Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

hmm... baek suzy kecakepan suhu. hahaha
image nya Intan itu kayak gini :
- Bidan
- kadang berjilbab (ini yang bikin susah cari modelnya)
- agak tinggi dan boobs nya menonjol
- kulit putih
- orang desa
- mukanya bikin sagne.

model kemaren sudah pas sih jadi galau ini apa ane crop setengah aja ya biar aman? hahaha
 
Terakhir diubah:
Fumika Baba boleh juga. mukanya cukup sagne in juga sih suhu. tapi kali aja ada lagi yang lain. hehe
btw makasih referensinya.
 
Terakhir diubah:
Ditunggu ya suhu. Sedang menulis chapter 01 nya. Haha
 
Terakhir diubah:
The EX 02 - Chapter 01
Timeline : 2011 Januari

--POV Tono--

Setelah putus dari Rency, aku menyibukkan diriku dengan hal lain. Sekarang aku mencoba berdagang kecil-kecilan di kota P*** bersama Ramdan. Ramdan yang menyewa tempatnya, untuk barang jualannya dari modal ku. Uang yang aku terima dari Nico kemarin. Dengan begini mungkin aku bisa menyibukkan diri dan melupakan Rency. Kenapa aku memilih kota P*** karena aku juga ingin menjauh dari Rency. Seperti ingin mereset hidup dengan memulai di tempat yang baru.

Aku juga sudah mulai membuka diri ke sosmed dan sudah memiliki akun FB dan menggunakan BB sekarang. Meski agak telat tapi dengan begini mungkin bisa mengenal lebih banyak orang. Terutama untuk “cari pacar lagi”. Setelah aku mengenal social media rasanya sangat membantu untuk mencari “teman”. Tak lupa aku memfollow sahabat-sahabat dari Rency walau cuma untuk sekedar tanya kabar. Aku tidak memfollow akun sosmed Rency tapi hanya memantaunya saja dan sepertinya dia sudah bahagia disana. Sempat ada rasa sesal ku saat melihat fotonya.

Aku mendapatkan kabar tentang Rency dari Fredy. Dia menceritakan anak Rency sudah lahir dan berjenis kelamin cowok. Kata Fredy anak nya mirip dengan Nico. (iya lah kan benih dari bapaknya Nico, masa iya gak mirip. Apa mungkin Rency gak cerita ke mereka ya.) pikirku. Dan juga Fredy mengabarkan kalau pesta pernikahan Rency dan Nico akan diadakan sabtu besok. Fredy juga mengatakan kalau Rency mengharapkan kehadiran ku disana. Kata Fredy, Rency masih belum bisa melupakan ku walau dia kecewa dengan keputusanku kabur saat ini.

Ramdan : “Ton. supply hari ini gimana? Tadi barangnya ada yang jelek ya.”
Tono : “iya Ram. besok-besok coba cari supplier lain dah. Ini barang ada beberapa yang reject emang.” kami berdua agak kesal dengan supplier kali ini. Tapi tidak bisa terlalu protes karena kota sekecil ini mendapatkan rekanan supplier yang cukup “OK” agak susah. Untung saja supplier yang ini masih menerima kembali barang yang reject. Tapi kalau keseringan juga gak enak rasanya. Seperti mengecewakan pelanggan juga.

Tono : “ada supplier lain gak si Ram?”
Ramdan : “ada sih, coba nanti kamu yang datengin Ton gimana? Alamatnya di jalan ***”
Tono : “ok Ram nanti sore dah.”
Ramdan : “eh iya ini ngomong-ngomong mau coba bikin warnet juga gak Ton? Garasi rumah ku bisa di pakai lho ”
Tono : “boleh deh. Aku juga ada dana masihan.”
Ramdan : “modalnya gak usah semua dari kamu Ton. patungan aja setengah-setengah. Ini juga gak pakai sewa kayak ini tempat.”

Tono : “emang perhitungan habis berapa?”
Ramdan : “bentar aku juga belum nge hitung sih.” memang dasarnya kami masih pemula dan ingin mencoba hal baru maka semua peluang bisnis ingin kami jalani. Yang sekarang dagang sembako sudah mulai jalan. Tiba-tiba Ramdan mengajak untuk buka warnet karena memang di desa ini sedang marak-maraknya warnet gaming. Tapi karena kami minim pengalaman maka tidak memikirkan resiko nya terlebih dahulu.

Setelah menghitung dengan awal bikin warnet ternyata modal dan hasil keuntungan berjualan cukup untuk membuat awal 10 PC dan 1 server.
Tono : “sip lah, mulai jalan minggu depan aja Ram. btw yang jaga siapa?”
Ramdan : “gampang itu, bisa kita gantian nanti sama ada pegawai bapak ku juga 1 orang.”
Tono : “nah yang ini gajinya nanti gimana?”
Ramdan : “gak usah di gaji, sudah ku tanyain Ton. dianya mau asal boleh internetan gratis. Hahaha”
Tono : “ok deh kalau gitu.”

Akhirnya kami sepakati untuk minggu depan mulai start membangun warnet. Barang-barang seperti PC dan Servernya kami kirim dari Surabaya karena lebih murah dibanding beli dari kota terdekat. Bisa dikatakan kota ini agak sepi dan kurang berkembang. Mall saja cuma 1 dan itu seperti pasar grosir tingkatannya kalau di surabaya. Untungnya banyak tempat nongkrong yang menjual kopi. Jadi kalau suntuk, aku dan Ramdan pergi kesana untuk sekedar menikmati kopi di malam hari. Tapi kalau aku sih tujuannya cari pacar lagi yang jelas.

Saat nongkrong gini Ramdan mengajak juga Rima (pacarnya), sedangkan aku cuma sendiri. Sering merasa seperti obat nyamuk ketika mereka berdua sudah ngobrol sendiri. Aku akui Rima cukup cantik, terlebih lagi di kota sekecil ini yang cewek cantiknya jarang bahkan hampir tak ada. Tetapi meski demikian ada 1 cewek yang membuatku tertarik, yaitu Intan.

Aku mencari-cari info tentangnya (Intan) dan menemukan sosmednya di FB. Tak pikir panjang aku pun memfollownya. Karena Intan tau aku temannya Ramdan akhirnya dia menerima request pertemanan ku. Dia ternyata bekerja sebagai bidan di salah satu rumah sakit bersalin disini. Ada 2 rumah sakit bersalin dan 1 rumah sakit umum kalau tidak salah di kota ini. Aku melihat status hubungannya ternyata saat ini dia single.

Dia (Intan) cukup cantik, bahkan lebih cantik rasanya dari Rima pacar Ramdan. Wajahnya rasanya adem kalau dilihat lama-lama. Posturnya cukup tinggi walau tidak setinggi Rasti, berjilbab, dan juga boobs nya cukup besar. Hal ini yang membuatku tertarik padanya. Tapi entah kenapa Ramdan seperti menghalang-halangi bila aku ingin berkenalan langsung dengan Intan. (Apa Ramdan sebenarnya juga suka dengan Intan?) pikirku. Tapi rasanya seperti sudah takdir. Aku berkenalan sendiri dengan Intan walau awalnya cuma lewat sosmed.

Kata Ramdan, hubungan pacaran Intan dengan mantan-mantannya tidak ada yang bertahan lama. Rata-rata sekitar 3 bulan saja sudah putus dan setelah itu Intan jadian lagi dengan yang lainnya. Lalu semua mantan Intan rata-rata “plat merah”. Menurutku mungkin saja ini karena terlalu sempitnya pergaulan di kota ini jadi dia belum menemukan cowok yang pas.

Setelah aku dan Intan berkenalan via sosmed akhirnya aku menanyakan pin BBM nya untuk chatting langsung.
Tono : “ping...”
Tono : “hai Tan...ini aku Tono...”
Intan : “iya Ton...kelihatan dari PP mu. Hehe. lagi apa?”
Tono : “biasa ini lagi jaga toko aja Tan. kalau kamu?”

Intan : “wah keren ya kamu, masih muda tapi sudah jadi pengusaha bareng sama si Ramdan. Ini aku masih di RS.”
Tono : “ah enggak juga. Cuma kebetulan aja modal nekat ini. Mending kamu ada gajian pasti tiap bulan. Kalau aku kan enggak.”
Intan : “eh Ton. nanti malam nongkrong yuk. Bisa?”

Tono : “bisa. Dimana?” (ini Intan kok rasanya agresif banget ya? Harusnya kan aku yang ngajakin duluan. Tapi ini malah dia yang ngajakin nongkrong.)
Intan : “di cafe **** dekat alun-alun ya. Jam 7 aku tunggu disana. Aku baru kelar shift sampai jam 6 soalnya.”
Tono : “oh ok Tan. sampai ketemu nanti ya.”
Intan : “ok Ton.”

Seperti mendapat angin surga aku hari ini, mood ku menjadi super gembira rasanya. Malah jadi senyum dan semangat melayani pembeli.
Ramdan : “kenapa nih Ton? Biasanya murung aja. Ini malah tumben semangat gak jelas. Haha”
Tono : “haha iya Ram. entar malem ada janjian soalnya sama cewek. Haha”
Ramdan : “halah… Intan ya?”
Tono : “iya siapa lagi? Emang ada cewek yang cakep lagi disini.”
Ramdan : “ada. Cewek ku si Rima.”
Tono : “yee...masa aku nge gebet cewek sahabat sendiri. Haha”
Ramdan : “ya sudah Ton kalau kamu nekat nge deketin si Intan. Sebagai sahabat aku sendiri juga senang kalau sahabatku bahagia. Tapi ya kalau bisa jangan lah sama si Intan.”

Tono : “tenang Ram, gak usah khawatir dah.”
Ramdan : “bukannya gitu, takutnya kamu dimainin sama Intan doang. Mantannya dari jaman SMA sudah banyak dia.”
Tono : “ya maklum aja kan dia emang cakep Ram. wajar dah kalau mantannya banyak. Setidaknya cuma mantan. Bukan pacarnya banyak kan?”
Ramdan : “iya sih Ton. ya sudah deh. Goodluck aja.”

Setelah itu aku melanjutkan jualan sampai jam 5 sore dan kembali terlebih dahulu ke rumah Ramdan untuk mandi dan siap-siap. Sedangkan Ramdan masih menjaga toko sampai jam setengah 7 malam. Karena aku sudah akrab dengan keluarga Ramdan, aku bisa masuk ke rumahnya sesuka hati. Orang tuanya juga sudah menganggap ku sebagai anak mereka juga.
Sekitar jam setengah 7 aku menuju ke cafe tempat ku janjian dengan Intan untuk menunggunya disana. Tak lama kemudian Intan juga sudah datang dengan masih memakai pakaian dinas nya diantar oleh temannya yang bernama Ningsih. Teman dari Intan ini ternyata cukup “menarik” juga walau tidak secantik Intan.

Intan : “eh sudah lama Ton disini?”
Tono : “enggak kok Tan.”
Intan : “ini kenalin teman ku. Si Ningsih. Aku nebeng dia hari ini soalnya.”
Tono : “hai Ningsih, panggil aja Tono.”
Ningsih : “oh ini Tan yang namanya Tono.” sambil bersalaman dengan ku. Aku sedikit bertanya-tanya. Apa yang sudah mereka obrolkan sebelumnya.

Tono : “oh ya, kalian mau pesan apa?” aku pun menawari untuk membelikan mereka sesuatu.
Intan : “aku capucino aja Ton”
Ningsih : “aku gak usah Ton, mau balik duluan. Ada urusan soalnya.”
Tono : “loh kok buru-buru? Intan juga?”
Intan : “aku sih enggak Ton. cuma ningsih aja yang mau balik. Hehe”
Tono : “oh ya sudah, nanti kamu pulangnya aku antar aja ya.”

Akhirnya aku ngobrol dengan Intan berdua setelah ningsih pulang.
Tono : “ini kamu baru balik kerja langsung kesini Tan?”
Intan : “iya Ton. tapi sudah mandi kok aku. Hehe. ini wangi kan?”
Tono : “hehe iya sih. Eh iya masa minum doang? Pasti laper kan?”
Intan : “enggak deh Ton, aku minum aja. Udah gendut aku. Lagi ngurangin makan malem.”
Tono : “hmmm masa sih? Kamu segitu ngerasa gendut?” aku yang melihat Intan yang “cukup seksi” ini seperti insecure dengan berat badannya. Padahal kalau aku bandingkan dengan Rency bisa dibilang jauh lebih kurus Intan.

Tono : “gak apa, aku pesen kentang goreng ya buat makan bareng.”
Intan : “ok deh Ton, terserah kamu aja.”
Akhirnya aku memesankan french fries, cemilan sambil kami ngobrol.
Tono : “eh ya, kamu masuk nya tiap hari Tan?”
Intan : “enggak sih, cuma 6 hari masuk, 2 hari libur. Tiap hari nya juga 2 hari shift malam, 2 hari shift pagi, 2 hari shift siang. Nah kebetulan hari ini aku shift siang Ton. Terus besok libur deh.”

Tono : “wah kalau gitu jadwal mingguannya gak pasti dong gerak terus.”
Intan : “iya Ton. kebetulan besok aku lagi libur nih. Hmm… kamu mau jalan gak?”
Tono : “boleh Tan. kemana?”
Intan : “ke pantai dekat sini aja. Gimana?”
Tono : “ok boleh, besok aku jemput pagi ya.”
Intan : “sip deh Ton.”

Akhirnya kami ngobrol tentang diri masing-masing semalaman. Typically seperti orang PDKT pada umumnya untuk mengenal masing-masing lebih personal. Intan seperti excited ngobrol denganku dan rasanya dia adalah cewek paling agresif yang pernah aku kenal. Dia selalu saja tersenyum melihatku. Entah mungkin ada yang aneh dengan ku atau dia sebenarnya juga tertarik kepadaku.

Sedangkan aku sendiri seperti tidak sepenuhnya fokus ke obrolan kami berdua. Karena aku teralihkan dengan “body” nya. Apalagi sekarang Intan masih mengenakan seragam rumah sakit tempatnya bekerja yang cukup press body. Seragam putih nya yang membuat area sekitar payudaranya membayang karena “kebesaran” walau rasanya “agak turun” tidak sekencang Rency.

Sekitar jam 10 malam aku menawarkan untuk mengantarnya pulang karena rasanya sudah larut malam. Terlebih lagi di kota sekecil ini. Jam 8 malam saja rasanya sudah jarang orang yang lalu lalang. Aku memboncengnya dengan sepeda motorku menuju ke rumahnya yang agak di pinggir kota. Sedikit masuk ke desa yang jalannya kanan kiri masih sawah. Agak ngeri juga sebenarnya karena jalanannya gelap dan sepi. Bukan ngeri karena takut ada hantu. Aku sendiri lebih takut sama begal daripada makhluk halus.

Dari Cafe tadi ke rumah Intan rasanya cukup jauh tapi ternyata cuma memakan waktu sekitar 30 menit saja. Kami pun masih asik ngobrol saat diperjalanan dan aku semakin yakin Intan juga suka dengan ku ketika dia memelukku erat di atas motor. Padahal kami masih baru pertama ini ngobrol lama. Sebelumnya kami juga sudah sempat berkenalan saat aku magang tahun lalu ke kota ini. Itu pun hanya say hello saja dan dikenalkan oleh Ramdan.

Saat dia memelukku di atas motor, rasanya aku sudah hampir tidak bisa menahan nafsuku lagi. Dipeluk erat tengah malam oleh wanita secantik ini membuatku “tegang”. Tapi aku masih bisa mengendalikan diri. Tidak sampai hati bila aku nekat memperkosanya sekarang. Untungnya ini tidak berlangsung lama dan kami akhirnya sampai di depan rumah Intan.

Intan : “makasih ya Ton sudah di antar pulang. Besok jangan lupa loh. Kita jalan-jalan.”
Tono : “ok Tan. aku jemput jam 8 besok ya.”
Intan : ”iya Ton...hati-hati ya pulangnya. Jangan nyasar loh. Haha”
Tono : “ya kalau nyasar aku balik aja kerumah mu Tan. haha”
Intan : “boleh boleh kalau mau nginep. Haha”
Tono : “serius?”
Intan : “iya boleh tapi kalau orang tua ku gak ada aja. Haha”
Tono : “hmm bercanda mulu nih. Ya sudah aku balik dulu ya. Malem Tan.”
Intan : “iya Ton. hati hati dijalan.”

Akhirnya aku pulang menuju ke rumah Ramdan dan baru sampai sekitar jam 11an. Lumayan dekat juga. Sekitar 45 menit ternyata kalau ngebut malam-malam gini. Sesampaiku di rumah Ramdan, ternyata ada notif BBM dari Intan.
“Met tidur Tono. jangan lupa mimpi indah ya… eh jangan indah deh. Mimpi Intan aja. Hehe”
Membaca chat ini membuat ku senyum senyum sendiri rasanya. (Ini cewek agresif banget ya. Tapi apa salahnya. Aku jomblo, dia juga jomblo. Sikat aja deh.) pikirku. Dan akhirnya ku putuskan untuk besok bila jalan-jalan kami lancar. Mungkin aku langsung “nembak” dia setelah dari sana.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd