Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 02
Timeline : 2011 Januari

--POV Intan--

Nama ku Intan, aku tinggal sedari kecil di kota P*** ini dan hanya saat kuliah saja aku keluar dari kota ini. Aku kuliah D3 di kota Malang jurusan kebidanan dan sekarang kembali lagi ke kota P*** untuk bekerja karena aku diharapkan untuk tetap di kampung halaman oleh orang tua ku. Orang tua ku beranggapan bahwa anak tertua nantinya akan menggantikan mereka bertanggung jawab ke adik adiknya dan bila orang tua ku sudah pensiun maka aku yang harus menjaga mereka.

Aku memiliki 2 orang adik, yang paling kecil bernama Kukuh (14th). dia masih sekolah di SMP kelas 2. dan yang satu lagi Hasan yang sudah kelas 3 SMA (18th) dan tahun ini akan lulus. Bapak ku (45th) bekerja di pabrik dekat sini dan ibu ku (38th) seorang guru SD. Sebenarnya keluargaku bukan keluarga yang tidak berkecukupan dan tidak harus aku yang membantu ekonomi di keluarga. Ibu ku masih memiliki warisan dari kakek nenek berupa sawah yang cukup luas dan bapak ku punya usaha kolam pemancingan ikan. Bahkan di halaman rumahku ada kolam ikan yang terkadang hasilnya sering dimakan sendiri dirumah karena untuk dijual juga sudah berlebihan.

Tetapi karena memang sudah tradisi di daerahku ini yang mengharuskan anak tertua bertanggung jawab untuk keluarga kedepannya membuatku harus menetap di kota ini. Mau tak mau sekarang akhirnya aku menetap disini. Masing tinggal dengan kedua orang tua ku dan dua adik ku. Adik ku yang nomor 1 ingin kuliah di dekat sini juga setelah lulus SMA. OK intro tentang latar belakang keluargaku cukup sampai disini dulu.

Aku berkenalan pertama kali dengan Tono, tahun lalu saat dia masih magang dengan Ramdan. Saat itu aku sudah tertarik dengannya dan rasanya dia juga tertarik kepadaku. Tetapi karena aku punya pacar maka aku tahu batasan batasan ku. Pacar ku saat itu bernama Dwi yang bekerja sebagai pegawai negeri di kota ini. Jadi saat itu dengan Tono cuma say hello dan berkenalan biasa. Aku jadi semakin tertarik dengan Tono karena di usianya yang masih muda ini dia berani mengambil resiko untuk menjadi pengusaha. Walau masih kecil-kecilan katanya.

Ngomongin soal pacaran, entah kenapa teman-teman ku seperti menganggapku sebagai cewek gak bener. Tapi tidak semua teman ku demikian. Hanya karena aku tidak tahan lama berpacaran saja, mereka menganggapku seperti itu. Memang hubungan ku rata-rata hanya bertahan sekitar 3 bulanan. Dengan Dwi saja saat itu hanya bertahan 3 bulan lebih 1 minggu. Tapi aku putus dengan mantan-mantan ku tidak semuanya karena salahku. Ada juga yang hanya memanfaatkanku saja. Ada juga yang memutuskanku karena sudah bosan dengan ku. Yang paling parah bahkan aku hanya dijadikan bahan taruhan.

Saat itu kejadiannya ketika aku masih SMA. Pernah dijadikan bahan taruhan yang bisa menjadi pacarku akan diberi sejumlah uang. Bodohnya aku menerima salah 1 dari mereka dan dia memutuskan ku setelah 2 bulan berpacaran. Setelah dia “puas” berpacaran dengan ku, dia lalu memutuskan ku. Kebanyakan mantan-mantan ku seperti itu. Walau tidak dipungkiri ada juga yang baik dan benar-benar cinta padaku.

Mungkin karena aku sering bergonta ganti pacar, mereka menganggapku sebagai cewek murahan. Terlebih lagi di kota sekecil ini yang kebanyakan masih berpikiran kalau yang aku lakukan ini adalah hal buruk. Karena kebanyakan dari mereka kalau sudah pacaran ya sudah sama saja seperti mengikat janji suci pernikahan. Meski berantem dan hubungan sudah tidak baik, mereka akan menjalani itu sampai menikah nanti.

Memang tidak dipungkiri ketika berpacaran biasanya selalu “berbuat” dan juga libido ku cukup tinggi. Rasanya status pacaran sudah menjadi hal yang cukup untuk bebas berhubungan sex sekarang. Aku pertama kali pacaran saat kelas 2 SMP. Sebenarnya mantan pertama ku ini, walau bisa dibilang masih jaman cinta monyet tapi bertahan cukup lama sampai kami lulus SMP. (detail masa lalu tidak diceritakan karena pasal underage)

Hari ini karena aku libur, aku mengajak Tono untuk jalan-jalan ke pantai di dekat sini. Sebenarnya juga tidak dekat sih sekitar 1 jam perjalanan cuma masih masuk 1 kota. Aku berinisiatif duluan karena jujur saja aku tertarik kepadanya. Jam 9 tepat Tono sudah datang menjemputku dirumah.
Tono : “assalamualaikum...”
Intan : “walaikum salam Ton...yuk langsung. Aku sudah nungguin nih. Hehe”
Tono : “wah tumben nih gak pakai jilbab. hehe bapak ibu mu mana Tan? Mau pamit dulu nih. Masa ngebawa anak orang gak pamit. Hehe”
Intan : “bapak sudah berangkat ke pabrik, ibu juga sudah ngajar di sekolah. Mau mampir kah? Sekolahnya deket lho.”
Tono : ”boleh deh. Yuk.”

Ternyata Tono cukup gentle juga. Dia mau bertemu orang tua ku dulu untuk ijin sebelum mengajakku keluar. Sekitar 10 menit kemudian sudah sampai di SD tempat ibuku mengajar. Aku langsung mengajak Tono masuk kebetulan juga jam istirahat sekolah.
Intan : “ibuukk...”
Bu Ratmi : “loh nduk tumben kesini.”
Intan : “iya buk ini mau ijin dulu jalan-jalan. Kenalin ini namanya Tono.”
Tono : “pagi bu. Maaf saya belum mengenalkan diri semalam pas nganter intan pulang. Nama saya Tono bu.”

Bu Ratmi : “oh iya nak Tono. kok saya baru liat ya mukanya. Bukan orang sini ya?”
Tono : “iya bu. Saya dari Surabaya. Teman saya yang asli kota ini. Si Ramdan. Itu teman SMA nya Intan.”
Bu Ratmi : “oh kalau si Ramdan ibu kenal.”
Daripada ibuku malah mengajak Tono ngobrol dan semakin lama, akhirnya aku menarik tangan Tono untuk segera pergi.
Intan : “ngobrolnya nanti aja Buk kalau mau introgasi. Hehe keburu panas nih.”
Tono : “eh iya Tan. Bu saya izin dulu ya mau ngajakin Intan jalan-jalan.”
Bu Ratmi : “iya nak Tono. hati-hati.”

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke pantai.
Tono : “eh Tan...tadi gak apa apa tuh?”
Intan : “gak apa gimana Ton?”
Tono : “iya tadi. Aku ngerasa gak sopan aja ke ibu mu Tan. Langsung kita tinggal gitu aja padahal ibu mu masih ngajakin ngobrol tadi kayaknya.”
Intan : “ah gak apa kok itu Ton. kalau gak gitu bisa ngobrol seharian sama ibu ku. Hehe”
Tono : “hmm begitu ya… ya sudah deh. Itu pantainya ya?”
Intan : “iya Ton.”

Akhirnya aku dan Tono sudah sampai di pantai ini dan kami pun berjalan-jalan. Aku dan Tono jajan bakso berdua sambil liat ombak. Tiba-tiba…
Tono : “eh Tan… jadian yuk.”
Intan : “eh...uhuk uhuk...keselek aku Ton.” aku yang sedang makan bakso tiba-tiba kaget.
Tono : “hehe sory kaget ya. Gak Romantis juga aku nembak pas lagi makan bakso berdua gini di tepi pantai.” tiba-tiba Tono menaruh mangkok baksonya dan jongkok disebelahku sambil memegang tangan ku.
Tono : “kamu mau gak jadi pacarku tan?”

Intan : “eh eh...bentar bentar...” aku masih kaget. Karena aku juga sebenarnya mengharapkan ini tapi entah kenapa Tono yang inisiatif duluan secepat ini.
Tono : “jadi aku ditolak kah?”
Intan : “emmm… enggak Ton. aku juga mau kok jadi pacarmu. Hehe. sudah makan lagi baksonya keburu gak enak entar.”
Tono : “kalau makan sama kamu masa sih gak enak. Hehe”
Intan : “dih gombal deh. Baru aja jadian sudah di gombalin aku. Haha”

Akhirnya hari ini aku resmi pacaran dengan Tono. Padahal baru kemarin dia PDKT dengan ku. Aku sendiri juga gak bisa membohongi diriku kalau aku sudah tertarik dengan Tono sejak pertama kali kami kenalan. Aku berjalan-jalan di pantai berdua dengannya sampai sore. Walau panas-panas saat siang. Tapi saat berjalan-jalan Tono dan aku menemukan sesuatu saat kami berjalan ke ujung pantai yang agak rimbun dengan semak-semak dan ada sesuatu disana.

Intan : “eh Ton. jangan kesana.”
Tono : “kenapa Tan?”
Intan : “itu kamu gak lihat? Ada baju gelantungan di semak-semak.”
Tono : “iya aku lihat. Terus?” nampaknya Tono tidak mengerti. Lalu aku membisikkan sesuatu.
Intan : “ada yang lagi ngesex disana Ton. tuh semak semaknya goyang goyang.”

Tono : “oh i see… baru sadar aku Tan. hehehe”
Intan : “tuh kan semak semaknya goyang goyang. Hihi jangan ganggu mereka deh.”
Tono : “ngintip yuk.”
Intan : “ih jangan… nanti kamu pengen lho.”
Tono : “kan ada kamu. Hehe”
Intan : “dasar. Kamu nih mesum juga ya ternyata. Kirain polos. Haha”

Tono : “eh yuk Tan… pelan pelan aja liatnya.”
Intan : “enggak ah… malu yank… liatin orang...” aku pun menahan Tono agar tak jadi mengintip orang yang sedang “berbuat” di semak-semak.
Tono : “hemm...ya sudah deh… akhirnya aku di panggil yank juga.”
Intan : “eh eh...iya...kan sudah jadian...hehe udah yuk yank. Balik aja yuk keburu maghrib nanti.”

Tono : “iya deh yank… yuk balik.”
Intan : “yuk yank...mmmuuuah...” aku pun mencium pipi Tono dan dia pun tersenyum.
Intan : “ih senyum senyum...haha mupeng apa seneng?”
Tono : “dua dua nya. Hehe”
Intan : “hmm…lucu deh kamu. Mmmuuuah...” aku mencium nya lagi. tiba-tiba Tono membalas ciuman ku dan akhirnya bibir kami bertemu. Kami pun saling tersipu malu. Maklum hari pertama jadian. Setelah itu Tono mengantarku pulang.

Di jalan kami berbincang-bincang.
Tono : “besok libur juga yank?”
Intan : “iya yank. Eh iya lupa aku. Kamu hari ini gak jaga toko?”
Tono : “enggak, aku sudah bilang ke Ramdan kalau hari ini minta dia yang jaga sendirian. Soalnya aku ada acara ngedate sama kamu. Hehe”

Intan : “gak apa nih? Aku juga lupa nanyain lagi yank. Maaf maaf.”
Tono : “iya gak apa yank. Besok sore aku kerumah ya. Main. hehe”
Intan : “hmm pagi aja gimana?‘
Tono : “boleh kalau pagi sebentar sambil cari sarapan bareng gimana?”
Intan : “gak usah cari sarapan. Aku masakin aja buat kamu besok.”
Tono : “oh ok deh yank.”

Setelah sampai dirumah…
Intan : “nah itu bapak ibu ku sama adik adikku sudah balik sekolah. Masuk dulu yank.” setelah itu aku memperkenalkan Tono ke bapak ku.
Tono : “sore pak. Perkenalkan saya Tono.”
Pak Iman : “iya Tono.”
Bu Ratmi : “masuk nak Tono”
Tono : “iya bu.”

Intan : “nah yang itu adik adik ku, yang gede namanya Hasan, yang kecil namanya Kukuh.”
Hasan : “Hasan...” sambil Hasan menyalami tangan Tono diikuti oleh Kukuh.
Hasan : “pacar baru nih mbak?”
Intan : “hus… iya sih. Hehe”
Hasan : “hmmm...pantes rasanya kok girang banget.”

Tono : “eh ya pak, bu, Tan… saya pamit pulang dulu ya.”
Bu Ratmi : “kok buru buru nak Tono?”
Tono : “iya bu. Mau bantuin Ramdan tutup toko dulu. Sudah jam segini.”
Bu Ratmi : “oh ya sudah hati-hati nak dijalan. Sudah mau maghrib juga lho.”
Tono : ”iya bu terimakasih”
Pak Iman : “loh kok buru-buru, barusan mau saya ajakin maghriban dulu.”
Tono : “iya pak. Hehe saya ada urusan. permisi pak bu...”

Setelah itu Tono pun pulang dan aku di introgasi oleh ibu dan bapak ku.
Pak Iman : “itu tadi pacar barumu beneran nduk?”
Bu Ratmi : “sudah resmi?”
Intan : “hehe iya pak bu. Barusan aja.”
Bu Ratmi : “bukannya kamu cerita baru kemarin ketemu? Yakin kamu?”
Intan : “ketemunya sudah lama kok buk. Dari agustus tahun lalu deh kalau gak salah. Dikenalin sama Ramdan.”

Pak Iman : “terus aslinya mana?”
Intan : ”dari surabaya pak. Disini dia buka Toko sama Ramdan. Wirausaha gitu deh.”
Pak Iman : “tumben… biasanya pacarmu kan PNS kalau gak angkatan nduk.”
Intan : “ya kan aku gak matrek pak. Masa iya harus cari yang kayak gitu terus. kalau cocoknya sama yang ini gimana?”
Pak Iman : “ya sudah. Pesan bapak kalau bisa kamu cepet-cepet nikah ya nduk. Sudah usia diatas 20 dan juga kamu sudah punya penghasilan kan.”
Intan : “iya deh pak aku usahain. Aku mau mandi dulu ya pak buk.” lalu aku pun pergi ke kamarku yang berada di paling belakang dekat dengan kamar mandi dan dapur.

Aku sedikit bete sebenarnya bila dipaksa nikah oleh bapak ku. Karena cewek di desaku ini kebanyakan kalau sudah lulus SMA langsung menikah. Ibu ku saja menikah dengan bapak ku saat masih SMA. Sedangkan aku berulang kali menjalin hubungan selalu gagal dan ujung-ujungnya sampai sekarang belum ada yang melamarku. Usia diatas 20 belum menikah sama dengan aib kalau di desa ini. Seperti perawan tua katanya. Tidak laku-laku. (padahal aku sendiri sudah tidak perawan.)

Akupun ganti baju di dalam kamar dan bersiap-siap untuk mandi. Biasanya aku dirumah hanya mengenakan daster terusan panjang.
Intan : “auch… Hasan… jangan iseng deh...” ada yang menepuk pantat ku dari belakang. Aku sudah tau siapa lagi yang se usil ini. Pasti si Hasan adik ku yang pertama.
Hasan : “hehe… mbak tadi habis ngapain aja hayo sama mas Tono...”
Intan : “cuma jalan-jalan doang ini tadi. Kepo deh. San… tangannya jangan nakal.” aku yang masih menghapus make up ku ini mulai di raba-raba oleh Hasan. Dia meraba-raba pantatku dan mulai menggesek-gesekkan penisnya yang sudah tegang di belahan pantatku yang masih tertutup dengan daster yang kukenakan sekarang.

Intan : “san sudah deh. Mbak mau mandi. Ada bapak sama ibuk tuh. Jangan nakal deh.”
Hasan : “bentar aja deh mbak.”
Intan : “San ! ” aku berbalik badan dan membentak adik ku.
Hasan : “iya deh mbak.”
Akhirnya Hasan keluar dari kamarku dan aku pergi mandi. Hasan ini memang “nakal” karena maklum saja masih ABG dan nafsunya kadang gak bisa dikontrol.

Aku sebagai kakak terkadang “membantunya” untuk memuaskan nafsunya dan juga bisa sekalian mendidik adik ku ini tentang sex education agar dia tidak kebablasan di luar sana dengan pacarnya. Sebagai orang yang bekerja di bidang ini, aku cukup ahli untuk memberikan “pengetahuan” itu ke adik ku dan malah berujung menjadi skandal ku dengan adik tertua ku ini bila bapak dan ibu sedang tidak dirumah.

Semua berawal dari hilangnya foto ku yang kuletakkan dikamarku. Ternyata aku temukan di kamar adikku (Hasan) ini saat aku bersih-bersih rumah dan digunakan olehnya untuk objek onani. Aku menegur adik ku dan sejak itu aku memberinya “sex education” agar dia tidak salah arah. Terlebih lagi libidoku juga cukup tinggi dan tak bisa hanya menggantungkan pada pacarku saja.

Di desa ini memang bila sudah lulus SMA biasanya sudah menikah karena para orang tua menganggap bila tidak dinikahkan maka akan berbahaya. Bisa saja kejadian hamil diluar nikah dan memang itu sering terjadi. Aku memaklumi hal itu karena perubahan hormon saat pubertas bisa memicu semua hal itu.

Terlebih lagi pendidikan sex masih tabu di desa ini. Akhirnya anak-anak yang baru memasuki usia pendewasaan “mencari tahu” sendiri akan hal itu. Dan para orang tua yang kolot akhirnya memilih jalan untuk menikahkan anak anak mereka di usia yang masih belia. Untuk urusan ekonomi, mereka sangat tidak memikirkan itu kedepannya karena rata-rata disini penghasilan dari buruh pabrik sudah sangat cukup untuk kehidupan sehari-hari. UMR di kota ini hanya 1 juta rupiah saja. Kalau tidak jadi pekerja pabrik, mereka juga bisa berdagang di pasar atau bertani. Melanjutkan pekerjaan orang tua mereka.


--POV Tono--
Tidak kusangka aku bisa jadian dengan Intan secepat ini. Padahal bisa dibilang ketemu dan ngobrol baru kemarin malam. Tapi hari ini aku sudah berpacaran dengannya. Rasanya Intan ini sangat agresif. Ini membuatku senyum senyum sendiri gak jelas.
Sesampaiku di toko…
Ramdan : “ciyeh….datang datang senyum senyum. Haha. lancar Ton?”
Tono : “lancar Ram. hehe sudah jadian aku juga. Tadi nekat aku tembak dan diterima.”
Ramdan : “hahaha. Selamat deh Ton. seneng aku juga kalau sahabat ku sudah gak nangis-nangis gak jelas malam-malam. Haha”
Tono : “najis lu.. Haha. ya maklumin aja kan masih inget Rency kemarin.”
Ramdan : “emang sekarang sudah bisa lupain Ton?”
Tono : “ya enggak sih. Haha”

Ramdan : “ya sudah selamat aja ya. Kapan ni traktiran?”
Tono : “baru jadian juga sudah di pajakin ini. Besok deh aku bawain masakan Intan. Katanya dia pagi mau masak. Jam 8 ku kerumahnya sebentar ya. Eh lusa jadi gantian gak?”
Ramdan : “jadi. Gantian aku yang jalan-jalan sama Rima. kamu jaga toko. Haha”
Tono : “ok Ram… ya sudah ku bantuin itungan penjualan hari ini.” aku memang sudah sepakat gantian jaga toko agar hari ini bisa jalan-jalan dengan Intan dan lusa aku jaga toko sendirian.

Ramdan : “hati hati Ton. kalau sudah sama Intan ya.”
Tono : “emang kenapa ya Ram? Kok aku penasaran jadinya kamu wanti-wanti banget gini.”
Ramdan : “sudah tau kan mantannya banyak?”
Tono : “iya? lalu?”
Ramdan : “kalau sampai mantan-mantan nya mutusin kan berarti ada yang gak beres Ton. bisa aja personality nya bermasalah kan. Bayangin aja kalau gak ada apa apa kan gak mungkin putus cepet kan. Rata-rata cuma bertahan 3 bulanan lho.”
Tono : “ya kali aja belum nemu yang pas. Ntar ku buktikan kalau aku bisa langgeng sama Intan. haha” disini aku masih keras kepala dan tidak menghiraukan peringatan dari sahabat ku ini.

Ramdan : “ya sudah kalau nekat. Haha… cuma sebagai sahabat mengingatkan aja Ton.”
Tono : “terus ada isu apa lagi tentang Intan?”
Ramdan : “hmm kalau aku denger dari omongan orang ya. Gak tau bener atau enggaknya. Dia itu gampang ngamuk sama sangean Ton.”
Tono : “haha. Masa sih. Kalau sange an kayaknya iya sih. Tapi itu kalau gampang marah kayaknya aku sih ragu.”
Ramdan : “iya deh yang lagi dimabuk cinta hahaha.”

Setelah itu kami lanjut cek stok barang dan setelah itu pulang ke rumah Ramdan...

NB : skandal Intan dengan adiknya saat sebelum umur 18 tahun tidak akan diceritakan karena nanti kena pasal dan juga kejadiannya sebelum bersama Tono. tapi “mungkin” akan diceritakan skandal mereka saat Intan bersama Tono karena pasal underage aman untuk usia lebih dari 17 tahun.
 
Terakhir diubah:
Ga ada suhu, saya cuma penikmat cerita...
Kebanyakan kritik, mang ini koran TEMxx
Kebanyakan saran mang ini Komisi Anu ?

Yg penting ceritanya mengalir sampai tamat, mulustrasinya padat, dan kontol bisa ngaceng dengan baik itu lbh dr cukup dripada kebanyakan minta ini itu
 
Ga ada suhu, saya cuma penikmat cerita...
Kebanyakan kritik, mang ini koran TEMxx
Kebanyakan saran mang ini Komisi Anu ?

Yg penting ceritanya mengalir sampai tamat, mulustrasinya padat, dan kontol bisa ngaceng dengan baik itu lbh dr cukup dripada kebanyakan minta ini itu
hehe gak apa suhu.
ane malah pengen para pembaca ikutan involve ke story biar gak jadi 100% real doang dari pengalaman Tono.
selama tidak merusak story utama bakalan ane pertimbangin ke story sih suhu.
awalnya ngasih span 50% buat masukan/kreasi pembaca. tapi di arc1 kemarin malah masih jadi 95% real. haha
jadi para pembaca juga bisa nyumbang masukan/kritik/saran biar makin rame gitu. hahaha
btw thanks buat masukkan nya barusan. untuk mulustrasi gak bisa sepadat thread sebelum nya yg kena PK.
padahal dulu per post bisa ane kasih mulustrasi.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd