Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY THE INFLUENCER

Part 1
Update ya gans, kubuat loncat timeline nya soalnya suka-suka saya:konak:


------Part 2: Other Subject

Aku terbangun pagi sekali, liburan semester sudah berakhir. Jadwal kuliahku ada di jam 7 pagi, jam 6:30 aku harus berangkat dari rumah. Sudah 1 minggu sejak peristiwa pertama aku dan Tante Nung. Sudah banyak eksperimen kulakukan bersama Tante Nung, dan tingkat keberhasilannya mendekati 100%.

Sedikit banyak aku sudah bisa menggunakan kemampuanku ini, meskipun aku belum pernah mencoba ke orang lain. Atau lebih tepatnya, aku terlalu fokus bersenang-senang bersama Tante Nung.
Bagaimana proses sampai berhasil ekse Tante Nung? Akan kuceritakan di lain episode.

Waktu menunjukkan pukul 6:45, aku masih terjebak macet, padahal tinggal 2 kilo aja dari kampusku.

"Asem, ini pasti gara-gara maba yang pindahan bawa motornya kali, masa plat nomor ga ada yang sama!"

Aku mendengar suara wanita menggerutu di samping kananku. Dia terjebak macet juga rupanya. Rambutnya lurus natural tergerai keluar dari helm, dengan jaket semi kulit warna coklat muda, dan celana kain gelap yang cukup ketat membalut kakinya yang jenjang, dengan akhiran sepatu resmi wanita.

"Sebelah kanan sampean kosong mbak, trotoar. hajar aja. aku juga mau lewat situ"

Wanita itu menoleh ke aku, wajahnya samar tertutup kaca helm, kemudian menoleh balik ke kanannya, sejenak kemudian dia membanting stir dan mengegas motor varionya meloncati trotoar yg tak terlalu tinggi pembatasnya. Aku mengikutinya, dan ternyata dia belok masuk ke pintu gerbang kampusku.

Setelah melewati petugas parkir, dia mengarah ke lapangan parkir khusus staf/dosen. Kalo mahasiswa ya harus berjejal berebut tempat parkir bersama para mahasiswa yang telat.

Jam 7:15, aku ada di depan kelasku, celingukan, rupanya dosen masih belum ada. Langsung aja masuk ambil kursi area belakang. 5 menit kemudian dosennya datang. Dimulailah jam-jam yang bikin mengantuk.

Sekitar jam 9:00 ada sela istirahat 15 menit, kusempatkan mampir ke gedung administrasi untuk mengkopi jadwal kuliah lengkap selama 1 semester.

Sesampai di ruang tata usaha tak kusangka aku bertemu wanita tadi pagi, sepertinya dia sedang mengetik sesuatu. Dia tak begitu cantik, tapi wajahnya punya rasa kalem, tidak sesuai dengan yang telah dia ucapkan tadi pagi. Rambutnya memang lurus natural tanpa intervensi salon. Dari wajahnya kutaksir dia berumur 25 tahun, badannya gede sekali. Tidak, bukan gemuk, dia seperti keturunan ras belanda, memang badannya besar sekali, baju resminya juga tak bisa menyamarkan buah dadanya yang besar, sekitar 36B. Wah sepertinya worthed untuk menjadi target selanjutnya.

"Permisi mbak"
"Ya mas, bisa dibantu?"

Tak disangka suaranya lembut sekali, seperti suara Anggun C Sasmi, agak sedikit terpendam, tapi mampu mengeluarkan nada oktaf tinggi. Jika dilihat dari dekat, lipgloss bening dan makeup ringan sudah cukup membuatnya jelita. Cukup lama aku loading untuk merekam wajahnya. Apalagi ditambah dia tiba-tiba senyum.

"Mas? kok bengong?"
"Eh anu, itu kok mouse dipegang tangan kanan yah, bukannya harusnya tangan kiri"
"Loh bukannya semua orang disini pada pake tangan kanan kalo pegang mouse?Tuh... Tuh..."

Hmmm sial, aku ingin membuktikan apa kemampuan ini bisa untuk orang lain atau cuma ngefek dengan Tante Nung doang. Yang ada malah grogi.
Aku butuh topik pembicaraan.

"Oh... eh.. anu.. hahaha sori, mbaknya cantik, saya jadi salting eh.. iya"
"Ah masnya, Kalo butuh sesuatu ga usah pake acara merayu. Jelek gini kok dibilang cantik"

Mbak itu lanjut ngetik sesuatu di Excel sambil menahan senyum. Shit mau ngomong apa yah.

Ayo mikir otak, mikir.... oh iya,

"Mbak aku mau minta kopian jadwal kuliah Teknik Mesin Kelas 3A ke siapa yah?"
"Ooh minta aja ke ibuk-ibuk yang di pojok itu, tapi kayaknya dia ga punya kopian, jadi kamu pinjem trus kamu fotokopi deh"

"Hmmm karena mbaknya uda kenal banget sama ibuk itu, mbaknya yang mintakan yah? ntar kukopi sendiri deh"

Mbak itu menghentikan ketikannya kemudian memencet Ctrl+S. Kemudian dia berdiri. Tinggi sekali dia. kutaksir sekitar 175cm.
"Ok bentar ya"

Loh? ngefek?

Bentar, kayaknya belum terbukti. Mana tau mbaknya emang baik. Tanpa sadar aku memandangi pantat bulat mbak itu berjalan menjauh. Auuh rasanya pingin meremas pantat itu.

Sampai di pojokan aku liat mbak itu tersenyum, salaman, trus ngobrol dengan ibuk itu, seraya menunjuk ke aku, ibuk itu mengangguk kemudian mengambil secarik kertas dan memberikan ke mbaknya.

"Nih mas, fotokopi buruan, ditungguin sama ibuknya"
Aku masih sedikit hang karena terpana dengan dadanya yang berayun ketika berjalan kesini.

"Eh..oh.. ya, mbaknya punya printer 3in1 itu bisa fungsi kopi kan? daripada aku keluar uang 500 aku numpang kopi disini yah"

Mbak itu senyum pepsodent.
"Loh kok ngelunjak sih"
"Ehehehe aku pingin memuji mbaknya tapi malu, jadi muji printernya aja deh. Printernya bagus yah bisa 3 fungsi. Pasti mahal"

Dia tertawa renyah. sambil memasukkan kertas yang dibawanya tadi kemudian pencet tombol Copy.

"Oh ya namanya mbak siapa kalo boleh tau"
"Saya Mira mas"
Selembar kertas keluar dari printer itu.
"Mbak Mira semester kemarin kok ga pernah liat yah"
"Iya mas baru aja mulai kerja sebulan yang lalu. pas pertama liburan semester"

Mbak Mira kemudian menyerahkan kopian kertas itu. Aku melihat sekitar. Tampak orang2 lagi sibuk dengan urusannya sendiri.

Mari kita coba sekali lagi.

"Mbak Mira tolong kopikan satu lagi, trus lipat jadi 3 supaya bisa masuk lewat resleting celana mbak Mira, kalo lipat 4 terlalu kecil kuatir keselip jatuh lewat salah satu kaki"

"Loh kenapa kok gitu?"
Mbak Mira memencet tombol Copy sekali lagi. selembar kertas keluar lagi dari printer itu.
"Iya lagian terlalu besar juga kertas A4 masuk di resleting celana mbak Mira, lipat 2 aja masi kegedean ga bisa masuk. Paling pas lipat 3. Coba deh"

Mbak Mira segera melipat 3 kertas itu, kemudian membuka resleting celananya, aku bisa melihat celana dalamnya warna cream dengan hiasan pita kecil pas di tengah. Kertas itu masuk melalui lubang resleting dengan mudah.

"Iya bener juga yah lipat 3 bisa masuk"
"Buruan tutup lagi mbak resletingnya diliat orang malu loh"

Mbak Mira kaget melihat sekitar sambil buru-buru menaikkan resletingnya dengan kertas masi di dalam celana.
Untuk apa kertas di dalam celana? Bodo amat. ntar juga kalo dia lepas celana jatuh sendiri.
Mbak Mira, dirimu pantas untuk jadi target eksperimenku. Aku butuh sesuatu supaya bisa ketemu lagi besok.

Ayo otak, jangan ngeres mulu...

"Oke mbak Mira makasi yah uda dibantuin, besok kutraktir mi ayam, soalnya ayamnya sudah mati"
"Beneran nih?"
"Beneran, besok aku kesini lagi di jam yang sama"
"Asyiik kutungguin loh"

Sambil beranjak keluar ruangan aku berpikir,
Yesss!
ternyata kemampuan ini bener-bener bisa dipakai ke orang lain! Aku kembali ke kelas untuk segera menyelesaikan hari pertama kuliah dengan kantuk yang luar biasa.

**

Keesokan harinya aku bangun pagi dengan semangat. Ada eksperimen baru menunggu!

"Harisss buruan mandi Kakakmu uda selesaii"

Suara keras Ibuk melantun dari dapur menuju kamarku. Aku beranjak menuju kamar mandi. Ga sengaja aku menyenggol kakak perempuanku yang baru selesai mandi. Kulihat ada yang jatuh.

"Duuh liat liat dong kalo jalan! Yaah CD ku satu-satunya jatoh, kotor deh"

Kulihat CD warna merah tergeletak di lantai. Kan lantainya bersih dan kering juga, tinggal ambil lagi toh? paranoid banget ama kuman. Iseng aja kukerjain.

"Yauda CD yang kemarin masi belum dicuci kan? pake aja yang kemarin supaya gantiin yang itu"
"Yang kemaren kan kotor juga! gimana sih"
Kakakku langsung balik arah.
"Loh kan sisi luarnya masi bersih. balik aja kan beres"

Kakakku terdiam berpikir sambil berjalan ke tempat cucian.
"Besok besok kalo jalan ga usah deket-deket deh!"
"iya iyaaa bawel ih"

Kakakku kemudian menaruh CD merah yang mashi sangat bersih itu ke keranjang cucian, trus mengambil CD abu-abu dari keranjang yang sama. Sambil jalan ke kamar dibaliknya CD itu.

Wew, Satu hal absurd mengawali hariku. Satu juga point yang bisa memetakan sejauh mana kemampuan ini bisa aku manfaatkan. Buru-buru aku mandi dan bersiap berangkat kuliah.

Seperti biasa, jam 6:45, jalan menuju kampus masi macet. Kali ini aku tak seberuntung kemarin, gak ada yang menemani di kemacetan. Trotoar juga penuh motor.

Jam 7:20 aku baru sampai di gerbang kampus. Setelah memarkir motor suprax, aku bergegas menuju kelas. Kali ini dosen wanita yang mengajar.
Dengan sedikit ketus dia mengisyaratkan untuk masuk. Tak lama aku duduk, dosen wanita itu melanjutkan materinya.

Lumayan lah pagi ini sudah disuguhi pemandangan yang segar. Jarang jarang ada dosen wanita di Teknik Mesin. Cantik lagi. Tipe judes. Umur sekitar 35 tahun, tubuh semampai, tinggi 168cm, dada 34B. Yah standar wanita indonesia lah. Setelan baju formalnya udah di permak, sehingga tidak menutupi keindahan tubuhnya. Yang kusuka adalah dia berjilbab, tapi ketat. Ini yang para kalangan semproters bilang Jilboobs.
mantaabb.

"Haris, kamu yang telat tadi Haris kan? Tolong selesaikan soal nomor 21C di papan. ini hukuman kamu karena telat"
Orang telat kok disuruh ngerjakan soal. mana bisa tau orang penjelasannya uda lewat, gerutuku.

Sambil berjalan ke depan. Kubaca soalnya, oh lumayan lah, aku sedikit paham tau cara mengerjakan soal ini. Aku tolah toleh mencari spidol hitam, ada di bangku dosen. Aku berjalan mendekati dosen yang duduk di belakang meja. Di saat bersamaan aku melihat ada blackberry tergeletak di sebelah spidol bergetar dan menyala. Tak sengaja aku membaca ada pesan masuk di tampilan layar kunci.

[Maafkan aku. Kita udahan aja, aku ga kuat menghadapi sifatmu yang.....]
"HOI kerjakan! malah baca pesan orang"
"Eh iya mbak, eh, bu"

Satu kelas tertawa. Aku cengengesan aja lanjut menyelesaikan soal di papan, kemudian balik ke bangku. Aku melihat balik ke dosen itu. Mukanya seperti udang rebus. semakin merah padam setelah membaca 1 biji pesan itu tanpa membalasnya. Dia berdiri mendekati papan untuk mengecek kerjaanku.

"Yak salah. Makanya jangan telat. Jadinya ngasal kan njawabnya. Sebagai gantinya kamu kerjakan semua soal di romawi IV. Besok serahkan ke saya. Sekarang semua selesaikan romawi III, itu untuk bahan kuis minggu depan. Saya pergi dulu, ada urusan sekarang."

Wadefak. romawi IV, 20 soal itu, tiap nomor ada a b c nya. Ampun deh.

Semua kelas cekikikan.
Awas kalian semua.

"Eh bro itu dosen namanya siapa yah?"
Aku bertanya ke temen sebelahku.
"Oh baru ketemu dia di kelas ini? pantes kamu berani telat. Namanya Bu Febri. Cantik cantik killer orangnya. Semester kemarin 2 orang dapat nilai F. ngulang deh jadinya."

"Mak ngerinya. Minggu depan harus bangun lebih pagi nih"
"Loh kamu ga liat jadwal semester ini? Bu Febri ada di Selasa Rabu Jumat. Semua di jam 7"

Whaaaaattt. Pantes dia bilang besok tugasku suruh diserahkan.
"Tak apa lah, sesuai dengan pemandangannya"
"Yoi bro, setuju"

-Tiiittt- ada suara penanda jam 9 tepat terdengar dari Gshock Kw yang dipake teman yang duduk paling depan. Masuk juga jam istirahat, bisa agak lega setelah digoreng di kelas tadi.

Oh ya, Mbak Mira!

Aku bergegas menuju ruang administrasi. Di perjalanan menuju gedung administrasi, aku melihat Bu Febri baru keluar dari Toilet, matanya merah sekali, dia habis menangis rupanya. Dia terburu-buru berjalan sambil menutupi mukanya dengan buku, dan hape menempel di telinganya.

"Benar pak, hari ini tolong jadwal saya gantikan, saya ada urusan mendadak harus pulang sekarang. Iya. Terima kasih pak."
Sepertinya urusan dia adalah nangis sesenggukan di rumah seharian.
Aku punya ide. Kukejar Bu Febri.

"Bu Febri..."
Dia tersentak kaget menoleh ke belakang, kemudian agak sedikit melap matanya dengan tisu yang tergenggam beserta buku di tangannya.
"Oh Haris, kenapa, ada pertanyaan materi tadi pagi?"

"Enggak Bu, cuma ngasi saran aja. Pria yang tak bisa menerima sifat Bu Febri apa adanya tidak pantas untuk ditangisi Bu. Kalau ingin menangis, tangisilah deretan pria yang belum ada kesempatan mendekati Bu Febri."
Wew, setan playboy darimana yg membisiki, sampai aku bisa ngomong seperti itu.

Mata Bu Febri langsung berair. Dia menarikku ke belakang gedung. Begitu sampai di belakang gedung bu Febri merapat ke tembok kemudian berjongkok melanjutkan tangisan sejadinya.

Aku cuma berdiri awkward menunggu dia selesai menangis. Haish ngapain juga dia menarikku tadi kalo dia cuma menangis jongkok disitu. Mau kutenangkan tapi ntar kalo dihardik gimana.

Ah bodo amat. daripada jadi patung disebelahnya. perlahan aku jongkok mendekatinya.

"Bu Febr-"
"Uda 1 tahun kita menjalin hubungan ris. Sebentar lagi ke tunangan."

Bu Febri langsung menyahut sebelum aku sempat ngomong. Sambil sesenggukan, ia bercerita banyak tentang pria itu, yang dia uda berkorban banyak, apa apa selalu Bu Febri yang memodali, dari jalan, makan, nonton.

"Bahkan keperawananku diambil olehnya, karena dia berhasil meyakinkan aku sebentar lagi akan menikahinya. Sudah 3 pria kenapa kok selalu berakhir seperti ini. aduh aku jadi ga bisa berhenti menangis..." Bu Febri kembali terisak-isak menenggelamkan wajahnya di kedua lengannya.

What. Hmm. jadi 2 pria sebelumnya gagal ekse Bu Febri, akhirnya putus. nah ini pria yang ke 3 berhasil, yaudah trus dilepas aja. Bu Febri memang tipe wanita Tropi bergilir.

Dan aku gak munafik, aku juga pingin mendapatkan Bu Febri.

Duh sori yah Mbak Mira, besok aja mi ayamnya.

"Bu Febri, apa Bu Febri tau kalo hormon endorfin bisa menenangkan tangisan?"
"........Apa itu ris?"
"hormon endorfin adalah hormon yang dihasilkan ketika Bu Febri orgasme"
"...Maksudmu?"
"Yaa kan tadi Bu Febri pingin berhenti nangis, makanya keluarkan aja hormon endorfin"
"Trus gimana caranya"
"Ya Bu Febri harus orgasme"
"Hah? Gimana mau orgasme ris lagi nangis gini kok malah disuruh orgasme, punya otak ga sih!"
"Nah saya cuma saran aja, saya mau bantu Bu Febri orgasme supaya berhenti nangis. Tapi Bu Febri diam yah, jangan menolak apa pun, terima aja, enjoy aja."
"......"

Bu Febri masi sesenggukan menangis ditambah rasa penasaran sedikit. Aku mengangkat Bu Febri untuk berdiri dan bersandar di tembok gedung. Aku bergegas melepas kancing celana ketat Bu Febri. kuturunkan sedikit, sepaha. Tampak CD katun warna hitam dengan tempelan hello kitty di samping. Bu Febri spontan menutupi CDnya.

"Loh ris mau ngapain, kita ada diluar ini kan malu"
"Katanya pingin orgasme, cek aja sekitar ada orang tidak, supaya aman"

Bu Febri tolah toleh memastikan ga ada orang. Di belakang gedung administrasi emang tempat yang sepi, banyak cerita kalo ada setan disini, makanya orang jarang datang kesini. Entah Bu Febri tau apa enggak, dia sepertinya ga nyadar, asal cari tempat untuk bisa sembunyi supaya bisa nangis.

Dan sekarang celananya turun setengah paha, memperlihatkan CD Bu Febri seutuhnya. Aku memperhatikan CD itu sejenak, samar terlihat bulu halusnya, kemudian aku sibak CDnya ke samping dan langsung kujilat pelan sambil kucari klitoris Bu Febri.

"Aahhhh... sshhhtts... Kamu ngapain riissss... duuh gelii.... jangan risss... jorokkk.. aaahhh.."

Kudapatkan klitorisnya, langsung kujilat memutar sambil sesekali menghisapnya. Bu Febri menggelinjang, tanpa sadar melebarkan kakinya walaupun terbatas oleh celana yang turun sepaha.

"hariisss... jangaannnn...aduuuh enak baa...ngeettt... aahhh..."

Aku sudah berlatih cara mengoral vagina yang baik bersama Tante Nung. Tante Nung melatihku step by step sampai aku lihai. Cukup lama aku memainkan klitorisnya, saatnya bermain labia minora. satu jari mengusap pelan, lidah masih bertugas di klitoris.

slleepp 1 jari masuk. terasa lembab dan panas di dalam. Jariku bermain maju mundur, memutar mutar, mencolek colek seperti ingin menghabiskan nutella di botolnya.

"Ah.. Ah... Ah... enak risss... terus riss... lebih dalammmm...."

Tangannya meremas-remas rambutku. Lidahku tak henti2nya bermain klitoris, hisapan demi hisapan. Dari bawah aku bisa melihat, seorang dosen berjilbab lengkap hanya turun celananya sepaha sedang merem melek menikmati permainanku. Duuh bikin ngaceng aja.
10 menit kemudian, Jari kedua siap ikutan. Saat mencoba memasukkan 2 jari,

"AAAAhhh.... harisssss.... Aku nyammmpp---"
Creeett creettt creett

Vagina Bu Febri menyemburkan cairan. Ya, dia squirt!

Bu Febri sampai berjinjit selama 5 detik. Cairan itu banyak sekali, memang tak sampai menyembur macam video yg aku tonton, tapi sudah cukup bikin kelihatan basah celananya. 2 Jariku masi bersangkar di dalam vaginanya, dijepit dengan keras, berkedut kedut.

15 detik kemudian dia lemas terjatuh, 2 jariku terlepas. Aku refleks menahannya dengan cara memeluknya, tapi posisiku kurang tepat, sehingga aku memeluk perutnya, mukaku pas terbenam di dadanya (atau posisi yang tepat kurasa, hehe). Perlahan kubenarkan posisiku, tangan Bu Febri kusilangkan di pundakku. dadanya press di dadaku.

Dia gemetar, menutup matanya, mungkin masih menikmati orgasmenya. selang 1 menit Bu Febri mulai sadar. Aku membantunya membetulkan CD hitamnya, menarik kembali celananya dan mengancingkannya lagi. Bu Febri ikut merapikan baju dan jilbabnya. Isak tangisnya sudah tidak terdengar lagi. Dia hanya terdiam kayak habis diperawani. Lagi.

"Bu Febri istirahat aja dulu, pulang ke rumah."
"Ris, aku lemes, capek banget, kayaknya ga kuat bawa motor"

Mantab sekali. Kesempatan untuk si otong beraksi.

"Yaudah aku antar aja ya Bu, motor Bu Febri dimana? ntar kuambil helmnya"
"Di parkiran dosen, Mio nopol 1437"
Aku melihat ada blok beton cukup besar untuk dibuat duduk.
"Oke duduk disini yah, ntar kujemput disini"
"iya ris"

Aku meninggalkan Bu Febri, berjalan menuju lahan parkir. Persis ketika berbelok dari sisi belakang gedung aku dikagetkan ada seorang wanita yang berdiri disitu. Hampir aku menabraknya.

Apa wanita itu melihat aksiku dengan Bu Febri tadi? Otak ku saat itu kurang jernih untuk berpikir kenapa wanita itu berdiri tanpa sebab di samping gedung.

Tak lama aku mengambil suprax di parkir mahasiswa dan helm di parkir dosen. Langsung kutancap gas menuju depan gedung administrasi. Kuturunkan standar motor, membawa helm berjalan ke belakang gedung.

"Yuk"

Bu Febri memakai helmnya, kemudian kutuntun naik ke motorku. Bu Febri tak sanggup menutupi celananya yang terlihat basah.

"Pegangan yang erat yah, biar ga jatoh. Nah gitu. Turun dikit tangannya, dikit lagi. yak disitu"
"ih ini apaan kok benjol ris"
"Iya eh ngaceng dari tadi ingat Bu Febri orgasme panjang"
Bu Febri mencubit paha dalamku. Langsung ku gas meluncur ke rumahnya.

------

Part 3
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd