Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY THE INFLUENCER

bayangin klo ada 7 orang ngobrol dlm cerita ini. mungkin tulisannya jadi seperti pelangi...
 
lanjut lagi lah ...... :konak: nih
 
Part 4

Teman2, maaf kedepannya bakal slow update. Lagi puasa, coba mengurangi hal2 yang bikin konak :panas:
Tapi kalo uda kepingin nulis ya tetep aja :adek:

-----Part 5: Deep Learning

Oke sebelum kita lanjut dengan timeline utama, aku ingin melanjutkan cerita saat aku pertama kali mengetahui Influence, yaitu saat bersama Tante Nung pas liburan semester.

Nnnnngggggggg..........
Aku mendengar suara dengungan mirip getaran hape dari dalam kamar Tante Nung berhenti.

Cklek, pintu kamar Tante Nung terbuka perlahan, kepala Tante keluar terlebih dahulu, mengecek sekitar. Lampu semua rumah sudah dimatikan, kecuali lampu meja ruang tengah yang redup.

Dia berjingkat menuju dapur, hanya menggunakan kaos kaki. Payudaranya tetap mengacung walau tanpa BH, mengikuti irama gerakan pelan kakinya, sedikit goyang ketika Tante Nung bergerak ke depan. Pantatnya, wow, cahaya lampu redup yang menyorot dari ruang tengah terpantulkan oleh selangkangannya, rupanya cairan kewanitaannya belum sepenuhnya kering.

Tante Nung menuang air minum di gelas plastik, dia dehidrasi rupanya. 2 gelas telah dia teguk, 1 gelas lagi dia bawa sambil berjalan santai menuju tv ruang tengah, Tante Nung sudah merasa aman tak ada yang terusik dengan aktivitasnya malam itu.

Sesampainya di ruang tengah, tampak bodynya menghalangi satu satunya penerang lampu redup yang menyorot, memberikan kesan siluet tubuh indahnya. Siluet itu berjalan mendekat menuju sofa. Kini meskipun agak gelap aku bisa melihat jembut Tante Nung yang lebat, lengkap dengan cairan vaginanya yang merembes keluar dari sela sela rambut, sebagian menelusuri paha dalam tanpa dipedulikan olehnya. Tangan yang membawa gelas itu mendekat ke muka pemiliknya. Tante Nung meminum air dalam gelas itu.

"Tante......."

Brrrussstt..!!

Air yang baru saja masuk di mulut Tante Nung mendadak tersembur persis dimukaku. Hampir saja gelas yang masih terisi air itu terjatuh dari tangannya. Aku layaknya pasien mbah dukun yang baru saja baca mantra. Hanya saja mbah dukunnya wanita matang telanjang bulat baru saja masturbasi.

"Hariss....???? Sejak kapan kamu disini??"
Tante Nung reflek menutupi dada dan selangkangannya dengan tangan.
"Ssssttt..! Yang lain uda pada tidur Tante.."
Tante sadar kalo seharusnya ga bikin gaduh.
"Kamu bikin kaget aja sih? Ngapain kamu tidur di sofa?"

Aku mengusap sisa air yang ada di kepalaku dengan tisu meja. Tante Nung agak membungkuk, menaruh gelasnya di meja dengan lengan masih menutup di area yang sama.

"Aku nonton film malam di tv sampe ketiduran Tante, biasanya juga gini. Ntar jam 3 an aku bangun trus masuk kamar deh. Tante Nung duduk sini supaya lebih kedengeran kalo ngobrol"

Aku merubah posisi dari tidur tiduran di sofa panjang kini duduk, memberi ruang untuk Tante Nung supaya duduk di sebelahku. Tante Nung seharusnya memprioritaskan pakai baju terlebih dahulu sebelum ngobrol denganku, nyatanya dia tanpa ragu malah duduk santai di sebelahku, sesuai perintahku, walaupun dengan kedua tangan menutupi area privatnya.

"Nonton tv apaan wong tv nya mati ris"
"Ya kan uda kelar filmnya, tv nya juga diset otomatis mati kalo diatas jam 12."
"Bentar, jadi kamu tadi denger Tante lagi nyalain dildo dong?"
"Ya iya Tante, orang uda sepi gini ya pasti kedengeran lah."
Tante Nung menunduk, mungkin dia merasa malu uda ketauan lagi masturbasi.

"Tante supaya ga suntuk, nyalain aja tv nya, itu pake remote di meja"
Tante mengambil remote dengan tangan yang sebelumnya menutupi selangkangannya. Tv 42 inch itu menyala, hanya volume suaranya diperkecil. Remote itu ditaruh lagi di meja kemudian tangannya kembali ke pos. Tanpa merubah channel, acara yang sedang tayang saat itu adalah humor dewasa.

"Tante deketan dikit, supaya lebih hangat"
Tante Nung menggeser duduknya mendekatiku. Kini pahanya udah bersentuhan denganku.

"Emang Tante uda masturbasi berapa kali hari ini?"
"Tiga kali ris, yang tadi blum sempet nyampe. Mau kulanjutin abis minum"
"Tante, emang kalo Tante masturbasi biasanya bayangin apa?"

Kepala Tante Nung yang bersandar di sofa menoleh ke aku.
"Ya bayangin Om kamu ris"
"Apa yang Om lakukan di benak Tante ketika masturbasi?"
"Ya banyak, Tante sukanya kalo Om french kiss tante, trus jilat memek Tante"

Tante Nung secara tak sengaja sudah aku influence supaya terbuka dalam segala hal, termasuk hal yang intim. Dan sudah lama aku baru tau setelah menyadari kemampuan Influence.

"Oh emang itu lebih menggairahkan daripada seks Tante?"
"Ya sama aja ris, sama enaknya. Cuma menurut Tante yang bikin cepet nyampe ya pas bayangin french kiss sama dioral"
"Jadi pingin bisa french kiss sama oral Tan"
"Makanya cari pacar ris, atau nikah sekalian"

"Nah supaya aku lihai french kiss sama oral, Tante ajarin itu, di kamar Tante aja biar lebih aman"

"Hahaha Om kamu ga pernah minta diajarin kayak gitu ris, coba dia rendah hati kayak kamu, uuuh kok Tante jadi tambah basah yah"
"Jadi gimana Tante?"

Tante Nung mematikan tv, kemudian berjalan menuju kamar, masih dengan tangan menutupi dada dan selangkangannya.

Aku sampai di kamar Tante, ini pertama kali aku masuk disitu. Kamar itu serasa hangat, cahaya minimal dari lampu tidur, queen size bed dengan 2 bantal besar dan 2 guling, meja rias di sebelah kiri kasur, lemari yang cukup lebar dengan kaca setinggi badan di sebelah kanan kasur, dan di sebelah kanannya lagi terdapat jendela untuk ventilasi dan untuk masuknya cahaya matahari, dengan korden yang senada dengan warna tembok.

"Bagusnya kamar Tante"
Tante Nung seolah olah buru buru memasukkan benda benda ke dalam laci meja rias.
"Oh baru tau toh ris? Iya Om yang beliin semua ini"

Aku berjalan mendekati kasur.
"Oh ya Tan, kunci aja biar ga ada yang masuk"
Tante Nung yang hendak naik ke kasur, berbalik menuju pintu yang sebenarnya lebih dekat denganku.

Klek. Pintu kamar itu terkunci dari dalam. Tante Nung kembali dan langsung melompat ke kasur yang terlihat sangat nyaman itu, menarik selimut satu satunya di kasur, yang memang cukup lebar hingga bisa menutupi seluruh kasur. Aku duduk di pinggir Tante yang melihatku tersenyum. Tiba tiba Tante Nung membuka laci meja rias, melempar sesuatu kedalamnya, kemudian menutup kembali laci tersebut. Ooh tadi langsung lompat ke kasur pingin sembunyiin dildo toh.

"Oke, sekarang Tante pingin ngajarin apa dulu?"
"Apa yah... dimulai dari kiss aja dulu ris, jadi kiss itu membuka banget gairah wanita. Begitu bibir bertemu, ikuti pergerakan lidah ingin kemana, semacam silat lidah gitu. Gini caranya..."

Aku yang masih duduk di pinggir kasur disamperin Tante Nung dari dalam selimut kemudian langsung mencium bibirku. Aku yang masih perjaka merasa kaget dengan inisiasi Tante Nung yang benar benar aktif, kedua tangannya merangkul leherku, bibirnya menghisap bibirku, kemudian lidahnya memaksa masuk melewati bibirku. Karena aku belum paham, gigiku masih menghalangi lidah Tante Nung untuk memasuki rongga mulutku. Aku saja masih kewalahan dan menikmati hisapan bibirnya yang ganas. Tiba tiba Tante Nung melepas ciumannya tanpa menurunkan tangannya dari leherku.

"Buka dong mulutnya, gimana bisa masuk kalo gigimu nutup gitu"

Baru kali ini aku melihat wajah Tante dari dekat, ditambah suaranya yang mendesah manja memintaku membuka mulut. Aku merasa deg deg an plus ngaceng. Tante tersenyum kemudian mulutnya kembali agresi militer ke mulutku. Hisapannya yang kuat, membuatku untuk mencoba membuka mulut, tak disangka lidah Tante yang sudah standby menjilat bibirku menerobos masuk, menjilat rongga atas mulutku, kemudian bertemu lidahku yang masih malu malu untuk menyapa lidah Tante.

Tak lama untuk membuat lidahku ikutan aktif dan saling mendorong dengan lidah Tante, dengan hisapan di bibir yang tak kunjung usai. 5 menit aku berusaha mengimbangi hisapannya, Tante Nung berhenti dan melepas ciumannya. Dia menunduk seakan berpikir sesuatu.

"Kenapa Tante...?"
"Kok Tante merasa bersalah ya ris. Di satu sisi Tante pingin ngajarin kamu, tapi entah kenapa Tante merasa Om bakal marah"

Waduuh, kayaknya perasaan Tante ga bisa dibohongi. Disini aku belajar kemampuanku tak bisa memerintah perasaan orang, sebenarnya mungkin bisa, tapi aku masih tidak tahu kemampuan ini sejauh apa. Tapi untuk saat ini sebisaku adalah influence dia lebih dalam lagi.

"Tante..... setelah french kiss mau ajarin saya apa lagi?"
"Belom lihai kok uda minta ajarin yang lain?"
"Ya kan ga harus sekarang langsung bisa Tan, emang saya robot. Kan bisa lanjut besok besok"
"Yaudah, sebelum kamu masuk ke oral, penting untuk meremas dada wanita ris, sini tangan kamu."

Aku memberikan kedua tanganku.
"Buka lebar tangannya, telapaknya hadap sini. Jangan tegang gitu dong, rileks aja."
Tante Nung memegang pergelangan tanganku kemudian ditariknya menuju payudaranya, hingga telapakku menyentuh putingnya.

"Oke kamu remas pelan ris..... auuuww! Jangan keras keras! Tante tau kamu lagi nafsu tapi wanita itu suka perlakuan yang lembut... nah gitu.. shhhsstt naahh.. ini baru enak ris....aahh..."
Kuremas pelan kedua dadanya. Tante Nung sudah tak malu malu lagi seperti tadi, dia benar benar telanjang di depanku, sedang duduk memintaku untuk meremas payudaranya. Dia menikmati setiap remasan di dadanya, kepalanya mendongak, matanya terpejam.

"Sambil pelintir pentilku ris... iya gitu.. ahhhh... mmmhh..."
Seksinya desahan Tante, membuatku semakin gemas terus meremas dan memelintir putingnya.
"ahhh... uda cukup.... segitu aja dulu... oke aku sekarang berbaring, kamu duduk di antara kakiku ya"

Tante Nung merubah posisinya menjadi duduk bersandar di bantal di tengah kasur, dengan kakinya memanjang terbuka lebar. Aku segera menuju posisi yang diminta. Di depanku sekarang terdapat lembah yang tertutup hutan belantara siap kueksplorasi.

"Tante... jembut tante lebat sekali....."
"Iya ris, males cukur, kalo Om mau datang aja. Om sukanya memek yang gundul."

Sebenarnya aku sendiri lebih suka kalo gundul. Yaaa asal ga terlalu lebat lah, gak enak juga kalo ada 1-2 helai ketinggalan di mulut. Tapi bukan berarti yang lebat gini ga doyan, apalagi disuguhkan begini.

"Trus aku ngapain ini Tan?"
"Deketin wajahmu ke memek Tante ris.... deketan dikit, g usah malu malu gitu"

Aku hampir sepenuhnya membungkuk, hanya berjarak sejengkal saja dari vagina Tante Nung. Kedua tangan Tante Nung mendekat ke vaginanya. 3 jarinya menyibak jembutnya, menyentuh sisi kanan dan kiri labia majoranya, kemudian menarik ke kiri dan kekanan. Kini aku bisa melihat dengan jelas bentuk vagina Tante Nung, berwarna merah kecoklatan, aroma khas wanita dewasa menyeruak memasuki hidungku, sungguh menggairahkan.

"Nah ini ada yang muncul kayak kacang, coba kamu sentuh sama jarimu.... yaaahhh gituuu... kamu putar putar jarimu riss... ahhh.. terusss riss...mmmhhhmm..."
Tante Nung menggigit bibirnya keenakan, dia melihat klitorisnya kuputar putar, sesekali melihat mataku, tersenyum, kembali menikmati sentuhanku di bagian ternikmat bagi wanita itu.

"Sekarang kamu jilat ris kacang Tante.... aaaahhh... yesss..... terus risss.... teruuszz.... putar putar lidahmu.... ahhhh..ahhhh...hisssap ris... Aaah!.... ssshhhttt...iya gitu risss... sambil hisap kamu mainkan..... mmmhhh... ahhh....."

Kepalaku sudah terjun ke lapangan, menghisap dan menjilat klitoris Tante Nung dengan panduan dia sendiri. Aku sangat menikmati pelajaran ini, benar benar sebuah pengalaman yang tak akan kulupakan.

"Risss masukiin jari telunjukmu di memek tante.... mana tanganmu, sini...."
Tangan Tante Nung menarik tangan kananku, menggenggamkan dan meluruskan jari telunjukku.
"Santai riss.. rilekss.. jangan tegang gini... cukup kontolmu aja yang tegang..."

Aku sadar Tante Nung melihat tenda di celanaku. Aku malu sekaligus ingin menyerang Tante Nung. Tapi belum ada kepikiran untuk menginfluence Tante Nung untuk seks denganku. Aku masih menunggu Tante Nung yang meminta. Perlahan telunjukku diselipkan Tante Nung ke dalam liang surganya.

Sleeppp. Terasa hangat jariku di dalam vagina Tante Nung.
"Oke kamu maju mundurin pelan yah ris.... aahhh... samm.. bil... kamu hisss..aaappp.. kacang Tante....ahhh.. mmhhhh..."

Aku menghisap dan menjilat klitoris Tante Nung, sambil jari telunjukku maju mundur di vaginanya. Aku inisiatif untuk merubah gerakan seperti di video yang sering kutonton, yaitu seperti menggaet sesuatu di rongga atas vaginanya, pelan tapi pasti aku naikkan tempo permainanku.

"Risss... udaah... udaahh... stopp..stooooopp aahhh...aahh...aahhmmm...."
Tante Nung mendorong kepalaku, aku menghentikan hisapanku, kemudian Tante mengeluarkan jariku. aku melihat Tante ngos ngosan seakan habis lari. Entah kenapa aku merasa dia sedang menahan sesuatu.

"Udah cukup... haahh.... haahh... segitu aja dulu... tante ga kuat, tante horny banget, lebih dari ini tante bakal butuh kontol buat meredakan... haaa.... sekarang tante pake dildo aja dulu..."

Tante Nung merambat dikasurnya, menggapai ke laci, seperti sedang kehausan di padang pasir. Laci itu ditarik keluar, Tante meraba sesuatu di dalamnya, kemudian mengeluarkan Dildo warna pink semi transparan berbentuk penis dan ada semacam kutil diatasnya yang aku yakin itu untuk menstimulasi klitorisnya. Ada semacam tombol di pangkal penis kenyal itu, Tante Nung memencetnya, dan dildo itu bergetar, mengeluarkan suara mirip dengungan hape.

Tante kembali ke posisi berbaring terlentang. Kini Tante melihatku, kita saling pandang.

"Ris... bisa keluar dari kamar sekarang kah…? Tante pingin selesaiin kebutuhan tante..."
Mau masturbasi aja kok minta saya keluar, lha tadi saya oral kok gapapa saya disini.
"Tante, aku pingin tau orgasme wanita, Tante lanjut aja, supaya segera selesai"
"Kamu yah, bandel dibilang"

Tante langsung mengulum dildo bergetar itu, kemudian dikeluarkan, dildo itu basah mengkilat karena liur tante. Saat itu juga langsung dimasukkan ke vaginanya, perlahan tapi pasti, dan hampir seluruhnya tenggelam di vaginanya, hanya menyisakan kotak panel di pangkal dildo itu.

Dimulailah aksi masturbasi Tante Nung yang selama ini aku hanya membayangkan dari suara dengungannya dari luar. Tante Nung memejamkan mata sambil meremas payudaranya, dan memaju-mundurkan dildo pink itu dengan pelan, tapi terus ditingkatkan temponya. Kutil yang menempel di atas dildo itu menabrak nabrak klitorisnya. Cairan vagina Tante Nung merembes keluar, sedikit berbusa karena kocokan dildo itu. Aku hanya menyaksikan bersama si otong yang sangat bersemangat ingin ikutan.

"Aahh.. aaahh... sshhhttt... aaahh.... aah... ahh.. ah...AAAHHHH...!!"

2 menit kemudian tiba tiba Tante Nung mengejan, perutnya terangkat keatas, dengan tumpuan di kaki dan kepalanya. Dildo itu semakin dimasukkan ke dalam vaginanya. Tante Nung orgasme, cukup cepat untuk mencapainya. Rupanya rangsangan yang tadi kuberikan sudah membuat Tante berada di penghujung, Dia tak mau orgasme karena diriku.

Hmmm.. memang influenceku meminta Tante Nung untuk mengajariku, di luar itu tadi Tante berlogika kalo dia orgasme berarti bukan ngajarin lagi. Aku masih tidak paham, apakah keinginan Tante yang kuat sehingga dapat mengimbangi influence dariku, atau Tante tak begitu paham akan detail Influencenya, sehingga sisanya dia menggunakan logikanya sendiri, dan kebetulan saja influence yang kuminta tidak sepenuhnya berlawanan dengan keinginannya, makanya dia setuju aja mengajariku, sekalian membantu dia masturbasi ria.

Tante Nung terhempas, melepas dildonya, matanya terpejam. dia seperti habis lari 100m. Trus otongku gimana dong. Uda kelewat ngaceng. udah lah, kasi aja influence sementara.

"Gimana Tante? uda sampe?"
"Hah.. hah.. hah... iya ris... tapi Tante blum puas, sepertinya bener bener butuh kontol ini untuk melepaskan"
"Tante aku punya kontol, daripada nganggur anggap aja ini sextoy Tante juga, kan supaya tante bisa melepaskan"

Tante Nung melirikku, melihat ke arah penisku yang dari tadi dihiraukan.
"...... Sini ris"

Tante Nung menyuruhku mendekat, dibukanya celana 3/4 ku, menyembul lah penisku yang sudah sangat tegak. Tante Nung memegang penisku, bersemangat mengocoknya.
"Kontolmu gede yah ris.... Tante suka"

Tante Nung mengkulum penisku, maju mundur sekali doang, kemudian langsung diarahkannya ke vaginanya, Ooh tadi itu cuma mau basahin dildonya toh. Begitu pucuk penisku menusuk vaginanya, aku tak sabar langsung menghujamnya.

"AAhh!! pelan dong ris... kontolmu itu dildoku, aku yang kontrol. Kamu diem yah, Tante aja yang gerak."

Aku terdiam. Wow sebenarnya kalau aku ingin seks dengan Tante Nung, aku tak perlu berbelit belit, tinggal bikin aja alasan apa aja ke Tante Nung, sudah pasti dia akan menurut. Hanya saja bila tak memegang prinsipku, mungkin Tante Nung sudah jadi budak seks ku sekarang.

Tak lama penisku bersarang di dalam vagina tante, Tante Nung memaju-mundurkan tubuhnya, dia yang mempenetrasi vaginanya sendiri. Tante memegang pantatku, dia seolah olah mendorong penisku disertai gerakan pinggulnya sendiri. Kepala Tante Nung mendongak menikmati hujaman penisku. Matanya kembali terpejam seperti dia menikmati dildo pink tadi.

"Ahhh.. ahhh. ahh... ahh... ah.... riss... dildo ini een...aakk.. bangee...ttt.. mhh... mhh.. mhh..."
"I, Iya tantee.. ini adalah dildo tante, pakai aja sepuasnya, kapan saja, tinggal bilang tante"
"Iya riss... oooohhh....shhh..shhht...shhhttt...ah.. ah.. ah.. AAAHhh....!!!

Seerrr serrr seeerrrr serrr. Tante Nung orgasme kembali setelah mengeksekusi penisku selama 5 menit. dia terdiam menikmati penis yang bersarang di lubangnya. Kedutan dinding vaginanya berangsur mereda. Aku pun sudah hampir di penghujung.

"Tante, dildo Tante perlu dibuang peju di dalamnya. Biar ga bikin kotor vagina Tante, spermanya dikeluarkan di mulut tante aja, kayak pas aku lagi main komputer itu loh Tante"
Tante Nung berpikir sejenak memproses setelah menyelesaikan orgasmenya.

".....Yaudah sini ris"

"Bentar bentar, Tante udah puas kan? kalo belum pake aja dulu kontol Tante ini"
"Uda cukup kok. Ya ga buru buru juga ris, kapan lagi kalo tante kepingin ya kujadiin kontolmu dildoku lagi"

Nah kalo logika seperti ini bisa berpotensial berkelanjutan. Sekarang aku butuh ide influence supaya bisa akses memek Tante Nung sepuasanya juga. Tante Nung bangkit dari posisinya. Dia mengangkat tubuhku, posisiku sekarang setengah berdiri dengan tumpuan di lutut.

Tante Nung duduk bersimpuh di depanku, agak membungkuk, menggapai penisku dengan tangan kanannya, mengocok pelan. Sambil mengocok Tante merapikan rambutnya yang sudah acak acakan. 1 menit kemudian Tante mengulum penisku, maju mundur dari ujung sampai pangkal. Tante Nung menghisap kontolku dengan konstan selama 5 menit, aku yang sudah di ujung ejakulasi dari tadi, tak mampu untuk menunda kenikmatan ini lebih lama.

"Tante, aku bantu kepala tante untuk menghisap pejuku yaa, biar ga tercecer keluar kasur"

Tante Nung melihat mataku, kemudian mengangguk sembari mulutnya masih terganjal penisku. Kini kupegang kepala Tante dengan kedua tanganku, kudorong dorong semakin dalam menuju selangkanganku, Tante bertumpuan dengan kedua tangannya di kasur. Aku semakin cepat memaju mundurkan kepala Tante, mengacak acak rambutnya lagi. Akhinya aku sampai. Kudorong kepala Tante Nung kuat kuat.
"OOhhhh... Tanteee..... AAAhh.. aah... ahhh.................."

Crooott crooot croottt croottt. Spermaku kembali menerobos di mulut Tante Nung. Dia menutup jalan satu satunya keluar sperma, yaitu bibir Tante. Dihisapnya semua spermaku supaya tak ada yang bocor keluar mulut.

Orgasme ku telah usai, dengan penis yang masih di mulut, sudah mulai mengecil. Aku melepas tanganku dari kepala Tante Nung, kemudian Tante Nung perlahan mundur sambil tetap menahan supaya tak ada sperma yang jatuh ke kasur.

"Mulai sekarang kalau di mulut Tante ada sperma saya, minum aja tante, supaya sehat"
Tante Nung mengulangi kejadian tadi siang, menelan spermaku lagi.

"Ris makasih ya, Tante senang punya dildo baru. Jadi kalo Tante pingin masturbasi, Tante panggil kamu, mau pake dildo yang baru."
Tante Nung tersenyum, kembali terlentang di tengah kasur. Aku terduduk di antara kaki Tante Nung yang dilebarkan. Aku dapat melihat sisa sisa cairan vagina Tante merembes keluar, sedikit busa putih menempel di jembutnya, hasil kocokan dildo pink dan penisku.

"Tante, supaya adil, kan aku lagi belajar juga, kalo penisku jadi dildo tante, tubuh tante jadi sextoyku juga dong"
"Looh emang kamu mau ngapain tubuh Tante?"
"yaa sama aja kayak perlakuan Tante ke dildo baru tante, setiap saat kalo aku lagi kepingin ya mau pake sextoy aku"
"Ih kamu ya, cowok kan bisa ngocok sendiri"
"Yaa kan sambil belajar Tante, katanya belum lihai french kiss sama oral"
"Iya iya... tapi kalo lagi mens, memek Tante jadi kotor loh, kamu mau?"
"Ya kan masi bisa pake mulut Tante"
"Ih mulai nakal yah"
Kita tertawa bersama, layaknya pasangan baru.

"Trus kapan tante rencana mau cukur?"
"Hmm mungkin besok kali ya"
"Oke aku ikutan yah, biar tau caranya mencukur memek itu seperti apa"
"Ih ngapain sih cukur aja kok ikutan"

Oke semua ide influence yang bisa kupikir saat itu sudah tertanam di benak Tante Nung. Sekarang istirahat dulu, besok kita mulai lagi eksperimennya.
"Tante aku balik kamar dulu yah, uda hampir pagi"
"Iya istirahat sana, kamu selalu kesiangan. Dijaga yah dildoku, jangan kebanyakan ngocok, ntar kalo Tante kepingin dildoku lagi loyo."
"Siap Tante"

Aku mengambil celana 3/4 ku, turun dari kasur, keluar kamar Tante Nung dengan santai. Tante Nung yang mengikutiku dari belakang berhenti di pintu, kembali menutup pintu dan menguncinya.

Aku kembali ke kamarku, menghempaskan tubuhku di kamar. aku melihat ke langit langit kamar. Kemampuan apa ini, kenapa aku bisa memilikinya, apa bisa kugunakan ke orang lain, apa ini bakal selamanya atau hanya sementara. Sebelum sempat aku memikirkan jawabannya, aku sudah tak sadar terlelap.

***

"Ris.. bangun... uda siang.. molor terus ih.. ngaceng lagi"

Jgleg. Pintu kamar tertutup. Aku membuka mataku. Itu bukan suara Tante Nung, atau suara Eko. Aku melirik jam dinding, 7:30. Harusnya Eko sudah berangkat sekolah. Aku merasa gerah, mau mandi. Aku mencari handuk yang biasa kugantung dekat jendela. Dari luar jendela aku melihat ada sesosok wanita berjilbab di dekat pagar, dengan celana training ketat. pantatnya bulat menjulang.

Ah aku kenal pantat yang khas itu, Bu Leli. Di sebelahnya ada Tante Nung, dengan kostum aerobiknya. Oooh Tante habis senam sama ibuk ibuk di komplek. Mungkin Bu Leli mampir karena diminta Tante Nung, untuk ngobrolin perihal bikin tumpeng buat acara kecil kecilan Om pulang dan ultah anaknya, Eko. Shit pagi pagi sudah disuguhkan pemandangan ketat, aku ngaceng lagi. Tak lama Bu Leli pamitan, keluar dari pagar, Tante Nung berbalik untuk masuk ke rumah lagi.

"Oh uda bangun ris.... Mandi sana, bentar lagi Tante mau pake kamar mandi lama, mau cukur"
Aku memandang kostum senam Tante Nung, full press body. Dengan bayangan basah keringat di punggung, ketiak dan dada atas Tante. BH dan baju senam Tante tak dapat menahan dada Tante sepenuhnya ketika berjalan, dua bongkahan milik wanita itu selalu terguncang ketika Tante berjalan.

"Hayoo ngeres.... Pemandangan ini bukan punyamu ris"
"Tante, aku mau latihan french kiss, aku butuh bibir Tante sekarang"
"Kamu ya, pagi pagi uda pingin belajar gituan. kenapa ga malam aja sih"

Tante yang berjalan menuju dapur, berbelok menuju aku. Disosornya bibirku tanpa basa basi. kita memulai pagi ini dengan french kiss di ruang tengah. Lidah tak bertulang milik Tante menerobos mulutku. Aku merasakan ada lipstik di bibir Tante Nung, sembari aku memasukkan lidahku ke mulutnya. Rupanya Tante Nung pakai make up dan wewangian sebelum senam. Aku bisa menghirup bau parfum tante di sela sela bau keringat dan liurnya. Kedua tangan Tante Nung selalu merangkul leherku, seolah ingin memiliki semua kepalaku. Kita berpagutan mesra selama 5 menit.

"Udah segini aja dulu ya, Lebih lama lagi tante jadi horny ntar. Tante mau nyiapin makan kamu, kamu mandi dulu"
Aku bergegas mandi. Mandi ala cowok kuliahan, 2 menit kelar. Aku keluar dari kamar mandi hanya dengan celana 3/4 ku, naik ke lantai jemuran atas untuk menggantung handuk, kemudian turun lagi.

"Cepet banget kamu kalo mandi? Tante aja baru selesai ganti baju"
Aku melihat Tante Nung baru saja ganti baju dengan daster selutut warna cream. Dia berjalan menuju dapur bersiap siap untuk masak.
"Tante pake aja kamar mandinya, kok kayaknya gerah banget gitu. Nanti aja masaknya"
"Kamu ga laper ris?"
"Ga telalu kok Tan, sekarang kita cukur dulu aja"

"....Kitaa???"

Tante Nung tersenyum ngeledek, Dia kembali ke kamarnya, semenit kemudian keluar membawa handuk dan kotak warna ungu, menuju kamar mandi. Aku mengikutinya dari belakang. Dia masuk kamar mandi, kemudian berbalik untuk mengunci pintunya, hanya mendapati diriku yang mengunci kamar mandinya.

"Eeehh mau ngapain ris??"
"Mau belajar mencukur jembut Tante. hehehehe"
"Dasar.. Tante yakin kamu pasti mikir yang ngeres ngeres deh"
"Yaa kan saya juga bertanggung jawab atas kebersihan sextoy saya Tan"
"Ahahaha apaan sih? aneh banget deh. Yaudah, sekalian bantu Tante yah. Ini siapin dulu"

Tante Nung memberikan kotak ungu seukuran box sepatu. aku membukanya, isinya peralatan cukur lengkap. Aku melihat Tante Nung sedang membuka dasternya, kini dia hanya memakai BH saja, dia tak pakai CD. Rupanya Influence dariku untuk tidak menggunakan CDnya masih ngefek, yaitu untuk mengantisipasi supaya CDnya tak bercak lagi karena dia sange.

Berarti Influenceku kemarin akan terus berlanjut, selama tak ada interupsi atau perubahan kondisi. Influence ini akan terus kupantau, supaya aku tau seberapa lama efek kemampuanku di Tante Nung.

".......Kok diem sih? Itu ada kabel ekstensi kamu colok di deket kaca wastafel ris, trus trimmernya kamu colok di ekstensinya"

Tante Nung menginstruksikan sambil melepas BH dan menggantungnya. Aku menarik kabel ekstensi dan mencari colokan deket kaca wastafel.
"Emang tante mau cukur dimana?"
"Di wc aja, biar bisa langsung siram"

Tante Nung telanjang bulat berjalan santai menuju wc duduk sebelah ruang shower. Aku mengulur kabel ekstensi sampai di wc duduk, kemudian mencolok trimmer ke kabel ekstensi. Trimmer itu berukuran mini, tak sebesar trimmer yang biasanya ada di pangkas rambut madura langgananku. Warnanya pink, memang ini trimmer khusus wanita. Aku nyalakan tombol on. Trimmer itu mendengung halus.

Aku kembali ke Tante Nung, Dia sudah duduk di wc, payudaranya yang mengacung indah terekspos udara luar, dengan kaki melebar, sambil mengusap usap dan mengelus jembutnya sendiri.

"udah? ok cukur bagian depan dulu yah, hati hati kena memek Tante ris"
Aku maju ke depan. Aku dihadapkan kembali dengan hutan belantara yang kujajah 7 jam yang lalu. Kini aku menjadi kriminal, sebagai oknum penggundulan hutan. Aku mendekatkan trimmer itu ke ujung terluar jembutnya, memulai memotong perlahan.

"Tegang banget sih?... santai ris, bukan ujian kok."
"ehehehehe pengalaman pertama tante"
"Tapi entar kalo kena memek kujewer kamu"
Trimmer itu sudah mendekat ke selangkangan tante,

"Aahh.."

Samar kudengar Tante sedikit mendesah ketika trimmer menyentuh kulit terluar labianya. Aku sedikit memutar, membersihkan sisi paha bagian dalam, sebelum mendekat ke vagina. Setelah bersih area terluarnya, kini aku perlahan mendekat ke vaginanya. Tante paham, kedua tangannya menarik perutnya ke atas, untuk memaksimalkan permukaan yang rata, memudahkanku untuk menggundulinya. Kamar mandi itu hening, hanya terdengar dengungan halus trimmer.

Helai demi helai terjatuh di dalam wc yang diduduki Tante Nung, menunggu ajalnya untuk diflush. Aku sekilas melihat Tante Nung, dia sedang menggigit bibirnya kemudian tersenyum. Perlahan tapi pasti aku mulai melihat bentuk vagina tante tanpa rambut. Ternyata vagina tante cukup tembam, dengan warna luar sawo matang. Aku yakin sebelum dihajar Om vaginanya berwarna coklat terang. labia minora dan klitorisnya tersembunyi di dalam labia majoranya, tertutup membentuk sebuah garis lurus menuju lubang anusnya. Tak lama aku hampir selesai mencukurnya.

"Ris mumpung kamu yang mencukur, sekalian cukurin belakang tante yah, Tante gak pernah nyampe"
Aku menghentikan Trimmer, Tante Nung berdiri kemudian berbalik menghadap wc, dia membungkuk, tangannya bersandar di wc yang cukup rendah. Alhasil aku dihadapkan dengan lubang anusnya yang berkeringat hasil senam tadi pagi. Bau anyir anusnya memasuki hidungku. Tapi tak hanya bau anyir saja yang kuhirup, samar aku juga mencium bau vagina tante yang terlihat menyembul gemuk di sisi terdalam pantatnya. Kemarin gundukan itu kukira karena jembutnya, ternyata memang vagina Tante yang tebal. Sekilas aku melihat sesuatu yang bening mengalir diantara anus dan vaginanya, ooh Tante Nung basah juga waktu kucukur tadi.

"Bersihin sekalian yah"
Tante Nung masih dengan posisi membungkuk, kini kedua tangannya meremas pantatnya yang kenyal, kemudian melebarkannya, sehingga aku bisa melihat dengan jelas kontur belahannya. Tak banyak rambut yang tumbuh di sekitar anus, tapi cukup panjang. Aku mengambil tisu untuk melap anusnya, sekali lagi aku mendengar desahan lembutnya keluar. Setelah kering aku menyalakan trimmer mulai menggunduli semua area belahan pantat itu hingga ke pangkalnya. Anus yang warnanya hampir sama dengan kulitnya itu mengkerut kerut, Tante rupanya seperti menahan sesuatu ketika trimmer berkelana di sekitar anusnya.

"Anus tante bagus, ga begitu hitam"
"Pujian macam apa itu?? Udah belom?"
"Dikit lagi....Oke udah"

Tante Nung melepaskan tangannya dari pantatnya, pantat bundarnya kembali menutupi area terintim Tante Nung. Dia memencet tombol flush wc, jembut lebat itu menghilang seketika. tersisa jembut anusnya yang berserakan di lantai.

"Pakai bidet untuk siram sisa sisa di lantai ris"
"Bidet?"
"Ituu selang siraman buat cebok"

Aku mengambil bidet yang tergantung di samping wc kemudian menggiring jembut Tante ke drainase. Tante Nung menuju shower, kemudian mengarahkan kepala shower ke selangkangannya, menyalakan shower untuk membersihkan sisa sisa jembut yang menempel. Aku sudah selesai membersihkan lantai dari sisa rambut.

"cuci trimmernya di wastafel ris, gulung lagi sama ekstensinya, trus ambil gillete sama krim"

Setelah menyiram trimmer di wastafel, aku memasukkan kembali peralatan penggundul hutan tadi ke dalam box ungu, kemudian mengambil satu botol putih dan cukur gillete warna pink. Aku menuju shower. Tante mematikan shower, menggantungnya lagi. Di dalam shower cukup pengap, apalagi untuk berdua. Dia mengambil botol putih dari tanganku, mengeluarkan semacam krim busa di tangannya, kemudian mengusapkan di vaginanya. sebagian krim ada yang merambat di paha dalamnya, ada yang menetes ke lantai.

"Oke jangan terlalu keras menekan yaa, santai aja, dimulai dari luar. Nanti bagian yang deket memek, Tante aja yang cukur, sensitif soalnya."

Aku menekankan kepala gillette pink itu di sisi terluar selangkangan Tante yang ada krimnya, mulai kugores pelan membentuk garis seukuran kepala cukur itu. Aku bermanuver di sekitar selangkangan Tante, sedikit menghindar area labia.

"Lebih ditekan ris.. nah segitu. lambat banget sih?"
Aku menaikkan kecepatan menggores, hanya menurunkan kecepatan ketika mendekat vaginanya.
"Oke udah cukup. sini cukurnya"

Tante Nung sedikit menekan perutnya, membungkuk dan mulai mencukur vagina tembamnya. Tampak dia sangat ahli mencukur sisa rambut pendek di dekat garis lurus itu. Ya iyalah, kan dia yang punya vagina selama bertahun tahun. Sebentar saja sudah selesai. Tante Nung memberikan lagi gillette pink itu kepadaku.

"Sekalian pintu belakang ya ris, kasi krim dulu"
Tante Nung berbalik dan menungging lagi. tangannya memekarkan pantatnya. Aku menuangkan krim di pantat bagian atas, krim itu mengalir otomatis ke belahan anusnya. Aku mengusap meratakan hingga sampai ke bawah vagina tante. Sekalian ambil untung, aku mengusap usapnya berulang kali.

"ssshhhtt... aahh.... kamu ngapaiiinnnn... buruan capek ini nungging....."
Aku mengambil cukur dan menyelesaikan rambut rambut pendek di sekitar anus Tante Nung. Kubersihkan hingga pangkal bawah di antara anus dan vagina Tante, kini pantat Tante Nung bersih dari jembut.

"Udah Tan..."
Tante Nung kembali berdiri.
"cuci trus balikin semua ke kotak itu ya ris"

Aku menata kembali botol putih dan cukur gillette di kotak ungu. Tante masih di dalam shower, mengambil kepala shower dan mencuci selangkangannya lagi.

Dia berhenti, kemudian menoleh heran ke aku. Kita saling pandang.

"Ngapain kamu disitu? udah beres, sekalian bawa keluar kotaknya yaa, taruh aja di kamar Tante. makasih yaa."

What. Trus si otong nasibnya gimana, ngaceng dari tadi disuguhkan pemandangan luar biasa. Yaudahlah, abis mandi aja kukerjain Tante. Aku mengambil kotak ungu itu kemudian keluar dari kamar mandi.

"Heeiii tutup pintunyaaa...!!"

Teriakan Tante Nung dari dalam shower tak kupedulikan. Pintu itu tertutup sendiri, kemudian ada yang mengunci dari dalam. Kutaruh kotak ungu itu di atas kasur Tante. Aku berhenti, memandang lagi kasur yang sudah rapi itu, tadi malam adalah pertama kali aku ngeseks, aku sudah tidak perjaka. Dan partnernya adalah Tanteku sendiri. Pengalaman yang cukup unik.

Terlintas di benakku untuk mencoba Influence wanita lain, tapi aku urungkan keinginan itu sebelum aku benar benar bisa menggunakannya, jadi aku latihan dulu ke Tante Nung. Aku keluar menuju kamarku, menyalakan komputer. si otong masih dalam keadaan siaga, menunggu sangkarnya keluar dari kamar mandi.

Pintu kamar mandi terbuka, Tante Nung baru saja selesai mandi. Harum sabun lavender sampai di kamarku.
"Laper? Tunggu ya, aku masakin"

Belum sempat aku menoleh, Tante Nung yang tiba tiba nongol uda hilang lagi. Aku berjalan keluar kamar, Tante Nung sudah berada di dapur.

"Tadi Bu Leli mampir ke rumah, kita ngobrol perihal tumpeng itu loh ris"
Aku berjalan mendekati Tante Nung.
"Oh berapa bikin satu tumpeng Tante?"

Aku mengambil 1 buah tempe panas yang baru saja digoreng, masih di saringan, kemudian menyobeknya menjadi dua untuk kucemil.

"Macem macem ris, yang lengkap kecil 400ribu, yang lengkap sedang 600ribu, yang lengkap gede 900 ribu"
"Apa aja itu isinya Tante?"
Rupanya tante sedang memasak sop, sayurannya masih mau dipotong potong.
"Yaa macem macem juga ris, ayam daging telor tahu tempe sayuran sayuran"

"Tante, aku pingin ngecek hasil cukuran tadi biar ga ada yang ketinggalan. Tante lanjut aja masaknya biar cepet selesai masaknya."
"Oh emang kamu ngeceknya gimana kalo Tante lagi masak gini?"
"Gampang aja. Tante buka dikit kakinya ke samping"
"Gini?"
"Kurang, lebih lebar.. dikit lagi.. nah udah"

Aku berlutut di belakang Tante, mengangkat dasternya ke pinggang, menggulungnya supaya tetap di pinggang. Tante Nung tidak pakai CD. Kuterkam kedua bongkahan pantatnya, kumekarkan. terlihatlah anus yang kugundulin tadi. Bersih. warnanya menggairahkan, tak hitam seperti milikku.

"Kamu ngecek apanya yang mau dicek? apa ada yang belom kecukur?"
"Bentar aku ngecek lebih dalam ya Tante, Tante rileks aja"

Anus itu wangi, berlebihan wanginya. Sepertinya Tante sadar tadi waktu kucukur anusnya bau, sehingga tadi dia menyabuni anusnya hingga wangi banget. Kudekatkan wajahku ke belahan pantat bulat itu, aku mulai mencium lubang anusnya.

"Aahh..!! Kamu ngecek apa ngecek risss..."

Aku tak menggubris pertanyaan itu, Aku benar benar bernafsu menjilat anusnya, turun ke bawah, naik ke atas lagi. Anus itu mengkerut kerut, bukti Tante Nung menikmati jilatanku. Anus itu basah oleh air liurku. Lidahku mendorong-dorong lubang yang menolak dimasuki itu, Tetapi perlahan lahan tetap masuk juga.

"risss.... sshhhhssst.... udaah.. ngeceknyaaa..... keluarin lidahmuuuu......mmmhhh...."

Kini aku mempenetrasi anusnya dengan lidahku. Kugoyangkan lidahku sembari maju mundur di lubang yang menggemaskan itu. Tante Nung secara reflek sedikit menungging, tubuhnya mempersilahkan aku untuk menjamah lubang terlarang itu. tak sampai 2 menit aku merasa capek mengerjai anusnya, kucabut lidahku. kujilat bagian tengah antara anus dan vaginanya, merambat pelan menuju lubang ternikmat Tante Nung. Vagina Tante Nung terlalu jauh untuk kujilat dari belakang.

Aku memutar posisi tubuhku. kini aku duduk bersandar di laci bawah meja dapur, persis di bawah selangkangan tante. Aku mendongak ke atas, aku bisa melihat vagina Tante Nung dari bawah. Dengan tumpuan kedua tanganku, aku meninggikan posisi tubuhku, hingga mulutku menggapai vaginanya. Saat itu juga langsung kucaplok vagina tembam itu.

"Aaahhh.. haaariiisss... uuudaa kucek disituuu... bersss...iiihh.. riss....."

Sungguh pemandangan yang menggairahkan, Seorang Tante Nung yang anggun, sedang memasak di pagi hari, namun persis di selangkangannya ada seorang pria sedang duduk santai menjilat jilat vaginanya. Lidahku menerobos liang surgawi itu, menggaet rongga atasnya berkali kali, kemudian keluar untuk menghisap klitorisnya.

Tugas menerobos kuserahkan pada telunjukku. Tante Nung tampak kewalahan, dia sudah berhenti menyiapkan sayur sopnya. Kedua tangannya menggenggam keras pinggiran meja, matanya menutup, mulutnya menganga, Tante Nung sudah terfokus untuk menikmati pengecekan hasil cukurku.

"Hariss.....mmhhh... mhhh... Haa... riss.....disituuu ga bakal... ada... rambutnyaaaa....mhhhh... hhhh....."

Hampir 5 menit aku menggarap vagina dengan mulut dan telunjukku, jari tengahku mulai ikutan masuk, bekerja sama dengan telunjuk. Tak hanya itu, Tangan kiriku menyelinap ke belakang, dengan bermodalkan cairan vagina yang merembes, kelingking tangan kiriku menggedor pintu belakang Tante Nung. Anus Tante Nung masih basah dengan liurku, ditambah cairan vagina, memudahkan kelingkingku menerobosnya. Kini 2 lubang Tante Nung telah kuganjal, beserta klitorisnya kumainkan dengan lidahku.

"Aaahh.... ahhhh.... ahh.... ahhh... Hariss... Tante horny baa.. ngeeett.....udaahh riss... ahhhh... mhhh... aahhh..."

Desahan Tante Nung di pagi hari itu membuatku semakin semangat, hisapanku semakin kuat di klitorisnya, 2 jari tangan kananku semakin menggagahi Tanteku, sedangkan kelingkingku, sedikit kurang dapat berirama, hanya terganjal di anus yang sangat rapat. Tempo semakin kunaikkan dan..

"AAAhhh..!!! AAAAhhh... !! AAAhhh...!!"
Serrr serrrr serrrrr serrrr

2 jari yang bersarang di vagina terjepit keras, berkedut kedut, serta mendapatkan siraman hangat orgasme Tante Nung. kelingking masih bekerja maju mundur, dipaksa berhenti oleh tangan Tante Nung, pergelangan tangan kiriku dicengkram kuat. Tangan kanan Tante Nung memegang kepalaku, atau lebih tepatnya mendorong kepalaku ke selangkangannya, seakan berharap mulutku semakin menstimulasi klitoris dan vaginanya.

1 menit kemudian Tante Nung terlepas dari gelombang kenikmatannya, kedua tangannya melepas tanganku dan kepalaku. tangan kananku merembes cairan vagina, hingga ke lengan. Mulutku juga merembes cairan vagina menetes dari dagu. Aku beranjak dari singgasanaku, berdiri.

"Gimana sih Tante, aku lagi ngecek hasil cukuran kok malah disemprot"
Tante Nung membetulkan rambutnya ke belakang telinga, melanjutkan lagi memotong sayuran sop, kemudian mulai memasaknya.

"Kamu sih, ngecek kok sampe ke dalam dalam, kan horny jadinya. iih itu kok sampe meluber ke dagu kamu"
Tante Nung yang kaget dengan banyaknya cairan vagina yang menempel di mulutku, mencari tisu untuk melapnya.
"Bersihin pake mulut Tante aja, sekalian latihan french kiss lagi"

Tante Nung berhenti mencari tisu, kemudian berbalik mencium bibirku, menjilat seluruh area mulutku hingga ke dagu, kemudian kembali ke bibirku, menghisap hisap dan menjajah rongga mulutku dengan lidahnya. French kiss yang ini hanya sebentar, tak sampai 1 menit Tante Nung melepas ciumannya.

"Lain kali kalo Tante bilang udah stop ya udah dong, lebih dari itu Tante ga bisa kontrol lagi. Kamu deh yang kena semprot. hihihi"
"Iya Tante, tapi aku belom beres ngecek hasil cukuran"
"Loh gimana sih? tadi itu belum cukup? Kalo makan dulu gimana? ini udah hampir selesai. Tante laper banget abis orgasme, ditambah abis senam tadi"
"Iya sante aja Tante, sambil makan aja. yuk"

".....Sambil??"

Tante Nung menyiapkan makanan di meja ruang tengah. Tak banyak, hanya satu panci kecil berisi sop dan tempe goreng satu piring. Nasi sudah ada di rice cooker di meja. Tante Nung menyalakan tv di ruang tengah, sudah pasti mencari acara gosip, kemudian menaikkan volumenya supaya bisa didengar sambil makan.

"Jadi pilih tumpeng yang mana Tante?"
Aku mengambil 2 piring untukku dan Tante Nung, mengambil nasi di rice cooker, kemudian diikuti Tante Nung juga. Aku duduk berhadapan dengan Tante Nung, dan makanan yang disajikan Tante ada meja sisi samping.
"Hmmm, yang sedang aja kali ya, ntar ga habis lagi. Nanti kamu beliin fanta atau cola botol gede bisa?"

Tante Nung menyendok sop banyak banyak dan menuangkan ke piringku. Beberapa kubis dan wortel mau kukembalikan ke panci, namun ditepis oleh Tante Nung.
"Bisa aja Tan, gampang itu, tinggal ke indomaret. Emang tumpengnya butuh berapa lama jadi?"

Aku mulai makan setelah 2 tempe mendarat di piringku. Tante Nung juga sudah memulai makannya.
"Hmmm tadi sih Bu Leli bilang setengah hari jadi, tergantung rekuesnya apa aja sih"
"Bu Leli itu masih singset ya Tan"
"Iya ris, padahal udah punya anak 3. uda gede gede lagi. Pak RT doyan mampir ke rumahnya ris"

Bu Leli adalah seorang Janda anak 3, pas kelahiran anaknya yang ketiga suaminya meninggal karena kecelakaan pas perjalanan ke rumah sakit. Itu sudah 10 tahun yang lalu. Suaminya orang kaya, jadi meskipun ditinggal Bu Leli tetap bisa menyambung hidup. Bu Leli pun sudah memiliki usaha tumpeng sejak lama, tinggal dilanjutkan saja.

"Pak RT mah doyan mampir ibuk ibuk yang 'membutuhkan' Tan, itu Bu Lusia sama Mbak Dewi sering juga"
"Kok update banget kamu?"
"Yaa kadang ngopi bareng pas gantiin Om yang harusnya jaga pos Tan"
"Ooh, iya ris, Pak RT juga sering datang pas kita lagi senam bareng, kayak tadi"

Bu Leli, Bu Lusia, dan Mbak Dewi adalah 3 Jablay di komplek perumahan ini, semuanya masuk kategori Janda Hot.
"Yang paling disayangkan itu Mbak Dewi ris, nikah di usia belia, namun dicerai setelah 3 tahun menikah. Denger denger sih katanya ga bisa ngasi keturunan. Mantannya uda nikah lagi sama perawan di Kampung Timur. Dia seumuran kamu loh"

Tante Nung sangat bersemangat bila bergosip. Aku punya beberapa ide influence yang melibatkan gosip ini, tapi tidak akan kulakukan dalam waktu dekat. Aku lihat Tante masih belum selesai makan.

"Tante, aku mau cek lagi hasil cukurannya sekarang, biar ga ada tanggungan"
"Tante lagi makan ris, gimana coba kamu ngeceknya"
"Bisa aja Tan, Tante duduk di atas meja, supaya bisa sambil makan, bawa aja sekalian sama piring Tante"
"Kamu ini aneh aneh aja sih ris"

Tante Nung meletakkan sendoknya, kemudian naik ke meja. Meja ruang tengah cukup lebar untuk didudukin Tante Nung. Aku masih standby makan sambil duduk di kursi.

"Gini maksudmu?"
"Nah Tante duduknya sedikit mengangkang, Lutut ditekuk ke atas. Dasternya angkat dulu"
Tante Nung mengangkat daster creamnya sepinggang, kemudian duduk mengangkang menghadapku, dengan kaki yang melebar dan ditekuk ke atas.

"Deketan dikit Tan... oops hati hati Tan, ada makanan disini. Kaki Tante taruh di antara piring tempe sama panci sop... nah gitu... ke kanan dikit... oke sip. Nah Tante kan bisa sambil makan kalo begini"

Kini dihadapanku adalah Tante Nung yang sedang duduk mengangkang di meja, dengan vagina polos tembam persis di depanku, diantara aku dan vagina Tante hanya menyisakan satu tempat untuk sebuah piring makananku.

Tante Nung mengambil piringnya di belakangnya, lanjut makan dengan santai, walaupun dia sekarang dalam kondisi setengah telanjang duduk di atas meja menunjukkan area terintimnya, yang seharusnya hanya suaminya yang boleh tau. Aku pun semangat lanjut makan lagi, si otong pun ikut semangat ngaceng.

Hmmm apa yang harus kulakukan selanjutnya?

-----

Part 6
 
Terakhir diubah:
Lehuga nihh

Part 1 nya udh kelar baca, lanjut besok lg...

Cocok jd hipnotis motivator aja om, spy byk org yg sukse, drpd cuma fokus di ssi hehehe

motivator gimana gan hehehe
setauku hipnotis paling sukses ya jadi macam romy rafael, atau uya kuya (emang uya kuya bisa hipnotis?), tapi lama kelamaan juga ga laku, jadi alih profesi deh.

kuncinya cuma 3, harta, tahta, wanita.
pingin semua? cari aja cewek cakep anak pejabat:pandaketawa:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd