Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY THE INFLUENCER

belum ada update ya.........masih di tunggu hu
 
Part 5

Hello guysss,
update lagii, kali ini skip timeline majuu.

Now, enjoy.

-----Part 6: Further

Sudah 3 minggu sejak aku masuk kuliah.
Cukup banyak wanita yang pernah masuk dalam "hidup" ku. Awalnya hanya Tante Nur, merambat ke wanita wanita lain di kampus. Dari yang hanya pertemuan singkat, teman biasa, atau TTM.

Selepas isya aku sedang duduk santai di depan tv mungil di kosan Mbak Mira, sedangkan Mbak Mira duduk di sebelahku, hanya saja dia sedikit membungkuk supaya bibirnya menggapai pangkal penisku. Sambil mengelus rambut Mbak Mira yang mengoral penisku, aku termenung memikirkan kemampuanku.

Bisa saja aku menimbun emas dengan mudah, atau akses suatu tempat tertentu walaupun aku tak punya izin memasukinya. Tapi memang waktu itu yang ada di pikiranku isinya mesum semua, jadi nafsu harta atau tahta tak menggugahku. I mean, aku lebih suka praktis, kalo butuh baru kupikirkan untuk mencarinya.

Lagipula kemampuan ini efeknya individu, tak bisa secara umum. Jadi bila saya memerintah sesuatu yang absurd ke seseorang, dia bisa saja setuju. Tapi bila ada orang lain yang melihat, sudah pasti dia akan mengintervensi. Contohnya saya meminta uang ke teller bank, teller itu pastinya dengan senang hati langsung memberikan uang yang ada disitu (dan tentunya bila tellernya cantik dia bakal ngeseks dengan saya). Tapi bila security tau, tentu akan ikut campur. Belum lagi CCTV, bakal ada investigasi dan macam macam. Di dunia digital seperti ini, susah untuk tidak meninggalkan rekam jejak. Intinya aku harus lebih berhati hati dalam menggunakan kemampuan ini, stay low profile.

"Ris, aku capek hisap penismu"
"Oh yaudah mbak, bisa dilanjut lagi ntar"
"tapi nanti Belanda bakal jajah kita lagi ris"
"Kan masih di perjalanan mereka kesini, jadi masih ada waktu lah. Mbak Mira ga lapar? udah hampir jam 7 malam ini"
"Banget ris, cari lalapan di warung depan yuk"
"Ayok"

Mbak Mira melap vaginanya dengan tisu karena masih becek, untuk kemudian menaikkan hotpants nya. Kaos putih Joger yang dia pakai terlihat kusut, tapi karena cukup ketat menempel di tubuh besar Mbak Mira, kusutnya tersamarkan. Malah lebih menonjol gundukan kecil di dada teratas Mbak Mira, Putingnya masih eksis walaupun dia sudah menggunakan BH. Tampak Mbak Mira sedang merapikan rambutnya, kemudian melirikku.

"Putingku keliatan yah ris"
"hah? oh.. iya dikit mbak"
"Masih keras sih, masih horny aku ris"
"gapapa, aku malah lebih concern kaos mbak yang keliatan kusut"
"ahahaha masa sih? rapi gini looh"

Mbak Mira memaksakan untuk meluruskan kaosnya, yang ada malah menunjukkan buah dadanya karena tertahan oleh kaos yang ditarik ke bawah. Tak lama kemudian Mbak Mira mengambil dompet dan hp galaxy ace miliknya, dia keluar kamar dan aku mengikutinya dari belakang.

Langit sudah cukup gelap, lampu lampu warung menerangi jalan kecil di kosan Mbak Mira. Aspal masih basah karena hujan tadi sore. 3-4 motor seliweran di jalan yang penerangan lampunya sedikit itu. Di depan kosan banyak sekali warung yang berjajar, dengan bermacam-macam menu yang ditawarkan. Mbak Mira memasuki salah satu warung dengan spanduk putih rendah gambar standar lele ayam bebek. Harum daging ayam yang digoreng memanjakanku.

"Ayam pak, yang paha yah. Kamu mau apa ris?"
"Ayam juga, yang dada. Teh hangat yah"

Aku berjalan menuju meja yang panjang di dalam warung itu. Sudah ada 3 orang mahasiswa yang duduk di ujung meja panjang itu, terfokus dengan piringnya. Aku duduk sedikit jauh dari mereka.

"Trus gimana Lilis ris, dia masih sewot sama kamu? ahahaha"
Mbak Mira yang hendak duduk di hadapanku membuka percakapan tentang Lilis.
"Entahlah, mungkin masih, orang dia sendiri yang tiba tiba sewot sendiri"

2 teh hangat dengan cepat sudah tersaji di meja.

"Emang masalahnya kenapa sih? Aku cuma tau tiba tiba aja dia ngomel ngomel"
"Looh masa ga tau? dia g cerita ke Mbak Mira?"
"Hmmmm, mungkin dia udah cerita kali yah, cuman akunya yang gak nangkep. Coba kalo kamu yang cerita deh, ehehehehe"

Mbak Mira mengesampingkan rambutnya ke belakang telinga. Dia memang terlihat cantik bila sedang cuek asal membetulkan rambutnya yang tetap indah walaupun diapa apain.

Sebenarnya masalahnya simpel, aku sempat ngerjain si Lilis karena dia kelewatan mencari tau hubunganku dengan Bu Febri. Aku memuncratkan spermaku ke jilbabnya, tanpa ku influence. Kubuat seperti tidak sengaja. Alhasil jilbabnya kelihatan membekas bercak walaupun sudah diusap oleh tisu berkali kali. Seharian di kantor dia mencoba menutupinya. Ya mana mungkin si Lilis cerita gituan, hanya akan menambah masalah bila cerita ke orang lain.

"Yaa mungkin gara gara dulu aku pinjam staplernya ga balik balik mbak"
"ya balikin laah. kan dia butuh"
"udah mbak"
"hmmm, yaudah sabar aja seiring berjalannya waktu sewotnya hilang sendiri kok. Gunakan kemampuan spesialmu ris"

Deggg. Mbak Mira tau kemampuan spesialku?

"kemampuan spesial? maksudnya?"
"Ituuu, bikin candaan garing. hahahahaha"
"Asem"

Fiuuh. amaan amaan. Kulihat sekilas Mbak Mira sedang menatap mataku, terdiam.

"Ris, aku kok nyaman banget yah kalo sama kamu. baru aja sebulan kenalan"
"Yaaa karena sering ketemu aja kali mbak"
"yaa aneh aja. padahal aku udah punya cowok, tapi jadi lebih sering mikirin kamu daripada Jimmy"
"hmmm, paling ingetnya pas hirup bau sperma aja mbak"
"iiihh serius ris. Pas udah selesai masturbasi pun aku masih teringat kamu ris"
"Yaudah, trus gimana dong. Aku jadi kekasih gelap mbak Mira gitu?"
"ahaha ya jangan lah, aku jadi beban pikiran dong kalo punya 2 cowok. Jadi ngerasa ngeduain Jimmy"
"Iya, fokus aja di Jimmy mbak. normal aja kok bayangin cowok lain walaupun mbak Mira sedang menjalin hubungan. Kan semata mata untuk melepas nafsu seksual aja mbak"

Aku ngasal aja ngasi influence ke dia, supaya tidak terlalu jauh untuk ketergantungan padaku.

"Hmmm, tapi kok aku ngerasa cemburu waktu kamu lagi deket sama Lilis yah"

Dasar wanita. suka sekali hal yang complicated.

"Jyaah inget mbak, Lilis udah punya suami"
"Eits jangan meremehkan intuisi wanita ris, kalo menurutku, Lilis itu perhatian banget loh sama kamu, dia ga pernah se perhatian itu sama cowok lain, apalagi sama mahasiswa. Kayak dulu pertama kali ketemu itu. Mana pernah Lilis terima ajakan makan siang sama orang yg baru dikenalnya."
"Jadi menurut Mbak Mira Lilis itu suka sama aku gitu?"
"Yaa belum bisa pastiin sih. Aku kan cuma menerawang dari gerak gerik Lilis aja"
"Macam dukun aja Mbak Mira ini"
"Nah itu! candaan garing. hihihihi"
"Sialan"

2 porsi lalapan datang ke meja, Kita lanjut makan dengan tangan, sambil santai ngobrol.
5 menit kemudian, tiba tiba ada seorang wanita menghampiriku.

".....Haris..?"

Wanita berambut lurus seleher itu mengetuk pundakku. Dia memakai baju hem merah lengan panjang, tidak dikancing seluruhnya, dengan lengannya dilipat sampai siku, serta jeans biru ketat selutut membalut kakinya, dan flat shoes memberikan kesan imut untuknya.

"Loh Rika? Apa kabar? Kok kamu disini?"
"Ya ampun hariss, Baiik, kosku sekitar sini, baru aja pindahan, disitu tuh. Kamu ngekos juga di sekitar sini ris?"
"Ooh kaga, cuma mampir aja kosan temenku, nih kenalin"
"....Rika"
"...Mira"

Sekilas aku menangkap ekspresi cemberut dibalik senyuman Mbak Mira.
"Temen apa temeeen ris...??"
"Mbak Mira itu kerja bagian admin di kampusku Ka"
"Kamu ga kepingin mampir ke mama ta? Dia nyariin kamu loh, tumben banget nyariin terus"

Ekspresi Mbak Mira semakin cemberut.
"Kamu uda makan Ka? Sini join sama kita, mau lauk apa kamu?"
"Oh ga usah ris, nih aku uda beli, mau makan bareng temen di kosan baru. Lagian ntar aku ganggu jadinya, hihihihi. Duluan yaaa"
Aku baru sadar tangan kanan Rika ada 1 kantong berisi bungkusan makanan, dia sudah ngeloyor pergi.

"Oh rika, cinta lamaku bersemi kembali....."

Kudengar Mbak Mira ngeledekku dengan mencoba menjadi suara hatiku.

"Rika itu anaknya Omku Mbak, dia baru aja masuk kuliah di UDN."
"Oooh gitu. Dia cantik banget ris. Sayang ternyata sepupumu, kalo bukan pasti uda kamu pacarin"
"Dia udah lama di manado, mamanya meninggal pas kecil, trus dia tinggal sama neneknya."
"Loh tadi katanya mamanya nyariin kamu?"
"Makanya dengerin dulu orang cerita"
"Ahahahahaha trus trus?"

Aku sadar mood Mbak Mira kembali ceria. Porsi lalapannya masih setengah habis.
"Karena mamanya meninggal, Papanya nikah lagi sama Tanteku. Cuman dia masih ga mau untuk ikut ke malang, lebih nyaman tinggal sama neneknya katanya"
"Iyalah, jadi anak tiri gitu? makanya dia lebih milih sama neneknya"

Makanan di piringku sudah habis. Aku iseng mau ambil mentimun dari piring Mbak Mira. Dengan cekatan Mbak Mira mengambilnya dan memasukkan ke mulutnya. Aku kurang cepat, tetapi aku bakal tetep mengambil mentimun itu. Dengan santai aku membuka mulutnya dan mengambil timun itu. Mbak Mira hanya terdiam mematuhi tindakanku.

"Nah neneknya meninggal 1 tahun yg lalu, pas si Rika SMA udah hampir ujian nasional. Dia g punya alasan lagi untuk nolak Omnya pindah ke malang, akhirnya dia bilang mau sekalian selesaiin SMAnya, nanti kalo kuliah disini. Itupun dia milih cari kosan sendiri. alasannya biar lebih deket sama kampus ato apa lah"

Aku mengarahkan tanganku yang masih terdapat sisa sisa makanan dan sambal ke mulut Mbak Mira. Mbak Mira menyadarinya dan segera menghisap tiap tiap jari hingga bersih. Mbak Mira terlihat menikmatinya.

"Emang sejahat itukah mama tirinya?"
"Ga juga, asik asik aja kok Tanteku, cuma anggapan dari sisi Rika aja yang sedikit berlebihan"

Aku dengar suara halus gerimis datang di malam itu. Aku merasa malas untuk pulang ke rumah.
"Mbak Mira, supaya aku ga kehujanan, aku nginap di kosan mbak aja yah"
"iya ris"

Makanan Mbak Mira sudah hampir habis. Teh hangatnya yang sudah kucuri curi minum dihabiskan langsung oleh mbak Mira. Aku berdiri menuju penjual lalapannya.

"makan 2 sama teh anget 2 berapa pak?"
"23 mas"
"Makasih ya pak"

Mbak Mira sudah berdiri menungguku di sisi luar warung. Aku berjalan keluar, tiba tiba hujan turun dengan deras. Aku menggandeng tangan Mbak Mira untuk mempercepat lari balik ke kosannya. Tapi apa daya, hujan sangat deras, bajuku dan baju mbak Mira sudah kelewat basah. Di tangga menuju kosannya aku bisa melihat BH biru muda Mbak Mira menerawang dari kaosnya, rupanya Mbak Mira basah kuyup. Kita telah sampai di pintu kamar, Mbak Mira mengeluarkan kunci untuk membuka pintunya.

"Aduuuh padahal sebentar aja kena hujan tapi uda basah kuyup gini"
"Yaudah cuci aja mbak"
"Bajumu juga basah ris?"
"Iya mbak"
"Sekalian gabungin aja ris, biar agak banyak masukin ke mesin cuci"

Kosan mbak Mira disediakan mesin cuci lengkap dengan pengeringnya untuk dipakai bersama.
"Trus aku pake apa dong?"
"Looh aku ga punya baju cowok ris, ada punya Jimmy tapi kayaknya uda diambil minggu lalu"
"Yaudah telanjang aja. Tapi biar adil, Mbak Mira juga harus telanjang"
"Iya entar abis kumasukin bajunya ke mesin cuci yah"

Aku melepas bajuku semua, termasuk seluar dalam. Mbak Mira tertegun sebentar melihatku telanjang, walaupun ini bukan pertama kalinya dia melihatku telanjang. Mbak Mira lanjut melepas semua bajunya yang basah, kemudian memakai kaos abu abu dan hotpants biru muda dari dalam lemarinya. Tak lama kemudian Mbak Mira keluar kamar untuk mencuci semua baju yang basah.

Aku duduk di meja depan tv di kamar. kamar Mbak Mira cukup luas, sepertiga luasnya ada kasur busa yang tak pakai dipan. Seluruh lantai diberi alas tikar puzzle/evamat warna warni. di posisi tengah terdapat jendela, persis di bawah jendela ada tv, di seberang tv ada meja pendek kecil. Yaa standar kosan mahasiswa lah. Aku menyalakan tv mungil itu. Hampir semua stasiun standar Indonesia tertangkap dengan jernih. Aku memilih Channel berita.

Hujan di malam itu masih semakin deras dan tak menunjukkan tanda tanda untuk berhenti. Beberapa menit kemudian Mbak Mira masuk kamar, dengan santai dia membuka kaos dan hotpantsnya, kemudian digantung di belakang pintu. Dia berjalan mendekatiku, duduk bersandar disebelahku. Tangannya dengan jahil memegang penisku yang setengah tegak karena melihat tubuh bongsor Mbak Mira, mengocoknya pelan. Si otong kembali bersemangat, kembali ke tugas negaranya untuk mengambil sikap sempurna.

Mbak Mira mencium bibirku, kemudian melanjutkan aktifitas menghisap penisku yang sempat tertunda karena capek tadi. 10 menit kemudian aku sudah tak tahan, kutumpahkan laharku di mulut Mbak Mira untuk kesekian kalinya di hari itu. Mbak Mira menerimanya dengan senang hati, menghisap dan menelannya seperti itu adalah nutrisi yang dia butuhkan.

Aku mengantuk, beranjak ke kasur untuk tidur. Aku ingin tidur lebih awal. Mbak Mira paham dan segera mematikan lampu kamar dan tv. Mbak Mira naik ke kasur, menggelar selimut untuk kita berdua. Mbak Mira mengambil hapenya dan mengutak atik, sepertinya laporan ke Jimmy sebelum tidur. Aku tidur dengan memeluk Mbak Mira, tanganku masih iseng untuk meremas payudaranya hingga terlelap.

Mungkin pembaca heran, bagaimana ceritanya kok aku bisa sampai di titik Mbak Mira bertingkah seperti kekasihku, walaupun dia sadar aku bukan kekasihnya. Well, ide konsepku adalah menjadi TTM Mbak Mira, dengan beberapa influence tambahan bahwa ngeseks sama saya itu adalah hal yang dibutuhkan untuk menjadi TTM. Tapi untuk sampai di TTM, aku perlu merubah perasaan mbak Mira.

Memang kemampuan influenceku tak bisa memanipulasi perasaan, tapi aku memahami hal itu bisa kulakukan secara tak langsung. Salah satu caranya adalah membuat dia kepikiran terus padaku. Yang kubutuhkan adalah pemicu otomatis. Ya, di minggu pertama aku bertemu Mbak Mira, sudah ku influence tiap mencium bau sperma dia akan horny, dan horny nya adalah membayangkan diriku menyetubuhinya. Kemudian ditambah Influence Mbak Mira harus masturbasi 2-3 kali sehari.

Intinya dia secara bawah sadar akan secara konstan memikirkan diriku. Tak sampai 1 bulan aku memperkenalkan status hubungan TTM untuk kita. Mbak Mira dengan senang hati menerimanya. Tentu saja TTM dengan "definisi" aku sendiri. Alhasil kita benar benar seperti kekasih, walaupun Mbak Mira tetap menjaga hubungannya dengan Jimmy.

Mbak Mira adalah salah satu target eksperimenku yang mendekati sukses, walaupun ada beberapa hal yang gagal, tapi secara umum dia menjadi seperti yang kuinginkan. Mbak Mira adalah contoh wanita yang perasaannya berhasil kumanipulasi, walaupun sedikit memutar. Mungkin suatu saat nanti aku punya cara yang lebih praktis untuk urusan perasaan. Selain Mbak Mira, ada juga Lilis. Tapi tujuanku bukan membuat Lilis jatuh cinta padaku seperti Mbak Mira, yaa mungkin akan kuceritakan di lain episode.

***

Aku terbangun. Di kamar masih gelap. Aku menggapai hp nokia senterku, Jam 2:30. Karena aku tidur lebih awal, maka aku bangun lebih pagi. Di sebelah aku bisa melihat tubuh Mbak Mira yang terlentang, selimutnya sudah diacuhkan jatuh di sampingnya. Cahaya lampu jalan yang redup samar menembus jendela, memapar di sebagian tubuh Mbak Mira. Rambut Mbak Mira acak acakan ke atas bantal, tapi sedikitpun tidak mengurangi sensualitas tubuh Mbak Mira.

Aku bisa melihat puting payudaranya yang tetap mengacung walaupun posisi terlentang, naik turun pelan sesuai irama nafasnya. Cahaya lampu jalan hanya memberi penerangan dari dada hingga selangkangannya, Aku hanya mampu melihat jembut tipis dan garis atas labia Mbak Mira yang bersembunyi di balik lipatan paha dalamnya. Cahaya lampu tak sampai di selanya lebih dalam, memaksaku berimajinasi untuk sisa daerah yang tak kelihatan tersebut. Aku ngaceng. Untuk menghilangkan pikiran mesumku, aku beranjak menuju jendela. Mbak Mira setengah sadar aku beranjak dari kasur, langsung mengakuisisi seluruh area kasur untuknya sendiri. Aku melihat disebelah lemari, rupanya cucian tadi malam sudah kering dan diambil oleh Mbak Mira.

Aku mengambil dan memakai baju dan celanaku, kemudian menuju ke jendela.
Aku selalu menyukai pemandangan dari jendela kamar kosan Mbak Mira. Pagi buta itu cukup cerah, aku bisa melihat bintang bintang di langit. Kalau aku melihat ke bawah, jalanan yang masih basah itu sudah sepi, Warung warung sudah tutup, hanya tersisa angkringan di ujung jalan, 1-2 orang saja yang nongkrong. Sesekali lewat sepeda motor membawa tumpukan sayuran untuk dijual di pasar.

Tampak dari kejauhan aku dapat melihat minimarket 24jam, ada seorang wanita berjalan keluar dari minimarket itu dengan membawa kresek. Dia berjalan ke arah sini, Wanita itu seperti gelisah, jalan tergesa-gesa dan sering sekali melihat ke belakang. Sesaat kemudian 2 orang perawakan besar muncul dari minimarket, beserta pegawai minimarket. Pegawai itu menunjuk jauh ke wanita yang berjalan cepat itu, Kemudian 2 orang perawakan besar itu lari mengejar wanita itu. Kini aku sudah cukup bisa melihat lebih jelas wanita itu, rambut pendeknya dikuncir, tas punggung kecil, dengan hem merah lengannya dilipat hingga siku.

Rika?? Ya, itu benar Rika.

2 pria kekar itu sudah hampir dekat dengan Rika. Aku bergegas turun keluar kosan untuk menemuinya.

"Haris???........ Ris tolong ris, bantuin ada yang ngejar ngejar aku ris, pliss...."

Aku baru saja menutup kembali pintu rumah kos, Rika langsung menyahut lenganku, bersembunyi dibalik tubuhku. Sedetik kemudian 2 pria itu telah sampai, berhenti sebentar, mengatur nafasnya.

"Maaf, permisi mas. Kita ada perlu dengan Mbak di belakang mas"
2 pria itu sangat besar, aku harus sedikit mendongak untuk bisa melihat wajahnya. Aku menjadi gentar.

"Kalo boleh tau ada apa gerangan yah? Dia sodara saya"
"Mbak itu tadi habis ngutil barang di Minimarket disana"

Whaaatt. Jadi saya sedang melindungi tersangka ini. Aku menoleh ke kiri menatap mata Rika. Dia ketakutan, tangannya mencengkeram lenganku dengan keras.

"Rika, apa betul kata bapak ini?"
"M... Ma....Mana buktinya, aku ga ngambil apa apa kok!.....Nih lihat isi kresekku!"

Rika menunjukkan isi kresek yang dia tenteng. Isinya hanya buku kamus Pintar Korea-Indonesia, milik perpustakaan.
"Kita punya bukti rekaman CCTV di minimarket mbak, silahkan kembali ke toko untuk kita buktikan, dan kita memaksa"
"Maaf pak, Bapak tidak punya hak untuk memaksa sodara saya"
"Udah mas, gak usah ikut ikutan, dia jelas curi curi itu. Jika sampean ikut ikutan, sampean mungkin akan menerima konsekuensinya"

Pria sebelahnya yang dari tadi cuma diam, beraksi mengepalkan tangannya. Faakkk, aku tak punya background silat atau semacamnya. Ayo mikir... mikirr...... oh iya.
"Kalo boleh tau nama bapak sama bapak satunya siapa yah?"
"Saya Andi mas, security minimarket sana, yang ini Tejo"

Minimarket kok ada securitynya.

"Oke pak Andi dan pak Tejo, karena sudah larut malam, pak Andi seharusnya lapor istri bapak, kasian istri bapak khawatir bapak belum pulang. Dan temui saja langsung sekarang, jangan telpon, kalo telpon atau sms sudah pasti ngomel ngomel"
"Iya betul juga mas, sebentar saya pergi dulu"
Si pak Andi yang lebih banyak bicara itu langsung angkat kaki ke arah minimarket. Kalo pak Tejo hanya terdiam tak ada respon, wajahnya lebih menyeramkan dari pak Andi. Aku tak paham kenapa Influence ku tak bekerja ke dia.

Suasana menjadi hening. Kita saling menatap muka.

"...........Saya tak punya istri"
Suaranya serak, memberikan kesan seram. Tatapan matanya cukup membuat salah satu kakiku bersiap untuk mundur.
"Oh maaf, kalo begitu pak Tejo tinggal bersama siapa?"

Pak Tejo terdiam lagi. Hening.

".......Saya tinggal sendirian"
"Ga mungkin kalo sendirian. Kalo hewan peliharaan?"

Sekali lagi Pak Tejo terdiam. Kali ini wajah seram itu melirik ke atas, seolah ingin mengingat sesuatu.

".........Ada kucing liar datang saya bagi ikan tiap waktu makan siang"

Awwww, so sweet. Seramnya muka tak mencerminkan hati seseorang.

"Nah itu! cepat cepat cek rumah pak Tejo, karena mungkin kucing itu nungguin pak Tejo sekarang. Jangan lupa beli ikan dulu pak, atau minta aja ke pegawai tokonya, buruan sebelum kucing itu pergi"

Pak Tejo terdiam. Hening. 5 detik kemudian dia mengangguk, kepalan tangannya mengendor, dia berbalik dan lari menuju toko itu. Dari kejauhan aku dengar motor Rx King distart, motor itu ditunggangi pak Andi, dengan cepat melesat meninggalkan pegawai minimarket yang menggaruk kepalanya. Tak lama kemudian Pak Tejo menemui pegawai itu, pegawai itu membuka kedua tangannya sambil geleng geleng. Pak Tejo menggertak pegawai itu, dia langsung menciut menutupi mukanya, kemudian lari ke dalam minimarket. sesaat kemudian dia keluar dengan kresek di tangannya, diberikan ke Pak Tejo. Pak Tejo langsung ngeloyor pergi, dan pegawai itu kembali standby menggaruk kepalanya. Akhirnya pegawai itu kembali masuk ke dalam minimarket.

Aku memutar badanku. Rika melepas lenganku, kepalanya menunduk, tangannya sembunyi di belakang. Kakinya bermain kerikil di dekatnya.
"Jelaskan secara rinci, ka"
"Jangan disini ris, ke kosanku aja yah, yuk"

Rika menggaet lenganku lagi. Aku mengikuti pantat bulat yang tertutup jeans ketat selutut itu dari belakang.

Kosan Rika hanya 50 meter dari kosan Mbak Mira. Kamarnya lebih kecil dari Mbak Mira, hanya kasur, meja pendek, dan lemari saja. Kipas angin duduk di meja sepertinya dibiarkan menyala sejak lama untuk mendinginkan ruangan yang pengap itu. Rika menendang kedua flat shoesnya ke belakang pintu, langsung menghempaskan tubuhnya di kasur. Kasur itu lumayan kecil, hanya cukup untuk satu orang saja. Aku duduk di pinggiran kasur.

"Fiiuuhh untung ada kamu ris, selamet deh hehehehe"

Rika sepertinya bukan orang yang jujur, aku perlu Influence yang biasa kugunakan untuk para wanita targetku, yaitu untuk jujur.

"Rika, supaya tidak ada salah paham, mulai sekarang kamu terbuka sama aku yah, jujur dalam semua hal, kalo ada yang kamu pendam ngomong aja semua ke aku, setiap pertanyaanku kamu jawab yah, dan kamu tak boleh malu di depanku"

"Iya iya bawel ih"

Rika masih telungkup di kasur itu, melepas tas punggung kecilnya dan melempar ke samping lemari. Oke aku tes dulu apa influenceku berfungsi, yaitu dengan cara menanyakan hal yang sangat dirahasiakan oleh wanita.
"Kamu kalo masturbasi berapa kali seminggu ka?"
"yaa ga mesti ris, kadang 3 minggu sekali. itu kalo lagi suntuk aja, biasanya deket deket mens. ngapain kamu tanya tanya jadwal masturbasiku? mau bantuin? ahahahaha"

Oke Influence sudah berfungsi.
"Yaudah. Kejadian tadi tolong jelaskan ka"
Rika mengambil posisi duduk, wajahnya serius, tapi menunduk.

"Iya ris tadi itu aku ngutil"
Rika membuka hem merahnya, dilempar ke dekat lemari. Kemudian lanjut melepas BH hitam garis merah minimalisnya. Dia sekarang topless. Kulitnya putih sekali, dadanya tak begitu besar, tapi yang membuatku ngaceng adalah putingnya, berwarna pink, indah menawan, sekaligus menantang untuk dihisap.

"Apa yang kamu ambil di toko itu ka?"
Rika membuka lemari, dia mengambil kaos singlet putih, menciumnya, berhenti sejenak seolah olah memperkirakan kaos itu berumur berapa hari sejak dicuci. kemudian baru memutuskan untuk memakainya. kaos singlet putih itu longgar, aku bisa melihat payudara dari sisi samping singlet.
"cuma sabun sama rexona ris, belum sempet ambil yang lain uda keburu ketauan"

Belum sempat ya. hmmm.

"Kamu ga ada cukup uang untuk beli sabun sama rexona ka?"
"Ada lah, cuman aku kebiasaan aja ngutil ris, biasanya kulakukan pas uda larut gini"
"Kok bisa kamu kebiasaan ngutil ka?"

Kali ini Rika melepas jeans ketat selututnya, lumayan agak susah, dia harus menarik jeans itu, kemudian dilempar lagi ke dekat lemari. Kemudian CD merahnya juga dilepas, hingga kini terlihat vaginanya yang bersih, putih, hanya tampak segaris saja.

"Iya kebawa dari manado ris, aku salah pergaulan. Sebenarnya aku ga nyaman tinggal sama nenekku, aku disiksa. Lihat ini, ada bekas luka kan? 3 kali sabetan gagang sapu nenek, sabetan ke 4 gagangnya patah, ujungnya tajam. Butuh 5 jahitan, itupun aku sendirian ke rumah sakit"

Rika menunjukkan punggung tangannya, ada sisa bekas luka yang sudah sembuh. Walaupun aku melihat punggung tangannya, aku tak bisa memungkiri aku juga terfokus pemandangan pantat bulat mulus milik Rika.

"Kamu ada cerita ke papa?"
Rika memilah celana di dalam lemarinya, kemudian menemukan hotpants pink, langsung dipakainya.
"Enggak ris, aku ngga mau papa tau, yang ada malah aku yang kena ntar"
"Apa aku bisa menyimpulkan kalo dulu kamu menolak untuk tinggal di malang karena ga mau ketemu papa atau istri barunya?"

"................iya ris, sebenarnya aku anak haram dari papa sama mama kandungku, mereka terpaksa nikah karena uda ga bisa nutupin perut mama. Nenek yang cerita itu. Biasanya dia cerita gitu pas lagi jambak rambutku"
"Lalu kenapa kamu masih milih untuk tinggal sama Nenek?"
"yaaa... paling engga aku masih bisa ketemu temen sekolahku ris, mereka juga yang ada waktu mama meninggal. Walaupun mereka nakal nakal semua. Aku mengenal dunia gelap ris. Syukurlah aku ga kena narkoba"

Rika mengambil botol bir bintang kecil dari tas punggungnya, dia sekali meneguknya, kemudian menawarkan ke aku. Aku menolak. Rika menaruh bir itu di meja.
"Apa kamu cerita kebiasaan suka ngutil ini ke orang lain ka?"
Rika duduk di kasur, mengecek jempol kakinya, rupanya dia kesakitan waktu berjalan cepat tadi.

"G ada ris, cuma temen SMA ku aja yang tau kondisiku, si Melia, dia yang pertama kali ngajak aku ngutil toko di manado"
"Si Melia sekarang dimana ka?"
Rika melepas ikatan rambutnya, kini rambut lurus seleher itu tergerai. sedikit keringat yang membasahi dahinya membuat Rika terkesan manis sekali.
"Ga tau, aku lost contact waktu terakhir ketangkep ngutil di supermarket besar, trus dia pindah sekolah"

"Apa kamu ada niatan untuk menghilangkan kebiasaan itu ka?"
"Entahlah. Udeh, jangan serius serius amat ris, sekarang gantian aku tanya kamu ih. Kamu sama cewek tadi malam itu pacaran? siapa namanya aku lupa"
"Kaga, temen aja. Mbak Mira."
"Temen kok nginep di kosannya. Uda pernah ngewe sama dia ris?"
"Ngerjain tugas aja ka, buktinya ini sampe malam aku belom tidur. Untung aku belom tidur, pas liat jendela pas liat kamu"
"Ehehehehe makasih yaaa pangeran penolongku, aku sempet basah loh, pas kamu ngelindungi aku. ngewe yuk??"

Rika mendekatiku, wajahnya dekat sekali denganku. Dia mencium bibirku. Aku mundur sejenak.

"Kamu uda ga perawan ka?"
"Hari gini masi perawan ris?? uda lepas waktu SMP dulu"

What the hell. Di sisi lain aku ingin ngeseks sama dia, di sisi lain aku merasa kasihan dengan dia. Rasa simpati, karena dia telah menempuh jalan yang begitu berat. Aku masih berdebat dengan si otong. Tiba tiba kedua tangan memegang kepalaku, Rika ingin menciumku. Aku masih menolak, kupaksa untuk mundur, tapi tertahan tangannya. Kita saling tarik menarik, Bibir Rika semakin monyong berusaha untuk menggapai bibirku.

"Ayolaaahhh aku uda lama ga ngewe ini, cowokku putus soalnya gak mau ldr an sama aku....."
Aku menimbang, apa aku yang terlalu membuka dirinya waktu Influence atau memang dia sangat terbiasa seperti ini.
"Aku ga bisa tiba-tiba langsung ngewe sama orang yg baru ketemu ka. Apalagi kamu statusnya masih sodaraku"

Rika menghentikan aksinya, menatap mataku, kemudian melepas tangannya dari kepalaku. Dia kembali meneguk bir bintangnya yang berkeringat menyaksikan adegan aneh ini. Rika meletakkan kembali botol haram itu di meja.

"Kamu tau, seumur hidupku aku ga pernah ngewe sama cowok lain selain mantanku. Dia yang merawani aku dulu. Waktu aku bilang ke dia, kalo aku ingin kuliah ke malang, dia langsung mutusin aku. Besoknya aku mau ambil barang-barangku di kamarnya, yang ada malah ketemu dia sedang doggy sahabat karibku"

Aku melihat matanya berkaca kaca. Dia melirikku sekilas kemudian menunduk kembali. genangan air matanya semakin banyak. Tangannya refleks mengusap matanya. Aku tak tahu harus berbuat apa, tapi aku ingin memeluknya. Aku juga ingin mencium bibir mungilnya. Aahhh faakk minggir dulu pikiran mesum! Di sela sela aku masih berdebat dengan si otong, tiba tiba Rika yang memelukku. wajahnya bersembunyi menempel di dadaku. Dia menangis tanpa suara, aku hanya mendengar tarikan ingusnya saja. Aku memeluk balik Rika, sambil mengelus rambutnya yang indah, pelan mengiringi pagi buta yang hening dan kalem itu.

15 menit dia menangis, aku tak mendengar tarikan ingusnya lagi. Tiba tiba Rika menarikku, membantingku di kasur. Dia mendudukiku pas di selangkanganku. Lututnya menahan lenganku, tangannya menahan pundakku. Aku sama sekali tak bisa gerak. Perlahan wajahnya mendekati wajahku. Matanya merah, air matanya masih tersisa banyak. Dia memang menangis tadi.

"Kamu boleh bohongi aku kalo kamu g pernah ngewe sama Mira ris, tapi kamu g bisa bohongi aku kalo kamu ada rasa sama Mira. Bener kan? Ngaku deh"
"Hmmm mungkin. Apa urusanmu ka"
"Aku cemburu ris. Aku ingin sama kamu. Wanita akan mudah jatuh cinta sama lelaki yang perhatian di saat break down"
"eh... oohh.. tadi itu terhitung perhatian yah. kan cuma tanya doang"

Rika tersenyum, tertawa kecil. senyuman itu membuat si otong memenangkan pertempuran ini. Tak lama kemudian bibir Rika menyapa bibirku. hangat dan basah. Rika menghisap dan mengulum bibirku, aku merasakan sensasi tekstur bibir mungil Rika. Lidah Rika menerobos mulutku, menjilat rongga atas mulutku. bertemu lidahku. Kita bersilat lidah. Perlahan Rika semakin menaikan tempo kita french kiss. Semakin cepat. Semakin intens.

Tangannya melepas pundakku, berpindah menggerayangi kepalaku, wajahku. Hisapan demi hisapan. Aku masih tak dapat bergerak, Rika benar benar menguasai tubuhku. Penisku mulai bereaksi. Dari dalam celanaku yang masih bau molto, penisku mencoba menggeliat, yang rupanya tak banyak bisa bergerak tertahan oleh selangkangan Rika. Aku yakin Rika bakal tahu pergerakan penisku.

Tak lama berselang, Ciuman Rika berhenti, bibirnya terlepas. dia melirik ke selangkangan, kemudian menatapku. Kembali tersenyum penuh arti. Dia sadar aku ngaceng. Dia menciumku di bibir sebentar, kemudian turun ke leher. Kaosku ditariknya ke atas, tangan Rika menyentuh putingku, puting satunya dijilat pelan. Rika sedikit mundur, merubah posisinya sambil lidahnya terus menyusuri hingga ke pusarku. Kini celanaku dibuka, hanya sedikit tarikan dia mencongkel penisku dari dalam. Penisku keluar beserta telurnya, berdiam tegak lurus, dipegang oleh Rika, dikocoknya pelan. Rika kembali tersenyum.

"Gede banget kontolmu ris.."

Apakah wanita memang memuji penis pria supaya menaikkan gairah pria, atau paling tidak supaya menaikkan pede nya? Aku tak tahu, setahuku penisku rata rata saja, Indonesia ya ukuran standar penisnya segini. Dijilatnya telurku, dihisap bergantian kiri dan kanan. lidahnya naik ke pangkal penis, terus memanjat hingga helm, seketika itu juga dia memasukkan penis itu ke dalam mulutnya. Hangat sekali di dalam mulut Rika. Rika seperti memberlakukan penisku layaknya miliknya sendiri, benar benar memanjakan setiap senti syaraf di penisku. Dia sangat lihai dalam blowjob. Shit aku hampir keluar. Tahan riss... tahan....

Rika melepas hisapan penisku, setengah berdiri, melepas hotpants pink nya, dan blesss! tanpa ragu dia memasukkan penisku ke dalam vagina putihnya. Rika seperti sedang berterima kasih dengan cara membiarkan diriku terlentang sambil mengocok penisku dengan vaginanya. Nikmat sekali posisi woman on top seperti ini. Rika hanya terdiam menunduk saat memompa penisku. Dia tipe wanita yang tak banyak mendesah.

Aku setengah berpikir, ini adalah pertama kali ngeseks yang hampir tanpa campur tangan influence ku. Memang karena wanitanya menginginkanya, terlepas dari apa tujuan asli wanita ini. Ya, Rika sepertinya memiliki tujuan tertentu, dan tujuan itu dia ingin mencapainya dengan cara ngeseks denganku. Atau mungkin aku saja yang berpikir terlalu jauh, aku terlalu berpikir negatif. Tapi enak sekali persetubuhan kali ini. Tapi aku ingin berpikir lebih lanjut kenapa. Tapi enak sekali, tapi kenapa...

crooottt crooott crooott crrrooootttt

What??? aku muncrat. orgasme. di dalam vagina Rika. Aku benar benar tak tahan. Tak pernah secepat ini aku ejakulasi. Nikmat sekali goyangan Rika. Rika tahu, dia sedikit memelankan goyangannya, sambil menatap mataku. Aku sekilas menangkap ekspresi kecewa dari Rika ketika penisku mulai mengecil. Rika langsung menyembunyikan ekspresi kecewanya dengan tersenyum.

"Aku belum nyampe riss....."
"Kamu nikmat sekali ka... aku tak tahan...."
"muncrat ga bilang bilang dulu lagi. Kalo aku hamil gimana"
"Loh.. waduh... trus gimana dong ka..?"

Rika menyandarkan tubuhnya ke dadaku, menciumku manja.
"Aman kok, kamu beruntung aja, pas banget tanggalnya"
Penisku yang sudah mengecil terlepas sendiri dari vaginanya.
"Aku akan menganggap ini pujian, karena aku terlalu cantik dan ngewe sama aku terlalu nikmat, kamu jadi kelojotan. hihihi"

Aku masih merasa bersalah karena dia belum orgasme.
"Mau kujilat ka?"
"Seriuss??? boleh dong"

Rika beranjak dari tubuhku, aku turun dari kasur, kini gantian Rika yang terlentang di kasur. Rika menggigit bibirnya bersemangat, Melebarkan kakinya. Aku memasukkan penisku ke dalam celana, kemudian mengambil posisi persis ditengah kedua kakinya. Kaos singletnya susah payah menutupi buah dadanya yang tumpah ke samping. Vaginanya yang putih terpampang dihadapanku, Aku bisa melihat sedikit memerah setelah memompa penisku tadi. Kurasa spermaku sudah menyatu di dalam vaginanya, tak ada yang keluar setetespun. Kubuka sedikit lebar kakinya, vaginanya merekah. Astagaaa, dalaman vaginanya berwarna pink. Bagus sekali. Ini sih vagina kelas atas, berkualitas, layak masuk fotografi. Fotografi orang orang mesum. Tiba tiba Rika menutup vaginanya dengan tangannya.

"Jangan diliatin lama lama dong, aku maluu"

Aku turun, mencium bekas luka di punggung tangan yang menutupi vaginanya, mengangkat tangannya pelan.
"sshhht... kamu romantis banget sih, ini kali yang bikin Mira klepek klepek sama kamu"

Aku mulai dengan mencium klitorisnya, Rika sedikit tersentak. Tangannya mendarat di kepalaku, meremas rambutku. Aku jilat dan menggigit pelan klitoris, ku usap usap dengan lidahku. Semenit kemudian tanganku ikut andil dalam proyek ini. Sambil memainkan klitorisnya, telunjukku perlahan memasuki lubang cinta milik Rika. Mulai kukorek korek vaginanya, maju mundur seirama dengan jilatanku.

"ssshhhhtt... aaahhh... enak banget sih??? kamu ahli banget risss...."

Rupanya Rika juga bisa mendesah. Rambutku tetap jadi target remasan tangannya. Aku percepat tempo jilatan dan hujaman telunjukku. Kini jari tengahku mengikuti. 2 jari bersarang di vagina Rika. Aku gunakan teknik yang diajari Tante Nur supaya cepat untuk orgasme, Aku tekan sisi bagian atas vagina Rika sambil kukorek korek, Klitoris semakin kuhisap kugigit dan kujilat jilat. Semakin intens.....

"Aahhh.. harisss... aku nyampeeee......"
serrr serrr serr serrr

Vagina Rika berkedut kedut keras, tanda orgasme Rika sudah datang. Tanganya menekan kepalaku semakin ke dalam. Cukup lama dia orgasme, hampir satu menit aku menjaga posisiku tetap diam di vagina Rika. Satu menit lebih kemudian dia langsung lemas, melepas rambutku. Dia ngos ngosan. Aku melepas 2 jariku dan lidahku dari vagina pink itu. Rika langsung bangkit dan menyahut bibirku, memagut lidahku. Tangannya merangkul leherku. Dadanya menempel di dadaku. Kita berciuman cukup lama.

Sambil berciuman, Rika memutar tubuhnya, kemudian kembali menghempaskan tubuhku di kasur yang sempit itu. Rambut selehernya tergerai ke bawah, menutupi kepalaku. Kita masih berciuman dengan posisi Rika di menindihku. Tak lama kemudian Rika berhenti menciumku. Kepalanya sedikit menunduk ke bawah. Tubuhnya mundur sedikit, kepala Rika bersandar di dadaku.

"Satu hal yg bikin aku heran. Kenapa 2 preman itu mau mendengarkan omongan kamu? Padahal sebelumnya mereka benar benar pingin maksa aku"

Shit. Dia sadar rupanya.

"eeehhh... entahlah... kenapa yah, mungkin memang mereka lagi pingin pulang kali yah"
Rika tertawa, dia menatap mataku, sesekali mencium bibirku. kemudian kembali bersandar di dadaku.

"Nggak nggak nggak, itu terlalu aneh. Kecuali kamu uda kenal sebelumnya sama preman itu. Tapi itu tak mungkin, soalnya aku tau kamu juga beneran takut pas sama preman yang terakhir, kamu baru pertama kali ketemu preman itu"

Wow tak kusangka Rika adalah orang yang cerdas. Dia adalah wanita yang seharusnya kuhindari, karena kemampuanku terkadang tak berfungsi untuk orang yang intelijensinya cukup tinggi.
"Yaa kan mungkin karena aku beruntung juga, kayak tadi pas lagi aman aku muncrat di dalam"
Rika mencubit lenganku.

"Atau mungkin kamu punya kemampuan super? Ahahaha kayak X-men dong. Tapi itu mungkin juga sih, akan sesuai kalo kamu memang benar benar punya"
"Aneh aneh aja ka. Kamu pasti kena trauma karena kejadian tadi itu. apa namanya yah? PTSD? masa gara gara ngutil aja kena PTSD??"
"Kalo memang kamu punya kemampuan super, jangan jangan aku juga sudah kena? Apa aku sekarang sadar yah? atau aku sekarang sedang tertidur? Ini semua hanya fantasiku? Atau tadi kamu bikin aku jadi basah dan pingin ngewe sama kamu? omaigad mesum banget kamu ris"

"Oke oke udah udah. mulai ngelantur ngomongnya. tidur sana. Kamu ada kuliah hari ini? jam berapa?"
Aku memutar tubuhku, Rika kini kembali terlentang di kasurnya. Dia masih tetap berpenampilan kaos singlet putih dan bawahan tak ada.
"Jam 10 ris. Jangan pergiiii hu hu hu. Abis ngewe kamu langsung pergii, kamu jahat"
Rika menarikku manja.
"Aku harus balik ke mbak Mira ka, belom selesai kerjaannya. Dia sekarang pasti bingung aku kemana"

Rika berhasil menarikku dan mencium bibirku. Kali ini tak dilepas ciumannya, aku yang harus memaksa melepas.
"Kalo Mira nyariin kamu pasti uda telpon sekarang, atau sms kek"
"Hapeku masih di kosan mbak Mira. Kan tadi ada situasi genting. gara gara siapa hayo?"
"Ehehehehe iyaa iyaa.... makasih yaa pangeranku yang tampan. Eh nomermu berapa? BBM punya? Bagi sini"

Rika mengeluarkan Blackberry dari saku tas punggung kecil, dan memberikannya padaku. Aku mengetik nomerku, kemudian aku call ke hapeku. Begitu aku mendengar nada sambung aku langsung menutup kembali. Kuberikan lagi hape mahal itu ke Rika.
"Kapan mau ke mama? barengan yuk. Aku malu kalo kesana sendirian"
Rika asyik bermain blackberrynya sambil tiduran.

"Kapan yaa, sabtu ini aja. Jarang jarang aku mampir kalo ga pas liburan panjang ka. Tapi kalo buat nganter kamu ayok aja, Ntar minggu malam atau senen pagi pulang"
"Uuuhh baiknya. Aku jadi basah lagi ini. ngewe lagi yukkk"
"Udaahh tidur sana. Jangan telat kuliah. DAN JANGAN NGUTIL LAGI"
"Oke siapppp komandan"
Rika benar benar terlihat imut manis seperti ini, terlepas dari penampilannya yang bikin ngaceng pria.

Aku beranjak keluar kamar, menutup pintu dan bergegas kembali ke kosan Mbak Mira. Jalanan sudah mulai ramai, padahal matahari masih belum muncul. Aspal bagian tengah sudah hampir kering karena sering dilewati motor, dan pinggiran jalan masih banyak genangan air. Aku sampai di kosan mbak Mira, segera menuju kamarnya. Kubuka perlahan pintu kamar, kamar itu masih gelap. Aku kembali menutup pintu perlahan, kukunci dari dalam.

"Dari mana ris"

Degg..
----

Next update mungkin abis lebaran :konak:

Part 7
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd