Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY THE INFLUENCER

Bimabet
Part 2

Updateee!
Enjoy

-----Part 3: Induce

Hari ini hari Rabu, aku cuma ada 1 materi, di pagi hari aja. Pagi ini Bu Febri masih belum konsentrasi mengajar. Intinya dia cuma ngasi tugas untuk dikumpulkan minggu depan. Sesekali matanya melotot ngeri ke arahku. Jalannya agak sedikit beda, kemarin bisa jalan tegap layaknya ayam betina siap kawin, megal megol. Sedangkan sekarang dia berjalan seperti ada yang mengganjal di selangkangannya.
Loh kok kayaknya tau banget ada sesuatu di selangkangannya? Memangnya kemarin waktu mengantar ke rumahnya terus ngapain? Semua pertanyaan itu akan saya ceritakan di lain episode.

Skip skip, waktu menunjukkan pukul 9:00, waktu yang selalu bikin senang di 3 hari pertamaku kuliah di semester ini. Aku berjalan menuju ruang administrasi. Setelah sampai di pintu masuk, aku celingukan, mencari meja ke 3 dari utara pintu. Itu dia! Mbak Mira sayang, yang suaranya mirip Anggun, aku datangg.

"Eh siapa ya mas, ada perlu apa"
Mbak Mira menyapa dengan nada gak kenal. Hari ini dia memakai kacamata bingkai kotak, dan light makeup beserta lipgloss memberikan kesan basah bibirnya.

"Oh saya haris Mbak yang 2 hari lalu janjiin traktir mi ayam"
"Oh kayaknya janjinya itu untuk kemaren deh, jadi sepertinya salah orang ya pak"
Mbak Mira membuang muka menghadap komputernya. Terlihat dia sedang menata sebuah judul di Powerpoint. Duuh gemesin deh.

"Iya iya maaf.. duuh yg uda merasa kecewa nungguin"
"ih apaan sih, uda deh butuh apaan buruan ngomong, kerjaanku banyak"
Timpal mbak Mira sedikit menahan senyum.

Butuh apa, butuh pantat dan susumu mbak.

"Kerjaan apa sih, orang cuma bikin powerpoin doang"
"Iya nih, tau tuh pak Jarwo bikin ginian aja nyuruh nyuruh aku"
"Emang dia minta selesai kapan mbak?"
"Dia ga ngasi tau kapan, tapi kayaknya dia butuh buat besok ada rapat dosen"
"Yauda sini aku bantu bikin sebagai permintaan maafku"

Mbak Mira langsung menoleh ke aku dengan wajah sumringah.
"Beneran niihh???"
"Tapi ada 1 syarat"
"ih niat mbantu kok pake syarat segala. Ga kumaafin aja sekalian gimana?"
"Gampang kok syaratnya. Cukup makan mi ayam sama saya. Gimana, mau?"
Mata mbak Mira langsung berbinar.

"Kapan?"
"Sekarang. Yuk"

Mbak Mira langsung pencet Ctrl+S ditambah Win+L, komputer itu terkunci. Kacamata kotaknya diletakkan di meja. Galaxy ace disebelah mouse dicabut chargernya, kemudian mengambil tas selempang kecil di dekat tas punggungnya dan berdiri.
"Mi ayam belakang gedung ekonomi kan?"
"Iya nyonya"

Sejurus kemudian kita berjalan ke arah gedung ekonomi. Gedung itu adalah gedung yang sedang direnovasi, sebagian besar kegiatan perkuliahan jurusan ekonomi sementara menumpang ke gedung akuntansi disebelahnya. Hanya beberapa ruang saja yang digunakan. Otomatis gedung itu sepi, rame di belakangnya saja ada warung-warung kecil.

"Mi ayam bang, 2"
"Pake pentol?"
"Yep. Sama esteh 2 ya bang"
Aku menuju meja yg uda ditempati mbak Mira. Aku duduk berhadapan dengan dia.

Oke mari dimulai eksperimennya. Aku butuh topik pembuka.

"Gimana rasanya kerja di ruang admin mbak?"
"Yaa gitu deh"
Mbak Mira menaruh tas kecilnya di meja, mengambil galaxy ace kemudian kelihatan sedang mengetik sesuatu.

"Ya gitu gimanaa.. orang pingin ngajak ngobrol kok dicuekin sih"
Mbak Mira hanya melirik ke aku tanpa merubah posisi anggota badannya.
"Yaa sebenarnya kerjaannya ga sulit sulit amat, tapi gara gara aku yg masih baru, orang-orang jadi banyak manfaatin"

"Biar ga bingung cari kecap ntar, taruh aja kecap ini di tas mbak. Emang siapa aja yg manfaatin mbak Mira?"
Mbak Mira mengambil kecap botol itu kemudian memasukkan ke dalam tasnya.
Oke kemampuan ini berfungsi.
"Ya banyak, yg paling sering itu pak Jarwo. Duh mata dia sering jelalatan lagi."
"Jelalatan gimana?"
"Iya dia sering liat ke dada aku, atau pas aku berbalik aku mergokin dia lagi liatin bawahan aku"

Dia mengusap rambutnya ke belakang karena tergerai ke depan.
"Ya normal lah, pak Jarwo kan uda lama menduda"
"Ya bukan haknya juga dia jelalatan gitu. Kan jadi risih akunya"

2 esteh tersaji dimeja. Mbak Mira langsung menghisap seperempat gelas.
"Oh gitu. Sebenarnya pantes sih, kan body mbak bagus banget. Aku aja sempet hang pas ketemu pertama kemarin"

Mbak Mira tersenyum manis. Maniss banget.
"G usah merayu deh. Ketauan banget boongnya"

"Oke biar ga ada salah paham, mulai sekarang kita cerita jujur blak blakan aja ya, ga ada yg ditutupin. Emang Mbak Mira ga ngerasa tubuh mbak itu bagus?"

"...... Kalo mnurutku aku ini gemuk ris, dibanding cewek2 lain pada umumnya"
"Kalo aku masi kurang pasti sih. Aku harus ngelihat bener bener, kalo sekarang kan masi ketutup baju."
"Maksudnya?"

"Mbak Mira pingin penilaian saya kan? Aku harus liat mbak ga pake baju. Ya ga usah disini, kan banyak orang. Kalo di dalam gedung ini gimana?"

Mbak Mira masi loading.
"Tapi cari yang lantai agak di atas aja ris"
"Beres, ntar kita cari toilet di sekitar lantai 3"

2 mangkuk mi ayam panas datang di meja.
Dengan santai mbak Mira mengambil kecap dari tasnya kemudian dituangkan ke porsinya. Abang mi ayam itu mengernyit. Dia pasti berpikir itu kecap miliknya apa bukan.

"Ngomong ngomong kuliahmu gimana? Enak dapet 3 jadwal bu Febri? Ahahahaha"
"Eh banyak yang tau kalo bu Febri galak yah"
Aku mencari pasangan sumpit yang tenggelam diantara sendok dan garpu.
"Kasian loh dia umur uda deket 30 tahun tapi masi blum ada yg meminang. Kukira dia lagi ada masalah sama cowoknya sekarang"
Mbak Mira sangat lahap menyantap mi ayam. Lipglossnya sudah tergantikan oleh minyak.

"Kok bisa tau info itu?"
"Iya hari minggu kemarin aku sama si Jimmy liat dia semacam tengkar di jalan sama cowoknya kalo ga salah"
"Jimmy siapa mbak?"
Aku mencoba iseng mengambil pentol mbak Mira yang masih belum tersentuh. Dengan cekatan mbak Mira menarik seluruh mangkuknya.
"Oh aku belum cerita yah, Jimmy cowokku ris. Dia anak Sidoarjo"

Gitu rupanya. Dia sudah punya cowok. Patah hati deh. Kalo gitu untuk latihan aja deh.

"Sudah berapa lama mbak Mira jadian sama Jimmy?"
"Dari kuliah sampe sekarang, hmm, sekitar 3 tahun lah."
"Emang si Jimmy sekarang dimana mbak?"
"Kerja di pabrik pocari sweat ris. Dia ngekos deket pabrik. Biasanya sabtu minggu mampir sini"

"Mbak Mira suka kejujuran kan? Aku tanya jawab jujur yah. Sudah sampai mana hubungan mbak Mira dengan Jimmy? Maksudku dari sisi hubungan fisik"
"Tadi kan kamu bilang supaya kita blak blakan. Kalo aku sama Jimmy uda sampe seks sih. Dianya minta mulu kalo mampir kos ku."
"Oh mbak Mira suka nggak?"
"Yaa suka ga suka sih. Cepet banget. Aku blum sempet nyampe dia uda kelar"
"Gantung dong mbak"
"Yaa mau gimana ris. Bukan berarti aku ga puas sih. Enak enak aja kok"
"Emang ga pernah nyoba masturbasi mbak?"
"Gak pernah ris"

Saatnya menggunakan Influencer lebih dalam.
"Wah itu tuh yang bikin gemuk. Tau ga kalo gak masturbasi mbak Mira bakal nambah gemuk loh?"
"Masa sih?"
"Iya masturbasi atau seks yg mencapai orgasme itu diperlukan wanita supaya mengontrol metabolisme tubuh"

Apa aja ngarang pokoknya alasannya.

"Jadi gimana dong ris?"
"Ntar kubantu kalo uda di lantai 3. Yuk"
"Oke ris"

Mangkok yang sudah menyisakan sedikit kuah itu kita tinggal.
"Berapa bang"
"20juta aja"
"Mahal amat. Nih 20rebu. Kembaliannya ambil aja."
"Kembalian apaan emang pas segini"
Tungkas abang mi ayam itu sambil menempel uang di dahinya.

Di luar mbak Mira sudah nunggu.
"Makasih yaa"
"Ini kalo ga salah ada pintu belakang gedung deh"
"Iya ada. Itu tuh."
Mbak mira menunjuk ada pintu yang baru saja dibuat, blum ada cat di temboknya.

Tak lama kita sudah ada di dalam gedung. Aku menuju tangga. Mbak Mira mengikutiku. Sampai di lantai tiga, memang sepi banget. Aku melihat tanda Toilet mengarah ke kanan. Aku membuka pintu toilet wanita, toilet itu baru saja selesai dibangun, tapi sudah layak pakai. Air dan lampu sudah nyala. Tidak ada sampah2 bekas bangunan. Ada wastafel berjajar 4 dengan kaca sepanjang wastafel itu. Lebar banget toilet ini. Dan yang paling mantab adalah pintu masuk toilet bisa dikunci dari dalam. Klik.

"Oke mari dimulai"
Mbak Mira terkesan malu malu.
"Dimulai apanya"
"Tas sama hape Mbak taruh di wastafel biar ga ganggu"

Klek.
Bunyi hape tergeletak di dekat wastafel.

"Supaya ga ada hujan malam ini, sekarang mbak buka baju, sekalian BH nya mbak gabungin biar ga berserakan"

Mbak Mira membuka baju seragam adminnya kancing demi kancing, terlihat BH warna biru muda mengikat dadanya yg terlihat membusung. Dia emang gak gemuk, tapi tebal. Lipatan lemaknya sedikit. Aku yakin dibalik kulitnya itu kebanyakan otot, hanya tersamar lekukannya oleh lemak. Dan oh my God, BH biru muda itu terlepas, tampak payudaranya pear shaped masih melawan gravitasi. Montok banget. Putingnya menyembul keatas seakan menantang untuk diemut. Si otong semakin bersemangat.

"Dada Mbak Mira ukurannya berapa sih?"
"Dasar cowok, yg ditanyakan pertama pasti dada. 36B."
"Ehehehe bagus eh, pingin jadi adek bayi lagi deh"

"Jadi gimana ris?"
"Hmm, masih susah untuk menilai. Oke sekarang Mbak buka celana supaya ga ada kecoa disini."
Mbak mira merespon perintahku, dia melepas kancing celana ketatnya, menurunkan resletingnya. Sedikit susah untuk melepas celananya, memang agak sempit. Rupanya dia kebagian jatah seragam lebih kecil dari ukuran yg diminta. Mbak Mira harus agak menggoyang pinggangnya untuk memudahkan celananya turun, membuat payudaranya sedikit bergoyang kanan kiri. Celana mbak Mira sudah lepas, tampak CD motif doraemon menutupi liang surganya. Sepertinya itu CD favoritnya. Tampak mbak Mira mulai malu malu ingin menutupi dada dan CDnya.

"Jackie chan ga malu untuk melakukan aksi stuntnya mbak, jadi mbak Mira gak perlu malu sama tubuh mbak dihadapanku. Berposelah ke saya selayaknya mbak Mira itu seksi, bangga akan tubuh mbak"
Mbak Mira menurunkan tangannya, kemudian satu tangannya berkacak pinggang.

"iya iya, trus apa penilaianmu?"
"Loh ya belum bisa menilai lah. Kan hewan panda itu masih hewan dilindungi. Kalo mbak Mira ingin turut melestarikan hewan panda, mbak Mira tinggal lepas CD mbak, jangan lupa ditata yang rapi dengan baju mbak yang lain."
"Oh gitu, oke"
Dengan santai mbak Mira melepas CDnya dan menaruhnya beserta bajunya yg lain.

Kini mbak Mira tanpa sehelai benang berdiri di depanku. Tampak bulu jembutnya yang halus tipis merata menyamarkan garis labianya. Lama aku memandang tubuhnya yang bongsor tapi tetap menggairahkan.

"Nah kalo begini baru bisa menilai. Mbak Mira itu gak gemuk, lihat aja ga ada lipatan lemak di perut mbak. Trus lengan mbak Mira itu gede, tapi bukan karena lemak, tapi karena otot. Itu bagus mbak."

"Bisa aja kamu ris. Udahan yah, kita balik yuk."
Mbak Mira langsung mengambil BH nya. Rupanya influence pertamaku tadi sudah terpenuhi oleh Mbak Mira, alhasil lanjutan aktivitasnya memakai logikanya sendiri.

"Eitss tunggu dulu. Katanya pingin bisa orgasme. Latihan dulu mumpung mbak Mira lagi bugil gini."
"Oh iya yah."
Mbak Mira kembali menaruh BH nya.

"Jadi aku musti gimana ris?"
"Oke pertama mbak menghadap ke cermin."
Dia belok ke kanan, melihat dirinya sendiri bugil.

"Lihatlah betapa indahnya tubuhmu mbak. Supaya memancing nafsu (nafsuku, heheh), Tatap terus tubuhmu, jangan menutup mata atau lihat yang lain. Apa yg membuatmu bergairah mbak?"
"Entahlah, mmm... french kiss mungkin?"
"Oke mulai sekarang mbak Mira akan bergairah tiap ada aku didekat mbak karena kelinci itu telinganya dua"

Aku mendekat berdiri di belakang mbak Mira. Kedua tanganku menyentuh pundaknya.
"Karena aku sudah di deket mbak, mbak Mira akan merasa ingin disentuh, ingin dijamah olehku. Ingin menghisap lidahku, ingin penisku menusuk vagina mbak Mira. Ingin meremas dan menghisap payudara mbak Mira. Teruslah mengulang ulang bayangan itu di kepala mbak."

Nafas mbak Mira mulai berat.
"Trus gimana ris"
"Oke mulailah meremas payudara mbak Mira sendiri. Mbak Mira yg tahu badan mbak, jadi mbak tahu sisi mana yg terasa nikmat untuk diremas, atau puting yg dipelintir. Lakukan sambil membayangkan aku yang melakukan itu."

"Ris... enak banget..."

Mbak Mira meremas kedua dadanya secara lembut, 3 kali remasan dia memlintir putingnya bersamaan, kemudian meremas lagi, memlintir lagi....

"Lanjut tangan kanan mbak Mira bisa mengusap klitoris mbak, nikmatilah tiap sentuhan yang mbak berikan sendiri. Lakukan itu sambil membayangkan aku yg menghisap klitoris mbak Mira."
"Aahhhh... ee..nakk... ris...."

Penisku benar benar keras melihat mbak Mira melakukan adegan erotis di depan kaca wastafel. Dari belakang aku bisa melihat vagina bagian bawah, tak ada jembutnya. Rupanya jembutnya hanya tumbuh di bagian depan. Kubuka sedikit celanaku, kemudian keluarkan penisku yang tegak sempurna.

"Karena ini pertama kali mbak Mira masturbasi, saya bantu untuk menstimulasi vagina mbak."
"Menstimulasi gimana risss.... shhhsst..."
"Seperti ini"

Slepp! Penisku aku masukkan ke vaginanya dr belakang. Panas sekali vaginanya. Mbak Mira memekik tertahan. Mulutnya menganga menghisap lebih banyak oksigen. Dia masih patuh membuka matanya dengan sedikit mengernyit.

"Fokus mbak, tetap beri rangsangan ke payudara dan klitoris mbak. Bayangkan ada penisku menghujam vagina mbak Mira. (Emang itu penisku hehehe)"
Aku langsung maju mundur sambil memegangi pinggangnya.

"Ahh.. aahhh...ahh... riss... ee..nak bang... nget...la.. giiii.... risss...."

Kurang lebih 10 menit aku penetrasi vaginanya. Sepertinya butuh tambahan influence supaya dia semakin cepat keluar.

"Mbak Mira, ingatlah ketika mbak masi kecil, bila ingin pipis, pipis aja walaupun ada di kasur. Ingatlah rasa nikmat bisa pipis kapan saja bila ingin."
"Dii..kiiiiittt... lagi rissss...aah.. ahhh.. ahhhhh...."

Aku dekatkan mulutku ke telinganya, berbisik pelann,
"Mbak Mira cantiik sekal--"
"AAAHHH AAHHHH AAHH RIIISS...!!!!"

Seerr seeerrrr serrr serrr terasa siraman panas penisku di liang vagina mbak Mira. Vaginanya berkedut keras. Pahanya bergetar. Aku berhenti memompa tubuhnya. Tangan mbak Mira masi bertugas di puting dan klitorisnya.

Kurang lebih 20 detik dia sudah mulai lemas. Kulepas penisku dari vaginanya. Mbak Mira langsung menyandar ke wastafel dengan kedua tangannya. Dia agak sedikit menunduk. Rambutnya tergerai kedepan. Payudaranya sedikit mengkilat terbiaskan oleh keringat dan lampu toilet.

"Enak kaann"
Mbak Mira mengangguk lemah sambil tersenyum. Dia melirik ke selangkanganku. Matanya membelalak kemudian membuang mukanya.
"iiihh itu apa riss kok tititmu keluar dari celana, ngaceng lagi!"

What, oh iya yah dia blum ku influence untuk si otong. Padahal dia sendiri bugil.
"Iya mbak, tadi kecoa masi datang walopun mbak Mira uda lepas celana, makanya kutunjukin gini, akhirnya pergi juga. Mbak Mira uda kelar kan? Pake baju aja dulu"

Sejenak aku berpikir, aku ingin sekali crot di dalam vaginanya. Mudah saja bagiku, tapi ntar berabe kalo dia hamil. Oh aku punya ide.

Mbak Mira mengambil BH dan memakainya, diikuti CDnya, kemudian bajunya, kemudian celananya. Sesaat sebelum mengancingkan celananya kutahan,

"Jadi sudah bisa kan masturbasi?"
"Iya ris"
"Nah lakukan itu minimal sehari, bagusnya 2x sehari."
"Gitu ya."
"Naah sebelum kita pergi, aku kasih spermaku supaya mbak Mira gampang mengingat aku bila ingin masturbasi lagi."
"Okee, ditaruh dimana ris?"
"Supaya ga ada yang tau masukin aja disini"
Aku menunjuk CD nya.
"Ehh ntar aku jadi hamil dong"
"Yaa bukan di dalam vagina mbak lah, di permukaannya aja, trus mbak tutup sama CD, dengan begitu baunya akan terus tersimpan, sekilas mbak Mira juga bisa menciuminya."

Mbak Mira menarik maju CD yang dipakainya, seperti doraemon yang akan mengambil sesuatu dari kantong 4 dimensinya. Celananya masi terbuka sehingga CDnya mudah untuk dimajukan keluar.

"Nih buruan"
"Sabar atuh, ga bisa langsung keluar lah"
"Ahahahaha kalo lambat keluar salah, cepet keluar juga salah"
"Dasar cewek, apa apa semua salah."

Aku berjalan mendekat dan mulai mengocok penisku. Aku bisa melihat jembut halus wanita itu dari atas.
"Supaya agak cepat bantuin french kiss mulutku dong"

Mbak Mira langsung menyosor mulutku, menjilat dan menggigit bibirku, lidahnya menyeruak masuk dan beradu dengan lidahku, dia menghisap mulutku sambil berpagutan. Masi terasa aroma mi ayam tadi. Kita saling bertukar liur, saling menghisap bibir.

Tak berapa lama aku sudah sampai, langsung kuarahkan ke dalam CD mbak Mira.

Crrooot crooott croooott. Kusemprotkan di daerah vaginanya, sesekali terkena baju bagian bawahnya, mbak Mira mengusapnya dan melapkan ke CDnya. Setelah habis kukuras spermaku kumasukkan kembali penisku ke dalam celana. Mbak Mira menutup kembali kantong 4 dimensinya diikuti mengancing celananya. Aku masih dapat mencium bau sperma itu menyeruak melewati sela2 celananya.

"Supaya gak hilang baunya, Jangan pernah mbak cuci CD itu. Jadi bila mbak Mira ingin masturbasi kapan saja mbak bisa mencium CD itu."
"Iya ris"
Mbak Mira bercermin, sedikit merapikan rambutnya dan menambah lipgloss di bibirnya.
"Yuk balik, powerpoin menunggu"

Mbak Mira mengambil tas dan hapenya, kemudian berjalan mengikutiku. Aku memutar pergelangan tangan kanan mbak Mira, sekarang jam setengah sebelas.

Kita kembali ke gedung admin. Tampak orang orang lagi sibuk dengan urusannya. Mbak Mira menuju mejanya.
"Ada kursi nganggur di deket coffeemaker sebelah jendela ris. Ambil aja bawa sini."

Aku menarik kursi tanpa pemilik itu dan mendekatkan ke kursi mbak Mira. Mbak Mira sudah membuka komputernya kembali.

"Punya flasdis? Kukopi ntar kamu ngerjainnya di laptopku aja. Aku mau ngerjain yang lain."
Laptop Acer 10inch beserta chargernya muncul dari tas punggungnya, diletakkannya di samping komputer, kemudian dia sedikit menungging untuk mencolokkan charger di balik monitor. Wow pantat seksi itu ada jejak basah di selanya. Sepertinya CD mbak Mira tak mampu menahan spermaku sehingga merembes keluar. Shit aku ngaceng lagi.

"Nah ini materi yang diminta sama pak Jarwo, bikin semua, kecuali halaman 11 sampe 15. Nanti datanya diminta bikin grafik sekalian."
Aku membaca sekilas dokumen word yang baru saja dikopi mbak Mira ke flasdisku. Ah ini mah gampang, paling yang agak susah bikin grafiknya aja. Itupun susahnya di pilih pilih stylenya yang cocok. Kulihat mbak Mira sudah tenggelam bersama excelnya, dan ada beberapa word yang juga sudah dibuka, dia berulang ulang memencet alt+tab untuk pindah pindah dokumen. Okelah aku juga fokus juga. Paling 2 jam kelar.

**

"Cieee siapa ini mir? Kok sudah punya asisten sih??"
Aku mendongak. Tampak wanita berjilbab lebar berumur sekitar 25 tahun sudah berada di samping kiri mbak Mira sedang duduk di kursi kantor yang beroda, jadi dia tadi berpindah ke meja mbak Mira sambil duduk. Aku lanjut ngerjain powerpoin sambil curi dengar.

"Oh iya nih, asisten baru. Gimana, asik kan, baru sebulan kerja uda punya asisten."
Fak.
Asisten katanya. Kubikin kalian berdua jadi budak seks tau rasa entar.

"Asisten apa asisteennn..."
"Beneran, dia bantuin ngerjain presentasinya pak Jarwo"
"Trus Jimmy mau kau kemanain mir?"
"iih apaan sih, awas kalo kamu ngomong jimmy."
"Hihihi biarin, aku laporan jimmy aaahh"
"Oh iya ini kenalin dulu"

Mbak Mira menepuk pundakku, kemudian aku hendak mengulur tangan untuk salaman,
"Haris"

Wanita itu ternyata tersenyum mengatupkan tangannya, menolak untuk salaman. Terpaksa ngikut mengatupkan tangan juga.
"Lilis. Eh mir mana dokumenku yang kamu pinjem kemarin senen?"
"Dokumen apaan?"

Aku hanya terdiam ikut mendengarkan saja. Sedikit banyak aku perhatikan si Lilis ini. Dia menggunakan jilbab ungu muda yang lebar menutupi hingga perutnya. Di bawah perut menjuntai rok pink yang panjang, yang hampir menutupi sepatu kets converse nya. Tinggi dia sekitar 165cm, kelihatan pendek banget didekat mbak Mira. Wajahnya, hmmm, lumayan cantik, dia memakai kacamata elips dengan bingkai metal sedikit turun dari level matanya. Dan aduhai, nilai plus dari Lilis ini adalah bibirnya. Tipis, dengan bentuk yang sangat sensual, warnanya pink. Dia memakai lipstik yang berwarna sama, sehingga bener bener menonjolkan sisi sexy dari bibirnya.

"Ituu jadwal kuliah teknik mesin. Yang kamu pinjem dari bu khofifah."
"Hah? Oooh ini masi nyangkut di printerku"

Mbak Mira membuka scanner printernya, rupanya jadwal yang aku minta kopi kemarin lusa masih disitu. Kertas itu diambil oleh Lilis.
"Balikin lah kalo uda beres, ntar kebuang lagi"
"Ini nih si haris yang butuh kemaren, jadwal kelas dia"
"Oh kamu kelas 3A ris? Jadi gimana rasanya punya 3 jadwal bu Febri? Hihihi"

What. Tau juga dia perihal bu Febri. Aku senyum aja.
"Apes duluan pas hari pertama, uda telat, trus disuruh ngerjain soal didepan, salah lagi. Trus dikasi deh tugas 60 soal suruh ngumpulin besoknya."
"Seriusan??? Hahahahahahaha"

2 wanita itu tertawa bareng. Ini nih yang bikin tugas admin yang seharusnya 2 jam kelar jadi molor. Ngrumpi mulu kerjaan cewek. Excel di komputer dicuekin sama mbak Mira. Dia kelihatan asik banget ngobrol sama si Lilis. Kulihat dia seperti aktif menggeser geser posisi dia duduk. Di sela sela pembicaraan mereka, si Lilis tiba tiba nyeletuk,

"Eh kok bau anyir yah? Kayak baunya campuran vanilli gitu,"
Mbak Mira sedikit membelalak, kemudian berlagak mencari bau yang dimaksud.
"Bau apaan, ga ada bau apa apa Lis. Kamu bau sesuatu gak ris?"
"Hmm? Ah palingan bau mi ayam tadi."

"Looh kalian tadi mampir ke mi ayam belakang gedung ekonomi? Kenapa gak ajak ajak sih? Aku laper banget tau, ga sarapan tadi pagi"
"iihh kamu ris, harusnya rahasia ituu"
Mbak Mira memukul ringan ke pundakku.
"Eh rahasia yah, oh tadi gak ke mi ayam kok Lis"

"Bilang aja kalo pingin makan berdua aja, awas kamu ya mir, kubilangin ke Jimmy ntar. Wah bisa bikin gosip baru nih, skandal Mira dan asistennya, hihihi"
"Yaah jangan dong Lis, pliiss, ribet ntar jelasinnya. Ris bantuin dong jangan cuek bebek gitu, gara gara kamu juga niii"

Mbak Mira memohon melas dengan sedikit nada manja. Aih emang dasar otakku mesum, aku malah bayangin dia memohon supaya diekse.

"Yaudah biar adil ntar Lilis ikut aku makan siang"

"Oke ris"
Sahut Lilis seketika.
"Heh? Tumben..."
Mbak Mira seakan gak terima.

"Hah apanya mir yang tumben?"
"Oh enggak, bukan apa apa kok."
"Yauda mir aku selesaiin kerjaanku dulu yah. Ntar abis makan kita lanjut lagi ngobrolnya hihihi"
"Yukk ahh uda deket makan siang ini, kerjaan blom ada yg beres"

Lilis pun kembali berpindah tempat tanpa berdiri. Mbak Mira kembali fokus ke monitor di depannya.
"Bagian apa si Lilis itu mbak?"
"Oh dia semacam koordinator jadwal semua dosen teknik mesin, kemarin seharusnya kamu mintanya ke dia. Kebetulan aja waktu itu jadwalnya ada di bu Khofifah untuk direview karena ada dosen yang pingin berubah jadwalnya."

"Oh magang gitu ta mbak? Atau mahasiswa aktivis?"
"Loh, dia asli pegawai uda lama disini ris. Mungkin uda 4-5 tahun kerja di bagian admin"
"Hah masih muda itu dia udah kerja?"
"Jyahhh satu orang lagi ketipu hahaha. Emang menurutmu dia umur berapa ris?"
"Hmm, 25?"
"Teeett salah. Dia umurnya sekitar 35 tahun ris. Uda nikah tapi blom punya anak. Tapi rahasia yah diem diem aja. Aku gak pernah ngomong ini ke orang lain"
"Seriusan 35? Jadi aku harus panggil dia bu Lilis dong?"
"Ya jangan, ntar ketauan aku yang bocorin. Banyak mahasiswa yang panggil dia Lilis kok. Dia asik asik aja, terasa awet muda katanya."
"Oh gitu"

"Lagian aneh banget tadi"
"Aneh gimana mbak?"
"Iya aneh, biasanya dia ga mau kalo diajak laki laki kemana gitu, walaupun itu kerjaan. Bukan muhrim katanya."

Iyalah. Kan sekarang ga ada yang bakal nolak saya. Huehehehe

"Udah ah, selesaiin itu punya pak jarwo."
"Iya iya"
Sebenarnya sudah selesai, aku cuma nambah nambah style, animasinya, atau gonta ganti model grafiknya. Kan ide sebenarnya bisa sama mbak Mira terus, project masi belum selesai. Dia masi belum menunjukkan tanda tanda yang kuinginkan.

-------

Part 4
 
Terakhir diubah:
Ga nyambung bgt alasannya wkwkwk iki genre komedi pasti, tapi klo ditempat umum sama Lilis jd nyambung, emang genre komedi wkwk
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd