Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 01 - Chapter 31
Timeline : 2009 Maret

--POV Nico--

Sedikit flashback, aku adalah seorang mahasiswa baru yang cukup kurang ajar. Bagaimana tidak, aku berani-beraninya jatuh cinta dengan kakak angkatan ku sendiri yang membimbing saat ospek kampus. Bahkan aku terpaksa ikut memperkosanya bersama teman-temanku. Aku ikut karena aku juga tidak ingin hal yang lebih buruk terjadi padanya. Semisal teman-teman ku sampai gelap mata dan membunuh nya mungkin kalau-kalau berontak. Pemikiran ku memang terlalu jauh tapi untung saja tidak terjadi hal-hal yang kutakutkan tadi.

Beberapa saat setelah kejadian itu aku sempat mencoba untuk mendekatinya dan sambutannya menurut ku cukup baik. Tapi aku masih ragu apakah ce Rency juga menyimpan perasaan padaku. Mengingat dia juga sudah punya pacar. Tapi dengan respon nya sampai-sampai dia “melayaniku” lagi dengan suka rela di gudang perpus membuatku bimbang dan akhirnya menghilang beberapa saat darinya. Aku bingung antara ce Rency punya perasaan juga kepadaku, atau hanya main-main denganku karena aku juga mendengar desas desus kalau ce Rency itu “bisa” diajak buat begituan.

Tapi lama-lama aku juga tak kuasa menahan perasaanku padanya yang akhirnya kuberanikan diri untuk menghubunginya lagi dan menyatakan perasaanku padanya. Tak kusangka dia menerimaku. Walau dengan beberapa syarat aku pun menyetujuinya. Yang penting aku bisa bersamanya. Terlalu naif memang karena perasaan yang sudah tak bisa kubendung lagi. Akhirnya aku dan ce Rency berpacaran sejak itu. Walau mungkin aku adalah orang kedua di hatinya. Tapi aku akan berjuang sampai sepenuh hatinya bisa kumiliki.

Akhir-akhir ini aku memperhatikan ce Rency sering menghilang saat jam makan siang entah kemana. Baru ketemu lagi sekitar jam 2 kalau di kampus dan dia juga nampak kelelahan. Saat ku tanya dia tak mau menjawabnya. Terkadang aku juga melihatnya berantakan sekali tak seperti biasanya. Selalu ada pertanyaan dalam diriku, kemana ini ce Rency kalau jam makan siang. Bisa dihitung dengan jari aku bisa melihatnya di area kampus kalau sekitar jam 12 sampai jam 2. Aku juga melihat beberapa memar di tubuhnya saat berhubungan denganku terutama area payudaranya dan juga bau badannya terkadang berbeda dari biasanya. Tapi aku tak berani bertanya lebih lanjut lagi. Takut kalau dia marah kepadaku dan aku jadi tak bisa menemuinya lagi.

Hari sabtu ini aku berencana mengajaknya ke rumahku untuk mengenalkannya kepada keluargaku. Mumpung papa dan mama ku juga sedang di rumah Surabaya untuk urusan bisnisnya. Karena biasanya mereka berdua tinggal di Singapore atau tidak di Kuala Lumpur. Hanya beberapa waktu saja datang ke rumah Surabaya. Aku juga dirumah hanya dengan kakak ku (ko Rico) dan beberapa pembantu. Ce Rency pun juga mau ternyata untuk kuajak kerumahku. Dan sampailah di hari aku mengajaknya ke rumahku. Siang itu aku menjemputnya di kampus karena ce Rency tak mau ku jemput di rumahnya.

Nico : “ce...makasih ya mau aku ajakin kerumah.”
Rency : “iya gak apa-apa sayang. Aku juga pengen ketemu keluargamu kok. Tapi pakaianku sopan kan?” aku melihatnya hari ini memakai kaos hi-neck dengan outer cardigan dan celana jeans. Walau belahan dadanya tak terbuka seperti biasanya tapi karena payudaranya yang cukup besar sangat-sangat menonjol dari balik kaosnya.
Nico : “emmm gak usah formal-formal sih ce. Aku suka kamu yang apa adanya.”

Rency : “suka apa adanya atau suka gak pake apa-apa?hehe”
Nico : “duh cece nih, bikin aku mimisan aja bayanginnya.”
Rency : “jangan cuma dibayangin dong.”
Sepanjang jalan ce Rency mencoba menggodaku dan akhirnya kami sampai di rumah.

Sekarang aku malah yang grogi mengenalkan ce Rency ke keluargaku. Aku harus bilang apa ke mama dan papa. Tentang ce Rency yang usianya lebih tua daripadaku. Karena biasa nya laki-laki yang lebih tua daripada perempuannya.
Nico : “yuk ce masuk kerumahku yang sederhana ini.”
Rency : “dih merendah, rumah luas kayak gini dibilang sederhana. Jangan panggil cece nanti ya didepan orangtuamu.”
Nico : “terus apa dong?”
Rency : “panggil sayang aja.hihi”
Nico : “hmm belum biasa hehe. Ok deh sayang.”
Rency : “nah gitu dong kan cakep...mmmuah...” Rency mengecup pipi ku dan otomatis tiba-tiba penis ku tegang sendiri. Mungkin karena sedari tadi ce Rency menggodaku di jalan.

Akhirnya kami turun dari mobil dan masuk kerumah. Didalam ruang tamu sudah ada papa ku yang sibuk mengurus beberapa paper kerjaannya.
Nico : “papa...kenalin dulu nih pa. Aku bawa seseorang”
Papa Nico : “oh Nic….jadi ini pacar barumu? Sini-sini masuk.” papa langsung berdiri dan mempersilahkan Rency masuk. Aku yang jadi makin grogi sekarang karena baru pertama ini aku membawa seorang cewek kerumah.
Rency : “Rency om...” ce Rency pun menjabat tangan papa ku untuk perkenalan diri.
Papa Nico : “panggil aja om Chen ya. Cantik juga pilihanmu Nic.”
Rency : “makasih om. si om bisa aja.hehe”

Papa Nico : “Ma….Maa….Nico pulang bawa cewe nih...sini dulu….” papa berteriak memanggil mama dan akhirnya mma keluar menyambut kami.
Mama Nico : “oh ini ya pacarnya Nico.”
Rency : “iya tante...salam kenal...Rency.”
Mama Nico : “panggil aja tante Mery ya...”
Rency : “iya tante...”

Aku lebih banyak diam karena grogi dan reaksi papa dan mama yang begitu tak kuduga sebelumnya. Karena baru kali ini aku membawa pulang pacarku dan mengenalkannya ke mereka.
Mama Nico : “anggap rumah sendiri ya Ren...jangan sungkan-sungkan. Tante mau balik dulu ke ruang kerja. Yuk pa jangan ganggu Nico.” mama menyeret papa masuk ke ruang kerja mereka.
Papa Nico : “eh iya ma...bentar jangan di tarik dong...papa berberes dulu ini berkas-berkas di meja.”
Dan akhirnya papa dan mama pergi ke ruang kerja mereka.

Rency : “papa mama kamu welcome juga ya Nic.”
Nico : “iya ce...tapi kakak ku belum balik kayaknya. Nanti ku kenalin.”
Rency : “ok terus kita ngapain nih?hihi”
Nico : “hmm...ke kamar aku gimana?”
Rency : “ih ngajak ke kamar ni udahan?”
Nico : “ya daripada disini ngapain juga ce. Mending nonton film di kamar. Yuk.”
Rency : “yuk...”

Akhirnya aku dan ce Rency pergi ke kamar ku di lantai 2.
Rency : “wah kamar kamu luas juga ya Nic. ada drum set nya juga didalam. Keren. Aku baru tau kamu bisa main drum.”
Nico : “iya dong.”
Rency : “gak berisik nih kamu main drum di kamar gini?”
Nico : “berisik juga gak apa-apa ce. Soalnya dirumah biasanya cuma aku sama kakak ku aja. Papa sama mama juga biasanya jarang banget dirumah sini.”

Rency : “oh mereka kemana? Kesepian dong kamu?”
Nico : “ya papa sama mama juga ada rumah di KL sama singapore. Mereka juga lebih sering ngurusin bisnis daripada anaknya. Eh ya feel free ya disini ce. Anggap rumah sendiri.”
Rency : “iya nico sayang..eh y toilet dimana ya?”
Nico : “situ ce pintu sebelah kiri.”
Rency : “ok Nico aku ke toilet dulu ya. Kebelet pipis dari tadi nih.”

Akhirnya ce Rency ke kamar mandi dan aku menyiapkan camilan dan minuman dari dapur bawah. Aku membuat roti bakar dan mengambil softdrink di kulkas untuk menemani kami nonton film di kamar. Sekembalinya aku ke kamar, ce Rency sudah didepan DVD player ku sambil memilih-milih film.
Rency : “eh nic mau nonton apa nih? Aku bingung.”
Nico : “hmm...nonton apa aja bebas ce.”

Rency : “tapi aku nemu ini Nic. haha” ce Rency menunjukkan box film jav ku yang aku sembunyikan di laci paling bawah.
Nico : “eh eh jangan yang itu ce….duh ketauan...jadi malu aku...”
Rency : “hmmm menarik juga genre nya...kebanyakan Incest mother and son, terus milf, rape...haha lucu-lucu...ih kamu emang sukanya sama yang lebih tua ya?”
Nico : “duh ketahuan. Sudah sudah ce kita nonton yang normal-normal aja yuk. Ini aku buatin roti bakar.”

Rency : “iih jawab dulu dong sayang. Kamu pernah ya mikir mau have sex sama mama kamu sendiri?”
Nico : “enggak lah ce. Cuma kadang seru aja ada ceritanya.”
Rency : “hmm beneran? Tapi kok itu tegang?” tiba-tiba ce Rency mengelus penisku yang memang sedari tadi sudah tegang gara-gara dia menggodaku sepanjang jalan.
Nico : “duh ce...ada papa sama mama dibawah nih….”
Rency : “biarin...yang penting aku mau puasin kamu sekarang.”

Ce Rency kemudian jongkok didepanku dan membuka celanaku, lalu dia mengulum penisku yang sudah tegang.
Nico : “ce...stop ce...ada mama sama papa.”
Rency : “sssttt...mangkanya jangan bersuara keras-keras...hihi….mmmhhh...” ce Rency melanjutkan mengulum penisku. Aku yang sudah tak kuat lagi menahan nafsuku akhirnya menjambak rambutnya dan memaju mundurkan penisku yang sedang dikulumnya. Tak lama kemudian ce Rency berdiri dan melepas pakaiannya satu persatu dan aku pun demikian sampai akhirnya kami berdua sudah bugil di kamar ku ini dan ce Rency memasangkan kondom di penisku.

Aku mendorong ce Rency kearah kasur dan lanjut menciumi tubuhnya. Aku juga melihat masih banyak memar-memar di area sekitar payudaranya. Tapi karena nafsuku sudah memuncak, aku pun tak memperdulikannya.
Rency : “mmmhhh...nic….mmmhhh...”sekarang malah ce Rency yang tak bisa memelankan suaranya. Aku yang sudah tak sabar lagi langsung buru-buru melakukan penetrasi.
Rency : “achh...ohhh...nic..mmmhh...terus nic...mmmhhh” aku menyetubuhi ce Rency dengan posisi misionaris dan ce Rency kembali mendesah-desah. Agar desahannya tak terlalu kencang maka aku mencoba tak melepaskan ciumanku di bibirnya. Walau begitu bunyi derit dari kasurku yang bergoyang tetap terdengar.
Rency : “achh...achh...nic...achh...aku keluar...achhh…” tak sampai 1 menit aku menggenjot ce Rency, dia sudah mencapai orgasmenya terlebih dahulu. Aku membiarkan penisku tetap menancap didalam vaginanya saat dia mengejan-ngejan. Rasanya seperti diremas-remas tapi aku masih bisa menahan agar tak cepat-cepat ejakulasi. Ce Rency mengejan hebat sampai meremas-remas kasurku. Aku pun tak tinggal diam dan kembali mempermainkan payudaranya yang bergoyang-goyang menggoda ini ku remas dan ku hisap bergantian kanan dan kiri.

Setelah ce Rency kembali tenang sekiaran 2 menit aku kembali menghujamkan penis ku kencang-kencang.
Rency : “acchh...ackk..ackk...mmmh..mmhhh...mmmhhh...” kembali aku menciumnya agar tak mendesah hebat.
Tiba-tiba pintu kamar ku terbuka….
Ko Rico : “Nic...loe liat cd game gw kagak? Eh...sory-sory” lalu buru-buru dia menutupnya kembali. Ternyata kakak ku (Rico) membuka pintu kamar ku yang lupa aku kunci dari tadi. Aku dan ce Rency kepalang malu ketahuan ko Rico akhirnya hanya bisa terdiam sejenak.
Rency : “eh….Nic...belu kamu kunci pintunya?”

Nico : “belum ce...maaf ya...aku kunci dulu.” lalu aku beranjak ke pintu dan menguncinya. Ce Rency sudah terduduk dan menutup tubuhnya dengan selimut.
Rency : “iiih...malu aku Nic ketauan...tadi siapa?”
Nico : “itu kakak ku ce...Rico namanya.”
Rency : “oh...duh gimana ini?”
Nico : “ya gak gimana-gimana ce. Aku juga bingung. Nanti aku coba ngomong sama ko Rico biar gak lapor ke mama dan papa ya.” aku sendiri juga bingung dengan situasi barusan.
Nico : “maaf ya ce...”
Rency : “ya sudah gak apa-apa. Tapi kasihan kamu belum keluar Nic. tapi kok sudah letoy. Hihihi lucu deh”
Nico : “iya ce...abis ketahuan barusan jadi mood ku ilang nih.”

Tiba-tiba ce Rency melepas kondom yang masih terpasang di penis ku lalu mengulumnya.
Rency : “sini aku kulum lagi biar tegang.”
Nico : “ah...ce...” dan benar saja tak sampai 5 menit ce Rency mengulum penisku kembali tegang. Aku pun kemudian menyudahi nya dan mengambil kondom yang aku simpan di dalam lemari pakaianku lalu memasangnya sendiri. Ce Rency yang menungguku di atas kasur tiba-tiba berdiri dan berjalan kearah pintu kaca menuju balkon kamarku dan kemudian menungging.
Rency : “sini nico sayang….achhhss….” aku pun tak menyia-nyiakan kesempatan karena sudah nafsu kembali. Aku segera menggenjot ce Rency dari belakang dengan posisi standing doggy style. Aku yang kepalang tanggung pun tak bisa lagi menahan nafsuku. Karena aku menggenjotnya cukup kencang rasanya sampai pintu kaca kamar ku bergetar. Ce Rency yang mendesah semakin kencang pun terpaksa ku tutup mulutnya dengan tangan kiri ku, sedangkan tangan kananku masih sibuk meremas payudara kanan nya dari belakang.

Sekitar 15 menit kemudian aku mencabut penisku yang sedari tadi menggenjot ce Rency dan dia pun kaget.
Rency : "achs...kok di cabut yank"
Nico : "sini ce...kamu goyang aku di atas sini"aku mengajak ce Rency kembali ke atas kasur dan mengajaknya posisi woman on top. Ce Rency yang faham pun langsung menduduki penis ku dan mulai menggoyangnya diatasku.
Rency : "oh...nic...enak nic...mentok rasanya...oh.." aku pun tak tinggal diam dan meremas remas kedua payudaranya.
Nico : "iya ce...enak begini ce...tapi ini payudaramu memar kenapa ce? Gak sakit kuremas gini ce?"

Rency : "ochs...enggak nic...och...enak...ochhs…"
Nico : "oh cee...aku mau keluar…" aku merasakan sudah tak kuat lagi menahan dan kupegang pinggul nya erat-erat sambil kuangkat kuat-kuat pinggulku agar penetrasi lebih dalam lagi lalu ku semburkan spermaku.
Rency : "achh...nic….achhh….achhhhs...stoppp….kondom mu...achh pecah rasanya...acchhss" ce Rency mencoba menarik tubuhnya yang kupegang erat-erat karena dia merasakan spermaku menyembur terlalu kencang sampai-sampai kondom nya tak mampu menahan.
Rency : "achss...nic...sudah...lepas...achhss...spermamu masuk ke rahimku...achhhs" sekitar 1 menit kutahan dan akhirnya kulepaskan ce Rency. Aku dan ce Rency yang masih kelelahan hanya bisa terbaring berdampingan di kasur sekarang. Aku melihat kondom yang kugunakan tadi menyangkut di vagina ce Rency. Melihat hal itu aku menariknya dan benar saja ternyata pecah.

Rency : "kamu ganas banget sih yank barusan"
Nico : "habisnya ce Rency nafsuin sih...kan aku jadi gak tahan…"
Rency : "iya tapi lain kali di tahan ya yank biar lebih lama dan jangan sampai masuk ke dalam lagi."
Nico : "iya ce...tapi kalau kamu sampai hamil, aku tanggung jawab kok."
Rency : "sudah sudah, pikir kuliah mu dulu cepetan kelarin ya yank"
Nico : "iya ce Rency ku sayang."akhirnya kami yang masih telanjang bulat pun beristirahat di atas kasur.

Nico : "hmm….ce...mau nanya dong"
Rency :"apa ni?"
Nico : "itu aku lihat, payudaramu memar memar kenapa ce?" Ce Rency pun sempat terdiam sebelum menjawab.
Rency : "hmm...rahasia...hihi...emang kenapa?"
Nico : "ya gak apa-apa, cuma aku khawatir aja ada yang jahatin kamu."

Rency :"oh...so sweet...tapi gak usah dipikirin ya"
Nico : "gak bisa ce...tetap kepikiran aku, ada yang kasarin kamu tah?"
Rency :"enggak kok sayang, gak ada...mmmuah." tiba-tiba ce Rency menciumku agar aku diam tak banyak bertanya lagi dan akhirnya kami mengobrol tentang hal lain, seperti hobi ku dan hobi nya ce Rency, terus asal usul keluargaku, bahkan membahas kamar mandi ku yang ukurannya sekamar ce Rency dirumahnya. Kata ce Rency, kamarku ini ukurannya 4x dari kamar nya.

Karena keasikan ngobrol tak terasa sudah sore dan aku harus mengantar kembali ce Rency pulang, aku menawarkan untuk mengantarnya langsung kerumahnya tapi dia menolak. Akhirnya aku mengantarnya kembali ke kampus saja. Dan kemudian aku pulang kembali. Sesampai nya aku dirumah, aku langsung mencari kakak ku di kamarnya.
Nico : tok tok tok…"ko ada dikamar?"
Rico : "eh iya nic ada apa?sebentar."
Kemudiam ko Rico membuka kamarnya dan aku membahas hal yang tadi.
Nico : "ko jangan bilang sama papa dan mama ya yang tadi."
Rico : "oh masalah itu, tenang aja, koko juga pernah muda kayak kamu Nic, santai saja. Haha...lagian papa sama mama ada di ruang kerja juga gak bakal denger. Tapi lain kali jangan kenceng-kenceng ya. Kalau dari kamar ku masih kedengeran soalnya."

Nico : "eh masa?maaf ya ko."
Rico : "iya sudah, lain kali jangan kenceng-kenceng aja. Sama main aman ya. Jangan sampai kamu ada skandal yang bikin malu keluarga."
Nico : "eh iya kok ko itu aku faham, tuh aku sudah beli kondom 1 dus di lemari."
Rico : "dasar anak muda. Itu pacarmu anak mana?"
Nico : "se kampus kok ko. Kakak pembimbing ospek ku sebenernya."
Rico : "hah, jadi dia lebih tua?"

Nico : "iya ko."
Rico : "pantesan udah mateng ya. Hahaha"
Nico : "eits...jangan macem-macem ko. Ini punya ku jangan direbut ya"
Rico : "iya iya santai."
Nico : "ya sudah kalau gitu ko, makasih ya...jangan bilang ke mama n papa pokoknya"
Rico : "beres"

Dengan perasaan tenang aku kembali ke kamarku, kakak ku memang orang yang bisa aku percaya selama ini jadi aku tak was was lagi sekarang. Aku pun mencoba menghubungi ce Rency untuk menceritakan hal barusan. Tapi entah kenapa hape nya tidak bisa ku hubungi sore ini.

-bersambung ke chapter 32-
 
The EX 01 - Chapter 32
Timeline : 2009 Maret

--POV Rency--

Sudah sebulan lebih aku selalu di ekploitasi oleh mas Pram. Tiap hari saat jam siang selalu dia memintaku untuk melayaninya. Aku sudah lelah sebenarnya menuruti mas Pram. tapi karena pacarku Tono tetap memintaku untuk melayaninya, maka aku mau tak mau menurutinya. Aku lelah melayani mas Pram karena dia terlalu kasar dan meninggalkan bekas-bekas ditubuhku. Aku tak masalah bahkan suka dengan hardcore sex seperti saat dengan mas Moko, tetapi bila meninggalkan bekas ditubuhku akan jadi pertanyaan buat orang-orang disekitarku. Aku tak masalah bilang jujur dengan Tono karena dia juga tau aku berhubungan badan dengan siapa saja, tetapi beda hal nya dengan Papa, Nico, dan Fredy.

Terkadang aku bingung harus menjawab apa ke mereka tentang memar-memar diarea payudara dan pantatku. Aku pernah meminta mas Pram untuk tidak meremas terlalu kuat dan menampar-nampar payudaraku. Tapi saat aku sendiri sudah bernafsu, aku juga melupakan hal itu. Yang kuingat hanya meraih kepuasan juga. Untungnya sekarang mas Pram mau mengenakan Kondom. Nico sempat bertanya kepadaku kenapa tubuhku ada bekas memar tapi tidak kujawab. Aku masih merahasiakan kegiatan sex ku dibelakangnya. Selain karena dia pacarku juga, aku tak mau dia kecewa kepadaku. Perasaan ku kepadanya makin hari semakin tumbuh juga.

Di sisi lain aku juga masih milik Tono, dia yang membuatku menjadi seperti sekarang ini dan dia juga mau bertanggung jawab bila ada apa-apa yang terjadi kepadaku. Meski di lain sisi terkadang dia juga menyebalkan dengan menyuruhku untuk berhubungan sex dengan orang yang tak kusuka. Tetapi dari bersamanya aku menyadari bahwa kebutuhan biologis ku yang cukup tinggi ini bisa ku puaskan dengan bebas. Sebenarnya aku juga kecewa padanya ketika dia tahu mas pram mengasari ku dan memberi bekas-bekas ditubuhku tapi dia tak marah sedikitpun malah lebih menyuruhku untuk melayani mas pram. Memang yang kurasakan setelah aku “bermain” dengan orang lain selain Tono, rasanya Tono lebih bernafsu saat bermain dengan ku. Tetapi perhatiannya terhadapku rasanya sudah semakin berkurang. Terlebih lagi sekarang dia menyuruhku untuk menggoda dosen wali ku.

Aku belum mencoba untuk menggoda dosen waliku ini karena sebagian waktuku sudah habis untuk memuaskan mas Pram di siang hari, terkadang sore berganti dengan Tono atau Nico. Dan setelah itu malam hari giliran papa yang meminta jatah. Tetapi Tono tetap mendesak ku untuk menggodanya. Aku tak ingin punya masalah juga sebenarnya dengan istrinya (bu Dewi) atasan ku di perpus. Tetapi disisi lain aku juga sedikit excited dengan ini sebenarnya entah karena memang diriku sendiri yang sudah tak bisa mengontrol nafsuku, atau Tono yang sudah mengendalikanku.

Kemarin Nico mengajakku kerumahnya dan ternyata keluarganya welcome kepadaku. Tidak seperti hubungan ku dengan Tono yang terkendala perbedaan iman dan orang tuanya cenderung tidak menyukaiku. Tetapi aku dan Nico melakukan sebuah kesalahan. Nico lupa mengunci pintu saat kami berhubungan kemarin sehingga kakaknya sempat memergoki kami berdua saat itu. Untungnya Nico mengabariku kalau situasi aman dan terkendali. Tak ada masalah di keluarganya karena kejadian kemarin. Aku pun malu sebenarnya bila bertamu lagi kesana karena kejadian itu. Tapi Nico punya hak untuk mengajakku kesana. Di samping itu, kakak nya Nico (Rico) cukup tampan dan membuatku tergoda sebenarnya. Saat aku menceritakan kejadian kemarin ke Tono, Tono pun excited agar aku menggoda ko Rico. dan saat membayangkan hal itu aku pun jadi semakin bernafsu saat sedang berhubungan dengan Tono kemarin sore.

Sedikit ada rasa bersalahku pada mereka berdua (Tono dan Nico) kemarin. Tono harus menikmatiku tubuhku yang sudah dijamah oleh Nico terlebih dahulu. Sedangkan untuk Nico, aku harus menghilang sore itu tak membalas telp dan sms nya karena aku haru melayani Tono. aku memang tak sempat untuk membalas sms dan telp nya karena semalaman Tono mengajakku menginap di hotel. Bahkan aku sampai bilang ke orang tuaku kalau aku menginap di kost Felice untuk mengerjakan tugas. Dan memang juga sedang weekend jadi tak masalah bila aku sedikit berbohong. Aku baru kembali pulang kerumah jam 9 pagi hari ini. Aku pun melewatkan jam ibadah pagi ku yang seharusnya jam 6. Setelah sampai dirumah, aku pun langsung menuju kamarku dan menghubungi Nico. Kasihan dia tak aku gubris sore kemarin. Dirumahku saat ini ada papa, mama, dan juga bude.

Rency : “Nico sayang…..maaf ya baru balas sms nya...” dan tak lama kemudian dia menjawabnya dengan singkat.
Nico : “iya...” mungkin dia marah kepadaku karena memang dia menelpon ku berkali-kali kemarin malam tak aku angkat.
Rency : “duuh marah ya...maafin ya sayang...”
Nico : “iya...kemarin darimana aja sih ce..***k bisa aku hubungi.”
Rency : “hmm...rahasia.hihi”
Nico : “hmm”

Rency : “jangan marah ya...”
Nico : “iya”
Rency : “ngambek nih ceritanya?”
Nico : “enggak...aku cuma khawatir sama kamu ce.”
Rency : “so sweet...khawatir kenapa?”
Nico : “ya khawatir kamu kenapa-kenapa, diapa-apain orang. Kamu juga gak mau cerita kan memar-memar ditubuhmu itu kenapa.”
Rency : “iya maaf ya...jadi aku harus gimana ni yank biar kamu maafin aku” biar Nico tak bertanya yang lebih mendetail, aku akhirnya kembali meminta maaf padanya.

Nico : “ya udah deh ce aku maafin tapi...aku minta besok siang makan siang bareng aku ya. Biasanya kamu susah dicari sih ce kalau pas jam makan siang.”
Rency : “hmmm ok Nic...asal jangan marah lagi ya. Besok aku temani kalau kerjaanku gak lagi banyak di perpus. Hehe”
Nico : “ya sudah aku gak marah lagi kok. Love u ce.”
Rency : “love u too Nic.”

Tiba-tiba bude masuk ke kamarku.
Bude : “nduk mau ikut gak jalan-jalan? Bude sama mama mau belanja bulanan.”
Rency : “enggak bude. Masih capek nih baru pulang semalem ngerjain tugas sampai pagi bude belum tidur aku.”
Bude : “oh ya sudah. Mau titip apa?”
Rency : “enggak titip apa-apa bude. Nanti belanja sama papa juga?”

Bude : “enggak nanti naik taksi bude sama mama mu aja.”
Rency : “loh papa kan dirumah bude kenapa gak di anter papa?”
Bude : “gak tau itu papa mu gak enak badan katanya masuk angin itu.”
Rency : “oh ya udah bude. Nanti papa aku yang rawat kalau butuh apa-apa”
Bude : “ya sudah bude berangkat dulu ya nduk.”

Aku keluar kamar dan melihat bude dan mama masih prepare lalu aku melihat papa sedang terbaring di kamar.
Rency : “mau aku kerokin pa?”
Papa : “boleh nduk.”
Akhirnya aku mengambil balsam dan koin untuk kerokin papa yang sedang masuk angin nampaknyanya dan mulai kerokin punggung papa.
Mama : “nduk, pa, aku berangkat belanja dulu.”
Rency : “iya ma” aku pun mengantar mama dan bude keluar dulu sekalian mengunci pintu gerbang. Setelah menutup gerbang aku kembali ke dalam kamar papa dan kembali ngerokin papa.

Papa : “mama sama bude udah berangkat nduk?”
Rency : “sudah pa...sini lanjut aku kerokin.” karena papa sedang masuk angin jadi ac kamar tak dinyalakan oleh papa jadi kamar papa serasa panas, ditambah lagi dengan balsam yang aku oleskan di punggung papa. Aku yang hanya mengenakan tanktop dan hotpants seperti biasa dirumah mulai berkeringat juga akhirnya.
Rency : “sudah enakan belum pa?” aku melihat papa bersendawa daritadi saat ku kerokin.
Papa : “belum nduk. Pijitin papa ya.”

Rency : “iya pa.” dan aku pun mulai memijit papa. Tapi aku melihat tonjolan di celana papa dan keisengan ku dimulai. Ku urut tonjolan di balik celananya.
Rency : “duh sakit-sakit kok tegang pa.”
Papa : “iya nih kamu mainin malah makin tegang.”
Rency : “tapi panas gak pa? Kan tangan ku ada sisa balsem nya.”
Papa : “ah enggak seberapa panas kok nduk. Terusin aja.” dan aku pun melanjutkan mengurut penis papa yang sudah tegang tapi tak mungkin aku kulum karena rasanya pasti aneh bercampur dengan balsam yang tersisa di tanganku.

Mungkin papa sudah mulai gemas dan tak bisa menahan lagi melihat payudaraku yang berkeringat bergoyang-goyang dihadapannya karena gerakan tangan ku yang mengocok penis papa, tangan papa mulai menjamah area payudaraku.
Rency : “papa tangannya mulai nakal nih.”
Papa : “kamu duluan yang nakal nduk itu ngurut penis papa. Lagian putingmu kelihatan mencuat tegang itu lho”
Rency : “aw….iihh papa...” papa mencubit putingku dari balik tanktop yang kukenakan.
Papa : “ngomong-ngomong gimana mens mu, sudah mulai lancar lagi nduk?”
Rency : “mmhh...belum pa...masih sering telat nih..mmh...tapi...kata dokter kistanya sudah mulai mengecil pa...mmhh...jadi gak perlu sampai operasi...” aku menahan desahanku karena papa masih memainkan payudaraku. Tiba-tiba papa sudah menurunkan tantopku dan memainkan payudaraku langsung.
Papa : “kalau gitu papa masih boleh nih gak pakai kondom dulu...” papa mendorongku sampai aku telentang di kasurnya.

Rency : “aw..pa..stop...ya pakai dong pa...nanti kalau jadi gimana? Aw..” papa yang sudah bernafsu menerkamku.
Papa : “kenapa nduk? Sakit ya?”
Rency : “iya pa” karena papa mulai menghisap puting ku dan meremas tepat di area yang memar.
Papa : “ini memar kenapa kamu?”
Rency : “nggg..***k apa-apa pa...” aku bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin aku bilang kalau aku sering having sex dan dikasari oleh office boy kampusku.
Papa : “Tono ya yang bikin kamu memar gini?” karena keluargaku hanya tau Tono yang menjadi pacarku saat ini dan aku juga tak tau harus menjawab apa, akhirnya aku hanya mengangguk saja mengiyakan pertanyaan papa.
Papa : “Tono juga gemas mungkin ya sama kamu nduk.”
Rency : “oh..paa...” papa kembali menghisap payudaraku dan mulai melepaskan hotpantsku.

Rency : “pa...pasang kondom dulu ya….achhkkk...” tiba-tiba papa sudah memasukkan penisnya didalam vaginaku dan mulai mengenjotku dengan posisi misionaris.
Rency : “ackk..ahch...pa..ackk...panas pa...acchh...penis papa...achh...ada bekas balsam nya….achhh”
Papa : “sudah nikmatin aja nduk..***k panas kok..lagian cuma balsam hijau…”
Rency : “ochh...tapi..paa...occhh...” lama-lama aku menerima dengan pasrah sudah rasa agak panas yang menggesek dinding vaginaku. Suasana kamar yang panas pun menambah sensasi tersendiri membuatku dan papa penuh dengan keringat. Papa yang gemas dengan ekspresi keenakanku mulai mencium bibirku dan memasukkan lidahnya.
Rency : “ochh...ochh...hmmmhh...mmhhh...cup...mmhh...ooch..”

Papa : “nduk...tubuhmu makin lama...makin jadi ya...makin enak nduk rasanya...”
Rency : “ochh...pa...ochh...”
Papa : “Kamu sudah berhubungan badan sama Tono juga kan?”
Rency : “och...iya...pa...ochh...”

Papa : “duh anak papa makin nakal...” mendengar pengakuanku, rasanya genjotan papa makin kencang sampai-sampai aku kelojotan dan akhirnya mencapai orgasmeku yang pertama. Tetapi papa tetap menggenjotku dengan kencang.
Rency : “och...pa...stop...paa….aku...och...”
Papa : “nduk...papa juga rasanya sudah gak bisa nahan...bodymu terlalu menggoda ndukk...”
Rency : “ochh...pa...jangan...och...tahan pa...ochh” rasanya aku ingin lebih lama karena papa baru menyetubuhiku kurang lebih 5 menitan dan juga papa tidak mengenakan kondom saat ini.
Papa : “nduk...papa sudah gak tahan...2 mingguan papa nahan...”

Aku langsung panik mendengar hal ini. Karena sperma papa yang paling kental diantara pria-pria yang pernah menyetubuhiku. Dan sekarang kista ovarium ku juga sudah mulai mengecil.
Rency : “ahhh..paa...tahan dulu...achh...pa...aku masih pengen digoyang dulu...achh...” akupun beralasan agar papa dapat menahan lebih lama dan aku bisa melepaskan diri darinya. Tapi gesture tubuhku berkata lain. Kaki ku malah aku kaitkan ke pinggang papa agar tak bisa lepas.
Papa : “ndukk...papa sudah gak tahan..arggh,...”
“Sroot...srotttt...srootttttt..sroottt..”
Rency : “achh...pa….achh...jangan dikeluarin...achh semua didalam...acchhh...achh” aku merasakan semburan panas bertubi-tubi mengalir didalam vaginaku sampai memenuhi rahimku rasanya.
Rency : “acchh pa...nanti...achh..kalau jadi...gimana...acchh” papa tak menghiraukan ucapanku dan masih memelukku sambil terus memompakan spermanya kuat-kuat didalam.

Setelah papa puas memompakan semua sperma nya, langsung tergeletak disebelahku. "Tumben kali ini papa tidak tahan lama, apa karena sedang sakit ya" pikirku.
Papa : "maaf nduk papa gak bisa nahan"
Rency : "iya pa." Kemudian aku mengelap sperma papa yang berceceran di sekitaran selangkangan ku dan ku segera mandi. Didalam kamar mandi ku korek-korek vaginaku dan ku tekan perut bawahku untuk mengeluarkan sperma papa dari dalam. "duh papa nih. Spermanya kentel banget. Mana banyak lagi." Akupun mandi dan membersihkan badan ku cukup lama karena hal ini.

Sekarang rasanya papa ikut-ikutan gak mau pakai kondom setelah tau aku punya kista ovarium. Yang masih mau pakai kondom dengan benar cuma Tono. Nico mau sih tapi keseringan pecah mungkin karena kegedean. Meski kata dokter kemungkinan untuk hamil sangat kecil tapi tetap saja ada kemungkinan untuk hal itu.

Cukup lama aku dikamar mandi membersihkan tubuhku dan aku kembali ke kamar papa untuk mengecek papa. Ternyata papa benar-benar sedang sakit dan badannya panas. Maka ku bangunkan untuk memberinya obat. Kemungkinan papa terkena flue seperti biasanya.
Rency : “pa...minum obat dulu sini.”
Papa : “iya nduk terimakasih.” obatnya memiliki efek samping bikin papa jadi tertidur seharian. Akhirnya aku bisa istirahat lagi hari ini. Kuputuskan untuk menelpon Tono.

Rency : “yank...gi apa?”
Tono : “oh iya yank...baru bangun ini aku.”
Rency : “hmm...tidur mulu nih...”
Tono : “iya kan semalem melekan sama kamu...hehe...kamu kok gak istirahat? Tumben? Gak capek?”
Rency : “capek sih...cuma ini gak ada yang jaga rumah yank. Bude sama mama belanja.”
Tono : “wah dirumah berdua sama papa? Kamu gak ngapa-ngapain gitu?”

Rency : “sudah...barusan aja diapa-apain sama papa. Lagi sakit masih aja bisa ngajakin begituan.”
Tono : “wah seru nih...gimana ceritanya?”
Rency : “ya gitu yank aku kerokin terus ngajakin have sex. Tapi gara-gara sakit kali ya cuma sebentar.”
Tono : ”hmmm...jadi minta yang lama ya?haha”
Rency : “nggak juga sih yank tapi kalau sebentar itu nanggung rasanya.”
Tono : “oh gitu. Mau aku kesana sekarang kah?”
Rency : “gak usah yank. Kamu kan capek sudah temani aku semalaman. Besok aja ya anter jemput kayak biasanya.”
Tono : “oh ok yank kalau gitu. Btw kamu belum berani kah godain dosen mu?”

Rency : “belum yank. Belum ada kesempatan juga. Waktuku di kampus sekarang sering kesita gara-gara harus melayani mas pram. Capek aku sebenernya yank.” akhirnya aku curhat juga ke Tono karena lama-lama aku juga sudah jengah dengan mas pram.
Tono : “hmm...kenapa yank? Bukannya seru ya pas main. Hehe pernah sampe nginep kost nya juga kan kemarin-kemarin?”
Rency : “iya sih tapi dia (mas pram) selalu ninggalin bekas memar gara-gara ngeremes nya kekencengan yank. Bukan masalah sakitnya...tapi...aku gak bisa jawab apa-apa nih kalau ada yang tanya?”
Tono : “emang siapa yang nanya?”

Rency : “ya hampir semua yank. Kayak papa, Nico, Fredy. Aku juga jadi gak bisa pakai baju yang lebih terbuka gara-gara ini”
Tono : ”hmm...iya sih. Tapi kalau kamu sudahi begitu aja bisa bahaya lho. Kalau dia berbuat lebih nekat aku takutnya kamu sampai diperkosa lagi. Sekarang bukannya dia sudah mulai nurut ya kamu suruh pakai kondom.”
Rency : “iya yank...terus gimana dong yank?”
Tono : “ya sudah gini. Aku minta tolong Fredy bantu awasin kamu selama kamu di kampus dan coba kamu besok hindari mas pram aja. Sebisa mungkin jangan sampai kamu ketemu dia di kampus. Dengan gitu kamu bisa alasan kalau lagi gak ngampus.”

Rency : “emang bisa gitu yank?kan aku harus kerja juga di perpus.”
Tono : “ya susah sih tapi coba dulu aja. Kalau ketemu ya pura-pura sibuk aja coba. Kan dia sudah mulai nurut tuh sama kamu.”
Rency : “ya sudah aku coba dulu ya yank besok. Tapi besok jangan telat jemput aku lho.”
Tono : “iya iya aku jemput on time besok”

--hari-hari selanjutnya--
Akhirnya ku ikuti saran Tono untuk mulai menghindari mas Pram. aku sedikit lega karena pacarku Tono ini tidak lagi memaksaku untuk melayani mas pram. Aku juga sudah lelah untuk melayani orang seperti mas pram. Walaupun disisi lain terkadang aku juga menikmati sensasinya.

Hari pertama aku mencoba menghindarinya dan sukses, senin siang ini aku tak harus melayaninya. Aku bisa menghindari untuk bertemu dengannya walau harus memohon dengan Fredy dan Dony untuk tukar tempat jaga di perpus. Tetapi dengan tidak bertemu langsung dengan mas pram, dia tidak bisa memaksaku untuk melayaninya. Tas ku yang biasanya aku taruh loker pun sekarang aku titip di mobil Fredy. Aku lebih ikhlas kalau pun Fredy minta “jatah”, tapi ternyata Fredy tak seburuk itu. Fredy tak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.

Cara ini sukses sampai di hari ke 4. Di hari ke 4 minggu ini (kamis) akhirnya aku bertemu dengan mas Pram dan seperti biasa dia mengajakku untuk ke kost nya. Tetapi aku masih beruntung hari ini karena hari ini aku menstruasi. Aku menunjukkan ke mas pram kalau hari ini aku sedang tidak bisa melayaninya dan sebagai gantinya dia tetap memaksaku untuk memuaskannya hari ini dengan blowjob. Aku pun menurutinya dan melayaninya di ruang janitor. Begitu pula dengan hari berikutnya. Aku pikir dengan cara begini cukup aman untuk menghindarinya sementara.

Minggu depannya lagi aku sukses kembali menghindari mas pram dan saat bertemu pun dia tak memaksaku untuk melayaninya lagi. Entah mungkin saat itu Fredy menemaniku jaga atau mas pram masih menganggap kalau aku masih menstruasi. Aku lega akhirnya, mungkin aku tak harus melayaninya lagi. Memar-memar di tubuhku pun sudah menghilang, jadi aku bisa berpakaian lebih terbuka lagi. Aku juga jadi bisa memuaskan keinginan Tono lagi yang ingin aku lebih “terbuka”.

Tetapi itu semua tak berlangsung lama. Sampai ada sebuah kejadian yang menimpaku kembali. Hari sabtu di minggu itu, setelah 2 minggu aku berusaha menghindari mas pram. Dia bersama teman-temannya yang berjumlah 6 orang menculikku dan membawaku ke sebuah villa di daerah Pandaan. Aku di sekap disana selama 3 hari sebelum akhirnya Tono dan Fredy menemukanku dan berhasil membebaskanku dari mereka.

--bersambung ke chapter 33--
 
The EX 01 - Chapter 33
Timeline : 2009 Maret

--POV Tono--
--Jumat sebelum penculikan Rency--


Beberapa hari lalu Rency curhat kepadaku masalah dia mulai keberatan buat "melayani" mas pram. Karena memang setelah Rency sering "bermain" dengan mas pram jadi tidak bisa lagi exib karena harus berpakaian lebih tertutup. Gara-gara mas pram selalu meninggalkan jejak memar di tubuh Rency. Aku tak bisa membayangkan bagaimana hubungan sex mereka berdua sampai-sampai meninggalkan memar seperti itu. Padahal aku mengharapkan kalau Rency sering exib, mungkin ada kejadian seru lagi yang tak terduga. Seperti diperkosa orang lagi.

Di sisi lain, aku juga mengharapkan Rency bisa sex active. Tiada hari tanpa berhubungan sex. Aku suka bila dia semakin nakal. Tapi juga tak rela bila dia "bermain" tiap hari dengan Nico atau Fredy. Karena aku juga tak mau bila Rency sampai main hati. Cuma dengan mas Pram yang aku tahu bukan type pria yang disuka Rency lah yang membuatku tenang.

Aroma tubuh Rency setelah disetubuhi orang lain itu rasanya membangkitkan nafsuku sendiri. Mungkin ada kelainan dalam diriku. Rasanya seru bila menyetubuhi Rency yang sudah "kotor". Terkadang aku juga membayangkan, bagaimana ya bila Rency kusetubuhi saat sedang hamil. Apalagi kalau Rency sampai hamil dengan papanya. Tapi aku tak cukup bernyali untuk menghamili Rency. Karena aku masih ingat perbedaan kami. Nanti bisa-bisa aku disuruh untuk pindah agama ikut Rency karena harus bertanggung jawab.

Tapi dengan permintaan Rency sekarang untuk menyudahi permainannya dengan mas pram maka aku mau tak mau akhirnya memberinya saran untuk menjauhinya beberapa saat. Walau tak secara explicit aku menyuruh nya langsung untuk menyudahi dan menjauhi mas pram. Karena aku rasa cukup berbahaya juga untuk Rency. Aku masih khawatir bila Rency nanti kenapa-kenapa, bahkan mungkin mas pram nekat untuk membunuh Rency. Jadi aku juga masih memberikan saran agar Rency masih "melayani" walau sedikit demi sedikit frekuensi nya dikurangi. Rency juga cerita kalau akhir-akhir ini cuma memberi service blowjob saja di kampus.

Sampai akhirnya minggu ini Rency cerita kalau sudah tidak didekati mas Pram lagi. Bila bertemu di perpus sudah seperti dulu lagi selayaknya OB dan atasan (karena pekerjaan Rency lebih terhormat menurutku pribadi meski cuma magang). Dan juga memar-memar di tubuh Rency sudah mulai menghilang jadinya aku bisa menyuruhnya untuk berpakaian "lebih terbuka" lagi. Aku masih penasaran, siapa lagi yang akan "tidak tahan" dengan tubuh Rency. Terlebih lagi teman-teman sekelasnya juga sering menjadikan Rency sebagai object "bacolan" dan omongan jorok mereka (info dari Fredy).

Tiba-tiba ditengah lamunan ku hari ini ada telpon masuk dari Rency.
Rency : "yank...sayank….gi apa?"
Tono : "ini lagi di rumah aja yank. Mau ku jemput sekarang kah?" Saat ini aku melihat jam masih jam 3 sore.
Rency : "hehe...belum selesai jam kerja yank. Nanti aja jam 5 ya jemput aku. Ini aja aku baru mau mulai kerja lagi. Baru balik ke kampus soalnya.hehe"
Tono : "oh...dari mana aja tadi?"

Rency : "abis dari pak Robi yank nanya-nanya tentang persiapan magang keluar semester depan. Aku galau mau kemananya."
Tono : "hmm...kok lama? Istirahatmu jam 12 kan? Ini udah jam 3...hayo ngapain aja?"
Rency : "ih mau nya ngapain hayo? Hehe. Belum ngapa-ngapain kok yank. Cuma nanya aja sebaiknya aku magang kemana, antara ke pabrik atau ke kantoran."
Tono : "terus?"
Rency : "iya nilai aku di evaluasi katanya kalau mau di aplikasikan ke pabrik katanya lebih cocok yank. Tapi tau gak yank?hihihi ada yg lucu."
Tono : "apa yank?"

Rency : "hari ini kan kamu suruh aku pake baju yang sexy, aku pake kemeja terus gak pakai dalaman lagi yank itu kancingnya aku buka 3 kan. Pas konsul tadi aku buka 1 lagi pura-pura gak sengaja. Hihi"
Tono : "wow terus? Kalau kamu buka 4 kancing kan sama aja kayak kamu hampir gak ngancingin baju yank, kelihatan itu pasti underboobs mu."
Rency : "iya yank...agak grogi sih yank takut di tegur, tapi pak Robi malah curi-curi kesempatan tau. Sering jalan-jalan ngider di ruangannya pura-pura cari arsip nilaiku sambil ngintipin baju ku.hihi"

Tono : "terus?"
Rency :"ya udah cuma gitu aja sih yank. Aku juga gak berani godain terang-terangan. Masih takut aku ditegur. Tapi tadi aku konsul di lama-lamain sampe 1 jam an kira-kira"
Tono : (aku mulai berfikir, kemana 2 jam sisanya kalau begitu, apa ada yang gak diceritain Rency ke aku?apa jangan-jangan tadi jalan sama Nico. Tapi sudahlah coba pelan-pelan aku korek informasi) "hmm...lalu gimana yank?"
Rency : "katanya sebelum UAS semester ini disuruh konsul lagi"

Tono : "haha sip yank...aku bayangin itu dosen mu mupeng tadi."
Rency : "kalau mupeng terus enaknya gimana?"
Tono : "aku sih lebih suka kamu yang aktif sih yank godain, siapa tau minta service terus kamu dapat nilai tambahan.hehe"
Rency : "hmm...langsung aku jongkok di depannya gitu?terus buka resleting celananya y?terus aku emutin gitu?hihi...hayooo bayangin nya udah tegang ya kamu yank?"

Tono : "hehe iya nih. Seru kayaknya kalau kejadian."
Rency : "ih dasar...nanti ya aku service kamu yank. Btw aku besok kerja kelompok yank di kos nya Felice, anterin ya."
Tono : "oh besok sabtu mau kerjain tugas? Nginep?"
Rency : "iya yank kayaknya nginep sabtunya terus minggu siang pulang. Jemput lagi ya...hehe"
Tono : "sama siapa aja besok?"

Rency : "sama biasanya, Gea, Felice, Nada, Dony, sama Fredy"
Tono : "hmm cewe nya 3, cowo nya 2. Gak imbang."
Rency : "yee emang mau ngapain harus imbang?"
Tono : "gak tau kali aja mau "main". Hehe"
Rency : "ada ada aja kamu ni yank. Ada Felice gak mungkin Fredy macem-macem. Bisa di cekek Felice dia ntar.haha ya udah jam 5 pas jemput aku ya yank"
Tono : "siap yank."

Sore itu akhirnya aku pergi menjemput Rency. Dan entah kenapa sekarang aku seperti insecure sama hubungan ku dengan Rency. Aku juga bertanya kepada Fredy apa benar besok ada kerja kelompok di kosnya Felice. Dan Fredy menjawab memang benar kalau ada acara kerja kelompok karena tugas nya memang harus di kumpulkan senin depan.

--next day : Sabtu--
Pagi ini aku pergi menjemput Rency dirumahnya dan mengantarnya ke kost Felice yang letaknya tidak jauh dari kampus. Karena hari ini cuma kerjain tugas doang dan aku juga tak menyuruh Rency untuk berpakaian sexy, Rency mengenakan tanktop dengan outer jaket dan celana pendek. Rency juga membawa baju ganti hari ini. Tapi tiba-tiba Rency memintaku mengantarkannya ke kampus saja karena dia lupa membawa buku referensi dari perpus untuk mengerjakan tugas hari ini. Tanpa ada firasat apapun, aku mengantarkannya ke kampus.

Tono : "yank...ini aku tungguin apa nggak nih? Klo iya gak apa-apa sekalian aku antar ke kost Felice"
Rency : "gak usah yank, kos nya deket ini aku jalan aja nanti. Lagian nanti kamu jelalatan liat Felice. Gak rela aku."
Tono : "haha enggak kok, masa iya sudah punya kamu yang kayak gini masih jelalatan aku. Yang adw cowo-cowo lain tuh celamitan ke kamu."
Rency : "iya kan kamu juga yang ijinin...weeeek...ya udah pulang aja gak apa-apa yank." Lalu Rency pun mengecup pipi ku lalu masuk ke dalam area kampusnya. Aku juga langsung kembali pulang kerumah karena tidak ada agenda apapun hari ini. Ingin main game saja dirumah seharian.

Aku kalau sudah main game memang suka lupa waktu. Herannya sampai sore hari ini tak ada sms atau telpon dari Rency. Sampai akhirnya sore ini aku mencoba menghubungi Rency. Telpon ku tersambung tetapi tidak diangkat. Aku masih mencoba positif thinking mungkin sibuk kerjain tugas. Tapi aku coba hubungi lagi sekitar jam 6 sore masih tidak diangkat. Lalu aku berinisiatif untuk menelpon Fredy.
Tono : "Fred...Rency ada disana gak? Tolong sambungin telpnya ke Rency dong."
Fred : "halo Ton...Rency belum datang nih dari tadi. Gw kira dia lupa kerjain tugas gara-gara ngedate sama lu"
Tono : "hah? Kagak itu tadi pagi udah gw anter ke kampus jam 8 pagi"

Fred : "loh...terus dia kemana?"
Tono : "tadi katanya ambil buku dulu di perpus terus langsung ke kos nya Felice."
Fred : "kagak ini belum datang."
Tono : "gw ke kampus lu sekarang kita ketemuan disana" Seketika itu aku panik dan segera menuju ke tempat Fredy.

Sesampainya disana…
Tono : "fred..beneran Rency belum ketempat kalian?"
Fred : "belum Ton..wah gila aja sih ini...coba kita cari tadi katanya ke perpus kan?"
Tono : "iya ayo" akhirnya aku menyusuri area perpus dan kampus Rency malam ini tapi tak menemukan keberadaan Rency. Aku semakin cemas kemana ini Rency. Aku juga terus mencoba menelpon hape nya tapi tak juga diangkat.

Sekitar jam 9 malam muncul secercah harapan, telpon ku terangkat dan kudengar suara Rency
"sudah...achh aku gak kuat...achh mas pram...sudah...achh...sudah…" dan ada suara beberapa laki-laki namun tak jelas lalu telpon terputus karena sinyal hilang. Disitulah aku akhirnya menemukan petunjuk.
Tono : "Fred...kayaknya Rency sama si mas pram"
Fred : "iya Ton gw juga dengar tadi suara Rency sebut nama mas pram"
Tono : "ayo coba kita datangi kos nya"

Karena aku tahu lokasi kos nya dan letaknya juga tak jauh dari kampus Rency, segera aku dan Fredy menuju kesana. Tapi sesampainya aku dan Fredy disana bertanya ke tetangga kos nya ternyata mas pram tidak ada di kos. Kami berpura-pura sebagai teman dari mas pram. Dan akhirnya aku dan Fredy mendapat informasi kalau mas pram mengajak beberapa teman-teman kos nya hari ini ke daerah Pandaan (area kaki gunung menuju ke arah malang) dengan membawa mobil salah satu temannya tersebut. Ciri-ciri mobilnya hijet 1000 berwarna hitam dengan lampu belakang sebelah kiri pecah. Kami juga menanyakan biasanya di pandaan area mana dan untung saja tetangga nya tahu dan memberikan kami beberapa informasi walau lokasinya tak tahu pasti.

Aku dan Fredy malam ini juga sekitaran pukul 11 malam berangkat ke arah pandaan mencari lokasi yang dimaksud menggunakan mobil dari Fredy. Sahabat-sahabat Rency yang lain pun juga cemas. Tapi untung saja Fredy bisa menenangkan mereka agar tak sampai ada huru-hara dan orang tua Rency tau dengan alasan menjaga nama baik Rency. Semalaman aku dan Fredy mencari Rency di daerah pandaan berbekal informasi seadanya tapi belum menemukannya juga.

--next day : Minggu--
Tanpa terasa, hari sudah berganti sekarang minggu pagi. Aku kembali mencoba menelpon hape Rency dan masih tersambung walau tak diangkat. Kami (aku dan Fredy) melanjutkan pencarian hari ini. Sampai kami hampir menyerah karena frustasi tak menemukan lokasi Rency berada.

Siang hari nya aku kembali mencoba menelpon hape Rency dan masih sama seperti sebelumnya, tak diangkat. Dan kami pun kembali menyusuri area demi area di daerah pandaan. Kami pun bertanya ke orang sekitar tentang ciri-ciri mobil yang digunakan oleh mas pram. Tetapi memang terlalu susah untuk dicari. Aku juga tak mencoba terlalu sering menghubungi hape Rency karena khawatir kalau-kalau Rency tak bisa mencharge hape nya dan tak bisa dihubungi lagi. Itu lebih menyulitkan kami untuk mencari.

Aku coba kembali menghubungi hape Rency sekitar jam 5 sore. Cukup lama aku mencoba menelpon. Dan di percobaan ku yang ke 4 akhirnya tersambung dan diangkat.
Tono : "yank...kamu dimana?jelasin posisi cepet." Aku tak membuang-buang waktu segera menanyakan posisi yang mungkin Rency tahu.
Rency : "hiks..hiks...yank...hikss.."
Tono : "udah udah jangan nangis dulu...ini kamu posisi kira-kira dimana?" Kembali kutegaskan pertanyaanku.
Rency : "hiks...hiks….di dekat air terjun yank...hiks...cepet kesini...aku takut….hiks...hiks...aku sudah gak kuat...hiks...mereka 7 orang yank...hiks...hiks..hiks…mereka...hiks..."
Tono : "air terjun yang mana yank?coba jelasin lagi yang spesifik"
Rency : "aku gak tau pasti yank...hiks hiks…" tiba-tiba telpon nya terputus. Aku mencoba menelpon kembali tapi tak tersambung karena sinyal kembali hilang menjelang malam.

Setidaknya sekarang aku dan Fredy mendapatkan informasi tambahan kalau Rency berada di dekat air terjun. Karena memang suaranya juga cukup terdengar di telpon. Meski air terjun di daerah ini cukup banyak, setidaknya kami mendapatkan tambahan informasi. Akhirnya kami menyusuri tiap-tiap lokasi air terjun sambil mencari mobil yang digunakan sesuai dengan ciri-cirinya.

--next day : Senin--
Akhirnya pada pukul 4 pagi kami berhasil menemukan posisi dimana mobil yang digunakan untuk menculik Rency berada. Mobil yang kugunakan bersama Fredy di parkir cukup jauh dari lokasi kami menemukan mobil hijet1000 ini. Dan kami berjalan menyusuri area sekitar. Kami menemukan mobil ini parkir di dekat sebuah villa kecil didekat air terjun. Perlahan aku dan Fredy mengendap-ngendap di sekitaran villa tersebut.

Area Villa ini cukup luas dibatasi dengan pagar tanaman yang mengelilingi 4 bangunan villa yang bentuknya sama. Karena kami harus berjaga-jaga dengan kemungkinan terburuk maka kami memutuskan untuk tidak berpencar. Kami mengendap-ngendap menyusuri sisi-sisi tiap bangunan villa sampai akhirnya di villa nomor 2 kami mendengar suara.
"Garap terus cuk..***k peduli wes semaput" (hajar terus, tidak perduli sudah pingsan)
Karena suara itu, kami akhirnya mencoba mengintip dari balik jendela. Akhirnya kami menemukan Rency yang sudah terkapar telanjang bulat di atas kasur sedang disetubuhi oleh orang yang kita tidak ada yang kenal. Aku melihat ada mas pram juga ada di kamar itu.

Total ada 7 orang yang ada dikamar itu selain Rency dan nampaknya 5 orang sedang bersiap-siap untuk gantian menyetubuhi Rency karena mereka berdiri mengitari tempat Rency tergeletak. Aku melihat tubuh Rency terguncang-guncang seiring gerakan orang yang menyetubuhinya tanpa perlawanan karena nampaknya Rency pingsan saat ini.
Fredy : "sialan mereka, kita hajar aja Ton." Sambil berbisik.
Tono : "jangan dulu Fred. Jangan gegabah. Bahaya buat Rency juga nantinya"
Fredy : "terus?kita biarin aja gitu mereka ngerjain Rency?gw yang gak terima Ton."
Tono : "iya gw juga. Tapi kalaupun kita bisa hajar mereka, Rency gak bisa kita gotong berdua kalau lagi pingsan. Malah kita gak bisa kabur ntar. Sabar dulu"

Akhirnya Fredy mengerti situasi dan kondisi saat ini dan kami berdua hanya bisa mengamati dari balik jendela sembari berjaga-jaga. Kami juga bisa melihat tiap-tiap orang yang didalam secara bergantian memompakan spermanya ke tubuh Rency. Walau hati ku panas karena emosi, tapi disisi lain aku juga jadi excited melihat Rency digilir semacam ini.

Cukup lama kami memantau dari luar dan satu persatu yang didalam selesai menuntaskan hasratnya ke Rency. Mereka yang telah selesai ada yang pergi dari kamar itu, ada juga yang tertidur di lantai. Sampai akhirnya sekitar pukul 6 pagi tersisa 1 orang yang masih menggenjot Rency dan aku melihat 3 orang tergeletak di lantai kelelahan setelah puas. Aku juga melihat Rency mulai sadar. Rency mulai sadar dan mencoba mendorong orang yang sedang menggenjotnya saat itu. Tetapi karena tenaganya belum pulih, perlawanannya tak berarti. Aku mendengar suara Rency samar-samar…
"Hiks….sudah...mas...hiks...hiks...sudah…hiks...ampun..hikss..."
"Sudah...nonik nikmati saja…"

"Hiks...hiks...stop..mas...cukup..hiks…hmmmpffh.." aku melihat Rency dicium oleh orang yang sedang menggenjotnya. Tapi Rency kemudian menolaknya dan menggeleng-gelengkan kepalanya kekiri dan kekanan untuk menghindari ciumannya.
"Si nonik jual mahal lagi...sudah non...pasrah aja...non juga sudah pasti hamil sebentar lagi…"
"Enggak...hiks..hiks...enggak...aku gak mau...hiks hiks...stop mas...hiks…ACHH" aku melihat Rency mengejan diatas kasur. Begitu juga orang yang sedang menyetubuhinya. Tak habis pikir aku selama 3 hari ini berapa kali mereka membuang spermanya di tubuh Rency.

Tak lama kemudian orang tersebut sudah selesai dan pergi begitu saja keluar kamar. Aku melihat Rency masih mengejan diatas kasur sembari menangis. Tiba-tiba Fredy menepuk pundakku dari belakang, tak sadar aku kalau Fredy sedari tadi tak ada disampingku melihat Rency disetubuhi bergiliran.
Fred : "Ton...gw denger mereka mau cabut beli makan. Sekarang saatnya."
Tono : "ok fred sebentar kita pantau dulu"
Aku melihat 4 orang selain 3 yang masih tertidur dikamar Rency pergi naik mobil keluar area vila.

Akhirnya aku dan Fredy masuk ke dalam vila itu dan segera ke kamar tempat Rency tadi. Saat aku membuka pintu, Rency terkejut dan segera menutupi tubuhnya dengan selimut di kasur itu. Rency mengira kalau yang masuk itu adalah para komplotannya mas pram. Tapi setelah Rency sadar kalau itu aku dan Fredy, dia ingin segera berlari kearah kami.
Tono : "ssstt...diam-diam yank...pelan-pelan jangan sampe mereka bangun." Aku pun memberi tanda agar Rency tak berisik. Jangan sampai membangunkan 3 orang yang masih tertidur di lantai kamar itu. Aku pun mendekat dan memeluk Rency yang masih di atas kasur lalu aku belitkan selimut tadi untuk menutupi tubuh Rency. Fredy yang melihat tas Rency diruangan itu langsung mengambilnya dan akhirnya kami ber 3 (aku, Rency, dan Fredy) kabur dari vila itu. Rency yang masih tak kuat berjalan akhirnya aku dan Fredy bopong karena jalan menuju ke mobil Fredy cukup jauh dan menurun.

Setelah sampai di mobil, Rency ku rebahkan di kursi belakang dan Fredy langsung tancap gas pergi dari tempat itu kembali pulang ke Surabaya. Di dalam mobil, Rency yang masih kelelahan bersandar di pundakku dan menangis. Aku pun memeluknya dan menciumnya agar Rency sedikit tenang. Di perjalanan kami pulang, Rency yang sudah mulai tenang pun mencoba menceritakan bagaimana dia disana selama 3 hari itu. Kami bertiga sepakat tidak melaporkan ini ke pihak yang berwajib karena masih mempertimbangkan efek nantinya. Kami yang masih tidak berpengalaman dalam hidup ini khawatir bila nanti Rency malah di DO karena kejadian ini. Kami takut bila kampus Rency menganggap ini sebagai sebuah skandal, bukan sebagai tindak kriminal.

Di perjalanan Rency mulai mengenakan pakaiannya kembali yang ada di tas nya. Dan sesampainya kami di kos Felice sekitar pukul 10 pagi, para sahabar Rency (Felice, Gea, dan Nada) memeluk Rency sembari menangis dan mereka masuk ke kamar Felice. Karena sudah teritory para wanita dan kami para pria sisanya (aku, Dony, dan Fredy) stay di ruang tamu kos tersebut. Sampai akhirnya Rency sudah betul-betul tenang dan sore itu aku mengantarkan nya pulang kerumah seakan-akan tidak terjadi apa-apa sebelumnya karena kami semua sepakat untuk merahasiakan hal ini dari orang tua Rency maupun pihak kampus.
 
The EX 01 - Chapter 34
Timeline : 2009 Maret

--POV Rency--

Hari ini aku ada kerja kelompok yang diadakan di kost Felice. Karena kami semua tidak yakin kalau bakalan cepat kelar tugasnya. Akhirnya memilih mengerjakan di kost Felice karena kost nya cukup besar. Terlebih lagi dekat juga dengan kampus. Tono mengantarku pagi ini ke kost Felice tujuan awalnya. Tetapi karena aku kemarin lupa membawa buku yang kami butuhkan buat tugas, akhirnya aku harus mengambilnya terlebih dahulu di perpus. Kemarin sudah kuletakkan di counter lantai 1 tempat ku biasa jaga.

Karena memang niat awalnya menginap sekalian di kost Felice, maka hari ini aku membawa baju ganti. Dan rencana pulang ke rumah hari minggu sore. Aku pun sudah berpamitan ke orang tuaku untuk menginap sampai mungkin minggu kalau tugas sudah selesai semua. Kalau belum mungkin akan extend sampai senin. Sebenarnya sudah biasa aku menginap di kost sahabat-sahabatku ini sebelumnya meski rumahku tidak jauh dari kampus (hanya sekitar 1 jam naik motor). Terlebih lagi perkuliahan yang tugasnya mulai banyak dan melelahkan. Dan juga “tugas” dari pacarku Tono yang super duper aneh-aneh ini.

Aku mengenakan kaos biasa dan celana pendek saja hari ini. Karena cuma mengerjakan tugas dan menginap 1 sampai 2 hari mungkin. Dan juga ingin lebih santai saja walau mungkin nanti di kost Felice juga aku ganti pakai tanktop atau mungkin piyama buat tidur nanti. Sudah kusiapkan semua pakaianku di dalam 1 tas yang ku bawa hari ini.

Sesampainya aku di kampus diantar Tono hari ini aku langsung berlari ke perpus karena takutnya team kelompokku sudah menunggu. Tono juga aku suruh pulang saja daripada mengantar lagi ke rumah Felice. Kasihan rasanya dia pagi-pagi hari sabtu aku suruh-suruh antar. Entah kenapa hari ini rasanya cukup sepi kampusku. Biasanya masih cukup banyak mahasiswa angkatan tua yang seliweran di sekitar perpus untuk mengerjakan skripsi. Tapi hari ini mungkin rasanya cuma bisa dihitung jari.

Aku langsung mengambil buku yang kusiapkan di laci tempat ku jaga kemarin dan segera keluar lagi dari perpus menuju kerumah Felice. Tapi saat aku menyusuri lorong menuju jalan keluar perpus tiba-tiba aku tak sadarkan diri. Rasanya ada yang membekapku dan menaruh obat bius di hidungku. Seketika itu juga aku kehilangan kesadaran. Aku tak menyangka hari ini akan menjadi awal dari hal buruk yang akan aku alami 3 hari kedepan.

“Ach...” rasanya ada yang sedang mengerjai tubuhku saat aku tak sadar dan perlahan kesadaranku mulai pulih. Mataku masih berkunang-kunang dan semakin kembalinya kesadaranku, aku juga semakin merasakan ada yang menyeruak keluar masuk di dalam vaginaku. Saat pandangan ku mulai sedikit jelas aku melihat sesosok pria yang berada diatas tubuhku.

Rency : “eh...siapa kamu...lepasin...ach….lepasin...” aku mencoba mendorong orang yang berada diatas tubuhku ini. Aku sadar dia sekarang sedang menyetubuhiku. Tubuhku sekarang juga sudah telanjang bulat. Siapa orang ini dan sejak kapan dia menyetubuhiku.

(karena tidak dijelaskan namanya siapa saja maka akan menggunakan inisial A sampai F)
A : “eh nonik sudah mulai sadar...enak gak non...genjotan saya? Haha”
Rency : “Lepasin...sudah...lepasin...” karena tubuhku masih belum pulih jadi aku tak punya cukup tenaga untuk mendorongnya dan melepaskan diri.
A : “eh rek...wes tangi iki lho perek e (eh guys...sudah bangun ini perek nya)” setelah dia berkata demikian beberapa teman-temannya mendekatiku yang sedang disetubuhinya diatas kasur. Aku juga melihat 1 orang yang aku sangat kenal.

Rency : “ach...lepasin...mas Pram….jadi kamu...yang bawa aku kesini...ach...apa maksudnya ini...ach...”
Mas Pram : “hehehe...kamu sih non jual mahal sok sok an gak mau lagi ngelayani aku. Ini semua teman-teman ku aku ajak untuk cobain kamu juga. Mereka katanya pengen coba setelah sering intipin kamu mandi di kost ku”
Rency : “ach...jahat kamu mas pram...ach...” tangan ku dipegangi dan direntangkan oleh mas A yang sedang menyetubuhi ku sekarang agar aku tak bisa lagi mendorongnya.
Rency : “ach...sudah mas Pram...ach….maafin aku...ach...sudah...lepasin aku...ach...ach...AAACHH...”aku merasakan mas A menyemburkan spermanya didalam vaginaku.
A : “cuk...uenak...ngene kok gak dibagi ket biyen cuk...” (cuk...enak...gini kok gak dibagi daridulu)

Akhirnya mas A melepaskan tanganku dan mencabut penisnya setelah puas menyemburkan spermanya. Tapi tangan ku langsung dipegang oleh 2 orang yang lain (sebut saja mas B dan C).
Rency : “sudah mas...ampun….lepasin aku...maafin aku mas pram...hiks hiks...”
Mas Pram : “diem lonte...” Plak plak plak plak...mas Pram mulai menampar muka ku dan payudaraku.
Rency : “aw...sakit...hiks..hiks...sakit mas pram...hiks...jangan tampar aku lagi...”
Mas Pram : “mangkanya nurut. Jangan berontak.. Mumpung sekarang kamu sudah sadar jadi saatnya aku sekarang menyetubuhimu lagi.”
Tiba-tiba mas pram sudah membuka semua bajunya dan segera menaiki tubuhku. Aku yang masih dipegangi oleh 2 temannya tak bisa melawan lagi. Aku coba mengatupkan kakiku tapi rasanya tak bisa. Entah mungkin aku sudah disetubuhi oleh siapa sedari tadi.

"Acckkk..." Penis mas pram menyeruak masuk dengan mudahnya karena vaginaku sudah terlalu licin oleh cairan ku sendiri atau sperma mereka yang tertinggal.
Rency : "ach...sudah...ach...ach...stop mas...ach…" aku masih mencoba melawan untuk melepaskan diri. Tetapi percuma saja karena posisi ku yang sudah tertindih oleh mas pram dan juga kedua tanganku dipegang oleh 2 teman mas pram. Kedua tangan mas pram juga mulai meremas-remas payudaraku keras-keras. Saat menyetubuhiku dengan posisi misionaris, mas pram selalu menumpukan tangannya di atas payudaraku sambil meremas-remas. Terkadang karena tertekan sampai sesak rasanya. Hal ini juga yang membuat payudaraku sering memar-memar. Dan karena diperlakukan seperti ini, sekarang rasa nikmat mulai menjalar di tubuhku.

Rency : "ach...mas...ach….stop...ah...stop...oh...oh...ohh…." Akhirnya aku mengejan memperoleh orgasme ku dan seketika itu tenaga ku hilang sudah.
Mas B : "eh cuk...lontemu keenak en wes an"
Mas C : "gayane sok nolak padahal geleman" (gayanya sok menolak padahal mau juga)
Mas B :"pram gantian po o" (pram gantian dong)

Mas Pram : "sek ta cuk, maringene puas puas no wes" (sebentar, setelah ini silahkan kalian puas puasin)
Mas B dan C yang sudah mulai tidak sabar akhirnya membuka celana mereka dan penisnya yang sudah tegang di tempelkan ke tangan ku. Mereka ingin agar aku mengocoknya. Karena sekarang aku sudah dilanda kenikmatan dan akal sehat ku sudah mulai hilang akhirnya aku genggam penis mereka dan mengocoknya. Aku juga masih menggeliat karena orgasme ku yang tak kunjung berhenti dan juga mas pram terus menggenjotku dengan kecepatan penuh.

Cukup lama rasanya sekitar 15 menitan akhirnya mas pram ejakulasi juga...
Mas Pram : "ah….crut crut...cruut...crut"
Rency : "AAACCHH...SAKIT MAS...ACCKK" aku terbelalak kesakitan karena mas pram ejakulasi sambil mencengkeram kuat-kuat payudaraku. Aku merasakan cukup banyak spermanya yang dipompakan didalam sampai memenuhi rahimku rasanya. Setelah puas, mas pram lalu mencabut penisnya dan sekarang gantian mas B yang siap-siap untuk menyetubuhiku. Aku yang sudah tidak berdaya hanya bisa terguncang-guncang seiring gerakan penetrasi nya. Aku menutup mataku tapi air mata ku kembali mengalir dan aku hanya bisa pasrah sekarang. Tangan ku meremas-remas bantal yang menyangga kepalaku sambil menahan kenikmatan demi kenikmatan yang kurasakan karena gesekan didalam vaginaku.

Mas B : "ah cuk..***k tahan aku...crut..crut...crut…" kurang lebih 10 menit mas B menggenjotku akhirnya rahimku kembali disirami sperma pria yang sama sekali tak aku kenal. Karena rahimku rasanya sudah tak bisa menampungnya lagi, ketika mas B mencabut penisnya mengalir keluar sudah sperma dari dalam vaginaku.
Mas C : "asu...koen iku rek cek akehe metune...meteng iki engkok lonte mu Pram. Haha" (anjing...kalian itu keluarnya banyak bener...hamil ini nanti lonte mu Pram)
Mas Pram : "gak opo. Ben meteng tambah gede susune. Haha" (gak apa-apa. Biarin hamil biar tambah besar payudaranya)
Aku yang masih menangis dan tak bergerak diatas kasur akhirnya kembali disetubuhi oleh mas C. Dan sekitar 15 menit, kembali aku merasakan cairan hangat mengalir deras didalam vaginaku.

Aku mengira sudah cukup sekarang 4 orang sudah menikmati tubuhku. Tapi ternyata aku salah. Ada 3 orang lagi yang masuk ke kamar.
Mas D : "eh wes mari durung? Gantian rek" (eh sudah selesai belum, gantian dong)
Mas E : "iyo iki cek suwe ne" (iya ini lama bener)
Mas A : "lha lapo gantian, langsung ae cuk garapen rame-rame" (ngapain gantian, langsung aja kerjain rame-rame)
Mas E : "loh oleh ta?" (Loh boleh kah?)

Mas Pram : "iyo wes ndang garapen ae" (iya cepetan sana sudah kerjain)
Tiba-tiba mereka ber3 langsung membuka baju dan menyerbuku bersamaan.
Rency : "mas mas...stop..aku gak bisa...stop..jangan barengan...stop...oghhggg" mas F yang sudah tak sabar memencet hidungku agar aku membuka mulut lebar-lebar lalu dia memasukkan penisnya didalam mulutku.
Mas F : "jok kakean cocot ae koen...emuten iki" (jangan kebanyakan bacot, kulum ini)
Aku yang masih dalam posisi terlentang di atas kasur kesusahan menerima hujaman penis didalam mulutku dan akhirnya aku mencoba untuk lebih bersandar kebelakang. Mas D dan E sudah meraba-raba tubuhku dan meremas payudaraku gantian.

Karena posisiku sudah agak terduduk sambil mengulum penis mas F maka dengan mudahnya dia memaju mundurkan kepaku diselangkangannya. Tak lama kemudian mas F mencabut penisnya dari mulutku lalu menarik rambutku dan menyuruhku untuk menindih mas E yang sudah terlentang disisi kiri ku. Saat aku berada di atas tubuh mas E, mas E mengambil kesempatan untuk mengangkat pinggangku dan memposisikan vaginaku tepat diatas penisnya akhirnya...bless...masuklah sudah penisnya dalam posisi woman on top sekarang.
Rency : "ach...mas...ach….masuk mas...achh...ach...achh" aku kembali dilanda kenikmatan dan secara otomatis tubuhku naik turun diatas mas E. Mas F yang sudah tak sabar mendorong ku sampai akhirnya aku tertelungkup diatas mas E dan sekarang mas E memegang pantatku lalu dia menghujamkan penisnya kencang-kencang dari bawah. Melihat kesempatan ini, mas F menempelkan penisnya di lubang pantatku.

Rency : "ach...mas...jangan..achh...achh...AHHH" aku merasakan penisnya mas F sudah masuk di lubang analku. Karena dia tak menggunakan pelumas, ada rasa perih yang kurasakan. Seperti di sandwich, mereka menggenjotku dari atas dan bawah bersamaan.
Rency : "nngghhh...achh...achh...achh….achhh...arggghh" aku mencoba menegakkan tubuhku agar posisi mereka untuk keluar masuk lebih mudah dan akhirnya aku kembali orgasme karena posisi ini membuat mereka bisa merangsang ku lebih. Selain 2 lubangku di genjot bersamaan, payudaraku yang menggantung bebas tepat di muka mas E dihisap bergantian olehnya. Mas D juga mendekatkan penisnya di mukaku. Aku mengerti apa yang dia inginkan maka aku langsung menoleh ke arah penisnya dan mengulumnya. Lengkap sudah 3 lubang di tubuhku mereka rasakan bersamaan.

Rency : "ngggh...nggghhh...ngggggh….ngghhhh" aku hanya bisa melenguh keenakan karena mulutku masih tersumpal oleh penis mas D. Cukup lama rasanya mereka menggenjotku sampai akhirnya aku tak kuat menopang tubuhku lagi dan terjatuh diatas tubuh mas E sehingga kuluman ku di penis mas D terlepas. Tapi tak lama kemudian aku merasakan semburan cairan hangat di dalam vaginaku. akhirnya mas E ejakulasi juga didalam. Penisnya lambat laun menyusut didalam vaginaku dan mas F masih tetap menggenjot lubang analku dengan cepat.

Mas F kemudian menarik rambutku agar aku kembali lebih tegak posisinya dan aku mencoba sekuat tenaga ku untuk kembali bertumpu dengan kedua tangan ku. Mas E yang sudah selesai menyingkir dari bawahku dan sekarang seperti di setubuhi doggy style.
Mas F : "tak tok no nang jero sisan yooo….ahhh" mas F yang akan segera ejakulasi mencabut penisnya dari dalam pantatku dan memasukkannya kembali ke vaginaku.
Rency : "heggghhhh….accchhhh…." Aku merasakan spermanya ditembakkan didalam vaginaku.
Setelah itu mas F mencabut penisnya, gantian mas E sekarang yang menggenjotku dari belakang. Karena aku sudah kelelahan akhirnya aku jatuh pingsan.

--malam harinya--
Akhirnya aku tersadar kembali setelah mengalami kejadian tadi siang. Aku merasakan udara dingin menusuk tubuhku yang masin telanjang diatas kasur ini. Dan juga aku melihat para pria yang menyetubuhiku tadi sudah tidak ada di dalam kamar ini. Badan ku rasanya lengket semua, dan juga aku merasakan perih di area vagina dan lubang pantatku. Akupun meraba vaginaku dan kurasakan lengket karena cairan sperma mereka yang mulai mengering. Kucoba untuk mengumpulkan tenagaku untuk bangun dan sebisa mungkin kabur dari tempat ini. Tempat yang aku tak tahu dimana. Tapi aku mendengar suara air terjun. Dan juga hawa disini cukup dingin jadi mungkin aku menebak saat ini aku berada di daerah pandaan atau malang.

Aku melihat tas ku tergeletak di ujung ruangan. Segera aku berlari dan mencoba mengambil hape ku disana. Setelah aku mengambil hape ku, pintu kamar ku terbuka dan mas Pram beserta teman-temannya masuk kedalam kamarku.
Mas A : "eh udah sadar si nonik"
Mas B : "yuk non, lanjut lagi..hehe"
Rency : "enggak mas...jangan...sudah ya...sudah mas…"
Mas Pram : "biasanya dikosan minta nambah kok ini nolak sih" mas pram lalu mendekap tubuhku dan menarikku keatas kasur lagi dan langsung tangan dan kami ku di rentangkan oleh teman-temannya. Tak lama kemudian mas pram sudah menyetubuhiku lagi.

Rency : "arrrgghhh...achhhh…sudah mas...stop...ack...ackk.."
Mas Pram : "sudah nikmatin aja, malam masih panjang. Mereka juga belum puas"
Rency : "sudah...achh aku gak kuat...achh mas pram...sudah...achh...sudah…" mas pram terus saja menggenjotku dengan kecepatan penuh. Tapi tak lama kemudian sekitar 5 menit mas pram sudah ejakulasi dan kembali vaginaku disiram sperma nya. Kemudian posisinya langsung digantikan oleh mas F dan berlanjut ke 6 orang lainnya. Mereka bergantian menyemprotkan spermanya didalam rahimku dalam posisi misionaris. Mungkin mereka sengaja ingin membuatku hamil. Sampai akhirnya aku pingsan kembali.

--next day : minggu pagi--
Akhirnya aku tersadar kembali sekitar jam 4 pagi. Aku melihat mereka semua tertidur di kamar ini bersamaku. Mas C tertidur dengan masih memeluk tubuhku di sisi kanan dan kiri ku ada mas D. sisanya ternyata ada yang tertidur di lantai dan ada yang tertidur di sofa didalam kamar. Saat aku bergerak ternyata mas C ikut terbangun.
Mas C : “mau kemana nonik?”
Rency : “gak kemana mana mas. Dingin. Aku boleh pakai baju dulu?” aku yang merasa kedinginan ingin mengambil baju untuk meghangatkan tubuhku. Karena selimut yang menutupiku sekarang rasanya kurang cukup hangat. Walau kanan dan kiri ku ada 2 pria yang memelukku. Tapi saat aku coba untuk bangun rasanya berat dan seperti mati rasa di sekitaran area selangkangan ku. Entah berapa kali semalam mereka “mengerjaiku”.

Mas C : “oh iya non pakai aja. Kamu lapar nggak?”
Rency : “iya mas, belum makan dari kemarin kan aku.”
Mas C : “oh ya udah aku buatkan mie instan dulu ya non. Kamu bisa pakai baju dulu. Mau kubantu? Kayaknya kesusahan buat bangun.”
Rency : “gak usah mas makasih. Aku bisa bangun sendiri kok.” dengan susah payah aku berdiri dari kasur dan mengambil pakaian didalam tas ku. Aku tak menemukan pakaian yang sebelumnya kukenakan ada dimana. Aku mengambil tanktop dan hotpants yang kubawa di tas untuk kukenakan lalu aku keluar dari kamar.

Aku melihat mas C sedang memasak mie instant di dapur belakang kemudian aku menghampirinya dan duduk didekatnya.
Mas C : “ini non, makan dulu. Pasti lapar kan.”
Rency : “iya mas makasih ya.”
Mas C : “aku sering lihat kamu lho non di kosannya si pram.”
Rency : “oh iya. Kamu kost disana juga mas?”
Mas C : “iya. Kamar ku di depannya kamar si pram. Kamu kok mau se non sama si pram. Kan kamu mahasiswi, terus juga cantik.”

Rency : “maksudnya? Gimana ya mas.”
Mas C : “nonik pacaran sama si pram kan?”
Rency : “oh enggak kok mas. Emang mas pram bilang apa aja?”
Mas C : “iya dia bilang kalau punya pacar anak kuliahan. Ya non ini yang sering dibawa ke kos nya. Maaf ya non tapi non terlalu seksi dan cantik untuk jadi pacarnya si pram jadinya kami juga agak gak percaya sih. Tapi non kok mau sih dibawa ke kosnya pram?”
Rency : “hmmm….” tiba-tiba aku bingung mau jawab apa.

Mas C : “maaf ya non kami juga sering ngintipin non kalau lagi berhubungan sama si pram juga pas mandi di belakang.”
Rency : “hah? Jadi kalian….”
Mas C : “iya kami ngintip dari kamar sebelah pram, kamarnya si E. suara desahan nya non juga kedengeran kenceng kok. Hehe. ”
Seketika aku jadi malu sendiri dan tidak bisa berkata-kata lagi.
Mas C : “jadinya itu kami heran, si non yang cakep ini kok mau sama si pram, apalagi kata non bukan pacarnya kan.”

Aku pun terdiam dan memilih meneruskan makan ku saja. Mas C kemudian mulai menggeser duduknya dan mendekatiku lalu tangannya mulai meraba-raba punggungku.
Mas C : "duh kok aku jadi sange lagi ya non" tanggannya mulai menyelip di dalam tanktopku.
"Aduh gawat.apa yang harus aku lakukan? Tubuhku rasanya masih sakit semua dan juga aku sudah terlalu lelah untuk berhubungan lagi."pikirku.
Rency : "emm...mas...kamu mau lagi? Jangan dulu yah. Ini ku masih sakit mas"
Mas C : "ayo lah non."

Rency : "jangan dulu yah mas..please…badanku juga masih kotor." aku memohon agar diberikan waktu setidaknya untuk istirahat dulu. Tapi tiba-tiba mas C menarikku dan mendorongku ke meja makan. Aku yang dalam posisi tersungkur di meja makan kembali dilecehkan oleh mas C.
Mas C : "ayolah non, sudah gak tahan nih." Mas C yang memposisikan tubuhnya dibelakangku mulai menggesek-gesekkan penisnya yang sudah tegang dari luar celana hotpants ku. Tangan kirinya menahan tubuhku agar tetap jongkok di atas meja makan dan tangan kirinya mulai meraba-raba tubuh ku.
Rency : "jangan yah mas...please...stop...sudah yah mas...stop...belum puas kamu dari kemarin sudah mengerjai ku?"

Aku merasa benda tumpul yang menggesek di luar celana ku semakin membesar dan tak lama kemudian mas C menarik turun celana ku dengan tangan kanannya.
Rency : "mas...stop...sudaa….Ahhh….ach….stop mas...achhh" aku merasakan penisnya sudah menyeruak masuk ke dalam vaginaku.
Mas C : "duh...masih licin banget nih non...enak nih non" sambil tangannua bertumpu di pundakku untuk mempermudah menarikku maju dan mundur.
Rency : "ackk...achh...sudah mas...ach…" mas C yang mulai menyetubuhiku membuatku terdorong-dorong di atas meja makan sampai berderit mejanya. Dan karena cukup berisik akhirnya membangunkan yang lain.
Mas A : "weh edan cuk...isuk-isuk wes ngentu maneh" (wah gila...pagi-pagi udah nge sex)
Mas C : "iyo..***k tahan aku cuk"
Mas Pram : "eh asu...wes di gawe sek ternyata. Mari iki gantian yo."

Mereka semua sudah terbangun dan rasanya mereka akan memperkosaku lagi. Aku yang masih mengenakan tantop akhirnya di tarik sampai robek oleh mas C. Kurang lebih sekitar 10 menit mas C menyetubuhiku diatas meja dan akhirnya…."crott..crot…"
Rency : "hiks...hiks hiks...hiks…" aku merasakan spermanya menyemprot di dalam, tetapi tak banyak. Dan aku akhirnya terduduk di lantai setelah mas C mencabut penisnya.
Mas C : "oh enak cuk...wes silahkan sopo neh." (Sudah silahkan siapa lagi."
Mas E : "pas dientot ndesah, tapi kok nangis maringono" (pas disetubuhi mendesah, tapi kok setelah itu menangis)
Rency : "kalian kok jahat sich...hiks hiks...sudah...hiks…belum puas kalian?"

Mas Pram : "mangkanya kalau kamu nurut sama aku gak bakal tak jahatin kok Rency sayang" kemudian mas pram menarik tanganku dan menyodorkan penisnya dimukaku.
Mas Pram : "sudah emut ini, seperti biasanya. Haha"
Aku pun menolak tapi hidungku dipencet sehingga mau tak mau aku harus membuka mulut untuk bernafas. Tapi setelah itu mas pram memasukkan penisnya ke dalam mulutku.
Rency : "mmmppfff...pmmmffff…uhuk uhuk.."aku yang kesulitan bernafas karena penisnya menyumpal mulutku.
Mas B : "eh pram kon lak wes sering. Gantian po o." (Eh pram kamu kan sudah sering, gantian dong)
Akhirnya mas pram menyudahinya dan mas B sekarang membopongku kembali kedalam kamar kemudian melemparku diatas kasur.
Rency : "mas sudah ya...jangan...vaginaku rasanya masih sakit...jangan ya mas…" mas B yang sudah tak perduli mengangkat kaki ku keatas pundaknya dan penisnya mulai di gesek-gesekkan ke vaginaku.

Rency : "ACKK...sudah mas….ACKKK…" aku kembali menerima hujaman penis didalam vaginaku. Rasanya perih dan sedikit lebam di area labia mayoraku karena mereka memperkosaku nonstop kemarin.
Rency : "ack...sudah ack...sakit mas...ackkk" aku hanya bisa meremas kasur untuk menahan rasa sakit di vaginaku. Posisi kaki ku yang bertumpu di pundaknya membuat penetrasinya terasa lebih dalam. Cukup lama rasanya sekitar 20 menit mas B menggenjotku dan akhirnya kembali menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku. Dia masih menahan posisi ini agar spermanya masuk semua ke rahimku dan aku hanya bisa pasrah. Tetes demi tetes cairan hangat itupun kembali masuk.

Mas F : "eh tuku rokok sek rek***k melu a" (eh beli rokok dulu, gak ikut kah?)
Mas B : "gak aku gak melok sek durung puas iki."
Mas F : "oh yo wes jogo omah ae yo karo E"
Mas B yang masih menahan posisi ini sampai 10 menit tak menghiraukan ajakan teman-teman nya yang lain.
Rency : "mas sudah mas...sudah…" aku merasakan meski dia sudah tak lagi menyemburkan spermanya tapi penisnya masih belum turun juga dan masih memenuhi rongga vaginaku.
Mas B : "sepurane yo non, enak soale pean" (mohon maaf ya non, enak soalnya kamu) kemudian mas B mencabut penisnya dan pergi keluar kamar. Aku ditinggalkan sendirian di kamar dan pintunya di kunci dari luar. Dan aku yang masih ngos-ngosan mengatur nafasku kembali sambil berfikir kenapa ini semua terjadi padaku.

Cukup lama aku beristirahat di kasur yang sudah berantakan dan penuh sisa sisa sperma kering ini akhirnya mulai bisa bangun lagi. Aku coba duduk dan melihat jam dinding ternyata sudah jam 9 pagi. Dan aku mendengar suara mobil kembali. Aku yang sudah putus asa hanya terduduk di pojokan kamar tak tahu apa yang harus aku lakukan lagi. Aku takut sebenarnya, takut bila aku tidak bisa kembali, takut bila mereka bisa menghamiliku, takut bila tak lagi bisa bertemu dengan Tono, dan bermacam-macam lagi pikiran negatif ku muncul.

Tak lama kemudian pintu kamar ku kembali dibuka dan mereka kembali menyeretku keatas kasur. Dan mulai menyetubuhiku secara bergantian. Aku sudah tak bisa mengingat secara detail apa yang mereka lakukan kepadaku. Mereka menyetubuhiku selama ber jam jam dan aku hanya bisa pasrah tak melawan lagi. Hanya bisa menangis dan meremas-remas benda disekitarku untuk menahan rasa sakit karena yang kurasakan sekarang hanya rasa sakit di tubuhku sampai akhirnya aku pingsan kembali.

Sore sekitar jam 4 aku mulai tersadar dan melihat mereka sudah tak ada dikamar ini. Tubuhku rasanya lengket dan sangat bau sperma sekarang karena mereka menyemprotkan sebagian di area payudara dan mukaku. Aku berusaha untuk bangun dan ingin mengambil hape ku yang tergeletak di lantai. Aku merasa hape ku bergetar getar (memang sering aku silent mode) dan ternyata ada telpon masuk dari Tono. Kebetulan semoga Tono bisa membebaskanku dari sini. Aku pun segera mengangkat telpon nya.
Tono : "yank...kamu dimana?jelasin posisi cepet."
Rency : "hiks..hiks...yank...hikss.."

Tono : "udah udah jangan nangis dulu...ini kamu posisi kira-kira dimana?"
Rency : "hiks...hiks….di dekat air terjun yank...hiks...cepet kesini...aku takut….hiks...hiks...aku sudah gak kuat...hiks...mereka 7 orang yank...hiks...hiks..hiks…mereka...hiks..."
Tono : "air terjun yang mana yank?coba jelasin lagi yang spesifik"
Rency : "aku gak tau pasti yank...hiks hiks…"
Rency : "yank yank….halooo..yank…" tiba-tiba telpon terputus.

"Aku harus bagaimana ini, semoga Tono cepat menemukanku" pikirku. Aku mengenakan kembali pakaianku yang tersisa didalam tas ku dan mencoba untuk kabur. Aku mencoba membuka jendela kamar tetapi tidak bisa terbuka karena kunci slot nya cukup keras dan aku tak punya tenaga lagi untuk menariknya.

Alu berusaha menghubungi Tono kembali, bahkan kucoba untuk mengirim sms. Tetapi tidak bisa tersambung juga. Mungkin karena sinyal di daerah ini cukup buruk. Tetapi aku tak boleh menyerah. Aku harus bisa meloloskan diri dari tempat ini.

Tak kusadari sekarang sudah pukul 9 malam dan aku terkejut ketika pintu kamarku kembali terbuka.
Rency : "mas sudah ya...cukup...jangan lagi…" kali ini ada yang bikin aku cukup merasa ngeri. Tercium bau alkohol dari mereka. Nampaknya mereka baru saja minum minuman keras. Aku tidak bisa membayangkan lagi sebrutal apa mereka nantinya. Aku hanya bisa berharap mereka tak membunuhku saja. Mas A menarik tangan ku dan menarik ku keruang tengah. Dan benar saja aku melihat banyak botol bir berserakan di ruang tamu.
Mas A : "ayo non temani kami minum-minum sini"

Aku hanya mengangguk dan mereka menarikku ke arah sofa di ruang tengah. Bau bir murahan yang memenuhi ruang tengah ini sungguh bikin mual.
Mas B : “ayo non ini coba minum. Pasti belum pernah kan?”
Rency : “iya mas.” aku pun mengambil gelas yang diberikan oleh mas B lalu meminumnya dan mereka semua mulai bersorak sorai ketika aku mulai minum. Tapi setelah 2 gelas, aku mulai mual dan tak kuat lagi. Karena mau muntah aku segera lari ke arah kamar mandi dibelakang. Ku muntahkan semua di toilet karena tubuhku tak mampu menerima minuman ini.

Mas D : “gak kuat minum non?”
Rency : “gak tau nih mas, kalau bir biasanya aku masih kuat minum. Tapi ini kok aneh rasanya.”
Mas D : “iya non ini bir oplosan jadi ya kalau gak biasa gak kuat.” mas D lalu menepuk-nepuk punggung ku membantuku untuk muntah lagi.
Rency : “sudah mas sudah gak mual lagi...” aku pun langsung berkumur dan membasuh muka ku sekalian di wastafel kamar mandi. Tapi tiba-tiba mas D memelukku dari belakang dan meremas-remas payudaraku.

Rency : “Mas !!”
Mas D : “non layani aku lagi yuk...”
Rency : “mas lepasin mas !!” mas D yang sudah sangat bernafsu mulai meraba-raba tubuhku lalu membalikkan badanku dan menciumku.
Rency : “mmmhhh..mas..mmmhhh...mhhh...” dia mulai menciumiku dengan ganas dan memasukkan lidahnya kedalam mulutku. Kedua tangan ku dikunci dengan tangan kirinya ditekuk kebelakang tubuhku dan tangan kanannya meremas-remas payudara kiriku.

Mas D : “ayo non...” mas D membalikkan tubuhku kembali kearah wastafel dan melucuti celana ku dan tak lama kemudian… “bles”
Rency : “ack...mas...ach ach...stop..ach...” aku yang bertumpu di wastafel ini kembali disetubuhi. Tangannya yang terbebas mulai meremas kedua payudaraku.
Mas D : “duh ...non...non….“
Rency : “achh...achh...achh...acchhh…”
Sekitar 15 menit kemudian aku merasakan sperma nya muncrat didalam.
Rency : “achh..mas...jangan...ach...jangan dikeluarin...lagi didalam...ach...”

Mas F : “wah sialan main gak ajak-ajak.”
Mas D : “wes mari aku. Nek gelem gantian wes ndang.” (sudah selesai aku, kalau mau gantian silahkan)
Mas F lalu memeluk ku yang masih diposisi tadi jongkok bertumpu di wastafel lalu dia mulai menggerayangi tubuhku dari belakang
Rency : “mas mas sudah...hiks...hiks...sudah mas...hiks...”
Mas F : “gantian aku ya non.” lalu mas F mendorongku ke lantak kamar mandi sampai dan menindihku di lantai kamar mandi. Dikangkangkan nya kaki ku laku dia mulai memposisikan dirinya untuk penetrasi. Aku hanya bisa menangis kembali menerima batang penis yang mulai mengoyak vaginaku. Mas F mulai menyetubuhiku di lantai kamar mandi yang dingin ini dan dia melucuti tantop yang aku kenakan sekarang. Dan tak lama kemudian mulai berdatangan mas mas yang lainnya. Dan mereka mulai menyetubuhiku bergantian didalam kamar mandi. Dan kesemuanya membuang spermanya didalam vaginaku sampai rahimku terasa penuh lagi. Mereka menyetubuhiku semalaman dan aku mulai tak sadarkan diri kembali.


--next day : Senin--
Aku mulai tersadar saat sekitar jam 6 dan matahari sudah mulai terbit tapi masih ada yang menyetubuhiku sekarang. Perlahan demi perlahan kesadaran ku mulai pulih.
Rency : "Hiks….sudah...mas...hiks...hiks...sudah…hiks...ampun..hikss...achhh...hiks.." aku memohon untuknya menghentikan ini semua.
Mas A : "Sudah...nonik nikmati saja…"
Rency : "Hiks...hiks...stop..mas...cukup..hiks…hmmmpffh.." mas A mencium bibirku agar aku terdiam.
Mas A : "Si nonik jual mahal lagi...sudah non...pasrah aja...non juga sudah pasti hamil sebentar lagi…"
Rency : "Enggak...hiks..hiks...enggak...aku gak mau...hiks hiks...stop mas...hiks…ACHH" aku merasakan cairan hangat menyembur memasuki rahimku. Cukup lama dia menahan posisi ini sampai akhirnya mas A tumbang dan berguling ke sebelahku. Aku pun berguling ke arah sebaliknya sembari menangis.

Tiba-tiba aku melihat suara pintu terbuka. Dan ternyata Tono dan Fredy yang membuka pintu. Sedikit terasa lega akhirnya aku bisa terbebas dari semua ini. Tono langsung memelukku dan menutup tubuhku dengan selimut di kasur ini dan dia lalu membawaku keluar dari tempat ini. Agak tertatih aku tak bisa berjalan dengan benar karena area selangkanganku terasa sakit dan rasanya banyak sperma yang menetes-netes dari dalam. Tono dan Fredy menyelamatkanku hari ini. Di Dalam mobil Fredy aku menceritakan semua yang terjadi selama 3 hari ini.

Fredy membawa kami ke kost Felice dan disana aku menangis dan aku meluapkan kesedihanku bersama sahabat-sahabatku. Kami semua sepakat untuk jangan sampai ada lagi yang tahu kejadian ini karena kalau sampai pihak kampus tau maka akan berpengaruh di studiku. Aku juga takut bila mereka (pihak kampus) menganggap ini sebagai aib dan malah men drop out ku. Aku tak ingin putus kuliah yang dibiayai susah payah oleh orangtua ku. Hari ini aku menginap di kost Felice dan Tono membelikanku beberapa pakaian untuk kukenakan. Aku juga mengabari orang tuaku untuk meminta ijin extend stay di kos Felice.

Hari berikutnya saat hari selasa, Tono menemaniku di kampus. Tono, Dony dan Fredy mencari mas Pram untuk membuat “perhitungan” atas perlakuannya kepadaku. Tapi ternyata mas Pram tak masuk kerja dan Tono menemaniku seminggu ini di kampusku sampai dia bolos kuliah selama menemaniku. Aku merasakan Tonk sangat care dengan ku. Dia mengkhawatirkan ku sampai-sampai menemaniku seminggu. Dia juga melarangku untuk berhubungan sex dulu dengan siapapun termasuk papa dan Nico. Dia juga menyuruhku untuk berpakaian lebih tertutup. Untuk Nico, dia aku beri penjelasan kalau tidak bisa menemuiku dulu karena Tono sedang berada disampingku saat ini. Dan dia juga paham karena memang dia hanya orang kedua sekarang. Aku juga tidur dirumah selalu mengunci pintu kamar agar papa tak masuk ke kamarku meminta jatah.

Tapi entah mengapa setelah 1 minggu kemudian, aku sendiri yang jadi tak nyaman. Terkadang suka tiba-tiba horny sendiri sampai-sampai vaginaku berkedut-kedut sendiri. Dan akhirnya aku kembali seperti sebelum-sebelumnya karena tidak bisa lagi membendung nafsuku sendiri. Aku kembali mengenakan pakaian yang lebih terbuka dan juga aku kembali “berhubungan” dengan pria-pria selain Tono. Untungnya Tono mengerti akan kebutuhanku dan mengijinkanku kembali.

--bersambung ke Chapter 35--
 
The EX 01 - Chapter 35
Timeline : 2009 awal April

--POV Rency--

Rency : "yank...sudah seminggu nih aku gak kamu bolehin main, main yuk"
Tono : "duh maaf nih yank. Lagi gak sempet nemenin kamu dulu nih. Sudah seminggu ini aku bolos kuliah buat temenin kamu kan. Jadi mau kejarin tugas yang numpuk. Maaf ya yank."
Rency : "yaaahh...bener-bener gak bisa ya? Sedih deh."
Tono : "hmm...emang nya kenapa yank? Kan aku suruh jangan aktif dulu kan. Aku worry gara-gara kejadian kemarin."
Rency : "iya yank, gak tau nih kenapa kok aku jadi gak bisa nahan nafsuku sendiri."
Tono : "emang dirumah papa gak minta jatah gitu?"
Rency : "kan aku nurutin kamu nih yang gak ngebolehin main dulu. Jadi kalau dirumah ya sudah aku tidur sampai kunci pintu kamar sekarang."

Tono : "ya sudah kalau bener-bener sudah gak tahan. Tapi aku belum bisa temani kamu sekarang yank. Sebagai permintaan maaf ku, aku bolehin deh sekarang kamu main. Tapi sama siapa dulu?"
Rency : "hmm...sama Nico boleh?"
Tono : "selain nico deh yank."
Rency : "kenapa yank?cemburu ya?hihihi"

Tono : "gak juga sih yank. Tapi kenapa Nico coba?"
Rency : "yah kasihan sih yank dari kemarin hubungin aku gak aku bales tuh, lagian kan kamu juga yang ijinin aku pacaran sama dia juga."
Tono : "ya udah kalau gitu"

Akhirnya aku minta ijin ke Tono hari ini by phone karena memang dia sedang tidak bisa menemaniku. Hari ini saja aku berangkat ke kampus naik taksi karena Tono tidak bisa mengantar karena seminggu kemarin sudah bolos kuliah juga untuk menemaniku seharian di kampus. Ada rasa senang karena dia care dan khawatir kalau terjadi apa-apa lagi denganku. Dia juga rasanya mulai cemburu dengan Nico. entah kenapa hal kecil seperti ini membuatku senang. Di kampus juga rasanya aku tak pernah melihat mas Pram lagi sekarang. Dengar-dengar isu nya dia sudah resign karena mungkin takut aku melaporkan kejadian kemarin. Dan juga sekarang OB perpus sekarang sudah di ganti sama mbak Maria.

Sedikit lega rasanya di kampus sudah aman sekarang. Hari ini juga berlalu sudah seperti hari-hari biasanya. Aku tidak harus “melayani” seseorang yang tak aku sukai lagi. Dan sekarang aku bebas mengenakan pakaian yang lebih terbuka juga. Seperti biasa, tanktop yang berdada rendah dan outer cardigan. Siang ini setelah aku selesai kuliah kelas, aku menghubungi Nico.
Rency : “Nico sayang, lagi apa nih? Lagi di kampus gak?”
Nico : “lagi dirumah nih ce. Lagi gak enak badan aku. Gara-gara dari kemarin gak ketemu kamu.”

Rency : “dih sakit-sakit masih sempet gombal. Aku kesana ya sekarang?”
Nico : “gak apa-apa nih ce? Aku gak bisa jemput kesana lho. Kepalaku pusing banget.”
Rency : “iya gak apa-apa aku naik taksi aja kesana sekarang.”

Aku pun langsung memesan taksi siang ini menuju kerumah Nico. Tapi aku ijin ke Tono terlebih dahulu dan juga bilang ke Fredy untuk ijin tidak kerja di perpus siang ini. Entah kenapa aku merasa gelisah sekarang ketika Nico sakit. Apakah ini perasaan bersalahku karena aku mengabaikannya kemarin atau memang perasaan ku yang tulus padanya. Kurang lebih 1 jam perjalanan akhirnya akupun sampai dirumahnya dan segera dibukakan gerbang oleh pembantunya.
Rency : “Nico ada bi?”
Pembantu : “ada non di dalam di kamarnya. Silahkan.” aku pun langsung menuju ke kamar nya Nico. Tapi sebelum sampai di kamarnya, aku sengaja untuk lebih menurunkan posisi lingkar atas tanktopku agar payuradaku lebih terlihat menyembul.

Rency : "yank...aku sudah di depan pintu nih" aku pun mengetuk pintu kamarnya.
Nico : "eh sudah sampai aja nih. Duh maaf ya gak aku jemput tadi buat kesini." Matanya langsung terbelalak melihatku sudah berada didepan nya.
Rency : "iya gak apa-apa. Sakit apa sih?" Tangan ku memegang jidatnya dan memang panas.
Nico : "iya nih kangen kamu sampai sakit aku"

Rency : "halah gombal. Sudah istirahat lagi sana yank. Jangan banyak aktifitas dulu biar cepet sembuh." Aku mendorongnya kembali ke kasur agar Nico bisa istirahat dan menemaninya diatas kasur. Tapi aku tak lupa untuk menutup pintu kamar terlebih dahulu. Diatas kasur kami berbincang-bincang cukup banyak. Dia juga bertanya kemana aku kemarin-kemarin tidak bisa dihubungi. Aku cuma minta maaf dan beralasan mengerjakan tugas kuliah yang cukup banyak. Saat berbincang-bincang aku tau matanya tak lepas dari area payudaraku. Sengaja memang aku tiduran di sampingnya sambil memberikan "kode".

Rency : "eh yank...itu kok bangun...hihi" aku melihat tonjolan di celananya dan Nico hanya bisa diam.
Rency : "duh sakit-sakit kok masih bisa tegang." Kemudian aku mulai mengurut penisnya dari balik celananya dan mencium pipinya.
Nico : "duh gimana bisa tahan kalau deket kamu ce...tapi nanti kamu tertular lho kalau deket-deket gini."
Rency : "gak mau ya?"aku menghentikan aksiku.

Nico : "yaaah...kok berhenti ce?" Muka polosnya yang nampak kecewa sangat lucu rasanya.
Rency : "ya sudah aku lanjutin ya" akupun memposisikan diriku atas kakinya dan segera melepas celananya. Aku yang memang sudah tidak tahan lagi untuk memuaskan nafsuku langsung mengulum penisnya.
Rency : "mmmhhh...mmmhhhhh...mmhhh...ssshh...mmmh"
Nico : "oh terus ce….oh.." tangannya mulai mengusap-usap rambutku. Sedangkan aku tetap mengulum penisnya. Rasanya aku harus menuntaskan nafsuku yang sudah ku tahan seminggu hari ini.
Rency : plop… "yes...sudah tegang banget ya yank, aku naikin ya."
Nico : "iya ce…"

Aku mulai melepas celanaku dan segera menaiki Nico.
Rency : "aahh….yess...nic...ahh..ahh..ahhhh"
Nico : "ah ce...lupa..***k pakai...kondom ce...ah...ah"
Rency : "ahh..***k..ahh.***k apa-apa yank...ahh..tahan ya...ahh...jangan keluar didalam...achhh...shhh..achh"
Aku pun terus menggenjot Nico dari atas (posisi woman on top) karena sudah tak tahan lagi. Nico juga tangannya mulai meremas-remas payudaraku dengan gemasnya.
Rency : "acchh nic...aku...keluar...achh...achh.." aku merasakan orgasme dalam waktu cukup singkat dan rasanya cairan vaginaku membasahi paha Nico. Nico lalu menarik tantop ku sampai akhirnya payudaraku keluar dan mulai dihisapnya bergantian saat dia menegakkan badannya.

Sekitar 15 menit kemudian Nico melepaskan hisapannya di payudaraku.
Nico : "ah ce...aku mau keluar...cabut ce.." aku memang merasakan penisnya mulai berkedut-kedut didalam dan segera aku berdiri lalu kembali mengurut penisnya.
Rency : "ayo sayang..keluarin…"
croot...croot..croot..crott… dan akhirnya spermanya muncrat mengenai mukaku. Segera aku kulum lagi penisnya yang masih mengeluarkan sperma yang cukup banyak lalu setelah itu ku telan.
Rency : "duh banyak banget yank keluarnya."

Nico : "iya nih...kangen banget sama kamu rasanya."
Rency : "kangen apa horny?"
Nico : "dua dua nya.hehe."
Rency : "aku bersih-bersih dulu ya yank. Ini kamu muncrat sampai kena rambutku nih"
Nico : "iya yank."

Setelah itu aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku dan setelah itu aku kembali memakai pakaianku. Ternyata tantopku terkena sedikit sperma Nico jadi ada bekas sperma mengering di sisi talinya tapi tetap aku pakai saja.
Rency : "eh yank. Aku laper nih, mau aku buatin sesuatu?"
Nico : "pesan aja yank jangan masak, ribet nanti. Atau gak minta ke bibi aja."
Rency : "enggak ah aku aja yang buatin special buat kamu. Kamu mau request apa yank?"
Nico : "ya udah kalau maksa, bikinin sandwich aja yank di dapur ada semua bahannya"
Rency : "ok sayang, aku bikinin dulu ya." Aku yang hanya mengenakan atasan tanktop dan bawahan celana jeans panjang ini menuju ke dapur dan membuatkan sandwich untuk makan siang ku dan Nico.

Rency : "bi.aku mau buatin Nico sandwich ni. Pinjem dapurnya dulu ya bi.hehe"
Pembantu : "eh si non pakai minta ijin segala, pakai aja non. Saya juga mau lanjut bersih-bersih belakang"
Rency : "ok bi" aku pun melanjutkan membuat sandwich. Dan saat aku sedang asik sendiri membuat sandwich tiba-tiba ada yang menepuk pantatku.
Rency : "aw…." Spontan aku menoleh kebelakang.
Rency : "eh ko Rico. Kirain Nico tadi turun main tepok aja bikin kaget."
Ko Rico : "hehe...asik bener Ren sampai gak sadar ada orang dibelakangnya."

Rency : "iya nih ko, si Nico lagi ku buatin sandwich ini. Aku tawarin masakin sesuatu eh malah cuma minta ini."
Ko Rico : "hmm...aku minta satu ya"
Rency : "boleh ko ini aku bikin banyak kok.hehe" ko Rico pun langsung mengambil sandwich yang sedang aku siapkan untuk Nico. Tapi karena posisi ku masih menghadap ke arah kitchen set jadi entah disengaja atau tidak ko Rico seperti mendorongku dari belakang dan dia tetap berdiri di belakangku sambil memakan sandwich nya.
Ko Rico : "pinter juga kamu Ren bikin ginian"

Rency : "cuma sandwich aja kok ko kan gampang cuma potong roti, sayuran, keju, disatuin sudah."
Ko Rico : "tapi enak lho serius, aku ambil 1 lagi ya"
Deg...kembali ko Rico seperti mendorongku dan kali ini aku merasakan ada yang janggal. Rasanya ada yang menekan pas di belahan pantatku dari belakang.

"Apa ko Rico sengaja ya dari tadi berdiri dibelakangku. Rasanya ada yang menggesek-gesek pantatku dari belakang. Apa aku kerjain sekalian saja ya. Soalnya ko Rico sebenernya ganteng juga menurutku, badannya juga lebih atletis dibanding Nico, meski sudah usia 30 tapi masih nampak seperti 20an" tiba-tiba terlintas pikiran iseng di otak ku. Aku pun agak membungkuk dan menonjolkan pantatku kebelakang agar ko Rico makin mudah curi-curi kesempatan. Dan benar saja, dia mulai menempelkan penisnya yang sudah mengeras di balik celananya ke pantatku. Aku yang masih pura-pura sibuk memotong sayuran dan roti membiarkannya menggesek-gesek penisnya. Cukup lama aku biarkan posisi seperti ini sampai selesai aku membuat senampan penuh sandwich.

Rency : "nah udah cukup kayaknya. Aku naik dulu ya ko ke kamar Nico. Ko Rico sudah cukup sandwich nya?" Aku menawarinya lagi sebelum naik ke kamar Nico.
Ko Rico : "hmm boleh deh aku minta 3 lagi ya Ren. Sini aku bantu bawain. Kan kelihatannya banyak itu."
Rency : "iihh...makasih koko"

Aku pun naik ke lantai 2 dan sandwich nya dibawakan ko Rico.
Ko Rico : "eh Ren aku minta dulu dong." Ko Rico lalu ke kamar nya membawa sandwich tadi dan aku pun mengikutinya.
Rency : "sudah nih cukup segitu ko?"
Ko Rico : "hmm kurang Ren"
Rency : "ambil lagi lah ko...tapi jangan di abisin."

Ko Rico : "bukan sandwich nya. Tapi kurang kamu nya."
Rency : "mmmhhh….ko...stop" tiba-tiba ko Rico mencium ku.
Ko Rico : "sudah jangan nolak gitu dong Ren, tadi kan kamu juga yang mancing-mancing, aku tau kamu juga mau kan?"
Rency :"jangan ko, jangan sekarang, ada Nico disebelah kan."
Ko Rico : "sudah gak apa Ren…"

Rency : "mmmhhh...mmhhh" ko Rico kembali menciumku sambil mendorongku kearah pintu untuk mengunci pintu kamarnya. Disandarkannya tubuhku di balik pintu. Nafsuku ku juga kembali bangkit setelah dicium mesra oleh ko Rico dan tanpa sadar tangan ku sudah melingkar di tengkuknya sambil memejamkan mata menikmatinya. Tangan ko Rico juga mulai meraba area pantatku lalu naik ke punggung dan akhirnya meremas payudaraku.
Rency : "ah...ko….ah...mmmhh…" aku pun refleks mulai mendesah ketika ko Rico memainkan payudaraku.u. Tapi tangannya tak hanya berhenti disitu. Tak lama kemudian tangan kirinya mulai masuk kedalam celana ku dan jari-jarinya menggesek vaginaku.
Ko Rico : “kok sudah basah Ren?”

Rency : “ya kamu mainin juga sih ko..sudah ya...ada nico disebelah nanti dia cariin aku...UAACH….”tiba-tiba jarinya sudah menyelip kedalam vaginaku dan mengorek-ngorek dalamnya.
Rency : “ko sudah ko...achh...sudah...achhh...”
Ko Rico : “sudah kok makin basah Ren”
Rency : ”achh...sudah ko...achh…mmmmhhhf..” ko Rico kembali menciumku dan jari-jarinya terus mengorek bagian dalam vaginaku. Rasanya sudah masuk 2 jari didalam. Karena rangsangan yang kuterima akhirnya aku orgasme juga dan membanjiri tangan ko Rico.
Rency : “ACHH...ACHH...ko...ACCH...” dan akhirnya ko Rico mencabut tangannya dari dalam celanaku. Karena tubuhku sudah tidak ada yang menahan akhirnya aku terduduk di lantai menikmati sisa-sisa orgasmeku.

Karena sudah terlanjur, akhirnya aku berjongkok didepan ko Rico dan segera membuka zipper celananya sambil tersenyum menggoda menatap ko Rico dari bawah. Ko Rico pun faham dan mulai menyodorkan penisnya yang sudah mencuat keluar dari celananya.
Rency : “oh...ini toh yang dari tadi didapur nge gesek-gesek pantatku. Hihi...gede juga ya ko...”
Ko Rico : “hehe kamu juga sih Ren yang mulai godain kan nyodorin pantat mu yang sekel itu.”
Rency : “mmmhh...enggak kok...mmhh..” aku menjawab sambil mengulum penisnya.
Ko Rico : “eh punya ku sama Nico gedean mana?”

Rency : “mmmhhh...panjang punya Nico...mmmhh...tapi...mmmhh...punya mu lebih gede sih ko...mmhh” memang lebih panjang punya Nico tapi mungkin karena ko Rico lebih rajin olahraga dan membentuk tubuh jadinya bagian penisnya juga lebih besar dan berurat. Tak lama kemudian ko Rico mengangkatku ke kasur dan sekarang dia melepas celana ku yang agak basah karena cairan orgasme ku barusan. Setelah lepas, gantian sekarang ko Rico yang mengoral vaginaku sambil mencolok-coloknya dengan 3 jarinya.
Rency : “uunngghh...ko...terus...ungghhh..uhh...” makin lama gerakan jarinya makin cepat da jilatan lidahnya di clitorisku juga semakin menggila rasanya. Sampai sampai….
Rency : “uuh...ko...aku mau keluar lagi...AACHH...” akhirnya aku mengejan dan cairan ku membasahi muka ko Rico.
Ko Rico yang tau aku sudah orgasme lagi membiarkanku menikmatinya. Tapi tak lama kemudian ko Rico sudah menindihku dan mulai mengarahkan penisnya ke dalam vaginaku.

Rency : “oohh...ko...ochhh...ochh...” penisnya mulai keluar masuk didalam vaginaku.
Ko Rico : “uh Ren..***gi banget kamu kalau sama Nico...uh...mending sama aku aja...uhh...”
Rency : “oohh..ko...och...bukannya...och...kamu sudah punya tunangan ya….oooochhh...”
Ko Rico : “iya tapi sayang banget kalau kamu sama Nico...uh...aku sendiri sudah bayangin tubuhmu pas gak sengaja ngintip kalian kemarin...uh...”
Ko Rico menggenjot tubuhku dengan kecepatan tinggi yang membuatku semakin kelojotan.

Rency : “oh..ko….terus...ko...oochh….ochh...tapi...oochhh..aku pacarnya Nico...occhh...”
Ko Rico : “tapi...aku juga inginkan kamu Ren...uh..”
Rency : “oochh...terus ko...occh puasin aku...AACHH” akhirnya aku memperoleh orgasmeku lagi. Dan tiba-tiba ko Rico mencabut penisnya dan mengarahkannya ke muka ku.
"Crot...crot...crottt..crot…" dia menyemprotkan spermanya di mukaku.

Akhirnya belepotan lagi mukaku tapi ko Rico segera memberiku tissue basah untuk mengelap spermanya.
Rency : "duh ko. Muka ku jadi lengket-lengket nih. Banyak banget sih keluarnya."
Ko Rico : "hehe iya Ren. Daripada aku keluarin didalam kan."
Rency : "memangnya ko Rico berani?"
Ko Rico : "kalau kamu mau why not?"

Rency : "haha jangan lah ko, nanti mau ngomong apa aku ke Nico kalau sampai hamil sama kamu ko. Lagian kamu juga sudah punya tunangan kan ko. Eh ya ko aku langsung ke kamar Nico ya. Kasihan dia kayaknya nungguin kelamaan."
Ko Rico : "iya Ren. Tapi jaga rahasia kita ini ya."
Rency : "harusnya aku ko yang bilang gitu. Ya udah aku ke kamar Nico dulu ya ko."

Aku langsung mengenakan celana ku lagi dan membawa sandwich yang ku buat tadi ke kamar Nico.
Rency : "sayang, ini sandwich nya"
Nico : "lama banget si bikinnya, 1 jam lebih lho. Ngapain aja ce di dapur?"
Rency : "ya bikin ini. Hehe lumayan banyak kan. Yuk yank makan dulu." Akhirnya aku siang ini menemani Nico sampai sore dikamarnya dan baru pulang kerumah sekitar jam 6 sore. Dan semenjak hari ini, aku kembali aktif berhubungan sex lagi dengan Tono, Nico, Papa, mas Moko, bahkan ko Rico dan terkadang Fredy.
 
The EX 01 - Chapter 36
Timeline : 2009 May

--POV Rency--

"Hooeek...hooek…" rasanya pagi ini tiba-tiba aku mual sekali. Rasanya badan juga lemah tak bertenaga dan juga pusing. Aku pun mondar-mandir dari kamar ke kamar mandi gara-gara ini. Perut bagian bawah ku juga kram rasanya.
Mama : "kenapa nduk?masuk angin? Mama lihat dari tadi kamu muntah-muntah"
Rency : "gak tau nih ma. Mungkin aja masuk angin soalnya sebulan ini begadang terus kerjain tugas."
Mama : "mau ke dokter ta nduk?"

Rency : "gak usah ma. Aku istirahat aja dulu hari ini ya ma bolos kuliah. Nanti mungkin minta tolong bude aja buat kerokin."
Mama : "ya sudah kalau gitu, tapi kalau makin parah ke dokter ya nanti. Badan mu juga agak panas ini." Sambil memegang dahi ku.
Rency : "iya ma...ini paling juga kecapekan aja kok"
Mama : "ya sudah, mama berangkat kerja dulu ya. Yuk pa berangkat"
Papa : "istirahat ya nduk jangan kerjain kerjaan rumah."
Rency : "iya pa, ma. Hati-hati dijalan."

Akhirnya papa dan mama berangkat bekerja dan aku dirumah sendiri. Bude mungkin agak siangan baru datang. Aku pun kembali rebahan di kamar beristirahat. Entah kenapa rasanya mual sekali pagi ini. Harusnya hari ini aku ada kuliah dan Tono pagi ini mau menjemputku. Sekitar jam 8, Tono sudah berada di depan rumahku dan kubukakan pintu gerbang mempersilahkannya masuk.
Tono : "kok belum siap-siap yank?"
Rency : "aku gak ke kampus yank, gak enak badan nih"
Tono : "ya udah aku temani dulu ya hari ini."
Rency : "gak usah yank, kan kamu ada kuliah jam 10 kan?"
Tono : "iya sih, ya sudah kalau begitu aku ke kampus dulu ya...mmmmuuuah" Tono menciumku tapi tangannya selalu tak bisa diam dan menggerayangi payudaraku.

Rency : "aw...udah yank...duh kok nyeri ya"
Tono : "hmm...kok aneh yank?kamu kapan terakhir mens?"
Rency : "lupa yank, maret kalau gak salah. Kenapa yank?"
Tono : "mau cek testpack?"
Rency : "ah enggak ah, buat apa yank. Kan biasanya mens ku telat"

Tono : "iya sih tapi worry aja yank, apalagi setelah kamu mengalami kejadian kemarin itu."
Rency : "enggak kok yank paling cuma telat mens dan ini mau mens aja jadi gini rasanya."
Tono : "hmm tapi aku tetep worry nih."
Rency : "sudah-sudah cepet berangkat kuliah sana yank nanti telat lho."
Tono : "ya sudah aku berangkat dulu ya, kamu istirahat biar cepet pulih."
Rency : "iya yank."

Akhirnya Tono berangkat kuliah dan aku kembali masuk ke dalam kamar ku untuk beristirahat. Aku pikir-pikir ada benarnya juga kekhawatiran Tono. Jangan-jangan aku hamil. Karena belum pernah seperti ini sebelumnya. Siang ini bude datang dan kerokin badan ku. Lalu sorenya aku jalan sendiri ke apotek untuk membeli testpack. Dan ternyata…..

Aku mencoba beberapa testpack dan hasilnya positif semua. Seketika itu aku pun bingung. Apa ini hasil dari penculikan yang aku alami kemarin atau bukan. Karena setelah itu aku kembali aktif. Kalaupun iya berarti antara Papa, mas Moko, atau para penculikku kemarin yang aku tak tahu siapa saja mereka. Aku kebingungan dan akhirnya aku menelpon Tono.
Rency : "yank…."
Tono : "iya yank. Aku baru selesai kelas nih. Kenapa-kenapa?"

Rency : "hmm...jangan marah ya. Aku barusan test yank...ternyata...testpack ku positif semua. Aku harus gimana ya ini?aku bingung...kamu bisa kesini gak temani aku malem ini. Gak tau jalan kemana gitu yank. Bingung aku."
Tono : "HAH !!! Serius?"
Rency : "iya yank…."
Tono : "ya sudah aku segera menuju kesana jemput kamu jalan-jalan"

Satu jam kemudian Tono sudah sampai di depan rumahku dan mengajakku jalan-jalan. Aku juga sudah pamitan ke bude kalau mau jalan malam ini sama Tono dan respons bude kurang mengenakkan. Aku tau bude khawatir karena dianggapnya aku sedang sakit. Tapi aku butuh Tono untuk menenangkanku saat ini.

Rency : "yank...gimana ini sekarang?"
Tono : "aku juga bingung ini yank. Memangnya setelah kamu mens terakhir kali. Kamu main sama siapa aja yang gak pakai kondom?"
Rency : "selain yang nyulik aku kemarin itu cuma Papa sama mas moko yank. Kalau yang lainnya pakai kok. Atau gak dikeluarin diluar."
Tono : "papa kenapa sekarang jadi gak pakai sih yank?"

Rency : "gak tau yank...mungkin gara-gara tau aku ada kista ovarium jadi kayak nyepelekan gitu."
Tono : "aduh...bingung aku. Apa kita terus terang ya ke keluargamu tentang kejadian kamu diculik itu"
Rency : "jangan yank...kalau itu sudah kadaluarsa kasusnya 2 bulan lalu. Aku takut malah dimarahi karena gak langsung ngomong"
Tono jadi ikutan bingung sekarang.

Rency : "apa kita nikah aja ya yank sekarang?"
Tono : "hah? Maksud kamu gimana yank?"
Rency : "iya nikah, jadinya kan kalau aku hamil gini aman yank."
Tono : "terus aku kasih makan kamu apa nanti?kita juga masih belum lulus kuliah. Belum lagi di negara kita gak boleh kan nikah beda agama. Apa kamu mau ikut aku?"
Aku jadi kecewa setelah mendengar jawaban Tono. Rasanya dia tidak mau bertanggung jawab kepadaku. Tapi aku juga masih sangat sayang kepadanya. Tak ingin rasanya dia pergi dari kehidupanku. Dan cuma Tono juga yang faham "kebutuhanku".

Rency : "terus gimana yank? Aku juga gak bisa tutup-tutupi ini selamanya. Lama kelamaan pasti perutku membesar." Lalu Tono memelukku.
Tono : "sudah yank. Kita pikirkan gimana caranya dulu nanti. Kalaupun terpaksa. Salah satu dari kita harus mengalah untuk nikah ikut siapa dulu. Entah aku yang ikut cara mu atau sebaliknya. Sudah sudah jangan di pikirkan lagi." Sambil mengusap rambutku, Tono mengecup keningku untuk menenangkanku.

Waktu pun berlalu, hari berganti hari dan mulai terlihat perubahan di tubuhku. Berat badan ku bertambah dan payudaraku semakin membesar rasanya sampai aku harus menambah ukuran bra ku. Papa menyadari perubahan di diriku. Dia sering bertanya saat sedang menyetubuhiku.
"Rasanya payudaramu kok semakin membesar nduk?"
"Kamu kok tambah berat nduk?"
"Perutmu kok agak mengeras nduk?"
Dan berbagai pertanyaan lain yang tak bisa aku jawab karena aku pun bingung, aku tidak bisa terus terang ke papa kalau aku sedang hamil. Karena aku juga tak tau yang berada didalam rahim ku ini benih siapa.

Haruskah aku jawab ini benih papa. Tapi nanti kalau sampai lahir dan tidak chinese, aku jadi susah menjawabnya lagi. Ingin rasanya ku tutupi selamanya kejadian yang lalu itu. Tak mungkin juga aku berterus terang karena akan membuat keluargaku berantakan. Bisa jadi papa dan mama bercerai karena aku. Aku juga tak mau kalau harus kembali ke pengasuhan ibu kandungku lagi yang sudah meninggalkanku dan memberikan aku ke papa dan mama ku sekarang ini.

Aku terus menutupi kondisiku yang sekarang ini dan cuma Tono yang tau. Sampai akhirnya aku mengalami musibah di akhir bulan May ini. Aku pulang kerumah diantar Gea dan mengalami kecelakaan di jalan. Motor Gea tersenggol mobil dan kami terjatuh di sisi jalan. Gea hanya mengalami lecet-lecet, sedangkan aku mengalami pendarahan hebat karena perut bawahku tertekan bagian dari motor.

Aku pun dibawa ke Rumah sakit karena pendarahan dan akhirnya seluruh keluargaku tau kalau aku sedang hamil 12 minggu dan sekarang keguguran. Mama, Papa, dan Bude sangat marah kepada Tono. Mereka bertiga seperti meminta pertanggung jawaban Tono. Karena aku yakin ini bukan benih Tono dan juga aku tak mau kalau sampai harus berpisah dengan nya, aku pun membela Tono dan memohon kepada papa dan mama ku untuk tidak lagi memarahi Tono (tanpa menyebutkan ini benih siapa karena aku juga tak tau harus bilang apa). Aku memohon agar hubungan ku dengan Tono tidak dihalang-halangi. Tetapi, karena kejadian ini akhirnya keluargaku semakin sulit menerima Tono.
 
The EX 01 - Chapter 36.5
Timeline : 2009 pertengahan Mei

--POV Rency--

Hari ini aku kembali ijin tidak masuk kuliah karena tubuhku rasanya lelah sekali. Entah kenapa sejak mengandung ini aku jadi gampang kelelahan. Tidak seperti sebelum-sebelumnya. Meskipun pernah dalam 1 hari aku harus "melayani" 3 orang (pagi Tono, sore Nico, dan malam nya papa), rasanya esok hari nya aku kembali segar bugar. Tapi kali ini rasanya sangat-sanhat lelah dan tubuhku tak bertenaga. Di tambah lagi mual-mual setiap pagi yang sekarang harus aku tutup-tutupi dari keluargaku.

Rency : "pa, ma, aku ijin gak masuk kuliah ya hari ini. Capek semalam habis lemburin tugas." Aku beralasan demikian agar diijinkan.
Mama : "jangan sering-sering bolos kuliah nduk. Nanti kamu susah lulusnya. Mama sama papa biayain kamu ini gak murah loh."
Rency : "iya ma...maaf ya. Tugasnya banyak jadi kelelahan."
Mama : "ya sudah kamu istirahat aja, mama sama papa mau berangkat kerja dulu"
Rency : "iya ma makasih."

Akhirnya hari ini aku bisa beristirahat dirumah. Rasanya aku sudah sering bolos bulan ini. Bahkan pekerjaan di perpus sering digantikan oleh Dony dan Fredy. "Duh...ini aku kenapa sih gampang banget capek sekarang." Sambil aku mengelus perut bawahku yang semakin membesar walau tak begitu terlihat karena dasarnya aku sendiri sudah agak gemuk. Berat badan ku sekarang bertambah 5kg dari sebelumnya dan membuatku nampak lebih chuby.

Karena hari ini aku dirumah jadinya aku berberes Rumah seperti biasa. Meski tak bertenaga tapi aku harus membantu papa dan mama mengurus rumah. Aku yang masih mengenakan piyama tidurku mulai start berberes rumah. Saat aku menyapu rumah tiba-tiba Cleo menghampiriku.
"Guk guk...guk…" sambil menggoyang-goyangkan ekornya di sebelahku lalu mulai melompat-lompat menggesek kaki ku. "Hmm...apa sudah musim kawin lagi ya cleo ini" pikirku. "Ssshhh cle...nanti ya...aku nyapu dulu." Aku pun menghardik cleo dulu agar aku dapat menyelesaikan tugas bersih-bersih rumah terlebih dahulu.

Setelah selesai semua, aku beristirahat duduk di depan TV dan cleo kembali menghampiriku. "Duh apa sih cle...lagi birahi ya?musim kawin sekarang?" Kataku ke cleo. Kaki kiri ku tiba-tiba di naiki oleh cleo dan dia mulai menggesek-gesekkan tubuhnya di kaki ku. Rasanya penis cleo semakin membesar dan terasa panas menggesek di telapak kaki ku. Melihat cleo yang sedang menggesek kaki ku rasanya membangkitkan nafsuku sendiri. Aku pun mulai meremas payudaraku sendiri dan tangan kanan ku sudah masuk ke bagian bawahku dan mulai mengelus vaginaku sendiri. Sambil memejamkan mata, aku sudah mulai terhanyut dalam nafsuku sendiri. Karena semakin tak bisa membendung akhirnya aku menarik kaki kiri ku yang sedari tadi di setubuhi cleo. "Cle...sudah ya kaki nya." Cleo yang sudah birahi pun marah dan menggeram.

Kemudian aku pun berdiri dan melepas celana pendek piyama dan cd yang kukenakan sekarang. Sehingga sekarang area bawahku sudah terbuka. "Jangan di kaki ya cle...disini aja…" lalu aku terlentang di lantai dan mengangkangkan kaki ku. Cleo yang nampaknya mengerti mulai menjilati vaginaku yang sudah basah karena ku elus daritadi.
"Aaahh...cle...aaaahhh…"jilatan demi jilatan lidah cleo membuat nafsuku semakin naik. Aku pun memejamkan mata menikmatinya sambil terus meremas-remas sendiri payudaraku. "Ah cle...pelan-pelan. sakit ketekan dedek bayinya." aku terkejut dan sedikit kesakitan ketika kaki cleo menginjak perut bawahku. Cleo mulai berpijak di perutku untuk memposisikan penisnya di depan vaginaku. Tak lama kemudian. Blesss…. "Ugh...cle...aachh...achh…" penis cleo akhirnya masuk kedalam vaginaku dan mulai menggenjotku. Dan karena kaki depannya bertumpu di atas perut bawahku rasanya sedikit sakit menekan janin yang ada didalam rahimku.

"Achh..achh...cle...achh...achh...acchhh" aku yang terlentang di lantai mendesah-desah keenakan seiring hujaman penisnya didalam vaginaku.
"Ackk...cle...ackkkkkk…mentok cle...ackk...ack...jangan dalam-dalam...aaaack.." rasanya kali ini ujung penisnya membentur dinding luar rahimku. Aku khawatir kandunganku bermasalah ketika cleo menusukkan terlalu dalam. Tapi disisi lain aku juga merasakan kenikmatan tersendiri seiring hantaman ujung penisnya di dinding rahimku.

Sekitar 10 menit kemudian….
"AARRRGG...CLE….AAACHHHH….ACHHH...PANAS...ARRRGHH" cleo menyemburkan spermanya didalam vaginaku dan cairan panas itu menyembur keluar lagi dari dalam karena tak bisa ditampung oleh vaginaku. Aku juga merasakan bonggol penisnya mulai membesar. Untungnya karena penisnya tak masuk semua, aku masih bisa mendorong cleo agar tak sampai mengunci di dalam vaginaku. Cleo yang kudorong akhirnya mencakar area perut bawahku tetapi karena kuku nya sudah aku potong jadinya hanya lecet sedikit saja di perutku. Aku yang masih sangat bernafsu langsung duduk dan memegang penis cleo yang masih menyemburkan spermanya lalu aku kulum penisnya. Aku biarkan cleo puas mengeluarkan semua spermanya didalam mulutku lalu ku telan.
"Uuff...uffff...uffff….glek.."

"Sudah ya cle...sudah puas kan…" dan seakan dia mengerti, cleo pun menyalak "guk" lalu pergi begitu saja meninggalkanku yang masih dilantai ini. "Huff...dasar cleo. Kenapa juga aku tadi menyedot spermanya ya." Akhirnya aku pun mandi dan membersihkan badan ku. Karena aku tak bisa menampung sperma cleo di rahimku jadinya kaki ku belepotan dengan spermanya. Srtelah mandi aku pun melanjutkan pekerjaan rumahku hari ini. Aku memasakkan beberapa jenis masakan untuk pap dan mama.

--malam hari nya--
"Tok tok tok...nduk...sudah tidur belum?" Aku mendengar suara dari balik pintu kamarku. Aku pun melihat jam sudah jam 11 malam.
"Belum pa." Kemudian aku membukakan pintu kamarku. Aku melihat papa yang hanya mengenakan sarung dan bertelanjang dada langsung masuk ke kamarku.
Papa : "nduk temani papa malam ini ya."
Rency : "eh tapi pa...mmmmhhhh...mmmhhh" papa langsung menciumku dan memelukku.
Rency : "mmmmhhh...pa...mmmhhhh" aku pun membalas ciumannya. Tangan papa juga mulai bergerilya di tubuhku. Tak lama kemudian aku dan papa sudah melepas pakaian yang kami kenakan masing-masing. Papa tinggal melepas sarungnya sedangkan aku masih harus melepas piyama tidurku. Setelah itu ciumannya mulai menyusuri leherku dan berhenti di payudaraku. Dalam posisi masih berdiri, papa menghisap dan mempermainkan payudaraku.

Rency : "nngghhh..pa...nggghhh" aku hanya bisa melenguh perlahan mengingat ada mama di kamar sebelah.
Papa : "nduk...pegangan meja nduk."
Rency : "iya pa...nngghh" aku pun membungkuk sambil berpegangan di meja dan papa mulai merangsangku dengan menggerayangi tubuhku dari belakang. Aku mulai merem melek merasakan tiap rangsangan yang di lakukan papa. Mulai dari menciumi tengkuk ku, meremas payudaraku yang menggantung, dan juga meraba-raba pantatku.
Papa : "nduk...dadamu kok tambah besar ya nduk rasanya"
Rency : "ahh...iya pah...ahh...papa mainin terus sih...ahh.. pah...masukin pah…"

Aku yang mulai tak sabar meminta papa untuk mulai menyetubuhiku dan blesss….
Rency : "ach….yes..pa...ach ach..ach..ach" papa mulai menggenjotku dari belakang sambil tetap meremas-remas payudaraku yang menggantung.
Papa : "duh nduk...kamu kok makin pintar ngejepit gini…"
Rency : "ach..enak pa...ach...achh.."
Karena genjotan papa yang semakin kencang akhirnya tubuhku semakin terdorong dorong di atas meja dan perutku mulai membentur-bentur meja.
Rency : "ach..pa...ach..pa...pelan-pelan...achh" aku pun meminta papa untuk menurunkan speed nya karena perut bawahku yang membentur meja terasa sakit. Tapi papa tak juga menurunkan speednya.

Karena papa tak menurunkan speednya maka aku meminta untuk ganti posisi.
Rency : "ach...pa..***nti...posisi...achh" kemudian papa meleepaskanku dan aku menggandeng papa ke kasurku.
Papa : "jongkok nduk"
Aku mengerti papa ingin posisi doggystyle jadi aku pun bersiap-siap tertelungkup di kasur.
Rency :"ah...pa..ah..ah..ah...ahh…" papa kembali menggenjotku.
Sekitar 15 menit papa menggenjotku akhirnya…

Papa : "ah nduk...papa mau keluar.."
Rency : "ahh..pa...cabut pa...ah…"
crut crut cruuut...papa menyemburkan spermanya didalam vaginaku. Karena memang rahimku sudah terkunci tak bisa dimasuki sperma lagi, sperma papa mengalir keluar kembali menetes di kaki ku. Seperti menyembur kedalam tapi memantul kembali keluar.
Rency : "pa...kenapa didalam sih pa...papa juga gak pakai kondom kan…" aku berkata demikian agar papa tak curiga kalau aku sekarang sedang mengandung.
Papa : "iya nduk...jepitanmu enak banget nduk sampai gak nahan papa. Maaf ya nduk.." papa pun mencabut penisnya kemudian terlentang disampingku.

Papa : "makasih ya nduk"
Rency : "iya pa...sudah kan...papa balik gih kekamar sendiri"aku yang masih mengatur nafas menyuruh papa untuk kembali ke kamar nya sendiri. Karena bisa bahaya kalau papa bertanya-tanya lagi. Terlebih lagi dengan tubuhku yang sedang telanjang bulat ini agak terlihat kalau perut bawahku mulai menonjol.
Papa : "iya nduk...papa keluar ya…"
Rency : "iya pa…"
Papa mengenakan sarungnya kembali dan keluar dari kamarku.
 
The EX 01 Chapter 37
Timeline : 2009 Mei Akhir

#NO SARA
--POV Tono--

Siang ini karena kuliah sudah selesai, aku bersantai di kost Ramdan dan Aji. Seperti biasa, main game di konsol bareng-bareng disana. Sampai tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Tiba-tiba ada telepon masuk dari Fredy.
Fred : “Ton...buruan nyusulin gw ke jl.****.”
Tono : “eh bentar-bentar. Kenapa Fred?”
Fred : “Rency sama Gea kecelakaan”
Tono : “eh kok bisa? Ya udah gw kesana.”
Mendapat kabar kalau Rency kecelakaan, aku pun langsung menuju ke lokasi jalan yang diberitahu oleh Fredy. Memang sore ini Rency bilang kalau mau pulang bareng Gea. Karena Gea masih baru punya motor jadi meminta Rency menemaninya pulang hari ini.

Aku memacu motor ku dan sekitar 20 menit sudah sampai di lokasi. Aku melihat Fredy berdiri di lokasi kejadian dengan 1 orang polisi dan motor Gea yang sudah rusak.
Tono : “Fred… Rency mana?”
Fred : “sudah di bawa ke RS *** sama Gea sama Felice juga naik taksi ini tadi”
Tono : “kok bisa sih ini. Kejadiannya gimana?Terus Rency sama Gea gimana?”
Fred : “tadi motor Gea oleng keserempet mobil Ton pas mau nyalip mobil box didepannya. Untungnya mereka gak jatuh di sisi yang bahaya jadi gak kelindes mobil belakangnya Ton. Gea nya cuma lecet-lecet. Tapi Rency pendarahan.”
Tono : “hah! Pendarahan gimana?”
Fred : “iya Ton, pendarahan di area selangkangannya. Gw tau Rency lagi hamil kan.”
Seketika itu aku langsung terdiam.
Fred : “ayo Ton kita susulin ke RS. biarin motor nya Gea disini diamanin sama polisi.” Fredy langsung mengajakku menyusul ke RS.

Sesampainya aku dan Fredy di RS, kami bertemu dengan Felice, Nada, dan Dony di selasar UGD. aku pun menanyakan keadaan Rency ke mereka.
Tono : “Rency dimana sekarang?”
Felice : “didalam Ton. tapi sory ya Ton, gw mau kasih kabar. Sory banget. Lu sudah tau belum kalau Rency lagi hamil?”
Tono : “sudah Fel, sory juga sembunyiin ini dari kalian semua. Rency memang lagi hamil gara-gara penculikan kemarin. Kita semua juga sudah sepakat kan buat tutup-tutupin ini.”
Felice : “emmm...iya Ton. tapi sekarang dia keguguran Ton. 5 menit yang lalu dokter kabarin demikian.”
Tono : “Terus? Rency nya gimana?”
Felice : “masih ditangani dokter Ton. tapi sory ya Ton. gw harus kabarin orang tuanya.”
Tono : “kamu cerita semua nya juga Fel ke ortunya?”
Felice : “iya Ton.”
Tono : “duh nanti alesan apa lagi ini aku.”

Tak lama kemudian orang tua Rency datang dan papa nya langsung melayangkan pukulan ke muka ku. “BUG BUG...” aku yang mendapatkan pukulan tiba-tiba langsung tersungkur di lantai.
Papa : “kamu ini Ton ! gak bisa jagain Rency ! Rency kamu apain aja sampai kayak gini.”
Aku pun hanya bisa terdiam. Menahan sesuatu hal yang ingin sekali kukatakan. Ingin aku bongkar juga kalau papa nya Rency juga “memakai” Rency, ingin juga aku mengatakan kalau Rency sempat diculik beberapa orang dan akhirnya hamil.
Mama : “sudah, Rency dimana?”
Felice : “itu tante, masih di tangani dokter di ICU.”
Mama : “yuk pa kita kesana, jangan ribut dulu disini.” akhirnya mama dan papa Rency pergi menuju ke ruang ICU menengok Rency.

Fred : “sudah sudah Ton, yang sabar ya. Namanya juga orang tua. Dan mereka taunya lu kan pacarnya Rency”
Tono : “iya sih Fred.”
Tak lama kemudian Gea sudah keluar dari ruang UGD dengan cuma di plester di beberapa bagian kaki dan tangannya.
Tono : “kamu gak apa-apa Gea? Kok cuma di plester doang?”
Gea : “iya Ton aku gak apa-apa ni. Cuma Rency yang parah soalnya kelempar dari motor. Maafin ya Ton, aku yang maksa Rency temenin aku ini tadi. Jadi nya malah gini.”
Tono : “iya Gea gak apa-apa. Sudah yang sudah terjadi ya udah.”

Fred : “lu si Gea..***k tau apa ini si Tono habis kena gampar bokapnya Rency.”
Gea : “eh sory sory...sampai segitunya ya. Duh harusnya aku nih yang kena gampar.”
Fred : “haha kagak ini bukan gara-gara kecelakaan lu. Tapi gara-gara Rency keguguran itu. Jadi ketahuan kalau Rency lagi hamil.”
Tono : “sudah Fred. mau ditutup-tutupi juga susah. Sudah mungkin lebih baik begini sudah jalannya.”

Sore itu aku menunggu di RS bersama para sahabat Rency, menanti kabar dari dokter tentang keadaan Rency. Dan malam harinya kami baru dipersilahkan masuk ke kamar inap Rency yang sudah dipindahkan dari ICU. kami pun segera masuk ke kamar rawat Rency. Aku melihat Rency tergeletak lemas dan sedikit ada raut muka seperti sedih dan takut. Aku juga melihat muka muka tegang dari papa mama dan bude nya Rency.
Mama : “Felice, Gea, Fredy, Dony, Nada… kalian bisa keluar dulu sebentar. Tante mau ngobrol dulu ini pribadi dengan Tono”
Gea : “maaf ya te.. Ini salah saya tadi bawa motor masih belum bisa jadinya kecelakaan.”
Mama : “sudah sudah. Tante belum ada urusan dengan kecelakaan ini. Ada hal lain yang mau tante bahas sama Tono dan Rency pribadi. Kalian keluar dulu saja. Sebelum tante marah sama kalian juga.”
Gea : “baik te.”
Akhirnya Gea dan kawan-kawan keluar dari kamar ini tinggal aku sendiri menanti disidang oleh orang tua Rency.

Mama : “Tono. ini tante tanya sama kamu. Kenapa Rency sampai bisa hamil? Kalian pacaran model gimana sih ini?” dan aku hanya bisa diam tak menjawab apa apa.
Mama : “jawab Ton. ini tante minta pertanggungjawaban kamu sebagai pacar nya Rency. Jangan diem aja. Ini sampai kapan kamu mau tutupin kalau Rency sudah hamil 12 minggu”
Lalu papa Rency berdiri dan ingin menghajarku lagi. Tapi dihentikan oleh Rency. Rency memegang tangan papa nya.
Rency : “sudah pa...ma...sudah..ini salah Rency. Sudah...maafin Rency ya ma...pa...”
Aku pun segera membungkuk dan meminta maaf juga.

Tono : “Maafkan saya ya tante, om. Saya tidak bisa menjaga Rency.”
Mama : “lalu tanggung jawabmu gimana sekarang? Bisa kamu nikahin Rency sekarang.”
Tono : “maaf te. Saya belum siap. Karena saya belum bisa memberi nafkah kepada Rency.”
Mama : “gak usah bahas nafkah dulu deh Ton. masalah perbedaanmu aja ini dulu. Kamu bisa pindah agama ikut kami buat tanggung jawab ke Rency?”
Tono : “maaf te. Kalau itu saya tidak bisa. Tapi saya mohon. Ijinkan saya untuk tetap bersama Rency. Saya tau, ada perbedaan diantara kami dan dari keluarga Rency mengharapkan saya ikut ke sisi Rency. Di keluarga saya juga demikian. Mengharapkan Rency yang ikut ke sisi saya. Saya masih belum bisa untuk memilih, antara meninggalkan agama saya atau Rency. Saya mohon kasih saya waktu dan kesempatan lagi.”

Bude : “sudah Ton. bude tau kamu cinta sama Rency. Tapi cinta aja gak cukup, butuh pembuktian dan kamu juga sudah mengecewakan kami sebagai orang tua dari Rency.”
Tono : “iya bude, maafkan saya.”
Mama : “sekarang tinggal kamu pilih Ton. gitu aja. Ini kami juga minta tanggung jawab kamu.”
Tak ku sangka Rency akhirnya turun dari kasurnya dan berlutut di depan mama dan papa nya.
Rency : “sudah ma pa. Ini semua bukan salah Tono. ini salah Rency. Rency yang tidak bisa jaga diri. Maafin kami berdua ma. Pa.”
Mama : “maaf aja sudah gak cukup nduk, masa depan mu sudah dirusak sama Tono. mama juga sudah kecewa sama kalian berdua. Sudah mama jaga baik-baik kamu agar gak kejadian seperti ibu mu. Tapi kenyataannya sama saja. Terulang lagi.”

Bude : “sudah sudah kamu jangan di bawah lantai berlutut gitu nduk. Sudah. Ingat kesehatanmu.” bude nampaknya mengkhawatirkan Rency.
Rency : “maafin kami ya ma...maafin Rency….Rency memang gak bisa jaga diri.”
Aku pun segera memeluk Rency dan membangunkannya agar dia tak berlutut lagi.
Tono : “sudah Ren. kamu balik aja istirahat di kasur. Kamu belum pulih banget. Liat tuh jarum infus mu kecabut kan.”
Rency : “Tapi Ton...ini salahku bukan salahmu.”
Tono : “sudah aku yang tanggung semua.”

Akhirnya Rency kembali ke kasur nya dan bude memanggil perawat untuk kembali memasangkan infus ke tangan Rency.
Tono : “tante, om, bude. Maafkan saya. saya minta waktu sampai saya lulus. Untuk memikirkan semuanya. Saya mohon ijinkan saya bersama dengan Rency sampai waktu terakhir. Setelah saya lulus, maka saya bisa menentukan jalan hidup saya sendiri tanpa adanya campur tangan orang tua saya. Saya akan memikirkan untuk pindah ke sisi Rency.”
Bude : “sudah ijinkan saja. Ini jalan hidup mereka berdua. Mungkin memang pahit tapi biarkan mereka berdua mempertanggung jawabkan perbuatan mereka.” bude memihak aku dan Rency.
Mama : “Aku susah mbak maafin mereka. Rency ini sudah aku asuh kayak anak ku sendiri biar kejadian di adik ku gak keulang lagi.”
Bude : “sudah sudah, lebih bijak kalau kita yang tua tua ini mengijinkan mereka bertanggung jawab dan belajar dari kesalahan.”

Mama : “hufftt… ya sudah Ton. saya kasih kesempatan buat kalian berdua.”
Rency : “terimakasih ma.” Rency pun menangis mendengar kemurahan hati dari mama nya yang sudah memaafkan kami berdua.
Tono : “terimakasih bude, tante, om. Sudah dikasih kesempatan kedua.”
Mama : “sudah sekarang kamu pulang saja Ton sebelum saya marah lagi liat muka kamu.”

Tono : “baik te. Saya pamit pulang dulu.”
Tono : “yank. Aku balik ya. Cepet pulih sebentar lagi UAS.”
Rency : “iya yank...hati-hati. Besok kesini lagi ya temani aku.”
Tono : “iya yank.”

Hari hari pun berjalan dan sudah 4 hari di rumah sakit akhirnya Rency diperbolehkan pulang. Setelah itu aku pamit ke Rency untuk menenangkan diri pergi ke Malang ke rumah bude ku disana. Sebenarnya bukan menenangkan diri dengan menyendiri untuk memikirkan semua ini. Tapi lebih ke mencoba untuk kembali mendekati Rasti disana. Aku sendiri sebenarnya tidak mau kalau harus berpindah ke sisi Rency karena aku masih memikirkan kedua orang tua ku. Tapi disisi lain, aku sudah susah untuk membuat Rency beralih ke sisi ku karena kejadian ini orang tua Rency sudah menganggapku buruk. Keesokan harinya aku pun berangkat ke malang untuk “menenangkan diri”.
 
The EX 01 - Chapter 38
Timeline : 2009 Juni

--POV Tono--

Setelah kejadian kemarin yang cukup menggemparkan keluarga Rency dan membuat hubungan ku dengan Rency semakin tidak direstui keluarganya, hari ini aku pergi ke Malang untuk seminggu kedepan karena 2 minggu lagi sudah mulai UAS dan aku harus kembali kerumah. Hari ini aku berangkat ke malang tanpa mengabari Rasti terlebih dahulu. Karena aku juga tau minggu ini jadwal UAS Rasti sudah mulai. Baru setelah sampai di malang aku menghubungi Rasti lewat sms.
Tono : “Rasti … aku lagi di malang nih.”
Rasti : “eh Tono. kok gak bilang bilang sih. Duh. aku masih ada UAS lagi nih.”
Tono : “gak apa apa Ti. nanti temenin aja ya setelah itu.”

Rasti : “ok Ton tapi gak bisa lama-lama ya kan aku masih UAS”
Tono : “iya gak apa-apa Ti.”
Rasti : “ok jam 7 jemput aku di kosan ku ya.”
Tono : “siap. Mau makan apa nanti malem?”
Rasti : “terserah kamu Ton.”
Tono : “haha ok siap.”

Karena Rasti baru bisa menemaniku malam ini jadi untuk siang ini aku kerumah bude ku dulu dan sedikit membantunya di warung. Lumayan untuk menghabiskan waktu menunggu hari ini. Aku melihat hape ku dipenuhi sms dari Rency tapi hari ini aku abaikan dulu. Sore harinya aku akhirnya tidak tega dan menelpon Rency.
Rency : “kamu kamana aja sih yank aku sms sama telpon daritadi gak dijawab.”
Tono : “sore yank...maaf ya aku habis bantuin bude jualan nih di warung.”
Rency : “hmmm….ya sudah. Terus ini mau ngapain?”

Tono : ”mau mandi yank nanti sore mau ajakin si danang jalan-jalan ke mall depan.” (Danang adalah cucu dari bude ku. Dan aku cuma beralasan saja karena nanti malam mau jalan dengan Rasti.)
Rency : “jangan di tinggal lagi ya yank hape nya. Kamu kayak ngilang gini aku jadi takut.”
Tono : “iya deh yank. Aku mandi dulu ya.”
Rency : “iya.”

Rasanya Rency jadi semakin posesif, sering tanya aku dimana dan ngapain sekarang. Jadi agak risih rasanya aku sekarang. Entah memang posesif nya ini khawatir kepadaku atau cuma cari-cari masalah saja rasanya (begitu pikirku saat itu). Sekitar pukul 7 malam, aku pergi ke kosan Rasti dan sampai didepan kost nya aku sms dia.
Tono : “Rasti...aku sudah di depan kost mu nih.”
Rasti : “oh ok Ton tunggu ya. Aku turun dulu.” kost Rasti ini tingkat 3 dan kamar nya di lantai 2.

Tak lupa malam ini hape ku silent agar suara dering dari Rency yang sedari tadi menghubungiku tak mengganggu. Rasanya Rency berubah semakin posesif dan ingin mengetahui aku sedang berbuat apa dan dimana. Sudah belasan kali Rency misscall sore ini.
Tiba-tiba dari belakang ku ada yang menepuk pundak ku. Ternyata si Rasti. Sudah jadi kebiasaan kami berdua dari SMP sepertinya untuk menyapa dengan menepuk pundak dari belakang.

Rasti : “Haiii….Ton...lama ya nungguinnya?”
Tono : “kagak Ti...yuk jalan....makan dimana nih?”
Rasti : “terserah kamu. Tapi aku gak bisa lama-lama ya. Besok masih ujian.”
Tono : “ya sudah didekat sini aja kalau gitu.”
Kamipun akhirnya menuju ke warung penyetan di dekat kosan Rasti.

Rasti : “eh Ton...tumben kamu ke malang gak bilang-bilang dulu gini.”
Tono : “iya nih Ti...lagi suntuk aja.”
Rasti : “suntuk kenapa? Ada masalah sama cewe mu ya?”
Tono : “Eh...aku kan gak punya cewe Ti...”(dalam batin ku ini Rasti nebak aja apa beneran tau dia)

Rasti : “beneran? Haha”
Tono : “iya lah. Dari dulu juga aku ngejar-ngejar kamu gak kamu jawab-jawab kan.”
Rasti : “hehe iya sih. Kamu UAS kapan Ton? Bukannya minggu depan ya?”
Tono : “Iya Ti. minggu depan. Ini juga ke Malang cuma bentar doang kok.”

Rasti : “eh besok bapak ibu ku ke Malang lho. Anterin aku dong ke Villa ku besok.”
Tono : “ok. Jam berapa?”
Rasti : “sore aja jam 3 an Ton. aku besok ujian pagi aja kok”
Tono : “hmm kalau gitu siangnya jalan yuk“
Rasti : “haha sorenya aja Ton. sekalian sama bapak ibu ku. Gimana?”
Tono : “ok deh.”

Selama 3 hari di Malang, aku menemani Rasti kemanapun dia ingin pergi dan juga jalan-jalan sekeluarga dengan bapak ibunya. Seperti biasanya, keluarganya wellcome dengan ku. Aku pun bingung sebenarnya dengan statusku dengan Rasti. Apa aku cuma dianggap sebagai “kakak” atau memang keluarganya sudah menganggapku sebagai “pacar” dari Rasti. Di sisi lain, aku melupakan Rency yang sudah mulai sedikit “mengganggu”. Telpon dan sms nya juga sudah sering aku abaikan begitu saja.

Setelah 3 hari di Malang, aku pun berpamitan pulang kembali ke Surabaya karena UAS di kampus ku segera dimulai.
Tono : “Ti...aku balik dulu ya ke Surabaya. Thanks ya sudah menemani ku di Malang 3 hari ini.”
Rasti : “iya Ton, makasih juga ya. Tapi kayaknya aku harus jujur sama kamu deh Ton.”
Tono : ”ada apa Ti?”

Rasti : “hmm...maaf ya Ton. aku ketemu teman SD ku dulu yang sempat aku suka. Dia ternyata 1 kampus sama aku cuma beda jurusan dan dia ambil farmasi.”
Tono : “lalu?”
Rasti : “aku baru ketemu dia awal semester ini Ton dan baru tau dia 1 kampus sama aku dan...”
Tono : “.....?”
Rasti : “maaf ya Ton, bulan lalu dia nembak aku dan aku terima.”
Tono : “jadi kamu udah jadian sama si Ramli?”
Rasti : “iya Ton, maaf ya...”

Tono : “Tega bener kamu ti...terus ortu mu udah tau?”
Rasti : “belum Ton, mereka taunya aku cuma deket sama kamu.”
Tono : “ini kamu serius kan? Gak cuma bohongin aku biar aku mundur?”
Rasti : “iya Ton, aku serius. Akhirnya aku bisa ngomong jujur sama kamu. Aku jadinya sudah tidak ada beban sekarang, aku berharap kamu duluan yang menyerah dan cari cewek lain. Tapi ternyata kamu tetep aja deketin aku.”
Tono : “.....” aku hanya bisa terdiam mendengar pengakuan Rasti.

Rasti : “maaf ya Ton. aku harap kamu bisa menemukan pasangan yang lebih baik daripada aku.”
Tono : “aku sudah gak bisa ngomong apa-apa lagi nih Rasti. Kalau sudah itu keputusanmu, ya sudah. Aku bisa apa. Terimakasih ya sudah menemaniku selama ini.”
Rasti : “maaf ya Ton, jangan putus hubungan pertemanan kita ya. Kamu jangan ngilang dari aku.”
Tono : “iya iya Ti. aku faham kok… aku balik dulu ya.” sambil menyalami tangannya, aku pun menstarter motor ku dan balik ke Surabaya.

Aku harus segera kabur dari hadapan Rasti rasanya, karena aku tak bisa menutupi rasa sedihku. Bertahun tahun aku mengejar-ngejar dia, mengharapkan cinta ku berbalas. Tapi ternyata cuma berakhir sia-sia. Di perjalanan aku menangis diatas motor ku. Sudah tidak konsentrasi juga mengendarai motor ini rasanya. Tetapi untung saja tidak terjadi apa-apa dengan ku dijalan. Aku berhasil pulang dengan selamat dan sampai di rumah kurang lebih 3 jam kemudian. Sesampainya aku dirumah, segera aku sms Rency.

Tono : “yank...aku sudah dirumah lagi. Maaf ya aku butuh buat tenangin diri 3 hari ini di malang”
Rency : “kamu nih, kok kayak ngilang gitu sih. Gak suka aku kalau kamu kayak gini. Beberapa hari ini kamu berubah tau!!!”
Tono : “iya maaf ya, kejadian kemarin-kemarin memang bikin aku gak tenang. Aku juga mau fokus ke UAS ku dulu ya yank biar IPK ku gak memburuk. Nanti setelah UAS kita baru ketemuan ya.”

Rency : “kok gitu sih yank...kamu gak kangen sama aku? Gak mau ketemuan sama aku? Bentar lagi kita juga PKL kan, pasti lebih jarang ketemu.”
Tono : “oh iya, kamu jadinya PKL dimana yank?maaf lupa tanya aku.”
Rency : “di area Surabaya aja sih yank, di pabrik rekan nya pak Robi dosen aku tuh.”
Tono : “oh di surabaya aja nih? Kan gak keluar kota aja loh yank. Nanti kan bisa aku kunjungi sewaktu-waktu. Daripada aku belum dapat tempat PKL gini.”

Rency : “iya tapi kalau kamu ngilang kayak pas di malang kemarin gini aku gak suka. Aku ngerasa kayak gak bakal ketemu lagi sama kamu.”
Tono : “enggak enggak, gak bakal kok aku tinggalin kamu.”
Rency : “bener ya...janji ya...”
Tono : “iya yank… eh ya kamu PKL sama siapa aja?”

Rency : “sama Dony yank, ber 2-2. Gea sudah sama Nada, terus Fredy tau lah gak bisa lepas dari Felice.”
Tono : “hmm...kamu mau nya sama Fredy ya PKL nya?”
Rency : “enggak kok yank… ini juga sama Dony soalnya tempat PKL ku nanti ini juga tempat idamannya dia buat kerja nanti. Di PT *****. Ini juga aku bisa masuk sini gara-gara pak Roby.”

Tono : “hmmm selama aku gak di Surabaya ada sesuatu nih kayaknya”
Rency : “iya yank..nanti deh aku ceritain...tapi kesini dulu...”
Tono : “hmm bukannya aku gak mau kesana temuin kamu yank. Cuma kejadian kemarin bikin aku agak gimana gitu ke papa mama mu.”
Rency : “udah toh yank, jangan inget-inget yang kemarin lagi ya...please...”

Tono : “aku bingung sih yank. Kalau aku ngomong kejadian yang sebenarnya nanti kamu yang kena marah habis-habisan, dan bisa juga jadi skandal yang lebih besar kan di keluargamu. Tapi kalau aku gak bilang ya aku yang dipersalahkan kayak gini.”
Rency : “iya yank...aku faham, maafin aku ya...”
Tono : “iya yank...aku juga minta maaf belum bisa dulu ketemu orang tuamu. Btw semangat ya buat UAS nya.”

Akhirnya aku memutuskan untuk slow down dulu dan fokus ke ujian kuliahku dulu. Selama UAS Rency selalu meng sms ku di pagi hari untuk menyemangatiku. Tapi hanya ku balas dengan singkat seperti cuma ber basa basi saja. Hanya ku balas secukupnya. Mungkin ini jahat tapi aku masih galau antara perasaan ku yang baru saja hancur setelah tahu kalau Rasti pacaran dengan teman kampusnya dan juga rahasia yang harus aku simpan tentang Rency. Sampai akhirnya aku sudah cukup tenang dan menemuinya setelah selesai UAS.
 
The EX 01 - Chapter 39
Timeline : 2009 Juni
(kembali ke waktu dimana Rency baru keluar dari rumah sakit)

--POV Rency--

Hari ini aku akhirnya keluar dari rumah sakit, tak ada luka-luka yang terlalu fatal karena kecelakaan kemarin. Hanya saja sesuatu hal yang aku tutup-tutupi dari keluargaku akhirnya terbongkar sudah. Hantaman yang cukup keras di bagian perut ku membuatku keguguran. Hal ini tentu saja menghebohkan keluarga ku. Aku kasihan ke Tono yang selalu dipersalahkan. Tapi rasanya itu tidak adil. Papa juga seharusnya ikut bersalah. Karena aku tak yakin siapa bapak dari janin yang aku kandung. Dan juga papa adalah salah satu orang yang selalu tidak memakai “pengaman”.

Tetapi bila aku bongkar semua, aku tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi keluarga papa mama ku nantinya. Bisa-bisa papa dan mama bercerai dan aku akan kembali ke orang tua kandungku yang sudah menelantarkan ku. Dan aku tak ingin hal itu terjadi. Selama ini aku diasuh oleh papa mama ku yang seharusnya aku panggil paman dan bibi.

Lama-lama aku fikir lagi, tak mungkin kusembunyikan kehamilanku selamanya. Dengan semakin membesarnya perutku, orang-orang disekitarku kemungkinan akan mencurigainya cepat atau lambat. Aku juga belum siap untuk memiliki anak disaat belum menikah saat ini. Harus ku bilang apa bila aku melahirkan nanti. Mungkin masih bisa kusembunyikan jika masih 4-5 bulan dengan postur badan ku yang bongsor ini. Tetapi bagaimana setelahnya. Mungkin ini semua jalan terbaik yang harus aku lalui dengan kehilangan calon darah dagingku sendiri yang belum lahir.

Aku pulang kerumah dengan perasaan campur aduk, dimana papa, mama, dan budhe seperti masih menghakimiku. Aku pun hanya bisa terdiam didalam mobil. Tak berani mengucapkan apa-apa pada mereka. Dan juga ada rasa muak kepada papa ku. Seakan-akan dia tak ikut andil dalam kondisi ku sekarang dan terus menerus melemparkan kesalahan pada Tono. aku juga jadi kasihan terhadap Tono. Walaupun tak bisa ku pungkiri, aku jadi sex active seperti ini juga gara-gara Tono. Dia yang membuatku lebih open dalam hubungan sex yang sebelumnya aku hanya ingin berhubungan dengan orang-orang yang aku cintai saja, tetapi sekarang lebih bebas bahkan dengan orang yang secara penampilan aku tidak suka (sebut saja mas Pram).

Akhirnya sampai juga dirumah setelah menempuh perjalanan 30 menit dari rumah sakit. Ingin rasanya aku langsung masuk ke kamar untuk menenangkan diri. Tapi mama, papa, dan budhe memanggilku di ruang keluarga. Perasaan seperti dihakimi kembali terasa. Tapi ternyata tak seperti yang ku takutkan.

Mama : “nduk...sini mama mau ngomong sebentar.”
Rency : “iya ma...”
Mama : “mama gak tau apa yang kamu pikirkan sampai kejadian memalukan ini terjadi. Mama minta buat Tono segera bertanggung jawab terhadap kamu. Kapan dia bisa ikut ibadah dengan kita?”
Rency : “iya ma...masih Rency usahakan.”
Budhe : “budhe tau nduk ini juga gak mudah buat Tono, cuma kami semua sayang sama kamu dan tidak ingin hal buruk terjadi ke kamu lagi nduk.”

Mama : “iya benar kata budhe. Mama juga tidak memaksakan untuk Tono segera menikahi kamu nduk. Setidaknya tunggu sampai kuliah kalian selesai. Jadi kalian bisa hidup sendiri berdua. Cuma ingat pesan mama, mama gak mau kalau kamu yang ikut ke sisi Tono.”
Rency : “iya ma...”
Budhe : “ini bukan berarti budhe tidak kecewa ya nduk sama kelakuan kalian. Tapi semua harus dipertanggung jawabkan. Dan juga budhe gak mau terlalu membebani kamu. Kamu juga harus fokus dulu biar segera selesai kuliah kamu.”
Rency : “iya budhe...maafin Rency ya.”
Setelah itu aku pun mencium tangan budhe, mama dan papa untuk meminta maaf atas kelakuanku.

Setelah itu aku ke kamar dan menceritakan semua ke Tono.
Rency : “sepertinya mama dan budhe sudah gak mempermasalahkan kejadian ini yank. Kamu sudah jangan dipikirin terlalu ya. Aku gak mau kamu jadi stress yank harus menutupi semua kejadian ini.”
Tono : “iya yank, mau gak mau harus aku tutupi demi kamu.”
Rency : “iya yank, makasih ya. Besok aku ke kampus yank. Anterin ya.”
Tono : “loh kamu udah gak apa-apa?”

Rency : “udah yank. Cuma lecet-lecet aja ini di tangan dan agak susah jalan karena perut bawahku masih sakit sih cuma sebentar lagi kan UAS jadi harus ke kampus.”
Tono : “tapi besok aku mau ke Malang yank. Buat tenangin diri dulu. Maaf ya.”
Rency : “yaaahh… aku ke kampus sendiri dong yank.”
Tono : “iya yank maaf ya, malam ini aku berangkat ke Malang.”
Rency : “huftt...ya sudah deh kalau kamu gak bisa yank. Aku besok ijin ke kampus sendiri ya.”
Tono : “iya yank, jaga diri ya di kampus.”

Aku agak kecewa dengan Tono yang tidak bisa menemaniku saat ini. Aku butuh dia buat jadi pegangan hidupku juga. Tapi rasanya Tono masih syok akan kejadian kemarin. Mungkin aku egois tanpa memikirkan Tono sampai-sampai aku kecewa dengan hal sekecil ini. Dan besoknya aku ke kampus sendiri naik taksi. Di saat seperti ini aku mungkin tidak sadar telah melakukan hal yang sama ke Nico, pesan sms dan telpon nya pun aku abaikan. Aku tak ingin Nico sampai tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin dia cuma tahu kalau aku baru saja mengalami kecelakaan. Sebatas itu saja….



--keesokan harinya--
Pagi ini aku mulai kuliah seperti biasa. Aku pergi ke kampus dengan mengenakan pakaian agak tertutup hari ini. Kaos T-neck dengan lengan panjang untuk menutupi lecet-lecet di lenganku dan celana jeans. Aku memesan taksi karena hari ini Tono tak bisa mengantarku ke kampus. Sesampai ku di kampus, sahabat-sahabat ku sudah menungguku.
Felice : “RENCYYYYY…..” dari jauh kudengar suara nyarin Felice yang memanggilku. Baru saja aku turun dari taksi dan ternyata mereka menunggu ku di depan. Aku melihat Felice, Gea, Nada, Fredy dan Dony.

Rency : “hai...teman-teman. Sudah nungguin ya daritadi?” memang aku bilang ke Gea kemarin kalau hari ini aku sudah mulai masuk kuliah lagi.
Gea : “iya nih, kan aku juga merasa bersalah masihan Ren”
Rency : “ah sudah ge...yang penting kita masih hidup..hihi”
Gea : “iya deh Ren. gak akan deh aku celakain kamu lagi.”
Nada : “kita juga kangen kamu gak kuliah beberapa hari ini Ren.”

Dony : “kita-kita juga mau jagain kamu sih Ren biar gak ada apa-apa di kampus.”
Felice : “diiih...Dony masih aja usaha. Kalau suka tuh bilang langsung Don.”
Gea : “iya nih si Dony, masih aja godain cewe orang. Hahaha”
Fredy : “ah elu don...” Fredy langsung menjitak kepala Dony
Rency : “haha...kalian ini ya...ini nih yang bikin aku kangen ngampus sama kalian.”

Akhirnya aku masuk ke kelas dan semua teman-teman menanyakan tentang bagaimana aku dan gea bisa kecelakaan. Kekepoan mereka sedikit mengganggu tapi ya sudah mungkin itu cara mereka care dengan ku dan Gea. Karena Gea juga baru masuk hari ini barengan sama aku. Setelah jam pertama kuliah hari ini berakhir, aku pun mencari pak Robi untuk mencari tempat PKL yang akan aku kerjakan semester depan. Sambil mengecek hape ku yang entah kenapa hari ini sepi tidak ada sms dari Tono, aku pun berjalan ke arah ruang dosen.

Rency : “tok tok tok… permisi pak Robi...”
Pak Robi : “masuk Ren...kenapa-kenapa? Eh ya gimana, sudah sembuh luka-lukanya?”
Rency : “iya pak sudah membaik ini masih lecet-lecet aja di lengan. Ini pak saya mau menanyakan untuk PKL. saya harus kemana ya pak sebaiknya dan apa yang harus saya lakukan?”
Pak Robi : “kebetulan Ren, bulan depan pas libur semester ada rekanan saya butuh asisten. Kamu bisa kalau mau mulai bulan depan. Jadi gak tunggu semester depan baru mulai.”
Rency : “boleh pak, dimana ya pak?”

Pak Robi : “di PT.**** Rency, bisa?”
Rency : “bisa pak, tapi bisa saya ajakin teman saya 1 lagi kan pak?”
Pak Robi : “bisa Ren, kan memang ber 2 untuk 1 kelompok.”
Rency : “terus apa yang harus saya siapkan lagi pak?”
Pak Robi : “siapin foto copy KTP sama surat pengajuan PKL aja Ren. Besok sore saya tunggu ya”
Rency : “baik pak terimakasih banyak, saya permisi ya pak.”

Kemudian aku keluar ruangan pak Robi dengan perasaan agak risih. Karena sedari tadi beliau selalu melihat ke arah payudara ku. Memang hari ini aku memakai baju tertutup tidak seperti biasanya cuma kaos yang kukenakan ini mungkin terlalu ketat. Sehingga payudaraku tetap tercetak jelas dari luar. Apalagi payudaraku rasanya sedikit kram dan terkadang cairan asi keluar setelah keguguran kemarin. Dan juga ukuran payudaraku ikut membesar sampai-sampai bra yang kukenakan biasanya ada lipatan di bagian atas yang tidak tertampung semuanya. Dan aku harus memompanya keluar ketika sudah kram seperti ini sebelum menetes karena terlalu penuh. Aku pun belok ke toilet wanita dulu untuk memompa keluar asi ku.

Setelah selesai aku menemui teman-teman ku di depan ruang kelas matkul berikutnya.
Rency : “gaes...udah pada dapet tempat PKL belum? Ini aku tadi habis ngurusin PKL ke pak Robi. tapi bulan depan langsung pas libur semester.”
Gea : “wah aku sudah sih Ren di tempat papa ku sama si Nada, tapi start nya pas semester depan. Agak males aku kalau pas libur semester. Hehe”
Nada : “iya nih aku juga.”
Dony : “emang dimana Ren PKL nya?”
Rency : “di PT.**** Don.”

Dony : “wah aku boleh join gak Ren?”
Rency : “boleh don tapi besok aku minta fotocopy KTP sama surat pengajuan PKL ya buat dikumpulin.”
Fredy : “eh Don, gak mau joinan sama gw lu?”
Dony : “kan lu sama Felice biasanya Fred.”
Felice : “iya nih Fredy gimana dah, kan udah janjian sama aku PKL nya.”

Dony : “PKL apa honeymoon tuh Fred, di Bali pula. Hahaha”
Felice : “ya kan di tempat om ku dapetnya Don di Bali hahaha”
Fredy : “iya deh, apa kata nyonyah...hahaha”
Dan kami pun semua tertawa gara-gara Fredy.

Kami pun melanjutkan kuliah hari ini yang ada 3 matkul sampai sore. Setelah itu aku langsung pulang ke rumah diantar oleh Felice dan Gea menggunakan mobil Fredy. Ada yang hilang rasanya untuk hari ini. Aku merasakan Tono tidak menghubungi ku terlebih dahulu, dan ketika aku hubungi via telepon tidak diangkatnya, via sms juga baru dibalas malam. Mungkin aku harus lebih sabar tapi aku juga tak bisa menutupi kalau aku ingin Tono berada disampingku sekarang. Malam ini aku mempersiapkan kebutuhan arsip untuk PKL bulan depan. Mungkin dengan menyibukkan diri akan membuatku sedikit lebih melupakan perasaan ku yang sedang berantakan dan kejadian yang sudah kualami beberapa waktu ini.

--keesokan harinya--
Aku berangkat ke kampus sekitar jam 10 karena baru mulai kelas jam setengah 12 dan hari ini cuma 2 matkul. Hari ini aku kembali berangkat ke kampus naik taksi. Hari ini aku mengenakan kemeja lengan panjang dan celana kain yang agak formal karena ingin menemui pak Robi lagi sore ini. Sesampai ku di kampus, aku segera menuju ke kelas untuk makul pertama dan aku pun akhirnya menyelesaikan kuliah hari ini.
Setelah selesai semua kelas ku hari ini, sekitar pukul 4 sore aku segera ke ruangan pak Robi.
Rency : “tok tok tok...permisi pak.”

Pak Robi : “iya masuk Ren”
Rency : “ini pak saya mau menyerahkan berkas yang diperlukan kemarin pak.”
Pak Robi : “saya cek nya dulu ya, tapi kamu sudah mengajukan berhenti di perpus? Kamu kan masih aktif sebagai anak magang di perpus kan?” pak Robi berdiri dari tempat duduknya dan menerima berkas-berkas dari tanganku.
Rency : “belum pak, saya belum resign.”
Pak Robi : “nanti kamu coba ke perpus dulu ya Ren, buat mengajukan resign. Soalnya kamu sudah gak bakal sempat untuk kerja juga di perpus.”
Rency : “baik pak segera saya urusnya.” benar juga kata pak Robi, karena akhir-akhir ini aku sering ijin dan jam kerjaku digantikan sama Dony dan Fredy.

Pak Robi : “tapi sebelumnya ada pesan-pesan dari rekan saya nih buat kamu Ren.” pak Robi kemudian berjalan kearah pintu dan aku mendengar suara kunci diputar. Aku yakin pak Robi mengunci pintu ruangannya.
Rency : “iya pak?” pak Robi kemudian memegang pundakku dan mendorongku duduk di kursi. Aku mulai menduga-duga apa yang akan terjadi kepadaku.
Pak Robi : “begini Ren. sebenarnya rekan saya ini punya request untuk saya, mencarikan anak magang sesuai kriterianya.”

Rency : “maksudnya bagaimana ya pak?”
Pak Robi : “begini Ren, rekan saya request ke saya untuk mencari mahasiswi magang yang bisa...ya kamu tau lah maksud saya.”
Rency : “jadi bapak memilih saya karena hal itu?”
Pak Robi : “ya, jadi bagaimana? Saya yakin gak salah kalau pilih kamu Ren.”

Aku pun bingung dengan apa yang dimaksud oleh pak Robi. Tangan pak Robi yang masih berada di pundak ku mulai seperti meraba-raba.
Rency : “pak...maaf tapi...mmmppffh...” aku terkejut tiba-tiba pak Robi mencium ku.
Rency : “pak...” aku masih speechless

Pak Robi : “kamu jangan berisik ya Ren, saya tahu kamu cewek yang bisa dipakai kan. Istri saya sering bilang kalau kamu sering godain mahasiswa cowok kan di perpus. Pakaian yang kamu kenakan juga selalu mengundang.”
Rency : “tapi pak….auuch….” tiba-tiba tangan kiri pak Robi meremas payudara kanan ku dengan keras dan merembes lah asi dari payudaraku sampai basah di tempat pak Robi meremas tadi. Pak Robi terkejut karena hal ini.

Pak Robi : “hmm...apa ini Ren? Kamu lagi hamil?”
Rency : “..... enggak pak...” sebenarnya bingung aku mau menjawab apa.
Pak Robi : “tapi tidak mungkin kamu seperti ini kalau tidak lagi hamil, gak mungkin juga kan kamu habis melahirkan Ren? Karena saya liat tidak ada perubahan mencolok di perut kamu selama ini.”
Rency : “....” aku pun tertunduk, ragu untuk menjawab. Tapi pak Robi kemudian jongkok di depan ku dengan muka bertanya-tanya. Sampai akhirnya kuberanikan untuk berterus terang.
Rency : “maaf pak, saya baru saja keguguran.”
Pak Robi : “hah? Bagaimana? Kamu barusan keguguran? Bukannya kemarin kamu kecelakaan sama Gea dijalan?”

Rency : “iya pak… kemarin karena jatuh dari motor, perut saya terhantam dan akhirnya saya keguguran pak.”
Pak Robi : “terus? Kamu kan statusnya belum nikah Ren? Itu anak siapa?”
Rency : “....” aku kembali terdiam dan hanya menggelengkan kepala.
Pak Robi : “jadi kamu gak tahu itu bapaknya siapa? kamu tau kalau ini sampai tersebar ke yayasan kampus bisa-bisa kamu di DO.”
Rency : “jangan laporkan ya pak ke pihak kampus, saya mohon… saya masih ingin kuliah.” aku pun memohon dengan memegang tangan pak Robi.

Pak Robi : “ck ck ck ck… ternyata kamu ini Ren… saya gak menyangka kalau kamu seperti ini. Benar juga dugaan istri saya.”
Rency : “saya mohon ya pak, jangan laporkan saya ke pihak kampus.”
Pak Robi : “ok tapi kamu harus puasin saya dulu sekarang.” pak Robi pun membelai wajahku dan mulai menciumku kembali. Mau tak mau aku pun mengikuti permainan ini. Aku berdiri dan kembali didorong pak Robi ke arah mejanya sambil tetap mencium ku. Tangannya juga sudah mulai meremas-remas payudaraku lagi. Aku yang terdorong kearah meja akhirnya terduduk di atas mejanya. Kaki ku yang menggesek selangkangan pak Robi juga merasakan penis nya yang sudah mengeras.
Rency : (aduh...gimana ini...kalau pak Robi ingin berbuat lebih jauh lagi. Sedangkan pendarahan ku masih belum berhenti.)

Tangan pak Robi mulai membuka kancing baju ku satu per satu dan juga tangan kanan nya membuka kaitan bra ku dari belakang. Setelah terbuka semua, ciuman pak Robi mulai berpindah dari bibirku, turun ke leher dan ke arah payudaraku.
Rency : “emmmhhh...pak…” sudah lama rasanya aku tak menerima rangsangan seperti ini dan aku mulai menikmatinya. Tangan ku pun otomatis langsung mengusap penisnya dari luar.
Pak Robi : “sudah sejak lama saya penasaran sama kamu Ren. apalagi kalau kamu di kampus sering pakai baju yang mengundang.” pak Robi melepaskan remasannya pada payudaraku dan melepaskan kancing celananya. Aku sadar pak Robi “ingin” yang lebih lagi dan aku pun mencoba mencegahnya meskipun aku juga ingin.

Rency : “emmmhhh..pak...jangan….saya masih ada pendarahan pak… saya puasin bapak pakai mulut saya saja ya pak...” aku pun langsung jongkok dan mengulum Penisnya yang sudah keluar dari dalam celana.
Rency : “mmmhh….clok...clok...clok….mmmhhh” aku berusaha mengulumnya agar segera keluar dan menyudahi ini semua. Pak Robi pun meremas rambut ku dan memaju mundurkan penisnya yang sudah ku kulum dengan sangat bernafsu.
Pak Robi : “oh Ren… sudah ahli ya kamu ternyata… terus Ren…oh...”

Aku ingin agar ini segera selesai, karena semakin lama aku sendiri semakin tidak bisa menahan nafsuku sendiri. Tetapi saat ini aku sedang tidak memungkinkan untuk hal itu. Untungnya pak Robi mengerti dan mau kupuaskan dengan hanya blowjob saja. Kuhisap kuat-kuat dan ku keluarkan semua keahlian ku agar ini semua segera berakhir.
Pak Robi : “oh...Ren….Ren….telan Ren….” crut...cruuut...cruuutt…..cruut…. Akhirnya setelah sekitar 10 menit aku mengulum penisnya, spermanya keluar cukup banyak didalam mulutku dan kutelan semuanya. Aku yang sudah lama tak merasakan “rasa” ini mengalir di mulutku membuatku semakin haus. Seperti orang kesurupan kuhisap terus sampai bersih dan ku jilati sampai ke bagian zakarnya. Sampai-sampai pak Robi sendiri yang menyetop aksiku yang terus menjilat dan mengulum penisnya yang sudah mulai mengecil.

Pak Robi : “Ren...sudah sudah...service mu ternyata luar biasa...”
Rency : “.....” aku yang mulai tersadar terdiam karena rasa malu yang mulai muncul.
Pak Robi : “sayang sekali ya, saya tidak bisa menikmatimu lebih dari ini karena kamu berhalangan.” pak Robi mulai mengenakan kembali celananya, begitu pula dengan aku yang kembali mengenakan baju ku.
Pak Robi : “saya gak salah ternyata mengajukan kamu ke rekan saya. Nanti kamu jangan sampai mempermalukan saya ya di depan rekan saya.”

Rency : “baik pak… tapi partner magang saya diterima juga kan pak?”
Pak Robi : “kamu ngajakin Dony ya...nanti saya minta rekan saya untuk kasih dia posisi di pabrik saja. Sedangkan kamu di posisi asisten.”
Rency : “baik pak...terimakasih...”
Pak Robi : “Senin depan kamu dan Dony saya pertemukan dengan Rekan saya. Kebetulan beliau senin depan kesini. Sekarang kamu sudah boleh pulang.”
Rency : “baik pak...permisi...”

Aku pun akhirnya keluar dari ruangan pak Robi dengan pakaian yang masih agak berantakan. Rambutku juga berantakan belum sempat aku rapikan. Dan juga agak lengket-lengket karena sebagian sperma pak Robi yang menetes dari mulutku ke area payudaraku bercampur dengan asi ku yang menetes karena di remas-remas oleh pak Robi. Aku berjalan agak cepat keluar ruangannya karena masih banyak dosen yang belum pulang sore ini. Aku takut dipergoki atau ada dosen yang curiga dengan apa yang terjadi barusan di dalam ruangan pak Robi.

Tetapi sesampaiku di depan pintu keluar, aku bertemu dengan Dony.
Dony : “Ren...Rency...jalan cepet amat...”
Rency : “eh Don….sory gak sadar ada kamu.”
Dony : “buru buru amat Ren...tapi gimana tadi?bisa kan aku join magang sama kamu?”

Rency : “oh sudah kok Don...senin depan kita ketemu rekannya pak Robi. eh aku pulang dulu ya Don.” aku sedikit tidak enak ngobrol lama-lama dengan Dony karena takut dia bertanya yang enggak-enggak. Apalagi tatapan matanya tidak lepas dari payudaraku dan baju luarku masih agak basah.
Dony : “oh ok Ren...mau aku antar aja?”
Rency : “gak usah Don..aku naik taksi aja di depan banyak. Makasih ya...sampai jumpa besok...”
Dony : “ya sudah kalau gitu Ren, hati-hati ya.”

Aku segera menuju area Taksi didepan kampusku dan segera pulang. Kejadian hari ini aku ceritakan semua ke Tono. aku juga penasaran nantinya saat aku magang harus bagaimana dan seperti apa rekan pak Robi yang harus aku “temani” nanti....
 
The EX 01 - Chapter 40
Timeline : 2009 Juni


Disclaimer : (story kali ini fokusnya menceritakan bagaimana Handy dan Ranum bisa putus dan hanya berupa filler tanpa ada maksud memasukkan unsur seksualitas anak dibawah umur, dan ini hanya kejadian sekilas saja tanpa ada detail cerita didalamnya. Karena rules yang di buat oleh admin tidak memperbolehkan cerita underage. Karena memang sesuai timeline jadi saya masukkan cerita ini.)

--POV Tono--
Ujian semester kali ini rasanya kurang persiapan. Perasaan masih campur aduk, gara-gara Rasti baru terus terang kalau dia sudah punya pacar. Selama ini aku kejar-kejar kembali berujung sia-sia. Rency juga aku abaikan karena terlalu larut dalam perasaan sedih ini. Sampai-sampai aku belum bersiap-siap untuk mencari tempat magang. Tinggal beberapa hari lagi juga ini ujian semester berakhir. Setelah ujian hari ini yang cukup memusingkan, tiba-tiba Handy mengajak ku ketemuan di luar.

Handy : “Ton nanti temenin ya. Sore ini ketemuan di cafe ****... bisa?”
Tono : “Ramdan, Ayu sama Aji ikutan gak Han?” sebenarnya aku agak malas untuk keluar sore ini karena memang aku masih “berantakan”.
Handy : “Ramdan sama Aji gak bisa Ton. mereka mau test buat magang di kampus. kalau Ayu gak mau aku ajakin. Soalnya ini urusan laki-laki.”
Tono : “hah? Gimana-gimana? Emang urusan apa Han?”
Handy : “gini Ton, kuceritain aja deh sekarang. Nanti sore kita ke SMA nya si Ranum.”
Tono : “hah? Ngapain?”
Handy : “si Ranum sudah 3 hari ini gak pulang kata papa mama nya. Tapi aku tanya ke sahabatnya katanya masih masuk sekolah.”

Tono : “lah emang ada masalah apa?”
Handy : “kagak tau Ton aku juga. Akhir-akhir ini Ranum jg gak cerita apa-apa. Malah cenderung kayak menjauh gitu. Aku juga kaget denger kabar dari sahabatnya. Sekarang dia kabur nya sama cowok katanya.”
Tono : “lah? Bukan sama kamu Han?” karena otak ku masih nge lag jadi nya agak kurang nyambung.
Handy : “ya enggak lah, kalau sama aku ya gak usah cari-cari.”
Tono : “terus?”

Handy : “dia kabur sama cowok namanya Samsul, umurnya 20an. Kerjaannya OP warnet di dekat sekolahnya Ranum. Aku gak bayangin Ton, kenapa coba si Ranum malah kabur sama itu orang. Sudah 3 hari gak pulang juga. Mangkanya nanti kita coba ikutin dari jam pulang sekolahnya. Dan aku gak ngajak Ayu karena nanti kalau kemungkinan butuh nge gebukin orang kan.”
Tono : “ok deh Han. sore ya ketemu disana.”
Jujur saja aku juga penasaran, ada apa sebenarnya dengan Handy dan Ranum. Yang aku tahu si Handy ini womanizer dan lumayan tajir juga, meski kadang suka main cewek sih. Cuma untuk kali ini sama Ranum dia tergolong setia. Apa kena karma ya ini si Handy.

Sore itu akhirnya datang ke cafe **** dekat sekolah Ranum. Aku masih tidak habis pikir, kenapa Ranum yang saat ini masih 15 tahun berani kabur dari rumah. Gak mikir apa ya besok makan apa, terus mau dapet duit bagaimana.
Handy : “Ton...sini...itu sebentar lagi Ranum keluar.” dari jauh ku dengan suara Handy memanggilku untuk memantau Ranum dari area parkiran cafe.
Tono : “iya bentar taruh motor dulu Han. sabar-sabar.”
Handy : “sudah gak sabar aku Ton, pengen gebukin yang namanya si Samsul itu. Kurang ajar, bawa lari cewek orang.”

Akhirnya kami memantau di dekat sana, untung tak lama kemudian Handy melihat Ranum keluar dari SMA nya bersama teman-temannya.
Handy : “ayo Ton kita samperin...” si Handy ingin langsung nyelonong aja tapi sempat kutahan.
Tono : “sabar Han..jangan dulu. Mending kita ikutin diam-diam dia kemana. Nanti kan bisa tahu dia kabur nya nginep dimana.”
Handy : “tapi kan...udah emosi aku nih Ton...”
Tono : “sabar...mending pelan-pelan kita ikutin sekarang.”

Aku dan Handy diam-diam mengikuti Ranum dari belakang. Ranum berjalan kaki ke gang gang di sebelah sekolahnya dan tak mencurigai kalau sedang kami ikuti. Sampai akhirnya Ranum masuk ke dalam warnet di ujung gang. Aku dan Handy berusaha mengintip di balik kaca warnet yang agak gelap. Ku lihat Ranum memeluk seseorang dengan mesra dan kemudian mencium orang tersebut. Handy yang sudah keburu emosi, akhirnya masuk ke warnet itu dan membentak mereka berdua.

Handy : “HEH KAMU !!! NGAPAIN KAMU SAMA CEWEK KU!!! NUM, NGAPAIN KAMU DISINI?” karena Handy bikin gaduh di warnet banyak pengunjung warnet yang kabur ketakutan dan aku ikut masuk ke dalam warnet.
Ranum : “Handy...ngapain kamu kesini?” Ranum yang kaget pun tetap memeluk tangan kiri si OP Warnet itu (Samsul).
Handy : “ya jemput kamu lah, ngapain kamu kabur dari rumah itu Num?”
Samsul : “sayang, dia siapa? Kok datang-datang marah-marah ya?” kata Samsul ke Ranum. aku lihat perawakannya si Samsul seperti berusia sekitar 25 tahunan. Pantas saja si Handy beraninya main keroyokan ngajakin aku buat bekingan.
Ranum : “eee...ini mantan aku sayang...aku sudah putus kok sama dia...”
Handy : “HAH!!! Kapan num kamu kita putus? Kamu gak ngomong apa-apa sama aku.”

Samsul : “oh ini mantan kamu yang kemarin ya? Kamu beneran kan sudah putus sama dia num?”
Ranum : “iya mas samsul...sudah putus sebulan ini kok….” aku melihat muka si Ranum seperti ketakutan dan bersembunyi di balik lengan si Samsul. Mendengar pernyataan si Ranum barusan, Handy semakin emosi.
Handy : “KITA PUTUS SEBULAN GIMANA SIH NUM !!! MINGGU KEMARIN SAJA KITA MASIH HAVING SEX DI RUMAH KU !!! GAK INGAT KAMU HAH !!!” tiba-tiba pukulan melayang ke muka Handy dan Handy pun tersungkur jatuh.
Samsul : “Sory mas, kata-katamu barusan itu gak pantas. Kita memang belum kenal sebelumnya. Tapi si Ranum sama saya sudah jadian 1 bulan.” aku pun setuju dengan omongan si Samsul ini kalau omongan Handy gak pantas diucapkan di tempat umum.

Ranum : “maaf mas Handy… kita sudah putus ya. Jangan fitnah aku yang enggak-enggak. Aku sudah nyaman sama mas Samsul sekarang dan karena kamu bilang yang enggak-enggak ke orang tua ku jadinya aku harus kabur dari rumah sekarang. Aku sudah memilih mas Samsul dan orang tua ku kena hasutan mu sampai-sampai mereka tidak mengijinkan aku pacaran sama mas Samsul. Sudah ya mas Handy... Lupain aku...”
Tono : “udah Han...jangan bikin ribut di tempat umum gini. Gak malu apa kamu. Kita balik aja. Sudah bikin ribut di tempat orang gak enak nih.”
Handy : “ok num. OK!!! MAAF KALAU SUDAH BIKIN RIBUT.” Handy dan aku akhirnya pergi dari tempat itu.

Tono : “kamu gimana sih Han...kontrol emosi dong. Orang emosi itu gak bakalan menang kalau berantem. Kena tabok kan akhirnya.”
Handy : “tapi sudah terlanjur emosi Ton… semuanya sudah aku kasih buat si Ranum. Aku gak bohong kalau minggu lalu Ranum masih sama aku. Tapi dia gak mau mengakuinya.”
Tono : “sudah-sudah… sekarang tenangin diri dulu bro.”
Dan akhirnya aku mendengarkan curhat dari handy semalaman dan baru pulang ke rumah sekitar jam 1 malam…
dan aku mendapatkan kabar cerita dari Handy kalau Ranum akhirnya pulang kerumahnya baru 1 bulan kemudian....
 
Terakhir diubah:
The EX 01 - Chapter 41
Timeline : 2009 Juni akhir

--POV Rency--

Akhirnya hari ini selesai juga ujian akhir semester ku. Sore ini aku dan Dony menghadap ke pak Robi untuk bertemu dengan rekannya. Ujian ku berakhir jam 2 dan aku pun harus menunggu sampai jam 5 sore di kampus dengan Doni. Nongkrong 3 jam di area selasar kampus lumayan bikin capek juga. Tapi daripada pulang dan balik lagi ke kampus rasanya nanggung cuma 3 jam. Butuh waktu 30 sampai 45 menit untuk sampai rumah. Gea, Felice, Nada, dan Fredy masih ada urusan lain jadi tidak bisa ikutan ngumpul ngobrol menemani kami.

Dony : “Ren… aku penasaran nih… sory kalau nanya aneh-aneh ya.”
Rency : “kenapa Don?”
Dony : “kamu sekarang jarang banget ya keliatan bareng sama si Tono… dia kemana Ren?‘
Rency : “cyeh...kamu kok nanyain Tono? Curigation aku Don. kamu gak homo kan? Haha”
Dony : “hish...ya enggak lah… cuma penasaran aja Ren. dulu kan kalian lengket banget.”
Rency : “aku juga gak tau Don. akhir-akhir ini Tono suka murung. Kadang sms sama telpon ku aja gak di bales. Semoga aja bukan karena masalah kemarin yang dia di marahin orang tua ku.”

Dony : “iya sih Ren. kasihan juga dia dipersalahin. Padahal bukan salahnya dia juga kan.”
Rency : “ya gitu deh Don. jadi sedih juga aku inget-inget itu.” secara tidak sadar akupun mulai meneteskan air mata ku karena ingat kejadian kemarin dan sikap Tono yang berubah sekarang.
Dony : “sory ya Ren tiba-tiba tanya gini.” Dony yang tau aku sedih mencoba menenangkan ku. Aku juga tidak sengaja menyandarkan kepalaku di pundak Dony yang duduk disebelahku. Tangannya juga mulai mengusap-usap rambutku. Tapi kemudian aku mulai sadar.

Rency : ”eh… sory Don… kok aku jadi nyandar di kamu ya… hehe… maafin...”
Dony : “gak apa-apa Ren. kayak sama siapa aja. Kita kan sahabat. Peace...”
Rency : “sahabat, apa ngarep kamu? Haha”

Dony : “hehe… bukannya gitu Ren...”
Rency : “halah bilang aja Don. haha. Aku tau kok kamu aslinya suka kan sama aku. Weeek..” aku pun menggoda Dony.
Dony : “yek...GEER… haha. Sudah sudah jangan bahas gitu.”
Rency : “ya kamu gak kelihatan punya pacar juga sih. Tuh Fredy aja tiba-tiba pacaran kan sama Felice.”
Dony : “iya sih aku juga heran tiba-tiba mereka bisa pacaran. Padahal awalnya aku juga ngira kalau Fredy ngincer kamu Ren.”
Rency : “masa? Wah… aku jadi tersanjung. Haha”
Dony : “kan kan GEER kan...”

Rency : “terimakasih loh Don...haha.. Kamu gak coba deketin Gea tuh? Kan single juga dia.”
Dony : “iya sih cuma gak tertarik aku Ren sama Gea”
Rency : “kenapa? Kan Gea cakep Don. aku malah lebih rekomenin si Gea tuh, daripada Nada.”
Dony : “haha iya kurang menarik sih Ren..***k enak juga kan kalau udah sahabatan tau-tau jadian.”

Rency : “gara-gara teteknya gak gede ya Don? Ups...”
Dony : “dih kan…. Mulai… kamu nih Ren Ren...”
Rency : “kenapa Don?”
Dony : “kamu gak sadar Ren? Kalau kelebihan mu itu bisa jadi masalah loh. Contohnya kejadian kemarin kan. Bukannya aku sok suci. Sory tapi aku juga demen sama cewe yang bodynya kayak kamu Ren. cuma ya jangan di pancing-pancing dan terlalu akrab sama lawab jenis.”
Rency : “ya maap, udah kebiasaan. Hehe. kan aku orangnya baik. Jadi gampang akrab sama orang.”
Dony : “idih… hahaha”

Gara-gara keasyikan ngobrol sama Dony, gak kerasa sudah hampir jam 5.
Rency : “eh yuk don...udah hampir jam 5 nih. Yuk ke pak Robi.”
Dony : “yuk Ren...tapi itu kancing baju benerin dulu dah. Kelihatan tuh.” hari ini aku memakai baju kemeja tapi mungkin sudah kebiasaan jadi 2 kancing dari atas aku buka.
Rency : “apanya Don?” jawabku sambil menunduk di depan Dony.
Don : “yaelah tuh kancing benerin, mau ke dosen juga masih aja kayak dikelas.”
Rency : “iya iya Don...ini aku benerin deh...” aku pun menutup kancing ku sampai ke kancing teratas sambil berjalan ke ruangan pak Robi. (aku tak sadar kalau sedari tadi ada orang yang diam-diam mengamatiku dari jauh ketika aku bersama Dony)

Sesampainya di depan ruang pak Robi.
Dony : “tok tok tok….permisi pak...”
Pak Robi : “ya silahkan masuk… eh kalian, ini rekan saya yang punya tempat buat kalian magang nanti.”
Aku terkejut dengan orang yang dikenalkan oleh pak Robi karena aku sangat mengenalnya.
Pak Robi : “kenalin ini pak Rudi Chen, pak Rudi ini mahasiswa yang saya rekomendasikan, Rency dan Dony” ya, dia adalah pak Rudi Chen, papa dari Nico. aku pun menyalami nya dengan masih shock. Dan pak Chen juga seperti pura-pura tidak mengenalku.

Pak Robi : “tolong bimbingannya ya pak Chen ke mereka yang baru mulai kerja.”
Pak Chen : “ok Rob, ini nanti mulai kerja magang di tempat saya start bulan depan ya. Tapi sepertinya akan saya taruh di tempat yang berbeda nanti. Untuk Rency nanti jadi asisten saya di pabrik, kalau Dony saya tempatkan di bagian produksi. Jadi kalian masih 1 tempat kerja kok sebenarnya. Cuma beda divisi saja. Bagaimana? Kalian siap?”
Dony : “terimakasih pak buat kesempatannya. Saya siap.”
Aku masih tertegun dan bingung. Tiba-tiba Dony menyenggolku.
Rency : “eh… saya juga pak. Saya siap kok.”

Sedikit ada kebingungan yang aku rasakan. Karena bila benar seperti apa yang dikatakan pak Robi kemarin, berarti aku juga harus bisa “melayani” pak Chen. itu artinya, aku juga harus melayani bapak dari pacarku sendiri. Meski Nico akhir-akhir ini tidak aku gubris atau bahkan hampir aku lupakan, tetapi dia tetap pacarku. Aku belum putus dengannya. Ditambah lagi aku juga pernah berhubungan dengan kakaknya juga. Aku hanya berharap yang dibilang oleh pak Robi kemarin tidak benar dan itu cuma akal-akalan pak Robi saja untuk menikmatiku.

Rency : “nanti kami start awal Juli pak langsung di pabrik bapak?”
Pak Chen : “betul Rency. Nanti kamu kesana ketemu sama bagian HRD ya. Saya sudah bilang ke mereka ada anak magang yang start kerja bulan depan. Untuk gaji magang nanti kalian saya beri 2juta per bulan.”
Dony : “wah bener nih pak kami dapat gaji juga. Terimakasih banyak pak.”

Pak Chen : “iya dong, kalian kan kerja, masa tidak saya beri gaji”
Aku pun melihat pandangan pak Chen seperti ada maksud tersembunyi.
Pak Chen : “karena kalian start di saat libur semester sampai akhir semester depan jadi harus kerja yang baik ya. 7 bulan total berarti. Dan penilaian bergantung kepada saya.”
Dony : ”baik pak, kami akan bekerja keras. Mohon bimbingannya.” Dony yang tidak tahu apa yang akan aku alami selanjutnya hanya excited dengan kerja magang yang akan kami lakukan mulai bulan depan.

Pak Chen : “Rob, saya balik dulu ya...thanks buat anak magang nya.”
Pak Robi : “sama-sama pak, terimakasih juga.”
Akhirnya pak Chen meninggalkan ruangan pak Robi tetapi sempat menepuk pundak ku.
Pak Robi : “itu tadi rekan saya yang punya perusahaan ****, saya rasa kalian juga sudah kenal kan”
Dony : “iya pak.”
Pak Robi : “ya sudah, tanggal 6 Juli minggu depan kalian langsung ke pabriknya di jl.**** ya. Pesan saya, magang yang baik, jangan kecewakan saya sudah memilih kalian.”
Dony : “baik pak, kami permisi dulu ya pak… terimakasih banyak.” aku dan Dony keluar dari ruangan pak Robi.

Dony : “eh Ren...kamu kenal sama pak Chen tadi?‘
Rency : “hmm...iya Don, siapa juga yang gak kenal sama orang yang punya pabrik cukup besar dan lulusan kampus sini kan banyak yang kerja disana.”
Dony : “bukan gitu, maksud ku itu kamu kenal langsung sama pak Chen kah?”
Rency : “oh...itu...enggak kok Don...baru ini ketemu tadi kan...hehe”
Dony : “kok kayak kenal gitu tadi, kamu juga kayak kaget gitu.”
Rency : “ya siapa yang gak kaget Don, yang datang langsung bos nya bukan perwakilan HRD kan?”
Dony : “haha iya sih...”

Kami ngobrol sambil jalan keluar dari kampus. Tapi di tengah jalan ada yang menepuk ku dari belakang. Otomatis aku menoleh.
Rency : “eh… Nico...” aku kaget ternyata Nico yang menepuk pundak ku dari belakang.
Nico : “ce… bisa ngobrol sebentar?”
Rency : “eee…. Ok deh Nic. Don kamu duluan aja balik nya, aku ngobrol dulu sama Nico ya.”
Dony : “Ok Ren...nanti hati-hati baliknya.” dan akhirnya Dony berjalan terus keluar kampus dan aku tetap disini bersama Nico.
Nico : “ngobrol sebentar yuk ce...”
Rency : “yuk Nic...disana aja yuk ada tempat duduk.”

Nico yang selama ini aku abaikan tiba-tiba muncul, aku jadi agak canggung untuk mulai bicara dengannya. Aku dan dia duduk di bangku taman kampus dan karena mulai sore juga sudah mulai sepi mahasiswa yang lalu lalang di kampus. Masih jadwal minggu terakhir UAS juga. Karena aku tak juga membuka omongan, akhirnya Nico duluan yang mulai ngomong.
Nico : “ce… kamu kok ngilang kenapa sih? Sms smaa telpon ku juga gak di angkat. Bahkan aku juga tau kalau kamu kecelakaan kemarin-kemarin itu dari orang lain gak dari kamu langsung. Kenapa kamu gak mau cerita apa-apa sama aku?”
Rency : “....” aku sebenarnya bingung mau cerita darimana ke Nico. tidak mungkin aku cerita kejadian ku diculik, terus hamil, terus skandal ku yang lain nya.
Nico : “ce… aku masih pacarmu kan? Aku berhak tau dong ce.” melihat Nico yang komplain seperti anak kecil gini bikin aku luluh juga.

Rency : “emmm… maaf ya Nic. bukannya aku gak mau cerita. Cuma aku lagi ada masalah yang gak bisa aku ceritain ke kamu.”
Nico : “masalah apa? Sama pacarmu satunya lagi?si Tono?”
Rency : “bukan Nic...”
Nico : “ah sudahlah kamu memang gini sama aku ce? Bilang aja kalau kamu minta putus.” tiba-tiba Nico mulai marah dan beranjak pergi. Tetapi aku memegang tangannya dan terpaksa aku membuat alasan. Walaupun tidak sepenuhnya bohong tapi alasan ini yang bisa aku pakai saat ini.
Rency : “tunggu Nic...” dan akhirnya Nico duduk lagi disebelahku.

Rency : “aku ada masalah keluarga Nic… jadi maaf banget aku gak bisa cerita urusan keluarga ku ya… aku mohon kamu bisa mengerti. Aku gak ada niatan untuk putus sama kamu.”
Nico : “masalah keluarga apa?”
Rency : “emmm… papa mama ku bukan orang tua kandungku dan orang tua kandungku mau mengambil hak asuh mereka lagi. Pusing aku mangkanya. Aku juga gak mau balik ke orang tua kandung ku. Selama ini aku dibesarkan sama papa mama ku Nic.”
Nico : “kenapa baru sekarang ce ortu kandungmu mau ambil hak asuh lagi?”
Rency : “gak tau juga aku Nic.”

akhirnya aku cerita demikian ke Nico. aku tidak berbohong sepenuhnya karena memang faktanya aku sekarang diasuh bukan oleh orang tua kandung ku. Sangat klise memang kalau harus cerita ini sekarang. Tapi kalau jujur aku tak tahu harus cerita bagaimana ke Nico. Dan Nico menggenggam tanganku.
Rency : “eh ya Nic...kamu tau gak, bulan depan aku mulai magang lho.”
Nico : “bukannya start SKS nya semester depan ya ce?”
Rency : “iya sih tapi aku dapet tempat buat magang dan bisa start cepet lho.. Tau dimana?”

Nico : “enggak...dimana emang ce...”
Rency : “di perusahaan papa kamu… haha. Aku baru tau juga ini tadi dikenalin sama pak Robi. kaget juga ternyata papa mu yang datang.”
Nico : “loh kok bisa? Terus?”
Rency : “iya papa mu juga pura-pura baru ketemu aku juga tadi.”
Nico : “haha, kebiasaan papa suka becanda.”
Rency : “ya aku sih juga pura-pura baru pertama ketemu Nic.”

Nico : “terus kamu ngapain nanti ce magangnya. Sama yang tadi itu partnermu?”
Rency : “iya Nic...tadi itu Dony. salah satu sahabat ku mulai awal kuliah.”
Nico : “oh...aku kira tadi itu pacar barumu ce. Keliatan nempel amat?”
Rency : “cyeh cemburu nih? Kamu dari tadi ya ngamatin aku?”
Nico : “ya gimana ce, kamu nempel gitu tadi. Hampir emosi terus aku samperin tadi.”
Rency : “duuuh lucunya kalau cemburu.”
Nico : “ya kamu sih ce gitu juga.”
Rency : “sudah..***k marah lagi sekarang?” Nico pun sudah tidak marah-marah lagi sekarang.

Nico : “eh ce...ini sudah gak ada urusan lagi di kampus?”
Rency : “sudah sih Nic...ini aku mau pulang.”
Nico : “mau jalan-jalan?”
Rency : “boleh...yuk...tapi nanti aku pulang sendiri ya… gak usah di anterin… lagi gak enak kondisi dirumah ku juga Nic.”
Akhirnya aku sore ini jalan-jalan dengan Nico di mall area Surabaya barat. Tapi aku tidak izin dulu ke Tono. hitung-hitung permintaan maaf ke Nico setelah selama ini aku abaikan. Cuma ketika di dalam mobil, Nico tak ku izinkan untuk menggerayangi tubuhku. Cuma sebatas ciuman biasa. Aku beralasan sedang menstruasi dan sedang tak ingin “berbuat”.

Dan tetap saja setelah sampai dirumah, aku ceritakan semua ke Tono lewat sms.
Rency : “yank...sibuk gak?”
Tono : “sibuk… masih ujian aku besok yank.”
Rency : “aku mau cerita tapi...”
Tono : “ya udah yank cerita aja.” Tono seperti malas-malasan membalas sms ku.
Rency : “jangan marah ya… aku habis pulang jalan-jalan sama Nico.”

Tono : “hah? Kok gak minta ijin dulu tadi?”
Rency : “iya yank..maaf ya...tapi tadi cuma jalan-jalan aja kok gak ngapa-ngapain.”
Tono : “hmmm...”
Rency : “beneran kok yank...sumpah deh aku gak ngapa-ngapain. Aku tadi alasan mens meski sudah gak pendarahan lagi… cuma karena aku gak ijin ke kamu tadi jadinya ya aku gak berani ngapa-ngapain.”
Tono : “ya udah aku percaya.”

Rency : “terus ada lagi… aku ternyata magang di pabrik papa nya Nico.”
Tono : “loh...terus?” tampaknya Tono mulai excited disini.
Rency : “iya jadi asisten nya pak Chen...papa nya Nico...yang aku bingungin kalau emang bener kata pak Rudi kemarin bisa gawat yank...”
Tono : “gawat gimana? Kan seru tau yank...haha”
Rency : “iih maunya...tega kamu kalau aku akhirnya dipakai sekeluarga gitu?”
Tono : “ya seru kan yank...kamu sudah merasakan anak-anaknya sekarang bikin anak sama bapaknya...hehe..”
Rency : “iih...apasih...udah tua tau om Chen… lebih tua dari papa kayaknya.”

Tono : “haha seru tuh...tapi kamu di kantornya pak Chen nanti kan pakai baju resmi kan? Baju kerja gitu kemejaan sama celana bahan atau rok?”
Rency : “iya yank kan kerja masa tanktopan.”
Tono : “kali aja boleh...hehe...kan bisa lebih menggoda...apalagi payudaramu kan tambah gede sekarang yank...”
Rency : “iya yank tapi aku gak punya cukup kemeja buat kerja nih...besok sabtu temani belanja ya...”
Tono : “ah enggak ah...aku masih males sebenernya yank kerumahmu.”

Rency : “kamu yang pilihin deh bajunya yank...”
Tono : “beneran? Ya udah ok aku jemput sabtu buat belanja.”
Rency : “gini aja semangat...haha...eh tapi yank….kalau beneran om Chen mesum gimana nanti?”
Tono : “ah enggak lah feelingku yank kalau gak kamu pancing...hehe palingan kemarin cuma akal-akalan pak Robi aja biar kau service dia.”
Rency : “deg deg an aku nih yank...”

Tono : “excited ya?atau jangan-jangan sudah mupeng?”
Rency : “iish...enggak lah kalau sama om Chen...orang nya lucu sih, tapi pendek gemuk sama botak yank. Geli sebenernya lihat kepalanya. Yang excited kamu tuh...”
Tono : “hehe iya sih… ya udah see you sabtu ya yank...”

Akhirnya sabtu ini aku berbelanja pakaian untuk magang dan di belikan oleh Tono 10 pasang. Cukup banyak untuk aku kenakan hampir tiap hari ganti bisa. Cuma karena Tono yang memilihkan, rasanya cukup sexy untuk aku kenakan. Kain nya cukup tipis juga jadi agak terawang. Terus dia juga sempat memilihkan rok yang terlalu mini, cuma setelah aku coba ternyata tidak cukup untuk menutup area pantatku jadi aku juga tidak mau, akhirya ganti dia membelikan 5 rok diatas lutut, dan 5 celana kain. Lalu Tono juga membelikan bra yang modelnya aneh-aneh. Ada yang kaitan depan, ada juga yang menggantung di leher. Untungnya warnanya tidak kontras dengan baju yang cukup tipis kainnya jadi aku tidak komplain untuk hal ini.
 
The EX 01 - Chapter 42
Timeline : 2009 Juli

--POV Tono--

Akhirnya liburan semester tiba juga dan hari ini aku mengantarkan Rency untuk ke pabrik tempatnya magang. Masih ada rasa kurang mengenakkan ketika aku menjemput Rency dirumahnya. Walau kemarin sabtu juga sudah kerumahnya tapi entah kenapa di pikiran ku masih saja ada perasaan yang tidak mengenakkan. Sekitar jam 7 pagi aku sudah dirumah Rency.

Tono : “pagi yank...sudah ready kah?”
Rency : “sudah nih...yuk yank jalan.” Rency pun muncul dengan pakaian yang kubelikan kemarin. Hari ini dia mengenakan kemeja putih yang agak transparant karena bahan kainnya tipis dipadukan dengan dalaman bra putih yang menggantung di leher juga outer cardigan hitam. Untuk bawahannya dia hari ini memakai rok hitam yang sedikit diatas lutut.
Tono : “hmmm….ready buat kerja?”
Rency : “iya dong yank...kerja ya...bukan kerjain orang...hehe...”
Aku pun sedikit mengernyitkan dahi ku dan tersenyum karena Rency faham apa yang aku maksud.

Rency : “eh yank...papa sama mama belum berangkat kerja tuh...pamit dulu yuk...”
Tono : ”hmm...enggak deh yank langsung cabut aja...” aku masih malas bertemu mereka sebenarnya.
Rency : “ayolah….please...” Rency pun merengek, akhirnya aku dengan malas-malasan masuk kerumahnya untuk pamit. Setelah itu aku mengantarkan Rency ke pabrik tempat magang nya di jalan ***** sambil ngobrol diatas motor.
Tono : “eh yank nanti mau dijemput jam berapa?”
Rency : “jam 5 sih yank kelar kantornya. Jadi jam 5an aja gak apa-apa.”
Aku lihat hari ini Rency rapi sekali dan tertutup pakaiannya. Tidak seperti biasanya kalau memakai kemeja kancingnya dibuka 3 sampai belahannya kelihatan. Mungkin ini hari pertamanya kerja jadi ingin tampil “biasa” tidak terlalu mencolok.

Tono : “agendamu hari ini ngapain aja yank?”
Rency : “belum tau sih yank dikasih kerjaan apa aja. Tapi pagi ini ke HRD dulu bareng sama Dony.”
Tono : “tapi katanya beda divisi ya? Kamu di kantornya, Dony di pabriknya ya?”
Rency : “iya yank. Kenapa?”
Tono : “wah sayang banget ya...coba kamu di pabrik nya yank...hehe”
Rency : “hayoo….mikirin apa?” tangan Rency mulai turun pegangannya dari pinggang ke selangkangan ku dan dia tau kalau aku sedang tegang memikirkan hal yang enggak enggak.

Tono : “kan seru yank kalau kamu di pabrik...terus ada yang tergoda dan nge gangbang kamu gitu gimana ya?hehe”
Rency : “kalau se pabrik bisa mati aku yank...5 aja pingsan...”
Tono : “ya gak sepabrik juga yank...hehe”
Rency : “sudah-sudah...jangan mikir yang enggak-enggak yank… nanti mupeng gak ada pelampiasan loh...”
Tono : “iya iya… eh habis ini aku ke kampus ya.”
Rency : “ngapain yank ke kampus?”
Tono : “belum dapet tempat magang ni aku… mau cari di buletin kampus ada apa nggak”
Rency : “eh yank...udah mau sampek, nanti pabriknya yg sebelah sana belok kiri ya terus yang paling ujung ada kantornya. Nanti ketemu Dony disana” baru saja aku ngomong tentang magang ku tapi dipotong dan Rency tampaknya kurang aware kalau aku sedang kebingungan untuk cari tempat magang.

Setelah sampai di lokasi, aku melihat Dony sudah disana.
Tono : “halo Don...sory lama nganternya tadi masih cari-cari lokasinya.”
Dony : “gak apa apa Ton...santai...yuk Ren”
Rency : “yank...aku magang dulu ya...” sambil mencium tangan ku, Rency pamit dan masuk ke area pabrik. Aku pun lanjut ke kampus seperti rencana ku di awal. Sudah janjian juga dengan Handy, Ramdan dan Aji.

Setelah aku sampai di kampus, segera ke ruangan dosen tapi bertemu dengan Handy, Ramdan dan Aji di selasar kampus.
Ramdan : “oy Ton...”
Tono : “yo bro...gimana udah pada dapet tempat magang?”
Ramdan : “belum Ton kemarin sama Aji coba-coba jadi asdos di kampus test nya gagal.”
Tono : “terus gimana?” aku juga melihat kalau si Handy masih murung nampaknya. Permasalahan dengan Ranum kemarin memang cukup memukul mentalnya.
Tono : “udah Han..***k usah dipikirin...ayo dah cari magang… ber 2 2 kan partner nya nanti?”
Aji : “iya Ton...untung aja si Ayu udah dapet duluan jadinya gak bingung bagi nya. Haha… gak enak juga kalau ber 5 ada 1 yang di tinggal. Tapi malah 1 ini yang ninggal duluan.”
Tono : “lah dia dapet tempat magang dimana?”
Aji : “dia kan model freelance..***mpang lah cari koneksi.”

Tono : “iya juga sih ya...terus ini mau gimana? Udah liat buletin kampus atau nanya ke career center?”
Ramdan : “sudah Ton, kesiangan sih kamu. Tadi sudah tanya tapi belum ada lowongan buat magang, adanya buat kerja full time. Tapi ini aku ada koneksi. Cuma harus ke kampung halaman ku, kota P***** . Gimana? Tapi cuma ada 1 lowongan lagi. Kamu mau gak Ton? Soalnya si Aji gak mau keluar dari Surabaya tuh.”
Tono : “terus gimana? Handy? Tuh han...kayaknya butuh keluar kota deh buat refreshing juga.”
Handy : “gak usah Ton, palingan aku nanti kerja di tempat papa ku aja. Di daerah Surabaya utara sana. Jadi santai aja.”
Aji : “Han...aku join ya...boleh?”
Handy : “boleh ji...sekalian cari tema buat skripsi juga bisa nanti.”

Tono : “wah enak bener...ya udah gitu aja...btw tempatnya di perusahaan kayak apa Ram?”
Ramdan : “pabrik kayu Ton. bisa kan? Cuma 3 bulan juga. Start awal semester depan.”
Tono : “ok siap dan, berarti ini tinggal ke dosen wali ya buat register?”
Ramdan : “yoi Ton… habis itu bebas deh jalan-jalan sambil menghibur teman kita 1 ini yang lagi patah hati. Hahaha” padahal kalau mereka tau masalah yang aku alami masih lebih parah daripada Handi.

Akhirnya hari itu kami register dan setelah itu jalan-jalan di mall sambil makan-makan. Hitung-hitung menghibur Handy juga. Aku juga meng-sms Rency.
Tono : “yank...aku dapat tempat magang nih di kota P****. Di pabrik kayu.” agak lama baru dibalas sama Rency.
Rency : “wah...selamat yank...maaf ini aku lagi sibuk urusin dokumen. Jadi gak lihat hape. Maaf ya yank.”
Tono : “iya yank gak apa-apa. Btw gimana kerja hari pertama nih?”
Rency : “ini langsung di kasih dokumen banyak buat di beresin yank. Terus si Dony juga langsung ke pabrik di bagian produksi.”
Tono : “loh gak jadi asisten langsung nya pak Chen?”
Rency : “iya itu juga, jadi harus beresin dokumen juga. Kalau sewaktu-waktu dibutuhkan kan aku bisa kasih datanya yank.”

Tono : “oh gitu… terus ada yang aneh-aneh gak disana? Kayak godain kamu gitu...”
Rency : “hehe ada sih yank...namanya juga ada anak baru masuk kantor. Ada aja yang godain...huft...aku bersyukur malah gak di taruh di pabrik.”
Tono : “pabrik?kenapa yank?”
Rency : “ya tadi kan habis ketemu HRD di ajakin keliling pabrik yank. Dan di kenalin ke semua divisi begitu kalau ada anak magang baru. Pas di pabrik rasanya pada jelalatan semua gitu. Kayak gak pernah lihat cewek aja. Mana disana panas juga yank udaranya. Terus cowok semua yang kerja di bagian pabrik. Kirain ada ceweknya gitu entah bagian apa gitu...tapi gak ada.”
Tono : “wah...bukannya seru ya yank kalau kamu yang di bagian pabrik juga...haha”
Rency : “gak kuat aku yank panas nya. Bisa-bisa copot baju aku nanti. Eh tapi jangan deh… aku pake baju rapi gini aja masih banyak yang jelalatan itu.”

Tono : “hehehe...kan seru yank...”
Rency : “ah enggak deh yank, gak main-main lagi sama orang-orang kayak gitu deh. Ngobrol aja males aku yank”
Tono : “yang kayak gitu gimana yank?”
Rency : “ya buruh-buruh pabrik macem gitu. Gak bisa di atur nantinya. Nanti kejadian lagi kan kayak dulu gimana hayo...”
Tono : “tapi apa kamu gak pengen main dikasarin lagi?hehe...”

Rency : “emmm enggak yank..***k pengen...eh aku belum pumping nih...”
Tono : “masih keluar asinya yank?”
Rency : “iya yank...tapi sudah gak sebanyak kemarin-kemarin kok...”
Tono : “ya sudah kalau gitu buruan di pompa yank daripada ngerembes...”
Rency : “iya yank...have a nice day ya...nanti jangan lupa jemput jam 5 ya.”

Akhirnya aku lanjut jalan-jalan dengan Ramdan, Aji dan Handy siang ini. Lalu setelah itu sorenya menjemput Rency. Dan memang benar kata Rency, buruh-buruh pabrik di sana pada norak-norak. Rency keluar area pabrik dan menunggu ku di dekat pos satpam saja digodain oleh pekerja-pekerja disana, walau hanya sebatas menggoda secara verbal. Dan yang aku herankan, tadi Rency bilangnya ogah buat “dekat” bahkan ngobrol tapi aku lihat sendiri dia juga meladeni mereka. Untungnya masih ada Dony yang menemani Rency sebelum ku jemput. Tetapi dia diam saja tak banyak ikut ngobrol. Karena aku juga tertarik dengan apa yang terjadi selanjutnya, maka aku diamkan agak lama sekitar 15 menit aku mengamati mereka dari area yang cukup dekat dengan mereka dan berusaha tidak mereka ketahui.



--POV Rency--
Hari ini pertama kali aku magang di luar dan kali ini harus benar-benar terjun ke dunia kerja. Karena ini hari pertama, aku berusaha memberi kesan sebaik mungkin. Aku dan Dony menemui bagian HRD.
Dony : “permisi pak bagian HRD sebelah mana ya?” dony bertanya ke satpam.
Satpam : “masuk aja mas ke gedung yang sebelah sana terus naik ke lantai 2 ada ruangan pertama sebelah kiri. Nanti ada tulisan HRD mas di depan pintunya.”
Dony : “ok terimakasih pak.”
Aku dan Dony pun pergi menuju ke gedung yang ditunjukkan oleh pak satpam tadi. Dan benar di lantai 2 sudah ada penanda ruangan divisi masing-masing.

Rency : “tok tok tok...permisi...” aku pun mengetuk pintu ruangan HRD tersebut.
HRD : “ya silahkan masuk...oh kalian anak magang baru ya? Pak Chen sudah cerita ke saya...silahkan duduk...”
Rency : “iya pak...nama saya Rency dan ini Dony pak...” kami pun bersalaman dengan bapak HRD tersebut.
HRD : “panggil saja pak Jimmy...kalian sudah tau nanti ditempatkan di bagian terpisah?”
Dony : “iya pak sudah.”
Pak Jimmy : “ok kalau gitu saya ajak kalian keliling dulu.”

Pak Jimmy mengajak kami berkeliling area pabrik. Pertama dari gedung ini dan aku nanti kerja di bagian ruang arsip yang berada di lantai 2 ini juga cuma agak ujung dekat dengan ruangan pak Chen kalau pak Chen ke pabrik ini. Karena memang pak Chen bisnis nya banyak dan juga aku tahu beliau tidak tinggal di Surabaya. Selanjutnya jalan ke gedung sebelah area produksi seperti area peleburan besi dan baja. Di area produksi inilah Dony nanti akan bekerja sebagai staff produksi. Cuma bukan sebagai buruh kasar nya. Dia cuma harus membantu salah satu SPV disana namanya pak Anto.

Selama berkeliling, kami rasanya agak canggung karena harus berkenalan dengan orang-orang yang lebih senior dalam pekerjaan ini. Dan tidak jarang juga kami mendengar pertanyaan-pertanyaan aneh seperti “non sudah nikah belum?”, “mbak sudah punya pacar belum?kalau belum ini ada yang jomblo mbak” ataupun “mbaknya tinggal dimana?nanti mau tidak saya antar pulang?” semacam itu. Awalnya aku cukup risih karena yang bertanya seperti jelalatan begitu melihatku. Tapi aku mencoba memaklumi karena di area produksi ini jarang ada wanitanya. Tidak seperti di gedung kantor sebelahnya. Ditambah lagi area produksi udaranya cukup panas. Sampai-sampai berkeringat aku. Cuma tidak mungkin aku melepas cardigan ku saat ini karena pasti lekuk tubuhku terlihat jelas karena keringat ini membasahi kemejaku yang cukup tipis.

Pak Jimmy : “nah Dony nanti kamu bantu-bantu pak Anto ya. Jadi kamu kerja di area produksi sini. Pak Anto, mohon bimbingannya ya pak.”
Pak Anto : “baik pak...cuma Dony saja pak? Kalau mbak Rency tidak disini juga pak?”
Pak Jimmy : “pesen si bos beda divisi soalnya pak. Kasihan juga kalau di area produksi nanti kan.”

Pak Anto : “oh kalau si bos yang sudah pesan begitu ya mau bilang apa lagi. Yok Don ikut saya. Saya kasih tau bagaimana alur produksinya dulu.”
Dony : “baik pak… eh Ren...aku tinggal duluan ini ya. Nanti balik nya tunggu di satpam depan ya.”
Rency : “OK Don...”
Aku pun mengikuti pak Jimmy kembali ke gedung kantor.

Pak Jimmy : “Ren...disini ruang Arsip, untuk sekarang pak Bos sedang tidak disini jadi kerjaan kamu buat hari ini coba pelajari arsip-arsip project yang sedang berjalan saat ini. Jadi sewaktu-waktu pak Bos butuh buat sesuatu langsung bisa kamu handle. Bisa kan?”
Rency : ”baik pak...nanti kalau saya tidak mengerti saya bertanya kemana ya pak?”
Pak Jimmy : “kamu bisa langsung ke divisi yang bersangkutan aja Ren buat follow up. Tapi kalau masih belum berani sendiri, bisa ke saya dulu. Nanti saya bantu.”

Rency : “baik pak terimakasih.”
Aku pun mulai bekerja di ruangan arsip ini dengan membaca-baca project yang ada sekarang dan ku catat yang sekiranya penting atau tidak aku mengerti. Dan tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sampai-sampai sms dari Tono tak ku hiraukan dan aku baru sadar setelah mendekati jam makan siang.

Aku pun akhirnya sms an dengan Tono. cuma seperti biasa, Tono kumat lagi isengnya. Kami malah ngomongin hal-hal yang mesum siang-siang gini. Dia mungkin sengaja atau bagaimana, karena aku yang sudah lama tidak “berhubungan” seperti ini juga jadi lebih sensitif. Apalagi kalau terangsang sekarang, asi ku memuncak dan keluar dengan sendirinya. Meski sudah tidak sebanyak kemarin-kemarin. Daripada nanti aku tidak tahan dan malah masturbasi di ruang arsip, segera aku berjalan menuju toilet wanita dengan membawa alat pumping.

Untungnya toilet di kantor ini sepi. Segera aku menuju salah satu ruangan untuk pumping asi ku agar tidak merembes nanti.
Rency : “duh Tono nih...siang-siang gini ngomongin hal kayak gitu. Gak tau apa aku sudah lama tidak dipuasin...huh...” aku pun mulai melepaskan kancing baju ku dan bra ku. Lalu alat pumping asi mulai menyedot pelan-pelan di payudaraku. Asi ku pun mulai keluar mengalir ke dalam kantong nya. Tetapi tanpa sadar aku mulai meremas-remas payudaraku dan kupejamkan mataku menikmatinya.

Rency : “ooh...emmhhhh...ooochh...” gara-gara Tono tadi ngobrolin hal begituan membuatku terangsang sekarang. Rok ku juga kuangkat dan kuturunkan celana dalam ku ke lutut. Tangan kiri ku sekarang turun dan mengocok vaginaku keluar masuk dengan jari tengahku. Sedangkan tangan kanan ku sudah tak memegang alat pumping lagi. Aku lebih fokus untuk meremas-remas payudaraku.

Rency : “aachh….yes...aach...acch...” sudah tidak kupedulikan aku mendesah agak keras dan juga asi ku yang belepotan mengalir di badan. Mata ku terpejam membayangkan adegan yang tidak-tidak. Aku terhanyut oleh imajinasi ku sendiri.
Rency : “aachhh...yes...aaachh...Don...acchh...jilat Don...aaachh...Don….masukin Don...aachh” entah kenapa tiba-tiba aku membayangkan sedang dioral Dony sekarang. Bahkan kenapa juga aku membayangkan berhubungan dengan Dony. ohh… yang jelas untuk sekarang aku hanya ingin memuaskan nafsuku. Aku pun tak perduli bila ada orang lain di toilet ini.

Rency : “aachh...acchhhh...achh...yes…Don...yang cepet Don..ooochh...” aku membayangkan Dony sedang menyetubuhiku sekarang dan juga kocokan jariku yang keluar masuk vaginaku sendiri juga semakin cepat. Aku memasukkan 3 jariku sekarang kedalam.
Rency : “acchh...aku mau keluar...acchh...aacchhh...emmmhhhh...” aku pun akhirnya orgasme dan mengejan didalam toilet ini. Kesadaran ku mulai berangsur-angsur pulih. Aku masih terduduk menenangkan diri dan mengatur nafas ku lagi.

Rency : “duuh...aku kenapa sih...kok malah masturbasi disini…semoga tak ada yang tahu” aku pun masih terduduk di dalam menunggu jam 1 agar kalau aku keluar dari toilet tidak berpapasan dengan orang. Malu rasanya bila ada orang yang tahu. Aku juga mengelap badan ku yang masih belepotan dengan asi yang mengalir dari payudaraku dengan tissue toilet ini.
Rency : “kenapa aku juga ini tadi bayangin sama Dony...duh...jadi bersalah aku sama Tono...kenapa bukan Tono yang terlintas dipikiran ku tadi....” semakin lama semakin malu sendiri aku mengingat imajinasi ku tadi.

Aku keluar bilik toilet dengan hati-hati dan berharap tidak ada yang memergoki ku tadi. Untungnya toilet juga sepi, mungkin karena sedang jam makan siang dan lokasi kantin di belakang gedung jadi aman sekarang. Aku pun segera berjalan kembali ke ruangan arsip dan melanjutkan pekerjaan ku. Mungkin masih hari pertama jadi cukup melelahkan untuk mengecek semua arsip ini. Sampai sekitar jam 5 ternyata baru bisa menyelesaikan sekitar 4 arsip project.


Hape ku bergetar dan ternyata ada sms dari Dony
Dony : “Ren...ku tunggu di area dekat pos satpam yang ada tempat duduk-duduknya ya.”
Rency : “ok Don, aku prepare dulu.”
dan aku pun membereskan tas ku dan segera menemui Dony di area pos satpam sambil menunggu Tono menjemputku.

Agak risih juga ternyata disana banyak buruh pabrik yang entah kenapa ikutan nimbrung juga dan mengajakku ngobrol. Tapi mau tak mau karena aku masih anak baru disini jadinya harus meladeni omongan mereka juga. Walau terkadang mereka bertanya agak fulgar dan menjurus ke arah begituan. Herannya Dony yang disampingku hanya diam saja tak ada respon seperti sedikit membela atau menjaga ku. Sampai akhirnya Tono datang lega sudah aku tak harus berlama-lama lagi disana.
 
The EX 01 - Chapter 43
Timeline : 2009 Agustus

--POV Tono--

Sudah sebulan Rency magang dan sekarang aku juga mulai magang di kota P***, kampung halaman Ramdan. Rency sering cerita kepada ku kalau di tempat magangnya sering sekali dia digoda oleh buruh-buruh pabrik. Cuma tidak ada sesuatu yang terjadi lebih dari itu dan Hanya sekedar godaan verbal. Yang aku bingungkan, disana dia bersama Dony. Mengapa Dony diam saja dengan perlakuan para buruh yang kurang ajar ini ke Rency. Apa mungkin Dony juga menikmati itu semua.

Tono : “yank...siang nanti aku berangkat ya ke P****.”
Rency : “iya yank...hati-hati nanti...jadi naik motoran?”
Tono : “iya biar murah naik motor aja.”
Rency : “terus kamu pulang kapan?”

Tono : “aku sih usahain tiap sabtu pulang yank terus minggu sore berangkat lagi.”
Rency : “gak capek emang yank?”
Tono : “ya gak tau juga sih yank kan lumayan jauh dan aku cuma pakai motor buat pulang pergi.”

Rency : “hmmm...terus hari ini gak ketemuan dulu kita yank?”
Tono : “aku belum packing nih yank. Kayaknya gak bisa deh. Lagian kamu sudah di pabrik juga kan.”
Rency : “iya sih...tapi kan sudah lama gak ngabisin waktu bareng.”
Tono : “hmm...ngabisin waktu bareng atau mau ngapain nih yank?”

Rency : “hehe tau aja. Kan sudah lama yank kita gak berbuat.”
Tono : “hmm...lagi mupeng ya...haha tumben...”
Rency : “gak tumben yank...sudah lama nih kamu gak ngajakin aku having sex.”

Tono : “iya sih yank…soalnya kan aku worry klo kamu kenapa-kenapa itu. Takut kamu masih sakit di bagian itu. Tapi papa mu gimana? Masih ngajakin gak? Sama tukang galon langgananmu tuh gimana?”
Rency : “ish...ogah ah sama papa.”
Tono : “hahaha...kenapa yank? Emang papa mu gak minta jatah kayak biasanya?”

Rency : “kadang minta sih. Cuma kamar ku aku kunci kalau malam. Ogah ah yank sama papa lagi. Papa jahat gitu sama kamu.”
Tono : “tapi nanti kalau papa mu gak dipuasin terus kamu diperkosa papamu gimana hayo?”
Rency : “hmmm kan kamu suka kalau aku diperkosa orang. Hihi. kamu kan lebih nafsu kalau aku habis diapa-apain orang.”

Tono : “haha...tapi emang papa gak ngapa-ngapain kamu gitu yank?”
Rency : “pernah curi-curi ngeraba pantat ku sih y ank pas mama gak lihat. Terus pernah bilang jangan dikunci kamar ku. Tapi tetap aja aku kunci biar papa gak bisa diam-diam masuk ke kamar ku. Hehe”
Tono : “terus pagi nya gak ngomong apa-apa yank papa mu?”

Rency : “kalau ada mama sama bude pagi ya gak berani ngapa-ngapain yank. Mas Moko juga gak bisa ngapa-ngapain aku gara-gara bude sekarang stay jagain aku kalau weekend dirumah.”
Tono : “oh jadi gara-gara itu.”
Rency : “iya yank, kamu sih jarang main kerumah sekarang.”
Tono : “kalau ke rumahmu juga gak bisa ngapa-ngapain juga kan. Terus di pabrik sama si bos mu gimana?”

Rency : “eh iya yank baru inget, minggu depan aku diajakin ke Kuala Lumpur yank. Katanya ada kerjaan disana.”
Tono : “bukan yang itu. Maksud ku di pabrik si bos ngapa-ngapain kamu enggak?”
Rency : “eee...sejauh ini sih enggak yank. Mungkin dia tau kalau aku pacaran sama anaknya. Hehe si Nico. masa iya bapaknya ikutan juga.”
Tono : “ya kan seru yank haha. Terus kamu ke Kuala Lumpur sama Dony juga?”
Rency : “kayaknya iya yank. Ngomong-ngomong masalah Dony, agak sebel aku tuh yank.”
Tono : “kenapa yank? Ada apa emang?”
Rency : “iya itu masa aku dilecehin orang pabrik dia diem aja.”

Tono : “dilecehin gimana yank?”
Rency : “ya sering kalau aku ke area pabrik pernah yank di cuit-cuitin, terus di panggil-panggil yang gak senonoh, dan yang paling parah pernah juga yank payudaraku kayak sengaja disenggol gitu.”
Tono : “wah...seru tuh yank...” aku sendiri berfikir se tertutup apapun tetap saja “aset”nya menonjol. Tapi kenapa ya sekarang Rency seperti agak risih dengan hal ini. Padahal kemarin-kemarin di kampus juga banyak yang bilang kalau Rency jadi bacolan nya anak sekampus.

Rency : “ish...seru gimana. Ogah deh yank sama orang-orang yang dekil gitu. Mana Dony diem aja juga. Pernah tuh yank aku bilang ke Dony kalau aku gak nyaman ke area pabrik. Tapi dia gak komen apa-apa.”
Tono : “dia juga seneng mungkin yank.. Hehe”
Rency : “kamu itu yank yang senengnya kalau pacarnya diapa-apain. Hihi.”
Tono : “eh yank aku lanjut packing dulu ya...kerja yang bener. Tapi kalau ada yang mau dimainin kabarin...haha”
Rency : “hahah iya deh yank.”

Akhirnya akupun packing dan siap-siap untuk ke Kota P**** bersama si Ramdan. Ketemuan di rumah ku dan berangkat bareng kesana. Ramdan baru sampai rumah ku jam 11 siang dan langsung menuju ke kota P****. Disana aku tinggal di rumah Ramdan dan mulai kerja magang besoknya. Karena masih belum efektif bekerja, sore ini Ramdan mengajakku nongkrong di cafe yang cukup ramai di kotanya.
Ramdan : “Ton..nanti nongkrong di cafe bareng-bareng sama teman SMA ku ya. Biar Rame nanti.”
Tono : “ok lah. Ketemu disana nanti?”
Ramdan : “yoi Ton. yuk lah kesana. Sudah lama juga aku gak pulkam ini haha.”

Sesampaiku disana ternyata cafe nya cukup ramai dan aku pun berkenalan dengan beberapa teman Ramdan disana. Cuma ada 1 orang cewe yang membuat ku tertarik disana. Namanya Intan, tahun ini dia lulus kuliah kebidanan nya dan bekerja sebagai bidan di kota ini. Hal yang membuatku tertarik dengan Intan adalah body nya yang sungguh sungguh membuat siapapun menelan ludah. Meski dia berjilbab tapi tidak bisa menutupi lekukan tubuhnya. Dia juga suka mengenakan baju yang press body.

Ramdan : “Ton… jangan coba deketin si Intan ya.”
Tono : “kenapa Ram? Kamu juga ngincer ya?”
Ramdan : “kagak Ton, cuma jangan lah. Record nya gak baik-baik sih itu Intan.”
Tono : “gimana maksudnya?”
Ramdan : “sering gonta ganti pacar Ton. paling lama 3 bulan doang itu dia pacaran.”

Tono : “hah?serius?”
Ramdan : “iya beneran, mana pacarnya kadang angkatan, polisi, kadang ada juga PNS sini.”
Tono : “oh cuma gara-gara gonta ganti pacar aja Ram.”
Ramdan : “itu dari jaman SMA sih Ton. sudah terkenal dia di kalangan anak-anak se SMA.”
Tono : “tapi emang cakep kan? Buktinya banyak yang mau tuh sama dia. Haha”

Ramdan : “kalau itu iya sih cuma bayangin aja kalau orang pacaran ngapain aja kan. Sudah berapa orang coba itu yang ngecobain dia.”
Tono : “ya belum tentu kan beneran kayak gitu Ram.”
Ramdan : “yee dibilangin kagak percaya. Sudah jangan main-main sama Intan Ton. buang-buang waktu nanti.”

Ramdan entah kenapa sangat tidak ingin kalau aku mendekati Intan. Mungkin nasehat dari sahabat yang tidak ingin sahabatnya mengalami keburukan. Cuma entah kenapa nantinya aku mengabaikan nasehat sahabat ku ini. Aku juga tetap menyimpan nomor hape Intan. Saat ini mungkin aku belum bisa untuk mencoba mendekati Intan karena aku masih bersama Rency dan Intan juga “katanya” masih punya pacar yang baru lulus dari akpol.

Jam 8 malam di kota ini rasanya sudah cukup sepi. Maklum saja kota kecil. Maka aku dan Ramdan memutuskan untuk kembali kerumah. Sesampaiku dirumah, ternyata Rency mengabari ku hal yang sempat aku fantasy kan akhir-akhir ini.






--POV Rency--

Hari ini Tono pergi ke kota P***, aku menyayangkan kenapa dia harus magang jauh-jauh. Kenapa tidak bisa di sini-sini saja biar tetap menemaniku. Aku juga sekarang berangkat ke pabrik kalau tidak dijemput Dony ya naik Taksi. Hari ini pak Bos tidak datang ke pabrik jadi aku mengerjakan arsip-arsip yang harus di closing ke departemen terkait.

Rency : “pak Jimmy, maaf pak mau nanya, arsip yang ini saya berikan ke siapa ya pak? Saya lupa nanya ke pak bos kemarin.”
Pak jimmy : “oh arsip ini buat bagian produksi Ren. kamu kirim saja ke pak Anto ya. Bisa kan?”
Rency : “baik pak.”
Haduh aku harus ke bagian produksi lagi hari ini, mana aku memakai baju yang terlalu terbuka. Bisa jadi rejeki buat mereka nanti ini. Hari ini aku mengenakan kemeja hijau dan rok pendek hitam. Kemeja ku ini kancingnya agak ke bawah jadi belahan dada ku terlihat jelas. Yah sedikit diatas kaitan bra ku sih kancingnya. Baju pilihan Tono memang membuat ku tampil terlalu seksi.

Rency : “Don, pak Anto ada di mana?” aku bertemu Dony di area produksi dan menanyakan pak Anto berada dimana.
Dony : “oh Ren...itu pak Anto di bagian packing lagi nge cek barang. Kamu kesana aja.”
Rency : “temenin dong Don...”
Dony : “lagi gak bisa nih Ren...kerjaan ku gak bisa ditinggal...”

Rency : “yah...ayolah Don...”
Dony : “gak bisa Ren...sory ya...”
Rency : “yah...ya sudah deh...” alasan aku mengajak Dony karena aku tak ingin ke pak Anto sendirian. Karena pak Anto matanya jelalatan banget kalau ketemu aku. Bahkan pernah dengan sengaja memepetku saat mengambil makanan di kantin. Aku juga merasakan dia sengaja menggesek-gesekkan kemaluannya di pantatku saat itu. Yah walau masih dibalik celananya dan cuma menggesek pelan saja di belakang rok ku. Cuma aku tidak berani untuk menegurnya. Aku ceritakan ini ke Dony tapi dia tidak percaya.

Akhirnya aku ke bagian packing dan menemui pak Anto.
Rency : “permisi pak Anto. maaf pak saya minta waktunya sebentar. Ini ada berkas yang perlu bapak cek terlebih dahulu pak. Titipan dari pak Bos kemarin.”
Pak Anto : “ok Ren. sebentar kamu bawa saja berkas ini ke ruangan saya ya. Tunggu saya disana.”
Rency : “Baik pak.” aku pun menuju ruangan pak Anto di lantai 2 area produksi dan menunggu nya disana.

Sedikit gambaran tentang ruang kantor area produksi ini, cuma seperti gudang yang luas dengan atap yang sangat tinggi dan ada partisi ruangan di sisi-sisinya. Untuk naik ke atas cuma menggunakan tangga dan ruangan pak Anto. di lantai 2 ini tidak hanya ruangan pak Anto saja tetapi ada juga ruangan untuk SPV dari masing-masing bagian produksi dan juga HRD yang khusus untuk menangani para buruh. Dan ruangannya disekat-sekat. Tetapi saat ini karena mendekati jam makan siang, cuma ada 2 orang HRD dan 1 SPV bagian mesin yang aku lupa namanya siapa.

Sedikit gambaran juga tentang pak Anto ini beliau umurnya hampir 50 tahun dan perawakannya cukup tinggi, berkulit gelap dan kekar. Khas orang pabrik pada umumnya. Pak Anto ini juga sudah lama bekerja di pabrik ini mulai dari awalnya cuma buruh harian sampai diangkat menjadi SPV di bagian produksi. Menurut record kinerjanya baik, hanya saja tidak bisa naik ke jenjang direksi karena terhambat dengan syarat pendidikan pak Anto yang cuma lulusan SMP.

Aku pun masuk menunggu di ruangan pak Anto seperti yang disuruh tadi. Cukup lama aku menunggu disana, bahkan hampir saja berkas nya aku letakan di mejanya karena mendekati jam makan siang juga. Tetapi pak Anto keburu sudah kembali ke ruangan.
Pak Anto : “sory sory Ren ada masalah di bagian packing jadi kamu nunggu lama ya?”
Rency : “ah enggak juga kok pak tidak apa-apa” jawabku dengan sedikit berbasa basi dan menyerahkan berkas untuk pak Anto tadi.
Rency : “ini pak berkasnya. Saya permisi dulu ya pak.”

Pak Anto : “sebentar Ren. buru-buru amat, saya review sebentar ya ini berkasnya. Kamu tunggu dulu.”
Rasanya pak Anto sengaja menahan ku diruangannya. Aku pun kembali duduk di sofa di sisi ruangan pak Anto. pak Anto pun membaca berkasnya sambil mondar-mandir di ruangan. Tetapi mata dari pak Anto rasanya tidak fokus ke arah berkas nya. Aku melihat matanya tertuju ke belahan dada ku. Aku pun mengalihkan pikiranku dengan bermain hape saja menunggu pak Anto selesai mereview berkas itu.

Tetapi tiba-tiba aku mendengar pintu ruangan ini dikunci dan seketika itu aku mulai panik.
Rency : “loh pak...kok dikunci ruangannya?” aku pun berdiri dari tempat ku tadi.
Pak Anto : “iya Ren. gak usah makan siang lah. Disini saja temani saya.” pak Anto perlahan-lahan mendekat dan tangannya menyentuh pundak ku.
Rency : “pak… saya bisa teriak ya kalau bapak kurang ajar.” seperti tidak menghiraukan ucapanku, pak Anto sekarang malah memeluk ku dan mencoba mencium ku.
Rency : “pak...jangan...” aku mendorong pak Anto dan mencoba berlari ke arah pintu. Tetapi pak Anto kembali menangkap ku dari belakang dan tangan kirinya menutup mulutku.
Rency : “hmmmmppppfff….nggggghhhh….nggghhhh” aku pun mencoba berteriak sekuat tenaga dan meronta tetapi karena mulutku dibekap maka suaraku tak keluar.

Pak Anto yang membekapku dari belakang sekarang menarikku kearah mejanya. Akupun terdorong kearah meja dan badan ku tersungkur di atas meja. Pak Anto yang tenaganya jauh lebih besar daripada aku menghimpirku dari belakang dan tangan kirinya masih membekap mulutku. Tetapi tangan kanannya sekarang berpindah dari yang sebelumnya memelukkua agar aku tak berontak, sekarang dengan cepatnya berpindah ke arah rok ku dan dinaikkannya, dan juga dia mencoba menurunkan celana dalam yang aku kenakan saat ini.

Pak Anto : “sudah Ren...percuma juga kamu berontak saat ini.”
Rency : “nggggghhhh….nggghhh...nggghhhh” aku masih mencoba untuk berteriak. Pak Anto yang sudah berhasil menurunkan celana dalam ku, cepat-cepat membuka celananya sendiri dan mengarahkan penis nya ke vaginaku. Aku pun merasakan penisnya sudah mulai menggesek-gesek dari luar. Aku berusaha sekuat tenaga meronta ronta dan menggerakkan badan ku agar pak Anto gagal dan aku berhasil kabur. Tetapi ternyata sia-sia saja.
Rency : “ngggghhhh….ackkk….” akupun terbelalak ketika penisnya berhasil masuk kedalam vaginaku. Pak Anto dengan sekuat tenaganya mulai menggenjotku dari belakang. Air mata ku pun mulai mengalir ketika pak Anto menggenjotku dengan kencang. Tak kusangka setelah sekian lama aku tidak have sex, ternyata sekarang pak Anto orang pertama yang menyetubuhiku.

Rency : “eenggghhh...enggghhhh...ngggghhh...” aku masih mencoba meronta-ronta dari pak Anto tetapi aku juga tidak bisa bohong kalau aku mulai ikut terangsang dalam pemerkosaan ini. Dengan ganas nya pak Anto menggenjotku bertubi-tubi dari belakang.
Pak Anto : “ahh...kamu ternyata enak banget Ren..ahhh...” dan akhirnya tangan pak Anto tak lagi membekap mulutku. Tetapi bukannya aku berteriak minta tolong, malah aku sudah asik menikmati semua ini.
Rency : “achh...achhh...terus pak...aachh...aachhh...”

Pak Anto : “uuhh...gini dong Ren...uuhh...nurut...”
Rency : “aacchhh...aachhh….yes pak….acchh...aaachhh..” aku pun mulai mengimbangi gerakan pak Anto meski tetap dalam posisi yang sama. Melihatku yang sudah pasrah ini, tangan pak Anto sekarang mulai menggerayangi tubuhku dari belakang dan tanggannya mulai diselipkan dari samping lalu mulai meremas-remas payudaraku yang terhimpit dengan meja.
Pak Anto : “oh Ren...gede banget toked mu...oh...” pak Anto meremas-remas kencang payudaraku.
Rency : “oooh...pak...sakittt...oooh...pelan-pelan pak...oooh...” aku pun kesakitan karena remasannya terlalu keras tetapi pak Anto tetap tak menghiraukan ku.
Pak Anto : “oohh..yes Ren...nikmat banget kamu Ren...oh...”

Pak Anto rasanya semakin cepat ritme genjotannya dan tangannya sudah melepaskan remasan di payudaraku. Tapi berpindah ke arah pundak ku yang membuatnya semakin kencang lagi menarik ku untuk maju mundur.
Rency : “aachhh pak…..aaaachhh...aacchhh” aku pun terhentak-hentak dengan sangat cepat.
Pak Anto : “ooohh...Ren...oohh...bapak mau keluar Ren...oohhh...” mendengar ini pun aku kembali panik.
Rency : “pak...aachh...pakk...jangan didalam...acchh...pak...jangan...aaachhh...jangan pak….” tetapi cengkraman tangannya dipundak ku membuatku tak bisa menghindar atau melepaskan diri. Pak Anto menarik pundakku dan menghujamkan penisnya dalam-dalam.

Pak Anto : “oh Ren...ooh...bapak mau keluar Ren...ooohh...”
Rency : “jangan pak….jangan...AACCHHHH…PAK….AAACHHH” aku merasakan semburan sperma nya didalam vaginaku. Sekuat tenaga aku berusaha mengencangkan otot-otot dalam vaginaku agar spermanya tak masuk semua ke rahimku meski itu sia-sia saja. Rasanya cairan hangat sudah membanjiri perut bawahku dan aku malah seperti meremas-remas penisnya yang masih tertanam didalam.

Kurang lebih 1menitan pak Anto menahan ku dalam posisi ini sampai penisnya terasa mengecil didalam dan aku pun kembali menangis. Aku takut bila hamil lagi kali ini. Bahkan ketika pak Anto mencabut penisnya, aku merasakan lelehan sperma mengalir keluar ke kaki ku.
Rency : “hiks...hikss...hikss...pak Anto...kenapa tega-teganya memperkosa saya...hikss….hikss...” aku pun terduduk di lantai karena tak kuat menahan tubuhku.
Pak Anto : “yah...maaf saja Ren...kamu terlalu seksi dan cantik kalau cuma pak Bos saja yang bisa memilikimu. Saya kan juga mau. Heran saya kenapa bukan kamu yang ditaruh di divisi produksi.”

Rency : “hiks...hikss...hikss...saya akan adukan ke HRD atas tindakan bapak….hikss..”
Pak Anto : “ngapain kamu aduin saya ke HRD? Saya ada loh Ren Rekaman kita barusan. Percuma saja kamu mengadukan saya. Yang ada justru kamu yang malu sendiri. Suara kamu terekam jelas kok kalau kamu juga menikmati ini.” sambil pak Anto berjalan dan menunjukkan webcam yang disimpannya di lemari belakang kursinya. Pak Anto juga menunjukkan rekamannya dari layar komputer dimejanya dan memang muka ku terlihat jelas tetapi muka pak Anto tidak masuk ke dalam rekaman, hanya sampai sebatas pundaknya saja.

Pak Anto : “lihat sendiri kan...percuma saja kamu melaporkan saya. Karena bisa saja saya berdalih itu bukan saya. Yang terlihat jelas hanya muka mu saja. Hehehe”
Rency : “hiks...hiks...hiks...saya mohon pak...hikss...hapus rekaman itu...hikss..”
Pak Anto : “tenang saja Rency...rekaman ini tak akan tersebar kalau kamu mau nurut dengan saya. hehe”
Aku pun bingung harus bagaimana sekarang, karena sepertinya pak Anto sudah memegang kendali terhadapku. Apalagi memang benar di video itu tampak sangat jelas aku juga menikmati persetubuhan barusan.

Pak Anto : “sudah sekarang mendekati jam 1, sebentar lagi karyawan yang lain juga balik ke tempatnya masing-masing. Kamu rapikan dulu baju mu Ren.”
Rency : “hiks...hikss...hikss...” dengan masih menangis, aku pun membenahi pakaian ku lagi. Memang tak banyak yang terbuka, hanya celana dalam ku yang lepas dan 1 kancing baju ku yang mungkin terlepas saat bergesekan dengan meja.
Pak Anto : “sudah-sudah jangan nangis. Kalau kamu menurut sama saya, tidak akan saya sebarkan juga kok Ren.”
Rency : “hiks….baik pak...hikss...” aku pun mencoba menahan tangisku dan segera pergi dari ruangan pak Anto ini untuk segera kembali ke ruangan ku sendiri.

Saat aku keluar area produksi, aku pun berpapasan dengan Dony.
Dony : “Ren...kemana aja tadi? Aku cariin buat makan bareng kok gak ada diruangan kamu.”
Rency : “iya Don...aku baru selesai ini dari minta approval berkas ke pak Anto. nanti aku makan sendiri.”
Dony : “oh ok Ren kalau begitu.” entah Dony yang tidak peka atau bagaimana, dia tidak menanyakan lebih jauh tentang apa yang terjadi padaku sampai-sampai aku hampir saja menceritakannya terlebih dahulu ke Dony.

Rency : “Don...”
Dony : “kenapa Ren?”
Rency : “gak jadi deh Don...nanti pulangnya antar aku balik ya...”
Dony : “iya siap deh Ren.”

Dan benar saja Dony tidak peka, dan akhirnya aku kembali ke ruanganku (ruang arsip). Sesampainya aku disana, aku pun kembali menangis mengingat kejadian barusan. Sudah lama Tono tidak menjamahku, bahkan Nico yang pacar kedua ku juga belum aku izinkan untuk having sex lagi denganku. Sekarang malah aku disetubuhi spv di pabrik ini. Pabrik yang notabene punya keluarga Nico. aku takut, bagaimana nanti kalau aku hamil lagi. Aku benar-benar takut akan hal itu.

Entah kenapa akhirnya aku malah terbersit, bagaimana bila aku lebih memilih Nico daripada Tono. Dengan menjadi istri dari pewaris perusahaan ini aku bisa memecat pak Anto. Aku bisa menyingkirkan orang yang memperkosaku. Tetapi apa benar aku barusan diperkosa, karena bisa dibilang aku pun ikut menikmati kejadian tadi. Muka ku yang terekam jelas tadi tidak menunjukkan kalau aku menolak, bahkan aku seperti menikmatinya. Memikirkan ini semua membuatku bingung.

Akhirnya sore pun tiba dan jam kerja kantor berakhir. Aku segera menunggu Dony didekat mobilnya yang terparkir paling depan. Untung saja Dony juga tak lama kemudian muncul dan kami pun pulang. Di perjalanan juga Dony tidak menanyakan apa yang terjadi padaku tadi. Seperti tidak terjadi apa-apa padaku padahal rambutku tampak sedikit tak tertata rapi dan juga baju ku yang kusut.

Sesampainya aku dirumah, aku pun langsung mandi dan membersihkan tubuhku yang telah dinodai oleh seseorang di pabrik. Kembali aku pun sedih dan ingin menceritakan ini ke Tono maka setelah mandi aku pun mencoba meng sms Tono.
Rency : “yank...aku mau cerita...”
Tono : “apa ni yank? Tumben sms langsung bilang gini. Kenapa-kenapa?”
Rency : “hmmm….tadi yank di pabrik….jangan marah ya...”
Tono : “enggak yank...emang kenapa?”
Rency : “hmm...tadi aku habis di perkosa yank sama spv nya Dony...”
Tono : “lah...gimana ceritanya?”

Akhirnya aku pun menceritakan dengan detail setiap kejadian yang baru aku alami barusan.
Tono : “wahh...seru yank...duh..***k ngebayangin besok-besok kamu diapain lagi.”
Rency : “ih...jahat loh...pacarnya kenapa-kenapa gini malah bilang gitu….sebel...”
Tono : “yaa...tapi kan kamu cerita kalau kamu juga sempat menikmati kan?”
Rency : “tapi ya gak gitu juga yank respon mu.”

Tono : “ya maaf yank...kan aku jadi tegang nih ngebayangin nya.”
Rency : “hufft...kamu nih...ya sudah deh yank. Aku mau tidur dulu. Met malem.”
Tono : “met malem yank.”
Entah kenapa aku rasanya sekarang marah banget ke Tono. Rasanya kecewa kalau respon Tono seperti ini. Daripada aku semakin marah ke Tono, maka aku putuskan untuk tidur saja beristirahat malam ini. Dan besok sebisa mungkin aku tidak berinteraksi dengan pak Anto lagi.
 
The EX 01 - Chapter 44
Timeline : 2009 Agustus

--POV Rency--

Setelah kejadian beberapa waktu yang lalu, aku agak waspada dengan pak Anto. Untungnya pak Anto ini bukan orang yang “sering” memaksa. Setelah kejadian waktu itu, pak Anto tidak pernah mengancam ku ataupun memaksaku untuk “memuaskannya”. Walau terkadang tangannya yang jahil itu sering mengelus pantat ku diam-diam saat di kantin antri mengambil makan, atau saat di pabrik bila tidak ada yang melihat. Untuk having sex lagi, pak Anto tidak memaksaku untuk melakukan itu dan rasanya lega minggu ini aku terbebas dari “pelecehan” pak Anto. Karena minggu ini pak Bos Chen mengajakku dan Dony untuk ikut menangani proyek baru di Kuala Lumpur.

Kami ber 4 (pak Chen, assisten nya, aku, dan Dony) berangkat siang ini dan meet up di bandara. Aku pun berangkat langsung ke bandara tanpa menunggu Dony. Setelah sampai di bandara ternyata Dony sudah menunggu di area depan gate in.
Rency : “Don….” aku melihat Dony dari kejauhan dan memanggilnya.
Dony : “oi Ren...sini...”
Rency : “pak bos mana Don?”
Dony : “belum datang tuh tapi sebentar lagi mungkin.”

Dan benar saja tak lama kemudian pak bos datang. Tapi beliau diantar oleh Nico. Dalam hati aku berfikir. Mati aku kalau Nico memanggilku “sayang”. Karena Dony hanya tahu pacarku cuma Tono.
Nico : “hai...sayang...”
Rency : “hai...yank...hehe...kok tumben kamu anter papa mu?” (mampus aku, Nico menyapa ku dan Dony pun bingung)
Nico : “iya nih. Sekalian ketemu kamu. Kamu kebanyakan kerjaan ya di kasih papa?”
Rency : “eh enggak kok. Gak dikasih kerjaan banyak-banyak sama si bos yank. Masih periksa berkas-berkas doang kok.”

Pak Chen : “kalau diluar kantor gini gak usah panggil pak Bos Ren. sebenarnya saya juga kurang suka lho dipanggil pak Bos. panggil Om aja. Lagian kamu kan pacarnya anak saya.”
Rency : “eh...iya om...hehe” (mati aku si bos memperjelas lagi pula. Dan aku melihat muka Dony masih kebingungan.)
Nico : “dah ya pa, Nico balik dulu. Nico nitip Rency ya pa...jagain jangan di apa-apain lho.”
Pak Chen : “iya iya Nic...masa papa mau berbuat jahat sama calon mantu. Ayo Ren, Don, masuk. Kita tunggu di waiting room saja. Tiket sudah di urus sama asisten saya ini.”
Rency : “ok om...ati-ati Nic pulangnya.”

Akhirnya kami ber4 masuk dan checkin tiket pesawat kami menuju ke Kuala Lumpur. Semua nya sudah di urus oleh asisten om Chen. termasuk hotel tempat menginap kami nanti disana. Tapi ternyata ada sms dari Dony. Dia menanyakan hubungan ku dengan Nico, anak dari om Chen.
Dony : “Ren...tadi itu maksudnya gimana? Kamu pacaran sama anaknya pak bos? Itu kan kalau gak salah maba mu kemarin ya kan?”
Rency : “hehehe iya Don.” Dony yang tidak berani bertanya langsung cuma berani bertanya via sms.
Dony : “loh terus? Kamu sama Tono gimana? Sudah putus? Sejak kapan kamu pacaran sama Nico?”

Rency : “hmmm...panjang Don ceritanya. Nanti aja aku ceritain langsung ya di hotel.”
Dony : “waduh Ren. keburu mati penasaran aku.”
Rency : “iya nanti aku ceritakan semua Don. tapi aku minta kamu rahasia in hal ini ya ke anak-anak yg lain.“
Dony : “iya deh Ren. sumpah penasaran aku.”
Rency : “iya nanti sabar aku ceritain langsung. Gak enak lewat sms. Gak sopan juga ada pak Bos gini tapi kita malah pegang hape masing-masing.”

Akhirnya kami pun pergi ke kuala lumpur untuk 1 minggu ini. Om Chen ada urusan untuk proyeknya disana dan kami diberi kesempatan untuk belajar. Sesampainya di KL, kami langsung menuju ke hotel karena urusan om Chen baru besok pagi. Aku dan Dony di lantai 3, kamar nomor 302 dan 303 bersebelahan. Sedangan om Chen di lantai 5, di ruangan presiden suite. Aku pun berberes di kamar ku (302), menata baju-baju ku dari koper aku pindahkan ke lemari. Kamar ku ini bentuknya single queen size bed. Kamar yang umum untuk hotel-hotel biasanya. Tapi tak lama kemudian ada yang mengetuk kamar ku. Padahal belum beres aku memindahkan baju-baju ku. Setelah ku bukakan pintu ternyata Dony.

Rency : “eh Don...sudah selesai berberes?”
Dony : “nanti aja gampang Ren. aku penasaran ini.”
Rency : “ya sudah kalau gitu masuk dulu Don aku ceritain.” aku mempersilahkan Dony masuk ke kamar ku padahal masih banyak baju-baju ku yang belum aku rapikan termasuk pakaian dalam ku masih tergeletak di kasur untuk ku pilah-pilah.
Dony : “jadi gimana sih Ren ceritanya?” sambil Dony duduk di kursi dekat meja TV dan aku pun duduk di kasur.
Rency : “mau dengar dari mana nih Don? Bingung juga aku ceritanya.”

Dony : “gini...kamu sudah putus sama Tono?”
Rency : “belum Don.”
Dony : “terus gimana bisa kamu pacaran juga sama Nico? Tono kalau tahu bisa kecewa sama kamu.”
Rency : “hmm...kalau Tono yang ngijinin gimana?”
Dony : “hah? Gimana? Tono sudah tau gitu?”
Rency : “iya sudah tau Don. bahkan dia yang ngijinin juga.”
Dony : “hah? Kok bisa?” Dony semakin bingung.

Rency : “iya Don. aku cerita awalnya ya.”
Dony : “iya gimana-gimana.”
Rency : “awalnya ini semua dari ospek jurusan yang sempat aku pegang itu Don. kamu masih inget anak-anaknya siapa aja?”
Dony : “enggak aku lupa. Cuma inget si Nico tadi ini aja pas ketemu.”
Rency : “ya sudah aku cerita, ada 4 anak maba Don. Nico, Andrian, Daniel, sama Ryan. ini bermula dari mereka ber 4.”
Dony : “terus?”
Rency : “hmm...iya mungkin salahku juga sih yang kurang jaga pakaian ku dan terlalu mengundang.”

Dony : “hah? Apa hubungannya sama kamu pacaran sama Nico?”
Rency : “susah nih mau cerita sebenernya. Hmm….”
Dony : “ya udah buruan ceritanya. Keburu mati penasaran ini aku.”
Rency : “sebenernya ada kejadian yang aku gak cerita sama kalian pas ospek itu. Mereka ber 4 memperkosa aku Don. itu juga pertama kali aku kehilangan keperawanan ku.”
Dony : “hah? Gila….”
Rency : “iya Don, jadi penculikan kemarin itu bukan yang pertama kali aku mengalami hal ini. Jangan bilang sama anak-anak ya Don.”
Dan Dony masih speechless. Dia terdiam keheranan.

Dony : ”ok ok..terus gimana kamu bisa pacaran sama Nico dan sejak kapan?”
Rency : “hmm...setelah itu si Nico deketin aku terus Don. Tono juga mungkin sempet kecewa sama aku. Dia juga bilang gak bisa jagain aku di kampus terus-terusan. Mangkanya itu muncul lah ide ku sendiri Don untuk minta ijin ke Tono buat pacaran sama Nico di kampus. Nico sendiri juga faham kalau dia cuma jadi yang ke 2. Setidaknya dia bisa jagain agar teman-temannya tidak berbuat lagi seperti sebelumnya.”
Dony : “terus Tono ngijinin?”
Rency : “iya Don...aku juga ada rasa suka sebenarnya sama si Nico ini. Anaknya lucu, lugu, sama lumayan ganteng.”

Dony : “hmmm...jadi sudah lama kamu pacaran juga sama Nico ya. Trus Nico tau kejadian kemarin?”
Rency : “enggak Don, aku malah ada niatan untuk putus aja sama Nico sih akhir-akhir ini. Dia jarang juga aku perhatiin. Yang ada seringnya aku abaikan. Tapi disisi lain, Tono suka kalau aku jadi nakal. Tono juga kadang gak ngijinin aku buat mutusin Nico. walau gak secara terang-terangan sih ngomongnya. dia suka katanya kalau aku mendua gini. Selama Tono tetap yang utama katanya.”
Dony : “eh gilaa….seriusan kamu Ren?”
Rency : “iya Don ini aku jujur-jujuran sama kamu.”
Dony : “sumpah Ren...awalnya aku respect sama Tono yang bela-belain kamu sampai segitunya. Sekarang aku tau aslinya gimana ini masih sulit aku buat percaya.”

Rency : “hmm...mungkin aku nya juga Don yang salah. Tapi aku sayang banget sama Tono. dan mungkin fetish kami berdua mirip. Tono suka kalau aku kotor gini. Aku juga suka kalau bermain dibelakang Tono.”
Dony : “jangan-jangan kemarin mas Pram yang nyulik kamu tuh gara-gara kamu godain ya awalnya?”
Dan aku cuma mengangguk…..dan aku sekarang berpindah duduk ke sebelah Dony.

Dony : “haduh Ren Ren… kamu nih… gak habis pikir aku sama kamu…. Haduh… terus mau sampai kapan kamu kayak gini?”
Rency : “gak tau Don… hubunganku dengan Tono juga makin lama rasanya makin buntu. Keyakinan kami yang berbeda itu yang bikin susah.”
Dony : “tapi kalau kamu ngeduain gini ya tetep salah, Tono juga salah kenapa dia kayak ngemanfaatin kamu doang gini buat jadi pemuas nafsunya dia.”
Rency : “tapi Don..***k sepenuhnya salah Tono. aku juga ingin Tono jadi nafsu banget sama aku.”
Dony : “ya gak gitu juga Ren...suatu saat kalian pasti nemuin jalan buntu kan seperti katamu tadi. Terus kamu gak milih sama Nico aja gitu?”

Rency : “hmmm…***k bisa juga Don...”
Dony : “lah kenapa? Kamu sama Nico juga seagama kan? Apa gara-gara Nico lebih muda gitu?”
Rency : “enggak Don… aku ada affair sama kakaknya Nico.”
Dony : “HAH? Jadi kamu pacaran juga sama kakak nya Nico?”

Rency : “emmm...enggak pacaran sih Don soalnya koh Rico sudah punya tunangan...tapi...”
Dony : “tapi apa?”
Rency : “iya aku sering berhubungan badan sama koh Rico. kalau ini aku yang salah sih, murni karena aku kepincut sama kegantengan kakaknya Nico.”
Dony : “astaga Rency....” Dony pun makin shock mendengar pengakuan ku barusan. Tetapi tanpa sengaja aku malah melihat tonjolan yang tidak bisa Dony sembunyikan dari celananya. Apa jangan-jangan Dony juga terangsang mendengar pengakuanku barusan?

Dony : “aduh Ren...sumpah aku shock denger ini barusan. Kamu tau kan kalau kamu tuh sering jadi objek imajinasi buat anak-anak di kampus? Aku gak nyangka ternyata kamu beneran nakal seperti ini Ren.”
Rency : “hmm...masalah ini jangan cerita ke anak-anak yang lain ya Don.” aku pun menggenggam tangan Dony untuk meyakinkan agar Dony benar-benar tidak membocorkan hal ini ke sahabat-sahabatku. Bisa-bisa mereka sangat sangat kecewa denganku. Berhubung sudah ketahuan oleh Dony jadinya mau tak mau aku harus jujur ke Dony.
Dony : “iya iya Ren...aku gak ngomong sama yang lainnya.”

Rency : “makasih ya Don… kamu mau jaga rahasia ku ini.” aku pun secara reflek entah karena kebiasaan atau apa, mengecup pipi Dony. tapi entah bagaimana Dony juga berbarengan menoleh ke arah ku sampai akhirnya aku tak sengaja mencium bibir Dony, begitu pula Dony.
Dony : “eh Ren...sory-sory...”
Rency : "eh..iya..***k apa apa Don. Btw aku gantian tanya boleh?"

Dony : "tanya apa Ren?"
Rency : "hmm...aku sempet dengar dari anak-anak kalau kamu naksir sama aku ya Don?"
Dony : "ah enggak Ren, bercanda itu mereka."
Rency : “jujur?beneran?” aku pun makin menggeser duduk ku mendekati Dony dan kelihatan banget kalau Dony mulai salah tingkah. Rasanya Dony makin tegang sekarang. Reaksi Dony ini malah membuat ku ingin menggodanya.

Dony : “iya deh aku ngaku Ren. dulu sempet suka sama kamu cuma kan dulu kamu sudah punya pacar si Tono. jadi ya sudah.”
Rency : “hmmm begitu ceritanya...kamu sayang ya sama aku?hehe”
Dony : “iya Ren dulu sih suka, tapi sekarang cuma sayang sebagai sahabat aja kok.”
Rency : “beneran? Tapi kok di pabrik aku digodain buruh-buruh disana kamu kok diem aja Don?”
Dony : “hmmm….” dan Dony cuma diam saja tak bisa menjawab.

Rency : “hmm...kamu seneng juga ya kalau mereka ngelecehin aku gitu?”
Dony : “eehh...enggak kok Ren...”
Rency : “hehe gak apa-apa kok Don. aku faham kalau ada cowok yang sukanya kayak gitu. Kamu sama ya ternyata sama Tono.”
Dony : “enggak lah Ren...aku bukan orang yang kayak gitu.”

Rency : “masa sih Don...tapi kamu diam aja tuh kalau ada yang senggol-senggol aku juga kan. Terus juga pas itu ada yang ngobrol tapi gak senonoh juga kan pas aku disebelahmu.”
Dony : “enggak ah Ren...”
Rency : “hihi...tapi kok...kamu ngebayangin ya kan...ini tegang Don...” entah kenapa aku jadi malah semangat godain Dony kayak gini. Aku pun mulai mengelus penis nya yang sudah tegang yang masih di dalam celananya.

Rency : “jangan bohong deh Don...ini tambah keras...hihihi...” aku tersenyum melihat reaksi Dony yang kaget dan mungkin horny juga.
Dony : “ehh...Ren...Ren...” bukannya mencegah ku untuk berhenti mengelus selangkangannya, dia malah memejamkan mata. Jangan-jangan Dony ini masih perjaka.
Rency : “hihi...lucu deh Don...gede juga yah...” aku pun mencoba menurunkan resleting celananya dan memasukkan tangan kiri ku ke dalam celana dalamnya. Ku genggam penisnya yang sudah mengeras dan ku urut naik turun pelan-pelan.
Dony : “oh Ren...Ren...stop Ren...Ren...stop...”
Rency : “beneran Don stop nih?hihi...udah gede banget loh inih...”

Tiba-tiba Dony memegang tangan ku yang sedang asik mengurut penisnya.
Dony : ”Ren Stop Ren...”
Aku pun menghentikan gerakan tangan ku.
Rency : “beneran nih Don?hihi” kujawab dengan manja dan cukup lama Dony tidak meneruskan kata-katanya bahkan menarik tangan ku dari dalam celananya. Jadi aku melanjutkan apa yang kulakukan di dalam celananya. Aku sendiri juga jadi excited karena rasanya penisnya cukup panjang walau tidak se gemuk pria pria lain yang pernah aku genggam karena ketika aku mengurutnya rasanya seperti hampir 2kali telapak tangan ku panjangnya. Sayang nya tidak terlalu besar, hanya cukup panjang. Dony pun kembali memejamkan matanya dan nampak mulai menikmati aksiku. Posisiku yang disebelah kiri Dony membuat tangan kiri Dony sudah menempel dengan payudaraku.

Rency : “hihihi...enak ya Don” karena aku semakin penasaran, maka aku turun kebawah berjongkok didepan Dony dan menurunkan celananya.
Rency : “wah...panjang juga ya Don punya mu...mmmhhh...mmmhhh slurpp..mmmhh” aku pun langsung mengulum penisnya yang sudah terbebas dari dalam celananya dan benar saja ukurannya yang terlalu panjang tak cukup semua aku kulum di dalam mulutku. Bahkan hampir ada space setengah lagi yang cukup di genggaman tangan ku.
Dony : “ohh...Ren...Ren...” tangan Dony sekarang malah mengelus rambutku sedangkan aku masih asik mengulum penisnya. Setelah rasanya tegang maksimal aku hentikan kulumanku.
Rency : “duh Don panjang banget...” sambil ku gengam dan kujilati pelan-pelan batangnya, rasanya panjangnya hampir menyentuh pusar Dony.

Aku yang semakin tak tahan pun lalu melepas sendiri celana ku, tetapi aku masih mengenakan TShirt ku. Dony yang kini terbaring di kasur pun masih shock dan menunggu apa yang terjadi selanjutnya.
Dony : “Ren...”
Rency : “sudah Don...i got this...nikmatin aja Don...hihi” aku pun menaiki tubuh Dony dan mulai menggesek-gesek ujung kepala penisnya yang tepat berada dibawahku ke area labia mayora ku.
Rency : “uhh...Don...Enak Don...uuhh...” aku juga mulai perlahan menikmatinya. Aku sengaja mempermainkannya agak lama karena menunggu reaksi dari Dony. Tapi nampaknya Dony masih belum bereaksi mengimbangi aksi ku. Lama-lama aku sendiri yang semakin tak tahan. Akhirnya pelan-pelan aku menurunkan tubuhku dan penis Dony masuk perlahan-lahan ke dalam aku naik turunkan.

Rency : “aachh...Don...aaachhh...aachh...aaachhh...” penis Dony akhirnya keluar masuk sudah didalam vaginaku. Rasanya hampir mentok tapi memang masih ada sisa yang belum bisa masuk. Cukup lama aku menggoyang Dony diatas dengan posisi women on top dan ku lihat Dony mengerang keenakan.
Dony : “aahh Ren...Rennn...aaahhh...” tiba-tiba Dony bangkit dan memelukku. Ini membuat sisa penisnya masuk semua dan tertanam lebih dalam. Sampai menusuk tepat di lubang rahimku.
Rency : “aachhh Don...Don...kedalaman Don...aaachh...” Dony yang sepertinya sudah tak tahan lagi dengan nafsunya kini mulai bergoyang mengimbangiku dan membuat penisnya keluar masuk menusuk lebih dalam. rasa enak dan sakit pun bercampur menjadi satu karena lubang rahim ku kembali seperti tertusuk-tusuk.

Dony : “aahh..Ren...aku buka bajumu ya...oohh...ooh..” Dony pun mulai menarik Tshirt yang kukenakan dan melepas bra ku juga sampai aku sudah telanjang bulat naik turun diatas Dony. Dony yang sudah bernafsu langsung meremas remas payudaraku dan menghisapnya kanan kiri bergantian.
Dony : “oooh Ren...Ren...akuu..***k nyangka...ooohh...bisa menikmatimu juga...ooh...”
Rency : “terus Don...aachh...terus...hisap terus Don...aachhh...kasari aku Don...aaachh...”

Kurang lebih 15 menit aku dan Dony bergulat dalam kenikmatan tiba-tiba Dony sudah tidak kuat lagi.
Dony : “Ren...oohh….aku mau keluar...Ren...Ohhh..”
Rency : “Donn...jangan didalam..aachhh...Donn….” Dony pun mengerti dan segera mengangkat tubuhku.
Dony : “aachh...Rennn…..”
crut crut cruuut… penis Dony yang sudah tercabut dari dalam akhirnya memuntahkan spermanya dan membasahi tepi kasur dimana Dony terduduk. Aku pun menjatuhkan diriku diatas kasur di samping Dony untuk kembali mengatur nafasku.

Rency : “huuufff….enak banget ya Don? Hihi...sampai keluar banyak banget gitu.”
Dony pun akhirnya ikut rebahan disebelahku.
Dony : “gara-gara kamu juga sih Ren...huff...maaf ya Ren...”

Rency : “maaf kenapa Don?” aku pun memeluk Dony yang berada disebelahku.
Dony : “aku kan sahabatmu Ren..***k seharusnya kita begini.”
Rency : “gak apa apa kok Don...aku capek nih...tidur dulu yuk...”
Dony : “ya sudah aku balik ke kamar ku ya. Sory ya Ren...”
Dony pun langsung bangkit dan mau mengenakan celananya lagi tapi aku cegah.
Rency : “mau kemana Don? Disini saja temani aku sekarang.”
Akhirnya malam ini aku pun tidur berdua dengan Dony di kamar ku. Dony pun melepas baju nya dan tidur bersamaku.

-esok paginya-
“Kriingg kriiingg kriingg” jam 4 pagi hape ku berbunyi ada telepon masuk. Aku terbangun karena nada dering hape ku sendiri yang berulang kali berbunyi. Aku mulai tersadar dari tidurku dan melihat Dony tidur memelukku semalaman. Dony juga ikut terbangun nampaknya karena suara dering dari hape ku. Aku mengangkat telpon yang masuk dari hape ku ternyata itu telpon dari Tono.
Tono : “pagi yank...”
Dony : “siapa tuh Ren pagi-pagi telpon?asisten pak bos ya?” tiba-tiba Dony yang masih rebahan disebelahku bertanya.
Rency : “eh pagi yank...” Tono yang mendengar ada suara cowok barusan langsung bertanya kepadaku.
Tono : “eh siapa tuh yank tadi?”
Rency : “emmm….anu…..” aku pun memberti tanda ke Dony agar jangan berisik.
Tono : “hayoo siapa tu yank? Masih jam 4 loh disana. Di Indo masih jam 3.”

Rency : “emmm...tadi….anu...suara Dony yank...hihi...”
Tono : “ngapain Dony pagi-pagi gini sama kamu yank?”
Rency : “emmm…..anu….aku….habis tidur sama Dony yank...maaf ya gak izin dulu….” aku jadi agak bingung karena sebelumnya tidak izin dulu ke Tono.
Tono : “wah serius? Cuma tidur atau...”
Rency : “iya yank maaf ya aku habis having sex sama Dony semalam...maaf ya yank...”
Tono : “wah ini...kamu harus cerita gimana yank ke aku. Kok bisa akhirnya Dony juga merasakan kamu. Gak cuma Fredy ya akhirnya.”

Karena speaker suaranya cukup terdengar oleh Dony, Dony pun kaget. Aku juga jadi agak panik dan canggung di situasi ini. Dimana aku dan Dony masih telanjang bulat tertidur di kasur cuma tertutup selimut, menerima telpon dari pacarku dan Dony akhirnya tahu kalau aku juga “bermain” dengan Fredy.
Rency : “eee...nanti aku ceritain deh yank...sekarang aku gak bisa cerita...Dony masih disebelahku ini. Nanti aku sms in deh yank kalau lewat telpon nanti kamu kena biaya roaming kan mahal.” karena situasi makin canggung maka aku memutuskan untuk menyudahi telpon dari Tono.
Tono : “ohh..ok deh yank...kalau gitu met having fun sama Dony ya...”
Rency : “bye yank...love you...” dan akhirnya aku menutup telpon ku.

Dony : “Ren...aku tadi salah dengar apa gimana ya? Kamu main juga sama Fredy?” karena aku tak bisa menghindar lagi maka aku cuma menganggukkan kepalaku saja.
Dony : “duh Ren...nakal banget sih kamu...”
Rency : “tapi sudah lama banget kok Don...auch...apa nih keras keras dibawah...ups...”aku merasakan penis Dony mulai tegang dan menggesek kaki kiri ku karena Dony tidur disebelah kiri ku tadi. Aku pun menghadap Dony dan Dony tiba-tiba mencium ku serta menggerayangi tubuhku. Aku pun merangkul Dony dan dia tidak menyianyiakan kesempatan. Dalam posisi menyamping Dony kembali menyetubuhiku pagi ini...
 
The EX 01 - Chapter 45
Timeline : 2009 Agustus

--POV Tono--

Sudah 2 minggu aku kerja magang di pabrik kayu ini dan sudah beberapa bulan juga tidak “mengasah keris”. Memang ku sengaja agar Rency jadi tidak tahan lagi dan berinisiatif untuk jadi lebih liar karena nafsunya yang tidak terlampiaskan. Tetapi ternyata bukan Rency yang mulai berinisiatif, tetapi malah orang-orang disekitarnya. Aku tahu memang penampilan Rency mau ditutupi seperti apapun tetap saja “mengundang”.

Sebenarnya tak sepenuhnya rencanaku gagal karena akhirnya Rency tak tahan juga sampai-sampai dia sendiri yang menggoda Dony. Bahkan gilanya selama Rency di Kuala Lumpur, mereka tiap hari tidur bareng. Pagi masih pukul 4 disini rasanya ingin ku telpon lagi Rency, penasaran sedang apa dia. Karena disana sudah jam 5 seharusnya dia sudah bangun. Kucoba 2x telpon tapi masih belum diangkat. Ah mungkin memang masih tidur. Iseng-iseng ku coba telpon lagi dan ternyata diangkat.

Tono : “pagi yank...baru bangun ya?”
Rency : “eehh...yank...enggak kok...aachh...aku...sudah bangun...aaachh….”
Tono : “hmmm kok baru diangkat yank?”
Rency : “iya yank...aaachhh...maaf yank...aach...Don pelan Don...aaachh...aku angkat telpon dulu...”
Kudengar samar-samar ada yang bertanya “Tono ya Ren?”
Rency : “iya...Don...aaachh….stop dulu...aaachh...Don...jangan makin kenceng...aachh...”
Aku pun mendengarkan dari telpon ternyata Rency sedang having sex dengan Dony. Nampaknya Rency makin tak kuat mengangkat telpon ku karena aku mendengar suaranya agak menjauh. Yang kudengar sekarang hanya desahan Rency dan juga suara decitan kasur yang makin kencang.

Cukup lama rasanya telpon ku diabaikan. Nampaknya sekitar 15 menitan sudah tapi tak juga aku tutup telpon ku. Persetan sudah dengan biaya telpon roaming. Aku juga menikmati apa yang terjadi dengan Rency sekarang. Rasanya fantasy ku sudah melayang kemana-mana. Tetapi akhirnya tiba-tiba aku mendengar suara percakapan yang cukup jelas lagi dari Rency (karena sedari tadi hanya mendesah saja.)

Rency : “aachh...Don...stop..Don...aaachh...jangan keluar didalam...aaachhh...kontrol Don…” terdengar Rency meminta Dony untuk mengontrol dirinya lagi. Nampaknya Dony juga sudah terlalu nafsu jadi seperti kesetanan dia menggenjot Rency. Hal selanjutnya yang kudengar desahan Rency semakin cepat.
Rency : “aachh...aachhh...aacchhhh...AARGGHHH...DON...CABUT..AAARRGGG...CABUT…”
Rency : “AACHSSS...DON...AAACHHHHSS….”
dan kemudian senyap….

Telpon ku pun ternyata terputus dan kucoba untuk menelpon hape Rency kembali dan baru diangkat agak lama.
Rency : “yank bentar ya aku ke kamar mandi dulu.” dan hape nya pun dilemparkan ke kasur rasanya. Kemudian Dony yang mengangkat telponnya dan baru ini aku berbicara langsung dengan Dony.
Dony : “halo Ton...ini Dony...sory ya...aku kelepasan ini gak tahan.”
Tono : “eh Dony...sory kenapa Don? Seru banget ya tadi kamu nge genjot pacarku.”

Dony : “hehe...iya Ton...maaf ya...Rency ternyata menggairahkan banget. Biasanya bisa nahan tapi ini tadi ku crotin didalam Ton...maaf ya.”
Tono : “hah! Wah gila kamu Don. kalau hamil lagi gimana itu Rency?”
Dony : “iya Ton maaf ya. Itu Rency langsung lari ke kamar mandi nge cuci kayaknya.”
Tono : “wah parah kamu Don. kalian kalau main gak pernah pakai kondom apa?”
Dony : “enggak Ton. soalnya biasanya aku keluarin di mulut Rency. Biasanya Rency minta aku kalau mau keluar buat sodorin ke mulutnya.”
Tono : “ya udah sekarang kamu kasihkan hapenya ke Rency. Aku mau ngomong sama Rency.”

Lalu terdengar Dony berjalan dan mengetok pintu kamar mandi kayaknya.
Dony : “Ren...Ren...ini si Tono mau ngomong.”
Rency : “bentar dulu Don bilang ke Tono nanti aku telpon balik.”
Dony : “Ton...kata Rency nanti di call balik katanya.” dan Dony menutup telpon ku.
Aku sebenarnya tidak marah ke Rency karena mereka tidak “main aman” karena aku juga suka bila Rency nakal lagi. Reaksi ku kali ini juga cuma pura-pura marah agar Rency merasa aku masih care dengan dia.

Aku pun menunggu untuk di call Rency lagi dan dia baru menghubungiku lagi sekitar jam 9 pagi.
Rency : “yank…..maaf ya yang tadi....ini sudah berangkat ke tempat magang ya?”
Tono : “kamu nih yank yank...kok baru telpon aku juga jam segini. Dari tadi aku tungguin.” aku pun masih pura-pura marah ke Rency.
Rency : “maafin ya yank...”
Tono : “iya iya...tadi itu kenapa?”
Rency : “iya tadi si Dony yank...aku sudah kerasa dia mau keluar. Tapi malah nggenjot aku makin kenceng. Sampai-sampai aku gak bisa jawab telpon mu tadi...”

Tono : “terus?”
Rency : “iya yank...aku cuma bisa kelojotan doang di kasur...si Dony pegangin tangan ku juga...terus...dia keluarin didalam yank...”
Tono : “halah...kamu nih...kok gak pake kondom yank...”
Rency : “maaf yank...biasanya juga gak gitu...kemarin-kemarin juga aku bilang ke dia. Kalau mau keluar itu keluarin di mulutku aja biar aku telan...tapi tadi entah kenapa dia seperti kesetanan yank. Ngegenjot aku kenceng banget. Terus pas keluar juga ditahan badan ku sampai dia kelar semua yank.”


Tono : “haduh….terus?”
Rency : “iya aku buru-buru lari ke kamar mandi tadi yank pas kamu telpon lagi. aku korek-korek dari V ku. Ngalir banyak banget yank...maaf ya yank...”
Tono : “terus berhasil keluar semua?”
Rency : “iya yank kayaknya...banyak banget yang ngalir kok...jangan khawatir ya… tapi...”
Tono : “tapi kenapa yank?”
Rency : “hmm… tadi kan kamu telp pas aku di kamar mandi. Terus Dony ikutan masuk yank habis kamu telpon tadi...”

Tono : “hah? Serius? Terus kamu diapain?”
Rency : “emmm….tadi Dony...ngegenjot aku lagi yank dikamar mandi. Aku sama Dony have sex lagi jadinya.”
Tono : “wah gila ya...Dony ketagihan banget sama kamu...terus gak keluar didalam lagi kan?”
Rency : “hmmmmm….enggak kok yank...” agak lama ada jeda Rency menjawab dan aku rasa dia berbohong kali ini.

Tono : “ya udah deh...aku mau kamu jauhin Dony mulai sekarang.”
Rency : “loh kok gitu yank? Kan Dony sahabatku dari dulu. Nanti yang lain curiga kalau aku tiba-tiba jauhin Dony.”
Tono : “lah dia gak bisa kamu kontrol lagi gitu...daripada ada apa-apa lagi sama kamu.”
Rency : “iya tapi kan masa aku jauhin sahabatku sendiri yank? Maaf aku gak bisa.”
Entah Rency memang tidak enak hati kalau tiba-tiba putus hubungan persahabatan atau memang Rency keenakan aku tak tahu.

Tono : ”ya udah deh….”
Rency : “jangan marah yank...ya please ya...”
Tono : “iya iya…tapi aku mau nanya...”
Rency : “nanya apa yank?”
Tono : “si bos mu gak ngapa-ngapain kamu gitu yank?”
Rency : “enggak yank...selama di KL juga cuma ngobrol masalah kerjaan. Mungkin beliau tau aku pacaran sama anaknya kali yank jadi gak berani ngapa-ngapain.”

Tono : “hmm...ya udah coba godain gih yank.”
Rency : “enggak ah yank...jangan aneh-aneh dong...please...”
Tono : “hmmm...ini hukuman buat kamu yank. Aku ngerasa sedari tadi kamu lebih pentingin Dony daripada aku.”
Rency : “please yank...sama yang lain aja ya...please...jangan om Chen...”

Tono : “hmmm...”
Rency : “please yank...jangan gini ya...please...”
Tono : “habisnya aku dicuekin tadi, terus kamu main sama Dony juga gak ijin ke aku kan tadi pagi?”
Rency : “maafin yank...please...kamu kan juga sudah tau kalau Dony tidur sama aku terus selama disini… aku godain orang pabrik deh yank...please...jangan om chen ya...”

Tono : ”ya sudah kalau gitu kamu gak boleh have sex aja sebulan.”
Rency : “ish tega nih...minggu depan kan kita ketemuan...aku kan gak tahan yank...”
Tono : “iya gak boleh have sex dulu...habis sebulan bebas deh.”

Rency : “hmm...ya sudah kalau gitu...hiks...tega...”
Tono : “kamu nanti balik jam berapa nanti pesawatnya?”
Rency : “jam 1 siang yank...kamu minggu ini gak balik ke surabaya yank?”
Tono : “enggak nih...kan minggu depan balik yank...pegel nanti aku...”

Rency : “yaaah...kangen...tapi yank...itu kamu gak bolehin aku have sex serius?”
Tono : “iya serius...”
Rency : “mulai kapan?sekarang?”
Tono : “iya...mau main lagi sama Dony?”
Rency : “enggak sih yank...kita udah mau packing sama jalan-jalan aja kok hari ini di bayarin om Chen...”
Tono : “hmm...ya sudah kalau gitu...aku kerja magang dulu ya...”
Rency : “iya yank...have a nice day...”

Sebenarnya aku tidak begitu marah dengan Rency, hanya saja sedikit kecewa karena Rency tidak bilang dulu ke aku. Dan juga Dony yang mulai tidak bisa di kontrol oleh Rency membuatku was-was. Aku tak tahu apa Dony sengaja atau tidak untuk membuang spermanya didalam Rency dan itu cukup membuat ku khawatir. Entah kenapa perasaan khawatir ini malah jadi emosi yang tak bisa ku kendalikan. Terlebih lagi nampaknya Rency bohong tentang kejadian di kamar mandi tadi. Aku yakin Dony melakukannya lagi. Sebenarnya kalau Dony tidak melakukan hal itu mungkin aku akan tenang-tenang saja.

Aku juga tak tahan ingin berhubungan dengan Rency sebenarnya. Hanya saja aku ingin mencoba lagi. Kalau Rency dilarang akan seperti apa, apakah dia akan nekat untuk berbuat dibelakangku atau tetap menurut dan menahan nafsunya. Alasanku sebenarnya juga kenapa aku ingin Rency menggoda bos nya karena aku penasaran, bagaimana jadinya bila Rency jadi pemuas nafsu dari 3 orang pria dalam 1 keluarga. Apalagi bos nya yang kata Rency cukup tua, rasanya lebih tua dari Papa Rency. Ah memang aku mungkin terlalu kejam dan lebih menuruti hawa nafsuku sendiri daripada memperhatikan perasaan Rency.


--POV Rency--
Hari ini adalah hari terakhirku di Kuala Lumpur dan juga “mungkin” malam terakhir Dony bisa tidur bareng dengan ku. Seperti kemarin-kemarin, aku pun tidur dengan Dony tanpa mengenakan pakaian apa apa. Hanya tertutup dengan selimut berdua karena tak sempat aku memakai baju ku lagi karena malamnya pasti aku dan Dony have sex dulu sebelum tidur.


Aku yang masih tertidur pagi ini terbangun dengan ciuman dan remasan yang kurasakan.
Rency : “ah...Don...masih pagi nih...”
Dony : “hehe...sory Ren...kebangun ya...”
Rency : “gak bangun gimana coba Don, kamu tiba-tiba ngeremes payudaraku.”
Dony : “hehe...habis gemes Ren...”
Rency : “kurang apa semalam Don? Ish...ini kok sudah tegang aja. Padahal semalem kamu keluar banyak banget lho Don...ach...mmmhhhh...” tiba-tiba Dony menaiki tubuhku dan memposisikan penisnya yang sudah tegang di selangkanganku. Kami berciuman cukup lama dan aku rasakan penisnya perlahan-lahan menyeruak masuk.

Rency : “ach...Don...kamu gak pakai kondom ya...aachh...acchh...”
Dony : “ah...iya Ren...habis semalam...belum bali lagi...ah...”
Rency : “achh...nanti...jangan keluar...didalam ya Don...aachh...dimulutku aja...aachh...”

Dony mulai mempercepat tensi penetrasinya dan aku pun mulai kelojotan dan mendesah-desah tak karuan. Bibir luar cervix ku seperti di tekan-tekan setiap kali penis Dony masuk. Bahkan rasanya seperti hampir mendobrak masuk kedalam rahim ku. Selama ini cuma Bono sepertinya yang pernah berhasil masuk lebih dalam.
Rency : “aachhh...Don...aachh...pelan-pelan Don….aachhhsss...aaaachhhsss….” rasa enak dan ngilu setiap kali ujung penis Dony “mencium” bibir servix ku membuatku semakin kelojotan membuatku meremas-remas kasur.

Aku dan Dony yang tengah larut dalam kenikmatan pagi ini harus terganggu dengan suara dering dari hape ku. Karena terus berdering akhirnya ku angkat juga dan hape ku tergeletak di sebelah bantal jadi bisa dengan mudah aku ambil. Ternyata itu telpon dari Tono. aku pun menyuruh Dony untuk menghentikan aksinya dulu.
Rency : “aacchh...Don...stop dulu...Don...Tono Telpon...” tapi Dony tetap tidak mendengarkanku dan melanjutkan genjotannya tiada henti. Aku pun mau tak mau mengangkat telpon dari Tono, sebelum Tono malah marah denganku.

Tono : “pagi yank...baru bangun ya?”
Rency : “eehh...yank...enggak kok...aachh...aku...sudah bangun...aaachh….” karena Dony masih menggenjotku dengan kencang, aku pun tak sanggup menahan desahan ku.
Tono : “hmmm kok baru diangkat yank?”
Rency : “iya yank...aaachhh...maaf yank...aach...Don pelan Don...aaachh...aku angkat telpon dulu...” kembali aku meminta Dony untuk berhenti dulu tetapi tak di hiraukan olehnya. Aku yang masih di posisi misionaris ini dikunci oleh Dony jadi tak bisa menghindar dulu.
Rency : “iya...Don...aaachh….stop dulu...aaachh...Don...jangan makin kenceng...aachh...”

Karena aku makin tak kuat menahan rasa nikmat ini, hape ku aku lempar ke samping dan kembali menikmati pergumulan ku dengan Dony.
Rency : “aachhh...yes….aachhh...Don….aacchhh...terus Don….aku...aachh...orgasme...aaach”
Dony yang masih semangat tidak membiarkanku menikmati orgasme ku. Dia tetap saja menggenjot tubuhku dengan ritme yang semakin cepat. Tetapi semakin lama aku semakin sadar kalau Dony tak akan menghentikan penetrasinya sedangkan dia sekarang sedang tak mengenakan kondom.

Rency : “aachh...Don...stop..Don...aaachh...jangan keluar didalam...aaachhh...kontrol Don…” aku pun meminta Dony untuk kembali sadar dan mengontrol kembali nafsunya. Aku juga merasakan sepertinya sebentar lagi Dony mencapai puncaknya juga. Tetapi aku malah mencapai orgasme ku lagi karena ritme Dony yang semakin cepat dan juga kepala penisnya mulai menembus lubang cervix ku.
Rency : “aachh...aachhh...aacchhhh...AARGGHHH...DON...CABUT..AAARRGGG...CABUT…”
Aku mulai berteriak dan tak mengontrol suara ku lagi karena nikmat bertubi-tubi yang melandaku.

Dony : “oh...Ren...Ren….aku mau keluar Ren...OOOHHH….”
Rency : “AACHSSS...DON...AAACHHHHSS….DON...STOP….AACHHSS….CABUT….AACHH”
Bukannya malah mencabut penisnya malah ditekannya dalam-dalam sambil memelukku erat-erat. Aku pun mencoba meronta-ronta mendorong tubuh Dony yang masih mendekapku karena aku merasakan kepala penisnya yang sudah menembus cervix ku menyemprotkan spermanya langsung didalam Rahim ku. Rasa hangat dari cairan sperma Dony langsung.

Rency : “AACHH...DON...LEPASIN….AACCHH...” aku pun mencoba mendorong Dony dari atas tubuhku dan akhirnya berhasil. Aku mendorong Dony ke samping kiriku dan ingin segera berlari ke kamar mandi namun lagi-lagi hape ku berbunyi.
Rency : “yank bentar ya aku ke kamar mandi dulu.” ternyata telpon dari Tono lagi. Aku sudahi begitu saja aku lempar hape ku di kasur dan segera berlari ke kamar mandi. Tak ku pedulikan lagi apa sudah aku tutup telpon nya atau belum. Yang jelas sekarang yang ku pikirkan cuma segera ke kamar mandi dan berusaha mengeluarkan sperma Dony dari dalam vaginaku.

Rency : “Duuhh...Dony nih....” aku pun mengorek-ngorek vaginaku sendiri dan mengguyurnya dengan shower. Cuma sebagian yang menetes keluar karena Dony menyemprotkannya tepat didalam rahim ku dan membuatnya tertampung disana. Aku cuma bisa mencuci sebagian dalam vaginaku saja sembari aku korek-korek lagi.
Rency : “haduh...Dony...bikin susah aku aja nih...” ku coba menekan-nekan perut bawahku berharap spermanya keluar dari rahimku tetapi sia-sia saja. Aku hanya berharap sperma Dony tak membuahi ku saat ini dan mencoba berfikir positif karena setiap hari Dony menyetubuhiku dan mengeluarkan sperma nya sehingga seharusnya tak begitu kental dan bisa efektif membuahiku.

Cukup lama aku membersihkan tubuhku di kamar mandi dan kemudian ada yang mengetok pintu nya. Aku pun membukakan pintu kamar mandi ini yang dari tadi aku kunci.
Dony : “Ren...Ren...ini si Tono mau ngomong.”
Rency : “bentar dulu Don bilang ke Tono nanti aku telpon balik.” karena aku masih sibuk membersihkan badan ku sekalian mandi pagi ini maka aku tak mau Tono menunggu jadi nanti akan aku telpon Tono balik.
Dony : “Ton...kata Rency nanti di call balik katanya.” dan Dony pun menutup telponnya dan melemparkan hape ku kembali ke kasur. Karena aku lupa mengunci kembali kamar mandi ini, Dony pun masuk kedalam.

Rency : “eh Don...mandinya nanti gantian. Kamu mandi di kamar mu sendiri aja sana.” aku berdiri menghadap ke Dony.
Dony : “hmmm...maaf ya Ren tadi...”
Rency : “Don...tadi itu bahaya banget...kalau aku hamil gimana?” didalam kamar mandi kami berbincang dan aku mencoba lebih tegas ke Dony sekarang.
Dony : “maaf ya Ren...tadi benar-benar kesetanan aku. Sudah gak sadar apa-apa. Terlalu nafsu sama kamu.”

Rency : “hmmm...ya sudah...jangan diulangi lagi ya Don...hubungan kita ini juga rahasia dan cuma aku, kamu, dan Tono yang tau...aku gak mau jadi terlalu jauh...ini cuma hubungan sex, bukan hubungan percintaan ya Don...aku harap kamu bisa faham.”
Dony : “iya Ren...maaf ya...aku juga gak mau hubungan persahabatan kita rusak gara-gara ulah ku barusan. Tapi beneran aku gak bisa kontrol diri ku sendiri tadi melihatmu yang terlalu sexy ini.”

Rency : “hmmm...ya sudah, kamu keluar sana Don mandi di kamar mu sendiri ya. Kita harus packing juga loh buat pulang hari ini.” aku pun mencoba mengusir Dony dari kamar ku ini dan kembali berbalik menghadap ke shower dinding. Ternyata Dony bukannya keluar malah memelukku dari belakang.
Rency : “ehh….Don….mau ngapain lagi?”
Dony : “Ren...sekali lagi ya...sebelum kita balik ke Indonesia. Nanti mungkin aku dah gak bisa lagi main sama kamu.”
Rency : “hmm… ya sudah tapi janji ya jangan dikeluarin didalam lagi.”

Dony pun langsung mendorongku ke dinding dengan tetap membelakanginya. Aku pun bertumpu dengan kedua tanganku disisi dinding dengan kucuran air dari shower yang masih mengalir. Dony mulai kembali merangsangku dengan mencium tengkuk leherku dan turun ke punggung karena posisiku semakin berjongkok. Tangannya juga tak henti-hentinya meremas-remas payudaraku.
Rency : “aachh Don...cepetan masukin...” aku yang sudah mulai bernafsu tak sabar lagi bahkan sudah lupa dengan apa yang Dony lakukan kepadaku tadi. Aku pun semakin berjongkok dan melebarkan kaki ku agar Dony lebih mudah melakukan penetrasi.

Dony mulai mengatur posisinya di belakangku dan aku juga merasakan penisnya mulai menggesek-gesek labia mayoraku.
Rency : “aachh...achh..Don...masuk Don...aachh...” perlahan lahan Dony mulai memasukkan penisnya dan dibawah guyuran air shower ini kami kembali bersetubuh.
Dony : “ooh Ren...aku harap ini bukan terakhir kalinya kita...oohh...”
Rency : “aachhh Don...iya Don...aachh...” rasanya kali ini penisnya tak sebesar tadi karena aku tak merasakan tumbukan di bibir cervix ku namun gesekan demi gesekannya cukup membuatku merasakan kenikmatan. Kali ini Ritme Dony tak secepat yang tadi, mungkin saja dia ingin mengendalikan dirinya setelah aku tegur tadi.

Aku pun mulai menikmati permainan ini walau rasanya sudah cukup lelah dan tak ada energi yang tersisa.
Rency : “aachh yes Don...terus Don...aachh...yes...” kedua tangan Dony tetap meremas payudaraku yang terguncang-guncang karena gerakan kami dan terkadang memilin-milin putingku. Tetapi tak lama kemudian Dony mengatakan kalau sudah tak tahan lagi.
Dony : “ah Ren...aku mau keluar Ren...aahh Ren….Ren...”
Mendengar hal ini aku berusaha memajukan tubuhku agar penis Dony terlepas lalu aku bisa segera berjongkok didepannya untuk meminum spermanya. Tetapi Dony masih tetap mendorongku dan menggenjotku dari belakang.

Rency : “Don...aachh Don...jangan dikeluarin didalam lagi...aach...Don...”
Dony : “aku...tahan dulu...Ren...”
Rency : “jangan Don...aachh..nanti...kamu gak bisa...tahan...aachh..” aku berusaha mendorong Dony kebelakang dengan tangan kiri ku. Tetapi malah akhirnya Dony yang menarik kedua tangan ku kearahnya dan aku tak bisa melepaskan diri dari Dony.
Rency : “aach...Don..lepasin...aachh....” lalu 1 hentakan keras membuatku terdorong jatuh kedepan lepas dari Dony dan semburan spermanya mengenai tubuhku yang tergeletak di lantai kamar mandi. Dony pun ambruk terduduk disebelahku dan kami berdua sama-sama mengatur nafas kembali.

Rency : “huff...makasih ya Don...kamu gak kesetanan kayak tadi...”
Dony : “iya Ren...makasih juga...aku boleh mandi disini aja?”
Rency : “boleh Don...tapi cepet ya...kita mandi bareng aja terus packing buat balik...”
Akhirnya aku dan Dony mandi bersama hari ini. Lalu packing untuk bersiap-siap pulang ke Indonesia. Tetapi karena pesawatnya masih nanti siang, pagi ini om Chen mengajak kami jalan-jalan dulu untuk beli oleh-oleh dan disela-sela waktu aku menelpon Tono.
 
The EX 01 - Chapter 46
Timeline : 2009 September


--POV Nico--

Sudah lama rasanya aku dan ce Rency tidak jalan-jalan berdua, pacaran lah istilahnya. Memang di awal aku cuma sebagai orang ke 2 di hubungan ce Rency. Tapi mau sampai kapan aku akan begini. Rasanya aku ingin memilikinya seutuhnya. Ada perasaan kecewa juga selama ini yang aku pendam. Aku tak bisa leluasa bersama ce Rency. Sering kali juga SMS dan Telpon ku diabaikan olehnya. Lama lama aku juga sudah tak bisa lagi seperti ini terus menerus.

Siang ini aku mampir ke pabrik papa dimana ce Rency magang disana. Tapi aku tak bilang ke dia sebelumnya. Semacam surprise lah ingin ku. Segera aku menuju ke pabrik selesai kuliah hari ini. Dan sesampaiku di pabrik…
Satpam : “eh bos Nico tumben ke pabrik?”
Nico : “iya pak, iseng saja main kesini.”
Satpam : “tapi pak Bos gak ada didalam nih”
Nico : “iya sudah tau pak, papa lagi ke Singapore. Saya cuma mau main aja kesini kok sekalian lihat-lihat pabrik”
Satpam : “oh silahkan bos silahkan.”

Aku pun memarkirkan mobil ku di tempat biasanya, parkir vip khusus biasanya aku, papa, atau kakak ku ke pabrik. Setelah itu aku menuju ke kantin karena memang ini jam makan siang. Aku berharap bisa bertemu Rency diam-diam disana. Tetapi setelah berkeliling kantin, aku tak menemukan Rency dimana. Yang ada malah aku bertemu dengan partner magang Rency yang makan sendirian. Aku juga melihat pak Jimmy yang sedang makan dan aku mencoba menanyai pak Jimmy saja.

Nico : “siang pak Jimmy”
Pak Jimmy : “eh si bos kecil datang. Tumben kesini Nico? Nyariin papa mu ya? Hari ini si Bos gak kesini.”
Nico : “iya pak iseng aja main-main kesini. Sudah tau kok papa gak kesini hari ini. Saya masuk ke ruangannya ya pak nanti.”
Pak Jimmy : “masuk aja Nic. ruangan punya papamu ini juga. Haha”
Nico : “eh pak ngomong-ngomong ce Rency kok gak kelihatan kemana ya?”
Pak Jimmy : “tadi sih katanya lagi ngurusin dokumen Nic. lagi minta ttd ke beberapa divisi sih. Kenapa Nic?”
Nico : “ah gak apa-apa pak. Cuma tanya aja kok jam makan siang gak kelihatan makan di kantin.”

Pak Jimmy : “eh ya Nic. denger-denger Rency itu pacaran sama kamu ya? Wah beruntung banget ya. Haha”
Nico : “tau darimana pak?”
Pak Jimmy : “iya gosipnya sudah nyebar sih Nic. pak Bos juga bilang kalau itu pacarmu. Haha. keren kamu Nic dapat kakak angkatan mu sendiri.”
Nico : “iya sih pak. Tapi jangan pilih kasih ya pak nanti gak enak saya juga dikira Rency nepotisme lagi.”

Pak Jimmy : “kalau masalah itu sih saya juga menempatkan Rency sesuai kerjaannya kok meski beda tempat sama partnernya. Karena itu juga request dari pak Bos. jadi saya gak berani macam-macam. Tapi bener juga sih Nic kalau saya pisah tempatnya. Bisa bahaya di pabrik kalau Rency saya tempatkan di bagaian produksi juga. Bisa pada gak fokus kerja nanti buruh-buruh di pabrik.”
Nico : “kenapa pak?”
Pak Jimmy : “ya maaf Nic bukannya gak sopan cuma pacarmu memang cantik sih. Takutnya malah gak ada yang fokus kerja nanti ngelihatin terus. Haha”

Nico : “haha gak apa kok pak. Tapi kerjaannya bagus kan?”
Pak Jimmy : “bagus kok Nic. gak usah khawatir. Rency kerjanya gercep juga. Pinter kamu Nic pilih pasangan.”
Nico : “haha si bapak kebanyakan memujinya ini. Ya sudah pak silahkan lanjutkan makannya saya mau keliling dulu cari Rency juga.”
Pak Jimmy : “silahkan Nic. perlu ditemani satpam juga gak?”
Nico : “gak usah pak berlebihan kayak saya gak pernah keliling sendiri aja di pabrik. Haha. ya sudah pak saya permisi dulu.”

Aku pun pergi dari area kantin dan coba masuk ke gedung kantor untuk mencari Rency. Tapi ternyata tidak kutemukan. Aku hanya menemukan tas nya di ruang arsip tempatnya bekerja. Kemudian aku coba berkeliling ke area pabrik. Barangkali bertemu dengan Rency disini. Rasanya tidak ada orang, semua ruangan para staf juga tertutup dan mereka makan siang.
Nico : “ah tak mungkin ce Rency disini. Jam makan siang juga. Tapi kemana dia ya? Apa beli makan diluar? Tapi aku lihat tadi di ruangannya dia juga tidak membawa dompet dan hape nya.”
Tetapi aku iseng aja mencoba mencarinya di ruangan kantor spv di pabrik dan aku mendengar suara. Nampaknya memang ada yang masih di ruangan.

Aku mencoba membuka pintunya tapi terkunci dari dalam. Namun sayup sayup kudengar ada suara ce Rency didalam. Ku coba mengetuk ruangan tapi tak ada yang membukakan.
Nico : “ah masa sih ce Rency didalam. Aku coba cari ditempat lain saja.”
Ketika aku akan pergi dari depan ruangan itu aku melihat ce Rency keluar dari ruangan pak Anto karena memang pintu depan nya ada kaca yang cukup besar untuk melihat kedalam dan lorong ruangan didalam terlihat semua dari depan. Ce Rency kaget melihatku yang ada di depan pintu dan merapikan pakaian juga rambutnya yang kulihat cukup berantakan.
Nico : “(ce Rency kenapa ya? Kok kayak gak dandan gitu.)” pikirku.

Lalu ce Rency pun segera berjalan ke arah pintu membukakan pintu dan menyambutku.
Rency : “sayang...kesini kok gak ngomong-ngomong dulu”
Nico : “emangnya kalau aku ngomong juga bakalan nyadar? Hape mu kan kamu tinggal di ruangan yank.” aku melihat Rency agak ngos-ngosan dan sangat badannya berkeringat. Aku bisa melihatnya dengan jelas karena hari ini Rency mengenakan tanktop putih yang outer blazer hitam. Tanktop putihnya juga agak kotor terkena debu. Aku pun bisa melihat detak jantungnya yang masih kencang karena payudaranya naik turun dengan cepat. Dan juga aku melihat ada bekas-bekas lengket di rambut kirinya yang mungkin dia tidak menyadarinya.

Rency : “eh iya sih...hehe...yuk yank...makan siang yuk...”
Nico : “kamu belum makan siang?”
Rency : “belum...hehe...ini masih ngurusin tanda tangan tadi yank.”
Nico : “sudah kelar semua tapi?”

Rency : “belum, tinggal ke bagian Finance buat approve PO nya nih. Terus balik lagi cetak Invoice.”
Nico : “ya sudah aku mintain ijin ke pak Jimmy nanti, kita makan diluar aja yank.”
Rency : “enggak ah Nic. makan disini saja ya. Kerjaan ku masih banyak nih.”
Nico : “udah gampang gak usah dipikirin. yuk.”
Aku pun menggandeng tangan Rency ke arah kantin untuk menemui pak Jimmy.

Nico : “pak Jimmy, saya minta ijin ya Rency saya ajakin keluar dulu makan siang. Ini kayaknya dia belum makan gara-gara banyak kerjaan pak.”
Rency : “Nic..***k usah nic….kan kita bisa makan disini….”
Nico : “sudah gak usah ngebantah deh, kamu kan belum makan siang.”
Pak Jimmy : “iya nic gak apa-apa. Gak usah ijin juga kan kamu juga yang punya ini perusahaan.”

Rency : “eh..nic...jangan deh..***k enak aku...”
Nico : “sudah...” aku pun menutup mulut Rency dengan jari ku.
Nico : “terimakasih ya pak Jimmy buat ijinnya.“
Pak Jimmy : “iya Nic...Ren..itu berkasnya saya saja yang bawa.”
Rency : “eee….baik pak...terimakasih...“ Rency pun memberikan berkas yang ia bawa ke pak Jimmy dan akhirnya aku menggandeng Rency ke arah mobilku.

Sesampainya didalam mobilku…
Rency : “Nic...kok ngajakin keluar sih...nanti kerjaanku gak kelar-kelar.”
Nico : “gampang itu yank..***k usah dipikirin.”
Rency : “aku gak suka lho kalau kamu menggunakan kekuasaanmu seperti ini.“
NIco : “yee...ini kan juga perusahaan punya aku yank. Punya 15% saham di pabrik ini kok aku jadi tenang aja ya.”
Rency : “ya tapi jangan kayak tadi. Aku jadi gak enak juga sama pak Jimmy.”
Nico : “iya deh iya...maafin ya yank...habisnya sudah lama kita gak jalan sih.”

Rency : “duh kamu nih...”
Nico : “jangan ngambek dong yank...yah...yuk makan siang dulu...kamu mau makan dimana?”
Rency : “terserah...”
Nico : “ya udah deh...”
Sikap ce Rency yang agak marah kepadaku siang ini memang cukup merusak suasana. Aku pun langsung mengemudikan mobilku ke mall di daerah surabaya timur. Karena di mobil ce Rency masih diam saja maka untuk mencairkan suasana kau mencoba mengajaknya ngobrol.
Nico : “eh yank...tadi ngerjain apa sih?”
Rency : “ngiderin arsip yang minta di tanda tangani doang kok Nic.”

Nico : “hmm...emang arsip apa yank?”
Rency : “itu pembelian bahan baku produksi, besok sih dimintanya sama om Chen. tapi pingin aku kelarin sekarang.”
Nico : “emang kurang ttd dari bagian mana?”
Rency : “cuma tinggal ke Finance doang terus ke pak Jimmy lagi sih. Hehe...”
Nico : “yah...sudah beres kalau gitu. Kan Finance sebelah ruangannya HRD juga yank. Gak usah di pikir ya. Maaf kalau tadi ganggu kerjaanmu tapi rasanya sudah gak banyak juga kan.”

Rency : “iya sih yank.” situasi di mobil pun kembali mencair dan Rency tak lagi jutek seperti tadi.
Nico : “kamu sering muterin arsip gitu yank?”
Rency : “iya yank. Kelamaan kalau cuma minta OB buat kirim. Biasanya gak kelar-kelar terus cuma di taruh meja doang. Terutama bagian produksi tuh. Urusan arsip aja ngaret terus.”
Nico : “hmm gitu ya. Coba nanti biar ditegur sama HRD ya. Biar respon nya cepat gak harus kamu yang keliling sendiri gini.”
Rency : “tapi gak apa sih yank, kan aku memang mau belajar di sini harus tau juga proses bisnisnya langsung.” perkataan Rency tak ada salahnya memang.
Nico : “iya sih. Tapi tadi kenapa di kunci dari dalam ya area ruangan kantor yang di pabrik?”

Rency : “eh iya...emmm gak tau juga...tadi mungkin karena kosong pada makan siang kali yank. Hehe” Rency agak kebingungan untuk menjawab ini.
Nico : “hmm btw ini yank ada tissue basah juga. Itu aku lihat ada yang nempel di rambutmu tuh.”
Rency : “hah? Dimana yank? Nempel apa?”
Nico : “tuh lihat aja di kaca yank di rambut sebelah kirimu.”
Rency : “eh eh….iya ada yg nempel...duh...pak Anto nih...”

Nico : “pak Anto kenapa yank?” aku mendengar Rency sepertinya keceplosan barusan.
Rency : “eh gpp yank...sudah aku bersihkan ini pakai tissue...hehe”
Nico : “tuh tanktopmu juga agak kotor kena debu ya?”
Rency : “hehe iya yank sudah jangan dipikirin. Tuh sudah sampai parkir dulu terus makan yuk. Aku lapar.” nampaknya Rency mulai mengalihkan pembicaraan agar aku tak bertanya lagi. Tapi benar juga sudah sampai di parkiran mall jadi ya sudah.

Akhirnya aku dan Rency makan siang bersama di mall ini, lanjut nonton dan kami pun berciuman didalam bioskop. Pakaian Rency yang cukup terbuka juga jadinya aku pun bebas untuk menjamah area payudaranya dan menciumi seluruh bagian atas Rency. Mulai dari bibir turun ke payudaranya. Karena hal ini aku menyadari sesuatu, samar-samar ada bau sperma di tubuh Rency dan juga ada bekas merah-merah seperti cupangan. Tapi karena aku tak ingin merusak suasana maka aku pun tak berani menanyakannya.
Setelah usai nonton bioskop dan bercumbu tadi, aku berinisiatif untuk membelikan Rency pakaian ganti karena memang tantopnya cukup kotor. Dia pun senang menerimanya. Suasanya kami yang kembali membaik membuatku tak berani bertanya ada apa tadi dia diruangan pak Anto. Apakah mungkin Rency “bermain” dengan pak Anto? Pikiran ini juga sempat terlintas dibenak ku. Namun aku tak cukup berani untuk bertanya kepadanya.

Setelah itu kami kembali ke kantor sekitar jam 6 sore untuk mengambil tas Rency yang masih ada di ruang arsip.
Nico : “aku antar pulang aja yank.”
Rency : “gak usah yank aku naik taksi aja pulangnya. Makasih sudah ngajakin jalan-jalan ya hari ini.”
Nico : “gak apa-apa kan cuma aku antar pulang ini lho.”

Rency : “hmm...aku pulang sendiri aja Nic gak apa. Gak enak kamu nanti harus balik lagi ke arah sebaliknya kan. Rumah mu di daerah Barat, rumah ku di selatan. Nanti kamu kena macet terus capek.”
Nico : “hmmm ya sudah kalau gitu aku temani dulu sampai dapet taksi ya.”
Rency : “ok sayang...”

Akhirnya aku dan Rency menunggu taksi di lobby dan tak lama kemudian sudah datang. Jujur saja aku ingin mengantarkannya pulang dan mengenal keluarganya lebih jauh. Aku ingin lebih dari sekedar orang kedua sekarang. Sudah waktunya aku untuk bersaing mendapatkan Rency secara utuh.


--POV Rency--
-malam hari setelah pulang magang-

Rency : “duh si Nico tadi kenapa bisa tiba-tiba muncul gitu. Aku jadi panik tadi. Aku coba telpon Tono saja deh. Sedang apa ya dia sekarang.”
Rency : “sayang...”
Tono : “halo yank...”
Rency : “sudah pulang magangnya?”
Tono : “sudah nih sama si Ramdan lagi cari makan malam sekalian. Kalau kamu?”
Rency : “ini baru sampai rumah yank.”

Tono : “pulang di antar Dony lagi hari ini? Kok malem?”
Rency : “enggak yank. Aku naik taksi. Ini juga aku dari pabrik jam 6 sih. Dony balik duluan.”
Tono : “wah tumben? Ngelembur?”
Rency : “hehe enggak yank. Tadi Nico siangnya datang ke pabrik terus ngajakin aku jalan.”

Tono : “hmm...cuma jalan doang?”
Rency : “iya yank cuma makan di mall terus nonton aja kok gak sampai ngapa-ngapain. Paling cuma kissing aja sih hehe.”
Tono : “hmm...beneran?”
Rency : “iya yank...kalau ngapa-ngapainnya gak sama Nico sih...hihi”

Tono : “hah? Sama siapa?”
Rency : “hmm cerita gak ya?hihi”
Tono : “cerita lah. Kamu main lagi sama Dony?”
Rency : “ih curiganya loh...enggak lah yank kan kamu sudah ngelarang aku. Ya sudah aku nurutin kamu aja.”
Tono : “terus sama siapa?”
Rency : “tadi kan aku nganter arsip yank seperti biasa ke pak Anto cuma memang aku cari waktunya yang agak siangan jadi biar sepi, jam makan siang tadi. Hihi”

Tono : “wah kamu main sama pak Anto?”
Rency : “hihi iya yank. Kan tadi aku ceritanya anter arsip ke ruangannya pak Anto.”
Tono : “terus?”
Rency : “pas aku ngasi in arsipnya, pak Anto langsung celingak celinguk di depan pintunya. Pas yakin sepi langsung dikunci tau yank ruangannya. Terus….”
Tono : “wow...lanjut yank? Gimana terusannya?”
Rency : “hmm...terus aku dipeluk sama diciumin yank sambil didorong ke arah sofa yang diruangannya. Aku juga pasrah aja yank. Aku bales juga ciumannya. Hihi”

Tono : “wah...terus yank?”
Rency : “pas sudah kedorong di sofa si pak Anto langsung yank ciumin aku sambil tindihin aku. Aku juga bilang, kalau mau jangan keluar didalam soalnya aku bilang hari ini lagi tanggalnya subur yank. Ya sudah pak Anto bilang iya akhirnya aku diam aja pak Anto mulai ngelepasin celana dalam ku. Kan aku pake rok jadi tinggal di turunin gitu aja. Gak pake lama langsung aja pak Anto nusukin itunya yank. Duh rasanya sudah nafsu banget itu bapak bapak.”
Tono : “ya kalau gak nafsu sama kamu ya gak normal yank. Terus terus?”

Rency : “iya loh di atas sofa aku di genjot habis-habisan.”
Tono : “lama yank mainnya?”
Rency : “lumayan sih soalnya si pak Anto juga minta ganti gaya juga yank. Aku di suruh merangkak di lantai terus di doggy style sama dia. Dan pas ini aku keenakan yank. Maaf ya aku sampai orgasme tadi pas digituin.”
Tono : “terus yank?”

Rency : “terus dia nya mulai kelelahan yank soalnya gas pol terus diawal tapi belum klimax juga si pak Anto”
Tono : “wah gila..***k kram itu mu yank di genjot gas pol gitu?”
Rency : “agak nyeri sih yank diawal soalnya main langsung hajar aja. Kan aku juga belum basah. Gak pake pemanasan dulu langsung aja maksa masukin gitu.”

Tono : “terus terus?”
Rency : “aku lanjutin ya. Terus ya pak Anto duduk di sofa, giliran aku yang naikin dia. Dia gemes banget gitu yank baru dah ngelepas tantopku sama bra ku pas aku yang nge genjot pak Anto balik. Duh dia cupangin payudaraku sampai merah-merah ini.”
Tono : “wow...terus yank?”

Rency : “iya karena sudah kecapekan mungkin ya pak Anto nya gak lama kemudian dia bilang mau keluar. Aku langsung berdiri aja terus jongkok didepannya yank aku kocokin deh sampai keluar. Mau aku arahin ke mulut tapi gak keburu jadi muncrat di wajahku yank. Hihi”
Tono : “puas banget itu pasti pak Anto.”
Rency : “gak puas gimana yank. Semprotannya kenceng banget terus banyak juga. Untung aja nurut dan gak keluar didalam ya.”
Tono : “suka aku kalau kamu pegang kontrol gini yank..hehehe...gitu dong...”
Rency : “iya sayang...hihi...kamu sabtu ini pulang?”

Tono : “kayaknya enggak yank.”
Rency : “yaaah...kecewa deh...padahal mau ngajakin jalan jalan. Minggu kemarin kamu gak pulang juga loh yank.”
Tono : “iya yank maaf ya banyak kerjaan nih.”
Rency : “yawes kalau gitu. Jangan cari cewek lain loh disana. Awas ya.”
Tono : “iya yank...eh ya aku aku lanjut makan dulu ya. Ini daritadi Ramdan aku tinggal di warung dia nungguin makanan padahal aku telponan sama kamu ini. Haha”
Rency : “ya sudah yank buruan gih makan biar gak masuk angin. Aku juga mau mandi dulu.”
Tono : “ok yank...”

Aku pun menutup telpon ku dan segera mandi. Takutnya kalau terlalu malam, bisa-bisa papa memanfaatkan kesempatan untuk menyetubuhiku lagi. Sedangkan aku sendiri sudah malah untuk melayaninya. Sudah lama aku tak melayani papa karena papa yang sudah terlalu jahat dengan Tono membuatku malas dengannya. Tetapi setelah mandi aku menerima sms dari Tono.
Tono : “eh yank...lupa nanya...kapan nih kamu godain bos mu? Si pak Chen? Hehe”
Rency : “enggak deh yank aku malas, aku gak mau ya...please...” aku pun membalas demikian
Tono : “yah...”

Rency : “lebih baik aku sering-sering nge godain orang pabrik deh yank daripada sama om Chen.”
Tono : “kenapa?”
Rency : “susah tau yank. Mau gimana juga om Chen taunya aku pacaran sama Nico.”
Tono : “hmm ayo lah coba aja dulu...”
Rency : “enggak yank….enggak...”

Akhirnya aku menyudahi sms dari Tono dan tak menjawabnya lagi. Entah kenapa Tono rasanya menyebalkan dan menyuruhku melakukan hal hal yang aku sendiri tidak ingin untuk melakukannya. Karena om Chen adalah orang yang aku hormati juga. Aku merasa tak punya seorang sosok yang bisa kusebut sebagai ayah dan om Chen bisa memberikan hal itu. Selama aku kerja dengan om Chen membuatku semakin menghormatinya.
 
The EX 01 - Chapter 47
Timeline : 2009 September

--POV Rency--

Hari ini aku masih seperti biasa masuk kerja magang dan masih di antar jemput oleh Dony. Hubungan ku dengan Dony kembali “normal” setelah kami pulang dari KL. Sudah sebulan juga Dony tak pernah menyinggung kejadian disana. Tetapi Tono tetap saja agak cemburu bila aku bersama dengan Dony entah kenapa. Bahkan sampai menghukumku dengan tidak boleh “bermain” dengan siapapun kemarin.

Tentu saja aku tak bisa mengikuti hukuman dari Tono, terlalu menyiksa untukku bila aku tak boleh “bermain”. Seperti yang aku ceritakan sebelumnya, kalau aku juga sering bermain dengan pak Anto di pabrik dan aku baru cerita ke Tono di awal September ini saja. Respon dari Tono juga bukannya marah malah terkadang sangat penasaran tentang apa yang aku lakukan. Ah sudahlah aku lanjutkan kerja magang ku saja hari ini. Masih banyak yang harus aku kerjakan juga.

Pak Jimmy : “Ren...nanti jam 11 meeting ya sama pak bos.”
Rency : “baik pak. Di ruang meeting yang mana pak?”
Pak Jimmy : “di B2 Ren. eh tapi tadi pak Bos suruh saya untuk kamu menghadap ke beliau dulu sebelum meeting”
Rency : “baik pak”
Tumben banget pak Bos menyuruhku menemuinya terlebih dahulu sebelum meeting. Biasanya cuma mengirim materi meeting ke aku atau aku cuma diperbantukan sebagai notulen.

Oh iya aku lupa menceritakan kalau hari ini aku mengenakan tanktop coklat muda dengan blazer coklat senada dan juga rok yang cukup pendek berwarna putih. Apa karena aku sering berpakaian minim ya jadi pak bos memanggil untuk menegurku langsung. Karena sekarang sudah jam 10:30 maka aku coba langsung saja ke ruangan pak Bos.

Rency : “permisi pak.”
Om Chen : “masuk Ren.”
Rency : “ada yang bisa saya bantu pak?”
Om Chen : “oh ini Ren tolong kamu pelajari dokumen ini sebelum meeting nanti. Nanti kamu saja ikutkan ke project ini ya. Ada deal dengan vendor baru dan saya ingin kamu involve di team.”
Rency : “baik pak. Terimakasih untuk kesempatannya. Tapi kenapa saya diijinkan untuk join ke project ini pak?”
Om Chen : “ya. Saya percaya kamu kompeten. Terlebih lagi saya juga harus melatih calon menantu saya kan?”
Rency : “hmm maksud bapak bagaimana ya?”

Om Chen : “iya kamu tahu kan. Kalau Nico rasanya masih kurang dewasa. Sedangkan nanti pabrik ini dia yang akan menghandle. Dan saya khawatir akan hal itu. Dia masih kurang kompeten untuk memegang pabrik ini. Saya suka kalau kamu tegas sama Nico kemarin.”
Rency : “hmm...maaf pak kalau saya mungkin sempat memarahi Nico kemarin.”
Om Chen : “itu tidak apa-apa Ren. saya suka sikap kamu yang seperti itu. Beruntung Nico punya kamu.”

Rency : “terimakasih pak. Bapak terlalu memuji saya. Tapi kalau saya boleh tau, kenapa Nico pak yang akan memegang pabrik ini nanti?”
Om Chen : “saya mungkin akan pensiun Ren. Waktunya anak-anak mewarisi ini semua.”
Rency : “lalu bagaimana dengan ko Rico pak?”
Om Chen : “untuk Rico sudah saya beri bagian mengurusi yang di luar negeri menggantikan saya dan cuma Nico yang pabrik ini saja.”

Om Chen : “oh iya Ren. Sabtu ini kamu kerumah ya. Kita makan malam sekeluarga. Nanti biar Nico yang jemput kamu. Sekarang kamu bisa duluan ke ruang meeting sambil pelajari dokumen tadi ya. Saya menyusul sebentar lagi.”
Rency : “baik pak saya permisi dulu.”
Om Chen : “btw Ren...”

Rency : “iya pak?”
Om Chen : “saya suka pakaian kamu hari ini. Kamu nampak cantik.”
Rency : “terimakasih pak… saya permisi dulu.”

Aku bingung sekarang, berarti Nico akan kerumah ku. Selama ini aku mencegah itu agar dia tak lebih jauh lagi dengan ku. Aku juga tidak berharap melanjutkan hubungan ku dengan Nico dan mungkin juga akan aku putuskan setelah selesai magang ku kali ini. Ada beberapa sifat Nico yang aku sendiri kurang suka. Terlebih lagi, di awal aku cuma bermain-main saja dengan Nico. tak ada niatan ku untuk serius dengannya. Aku pun menghubungi Tono untuk menceritakan ini.

Rency : “yank...”
Tono : “iya yank?”
Rency : “om Chen ngajakin makan sama keluarganya nih hari Sabtu. Gimana?”
Tono : “gimana apa nya?”
Rency : “iya gimana nih. Katanya biar di jemput sama Nico dirumah.”

Tono : “hmmm ya udah gak apa apa yank.”
Rency : “iiih kamu nih...aku kan gak mau Nico tau rumahku yank.”
Tono : “udah gak apa apa yank. Kesempatan loh buat kamu. Hehe”
Rency : “kesempatan gimana?”
Tono : “iya kan berarti bos mu sudah open sama kamu. Kan bisa nih kamu godain. Hehe”
Rency : “hmm...mulai deh. Ya sudah yank aku meeting dulu”

Tanggapan Tono cuma semakin membuatku makin kesal dengannya. Dia juga malah bilang kalau kesempatan buat aku jangan disia-siakan.

Daripada aku makin kesal, aku fokuskan untuk kerja saja hari ini semaksimal mungkin. Untuk besok sabtu entah aku harus bilang gimana ke ortuku aku pikirkan nanti saja.

--Sabtu--
Akhirnya hari ini pun tiba dan aku minta ijin ke ortu ku kalau ada undangan makan di tempat adik kelas ku yang sempat jadi bimbingan ku saat ospek lalu. Aku pun bilang ke Nico kalau jangan bilang kita pacaran dulu ke ortu ku. Karena ortuku tau nya aku pacaran dengan Tono. aku tak mau di cap sebagai cewek yang menduakan pasangan ku.

Sekitar jam 10 aku dan Nico menuju rumahnya. Hari ini aku memakai pakaian agak formal. Dress batik dengan kemben hitam. Karena kalau tidak belahan dada ku akan terlihat jelas sampai kebawah.
Nico : “cantik banget yank hari ini.”
Rency : “hmm...iya masa aku pakai baju biasanya kan undangan langsung dari papa mu.”
Nico : “iya sih. Tapi kamu cantik banget kalau pakai baju ini.”
Rency : “ih ngerayu.”
Nico : “yee...beneran.”

Seketika aku pun ingin mengerjai Nico dengan cara menurunkan kemben ku sampai belahan ku cukup terlihat.
Rency : “Nic...kalau gini gimana? Hihi”
Nico : “aduh yank....kok….”
Rency : “focus dulu Nic nyetirnya...nanti nabrak loh kamu kalau liat sini terus. Hihi”
Nico : “ya habisnya kamu sih yank...” aku melihat Nico mulai tidak bisa konsentrasi menyetir.

Nico : “nanti kalau sudah dekat rumah ku benerin bajumu lagi ya yank.”
Rency : “serius nih?”
Nico : “iya kalau kakak ku lihat bisa bahaya.”
Rency : “beneran?ya udah aku rapiin sekarang ya.”
Nico : “eh jangan...nanti aja. Disini kan cuma aku yang lihat yank. Hmm… nepi bentar yuk?”
Rency : “eh ngapain Nic?”

Nico menepikan mobilnya dijalan yang memang agak sepi.
Rency : “hmmm...mau ngapain nih? Nanti kita telat loh di tungguin papa mu.”
Nico : “gak apa yank bentar doang yuk. Tegang nih gara-gara kamu.”
Rency : “haha dasar….mmmhhhh” kami pun berciuman di dalam mobil. Nico yang sudah sangat bernafsu pun akan melucuti pakaianku.
Rency : “Nic...jangan dibuka….pakai nya susah.” kondisinya kemben ku sudah turun semua ke perut dan bra ku juga sudah di buka oleh Nico dan Nico mau membuka dress ku.
Nico : “iya deh yank...” kami pun kembali berciuman dan Nico semangat sekali meremas payudaraku. Kemudian tangannya berpindah ke dalam rok ku dan mulai memainkan jarinya di selangkangan ku.

Rency : “ooohss...Nic...jangan mainin yang bawah….ooohhhsss...basah nanti...”
Nico : “sudah basah nih yank...”
Rency : “oohh...yank….jangan...kenceng-kenceng ngocoknya...oooh….”jari Nico sudah masuk kedalam vaginaku dan mulai mengocoknya dengan cepat.
Rency : “yank...yank….yank….aku mau...keluar…aaaaaachhh...” akhirnya aku mencapai klimax ku. Untung saja rok ku sudah diangkat Nico sampai pinggang jadi tidak basah karena cairanku.

Rency : “ach...kamu nih nic...sory ya...kursi mobilnya jadi basah...”
Nico : “hehe...giliran ku dong yank...”
Rency : “iya deh...” aku pun melepas CD ku yang sudah basah dan membuka celana Nico tapi di stop olehnya.
Rency : “eh...tadi katanya mau yank?”
Nico : “hmm jangan didalam mobil.”
Rency : “hah gimana?diluar?”

Tiba-tiba Nico keluar dari mobil dan membuka pintu disampingku.
Nico : “disini aja yuk yank.”
Rency : “hah? Enggak ah nanti keliatan orang lewat.”
Nico : “enggak kok yank ini kan ketutupan pintu mobil juga. Lagian sepi kok jalan sini. Hehe ayolah.”
Rency : “ya sudah, tapi cepet ya.”

Aku pun turun dari mobil dan segera membungkuk bertumpukan kursi mobil dan Nico langsung menaikkan rok ku sambil mulai menggesek gesekkan penisnya.
Rency : “cepetan Nic...” bukannya aku tak sabar tapi aku takut ada yang memergoki kami. Apalagi ini masih siang. Walau memang jalan ini tergolong sepi tapi masih ada 1 atau 2 motor terkadang lewat.
Nico : “duh sudah gak sabar ya yank...” Nico masih mempermainkan penisnya dengan menepuk-nepuk pantatku.
Rency : “nanti ketahuan orang Nic...cepeta...aaaachh...” belum selesai aku ngomong sudah keburu ditusuk oleh Nico dari belakang. Kemaluanku yang sudah licin karena cairan ku sendiri tadi membuat Nico dengan mudahnya melakukan penetrasi. Aku pun terdorong-dorong dengan ritme yang cukup cepat.

Rency : “aachh nic...aachhh...achh...terus nic...aaachh...”
Nico : “uuh...yank...uuh...yank...”
Rency : “aachh...nic...kamu..***k pakai...kondom yacchh...aahh...” tiba-tiba aku sadar Nico sedari tadi belum mengenakan kondom.
Nico : “uh...uhhs...enggak yank...uuuhhh...”
Rency : “aachh...jangan..keluar...aachh..didalam yaa….aachh...”
Nico : “uh...iya yank...uuuhs….uhss...”

Sekitar 15 menit aku disetubuhi di pinggir jalan.
Rency : “aachh...yank...aku kaluar lagi...aaachh” aku pun mendapatkan orgasme ku lagi.
Nico : “yank...yank…ooohhss….ooohsss...” Nico memegang erat-erat pinggangku dan menancapkan penisnya dalam-dalam. Aku yang masih mengejan karena orgasme ku tak bisa menahan Nico yank secara bersamaan menyemburkan spermanya didalam.
Rency : “aachhsss....aachhsss...nic...kok keluar….didalam sih...” aku yang masih kelelahan hanya pasrah Nico mengeluarkan spermanya sampai habis dan masih menahan pinggulku. Cairan hangat itu rasanya mengalir banyak kedalam.
Nico : “uuh...uuh...terima ini yank...uuuh...” cukup lama Nico menahan posisi ini. Rasanya dia sengaja untuk membuahiku. Aku masih ngog-ngosan mencoba mengatur nafas ku lagi.

Setelah Nico puas mengeluarkan semua spermanya dan menahanku cukup lama akhirnya dia melepaskan pegangannya di pinggangku.
Nico : “hehe maaf yank...”
Rency : “duh kamu nih...kalau mau keluar didalam pakai kondom dong yank...untung aja bukan tanggal subur ku nih...” sperma Nico mulai mengalir ke paha ku karena terlalu banyak. Nico yang telah menuntaskan nafsunya mulai membenahi celananya dan aku juga masuk lagi ke dalam mobil. Aku mengambil tissue dan segera membersihkan vaginaku yang belepotan sperma Nico.
Rency : “duh Nic...banyak banget sih...bisa hamil aku kalau pas tanggal subur.”
Nico : “hehe gak apa kan yank. Aku tanggung jawab kok nanti.”
Rency : “ya bukan gitu....”

Nico : “bukan gitu gimana?”
Rency : “hmmm...sudah gak usah dibahas. Duh aku jadi berantakan nih...”
Nico : “mau ke salon dulu kah? Nanti mampir dulu gak apa”
Rency : “gak usah Nic. aku dandan lagi aja disini. Gak enak kalau kita ditungguin.”
Nico : “ya sudah kalau begitu.”
Akhirnya sekitar 20 menit berjalan, sampai juga di rumah Nico. Untungnya pakaian ku sudah cukup rapi dan tidak terlihat berantakan. Aku pun masuk ke rumah Nico dan keluarganya sudah menunggu kami dari tadi.

Akhirnya aku makan siang bareng mereka sekeluarga hari ini. Aku agak canggung karena sudah lama tidak main kerumah Nico. Terlebih lagi ada koh Rico dan calon istrinya juga. Ternyata mereka merencanakan menikah tahun ini cuma entah kenapa jadi mundur ke tahun depan. Om Chen juga mengatakan bahwa akan merekrut ku resmi sebagai pegawai tetap di pabriknya setelah aku menyelesaikan program magang ku ini.

Aku tak menyia nyiakan kesempatan ini karena dengan begitu aku bisa membiayai kuliahku sendiri serta bisa lepas dari papa ku. Aku berencana semester depan dimana aku sudah punya penghasilan sendiri ingin kost atau kontrak saja di dekat pabrik. Disana aku lihat juga banyak kost untuk pekerja pabrik itu dan tampaknya cukup bagus. Entah mungkin aku tak berfikir panjang cuma kalau kesempatan ini aku sia-siakan tidak akan datang lagi untuk ke dua kalinya dan itu artinya mungkin aku tidak bisa melepaskan Nico dalam waktu dekat ini.
 
Bimabet
The EX 01 - Chapter 48
Timeline : 2009 September akhir

--POV Tono--

Sudah tak terasa bulan depan terakhir aku magang disini dan aku juga jarang pulang ke kota ku. Sudah lama juga aku tak menjamah Rency. Ketika bertemu cuma menghabiskan waktu untuk jalan-jalan, makan, dan juga nonton bioskop saja. Mungkin hubungan ku dengannya sudah mencapai titik jenuh.

Apa aku sudah mulai bosan. Atau aku yang merasa sudah keterlaluan selama ini mempermainkan Rency. Tapi jauh di hati kecilku, aku sangat sayang dengan Rency. Bisa dibilang kalau Rency adalah pacar terlama ku selama ini.

Haruskah aku perbaiki situasi, atau tetap seperti ini. Awalnya aku cuma main-main saja sebenarnya dengan Rency. Karena harapan ku ada pada Rasti. Tapi semua sia-sia sudah. Rasti lebih memilih orang lain dibandingkan aku yang mengejarnya bertahun-tahun.

Ramdan : “woi Ton...ngelamun aja nih.”
Tono : “eh iya Ram. tiba-tiba aja kepikiran yang enggak enggak ini.”
Ramdan : “lanjutin kerjanya. Daripada diem ngelamun gitu Ton. emang mikirin apaan?”
Tono : “gak tau nih, tiba-tiba mikirin ke goblokan ku sendiri. Sudah punya Rency tapi kok ya masih ngejar-ngejar Rasti. Bahkan sampai sekarang masih belum bisa nih ngelupain Rasti.”
Ramdan : “halah, galau urusan cinta ternyata. Hahaha”
Tono : “ya gimana. Kamu enak pacaran awet dari jaman SMP. lah aku dari jaman SMP ngejar-ngejar Rasti. Ujung-ujungnya gak dapet juga.”

Ramdan : “saran sebagai teman nih ya Ton. mending kamu perbaiki hubungan sama Rency. Fokus ke dia aja deh. Daripada entar nyesel.”
Tono : “ortu ku sama ortunya Rency udah rada gak suka juga sih sama hubungan ku dengan Rency.”
Ramdan : “belum di coba kan? Berjuang dulu lah Ton. sudah lama juga kan kamu sama Rency bersama.”
Rasanya kata-kata Ramdan ada benarnya juga. Daripada aku mikirin cewek yang sudah tidak bisa lagi kukejar. Mending coba perbaiki hubungan dengan Rency.

Aku pun langsung menghubungi Rency via SMS siang ini. Sekitar jam 11 siang. Karena sudah jarang aku menghubunginya terlebih dahulu. Biasanya sekarang Rency yang call atau sms duluan.
Tono : “yank...gi apa nih?”
Tetapi tak dijawab oleh Rency…

Rency baru menjawab SMS ku sekitar 2jam kemudian. Sekitar jam 1 siang.
Rency : “yank...maaf ya baru bales.”
Tono : “gak apa yank, aku baru kelar makan siang nih. Kamu udah makan?”
Rency : “belum..hehehe...tumben tanya.”
Tono : “iya nih gak tau yank tiba-tiba kangen kamu aja.”
Rency : “gantian nih yang kangen jadinya. Hehe. kapan pulang?”
Tono : “sabtu besok pulang aku yank. Ini kerjaan mu lagi banyak ya?”
Rency : “hmm...enggak juga sih yank...hehe”

Tono : “hmm...kok lama jawab sms nya?”
Rency : “hehe maaf ya yank...aku tadi habis main sama pak Anto.”
Tono : “hmm...kamu jadinya sering sekarang main sama pak Anto yank. Ini kamu nya yang ketagihan apa gimana?”
Rency : “hehe...habisnya, kamu gak ngasih aku jatah yank.”
Tono : “iya deh iya...emang tadi gimana? Kamu pakai baju apa hari ini?”

Rency : “hmmm cerita gak ya...hihihi”
Tono : “duh kumat bikin penasaran.”
Rency : “iya biar kamu pulang yank. Hehe.”
Tono : “iya sabtu ini aku pulang kok yank. Kita jalan-jalan seharian nanti.”

Rency : “sungguh?”
Tono : “iya nanti aku temani seharian kok. Btw kamu jadi nge kost di dekat pabrik?”
Rency : “iya yank jadi.”

Tono : “wah enak nih bisa bebas gak ada jam malam. Mulai kapan?”
Rency : “januari mungkin yank.”
Tono : “yah masih lama.”
Rency : “iya nunggu di rekrut dulu sama ini perusahaan. Terus dapet gaji jadinya aku bisa bayar pakai uangku sendiri yank. Sudah gak nyusahin papa sama mama. Gajinya cukup buat bayar kuliah juga.”

Tono : “eh ya kamu blom makan kan tadi katanya? Buruan yank makan dulu. Biar gak sakit.” aku mencoba untuk lebih perhatian dengan Rency.
Rency : “belum sempat yank. Bentar lagi meeting nih. Hehe. nanti malam telponan lagi yuk. Kangen...”
Tono : “iya yank, nanti malem aku telpon deh.”
Rency : “asiik… eh yank aku meeting dulu ya. Hehe”
Tono : “ya sudah yank, yang semangat kerjanya.”

Akhirnya Rency melanjutkan pekerjaannya dan aku juga kembali ke ruangan kerja ku.
Ramdan : “cyee abis telpon Rency nih. Haha gitu dong Ton. punya pacar itu disayang.”
Tono : “iya deh iya. Eh ya nanti aku pinjem kosan mu ya yang di surabaya Ram.”
Ramdan : “buat apa Ton?”
Tono : “sabtu besok kan aku mau ngajakin Rency jalan-jalan dan mungkin sampai malam jadi nya aku pinjem kunci kost mu ya.”
Ramdan : “oh ya sudah ini ya. Sekalian di sapu. Hahaha. Ada Aji juga disana.”
Tono : “makasih Ram.”
Akhirnya jumat ini aku pulang ke Surabaya dan menepati janji ku dengan Rency.

-Sabtu minggu ini-
Aku berangkat menjemput Rency hari ini ke rumahnya dan aku pun memberanikan diri untuk menghadapi keluarganya kembali. Sebelumnya aku menghubungi Rency dulu.
Tono : “yank...aku mau otw jemput kamu ya.”
Rency : “ok yank. Hmm jadi sampai malem kita?”
Tono : “jadi sampai besok. Kamu ijin aja yank ke kost nya Gea atau gimana gitu. Jangan lupa bawa baju ganti ya.” aku menyuruh Rency bilang demikian ke ortunya karena kejadian kemarin ada rasa was was dari ortunya juga sehingga aku tak bisa mengajaknya keluar malam lagi seperti dulu.
Rency : “ok sayang...aku ijin dulu ya. Aku tunggu juga dirumah.”

Tono : “eh yank, hari ini pakai baju apa?”
Rency : “hmm...maunya apa?hihi”
Tono : “tanktop sama rok gimana?”
Rency : “kamu gak susah nanti nyetir motornya kalau aku pakai rok?”
Tono : “iya sih hehe. Ya sudah pakai celana jeans aja yank.”
Rency : “ok sayang.”

Aku pun menuju rumah Rency sekarang padahal masih pagi. Sekitar jam 7 pagi. Rasanya masih sangat mengantuk karena aku baru sampai di rumahku jam 11 malam kemarin. Sekitar 30 menit aku sudah sampai di rumah Rency.
Tono : “yank...aku sudah sampai nih di depan.” aku meng sms Rency.
Rency : “ok yank sebentar aku bukain pintu.” Dan Rency membuka gerbang mempersilahkan aku masuk ke dalam. Dia mengenakan tanktop hitam dipadukan dengan outer cardigan hitam juga.
Rency : “sayang...masuk gih ada mama sama bude didalam”
Tono : ”hmmm papa mu kemana?”
Rency : “ada kerjaan katanya. Jadi hari ini masuk kantor”
Tono : “kok tumben...” (syukur deh papa nya tidak ada dirumah) dalam batin ku.

Akhirnya aku masuk ke rumah Rency dan sedikit mengobrol dengan bude nya untuk menunggu Rency packing sebentar. Cuma rasanya tanggapan dari orang tua Rency masih sama tak berubah. Masih terasa adanya penolakan untuk aku disini.
Rency : “yuk yank cus… bude, mama, Rency berangkat dulu ya.”
Bude : “hati hati nduk. Tono, inget ya. Jagain Rency jangan aneh-aneh kalian.”
Tono : “iya bude. Ini saya mungkin cuma jalan-jalan sebentar saja terus ngantar Rency ke kost nya Gea”
Bude : “iya bude cuma khawatir aja. Biar kalian lebih mawas diri.”
Rency : “iya bude. Pamit berangkat dulu ya bude. mama...Rency berangkat ya.”

Setelah itu aku dan Rency berjalan-jalan keliling Surabaya menghabiskan waktu bersama seharian. Kami berhenti sejenak di taman untuk ngobrol dan makan cemilan.
Tono : “eh yank, kamu sudah bilang Gea belum? Nanti di cek lho sama mama mu.”
Rency : “sudah dong. Ini sms ku sama Gea. aku sudah bilang ke Gea kalau nanti di hubungi mama ku bilang aja sudah tidur atau lagi ngapain gitu yang gak bisa angkat telpon. Pintar kan aku. Hihi.” sambil menunjukkan hape nya kepadaku.
Tono : ”wah, hape baru yank? Gak cerita ini sudah ganti pakai BB.” aku melihat hape yang di pegang Rency sudah berganti menjadi BB.
Rency : “hehe… iya yank. Maaf lupa cerita. Hehe. baru 2 minggu ini kok aku ganti.”

Tono : “beli sendiri?”
Rency : “enggak sih yank, di kasih pak Bos nih. Si om Chen. katanya buat urusan kantor biar lebih cepet kontakannya.”
Tono : “wah dapet gratis enak nih. Tapi kamu belum ngapa-ngapain kan yank sama bos mu?”
Rency : “ya enggak lah yank, kalau aku ngapa-ngapain kan udah cerita dulu ke kamu.”
Tono : “hehe iya sih yank. Tapi masa bos mu ngasih barang mahal gitu cuma cuma yank?”
Rency : “hmm… ya ga tau lagi sih yank kalau itu aku. Cuma di kasih ya sudah aku terima saja. Hehe”

Tono : “ngomong-ngomong, kamu di pabrik gimana yank? Aku penasaran nih.”
Rency : “penasaran apa yank?”
Tono : “iya penasaran yank, kok kayaknya kamu sekarang jadi sering main sama pak Anto itu?”
Rency : “hehe...iya sih yank. Kayaknya hampir tiap hari tuh dia mintanya.”
Tono : “nah iya tu aku penasaran, di pabrik kamu enggak takut dipergoki orang apa gimana itu.”
Rency : “ya takut sih yank aslinya. Cuma tuh bapak bapak pinter banget deh mancing nafsuku. Tau gak, kadang tiba-tiba aja kayak kemarin datang ke ruang arsip tempat ku kerja siang-siang gitu.”

Tono : “terus?”
Rency : “iya aku kira minta arsip atau apa gitu tapi malah peluk aku terus ciumin aku yank. Terus aku didorong ke dinding sambil copotin kancing bajuku.”
Tono : “lah terus gak ada yang dengar apa gimana? Bukannya ruang tempat kamu kerja itu ramai ya? Sebelahnya juga HRD kan?”
Rency : “iya yank. Pintunya juga pintu kaca yang kelihatan dari luar. Tau gak, akhirnya aku disetubuhi dimana?hihi” nampaknya Rency ingin menggodaku dan aku juga sudah tegang walau cuma diceritain seperti itu.

Tono : “kalau kelihatan dari depan bukannya bahaya? Terus?” kemudian Rency membisikan ke telingaku.
Rency : “di bawah meja tempat ku kerja jadi gak kelihatan yank dari depan. Hihi”
Tono : “hah serius?”
Rency : “iya itu di bawah meja ku yank jadi gak kelihatan juga soalnya berhadapan sama pintu.”
Tono : “wah gila juga ya itu bapak-bapak nekat. Kan biasanya di ruangannya pas kamu kesana.”

Rency : “itu masih belum seberapa yank. Ada lagi yang bikin aku deg deg an takut ketahuan.”
Tono : “hah? Gimana gimana?”
Rency : “pernah pas kapan itu yank, bulan ini kok. Pas aku pulang tiba-tiba di peluk dari belakang dan didorong masuk ke toilet cowok.”
Tono : “wah….”aku pun speechless.

Rency : “hihi...sudah tegang ya...jangan kaget gitu dong yank...hehe”
Tono : “iya kamu nih ya...terus? Sore kan biasanya masih ada yang bersih bersih.”
Rency : “hehe iya. Aku di genjot habis-habisan tau yank di bilik toilet cowok. Mana di luar pas ada yang bersihin toiletnya.aku di doggy di toilet terus mulutku dibekap biar gak mendesah. Hihi.”

Tono : “waduh, gak curiga itu cleaning service nya?”
Rency : “gak tau juga sih yank. Aku sudah gak sadar keenakan sih. Hehehe...”
Tono : “duh nakal banget sih kamu sekarang yank.”
Rency : “tapi kamu suka kan?”
Tono : “hehe iya juga sih...mmuah...” aku pun mencium keningnya tanda sayang ku kepadanya.

Tono : “eh ya mau taruh tas dulu ke kost nya Ramdan atau mau langsung jalan-jalan?”
Rency : “jalan-jalan dulu aja deh yank. Nanti baru deh sore kita langsung ke kost nya Ramdan gak usah keluar lagi. Hihi”
Tono : “ok deh yank...yuk nonton gimana?”
Rency : “ok yank...aku traktirin nonton deh.”
Tono : “wah beneran?thanks yank…” kami pun pergi dari taman dan menuju ke mall biasanya kami jalan-jalan.

-sore harinya-
Setelah puas jalan-jalan berdua kami pun menuju kost Ramdan. Disana ternyata ada Aji dan Handy di ruang tengah.
Tono : “halo Han, Ji.”
Handy : “lah sih Tono kesini sama Rency.”
Rency : “hai...apa kabar kalian?”
Aji : “oit Ton Ren masuk masuk.”

Kami pun masuk dan duduk di ruang tengah bersama mereka.
Tono : “iya nih aku kesini sudah pinjem kamar nya si Ramdan.”
Handy : “hayo mau ngapain?haha”
Tono : “hehe biasa, mau jalan-jalan malam nanti. Kalau dirumah kan gak boleh keluar malem. Jadi ya bohong nginep di kost temennya nih.” lalu aku berdiri dan membuka kamar Ramdan menggunakan kunci yang sudah diberikan kepadaku.
Tono : “yank, mana tas nya aku taruh di dalam dulu.”
Rency : “ini yank...makasih ya...cinta deh...hehe”

Handy : “duh kalian ini bikin para jomblo ngiler aja.”
Rency : “dih kamu Han jomblo? Rasanya aku gak percaya. Haha. cewek mu kan banyak Han.” aku memantau Rency yang masih ngobrol dengan Handi dan Aji dari kamar Ramdan dan kusengaja agak lama. Ku lihat Rency sudah membuka outernya dan hanya mengenakan atasan tanktop saja sekarang. Mata si Aji sudah tidak konsen ke laptop tapi sering curi-curi pandang ke arah dada Rency. Aku rasa Rency juga sudah mengetahui ini dan dia sengaja agak menunduk agar belahan dadanya lebih terekspos.

Rency : “Tono kok gak balik-balik ya. Aku nyusulin ke kamarnya dulu ya.”
Handy : “nyusulin apa nyusuin Ren?”
Rency : “dih si Handi masum...weeekkkk...sudah ya aku permisi dulu. Kerjain tugas nya yang konsen Ji...haha” aji yang di skak langsung oleh Rency jadi sedikit kikuk.
Aji : “eh iya Ren...ini nih kerjaan magang banyak banget. Haha”
Rency : “ya sudah aku permisi dulu.” Rency pun berjalan ke kamar Ramdan menyusulku.

Rency : “ih kamu nih yank, gak nyusulin aku balik di ruang tengah. Sengaja ya?”
Tono : “haha...iya hehe...seru sih liat muka muka mupeng mereka dari sini.” aku memang memantau dari celah di balik pintu kamar Ramdan yang tidak aku tutup.
Rency : “ih nakal ih...”Rency pun duduk disebelahku diatas kasur. Dan dia mencium pipi ku sambil tangannya mengelus selangkanganku.
Rency : “wah...sudah tegang...lagi mupeng juga ya...”
Tono : “sudah dari tadi sih yank pas kamu cerita di taman tadi pagi.”

Rency : “hehe sini sini aku puasin yank.” Rency pun menutup pintu kamar kemudian berjongkok didepanku.
Rency : “mau aku bukain apa buka sendiri?hihi.”
Tono : “buka gih...hehe” akhirnya Rency membuka celana ku dan langsung mengulum penisku yang sudah tegang dari tadi. Rasanya dia semakin ahli saja memainkan lidahnya saat sedang mengulum.
Tono : “oh...enak yank...makin jago kamu nih....jangan cepet-cepet...nanti aku gak tahan...” aku pun membelai rambutnya.
Rency : “mmhhh….clop….kalau gak tahan keluarin aja yank...mmmmhhhh...” Rency pun melanjutkan mengulum penisku.

Karena aku yang semakin tak tahan akhirnya aku angkat Rency dan langsung menindih tubuhnya diatas kasur.
Rency : “hihi...sudah gak sabar ya yank….mmmmhhh….mmmmhhhh...” aku pun langsung melumat bibirnya dan meremas-remas payudaranya dari balik tanktopnya. Rency juga membalas ciuman ku dengan penuh nafsu sambil memeluk ku erat-erat.

Kami yang semakin bernafsu di atas kasur mulai melucuti pakaian masing-masing. Aku pun mengambil kondom didalam dompetku.
Rency : “yank…***k usah pakai kondom dong...”
Tono : “gak apa yank...pakai aja ya...biar kamu juga aman...mmmuah...” aku mencium kening Rency lagi.
Rency : “makasih ya sayang. Aaahh….yes...aaahhh….” aku pun mulai menggenjot Rency.

Aku merasakan memang Rency sekarang semakin gampang horny.
Rency : “aahhhh...yank...aahhh...yang dalam...aaahh….yang cepet….aahhhh….” Rency pun menggelinjang hebat dan aku rasakan V nya sudah sangat becek.
Rency : “ooh yank...ooohh...aku...oooh...nyampee….aaaaachhh...” baru 2 menit aku ganjot, Rency sudah orgasme terlebih dahulu. Dia mencengkeram erat punggungku dan seperti mencakar rasanya.
Tono : “uhhh...nikmat banget ya yank...uh….“ aku pun masih tetap menggenjotnya meski Rency masih mengejan-ngejan karena orgasmenya.
Rency : “aachh..yes...aachh….enak yank...aachh...”

Akhirnya kami ganti posisi doggy style.
Tono : “uuh...yank...enak ya...uuhss...”
Rency : “aachhh...iya yank...aachh...terus yank….aaachh...kamu nafsu ya...aachh...aku tadi dilihati teman-temanmu kayak gitu….aachhh...”
Tono : “iya yank….uuh….” karena aku semakin bernafsu, aku tak bisa mengontrol tempo ku lagi sambil menarik
Rency : “aaachh...yes….aaachh...kamu bayangin...aachh apa yank...aachh...”
Tono : “ahhh...bayangin mereka...aahh...gerayangin kamu yank...aahhh…”
Ceplak…
Aku pun menampar pantat Rency.

Rency : “aaachh yes….yank….aku mau nyampe lagi….aaachhh….aaaaachhh...” kali ini rasanya menyembur banget cairan Rency membasahi pahaku. Aku tahu Rency juga makin horny membayangkan hal yang sama.
Rency : “aaachh….yank...aachh….bayangin yank...aachh...tetek ku dihisap sama aji...aachh...”
Tono : “uh...nakal banget yank...uhhh...uuhh...bayangin yang lagi genjot kamu si Aji sama Handi gantian….uuhh...” ceplak...ceplak…
Rency : “aach...aachh...aaaachh...terus yank….aachhh...kamu ikhlas….aku dipakai mereka….aachh...”
Tono : “aahh…yank...aku keluar….aahhh...” aku pun tak bisa menahan lebih lama lagi karena fantasy yang kubayangkan. Aku memegang pinggang Rency dan menghujamkan penisku dalam-dalam.
Rency : “heegggg….” Rency seperti menahan sesuatu. Aku langsung menarik penisku dari dalam dan ternyata kondom yang kugunakan pecah didalam.

Kami akhirnya tergeletak berdua di kasur.
Tono : “yank...sory...kondomnya pecah didalam”
Rency : “gak apa yank….Aku mau jadi ibu anak-anak kamu...”
Tono : “iya yank...aku tau...tapi jangan sekarang ya….”
Rency : “hihi...takut...jadi ya...hihi...lucu deh kamu yank...”
Tono : “iya...sebentar lagi kita lulus kuliah soalnya...habis itu bebas deh yank...hehe”
Rency : “tenang aja sayang...aku lagi jadwalnya aman kok...”

Tono : “iya tapi bersihin aja deh yank...ya….mmmuah...” aku pun mencium kening Rency.
Rency : “iya deh aku bersihin. Aku ke kamar mandi dulu ya.”
Karena kamar mandinya diluar, 1 rumah share 1 kamar mandi maka Rency harus keluar dari kamar dan posisi kamar mandinya harus melewati ruang tengah dulu.
Rency : “eh yank...aku keluar pakai apa nih.”
Aku mengambil handuk dari lemari Ramdan.
Tono : “pinjem handuk ini aja yank. Hehe” handuk yang kuberikan hanya bisa menutup sedikit diatas areola puting Rency dan sedikit dibawah pantatnya.

Rency : “beneran nih...didepan masih ada tuh didepan.”
Tono : “iya gak apa. Sudah gih yank...”
Rency : “ih nanti kalau diliatin?”
Tono : “tadi juga mungkin mereka dengar yank. Lagian sudah tau sama tau lah. Hehe. sudah gak apa apa.”
Rency : “ya sudah deh...”

Akhirnya Rency keluar dari kamar mandi dan melewati mereka (Aji dan Handy).
Handy : “duh yang habis enak-enak.” Handy nyeletuk melihat Rency lewat didepannya.
Rency : “eh iya han...hehe. Permisi dulu ya aku ke kamar mandi.” Rency segera berjalan agak cepat ke dalam kamar mandi dan aku memakai kembali celana ku kemudian keluar kamar ngobrol dengan Handy dan Aji.

Aji : “wah Ton...pelan-pelan kalau main.”
Tono : “aku kan pelan-pelan Ji. yang ngedesah daritadi kan Rency.”
Handy : “iya sih kedengeran dari sini. Parah kamu Ton.”
Tono : “ya habisnya sudah gak tahan aku sih...haha sudah lama gak pulang.”

Cukup lama sekitar 30 menit Rency akhirnya keluar dari kamar mandi dan sudah segar. Rency sekalian mandi ternyata barusan.
Rency : “eh yank...buruan gih mandi. Malah ngobrol sama Handy sama Aji. nih aku siapin dulu alat mandi mu. Aku tadi bawa buat kamu juga soalnya.”
Tono : “iya yank...aku mandi dulu ya gaes.” aku mengikuti Rency ke kamar dan mengambil alat mandi lalu ke kamar mandi dan Rency ganti baju didalam kamar. Karena iseng aku intip dari dekat kamar mandi, ternyata Aji dan Handy mengintip Rency yang sedang ganti baju lewat lubang kunci yang ada di pintu. Hal ini sungguh menegangkan. Membayangkan kalau tidak ada aku apa yang akan mereka lakukan ke Rency. Terlebih lagi Rency juga punya fantasy yang sama dengan ku.

Setelah aku mandi aku mengajak Rency jalan-jalan di sekitar kost Ramdan ini. Karena dekat dengan kampus jadi banyak juga cafe dan tempat untuk nongkrong. Rency juga sudah siap jalan-jalan mengenakan tanktop dan rok. Ternyata dia menyimpan rok nya yang aku request tadi pagi untuk jalan-jalan malam ini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd