Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY THE INFLUENCER

ilmunya keren Hu, jadi pengen bisa juga. 😂

Fida kapan di exe nih Hu?
 
Part 10

Hai Temans,
Maaf terlambat, update satu ini agak banyak, jadi ngeditnya banyak juga. :sendiri:
Happy reading!


-----Part 11: Indekos

"Mbak Mira, mbak, katanya hari ini ada rapat mbak"
"mmmm.... jam berapa ris?"
"Jam 6 mbak"
"WHAATT??!!"
Mbak Mira terloncat lari ke kamar mandi. Dia bangun kesiangan. Semalam memang penuh kerjaan, atau lebih tepatnya saya kerjain, hingga larut malam. Apa saja kerjaannya? Akan aku ceritakan mulai dari hari ke 3 masuk kuliah, yaitu saat aku pulang bareng Mbak Mira untuk membantu menyelesaikan pekerjaannya yang dibawa ke kosan karena belum selesai.



****



Sore hari itu cukup berawan, tanda musim hujan sudah cukup dekat. Aku telah sampai di jalan naga, jalan itu memang area kos kosan. Hampir setiap rumah sudah ditingkat, dengan khas tiap 4 meter ada jendela di dindingnya. Sisi depan rumah selalu ada garasi dengan motor yang berbaris tak rapi. Ada rumah kos yang kumuh dan reot, ada juga yang super elit seperti rumah gedongan. Rumah kos Mbak Mira ada sedikit lebih jauh dari belokan perempatan masuk jalan naga. Rumahnya termasuk yang standar, tak elit, namun tak begitu kumuh juga.

Aku mengikuti Mbak Mira memasukkan motor ke garasi depan, ya lumayan luas jadi tak perlu untuk menjejalkan seperti rumah kos yang lain. Setelah memarkir motor aku mengikuti Mbak Mira yang jalannya terkesan terburu buru. Kamar Mbak Mira ada di lantai 2. Mbak Mira mencari kunci kamarnya, seperti susah untuk konsentrasi. Lama kelamaan dia tambah menunduk, rambut lurus naturalnya tergerai ke depan, hampir menutupi slot kunci kamarnya. Berkali kali rambutnya disibakkan ke belakang telinga, namun tergerai ke depan lagi.

Cklek akhirnya terbuka juga. Mbak Mira layaknya polisi menerobos markas narkoba.

Dilemparnya tas punggungnya, dan berlari ke kamar mandi di pojok kiri. Kamar Mbak Mira cukup luas, ada kamar mandi dalam lagi. Tikar model puzzle warna warni menutupi hampir semua area kamar, memanjakan kakiku yang terlalu sering menginjak lantai plesteran. Aku melihat jendela, ternyata menghadap ke jalan naga langsung tanpa terhalang apa apa.

"Aaahh leganya....."
Mbak Mira keluar dari kamar mandi, masih memakai seragam khas admin, rapi formal namun tetap terlihat press dengan body bongsornya.
"Pipis apa masturbasi Mbak hehehe"

Mbak Mira melirikku kejam sambil memilah baju dari dalam lemarinya.
"PIPIS ! cewek itu gampang kebelet ris. Mana tadi ada orang yg rese abis lampu merah tadi, uda jalan lambat, nengah. Kuambil kiri dia mepet ke kiri, kuambil kanan dia ke kanan juga! uuhh jadi sebel lagi rasanya"
Mbak Mira berhasil mengambil beberapa baju dari lemarinya, berhenti sejenak, kemudian kembali ke kamar mandi.

Memang tadi di jalan ada orang yang sepertinya sengaja gangguin Mbak Mira, dia baru pergi setelah 3-4 klakson menembakinya. Selang 5 menit Mbak Mira keluar dari kamar mandi, sudah berganti baju kaos kuning spongebob ketat dan hotpants katun. rambutnya asal diikat ke atas. Di pinggangnya ada buntelan baju seragamnya.
"Siapin laptopku dong, ambil aja di tas. Aku mau nyemplungin ini ke mesin cuci dulu"

Mbak Mira keluar dari kamarnya. Aku mengambil tas punggungnya dan mengeluarkan laptop acer. Kutaruh di meja rendah. Meja itu cukup lebar, bisa untuk main kartu remi 4 orang. Kutarik charger laptop ke colokan dekat TV untuk kemudian kunyalakan laptop itu, dan sekalian kunyalakan TV. Hmm, acara berita metrotv. Zackia Arfan memang cantik.

"Ris ris ris!! aduuh aku lupa!"
Kaos spongebob muncul dari balik pintu kamar kos, ditutupnya kembali pintu itu.
"Lupa apa mbak?"
"Ituuu.. CD ku yang ada sperma kamu kucemplungin semua di mesin cuci!!"

Oh aku belajar sesuatu. Orang yang terkena influence akan dengan patuh mengikuti semua perintah, tetapi manusia juga bisa lupa. Ya, musuh alami kemampuanku ternyata sifat lupa dari manusia itu sendiri.

"Looh ga bisa diambil mbak??"
"uda ga bisa, kalo uda kupencet start mesin cucinya otomatis ngunci"

Bisa aja sih bikin lagi, kan sperma saya unlimited. Butuh jeda sih buat ngeluarin.

"Waduuhh gimana ini mbak?"
"Keluarin lagi lah, nih CD baru"
Mbak Mira menyodorkan CD krem yang dia ambil dari lemari.

"Emang saos abc? asal ngeluarin aja!"
"Ehehehe iya maaf, ya mau gimana lagi, kan kamu doang yang punya"
"Ya bikin aku horny dulu lah mbak, baru aku bisa ngeluarin"

Mbak Mira memegang dagunya dengan jempol dan telunjuknya, sedang berpikir.

"Hmmm... iya betul juga ris"
Tak lama kemudian Mbak Mira melepas ikatan rambutnya, berkacak pinggang, kemudian mengangkat satu tangannya, memutar badannya, menatap mataku, memicingkan mata.

"Eeeeee... Mbak Mira ngapain?"
"Kan bikin kamu horny? kurang seksi kah poseku?"

Well, kuakui aku sedikit ngaceng melihat adegan fashion show Mbak Mira.

"Mana ada aku horny liat gituan?? di internet banyak!!"
"Loooh trus gimana dong ris....."
"Sante aja, rileks mbak. Mbak Mira sambil lanjutin pekerjaan yg belum kelar itu aja. Oh ya, lepas aja BH sama CD mbak biar gak sesak"
Mbak Mira menghentikan aksinya, kemudian menuju kamar mandi.
2 menit kemudian dia keluar, sambil menggenggam BH dan CDnya. Dia masih memakai kaos dan hotpantsnya. Setelah menggantung dalemannya di samping lemari, dia menuju meja kecil tempatku berada. Payudara itu tak kuasa untuk diam ketika mbak Mira berjalan.

"Sini laptopnya, tasku tadi mana?"
Mbak Mira duduk menghadap TV. Kutarik laptopnya hingga persis didepannya. kulempar tas yang tadinya di dekat TV ke sampingnya. Kemudian aku beranjak dan pindah duduk di belakangnya. Mbak Mira menoleh ke belakang.

"Loh loh ngapain kamu? Jangan aneh aneh yah!"
"Supaya aku bisa horny, Mbak Mira nikmati aja kalo tubuh mbak ku apa apain. Mbak Mira sambil selesaiin aja kerjaannya"
Mbak Mira kembali menghadap laptopnya, mengambil flasdis di tasnya kemudian mencolokkan ke laptopnya.

Mbak Mira diam tanpa kata, mencari file excel di direktori flasdisnya. 4 file langsung terbuka.
Aku memandang Mbak Mira dari belakang, Tubuhnya memang indah, rambut lurusnya tergerai di belakang. Aku otomatis mendekat dan memeluk tubuhnya dari belakang, menghirup rambutnya.

"Rambut Mbak Mira bagus, harum lagi. Perawatan dimana sih mbak"
"Hihihi cuma pake shampo aja"

Aku melepas pelukanku, kemudian memindahkan rambut Mbak Mira ke depan samping kanan. Leher jenjang itu menuntut untuk dicium. Kedua tanganku kembali melingkar di perut Mbak Mira. Satu, dua kecupan mendarat di leher belakangnya. Detak jantung Mbak Mira semakin kuat dan cepat, Nafasnya memburu. Kepalaku mendarat di pundak kirinya. kucium pipi kiri Mbak Mira, berlanjut ke telinga kirinya, kujilat perlahan sambil kuhembuskan nafas dari hidungku.

"HHhhhh...."

Mbak Mira mendesah kucing. Tapi ia tetap berusaha konsentrasi untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tanganku mulai beraksi. Naik perlahan, kedua tanganku kini menempel di sisi bawah payudara yang masih terbungkus kaos kuning.
"Cantik cantik kok kaosnya spongebob sih"
"Suka suka aku dong. Kan lucu, seneng liatnya"

Aku melancarkan 2 aksi. Leher samping kujilat pelan, dada kiri kanan kuremas, sambil mencari putingnya dari luar kaos. Kudapatkan kedua putingnya, mulai kuputar gemas.

"Aahhhh... sshhhttt... Mana bisa kerja kalo gini risss.....ssshhh"

Aku mendengar suara halus ketikan keyboard laptop, sepertinya Mbak Mira tetap bisa mengerjakan excelnya, walaupun dengan nafas yang berat.

Hmmm mungkin saat yang tepat untuk memberi Influence yang rumit.

"Mbak Mira, emang pacar mbak sering telpon atau chat?"
"Hhhmm... kenapa tiba tiba tanya gitu? dua duanya sering sih, biasanya tiap malam dia telpon. Kalo bbm ya hampir tiap hari lah."
Aku tak berhenti memelintir putingnya, tapi rupanya Mbak Mira mulai terbiasa dengan rangsangan yang kuberikan.

"Apa pernah phone sex atau chat sex?"
"Pernah lah, tapi sekarang makin jarang. Dulu waktu awal awal pisah kosan hampir tiap 2-3 hari dia telpon mesum gitu"
"Apa Mbak Mira suka?"
"biasa aja, toh ya waktu itu aku ga bisa masturbasi sampe tuntas, jadi ga paham harus ngapain, kebanyakan dia juga yang aktif kalo phone sex. Kalo disana uda muncrat yaudah ditutup deh"
"Tapi sekarang uda bisa sampe tuntas kaann"
"Hehehe iya ris. Apaan sih tanya tanya gituan?"
"Yaaa kan pingin tau caranya pdkt mbak"
"pdkt kok pake phone sex?"
"Emang yang bener gimana mbak?”

Mbak Mira menghentikan ketikannya. Dia menarik tanganku yang sedari tadi meremas dan melintir susunya, menggiringku hingga bergeser duduk di sampingnya. Dia menatapku tanpa ekspresi.
"Deketin cewek tuh pake perasaan ris, jangan mesum duluan."

Yep, pedoman standar itu adalah sebuah logika dasar. Aku berencana merubah logika itu di Mbak Mira

"Gimana coba jelasin lebih rinci mbak"
"Bentar. Kapan terakhir kali kamu menjalin hubungan dengan wanita? Ga mesti sampe pacaran, gebetan, atau temen deket, atau sekedar teman chat deeh"

Haruskah aku berbohong untuk pertanyaan ini.

"Mmmm, yang bisa bener2 deket ga ada mbak, ya sama Mbak Mira aja menurutku paling deket."
Mbak Mira tersenyum sebentar.
"Ga usah gombal. Yaudah, Jadi, paling cepet deketin cewek ya ajak jalan dulu. Disitu bisa kamu sambil ngobrol, dan ngobrol itu kesempatan crucial kamu untuk mengorek semua informasi cewek itu, apa yang dia suka, hobinya apa, kakak adiknya berapa, tanggal lahir, hmm kalo tanya tanggal lahir terlalu aneh... atau tanya aja zodiaknya. Mungkin zodiak kurang populer, atau terkesan aneh, tapi itu bisa buka percakapan kalo kamunya pendiam gini. Kalo ngobrol juga santai, jangan geje... Tapi kalo orang kayak kamu sih sudah pasti bakal geje kalo ngobrol.... Paling enggak, dibikin nyambung lah antar topik. Jangan abis tanya warna favorit, tiba tiba tanya tadi pagi makan apa, kan ga nyambung? Kalo ceweknya pengertian sih dia bakal nimpalin, kalo engga ya feelnya kurang dapet. Paham?"

Mbak Mira bisa ngobrol banyak rupanya.
"Eeee... eeehhh... jangan cepet2 mbak, susah menyerap ilmunya, hehehehe"
"Intinya, gimana caranya kamu bisa ada waktu untuk mencari biografinya, bukan dari stalking, atau tanya dari temen2nya"
"........Emang warna favorit Mbak Mira apaan?"
"Kuning. Apaan sih kok dipraktekin ke aku?"
Mbak Mira tersenyum manis sekali. Dia kembali ke pekerjaannya. Aku kembali meremas dadanya dari belakang.

"Ris, beliin indomi di indomaret dong, buat makan malam, aku males keluar pingin beresin ini"

Mbak Mira meraih tas punggungnya, merogoh sesuatu yang ternyata itu dompetnya. Dia mengeluarkan 1 lembar SoekarnoHatta, diselipkannya di antara tanganku dan dadanya.

"indomi goreng 4, kuah 4, rasa terserah. Kalo ada promo beli 5 ambil aja. Sekalian beli citato sapi panggang yang gede 2, pulpy mangga 4, aqua yang gede 2. Apalagi yah........ sekalian aja genapin mau beli apa terserah ris"
"Eh buset, bilang kalo minta belanjain sekalian Mbak"
"Hehehe iya jangan bawel ih, kan ntar kamu makan juga. Buruan"

Mbak Mira kembali ke laptopnya. Dengan penis setengah ngaceng aku beranjak keluar kamar.

Jglek
Pintu kamar kututup dari luar.

"Kamu…...Temennya Mira?"
Aku menoleh ke kiri, ada sesosok wanita memakai kemeja putih dan celana hitam, berdiri dekat dengan pintu kamar. Wanita itu seperti keheranan.
"Ee.. eh iya mbak, ada yang bisa dibantu?"
"Mira ada di dalam kan?"
"Ada, mau mampir? silahkan. saya mau keluar dulu"
"Oh oke oke makasii"

Wanita itu membuka pintu, dan aku mencari tangga turun untuk keluar kosan. Dalam hati aku merasa seperti pernah ketemu wanita itu. Tapi kapan? dimana?

Sesampai di jalan, aku baru sadar aku tak tahu indomaret dimana. Kulihat di dekatku ternyata ada cewek berseragam SMA, sedang duduk di motornya, asyik bermain blackberrynya.
"Mbak, permisi, Indomaret dimana yah?"
"Eeeeh maaf mas, saya ga tau"
"Oke supaya tau, mbaknya antar saya mencari indomaret. Arah sana dulu yuk"

Cewek berambut ikal itu memasukkan BBnya ke saku samping, menstart motor mionya. Aku menaiki motornya di belakangnya. Mio keluaran terbaru tahun itu melaju santai mengikuti arahan cewek yang cukup seksi ini.
"Karena mbaknya seksi, saya remas dadanya ya mbak"

Cewek berseragam putih abu abu itu mengangguk sambil tolah toleh mencari indomaret terdekat, sedangkan aku meremas dadanya tanpa moral.
"Mbak, yang arah sini udah lumayan jauh deh, kayaknya ga ada, coba kembali ke arah sebaliknya yuk"
"Iya mas"

Tak banyak bicara, cewek itu memutar arah dengan mudah, karena jalanan ini tak terlalu padat. 10 menit kemudian kita telah sampai di Indomaret, persis di arah pertigaan masuk jalan naga. Padahal tadi aku melewati pertigaan ini.

"Makasih ya mbak, supaya ga bingung mbaknya lanjutkan aktivitas tadi aja"
Dia mematikan motornya, mengeluarkan BB dari saku, melirikku sekali lagi, kemudian menelpon seseorang. Rupanya dia seperti sedang terburu-buru, aku jadi merasa bersalah.

Aku memasuki Indomaret, mencari barang titipan Mbak Mira terlebih dahulu, kemudian menghitung jumlahnya. Hmmm, masih sisa sekitar 30ribu. Oh aku ada ide. Aku menuju etalase obat, mengambil beberapa kotak fiesta. Kurangnya aku tambahin deh heheheh.

Aku kembali ke kosan dengan jalan kaki. Sesampai di depan pintu kamar, aku mendengar suara 2 wanita sedang mengobrol.

cklek
"Oh haris? eh kenalin ini tetangga kamar sebelah"
"Haris...."
"Meggy...."
Aku bersalaman dengan Meggy. Wajahnya khas oriental, cukup manis. Tapi entah kenapa dia melihatku seakan-akan melihat ingus hijau.
"Baru pulang kerja Mbak?"
"Iya mas, baru aja nyampe…. Mir aku balik ke kamarku lagi yah"
"Oh yaudah makasi ya Meg"

Jgleg.

Aku menaruh kresek belanjaanku di dekat lemari.
"Ada perlu apa dia tadi mbak?"

Mbak Mira melanjutkan mengetik di laptopnya.
"Oh dia abis cerita kalo dia sama Lilis ngeliat kamu kemarin sama bu Febri, di belakang gedung admin, lagi mesum."

What?!?

"Eee…. Mesum gimana mbak?"

"Yaaa.. intinya kamu uda berbuat ga senonoh ke bu Febri gitu. Sebenarnya yang ngeliat duluan si Lilis, tapi cuma ngeliat sekilas dari jendela samping gedung, kalo belakang gedung ga keliatan. Nah yg beneran ngeliat si meggy itu."

Ooh iya!! Dia yang ada di samping gedung waktu itu. Aku hampir lupa. Shit artinya ada yang melihat kegiatan itu kemarin. Ada 2 orang, termasuk Lilis.

"Lalu dia bilang apa lagi mbak?"
"Mmm…. dia juga curiga kamu bakal macem-macem ke aku. Sama jangan sampe cerita semua ini ke kamu."

Well, syukurlah mbak Mira sudah ku influence duluan, jadinya semua terbeberkan. Aku kembali ke posku, duduk di belakang mbak Mira sambil meremasnya. Kini aku mulai menjelajah ke area selangkangan.

“Tadi pagi emang si Lilis cerita dia kemarin ngeliat dari samping gedung ada Bu Febri, kayak nangis gitu, sambil gandeng cowok entah siapa, tapi yang jelas bukan pacarnya”

Dinggg

Mbak Mira mengambil hapenya, rupanya ada sms masuk. Aku beralih mengambil satu bungkus citato untuk kubuka.

"Nah ini si Lilis sms, panjang umur dia. Kayaknya si Meggy barusan lapor ke dia"

Aku penasaran. Kulihat isi sms itu.

[Dugaanku benar. Yg d blkg gdg adm kmarin itu si haris! Mnurutmu dia ada hubungan apa sm bu Febri?]

Oh gitu. Jadi si Lilis sebelumnya tak tahu, dan yang mengkonfirmasi si meggy tadi.

"Ris jawab jujur yah, kamu ada hubungan apa sama bu Febri? Emang kemarin kamu ngapain sama bu Febri di belakang gedung admin kemarin?"

Aku mempertimbangkan apakah jika kubeberkan aslinya ada untungnya bagiku.

"Hubungan apaan mbak, aku baru pertama kali ketemu bu Febri ya kemarin itu. Pas kebetulan aja aku lagi di belakang gedung admin, kayaknya emang waktu itu bu Febri lagi nangis, tapi ga tau kenapa"

"Lah, jangan-jangan bu Febri putus sama cowoknya?"
"Meneketehe"
"Kamu ya, ada wanita nangis tuh paling enggak bantuin kek, temenin atau apaa gitu, masa cuma lewat doang??"

Temenin? Uda kutemenin, bahkan lumayan kelewatan “temenin”nya.

"Ya maafkanlah kepolosanku mbak, kemarin agak terburu-buru, kan sampe ga bisa nraktir mi ayam ke mbak."
"Dasar jadi cowok ga peka amat sih"
"Yauda supaya jadi peka, hisap penisku aja mbak sekarang"
"Duuh aku belum kelar ini ngerjain"

Mbak Mira memutar badannya, membelakangi laptopnya, kemudian mulai membuka kancing celanaku yang sudah lumayan terlihat menonjol. Penis yang sudah dua kali muncrat di hari ini sekali lagi mengemban tugasnya untuk menjelajah lubang wanita. Sudah lumayan ngilu, tapi masih enak. Aahh nikmatnya mulut Mbak Mira, licin dan hangat terasa hingga inti penisku.

Dingg

“Mbak Mira, aku liat sms nya yah biar ga ganggu hisapnya”
Mbak Mira mengangguk pelan tanpa melepas batang pria di lidahnya.

[Km lg sm haris??? Awas hati2 mir!! Suruh dia plg aja mir drpd km knp2]

Dasar si Lilis. Kayaknya perlu kukerjain lagi nih cewek.

Diingg

[aku dpt info katany tkg parkir bu Febri motorny nginep semalam, trs dia ngliat dr jauh bu Febri dgonceng cwok naik motor suprax. Km cek deh motorny haris apaan]

“Aphaaa ihiingaa riiihhh? (apa isinya ris?)”
“Hmm kayaknya si Lilis investigasi aku banget. Mbak Mira fokus hisap penisku aja, supaya ga kuatir sms Lilis”

Dingg

[aku uda minta meggy ngecek motor haris mir, dan emg bneran suprax!! Mir!! Buruan bales sms ku!!]

Oke fix aku harus segera menyelesaikan masalah ini.

“Mbak Mira stop dulu yah, aku mau keluar kamar dulu”
Mbak Mira melepaskan tangkapan ikan besar di mulutnya. Dia mengambil tisu untuk mengelap bibirnya yang lumayan mengkilat. Aku agak kesusahan memasukkan si otong kembali ke dalam celana.
“Kamar Meggy yang mana mbak?”
“Nomor dua dari tangga ris. Ada stiker Metallica di pintunya kalo ga salah."
“Oh ya, supaya Lilis ga terlalu curiga, sms aja aku uda ga ada di kamar mbak”

Mbak Mira mengambil hapenya, terdiam sebentar mengecek isinya, kemudian mengetik cepat dan menaruh hape itu lagi. Dia kembali fokus di laptopnya.

Aku keluar kamar, mencari kamar Meggy. Keberadaan Meggy memang tak kusangka. Atau lebih tepatnya kusepelekan. Namun aku merasa cukup beruntung, karena aku mampir ke kosan mbak Mira, jadi aku dapat kesempatan menyelesaikan masalah ini lebih cepat.

Tok tok tok
Pintu itu bukan berstiker Metallica, memang stikernya model logo band itu, namun tulisannya Matematica.

cklek
“Ya? Oh haris? A...Ada perlu apa ris?”
Meggy terperanjat seketika pintu kamarnya dibuka. Dia berusaha untuk tidak memperlihatkan ketakutannya, namun terlambat, aku sudah cukup bisa membaca situasi.
“Meggy, karena hari ini sudah sore, biarkan aku masuk kamar kamu sekarang, lalu kunci pintunya”

Meggy membuka lebar pintu kamar kosnya. Dia masih memakai kemeja putih dan celana hitam. Meggy punya tubuh agak kurus, rambutnya lurus berponi. Wajahnya membuatku yakin dia memang keturunan cina.

Klik
Pintu kamar dikunci oleh Meggy. Wajahnya berubah kebingungan, seperti telah melakukan kesalahan yang fatal tapi tidak tahu apa.

“Meggy, karena aku sudah di kamarmu, mulai sekarang kamu jujur ke aku dalam segala hal, menjawab semua pertanyaanku, terbuka tidak ada yang ditutup-tutupi. Kamu masih perawan Meg?”

“Sudah enggak ris. Kamu mau ngapain di kamarku??”
“Supaya kamu tau jawaban pertanyaan itu, kamu lepas semua pakaian kamu sekarang.”

Meggy membuka kancing kemeja putihnya satu persatu.

“Kamu mahasiswa atau kerja meg?”
“Mahasiswa ris”
Meggy melepas kemeja putih, ditaruhnya di kasur.

“Kamu ada hubungan apa sama Lilis?”
“Yaa aku magang ris, bantuin Lilis. Uda hampir selesai. Harusnya awal semester udah selesai, tapi molor dikit, diminta sama Lilis.”
Celana hitam itu di taruh juga di atas kasur. Meggy kini hanya memakai BH CD dan kaos kaki.

“Kamu yang ada di samping gedung admin kemarin pagi kan?”
“Iya ris. Kamu apain bu Febri itu? Jujur deh! Aku liat semuanya sampai selesai. Endorfin? Supaya nangis berhenti? Bego banget yang terima alesan itu.”

BH biru muda dan CD berwarna sama itu terlepas dari tubuh pemiliknya. Payudara Meggy tidak terlalu besar, Meggy memang agak kurus. Aku dengar cewek dengan dada kecil lebih sensitif. Meggy punya rambut kemaluan yang agak lebat merata. Refleks Meggy menutup dada dan selangkangannya dengan kedua tangan.

“Buktinya bu Febri terima aja kan?”
“Iya karena bu Febri masih rentan! Asal kamu tau aja yah, aku udah cerita semua ke Lilis. Bentar lagi Lilis bakal lapor ke komite, atau sekalian ke polisi. Siapa lagi korban selain bu Febri? Jangan jangan mbak Mira.”

Meggy menanyakan siapa korban selanjutnya, padahal dia sendiri sudah telanjang bulat di depanku.

“Kamu bicara seolah-olah aku penjahat kelamin Meg, padaha-”
“EMANG PENJAHAT KELAMIN! Tadi aku tanya Mbak Mira kamu ngapain di kamarnya, emangnya aku ga tau?”
Meggy memajukan tubuhnya, wajahnya berapi-api, seolah dia telah memenangkan argumen saat ini.
“.....Emang Mbak Mira bilang apa?”
“Dia bilang kalo kamu disitu bakal bantuin masturbasi, nyelesaiin horny nya yang ga bisa hilang. Kamu apain dia sampe bikin sange ga berhenti?”

Alamak, bocor juga Mbak Mira. Aku lupa harusnya Influence supaya tidak cerita ke siapa-siapa.
“Oke, aku tanya dulu, gimana kamu bisa sampe ada di samping gedung admin itu?”
“Waktu itu aku abis beli es teh diminta sama LIlis, baru mau masuk gedung admin, si Lilis telpon untuk datang ke samping gedung, cek belakang gedung ada apa tapi sembunyi-sembunyi. Eh gatau nya dapat pahlawan mesum!!”

Hmmm… Jika aku influence dia untuk stop menyelidiki aku, Lilis akan tambah curiga dengan perubahan ekstrim Meggy.

“Oke cukup. Karena kamu uda agak emosi, sekarang kamu duduk di pinggir kasur, dengan membuka pangkal paha kamu, lalu kamu mulai menggosok klitorismu sambil bayangin aku jilat klitoris kamu”

Meggy berjalan pelan sambil memandangku seakan mode waspada aku akan berbuat sesuatu kepadanya.

“Apa kamu cerita ke orang lain selain Lilis Meg?”
“Ga ada, Tapi ga tau kalo Lilis”

Sesampainya di kasur, dia duduk rapat di pinggir kasur, kemudian perlahan membuka kedua lututnya. Sikapnya yang menatapku tajam karena awas malah membuatku terangsang, seperti wanita-wanita di film james bond. Wajahnya serius, namun melakukan aksi yang bikin menelan ludah.

“Lalu, apa kamu ada semacam bukti hasil rekaman suara atau gambar, video mungkin?”
Tangan Meggy yang bertugas menutupi kemaluannya mulai berkhianat mengerjakan perintah orang yang tak dikenalnya, menggosok pelan memutar.
“Ada seabrek di hapeku, sekarang pun aku lagi nelpon Lilis, mungkin sekarang uda direkam sama beliau”

Loh?!?!

“Mana hapemu?”
Tangan Meggy yang menutupi susunya tanpa berpindah menunjuk ke tumpukan baju yang dia lepas tadi.
“Itu kututup sama baju yang kutaruh tadi”

Shit!!
Aku berlari menggapai hape Meggy, dengan panik kupencet sembarang tombol, layarnya menyala, bertuliskan nama kontak Lilis dan timer lama telepon yang sedang berlangsung. Serta merta kupencet tombol telepon merah.

“Hei kenapa kamu matikan? Kembalikan!! Itu hapeku anjing!!”

Aku menoleh ke Meggy, dia masih tetap di atas kasur karena masih mengikuti perintahku, hanya mulutnya saja yang mengikuti logika dia sendiri. Tangan kirinya masih menggosok vaginanya yang terekspos jelas dan……

Darah?
Aku melihat darah menetes persis di bawah Meggy.

“Kamu lagi mens Meg?”
“....Hah?”
Meggy yang terfokus oleh hape dan perintah masturbasi, memandangku heran. Sedetik kemudian kepalanya menunduk, mengecek tangannya yang tetap aktif menggosok klitoris.

“Pantes peeriiiihhh…….
Seketika tubuh Meggy terhempas ke kasur, dia pingsan?!?

Waduh, aku harus bagaimana? Aku tak pernah menghadapi situasi ini.
Aku berlari mendekat ke Meggy, mengecek nafas dari hidungnya. Ada. Aku cek denyut nadi di dadanya. Ada juga. Syukurlah.

Aku mendapatkan tisu, kemudian mengangkat tangan kanan Meggy yang masih bersarang di kemaluannya. Jari tangannya bercak merah kecoklatan, yang memang kurasa berasal dari lubang cintanya. Kubersihkan jari-jarinya sebelum darah mengering. Kemudian aku mengecek vagina Meggy, memang sejumlah darah keluar dari situ, aku mengkonfirmasi kembali apakah ada luka atau lecet. Tidak ada.

Memang Meggy lagi mens. Tapi kenapa pake acara pingsan?

Setelah membersihkan darah belepotan di labia akibat tangannya sendiri, aku keluar kamar, menuju kamar Mbak Mira.

Cklek.

“Mbak Mira bisa minta tolong bentar? Si Meggy kayaknya…… Loh…...???”
Mbak Mira kudapati sedang tidur meringkuk, matanya mengerucut terpejam, dia menggunakan headset yang tersambung di hapenya. Tangan kanannya memasuki hotpants dan aktif menggerayangi area privatnya, sedang tangan kirinya meremas susunya dari luar kaos. Mbak Mira seperti tak menyadari kehadiranku.

“Iyaaahh… sayaaanngg….. Aku masukiiinnn…. Aaahhh enak bangeeetttt….. Aaahhhh… aahhhh… Kamu mau keluar sayaaang…… Keluarin sayaaannngg… aaahhh… nikmat sayaaannggg…..Aaaaahhhh….”

Aku melihat hape galaxy ace Mbak Mira, rupanya terhubung telpon dengan Jimmy kekasihnya. Dengan segera aku mematikan sesi phone sex itu.

Mbak Mira membuka mata terkejut, mencabut tangan dari selangkangannya, menoleh ke belakang, melihatku.
“Loh Haris? Sejak kapan disini? Kok dimatiin telponku?”
“Karena mbak Mira belom selesai telpon uda terputus, bantu saya sekarang”

Hape itu menyala lagi, ada telpon masuk. Tanpa menjawab, mbak Mira menghela napas, melepas headset, memutar tubuh, mencolokkan hapenya ke charger, lalu berdiri mengikutiku. Aku kembali menuju kamar Meggy.

“Haah ada apa ini ris??? Kamu apain Meggy?”
Mbak Mira tersentak ketika memasuki kamar Meggy, tangannya menutup mulutnya.
“Ga tau, tiba tiba pingsan”
Aku sudah mencoba membopong pangkal lengan Meggy untuk kutarik ke tengah kasur. Mbak Mira paham kemudian ikut mengangkat kedua kaki Meggy untuk disejajarkan dengan kasur.

“Perlu dibawa ke rumah sakit ga mbak?”
Mbak Mira mengecek nafas, denyut nadi, dan suhu dahi Meggy. Lalu mengecek sekeliling kepala Meggy, berharap tidak ada benjolan.
“Ga kamu pukul kan?? Ga ada kepentok apa gitu?”
“Kaga lah, tapi coba cek aja seluruh tubuhnya”
Mbak Mira memiringkan dikit bahu Meggy, mengecek belakang leher. Sepertinya aman.

“Kayaknya shock aja ris. Dia pernah bilang tekanan darahnya rendah. Dibiarin aja dulu, ntar kalo sampe pagi ga bangun baru bawa ke rs. Coba deh kamu cerita kejadiannya gimana”
Mbak Mira menggelar selimut yang terlipat disamping kasur, kemudian digunakan untuk menyelimuti Meggy dari kaki hingga leher.

“Mmmm… Jadi aku mau ngelurusin kejadian kemarin sama Bu Febri itu, tapi dia ga percaya, dia bilang ada rekaman di hapenya, Aku coba lah ngecek. Eh dianya ga mau, malah agak nge gas, trus tiba-tiba pingsan. Yaaa kurang lebih gitu lah”

“Kamu si, ngapain juga kesini. Mungkin Meggy uda takut duluan gegara kamu datangin kesini.”
“Yah jadi salahku ini?”
“Gimana pun tetep salah cowo lah hihihihi.”
“Trus ini gimana dong masa harus kita tungguin disini sampe pagi?”
“Yaaa mau gimana lagi”
“Emang kerjaan mbak Mira uda kelar?”
“Udah, pas selesai pas Jimmy telpon. Yauda lanjut telpon. Mana tadi belum tuntas lagi, huft”

Alamak, manisnya wanita satu ini bila cemberut manja.

“Yaudah supaya tuntas saya bantu Mbak Mira sampe orgasme. Sekarang buka baju dulu”
Mbak Mira melihatku, kemudian melepas kaos dan hotpantsnya dengan malas.
“Uda ilang feelnya ris, gimana dong”
“Mbak Mira lupa? Untuk bermasturbasi Mbak Mira harus bayangin saya. Nah karena saya ada disini langsung aja digiatkan mbak”
Mbak Mira sejenak berpikir, melihatku, kemudian merubah posisi duduk selonjoran. Sambil tetap melihatku, tangan kanannya mulai menggoyang selangkangannya. Aku merasa menjadi objek fantasi Mbak Mira.

“Sssshhh… aaaahhhh…..”
Sepertinya mbak Mira masih punya sisa efek rangsangan tadi, jadi lebih mudah untuk kembali terangsang lagi.

“Oke supaya lebih mudah orgasme, Mbak Mira bikin penis saya se nikmat mungkin.”
Aku berdiri. Wanita bertubuh pemain voli itu mendekatiku, sambil jarinya tetap menari di labianya. Dengan satu tangan dia mencoba melepas kancing celana dan resleting. Munculah Haris junior yang sudah setengah tiang.

Mbak Mira mengambil posisi berlutut, mengocok pelan batang penisku. Tangan kanannya masih tetap memutar DJ di organ ternikmatnya. Ujung bibirnya mulai mencium ringan ujung helmku. Menggairahkan sekali. Secepat kilat penisku sikap sempurna. Matanya mengunci mataku, lidahnya muncul sekilas membasahi bibirnya. Bibirnya membuka sedikit, tak sebesar diameter penisku, memposisikan di titik terujung. Tangannya menggenggam pangkal, lalu kepala Mbak Mira mendorong maju, sambil tetap mempertahankan bukaan bibirnya.

Aku merasakan sensasi penisku menerobos lubang kecil, perlahan-lahan. Beribu saraf sensorik melaporkan kenikmatan ke otakku. Belum sampai disitu, lidahnya yang licin dan panas mengelilingi benda asing yang baru saja memasuki rongga mulut mbak Mira. Setelah sampai di pangkal, Mbak Mira mulai menarik kembali kepalanya. Kini aku merasakan gaya vakum, seolah menarik penisku, tak ingin melepaskan posisi akhir di dalam rongga mulutnya. Setelah bibirnya sampai diujung, diulanginya kembali kegiatan awal tadi, membuat otakku kewalahan memproses kenikmatan yang bertubi-tubi.

Tak kusangka Mbak Mira punya gaya menghisap penis yang benar-benar nikmat, jauh lebih nikmat daripada Tante Nung, Bu Febri, atau Fida. Mbak Mira kini berstatus telanjang bulat, berlutut mengkulum penis orang yang baru dikenalinya 2 hari lalu. Rambut lurus naturalnya melambai santai mengejar ayunan kepala.

5 menit aku di oral Mbak Mira, terlalu cepat bagiku untuk ejakulasi. Nyatanya aku sudah tak tahan.

“Oke cukup Mbak, stop dulu hisapnya”
Mbak Mira menghentikan aktivitasnya, namun tetap menggosok klitorisnya. Aku melihat Mbak Mira memandangku seolah-olah mengharapkan perintahku selanjutnya sambil tetap bermasturbasi.

“Karena tangan Mbak Mira fokus di klitoris, saya isi vagina Mbak dengan penisku. Terlentang mbak”
Mbak Mira merubah posisi menjadi tiduran di lantai, dengan kaki yang dilebarkan. Aku melihat bagian terprivat Mbak Mira, begitu jelas, sedikit kecoklatan menyerupai kulit tubuhnya, dengan sedikit gelap di area tengah. Itu ciri vagina yang telah bersetubuh cukup sering sebelumnya, seperti milik tante Nung.

Aku mengambil sesuatu di saku belakangku. Ya, satu sachet fiesta sudah standby sejak aku membelinya di indomaret sore tadi. Aroma stroberi menyeruak ketika kupasangkan di tongkat kebanggaanku. Aku melihat mbak Mira, matanya sayu, dia hanyut dalam permainannya sendiri. Aku mendekatkan penisku di lubang cinta Mbak Mira, lubang yang seharusnya hanya pria yang dicintainya yang boleh memasukinya. Lubang yang akan bernasib sama dengan wanita-wanita yang kutemui sebelumnya. Penisku mulai menempel di titik terluar vaginanya, licin bergerak-gerak karena goyangan tangan pemiliknya. Cairan kewanitaannya membuat bibir vertikal itu mengkilat.

“Sssshhhhsstt… AAAhhhh… Harriisss..... AAAAHHH…. AAAAAAAAHHHHHHHHH…….AAaaahhh……”

Tiba tiba Mbak Mira mengejan, kepalanya mendongak keatas, jari jari tangan kanannya berhenti bergoyang, berganti menekan kuat vaginanya. Pinggul Mbak Mira terangkat sedikit. Badannya bergetar. Rupanya Mbak Mira sudah orgasme. Orgasme sebelum aku penetrasi. 30 detik kemudian Mbak Mira sudah rileks, Tangan kanannya mengendor, pinggulnya turun, kepalanya menunduk, matanya terpejam ngos ngosan.

Blesss
“Aaakhh….!!”

Mata Mbak Mira membelalak melihatku dan selangkangannya yang telah menelan benda tumpul milik pria.

“Haris….!!! Kamu ngapain masukin titit mu di punyaku..?!?!?!”

Oh rupanya Influence ku cuma berlaku saat dia sedang masturbasi. Oke saatnya kuberi Influenc-

Bletak!!
Tiba tiba semua menjadi gelap.



***



“Makanya uda laporin polisi aja mbak!!”
“Meggy, agak ribet mau lapor-lapor polisi, apalagi uda malam gini!”

Aku berangsur sadar, mataku kubuka pelan.

“Tenang aja mbak! Aku tadi telpon Lilis, sudah cukup barang buktinya. Cowok ini ga hanya dilaporin ke kampus, tapi pasti ke polisi!”
“Trus gimana kamu jelasin benjol kepalanya, Meg? Ga sengaja kepentok termos? Ntar malah Haris yang laporin kita”

Aku merasakan sakit nyeri di ubun ubun.

“Mbak Mira kayak ngebela dia gitu sih?”
“Aku ga mbela dia Meg”

Sedikit banyak aku mengingat kondisi terakhirku.

“Apa mbak sadar tadi dia ngelakuin apa ke mbak?”
“Dia cuma…. bantuin aku…. Tuntasin kebutuhan Meg”

Aku bisa menyimpulkan aku habis dipukul seseorang hingga pingsan.

“Yakin? Bukan sebaliknya?”
“Cuman aku ga tau kenapa tadi sampe kejadian punya nya bisa masuk….”

Dimana aku? Sudah berapa lama aku pingsan?

“Gimana sih? SADAR mbak!! Mbak Mira masi kehipnotis kayaknya!!”

“Hipnotis apaan Meg….. Jangan main tuduh”
“OH!?! Sudah bangun ternyata!”
“Eh Haris. Mau indomi?”

Indomi? Aku melihat sekitar. Ah rupanya ini di kamar Mbak Mira. Aku diikat di kursi, kedua tanganku diikat ke belakang kursi dan kakiku diikat ke tiap kaki depan kursi.

“Bisa dijelaskan kenapa saya diikat disini?”
“Bukan aku ris, si meggy tuh”
“Mbak Mira!! Kan mbak Mira juga bantuin?!?!”
“Jadi? Kenapa Meg?”
“.....Ya kita ngikat kamu supaya tidak terjadi hal-hal yang berbahaya!! Ga usah sok jadi korban deh!! Sekarang ngaku!! Jelasin gimana bisa kamu buat cewek jadi..... jadi.....nurutin kemauanmu!!”

Aku melihat jam dinding motif doraemon di dinding kamar. Jam 11 malam. 3 jam aku pingsan. Mbak Mira dengan santai duduk di belakang meja laptopnya, melihatku sambil makan indomi, sedang Meggy duduk di sebelahnya, sibuk menyalakan hape untuk.... Merekam video sepertinya.

Aku menghela napas. Malam ini sepertinya tak bisa se nikmat seperti saat di Bu Febri kemarin. Kepalaku masih nyut-nyutan. Haruskah aku menjadi beneran penjahat? Tidak. Aku masih punya tanggung jawab yang belum kuselesaikan. Kalo kupikir sekali lagi, akar kejadian ini hanya karena aku teledor. Aku belajar sesuatu. Tidak seharusnya kekuatan ini kugunakan kapan pun aku mau, aku harus lebih extra hati hati. 2 wanita lemah ini cukup bisa membuatku pingsan, kemudian mengikatku. Apa yang terjadi bila kemampuan ini diketahui orang yang lebih kuat? Atau lebih pintar?

Nah sekarang bagaimana caranya aku membereskan masalah ini. Kalau mereka pintar, harusnya mereka membungkam mulutku. Untuk Mbak Mira, aku ingin selesai bereksperimen malam ini. Cuma butuh spermaku aja dia. Untuk Meggy, aku tidak ada rasa nafsu ke Meggy, dia bukan tipeku, jadi aku tak punya rencana eksperimen apa-apa. Lagipula dia sedang halangan juga. Lebih riskan. Clean cut aja kalo gitu. Yang harus kurencanakan lebih matang adalah orang yang terlibat tapi tidak ada disini. Si Lilis. Besok aku harus cepat mencari Lilis sebelum dia bertindak lebih jauh lagi.

“Meggy, karena kamu merekam saya sekarang, semua barang bukti rekaman yang kamu punya dari kemarin, kamu hapus, termasuk yang kamu rekam ini sekarang. Jangan ada sisa.”

Meggy berhenti merekamku dan fokus dengan hapenya sendiri.

“Mbak Mira, supaya mbak terima sperma saya malam ini, Mbak Mira dukung semua yang saya dan Meggy lakukan.”
“Emang kamu mau ngapain ris?”
“Selesaiin dulu aja indominya Mbak”
“Oke”

Meggy berhenti mengutak atik hapenya.
Oke. saatnya menggunakan potensi tertinggi kemampuan Influence ku.

“Meggy, karena kamu sudah mengikat aku disini, mulai sekarang kamu adalah budak ku. Semua keinginanku kamu turuti, kamu akan selalu mendukungku, percaya semua omonganku, tanpa meragukanku. Kalo kamu mengerti, tunjukkan dengan cara menjilat vagina Mbak Mira sekarang”

Meggy mengangguk dan menoleh ke Mbak Mira, lalu menggapai hotpants yang telah dia pakai lagi sejak dari kamar Meggy tadi. Mbak Mira yang masih belum selesai makan, sedikit mengangkat pantatnya supaya mudah diloloskan oleh Meggy. Setelah lepas, Meggy mulai menguburkan wajah manisnya ke selangkangan mbak Mira. Mbak Mira hanya sedikit curi curi lihat sambil tetap makan indomi.

“Mbak Mira, kasi tau aku kalo uda ngerasa basah lagi.”
“Mmhhmmm...”

5 menit kemudian, indomi mbak Mira telah habis. Kini ia fokus di jilatan Meggy yang belum berhenti hingga sekarang.

“Riss... kayaknya udaahh..”
“Oke mbak. Meggy, kamu ambil kondom di kresek indomaret itu, pasangin ke penisku pake mulutmu. Mbak Mira, siapin CD yang buat nampung spermaku.”
“Ini?”
Mbak Mira mengambil CD yang ternyata ada di bawah meja.
“Oh, oke, hisap penisku sekarang mbak.”
Mbak Mira bergerak menujuku, berlutut di depanku, lalu melepas kancing celanaku. Diulanginya kembali aktivitas mengulum penisku untuk yang ketiga kalinya. Tak seenak waktu di kamar Meggy tadi, tapi sudah cukup membuatku tegang.

Meggy menuju kresek isi belanjaanku tadi, menemukan kotak fiesta, lalu mengambil satu. Sambil berjalan kemari, dia membuka bungkusannya. Setelah sampai disampingku, dia menunggu Mbak Mira menghentikan aksinya.

“Oke mbak Mira, cukup dulu. Pasangin meg”
Mbak Mira melepas kulumannya, lalu mundur. Meggy menjepit ujung fiesta dengan bibirnya, lalu mempertemukan dengan helm penisku. Dengan sekali dorong, Penisku terbungkus oleh silikon beraroma stroberi. Meggy berhenti menunggu perintahku selanjutnya.

“Meggy, mundur dulu. Mbak Mira, kocokin penisku pake vagina mbak. Meggy, jilat anus Mbak Mira. Buat dia menikmati lidahmu.”

Kini tampak dua wanita sedang bekerja sama membuatku orgasme, dan semua kegiatan mesum ini kulakukan tanpa melepas ikatan tangan dan kakiku. Mbak Mira berdiri kemudian mengarahkan tubuh seksinya di atas pangkuanku, memegang kedua pundakku, kemudian perlahan turun.

“Arahin meg”

Meggy menggenggam penisku kemudian meraba vagina mbak Mira, setelah menyentuh dan dirasa sudah tepat, mbak Mira mendorong ke bawah.

Sleepp

Mbak Mira sedikit mengernyitkan mata, tiba tiba membelalak. mulutnya terbuka sedikit. Rupanya meggy mulai menjilat anus mbak Mira.

“Aaahhh... enak risss.. Megg.... sssshhhsstt”

Mbak Mira mulai menaik-turunkan tubuhnya. Dadanya naik turun seirama dengan loncatan tubuh pemiliknya. Aku merasakan lidah meggy sesekali mengenai pangkal penisku. Aah nikmatnya persetubuhan ini. Aku merasa segar karena sempat tidur 3 jam, artinya tenagaku pulih lagi setelah muncrat dua kali seharian tadi. Aku melirik ke Meggy, tanpa menggerakkan lidahnya, gerakan naik turun Mbak Mira bisa menyapu anus di depannya.

Nah, sudah seharusnya kemampuan Influence ku hasilnya seperti ini. Aku merasa sudah di penghujung. Tubuh mbak Mira memang menggairahkan, segar sekali melihat dia berkeringat. Dia tetap mengocok dan menjepit penis orang asing menggunakan vaginanya.

Crooott crooott crrooottt crroottt crooott

10 menit aku dipompa, aku merasa kenikmatan menjalar di seluruh tubuhku, aku rela menginjeksi benih ke dalam rahim mbak Mira. Hanya saja terhalang oleh fiesta. Mbak Mira merasakan kedutan khas penisku, memperlambat gerakannya, kemudian berhenti.

“Hhh... hhh.... Hhhh... udaah riss..?? Duh capek banget mau mati rasanya”
Mbak Mira ngos ngosan, rupanya 10 menit memompa membuatnya kelelahan. Influence ku memaksanya untuk tetap bergerak terus-terusan hingga tujuan tercapai.

“Oke mbak lepasin. Meggy, ambil kondom ini, jangan sampai tumpah isinya.”

Mbak Mira mencabut tubuhnya, berpindah ke samping. Meggy yang masih duduk bersimpuh menarik fiesta dari penisku, sambil mencekik pangkalnya supaya tak ada yang keluar, hingga terlepas.

“Berikan ke mbak Mira”
Meggy memberikan kantong semi transparan itu ke mbak Mira yang sudah menyiapkan CD miliknya.
“Bersihkan penisku, pake mulut”
Meggy kembali duduk bersimpuh lalu menjilati penisku hingga ke pangkal. Mbak Mira menuang isi fiesta ke atas CD krem, meratakan dengan tangannya. Dihirupnya beberapa kali seperti sedang kecanduan.

“Oke cukup, sekarang bersihkan vagina mbak Mira”
Meggy melihatku, melepas kulumannya, lalu berputar dan menjilat kemaluan Mbak Mira yang sedang asyik meratakan benihku di CDnya. Dia sedikit terkejut ketika ada seorang wanita sedang mengusap-usap vaginanya dengan lidah.
“Udah cukup, cukup! Uda bersih kok Meg. Uda aku bersihin pake tisu tadi.”
Mbak Mira mendorong kepala Meggy, kemudian memakai hotpants yang dia campakkan tadi.
“Oke Meg, sekarang lepasin tali ini.”

Meggy berdiri, lalu berjalan ke belakangku, mulai melepas tali yang dia ikat tadi. Setelah tanganku terlepas, aku melepas tali di kakiku.
“Mbak Mira, udah?”
“Udah ris, makasi yaa”
“Kasikan kondomnya ke Meggy”
Meggy menerima hadiah, sebagai ganti dia tidak orgasme malam ini.

“Oke karena ini sudah larut malam, Kalian semua tidak akan pernah menceritakan kejadian ini ke siapa pun, sama sekali. Kalo ada yang menanyakan, bikin aja cerita, ngarang.”
Mbak Mira dan Meggy mengangguk.
“Lanjut, karena aku mau ngomong berdua aja sama Meggy, Mbak Mira keluar kamar sebentar. Nanti kalo Meggy keluar, mbak boleh masuk lagi”
Mbak Mira memutar badannya langsung membuka pintu dan menutupnya kembali dari luar.

“Meggy, setelah ini kamu tetap beraktivitas seperti biasa, dan ikuti apa yang Lilis minta. Lilis percaya sama kamu, aku ingin tetap seperti itu. Jangan sampai dia tau kalo kamu sekarang budak ku. Dan juga laporin semua tindakan dia ke aku. Kalo ditanyain rekaman-rekaman yang kamu hapus tadi, bilang aja kamu simpen di komputer biar ga ilang. Atau apa terserah lah. Intinya kamu berusaha menyembunyikan. Tiba saatnya nanti kalo aku memerintah sesuatu ke kamu, baru kamu menghiraukan Lilis, dan membela aku”

“Kalo dia tanya kejadian malam ini gimana ris?”
“Emang waktu aku pingsan tadi kamu sempet bilang apa aja ke Lilis?”

“Mmm, tadi aku pingsan, trus bangun ngeliat kamu apa-apain Mbak Mira, langsung kupukul pake termos. Trus tanya apa uda dapet rekaman tadi telpon, katanya dapat. Besok mau dilaporin ke komite, dan kalo komite setuju, akan diteruskan ke polisi”

“Oke bilang aja aku kabur waktu kamu uda tidur. Bikin senatural mungkin ceritanya”

“Trus kalo ditanyain bukti rekaman ke komite gimana?”
“Kalo kamu sampai di titik komite meminta itu sebelum aku membereskan semua ini, telpon aku”
“Baik ris”

“Sekarang kamu balik ke kamarmu, merangkak, sambil gigit kondom itu. Oh ya, sampai di kamar, jilat kondom itu sampe bersih, lalu simpan baik baik. Kalo kamu uda ga mens, kamu cari buah pare yang kamu suka, tiap pagi pasangkan kondom itu di buah parenya, lalu kamu masturbasi pake itu sambil bayangin aku menyetubuhi kamu. Pake pelumas ato liurmu sendiri supaya licin”

Meggy matanya berubah jadi memerah, air matanya menetes, mengangguk, menggigit kondom yang masih ada sisa sisa perjuangan, lalu berlutut, tangannya menyentuh lantai. Meggy berjalan keluar kamar seperti anjing.

“Mmbaa, aauu mbaiik duu uu aah.. (Mbak aku balik dulu yah)”

Mbak Mira melihat heran Meggy ketika keluar kamar.

Jglek

“Ris itu Meggy kok kayak anjing gitu? Kamu apa in dia?”
Logika mbak Mira masih penasaran rupanya.

“Supaya ga heran, Mbak Mira lepas semua baju lalu tiduran disini sama aku, jadi guling ku”
Aku mengambil citato, lalu duduk santai di atas kasur. Mbak Mira melepas kaos dan hotpantsnya lalu berjalan sambil menyahut pulpy dari kresek.

“Ris, kamu tadi sore bohong yah? Kata kamu ga ngapa-apain Bu Febri. Aku loh uda liat rekamannya Meggy”
Mbak Mira tiduran di sampingku, membuka botol pulpy lalu meminumnya sedikit.
“Aku loh belum sempet liat rekamannya, emang rekamannya gimana mbak?”
Sambil meremas dada Mbak Mira, aku makan citato dan menyimak penjelasan mbak Mira.
“Ada 1 video sama foto-foto, ada 30an kalo ga salah. Keliatan banget kepala kamu ndusel di itunya Bu Febri. Mau ngeles apa lagi kamu?”

Hmmm... ada pepatah yang tidak terlalu bijak mengatakan, teruslah berbohong sampai ketahuan. Sepertinya kurang tepat, seolah-olah berbohong itu ujungnya tetap bakal gagal. Bukannya berbohong itu bertujuan supaya orang lain tidak mengetahui kebenarannya? Menurutku, pepatah yang lebih akurat adalah teruslah berbohong hingga orang percaya. Ditambah lagi, aku punya kekuatan spesial yang dapat membuat orang 100% percaya.

“Mbak Mira, kita tadi ngobrol masalah pdkt kan? Nah sekarang giliranku bagi ilmu pdkt ku. Karena ini adalah teknik pdkt ku, mbak Mira harus percaya dan menerimanya. Jadi kemarin siang itu, aku mencoba pdkt ke Bu Febri mbak, nah salah satu caranya adalah dengan cara menjilat vagina ceweknya, sampe keluar tambah bagus, bikin tambah deket”

“Oooh gitu toh. Jadi Lilis sama Meggy itu salah paham yah?”
Wew, kesimpulan Mbak Mira terlalu cepat untuk berbelok.

“Yaa mau gimana, mungkin mereka ada rasa iri kali yah”
“Emang selain jilat vagina, apa lagi pdkt mu ris?”
Mbak Mira ikutan mengambil citato yang kupegang.

“Banyak, ada juga isep penis cowoknya mbak, kalo sampe muncrat dan ditelan sama ceweknya, tambah bagus. Ada juga masukin penis ke vagina, mirip ngesex beneran, tapi beda, ini pdkt. Ada lagi phone sex atau chat sex, tapi itu tidak terlalu agresif mbak”

“Oh gitu, makanya kok tadi sore aku heran kamu bilang pdkt nya phone sex. Eh ris, abis cium sperma kamu aku jadi basah lagi”
“Inget mbak, Mbak Mira hanya masturbasi 2-3 kali sehari.”
“Kalo masih horny gimana dong?”
“Kalo masih horny, Mbak Mira boleh masturbasi kalo ada penisku di dalam vagina mbak Mira, supaya aku tetap bisa pdkt ke mbak Mira”
“Kalo gitu boleh dong masturbasi sekarang, kan mumpung ada kamu disini hihihi”
“Apaan, mbak Mira uda orgasme berapa kali seharian tadi coba?”
“Eeehhh... berapa yah?? Sampe lupa”
“Hmmm, Ada cara lain mbak”
“Apa itu?”
“Saya pdkt jilat vagina mbak Mira”
“Serius? Boleh dong coba”
Aku menaruh citato di samping kasur. Menjilat sisa bumbu di jari telunjuk dan jempolku.
“Oke buka pahanya mbak”

Begitulah, mbak Mira telah kutanamkan eksperimenku. Eksperimen yang bertujuan untuk merubah perasaan mbak Mira, yaitu dengan cara merubah logika-logika dasar.

“Riss... aahhh.... Nikmat bangettt.... Trusss.... ssshhhtt.... Aahhhh....”

Aku ngaceng berat dengar desahan demi desahan yang dikeluarkan mbak Mira. Aku tak tahan lagi.

5 menit kemudian kusudahi menjilat klitoris mbak Mira, kemudian men sejajarkan tubuhku dengan tubuhnya. Kuremas gemas dua payudaranya. Matanya telah terkabutkan oleh nafsu.
“Aku pdkt masukin penisku ke vagina mbak Mira yah”
“He eh ris... masukiinn..... AAkhh...!!!”

Aku menyetubuhi mbak Mira. Malam malam di kamar kosnya. Dengan posisi standar misionaris layaknya aku adalah kekasihnya. Tanpa kondom, aku merasakan tekstur real organ terdalam yang bisa kugapai. Aku melihat wajah manis dan rambut lurus naturalnya yang sedikit acak-acakan. Tangannya meremas pantatku yang maju mundur. Keringat membasahi hampir seluruh tubuhnya. Kipas angin kewalahan untuk mendinginkan kamar ini. Mbak Mira merasa kenikmatan seperti wanita pada umumnya bila sudah kerasukan sosis di dalam apemnya.

“Hariss.... AAAhhhhh......”
Serr serrr serr serrrrr

Mbak Mira orgasme. Sekalian kuhentikan goyanganku, kucabut penisku, kujebloskan ke mulutnya yang menganga. Aku sudah di titik puncak.

Croott crooot crrooottt croottt

Mbak Mira membuka matanya terkejut, mengenali cairan kental yang tersiram di langit langit mulutnya. Namun menutup matanya kembali dan menjilati setiap inci penis di dalam mulutnya. Setelah lepas semua benihku di mulutnya, aku berdiri. Mbak Mira seperti menadahi sesuatu di dalam mulutnya.

“Telan mbak, itu pdkt ku”
Aku mengambil aqua botol dan membuka tutupnya.

Glekk.
“kenapa ga bilang sih kalo mau keluar? Malah dimasukin ke mulutku”
Mbak Mira sedikit cemberut, lalu ku oper botol yang baru saja kuminum.
“Yaudah supaya aku minta maaf, malam ini mbak Mira adalah gulingku sampe besok. Geser dikit”

Mbak Mira menggeser bodinya yang penuh peluh. Aku mengambil posisi di sampingnya.
“Makasih ya ris, uda dibantuin masturbasi”
“Iya mbak sama sama. Yuk tidur”
“Yuk”
“Oh ya, jangan bilang siapa siapa teknik pdkt ku ya mbak, soalnya susah orang mau percaya. Cuma aku sama mbak Mira aja”
“Iya ris........”
Mbak Mira menjawab lirih, untuk kemudian tertidur pulas di sampingku. Aku pun terlalu lelah untuk dapat menahan kantuk, walaupun ada sempat tidur 3 jam, aku telah muncrat 4 kali dalam 24 jam terakhir. Aku menutup mataku untuk mengakhiri hari yang cukup melelahkan ini.


------


Nah, bersama episode ini, 3 timeframe uda kelar ceritanya,
Jadi udah deket finale, mungkin 3 part lagi.

Part 12
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd