

"Aahhh... Kak Feb.... enaakk...."
Tak sampai 2 menit Fida sudah mendesah. Bu Febri mendengarnya, kemudian bersemangat memperbaiki posisi duduknya, tetap di posisi yang sama namun lebih tegap, sehingga Bu Febri bisa lebih dekat menggapai dan mempercepat permainannya. Tatapan tajam khas Bu Febri terkunci di mata adiknya yang sayu pasrah. Tak lama kemudian tangan Bu Febri inisiatif meremas buah dada Fida dari luar BHnya.

"Ingat Bu Febri, si Fida masih peraw-"
"Iya tau ris, aku juga paham mana bagian dia yang paling sensitif"
Wow tak kusangka Bu Febri sangat aktif dalam me-masturbasi-kan adiknya. Dia kini memelintir puting Fida dari luar, di saat bersamaan 4 jari Bu Febri menyelinap ke dalam CD Fida, untuk melanjutkan pertempuran.

"Sshhhhtt... aaahh.... Kaak....... lagiiii..... aaaahhh... aaAA... AAAAhhh.. AAAHHHH... AAAAHHHHH... AAAAAHhhhhh........"
Fida mendongak, rupanya dia orgasme. Tak sampai 5 menit. CD merah Fida menjadi gelap, tanda kalo dia basah berlebihan. Bu Febri melepas tangannya dari tubuh Fida. Fida mencoba mengatur nafasnya.

"Wow ahli banget Bu Febri. Kok bisa tau mana bagian Fida yang paling sensitif"
"Bodynya hampir mirip sama punyaku ris, malah lebih sensitif"
Oh gitu. Jadi dia sama aja kayak masturbasi sendiri, tau dimana selanya.

"Aku tadi masturbasi ga nyampe nyampe Kak Feb"
Fida sudah kembali kesadarannya.
"Yaa mungkin lebih cepet kalo orang lain yang mainin Fid"
Fida mengernyit, berpikir sejenak.

"Yaudah supaya gampang orgasmenya, sewaktu waktu Fida pingin masturbasi tinggal minta aja ke Bu Febri, biar Bu Febri yang atasi"
"Enak di Fida dong ris, trus aku gimana?"
Bu Febri memprotes kebijakanku sambil mencubit pipi Fida.
"Nah kalo Bu Febri lebih spesial, karena sudah ga perawan, Bu Febri beli aja dildo, ntar Fida yang bantuin masukin"
"Beli dimana ris?"
"Biar si Fida yang cari. Oke Fid?"
"iiih kok aku sih, manakutau beli dimana ris! Kenapa ga kamu aja yang beliin?"
"Ya kan karena kamu calon dokter, masa g tau beli dildo?"

Fida terdiam. Logika absurd itu sepertinya benar2 berperang dengan logika Fida sendiri.
"Nah karena sekarang belum ada dildo, kita pake alternatif aja, coba pake terong atau timun dulu. Tolong ambilkan di dapur Bu Febri"
Pantat bulat terbungkus piyama tipis itu beranjak dari kasurnya untuk ke dapur, mematuhi perintah ngawur bin mesum dariku. Aku melihat Fida yg masih terdiam tak tahu harus ngapain.

"Fid supaya aku dan Bu Febri cukup di kasur, kamu agak geser dikit kesana"
Fida bergeser. Aku berpindah dari pinggir kasur menuju tengah kasur. Panas sekali bekas tempat dudukan Fida. Lengan kanan Fida menempel lengan kiriku.

Sedikit banyak aku memperhatikan Fida yang cuek mengecek kuku di jari kakinya, seksi juga Fida yang memakai bikini merah, dengan rambut lurusnya yang sedikit tergerai ke depan namun tak menghalangi dia menginspeksi ujung terbawah tubuhnya. Aah aku ingin meremas dadanya seperti Bu Febri tadi.

"Fid besok kamu ada kuliah?"
Aku menyibakkan rambutnya yang tergerai ke belakang telinga. Fida melirikku, kemudian kembali mengutak atik jari kakinya.
"Ada, pagi ris"
"Oh biasanya naik apa Fid ke kampus?"
Aku mendekati wajahnya, hendak mengecup pipi kanannya. Fida memahami, dia menyodorkan pipinya. Influence waktu di depan komputer tadi masih ngefek ke dia. Cuppp

"Naik jazz ris, tapi kadang dipake papa mama. Aku males pake pajero, kegedean"
Tanganku menyelinap ke bawah ketiaknya, untuk menggapai payudara kanannya. Kuremas pelan dan konstan. Fida pura-pura tak peduli, tapi dia memberi celah untukku untuk memudahkan menggapai dadanya.
"Oh jadi papa mama tadi sempet pulang?"
Fida melihatku yang sedang asyik menggaruk putingnya.
"Loh kok tau?"

Aku merasa tak puas hanya meremas dadanya, aku menarik tangan kanannya dan meletakkan telapaknya di selangkanganku.
"Iya tadi pertama datang aku liat pajero di depan, trus abis beli charger kok berubah jadi jazz"
Fida meremas penisku dari luar celana. Kini kita saling meremas. Aku ngaceng lagi.
"Ooh iya tadi katanya ambil dokumen bentar, abis itu pergi lagi"
Fida berhenti mengutak atik kakinya, kini dia duduk tegap dengan kaki selonjor, memberiku akses yg lebih mudah untuk mengeksplorasi tubuhnya.

"Emang papa mama kerja apa sih?"
Tanganku menyelinap ke dalam CD Fida.
"Real estate ris, property gitu"
Fida semakin intens meremas penisku. Matanya juga terfokus di aktivitasnya sendiri.
"Wow kalo gitu sukses banget yah papa mama kamu fid"

Aku mengorek vagina Fida, yg masih terkesan becek, sisa orgasme tadi.
"Kalo kamu bicara kekayaan ris, sebenernya ini warisan dari kakek juga"
Aku mengecup lagi pipinya, kali ini lebih dekat dengan bibir Fida. Fida menoleh melihatku.
"Oh maaf fid, bukan maksudku untuk ngelihat tajirnya keluargamu"
Fida langsung menyosor bibirku, kita berciuman semenit. Tanganku dan tangan Fida semakin aktif di bawah sana, menyilang terlihat seperti huruf x dari depan.
"Gapapa sante aja. Banyak kok yg tanya2 gitu ris"

Cklek

"Ris adanya terong tapi keci-........ kalian ngapain??"

Well, pertanyaan bagus.

"Cuma main remas aja bu Febri, sini ikutan biar asyik. Kamarnya kunci aja, biar si mbok ga asal masuk"
Seharusnya Bu Febri protes karena adiknya yang masih perawan kujamah dengan santai, yang ada sekarang malah dia duduk disampingku.

Kini aku diapit 2 wanita cantik kakak beradik, siap untuk bermain mesum denganku. Aku berhenti mengusap kemaluan Fida.
"Mana lihat Bu Febri terongnya"
Fida menyahut terong yang ada di genggaman Bu Febri.
"Kecil gimana kak, itu mah gede banget!"
Bu Febri mengambil balik terong yang sedang di inspek oleh Fida.
"Hmmm masi gedean titit haris"
Fida merampas balik, lalu mensejajarkan dengan selangkanganku.
"Hmmm iya juga sih"
Bu Febri mengacungkan jari telunjuknya seolah mengukur perbandingan antara terong dengan penisku.
"Memangnya punyaku mau dibuat sambal terong?"
Aku mengambil terong yang telah digunakan untuk melecehkanku oleh 2 wanita
"Ahahaha boleh sini aku buatin, biar ga mesum mulu"
Bu Febri mendorong terong yang kugenggam ke mulutku.
"Udah udah, sekarang giliran Fida bantuin Bu Febri. Sini Fid"

Aku meminta Fida maju ke tengah kasur, dia duduk berhadapan di antara aku dan Bu Febri, dan Bu Febri duduk sedikit mengangkang, lututnya menekuk ke atas.
"Nah kamu lakuin pertama2 kayak Bu Febri tadi, pemanasan"

Fida merasa gugup untuk mendekatkan tangannya ke selangkangan Bu Febri. Tangan Fida mendarat, kemudian mencoba menggesek sambil memutar.
"Apaan ga kerasa apa apa fid"
"iihh kak Feb! Kan masi pake celana! Mana bisa kerasa!"
"Iya iya bawel ih"

Bu Febri meloloskan celana tipisnya dengan sekali tarik. Wow, Bu Febri tak pake CD. Aku langsung bisa melihat vaginanya yg berambut tipis dan halus, menggoda sekali.
"Kok ga pake CD sih kak?"
"Kenape? Ntar alasan lagi kalo ketutup CD. Buruan"
"Iyaaa"
Tangan Fida menggesek apem kemerahan itu.
"Nahhh gitu, tekan dikit, sambil mutar, gimana sih katanya calon dokter?"
"Ya ampun kak, kuliah kedokteran ga ada silabus bikin cewek orgasme!!"
"Udah bisa Fid? Bu Febri uda cukup basah?"
"Hmm lumayan ris.."

Aku menyerahkan terong yang daritadi kugenggam.
"Yaudah Fid, nih kamu emut dulu supaya basah, trus coba kamu masukin"
Fida mengambil terong dari tanganku, memasukkan ke mulutnya, memutarnya di dalam mulut, kemudian mengeluarkannya. Terong itu cukup terlapisi dengan liur Fida. Diarahkannya terong itu ke vagina Bu Febri.

Sleepp

"Aahhh..."
Fida memaju-mundurkan terong itu di dalam vagina Bu Febri. Fida yang sadar telah menggagahi Bu Febri dengan terongnya, semakin bersemangat. Lama kelamaan ekspresi judes bu Febri berubah menjadi sayu, menggairahkan.

"Enak kak?"
Bu Febri mengangguk pelan. Aku ngaceng, ingin ikutan.
"Karena Bu Febri sudah terangsang, aku akan membantu Fida supaya Bu Febri cepat sampe"
Mereka mendengar ucapanku namun seolah tak peduli, lebih fokus di terong. Aku menggapai buah dada Bu Febri dari luar piyama, meremasnya perlahan. tanpa BH. Bu Febri melirikku sebentar, kemudian kembali lagi melihat vaginanya sendiri.

Fida semakin antusias, mendorong terong yang beruntung itu semakin dalam, kini ia hanya memegang tangkai terong saja untuk menarik dan mendorong. Sementara itu aku yang meremas kedua payudara Bu Febri merasa tak puas, kubelokkan wajah Bu Febri ke arahku, kemudian kusosor bibirnya. Bu Febri paham, langsung mengimbangi ciumanku. Kita hanyut dalam frenchkiss. Kulakukan itu sambil memelintir kedua puting Bu Febri.

Fida yang menyaksikan kita ciuman merasa heran karena ciuman itu terasa menggairahkan, lebih intens saat dia ciuman bersamaku tadi. Tapi penasaran itu ditunda oleh Fida, dia lebih fokus untuk membuat kakaknya orgasme, semakin cepat dia mengocok terong di dalam vagina kakaknya.

Nafas Bu Febri semakin memburu, dia seperti mengejar sesuatu. 3 menit kemudian Bu Febri menghisap kuat lidahku, menarik nafas dalam dalam, kedua tangannya menahan lengan Fida yang tanpa ampun mempenetrasi terong itu, dan

spruuttt spruuut sprrruuutttttt
"MMMMMhhhhhhmmmmmm~~~.........!!!!"

Bu Febri mendengus keras, mendesah namun teredam oleh ciuman kita. Bu Febri orgasme. Dengan cairan yang keluar cukup banyak, membasahi kasurnya sendiri. Tak sampai 1 menit Bu Febri melemas, aku melepas ciuman kita. Bu Febri menunduk, kemudian mengecek adiknya yang tampaknya sudah berhenti mengocok juga.

"Kak Feb.........."
Aku menangkap ekspresi aneh dari Fida.
"Loh Fid? Terongnya kemana?"

Pertanyaan Bu Febri membuatku penasaran juga. Aku hanya melihat Fida memegang ujung tangkai terong di telunjuknya.
"itu Kak......."

Fida menunjuk ke dalam vagina. vagina itu mengatup namun sedikit benjol.

"Whaaattt ?!?!?!?!"

Aku baru sadar ternyata terong tadi masih menancap di dalam vagina Bu Febri. Bu Febri mencoba membuka labianya sendiri, lalu memasukkan 2 jari ke dalam vaginanya yang masih basah, mengorek-ngorek sesuatu, mencoba menggapai terong yang tertelan seutuhnya. namun tanpa hasil.

"Keliatan Fid terongnya?"
Bu Febri meminta Fida yang masi posisi di depan vaginanya persis untuk mengecek kondisi terong. Fida celingukan melihat sisi terdalam vagina itu.

"Enggak Kak....."
"Coba cek lebih dalam...... Ris bantuin!! kok malah bengong?"
"Eh bisa yah lenyap di dalam"
"BISA LAH!!"

Ekspresi sewot Bu Febri keluar.
"Coba sambil mengejan Kak Feb, dorong dari dalam"
Bu Febri mengernyit, mencoba menekan dari dalam. Masih tanpa hasil.
"Coba Fid aku yang di situ"

Fida yang hanya tadi membantu melebarkan vagina kakaknya bergeser ke samping, sehingga masih bisa tangannya menggapai selangkangan Bu Febri. Aku berpindah ke depan Bu Febri, kemudian melihat sikon vagina terupdate dari depan.
"Bu Febri ngerasa sakit?"
"Mmmm.. enggak sih, cuman ganjel aja"

Aku mencoba peruntungan memasukkan telunjuk dan jari tengah ke dalam vagina Bu Febri. Hangat dan basah. Sambil meraba raba, aku menatap Bu Febri yang lumayan khawatir, bulir bulir keringat di dahinya tak dipedulikannya.

Tap.

Aku merasa kehadiran benda asing di dalam vagina. Itu terong. Kucoba menggapai dengan dua jari. Bu Febri sedikit mengernyit, mungkin merasa terong itu terdorong lebih dalam. Aku mencongkel sisi terluar dari terong itu, menancapkan kuku ku ke terong itu. berhasil, kucoba menarikknya. Bu Febri merasa terong tu perlahan bergerak keluar.

Tass..

Kuku ku terlepas dari terong, aku menarik tanganku terlalu kuat. Atau mungkin Bu Febri sendiri yang terlalu tegang, entahlah.
"Dapat ris?"
"Tadinya. Trus lepas lagi."
"Coba lagi ris"
"Iya, tapi Bu Febri rileks dong, kayaknya terongnya malah tertahan di dalam sama Bu Febri sendiri"
"iii.. iya ris...."

Aku mencoba menggapai terong yang semakin betah di dalam sana. Semakin kukorek-korek, namun terong itu semakin licin.
"Kok malah basah sih?"
"Eeee... eee... wajar lah!! Itu jarimu ga bisa ta geraknya dikurangin??"

Aku menatap wajah Bu Febri. Rupanya dia terangsang lagi oleh jariku. Hmmm, kayaknya malah tambah susah ini.
"Fid kamu kan calon dokter, coba tanyain temenmu atau cari di internet apa ada cara mudah untuk ngambilnya."
"Oke ris"
Fida beranjak dari kasur, kemudian berjalan keluar kamar.

"Supaya mudah mengambil terongnya, Bu Febri terlentang, Kakinya di tekuk ke atas, yak seperti itu, lebarin dikit, dikit lagi, oke cukup."
Kini Bu Febri di posisi yang sangat menggoda, posisi yang membuat para pria ingin menyetubuhinya. Tapi aku ingat ada sesuatu di dalamnya.

Oke tahan ris, tahan, keluarkan dulu terongnya, baru melancarkan aksi. Aku punya ide gila, yaitu membuat Bu Febri orgasme sekali lagi, mungkin bisa mendorong terong keluar dengan kontraksi yang dihasilkan dari orgasme. Aku mulai menyentuh labia pink itu, menggesek memutar seperti yang Bu Febri lakukan ke Fida.

"Aahhhh... riss... keluarin terongnya.... kok malah gesek dari luar doang...."
Bu Febri masih dalam logika lurusnya, namun sudah terangsang lagi sejak dia orgasme 15 menit lalu.
"Supaya Bu Febri bisa rileks, Aku coba melemaskan vagina Bu Febri, jadi santai saja"

Aku tak berhenti di menggesek labia Bu Febri, mulai kucolok pelan dengan 1 jariku, maju mundur. Jariku tak akan pernah bosan untuk bersarang di lubang kenikmatan dosen judes itu.

"risss.... eenaahhhkkk..... aaahhhh......ssshhhhtt.....aaahhhhh..."

Kocokan jariku semakin intens. Perlahan kudekatkan wajahku ke jembut tipis Bu Febri. Aku sudah cukup mengenal struktur vagina Bu Febri, dengan cepat aku menggaet klitorisnya dengan lidahku. Kupercepat kocokan jariku, kuimbangi dengan dansa lidahku di klitorisnya.....

"Aaahh... AAAHHH...AHHHHH.....AAAAAAAAAAAAAA~~~!!!!"
Sprrruuuttt sprrruuuttt sprrPLOPPPP...!!!!

Terong itu akhirnya menyerah keluar bersamaan dengan cairan vagina Bu Febri. Rupanya teoriku benar, atau mungkin kebetulan saja?
"Hhhhh...Hhhhh....Hhhhhhh.... udah... keluar ris......??.....Hhhhh...."
Bu Febri mengangkat kepalanya dan melirik ke bawah untuk melihat kondisiku sekarang.
"Sudah Bu Febri, Nih"

Aku memberikan terong mengkilat itu ke tangan Bu Febri. Sejenak Bu Febri meliriknya kemudian menghempaskan kepalanya ke bantal lagi sambil mengatur nafasnya.
"Lain kali ga usah main terong-terongan ris!"
"Iya.. maaf Bu Febri, next time pake dildo aja. Nah sekarang supaya saya bisa meminta maaf saya akan memasukkan penisku ke vagina Bu Febri."
"Tapi aku capek ris..."

Yaa wajar sih, dia sudah 3 kali orgasme.

"Kan Bu Febri cuma terlentang"
"Yaudah oke oke"
Aku segera menurunkan celanaku, keluarlah penis yang menjulang tinggi, padahal sudah muncrat tadi siang. Sedikit banyak aku sudah latihan bersama Tante Nung, paling tidak 2-3 jam setelah aku orgasme, penisku sudah siap untuk bertempur lagi.
Kini kuarahkan penisku ke vagina yang mudah squirting itu. Bu Febri seakan tak peduli, namun dia sambil memandangku yang penuh dengan wajah mesum.

Bleesss
"Aaahhh..... Jangan digerakin dulu ris!!! masih ngilu........"

Akhirnya penisku tertanam seluruhnya di vagina Bu Febri, begitu hangat, begitu terasa genggamannya. Aku telah menggagahi dosenku, yang baru pagi ini bertemu dengannya. Dia adalah wanita kedua yang seks denganku. Aku tahu di kemudian hari penghitungan jumlah wanita dalam hidupku bakal meningkat pesat, tapi tetap ini merupakan pengalaman yang indah bagiku.

"Supaya tidak ngilu, Bu Febri saya kasih rangsangan yah, nikmati saja"
Bu Febri tak menjawab. Aku menggapai kedua payudara Bu Febri dari luar piyama. kuremas pelan. Bu Febri menatapku tanpa ekspresi, namun perlahan matanya semakin sayu. Kudekatkan wajahku ke wajahnya. Kucium bibirnya, berawal dari sentuhan ringan, kuangkat kembali bibirku, kukecup lebih dalam, kuangkat kembali, tiba tiba Bu Febri mengangkat kepalanya sendiri dan mendaratkan bibirnya ke bibirku, tanpa basa basi. Kita kembali french kiss, bertukar lidah, liur, saling merasakan tekstur bibir satu sama lain.
3 menit kita frenchkiss, Pantat Bu Febri bergoyang, menggerakkan tubuh bagian bawahnya dalam titik tumpu penisku. Rupanya dia mengisyaratkan vaginanya tak ngilu lagi. Oke aku coba memaju mundurkan penisku. Nafas Bu Febri kembali berat, sedang dia tak mau melepas ciuman kita.

Aku kini menyetubuhi dosenku, masih dengan jilbabnya, dia merangkul kepalaku supaya dapat lebih dalam frenchkiss dengannya. 2 menit aku penetrasi vaginanya, Bu Febri akhirnya melepas ciumannya untuk dapat mendesah dengan bebas, namun tetap merangkul kepalaku. Aku jadi sedikit kesusahan untuk meremas payudaranya, karena aku butuh tumpuan dengan kedua tanganku. Tak lama kemudian tangannya terlepas dari kepalaku, dan tergeletak di kasur. Matanya terpejam, mulutnya terbuka untuk dapat menghirup lebih banyak oksigen. Keringat membasahi pinggiran jilbab Bu Febri. Rupanya Bu Febri sudah sangat pasrah dan lebih fokus ke hujaman penisku. Aku pun menikmati persetubuhan ini.

Tak lama kemudian aku merasakan ada seseorang melihat kita. Seperti deja vu, aku mencoba mengecek sekitar. rupanya Fida sudah berdiri di balik pintu, dengan posisi mengintip. Sambil memompa Bu Febri, aku tersenyum ke Fida.

Fida sadar persembunyiannya terekspos, lalu perlahan memasuki kamar Bu Febri. Aku masih memandangnya, Fida tampak canggung, grogi, namun ada secercah rasa penasaran keluar dari kacamatanya. Fida melihat kakaknya yang memejamkan mata, mendesah, menikmati setiap hujaman penisku. Fida menelan ludah tanpa suara.

Aku menghentikan pompaanku. Bu Febri membuka matanya, dengan sekejap dia sadar adiknya di sebelahnya.
"Fid supaya Bu Febri tidak hamil, kamu harus hisap spermaku ketika aku ejakulasi, langsung dari penisku yah"

Influence yang dengan mudah kuberikan kepada Fida, membuatku berpikir, semua perintah bisa kuberikan kepada siapa saja, mau to the point atau memutar terlebih dahulu. Namun apa asyiknya? aku ingin menikmati kehidupan seseorang itu, aku lebih suka memberikan influence ke hal-hal yang kecil, perlahan namun pasti. Walaupun ujung-ujungnya sama juga.

Fida duduk di pinggiran kasur, tubuhnya membelakangi kita, namun kepalanya menoleh ke belakang. Fida masih menggunakan bikini merahnya, yang entah kenapa seharusnya dia bisa saja memakai baju lain yang lebih sopan di depan orang yg baru dikenalnya. Aku memulai kembali pompaan ke Bu Febri, dan Bu Febri kembali mendesah menikmatinya. Sedang Fida memandangi kita dengan tangannya yang menggenggam menutupi mulutnya.

"Hariiissss.....!!!! AAAAHHHH......!!!! AAAaaaahhh.... Aaaaaahh.... aaa..."

Bu Febri mengejan, penisku tersiram cairan hangat dari dalam vaginanya. Aku memperlambat pompaanku. Orgasme keempat Bu Febri tampaknya tak sehebat sebelumnya. Sementara itu Fida sedikit membelalak, melihat kakaknya terlampau kenikmatan berkali kali, baru kali ini dia menyaksikan persetubuhan laki laki dan perempuan dari jarak dekat. Fida merasa tubuhnya panas, dia ingin seperti itu juga. Dia ingin disetubuhi, vaginanya ingin dimasuki penis. Dia merasa ada sesuatu yang mengalir dari dalam vaginanya. Fida terangsang. Salah satu tangannya secara reflek turun ke bawah untuk mengecek situasi dan kondisi organ keintimannya.

"Fid supaya kamu betah, sambil menunggu kamu masturbasi aja disitu, tapi hadap sini, dan kamu bayanginnya sama saya"
Fida memutar badannya, mengangkat kakinya ke atas kasur, dan bersila menghadap kita. Tangan kirinya yang tadi bertengger di mulutnya berpindah posisi ke selangkangannya. Tangannya bergoyang seperti sedang menggaruk sesuatu. Sementara itu aku kembali memompa Bu Febri lagi. Keringatnya sudah membekas di piyama coklat. Bu Febri benar benar pasrah sepenuhnya akan seranganku, dia bahkan tidak peduli adiknya ada disebelahnya sedang ngapain.

10 menit aku memompa, aku merasa sudah di ujung.
"Fid aku sudah mau sampai. Sini mendekat"
Fida beranjak dari posisi bersilanya, mendekatiku kakaknya, memandangi penisku yang keluar masuk vagina kakaknya. Aku mencabut penisku dan kuarahkan ke wajah Fida, kepala Fida maju mendekati sambil bertumpu pada lutut Bu Febri, langsung mencaplok penisku.

Crooottt crooottt croootttttt croooootttttt

Aku orgasme kedua kalinya di hari ini. Nikmatnya serasa hingga ubun ubun. Hisapan mulut Fida membuatku kelojotan. semenit kemudian aku telah selesai, aku menarik penisku. Mulut Fida menampung spermaku, dia bingung mencari sesuatu untuk wadah. Sekali lagi aku akan memberikan influence.

"Supaya ga bingung cari tempat, spermaku bagi dua aja sama Bu Febri Fid, langsung kamu tuang dari mulutmu ke mulut Bu Febri, kemudian kalian bisa langsung menelannya."
Fida mengangguk dan mendekati Bu Febri. Bu Febri membuka mulutnya dan Fida mengeluarkan sebagian benihku ke Bu Febri. Glekk. Mereka bersamaan menelan liquid protein itu.

"Bu Febri, supaya bisa ngelupain si Aldo, Bu Febri kalo masturbasi ingat aktivitas barusan aja. bisa kan?"
"Hmmm.... oke ku usahain ris. Makasih ya ris...."
"Ntar bisa sambil dibantu sama Fida, Fid, uda ketemu belom dildonya?"
"Belom la ris! tadi kan aku cari cara buat ngeluarin terong, eh aku balik uda bukan terong lagi yang di dalam!"
"Ahahaha iya Fid, kamu cari aja sekarang, sekalian kamu lanjutin latihan masturbasi di kamarmu sendiri"
Fida diam beranjak keluar dari kamar Bu Febri. Kini aku hanya berdua saja dengan Bu Febri.

"Trus kapan kamu ngerjain pe er mu? udah sore ini, buruan kerjain biar ga kemaleman"
"Oh iya, oke oke Bu Febri"
"Kerjain aja di meja situ, aku mau makan dulu, laper"
"Yaah aku juga lapar Bu Febri"
"Udeeeh kerjain, ntar kubawain makan kesini"
"Baiknyaaa Bu Febri"

Bu Febri tanpa ekspresi turun dari kasur, memakai celana piyamanya, kemudian keluar kamar. Aku mengambil tasku yang tergeletak dari tadi siang, mengambil beberapa buku kemudian mulai mengerjakan pe er yang se abrek itu. Shit banyaknya, malas juga kalo mau ngerjain sebanyak ini.

15 menit kemudian Bu Febri masuk ke kamar dengan membawa kotak pizzahut dan air putih yang... Seceret? Banyak banget. Oh sepertinya dia kehabisan cairan banyak banget sejak pagi.
"Udah belom? lama amat"

Walah, karakter dosen sadisnya keluar. Memang Bu Febri cocok untuk mendalami karakter judes, plus otoriter.

"Belom lah, baru juga buka buku. Supaya saya bisa fokus, Bu Febri sambil suapin makanan yah"
Bu Febri membuka kotak pizza, mengambil sepotong dan mengarahkan ke mulutku. Aku sok mengerjakan sambil menggigit pizza yang disodorkan kepadaku.

"Bukan gitu caranya, cari dulu apa aja poin yang dibutuhkan, baru pake rumus utama. Tekanan sama Temperatur aja belom kamu dapat, apa yang mau kamu masukin ke rumusnya?"
"Oh iya bener bener Bu Febri"

Aku mengunyah sambil mengerjakan soal2 yang butuh setidaknya 60% otakku. Sisanya 40% fokus ke Bu Febri.
"Hei! paham ga sih tadi pagi kujelasin gimana cara dapetin tekanan?"
Alamak ini mah namanya dicambuk bukan dibantu. Aku sebisa mungkin mengimbangi apa yang diminta Bu Febri. Tapi tak apa lah, meskipun dicambuk, aku masih tetap disuapin pizza muehehehe.

Sekitar 15 soal kemudian, Bu Febri sudah tak seaktif tadi. Rupanya dia mengantuk. Yaa wajar lah setelah orgasme berkali kali tadi, harusnya energi yang dia punya sudah habis. Aku pun juga sudah cukup mengantuk.
"Bu Febri, sudah mengantuk kah?"
"Iya ris, capek rasanya. Udah belom kamu?"
"Belom Bu"
"Makanya kubilang tadi kerjakan sejak awal !! sampai larut gini. Mana besok masuk pagi lagi !!"
"Yaa mau gimana, kan satu dari sekian banyak kegiatan dari pagi tadi"
"Jangan ngeles kamu! Bukan alasan itu!!"

Aiiih bete deh. udahlah cukup aja sampe disini. Sebenarnya sejak awal aku bisa aja influence Bu Febri supaya aku tak mengerjakan tugas ini, tapi ya aku sadar aku butuh belajar juga.

"... Kak Feb? sudah tidur kah?"
Fida celingukan di balik pintu kamar.
"Kenapa fid?"
Fida menghampiri Bu Febri dengan membawa kantong kecil.
"Nih uda datang dildonya. tapi agak kecil, adanya ini aja. yaa ga jauh beda sama terong tadi"
Bu Febri mengambil isi kantong kecil. Muncullah dildo hitam semi transparan yang masih terbungkus kotak plastik. Penis silikon itu punya suction cup cukup besar di pangkalnya, dan bukan tipe yang bisa bergetar.

"Buset cepet amat fid? dapet dimana"
Bu Febri membuka kotak plastik dan menggenggam dildo itu
"Hehehehe ada deeh. Mau coba?"
"Eh capek aku fid, besok aja lah"
"Yaudah Kak Feb simpan aja dulu... Hei!! kamu liat apaan ris!!"

Bu Febri menyadari aku ikutan melihat dildo itu, langsung menyembunyikan ke dalam kantong lagi.
"Kamu ga sopan !! ini privasi namanya !! udah belom ngerjain itu?!?!"
Walah, yang menyarankan tadi untuk beli dildo siapa juga. Oh aku ada ide.

"Bu Febri, Fida, supaya tugasku sampai disini aja, besok pagi masukkan dildo itu di vagina Bu Febri, Fid, kamu bantuin itu supaya dildonya ga lepas waktu dibuat jalan seperti apa caranya. Bu Febri harus pake dildo itu waktu di kampus sampe pulang di rumah lagi. Oh ya, boleh dilepas kalo mau buang air aja, setelah itu masukkan lagi"

"..........Yaudah ris, beresin semuanya, kerjaanmu taruh aja di meja"

Yay! Aku membereskan barang barangku, kumasukkan ke tas selempangku.

"Oke aku pamit dulu ya Bu Febri, Fida, makasih uda dijamu disini"
"Sama sama ris, makasih ya uda mau anterin pulang sama jalan tadi"
"Iya ris, makasi juga tadi beliin headset"
"Nah supaya kalian memimpikan saya malam ini, kalian cium saya di bibir"

Bu Febri mencium bibirku, kemudian diikuti Fida mencium di tempat yang sama.

Aku keluar rumah gedongan ini, dengan perasaan puas, aku mendorong motorku keluar pagar.

Sebuah pengalaman nikmat yang tak kuduga sebelumnya. Ditambah lagi besok aku akan menemui Mbak Mira, melanjutkan rencana yang sempat tertunda tadi pagi.

Aku menarik gas suprax menembus jalanan. Dan petualangan ini berlanjut.

-------


Part 11
Asik bener klo ane punya tuh ilmu.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd