Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY THE INFLUENCER

Part 3

Update gan, mumpung lagi semangat:army:


-----Part 4: Pretty Lips

Jam sudah menunjukkan pukul 12:00 siang. Ruang admin sudah hampir sepi. Kebanyakan jam 11:30 mereka sudah pada cabut istirahat duluan. Kulihat sampingku, mbak Mira masih ngelihatin word dan excelnya. Kuperhatikan dia seolah olah tidak nyaman, dia terus terusan merubah posisi duduknya. Sesaat kemudian tangan mbak Mira menyentuh dahinya, kepalanya bersandar di tangannya.

"Kenapa mbak Mira? Kok kayaknya sulit banget kerjaannya"

"Ris... bau sperma kamu menyengat banget, aku ga tahan... aku horny banget"

Aku memang sengaja menumpahkan pejuku di dalam CD mbak Mira, sehingga baunya perlahan lahan meresap melalui sela sela bajunya, keluar lewat kerah baju dan dihirup oleh mbak Mira.

Di belakang gedung admin tadi kuberi sedikit influence jika mencium bau sperma mbak Mira akan membayangkan diriku sedang melakukan adegan panas ke dia. Proses yang lambat itu membuat mbak Mira lama lama jadi gampang sange. Dan pemicunya adalah bau sperma. Jadi mau itu sperma orang lain, kalo dia menciumnya, otomatis dia akan teringat saya, dan gairahnya akan memuncak. Coba iseng sebentar ah.

"Eehh... coba agak berdiri mbak, ada penggaris di kursi mbak"
Mbak mira mengangkat pantatnya, astagaa basahnya uda membekas di kursinya. Celananya memang tidak terlalu kelihatan bila basah, tapi kursinya bila terkena cairan sedikit saja kelihatan banget kalo basah.

Aku menyiapkan penggaris 20cm yang sudah kuambil tadi dari meja, tanganku menggapai ke kursi mbak Mira bersama sama penggaris supaya seolah olah aku mengambil sesuatu di kursinya. Kubuat vertikal penggaris itu dan menggores selangkangan mbak Mira.

"Aaahhkk!!..."

Spontan mbak Mira menutup mulutnya, sambil melihat sekitar. Aman tidak ada yang perhatikan. Mantabnya desahan mbak Mira, aku jadi ngaceng. Mbak Mira langsung memukulku dengan buku berkali kali.

"Ehehehe maaf mbak khilaf ,eh salah, ga sengaja mbak"
"Kamu kok jadi kurang ajar sih? Gak sopan!"

Tanganku kembali ke tempat duduk.
"Iya mbak Mira, maaf tadi aku hampir jatuh dari kursi makanya langsung berubah posisi, beserta penggarisnya."
"Udah diambil blom?"
"Udah mbak, duduk aja monggo silahkan.... Eh mbak tadi suara mbak seksi banget, aku suka"
"Kamu jangan macem macem yah, aku uda punya cowok ris"

Uda punya cowok tapi kok tadi di kamar mandi mau kusuruh masturbasi sambil kucolok.
Yah begitulah kemampuanku, sebenarnya aku sendiri masih kurang bisa memahaminya. Kalo aku pernah menganalisa seperti ini:

Pada saat sadar, manusia itu kalo ingin melakukan suatu kegiatan, paling tidak membutuhkan satu alasan, makan karena lapar, tidur karena ngantuk, bekerja karena untuk dapat uang, seks karena nafsu. Nah ini kusebut pemikiran level 1. Manusia juga mampu untuk berpikir sampai beberapa level ke atas, seperti dia makan karena lapar, dan karena 12 jam kedepan dia tidak ada waktu untuk makan. Berarti dia sudah berpikir 2 alasan, alias level 2. Dia bisa saja berpikir level 3, yaitu pas dia lewat warung makan yg enak kata orang tapi dia belum mencoba. Terus menerus dia akan menaikkan suatu level pemikiran sejauh tingkat intelejensi dan sikon orang itu, semakin banyak alasan, akan semakin tinggi juga kemauan dia untuk melakukan sesuatu.

Nah kemampuanku itu semacam bisa mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu hanya dengan satu alasan saja, alasan apapun itu. Yang jelas aku bisa register alasan random ke otaknya, dan menyambungkan neuron otak yang berisi alasan ngawur itu dengan aktivitas yang aku minta. Saat itu juga secara tak langsung aku juga menghentikan orang tersebut untuk menaikkan level pemikirannya.

Seperti contoh saat orang lapar, kemauannya untuk makan 30%, kemudian dia berpikir 12 jam kedepan tidak bisa makan membuat kemauannya untuk makan jadi 50%, kemudian dia melewati warung yang enak kata orang membuat kemauannya untuk makan jadi 60%, dan seterusnya. Sedangkan kemampuanku bisa memberikan satu alasan random ke orang dan dia langsung 100% ingin melakukan suatu aktivitas, jadi dia merasa tak perlu untuk berpikir dua kali, kecuali ada interupsi dariku atau kondisi lain lain.

Menarik bukan? Bisa dibilang ini adalah kekuatan mind control, tapi mungkin hanya se per seribu nya saja. Aku tidak bisa memberi perintah tanpa ada alasan. Orang tersebut hanya akan memproses perintah tanpa alasan itu secara normal, sesuai logikanya. Aku masih harus berusaha supaya orang tsb mau melakukan yang aku minta. Dan memang kemampuan ini banyak kekurangannya juga, seperti kurang ngefek untuk orang yang berintelejensi cukup tinggi, atau tidak bisa sepenuhnya mematuhi apa yang kuinginkan, satu aktivitas tidak dapat mengcover aktivitas yang lain, seperti saat mbak Mira selesai orgasme tapi kemudian kaget melihat si otong ada di luar celana lagi ngaceng. Artinya diluar aktivitas yang kuminta, aktivitas yang lain akan diproses otak orang tersebut secara normal.

Kemampuan ini juga tidak mampu memberikan rekues yang tidak dapat dipahami, atau aktivitas yg tidak bisa dilakukan secara perasaan, seperti meminta untuk mencintai, atau membenci. Mungkin bisa saja meminta untuk mencintai tapi bakal ribet menjelaskannya, atau bakal bikin alasan yang njelimet, ujung ujungnya gak bisa dipahami juga.

"Mbak Mira aku istirahat dulu yah"
"Iya ris, traktir itu si Lilis biar ga ngomong aneh2 ke Jimmy"
"Loh kok aku yang disuruh nyogok supaya bungkam ke pacarnya orang"
"Hehehe buruan ih lumayan kan bisa makan siang bareng wanita cantik macam si Lilis. Tapi ingat, dia udah nikah looh"
"Oh ya mbak, karena mbak Mira masih merasa horny, datang aja ke kamar mandi lantai 2, jam segini sepi banget, kan bisa untuk menyelesaikan "kebutuhan" mbak"
"Iya ris ini uda bener bener gak kuat... bawah celanaku kelihatan basah ga?"
"Enggak mbak, celana mbak Mira ga akan mencolok kalo ada basah"

Buset dah macam mau berak aja mbak Mira ini. Dia nyelonong pergi duluan menuju tangga ke lantai 2. Tapi yaa good luck aja mbak, harusnya sampean udah bisa masturbasi sendiri. Kalo masi blum bisa, lanjut plan B akan saya gerakkan. Sekarang aku fokus di Lilis dulu. Apa yang kuinginkan dari Lilis? Sudah tentu bibirnya.

Aku berjalan hening menuju meja si Lilis. Kulihat dia fokus dengan pekerjaannya, sebentar lihat komputer, sebentar lihat dokumen di sebelah kanannya. Siapa sih tadi yang bilangnya lapar belum sarapan. Aku berdiri di samping kirinya, diam sejenak. Lilis masi fokus di dokumen kanannya, kemudian kembali ke monitor, dengan instan mendeteksi seseorang di sebelah kirinya.

"Eh haris, jangan bikin kaget ih."
"Fokus banget sih. Jam berapa ini"
"Iya bentar dikit lagi. Sabar yaa"

Lilis kembali tenggelam di kerjaannya. Seasik apa sih pekerjaan dibalik meja, aku belum pernah merasakan dunia kerja. Magang di bengkel pernah sih. Sambil menunggu aku perhatikan meja kerja Lilis. Simple, tak banyak ornamen2 layaknya meja kerja wanita. Ada terpajang satu foto dia berdua bersama lelaki di tembok besar cina. Suaminya kah? Tapi lelaki itu tampak tua banget, selisih umurnya kayaknya jauh banget. Lebih cocok dibilang bapak sama anak.

Di samping monitor ada semacam kumpulan catatan notes, salah satunya tertulis di tanggal kemarin bu Febri ditarik anak panah menuju pak Sujatmiko dan pak Suyono. Hmm, Lilis orangnya terorganisir banget. Aku kembali memperhatikan Lilis, bibir sensual itu sedikit mengkilat terkena cahaya dari lampu yg dinyalakan walaupun di siang hari. Tampak bibirnya sedikit terbuka, menggumam pelan mengikuti isi dari kertas di sampingnya, memberikan kesan kenyal dan imut tanpa mengurangi sisi sexynya. Duuh pingin kuhisap rasanya.

"Yuk makan. Ke kantin aja yah, capek mau keluar kampus."

Lilis agak menunduk mengambil hape di bawah meja, jilbab lebar itu tergerai ke lantai. Kemudian langsung berdiri bergegas keluar gedung. Aku hanya berjalan mengikuti di belakangnya. Sesampai di kantin dia menuju stand gado gado bu Darmi. Supaya aku gak bayarin, mending pilih stand yang lain. Makan bareng ayok, tapi kalo bayarin mah ogah. Dia bukan target operasiku juga, ngapain keluar modal. Aku lihat ada warung nasi campur selisih 2 toko di sebelah bu Darmi. Setelah kupilih tempe 2 dan oseng kangkung, aku membawa ke meja Lilis berada. Rupanya gado gadonya belum jadi, dia menunggu diantar ke mejanya.

"Uda mulai skripsi ris?"
"Belum, bulan depan Lis, eh, bu"
"Bu? Kamu tadi panggil aku apa?"
"Iya bu eh, iya, maaf"
"Wait, mira abis ngomong apa ke kamu, jujur ris!"

Bibir sexy itu menjadi sedikit maju.
"Eeehh.....mmm... kalo kamu uda nikah?"
"Nggak nggak, dia pasti bilang kalo umurku udah lebih tua gitu? Dia bilang umurku berapa?"
"Eeh... 35?"

Lilis membetulkan kacamatanya yang sudah mulai turun. Matanya berapi api.

"Emang dasar, si mira itu ngerjain kamu! Dia emang suka ngerjain orang lain ris, apalagi yang baru baru kenal gini. Umurku masi belom 35 tau! Umurku... ehh... ga usah tau kamu umurku!"

Wow ternyata mereka uda temenan lama yah, sampe bisa saling ngerjain.

"Lah emang kamu uda berapa lama jadi koordinator jadwal dosen?"
Aku mulai mengangkat sendok isi nasi.
"Koordinator jadwal dosen??? Ris mana ada orang semuda saya bisa ngatur ngatur jadwal dosen yang jauh lebih senior? Bu khofifah itu koordinator jadwal dosen!"

Ooh kalo begitu foto di mejanya itu sama bapaknya kah?

"Yaaah berarti aku dikerjain ini"
"Sangat"
Aneh, tidak seharusnya Mbak Mira bohong ke aku. Atau dia juga tidak tahu?
"Jadi kamu di bagian apa lis di admin?"
"Ituu... eehh.. macem macem ris, bantu bantu aja, serabutan"

Sesaat aku juga sebel sama Lilis, aku yang dikerjain kok dia yang sewot sewot. Terlintas ingin ngerjain dia juga. Gak lama gado gado dia datang beserta es jeruknya.

"Lis, supaya anak anak di afrika bisa kebagian makan, kalo kamu makan gado gado ini pake sendok yang dibalik, sisi cembungnya diatas. Dan garpunya jangan dipake."

Lilis membalik sendoknya. Kemudian mencoba mengambil sayuran. Sayuran itu jatuh sebelum sampe ke bibir indahnya. Berkali kali dia mencoba tapi gagal terus. Dia jadi cuma makan saus gado gado yang tertinggal di sendoknya. Lama kelamaan ekspresi dia berubah.

"Kenapa lis, susah yah"
"Iya susah banget"
"Ya seperti itu susahnya anak anak di afrika cari makan, bahkan lebih susah lagi."
"Aku laper banget ris"

Lilis seolah olah memohonku untuk mencarikan solusi. Dan tak ada solusi dari saya yang tak menyenangkan si otong. Lets roll baby.

"Gini aja. Kamu ingin makan kan? Kamu minta bungkus itu gado gado, jangan lupa sendoknya. Kita ke belakang gedung admin."

Lilis langsung minta bu Darmi untuk bungkus porsinya, tak lupa sendok plastik dan kresek kecil untuk mengantonginya. Secepat kilat aku menyelesaikan nasi campurku kemudian meneguk segelas air putih yang selalu tersaji di meja. Lilis rupanya menungguku sambil berdiri.

"Yuk"

Lilis dengan cepat berjalan mendahuluiku menuju belakang gedung admin. Tak sampai 5 menit kita sudah sampai. Tempat ini adalah saksi bisu vagina Bu Febri kujilat pertama kali.
"Ini tempat sepi banget ris, kok aku gak nyaman yah, kita gak boleh berdua aja di tempat sepi gini"
"Tenang, karena tempat sepi seperti ini kamu bisa pake sendok yang cekungnya diatas"
"....iya benar ris"

"Oke supaya kamu bisa makan dengan cepat, kamu harus menggunakan sendok itu untuk memasukkan gado gado ke mulutku baru kamu mengambilnya menggunakan mulutmu"

Lilis membuka bungkusannya, mencari tempat untuk menaruh gado gado itu supaya tidak tercecer. Aku mencari tempat untuk duduk dan standby menunggu. Tak lama lilis menyendok satu potong kentang beserta sausnya, lalu dia membawa sendok putih itu dengan satu tangan dibawah untuk menadahi bila jatuh.

Disuapkannya kentang itu ke mulutku, tak kukunyah, kemudian saat itu juga wajah berkacamata elips itu mendekat, mata Lilis menutup, bibir Lilis menyentuh bibirku, lidahnya menyeruak memasuki mulutku, bergerak gerak seakan mencari sesuatu. Lidahnya menemukan kentang di rongga mulutku, mencoba mengaitkan kentang itu sambil menghisap pelan. Kentang itu berpindah mulut.

Lilis melepas ciumannya, kemudian mengunyah kentang itu. Membiarkan aku yang hanya diam terduduk di depannya. Setelah ditelan, Sendok ke 2 berisi sayuran meluncur mendekati mulutku, sekali lagi aku disuapin makan, kemudian bibir sensual itu kembali menggaet mulutku. Sayuran nya agak kupindah pindah, sehingga tak mudah lidahnya untuk mengaitkan.

Tiba tiba kedua tangan Lilis memegangi kepalaku, melepas ciumannya,
"Jangan gerak gerak mulu, susah tau ngambilnya"

Lilis kembali menyatukan bibirnya dengan bibirku. Tangannya masih memegangi kepalaku supaya aku gak gerak. Sungguh pemandangan yang erotis sekali, wanita berjilbab lebar dengan bibir yang seksi sedang berdiri membungkuk french kiss denganku yang baru dikenalinya tadi pagi. Aduh aku ngaceng. Tak berapa lama dia mendapatkan sayurannya, dilepaslah bibirnya, untuk kemudian mengunyah dan bersiap mengambil suapan ke 3.

"Jadi sebenarnya kamu sudah nikah belum lis?"
Lilis mencoba bicara diantara kunyahannya,
"Aku tu uda nikah ris, dulu waktu umur 17 tahun uda dijodohin sama ortu tapi sampai sekarang masi belum dikaruniai anak"
"Oh jadi fotomu di mejamu itu sama suamimu?"
"Iya ris, dia emang jauh lebih tua dariku"

Suapan ke 3 mendarat di mulutku, ciuman ke 3 mengikuti. Kali ini dia langsung memegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Dengan cepat lidahnya menarik makananku. Ah tidak seru lagi kalo dia sudah lihai menggaet makanannya. Aku ingin lebih.

"Eh lis kamu ga capek makan sambil berdiri?"
"Ya capek ris. Tapi mau gimana lagi uda lapar banget"
"Kan capek, makanya duduk sini di pahaku. Tapi duduknya satu kaki di kiri satu kaki di kanan biar ga jatoh"

".....Kan aku pake rok ris, susah jadinya kalo duduk seperti itu"
"Oh supaya bisa, kamu lepas CD kamu, trus angkat rokmu sepaha."

Lilis dengan mudah memelorotkan CDnya dari dalam rok pink, kemudian dimasukkan ke sakunya. Aku tak bisa melihat model dan warna CD dia, sepertinya dia malu untuk menunjukkan CDnya. Rok pink yang lebar itu diangkatnya ke atas sepaha. Aku bisa melihat kakinya yang mulus putih tanpa lecet, tapi masih belum dapat melihat selangkangannya.

"Gini?"
"Ya seperti itu. Oke supaya adil, aku keluarkan penisku dari celana. Kamu bebas mau ngelihat ato enggak."

Sambil duduk kukeluarkan penisku yang tegak sempurna, menjulang 45 derajat terhadap sumbu paha dan perutku. Tampak Lilis malu malu untuk melihat penisku.

"Ngapain masi berdiri disitu? Katanya lapar. Deketin dulu itu bungkusan, agak kesini biar kamu agak menggapai"
"Eh..iya ris"

Dengan gelagapan Lilis melepaskan roknya, kemudian mengambil saksi bisu bungkusan isi gado gado dan sendok plastik dan mendekatkan ke tempat aku duduk. Lilis kemudian mengangkat roknya kembali untuk bersiap siap untuk duduk.

"Oke kamu bisa duduk di pahaku supaya gak capek. Oh ya, aku lupa, kan waktu duduk bisa saja gak imbang, jadi ntar gampang jatuh"
"Trus gimana dong ris?"
"Supaya imbang, kamu pegangan sama penisku."
"Tapi kan tanganku uda sibuk untuk makan ris?"
"Ah ya kalo gitu vagina kamu aja yang pegangan penisku lis, kan nganggur"
"Oh gitu, oke"

Lilis masih mengangkat roknya berjalan mendekatiku, kemudian mengangkangiku.
"Bantuin masukkan penismu ris ke vaginaku"
"Siap nyonya"
Kuarahkan penisku ke vaginanya, perlahan Lilis menurunkan tubuhnya.

"Aah.."

Tubuh Lilis sedikit bergetar, ujung penisku menyentuh permukaan vaginanya. Lilis mencoba memasukan penisku ke vaginanya perlahan, tiba tiba dengan cepat naik kembali,

"Auuw! sakit ris, masi kering vaginaku"
"Ooh masih kering, yauda kubantu kujilat yah supaya agak basah"

Lilis berjalan mundur keluar dari zona pahaku dengan tujuan aku bisa menunduk dan mulutku bisa sejajar dengan vaginanya. Tapi vaginanya masi tertutup rok.
"Aku malu ris kalo mengangkat rokku, jadi kelihatan auratku"
"Yauda biar kepalaku aja yang masuk kedalam rokmu lis"

Dengan spontan Lilis memasukkan kepalaku ke dalam roknya. Rok itu tergerai hampir menutupi setengah badanku. Lumayan pengap berada di dalam roknya, tapi cukup terang, matahari mampu menembus rok sehingga aku tau garis landasan pacu di selangkangan Lilis, bersih tanpa sehelai rambut. Rupanya dia rajin mencukur jembutnya. Posisi vaginanya agak jauh dari mulutku, sehingga aku reflek mencoba mendekatkan dengan cara tanganku mendorong pantatnya supaya maju.

Tapi begitu aku menyentuh pantat lilis dari luar rok, tanganku ditepis oleh Lilis.

"Ris kita bukan muhrim, maaf, tolong kita gak boleh bersentuhan yah"

Loh kok... Oh iya ya..... hahaha okelah no problem.

"Kalo gitu majuan dikit, maju lagi, dikit lagi, oke cukup"

Aku dapat menghirup aroma disekitar vaginanya, wangi melati, harum banget. Seorang Lilis yang rajin memang sudah pasti pintar merawat tubuhnya. Kumulai dengan mempertemukan bibirku ke labia majoranya. Dia sedikit tersentak, kemudian bergetar. Lanjut kubuka pelan menggunakan lidahku, kuusap dari bawah ke atas, begitu sampai atas lidahku menemukan klitorisnya. Kujilat jilat klitoris mungil itu, memaksa bagian dari organ kewanitaan itu menegang, mengeras. Tak hanya di klitorisnya, liang vagina itu juga mulai kuselipkan lidahku, sambil kuhisap bervariasi, kadang keras, kadang pelan.

"Rissszzz... sshhhttt... enak... rissss..."

Tubuh Lilis seolah maju ke depan, seakan tak rela mulutku lepas dari selangkangannya. Kini bau melati sudah kalah dengan bau cairan khas kewanitaan yang cukup deras mengalir dari dalam vaginanya. Aku masih tetap menggarap vagina Lilis selama 10 menit. Aku sejenak mundur, Lilis masih mencoba untuk menggapai mulutku tapi tak sampai, hingga dia hilang keseimbangan dan memajukan kaki kirinya, kemudian dia berhenti. Aku keluar dari roknya, kutemukan wajah Lilis agak menunduk. Matanya sayu, ada secercah rasa kecewa dari ekspresinya.

"Uda basah lis, yuk. Jadi makan ga?"
Lilis terdiam sejenak, menungguku duduk, lalu menaikkan roknya sepaha, kemudian berjalan ke depan. Kedua kakinya melebar, tubuh Lilis sudah memasuki daerah pahaku, dekat dengan tubuhku, hampir diatas penisku yang masih menjulang.

"Arahin ris..."

Aku memegang penisku untuk mengarahkan ke lubang kenikmatan seorang wanita berjilbab lebar. Lilis menurunkan pelan badannya, terasa ujung penisku mulai memasuki lubang surgawinya. Mata Lilis mengerucut, tertutup, menghayati senti demi senti penis yang memasuki vaginanya. Hingga akhirnya mentok semua penisku tertelan, mata Lilis terbuka, seperti merasa lega.

"Ahh...riss.. gede banget penismu.... sesak jadinyaaa..."

Terasa vaginanya menjepit penisku, seolah olah Lilis sedang berpegangan penisku supaya tidak jatuh. Matanya masih tetap sayu, dia sange banget. Nafasnya berat. Roknya tergerai hampir menutupi semua celanaku. Dia membetulkan kacamatanya yang turun, kemudian mengambil sesuap gado gado untuk menyuapkannya kembali ke mulutku.

"Buruan yuk uda mau deket jam 1.....hhhhh"
"Emang kerjaan kamu masih banyak lis?"
"Bangettthhh...."

Bibir sexy itu mengulang kembali untuk bertemu dengan bibirku, tangannya memegangi kepalaku, kemudian lidahnya memasuki rongga mulutku, menyentuh sisi atas dalam mulutku sambil mencari cari makanan yang telah dia masukkan.

Aku sadar ini benar benar momen yang menggairahkan, seorang wanita yang taat, berpakaian lengkap dan rapi (meskipun CDnya berada di sakunya), berjilbab lebar, berparas cantik, sedang duduk di atas pahaku, dengan vaginanya menancap di penisku, dan bibir sexy nya berkali kali french kiss aku. Aku jadi tak sengaja mengedutkan penisku, karena gerah berada di dalam liang vagina tapi tidak bergerak sama sekali. Lilis menjadi kaget, tangannya langsung bersandar di pundakku.

"ssshhhhtt.... apaan sih penismu ngapain ituuuu riss....?"
"yaa normal Lis, kalo penis uda di dalam vagina itu harusnya bergerak. kalo ga gitu ya bakal gerah, panas."
"jadi harus gerak ini?"
"iyalah, kamu naik turun aja, biar tetep bisa sambil makan"
"enak kamu dong kok aku yang kerja"
"yaa kan entar kuimbangi"

Lilis mulai menaik turunkan perlahan lahan tubuhnya, tampak dia agak kesulitan mengarahkan sendok yang berisi gado gado itu ke mulutku. Aku yang memajukan mulutku untuk menggapai sendoknya.

"shhhsshht.. lucu banget sih kamu riss... aahh.... kayak.. ade... bayi... yang disuapin....aahh.."

Sepertinya dia kesulitan untuk konsentrasi antara makan dari mulutku atau makan dengan penisku. Ternyata Lilis masih ada sedikit kesadaran untuk mulai mencium bibirku dan memasukkan lidahnya, tapi ketika lidahnya masuk bukannya mengait gado gado yang ada malah berbelit belit dengan lidahku, dia french kiss beneran denganku! dia melumat dan menghisap lidahku, menggigit bibirku, menghisap lidahku, memagut seluruh bibirku. Dia melakukannya sembari naik turun di atas pahaku, sambil memegang pundakku sebagai tumpuan.

"aahh riss.. mmmhhhh... AAhh...shhhssshhtt....hhhhhaa"
Serrr serr serr penisku terasa ada siraman hangat.

Lilis orgasme. Nafasnya tersengal sengal. Kepala Lilis menunduk bersandar di dahiku. Kedua tangannya merangkul leherku. Dia berhenti memompa, menunggu kenikmatan orgasme berlalu. Aku masi merasakan kedutan vaginanya mengiringi nafasnya yang memburu.

"kayaknya kamu sudah gak nafsu makan Lis, kenyang kah?"
"Aku masih lapar ris, tapi capek..."
"Katanya ada kerjaan banyak"
"Iya bentar ih! Ini juga mau kuselesaiin makannya!"

Senyuman wanita berkacamata elips itu membuatku semakin bergairah. Lilis kembali menaik turunkan tubuhnya, sambil menyuapiku makan, kemudian menyosor kembali mulutku. Dia sudah mulai dapat mengimbangi, walaupun vaginanya becek banget. Lilis tak bisa menyembunyikan kalo dia sange, tapi sudah lebih fokus di makanannya. Keringat membasahi dahinya tak dipedulikan. Tiap kunyahan berada di sela sela desahannya. 5 menit kemudian gado gadonya hampir habis.

"Supaya kamu dapat cukup asupan gizi, kamu perlu protein deh"
"aahh.. .ahhh... ahh... pproteinn..?"
"iya entar kalo gado gadonya abis, aku mau kok ngasi spermaku ke kamu, sebagai tambahan protein buatmu Lis"
"Oooh.. shhhsshht.. kamu mau ejakulasi untukku ris?"
"Iya, tapi entar bantuin hisap Lis biar cepet keluar"
"aah.hh.. hhh... ahhh.. iya rissszz...."

Lilis akhirnya menyelesaikan gado gadonya, melipat kertas bungkusnya dan memasukkan kembali ke kantong kresek di dekatnya.
"Oke Lis udah mau keluar.. buruan hisap.."

Lilis melepas pompaannya, kemudian mundur. roknya kembali tergerai menutupi tubuhnya. Sesaat kemudian dia berlutut dihadapanku, menahan jilbab sisi lehernya supaya tak tergerai ke depan, langsung melahap penisku dan menghisapnya. Wow seorang wanita berjilbab anggun sedang berlutut naik-turun di atas si otong. Bibir yang sudah kehilangan lipstiknya itu terbuka lebar mengatup di sekeliling pangkal bawah penisku. Tak ayal aku segera sampai.

"Nih Lis, hisap proteinkuuuuu...!!"
croott crooott crooottt croott

Aku orgasme untuk kedua kalinya di hari ini. Dengan wanita yang berbeda. terasa nikmatku sampai ke otak. Aku merasa segar dan mengantuk. Lilis tak kalah menghisap semua pejuku, langsung ditelannya. setiap muncrat langsung ditelan, muncrat lagi ditelan lagi.

Begitu aku selesai orgasme Lilis pun selesai menelan semuanya. Dia berdiri mencari tissue untuk melap mulutnya. aku pun memasukkan kembali penisku. Lilis mengambil CD dari sakunya untuk kemudian dipakainya kembali.

"Jam berapa sekarang Lis?"
"satu seperempat. Yuk balik. Makasi yah uda kamu bantu"
"Loh emang bantuin gratis, Makasi doang ya banyak"
"Perhitungan banget sih! iya gampang besok besok aja ris"

Lilis tersenyum manis membetulkan jilbabnya, merapikan bajunya, mengambil kresek bekas gado gado, dengan cepat berjalan masuk ke gedung admin lewat pintu belakang. Aku hanya mengikuti dari belakang.

Setelah membuang kresek itu di tempat sampah dalam gedung, Lilis kembali menuju mejanya sambil menoleh senyum ke mbak Mira yang sudah duduk di mejanya. Mbak Mira senyum balik, kemudian melirik ke aku dia langsung melotot, Wajahnya penuh ekspresi marah. Aku berjalan mendekatinya.

"Lama banget istirahatnya, ngapain aja?"
Mbak Mira tak sabar untuk menanyakan sebelum aku sampai di mejanya.
"Ke kantin aja, sambil ngobrol. Kok kayaknya mbak Mira cemburu gitu sih?"

Aku duduk di kursi sebelahnya.
Mbak Mira memutar kursinya sehingga menghadap ke aku.
"Aku cariin kamu tau, kenapa kamu ga ngasi nomor hapemu sih?"

Mbak Mira menadahkan tangannya, meminta sesuatu dariku. Aku mengambil nokia senter dari saku celanaku. Mbak Mira serta merta menyahut hapeku kemudian memencet beberapa tombol. Sesaat kemudian Galaxy Ace menyanyikan reff lagu Peterpan Bintang Di Surga.

"Yaa maaf, blum ada kesempatan buat tuker nope sama mbak, emang butuh apa mbak?"
Aku menyalakan laptop mbak Mira yang otomatis Sleep bila ditinggal selama beberapa waktu, aku hendak menyelesaikan presentasi pak Jarwo.

"Aku ga bisa hilangin hornyku ris, setres banget aku"
Ya iyalah, selama mbak Mira menghirup aroma sperma dari CD itu mbak bakal sange terus.

"Emang tadi uda coba masturbasi mbak? Orgasme bisa?"
"Udah ris, lima kali"
"Oke, kalo gitu gini......hah...... LIMA KALI?"

Mbak Mira langsung menutup mulutku mencoba meredam suaraku yang terlanjur keluar. Beberapa orang di sekitar sekilas menoleh ke kita, kemudian kembali ke aktivitas masing masing.

"Sebenarnya mau yang ke enam tapi ada orang masuk ris, aku langsung berhenti trus keluar dari toilet"
"Kan uda kubilang sehari sekali dua kali aja mbak, jangan keseringan ntar ketagihan loh"
"Kan kata kamu untuk bisa menghilangkan horny ku aku perlu masturbasi. Lagian makin sering aku mencium sperma kamu, makin susah juga ngilangin bayangan kam--eehh-- pokoknya susah deh!"

Kayaknya aku ga sengaja bikin loop system deh. Mbak Mira sange karena mencium bau spermaku, karena sange, mbak Mira masturbasi. Untuk masturbasi, mbak Mira mencium bau spermaku. Dan seterusnya berulang ulang, makanya dia sampe 5 kali muncrat tetep aja horny. Apalagi cewek bisa keluar berkali kali, ga akan berhenti sampai tenaga mbak Mira habis.

"Yaudah mbak Mira masih bisa selesaiin kerjaan mbak? Kita beresin dulu kerjaan, ntar jam pulang aku bantu"
"Masih ris, tapi ya pusing rasanya"
Mbak Mira memutar kursinya menghadap monitor.
"Iya sabar mbak"

Aku butuh pengalih perhatian.
"Eh mbak tadi aku sempet ngobrol sama Lilis."
"Hmm, trus?"
"Mana ada dia umur 35 tahun mbak! Dia juga bukan koordinator jadwal dosen. Mbak Mira ngerjain aku yaah??"
Mbak Mira dengan cuek sambil mengetik sesuatu di dokumen ke 3 di layarnya.
"Ngerjain kamu? Mana ada, kamu tu yang dikerjain sama Lilis!"
"Loh kok?"

Mbak Mira berhenti mengetik, kemudian menoleh ke aku yang pura pura menata slide powerpoin.
"Lilis itu mana mau ngaku umurnya segitu, kamu paham cewek ga sih?"

Sialan. Jadi intinya aku dioper oper ini.

"Dia pasti nyebut bu Khofifah yang koordinator jadwal dosen. Nyatanya, koordinator jadwal dosen itu team ris, ada beberapa orang, termasuk Lilis."
"Beneran itu?"

Mbak Mira lanjut mengetik lagi.
"Kan kata kamu aku harus jujur blak blakan aja"
Iya bener juga. Mbak Mira sudah ku influence untuk terbuka dalam segala hal, termasuk yang intim.
"Mungkin dia bukan 35, tapi aku lupa kapan sekitar 2 tahun lalu pernah ada acara surprise untuk Lilis pas dia umur 33 tahun. Waktu itu Lilis nangis sampai ingusnya keluar keluar. Makanya jadi gosip sampe sekarang"

Mbak Mira baru kerja sebulan tapi sudah mendapat informasi bertahun tahun lalu. Wew jangan pernah meremehkan jaringan gosip wanita.
"Jadi emang Lilis itu awet muda yah."
"Iya ris, banyak yang iri sama dia. Yang katanya pake anti aging lah, dapat ramuan rahasia keluarganya lah, aku aja iri sama dia ris"
"Kalo aku menyebutnya bibit unggul mbak"
"Hahahaha beruntung banget suaminya yah"

Nah akhirnya mood mbak Mira kembali ceria. Saatnya plan B. Kita kembali fokus di pekerjaan masing masing. Selang sekitar setengah jam, aku mulai buka suara.
"Mbak Mira tinggal dimana mbak?"
"Ngekos ris, di daerah jalan naga."
Oh iya. Dia kayaknya udah pernah bilang kalo dia ngekos.
"Oh kalo rumah mbak aslinya dimana?
"Di mojokerto ris, keluarga dari situ semua"

"Emang kos mbak Mira khusus cewek mbak?"
"Campur ris, aku mau aja disitu, soalnya murah deket lagi. Kalo jalanan sepi ya 20 menit sampe. Tapi sekarang kalo pagi tambah macet, jadi sekitar 45 menit baru nyampe kampus."
"Emang sebelumnya tinggal dimana mbak?"
"Di kosnya Jimmy dulu ris"
"Ooh cinta lokasi toh"
"Hehehe, enggak juga, aku yang disuruh pindah ke situ sama Jimmy pas uda jadian. Tapi dia pindah pas dapat kerjaan di pocari. Abis itu aku keterima disini, jadinya ya cari aja kos lain"

Powerpoin pak Jarwo sudah selesai, atau lebih tepatnya aku ga tau harus kubikin gimana lagi untuk ngulur waktu. Kukopi ke flasdis, kemudian kuberikan ke Mbak Mira. Kulihat keringat membasahi muka Mbak Mira, padahal ruang admin menurutku cukup dingin. Rupanya Mbak Mira bener bener menahan dirinya yang sedang sange.

"Loh kok kayak ninggalin gitu sih"
"iya ris, awalnya Jimmy maksain tinggal di kos lama, jadi hampir tiap hari dia pulang malam terus, lama lama dia stres, uring uringan, kalo ngeseks jadi kasar banget. Setelah beberapa bulan kita sempet tengkar, kubilang aku atau dia yang pergi aja, dia mohon mohon supaya gak pergi. Akhirnya kita sepakat kalo Jimmy ngekos deket sana, sabtu minggu mampir ke rumah."

Mbak Mira selesai mengkopi file dari flasdisku. Dibukanya di komputernya. Slide demi slide dia cek.
"Hmmm, bagus.... tapi yang slide ini ga usah, yang ini sama ini kugabung jadi 1 slide aja yah"
"Emang Jimmy orangnya kasar toh mbak?"
"Lumayan ris, dia memang nakal waktu SMA, pas kuliah ikutan geng geng motor gitu, Trus dia nembak aku, aku mau terima kalo dia keluar dari geng geng itu."

Mbak Mira paham kalo ada beberapa style dan animasi yang sebenarnya ga perlu, cuma kutambah-tambahin aja. Langsung dia balikin ke standar aja.

"apa Jimmy pernah sampe main fisik ke Mbak?"
"Apaan sih kok kayaknya perhatian banget gitu?"

Mbak Mira sejenak terhenti dari pengecekan powerpoin dan melirikku. Shit aku malu sekaligus pingin nyosor ke mulutnya.
"Eehhh.. yaaa suka aja dengerin curhatan ehehehehe"
"Hmmm mungkin pernah sih, tapi entahlah. Dia pernah banting gelas di depanku. Aku langsung cabut pergi ke rumah temenku"
"Kayaknya drama banget yah mbak"
"Iya banget ris, cuma yaa uda banyak berkurang sih sejak dia udah kerja. yaa mungkin karena kita jarang ketemu juga"

Jari lentik itu memencet Alt+F4 untuk menutup powerpoin, dikopinya file yang baru saja direview itu ke flasdis, kemudian mencabut flasdis dari komputer. Mbak Mira perlahan berdiri dengan bantuan kedua tangannya yang menyangga dari meja, kayak punya wasir. Kursinya masih terlihat bekas basah, Mbak Mira menyadarinya, dan dengan putus asa mencoba menghapusnya dengan tisu. Akhirnya dia cuek meninggalkan kursinya. Aku bisa melihat punggungnya basah oleh keringat, sembari menikmati pantat yang bulat itu berjalan menjauhiku.

"Mira kenapa sih kok kayaknya pucet gitu?"
Fakk kaget aku. si Lilis tiba-tiba ada di belakangku.

"Ga tau Lis, kayaknya sakit deh, barusan tadi dia semacam ngomel ngomel ke aku. lagi M mungkin?"
"Ah mana ada, aku tau tanggalan dia kok"

Eh buset jadwal M orang kok dia hapal sih.
"Eh Lis ngaku deh, kamu tu koordinator jadwal dosen juga kann"
"Eh ketauan juga yah.. hehehehe.. Abisnya seru kalo ada yang penasaran gitu ris"

Bibir tipis itu tersenyum indah sekali.
"Seru apaan, bikin bingung iya, dasar emak emak"
"Kamu bilang APA? aku belum emak emak tau...!!"
Lilis memukulku berkali kali dengan buku yang sama yang dibuat Mbak Mira untuk memukulku tadi.

"Iya pukul aja yang banyak Lis, emang dasar ni cowok nyebelin"
Aku melihat Mbak Mira sudah duduk di sampingku untuk melanjutkan excelnya.
"tadi ketemu Pak Jarwo Mir? dia ga bilang apa apa gitu?"
"Ga ngomong apa apa tuh Lis, seperti biasa ada di tempat rokok, makin jelalatan aja dia."
"Emang kamu favoritnya dia mir, hihihihi"

Gimana ga makin jelalatan, cewek kalo lagi sange, dia bakal terlihat lebih hot, terasa lebih menggairahkan, feromon yang keluar dari tubuhnya berlebih lebih. Aku aja yang udah muncrat dua kali masi nafsu ngelihat Mbak Mira.

"Udah deh Lis, kalo lagi nganggur mending bantuin kerjaanku deh"
"Lah ini asisten nganggur buat mijetin kamu gitu Mir?"
"ih ini asisten mampunya cuma bikin powerpoin doang, kalo kerjaan admin asli mana tau"

Sialan. Lilis memang bukan target eksperimenku, cuma karena dia bikin sebel, jadinya ya kuputuskan kubikin mainan juga.
"Gitu yah, yang uda bantuin dibully terusss"
"Duuh sensi amat sih ris, becanda becanda, cowok kok gampang sewot gitu sih"

Aku berbisik ke Lilis,
("Aku lagi pedekate ini ke Mbak Mira, jangan menurunkan reputasiku dong")
Lilis balik berbisik,
("Looh kan Mbak Mira uda ada cowoknya?")
("Ini terhitung latihan, kan uda pasti ditolak. Makanya jangan sampe bikin putus sebelum dapet ilmunya")
("Latihan kok sama yang uda punya cowok. ntar kalo kecantol beneran gimana? Cinta segitiga deh jadinya")
"Ya daripada sama kamu uda ada suaminya. Kan selama janur kuning belum melengkung Lis"
("hihihi bentar bentar, kayak gini dibilang pdkt? kamu pernah pacaran ga sih??")
("Kaga")

Senyum Lilis menghilang. dia melongo.

"....Serius?"
Tanpa sadar dia sudah tak bisik bisik lagi.

"Apaan yang serius Lis, kalian mau ngobrol atau bisik bisik jangan disini deh, tetep aja ganggu"
Mbak Mira memotong pembicaraanku dengan Lilis sambil cuek mengetik.

"Eh Mir, tau ga, banyak yang suka sama kamu looh hihihihi"
"Halaah pasti si Haris, uda tau, dari awal uda pingin traktir traktir sok deket gitu"
"Tuhkan ris, Cewek mah peka banget urusan ginian."
"Yaaah jadi ketauan deh, Trus aku gimana dong"

Mbak Mira sejenak menoleh ke aku tanpa berhenti mengetik, Dia rupanya sangat fasih mengetik 10 Jari.
"Kamu pingin tau cara pdkt yang bener ris?"

Rupanya dia denger aku dan Lilis bisik bisik tadi. Ya iyalah. mau serendah apa suara tetep aja kedengeran di gedung admin ini.
"Gimana mbak??"
"Kamu usir si Lilis dulu, aku pingin fokus selesaiin kerjaanku"
"Jyaah hahahaha iya iya sante aja mir, bentar juga jam 4"

Mbak Mira dengan cepat mengecek jam di tangannya, 15:45.
"Loooh kan, duuuh mana blum beres lagi"
"Hihihi Aku ga ikut ikut. beres beres mejaku aahh"

Lilis kembali menarik meja untuk menggeser dirinya beserta kursi yang dia duduki untuk kembali ke mejanya. Oke Lilis, kau yang mencari gara gara. Tunggu tanggal mainnya. Sekarang aku ingin fokus ke Mbak Mira dulu.

"Emang ga bisa dilanjutin besok mbak?"
"Ga bisa, besok ada rapat seharian, kan tadi uda kubilang"
Mbak Mira sedang beres beres mejanya, bersiap untuk pulang.
"Kalo gitu selesaiin di kosan aja mbak, kan punya laptop"
"Yah mau ga mau. Lembur disini juga malas ris, mending di kosan bisa sambil makan. Trus gimana ini hornyku belum reda juga ris? katanya mau bantuin kalo uda mau pulang"

"Ya sekalian aja kubantu di kosan, kan sesuai kata mbak, supaya bisa sambil makan"
"bilang aja kalo pingin mampir ris"
"Hehehe kan uda ketahuan maksud dan tujuan saya, apa lagi yang pingin kusembunyikan mbak"

Mbak Mira tersenyum tanpa menolak ada lelaki yang ingin mampir ke kosannya malam malam. Laptopnya sudah kumasukkan ke tas punggungnya. Setelah mengkopi semua file kerjaan ke flasdisku, flasdis itu dimasukkan ke tas selempang kecil. Mbak Mira sudah bersiap untuk pulang.

"Ketemuan di pintu gerbang ya ris, jangan lama lama"
"Siap Nyonya"

Aku berjalan keluar menuju parkir mahasiswa, Kutemukan motor suprax berjejal bersama motor motor lain. Tak mudah untuk memisahkannya. Sambil menggerutu aku sampai di pos parkir, melihat tukang parkir yang hanya duduk saja dengan rokok di tangannya, memintaku karcis dan uang.

“Karena uang berharga, mulai sekarang saya ngasih masnya karcis aja”
Tukang parkir itu mengangguk dan menerima karcis, mengecek kesamaan dengan plat nomorku, kemudian menyobek karcis itu. Aku langsung meninggalkannya.

Di pintu gerbang aku bertemu vario wanita dengan rambut lurus natural tergerai keluar dari helm, berjaket coklat dengan celana gelap beserta sepatu resminya. Dia melihatku kemudian langsung tancap gas mendahuluiku. kita berjalan beriringan hingga sampai di kosan mbak Mira.

-------

Part 5
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd