Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 04
Timeline : 2011 Januari

--POV Tono--

Pagi ini aku mengantarkan Intan ke RS bersalin tempatnya bekerja. Jam 5 pagi aku sudah sampai di depan rumah Intan dan dia sudah menungguku di halaman depan rumahnya.
Intan : “yank… yuk berangkat.”
Tono : “ok, aku pamit dulu deh ke ortumu.”
Intan : “gak usah yank. Langsung aja. Ibu lagi masak di belakang. Bapak lagi mandi.”
Tono : “beneran nih gapapa? Gak enak aku yank nanti dikira gak sopan.”
Intan : “udah gak apa. Ayo berangkat aja yank.”
Tono : “ya udah deh kalau gitu.”

Rasanya agak aneh saja kalau seperti ini, tidak pamit ke ortu nya padahal aku juga cuma ingin meninggalkan kesan baik saja. Karena ini juga masih awal, aku tidak ingin memulai dengan kesan yang tidak sopan seperti ini. Ataukah ini sudah kebiasaan di keluarga nya kalau keluar rumah tidak ada yang pamit. Aku juga kurang paham untuk ini. Aku kira karena orang desa, mungkin masih ada etika atau unggah ungguh ke orang yang lebih tua. Tapi rasanya beberapa hari ini setelah aku jadian dengan Intan dia seperti “kurang” etikanya ke ortunya. Mungkin baru awal juga aku belum mengenal sepenuhnya. Bisa saja memang dia sekeluarga demikian.

Setengah jam kemudian akhirnya kami sampai di depan RS dan bertemu teman 1 shift Intan juga yang selesai shift malam. Intan memperkenalkan ku kepada mereka.
  1. Ningsih (23th) bidan
Tinggi 165cm, berat badan 60kg. Berkulit kuning langsat lebih gelap daripada Intan. Meski sebenarnya juga bisa dibilang putih. Hanya saja Intan masih lebih putih lagi. Postur tubuhnya kurang lebih mirip dengan Intan tapi dengan payudara yang lebih kecil dan pantat yang lebih besar. Seperti buah pir. Ningsih merupakan partner jaga Intan yang paling sering dapat jadwal bersama.
  1. Indra (23th) perawat
Tinggi 170cm, agak kurus dan berkulit gelap. Indra adalah suami dari Ningsih dan juga mantan dari Intan. Dulu di awal-awal kerja kata Intan, Indra pacaran dengannya. Namun akhirnya menjatuhkan pilihan ke Ningsih. Mereka juga baru menikah tahun lalu.
  1. Lisa (22th) bidan
Tinggi 160cm, berat badan sekitar 50kg agak kurus, berkulit agak putih seperti Intan. Kata Intan, Lisa ini agak sombong orangnya.
  1. Ratna (21th) bidan
Tinggi 160cm, berat badan sekitar 60kg agak montok dan posturnya mirip dengan Ningsih.
Sebenarnya masih ada lagi beberapa teman Intan yang lain nya tapi saat ini yang bertemu denganku baru 4 orang ini saja.

Hari ini Intan 1 shift lagi dengan Ningsih dan Indra untuk bagian perawatnya menggantikan Lisa dan Ratna yang shift malam. Menurutku diantara teman-teman Intan, memang rasanya Intan yang paling cantik dan juga boobs nya paling besar menurutku. Meski Ningsih bisa dibilang tidak kalah cantik juga dibanding Intan tapi aku penasaran kenapa Indra lebih memilih Ningsih daripada Intan. Jelas-jelas kata Intan tadi kalau Indra itu mantannya. Bahkan dia mengatakan didepan Ningsih dan juga Indra sendiri. Anehnya seperti tidak ada rasa cemburu juga di Ningsih ketika Intan ceplas ceplos seperti itu.

Beberapa hari setelah pacaran dengan Intan rasanya mulai terlihat pelan-pelan sifat aslinya. Intan terlalu ceplas ceplos kalau ngobrol dengan orang yang sudah dia kenal dan seperti tidak ada rem nya. Terus seperti agak kurang dalam tata krama ke orang yang lebih tua. Aku khawatir bila dia aku kenalkan ke ibuku, bisa-bisa beliau tidak memberi izin lagi. Untuk saat ini mungkin baru itu sifat negatif dari Intan yang aku temukan.

Tono : “eh yank. Aku balik dulu ya ke Toko.”
Intan : “iya yank ati-ati. Jangan lupa jemput aku lagi ya jam 3 sore. Gak usah buru-buru. Sampai sini jam 4 juga gak apa.”
Tono : “ok yank. Nanti jam 3 an deh aku meluncur kesini.” setelah itu aku ke toko dan Ramdan sudah disana. Kami membahas lagi persiapan untuk membuka warnet. Besok barang-barang sudah sampai dari Surabaya dan siap dirakit. Tempatnya juga menggunakan garasi kosong di rumah Ramdan yang sering kupinjam untuk memarkir mobilku.


--POV Intan--
Hari ini aku di antar jemput oleh Tono. Bukannya aku gak bisa berangkat sendiri sebenarnya. Ada motorku juga dirumah yang biasanya aku pakai. Hanya saja aku ingin bermanja-manja ke Tono. Tapi nampaknya hari ini Tono tidak sehangat biasanya. Apa karena ada yang salah dari aku ya. Mungkin karena tidak pamitan dengan ortuku tadi. Aku yang sudah biasa seperti ini rasanya biasa saja. Bapak ibu ku juga kalau keluar tidak bilang-bilang dulu kecuali kalau keluar kota.

Di RS aku juga mengenalkan Tono dengan teman-teman ku. Hari ini aku dapat jadwal shift bersamaan lagi dengan Ningsih. Tono agak kaget ketika aku bilang Indra (suami ningsih) itu dulu mantan ku. Setelah itu aku checklist absen dulu sambil ngobrol dengan Ningsih.
Ningsih : “Tan. itu tadi kamu ngomong kayak gitu si Tono gimana Tan?”
Intan : “haha biarin. Kebiasaan ku cablak kayak gini masa iya aku harus berubah. Kamu juga biasa aja kan ning.”
Ningsih : “iya sih kalau kita-kita sudah tau sifatmu gimana Tan. tapi kan mas Tono mu kali aja kaget liat kamu kayak gitu.”
Intan : “iya iya deh buk...yang sudah nikah. Makasih loh nasehatnya haha. Sudah sudah kerja kerja.”

Sebenarnya mantan ku di rumah sakit ini bukan cuma Indra. Tapi ada juga dokter Alvin. Sebelumnya aku lebih dulu berpacaran dengan dokter Alvin dan karena banyak masalah akhirnya aku tidak lanjut dengannya. Setelah itu baru pacaran dengan Indra. Tapi dengan Indra juga tidak berlangsung lama karena ternyata Indra juga suka dengan Ningsih. Setelah itu aku baru pacaran dengan Dwi dan akhirnya putus juga lalu menjomblo cukup lama sebelum akhirnya pacaran lagi dengan Tono.

Dokter Alvin terlalu cemburuan dengan ku karena aku gampang sekali akrab dengan lawan jenis. Bahkan dia sempat bilang aku terlalu ganjen dengan cowok. Sedangkan aku juga biasa saja rasanya. Memang aku gampang banget akrab sama orang bahkan dengan pasien-pasien disini. Hal ini memicu seringnya pertengkaran kami dan akhirnya hubungan ku dengan Dokter Alvin hanya bertahan 2 bulanan saja.

Setelah aku putus dengan dokter Alvin, di RS kami sudah biasa-biasa saja seperti partner kerja saja. Buat ku sudah tidak ada rasa canggung atau apa apa lagi. Sudah seperti partner biasa. Sebenarnya kedudukan dokter di RS ini malah seperti atasan sedangkan para bidan seperti aku ini lebih seperti ke perawat.

Hari ini kerjaan agak senggang karena belum ada tindakan untuk kelahiran. Jadi kalau sudah sepi begini cuma keliling cek pasien dan juga ngerumpi saja sama Ningsih.
Ningsih : “Tan. hati-hati sama si Ratna. Mulutnya dia itu loh.”
Intan : “emang dia ngomong apa Ning?”
Ningsih : “loh kamu gak tau tah? Kalau dia itu suka gibahin kamu.”
Intan : “kalau di gibahin sih sudah biasa Ning. emang ngomong apa sih?”
Ningsih : “iya katanya, kamu sering godain suami pasien masa.”

Intan : “hah? Masa dia bilang gitu?”
Ningsih : “iya tan. Jangan kaget gitu. Pelan-pelan aja suaranya.”
Intan : “hehe maaf gak sengaja. Habis kaget aku. Terus-terus?”
Ningsih : “ya sudah gitu aja, hati-hati Tan. jangan terlalu baik sama Ratna.”
Intan : “iya deh. Gak usah dipikirin juga itu Ning. sudah biasa aku dibilang kayak gitu kan.”
Ningsih : “iya sih Tan. yuk lah keliling cek pasien.”

Sebenarnya aku kaget tadi, bukan karena gunjingan dari Ratna. Tapi lebih ke darimana dia tahu. Apa dia pernah memergoki aku? Tapi rasanya tidak mungkin. Memang aku akui sempat beberapa kali ada affair dengan suami pasien. Itu karena aku merasa kasihan kalau mereka tidak bisa melampiaskan karena memang istrinya sedang tidak boleh disetubuhi. Aku memikirkan ini sampai-sampai melamun saat mengambil infus untuk pasien hari ini.

Plakk…. Ada yang menepuk pantat ku dari belakang dan membuyarkan lamunan ku.
Intan : “auch… Indra… jangan nakal deh. Di Lihat istrimu nanti lho.”
Indra : “haha, maaf Tan. habisnya kamu kayak ngelamun gitu. Kenapa emang?”
Intan : “gak ada apa apa kok. Cuma gak fokus aja nih aku ndra. Eh ndra...mmmmhhhh...” Indra mencium dan mendorongku ke rak obat-obatan. Aku pun berusaha mendorong Andri menjauh.

Intan : “ndra… jangan sekarang deh. Ada Ningsih tuh nanti ketahuan.”
Indra : “ih biasanya mau aja Tan. sebentar aja dong.”
Intan : “ini infusnya mau di pakai. Nanti aja deh ndra. Bisa gawat nanti kalau dicariin gara-gara infusnya gak datang-datang.” aku berjalan keluar dari ruang penyimpanan obat-obatan menuju ke ruang pasien meninggalkan si Indra. Di ruang pasien aku mengganti infus tadi yang kubawa.

Ningsih : “lama amat Tan ganti infusnya?”
Intan : “iya tadi ada gangguan teknis sebentar. Pas ambil infus ada TIKUS.” aku agak mengeraskan suaraku biar Indra mendengarnya.
Ningsih : “duh bahaya, gudang obat kok ada tikusnya. Bilang sama pak Pri deh buat bersihin.”
Intan : “iya nanti aku bilang biar dibersihin sekalian.”
Akhirnya aku melanjutkan pekerjaan ku dan aku seharian bersama Ningsih karena aku sedang malas hari ini untuk berbuat dengan siapapun.

Sebenarnya bukan aku saja yang punya skandal di RS ini, tapi Ratna juga. Aku sempat memergokinya sore-sore keluar dari ruang kosong sama dokter Danu. (Sedikit gambaran, dokter Danu ini sudah cukup senior dengan usia kisaran 50 tahun. Walau begitu beliau badannya masih cukup atletis). Setelah aku cek hawanya bekas orang bersetubuh disana. Aku yang kepo akhirnya saat itu mengecek tempat sampah dan benar ada bekas kondom disana. Apa jangan-jangan Ratna tau kalau aku sempat memergokinya saat itu dan jadi dendam dengan ku lalu berusaha membuka skandal ku...
 
Terakhir diubah:
The EX 02 - Chapter 05
Timeline : 2011 Januari
-6 hari setelah Chapter 04-

--POV Intan--

Hari ini aku shift terakhir buat minggu ini dan ketepatan jadwalnya untuk shift malam. Kebetulan juga shift kali ini aku bersama Ratna. Orang yang selalu menggunjingkan ku dibelakang, kata Ningsih. Padahal saat ngobrol dengan ku orangnya juga seperti tidak ada apa-apa. Entah benar atau tidak yang dikatakan oleh Ningsih. Tapi memang aku lebih percaya dengan Ningsih dan harus hati-hati dengan Ratna.

Pagi : 6 pagi - 3 sore
Sore : 3 sore - 11 malam
Malam : 11 malam - 6 pagi

Ratna : “eh tan. Tau gak. Ada pasien baru masuk lho tadi.”
Intan : “iya ini baru baca catatan nya aku. Emang kenapa?”
Ratna : “kan itu yang mau ngelahirin istrinya mantan mu Tan.”
Intan : “hah? Yang mana?” aku membuka-buka catatan arsip pasien dan ternyata benar pasien hari ini istri dari mantan ku saat si Ari. Mantan saat aku SMA dulu.

Intan : “oh iya. Eh kok tau si Ari ini mantan ku?”
Ratna : “yaelah Tan. namanya juga kota kecil. Ari itu dulu juga teman SMP ku kali. Haha”
Intan : “oh gitu. Pantesan tau.” awalnya aku mengira si Ratna ini kepo dengan ku dan berusaha mencari celah kesalahanku saja.
Intan : “kapan jadwal istrinya ngelahirin?”
Ratna : “kata dokter Danu sih prediksi lusa Tan. masih belum bukaan 10 soalnya.”

Intan : “oh gitu , eh Rat. Keliling yuk cek pasien.”
Ratna : “enggak ah Tan aku disini aja. Lagian udah jam 2 lagi juga pada tidur kan pasien. Kalau ada yang darurat juga ada alarm disini kan.”
Intan : “iya sih tapi kan jaga-jaga. Ya udah aku keliling sendiri deh.”
Ratna : “iya Tan. lagi mager nih.”

Akhirnya aku keliling sendiri mengecek pasien di RSB ini. Memang sih RSB swasta ini tidak terlalu besar. Cuma kalau malam-malam gini keliling sendiri rasanya cukup mengerikan juga karena lorong-lorongnya cukup gelap. Kalau partner jaga ku bukan Ningsih ya begini. Rata-rata pada malas untuk kerja.

Saat aku keliling ada yang menyapa ku saat aku keliling menengok pasien di tiap ruangan.
“Hai Tan...”
Dan ternyata itu si Ari.
Intan : “eh Ari. Istrimu di ruangan ini?”
Ari : “iya nih Tan. apa kabar? Udah lama nih gak ketemu.”
Intan : “huss… suaranya dipelanin. Nanti ganggu yang istirahat.”
Ari : “hehe iya Tan. udah lama gak ketemu kamu nih jadi pengen ngobrol.”
Intan : “ngobrol di luar aja Ri.” lumayan ada yang nemenin malam ini pikirku dan aku ngobrol dengan Ari di depan kamar yang di tempati oleh istri Ari. kamarnya kelas 2 jadi nya ada 4 pasien lagi didalam. Kami ngobrol banyak hal karena terakhir ketemu juga saat SMA. Disini aku jadi tahu kalau si Ari kerja luar kota dan istrinya masih di kota ini tinggal dengan orangtuanya. Tapi setelah punya anak ini, dia akan kembali ke kota ini dan cari kerja yang dekat agar bisa bersama anak dan istrinya.

Intan : “eh Ri, aku lanjut keliling dulu ya.”
Ari : “iya Tan. eh ya aku minta nomer hape mu dong.”
Intan : “iya nih 08*******, tapi pake pin BB aja Ri. gak punya pulsa aku. Haha”
Ari : “boleh deh berapa?”
Intan : “7**** ini Ri.”
Ari : “sip Tan. Sudah connect.”

Intan : “sip lah, eh ya kalau butuh jasa mandiin bayi, nanti bisa hubungi aku ya. Hehe nyambi juga aku cari cari tambahan Ri.”
Ari : “kalau mandiin bapaknya bayi bisa juga gak Tan? Haha”
Intan : “ish masih aja. Haha. inget anak sama istri. Didalam tuh.” aku pun mencubit si Ari.
Ari : “hehe. Galak amat. Lupa apa dulu pernah tukeran ludah. Haha”
Intan : “yee… kan dulu pas kita masih pacaran. Udah ah aku keliling dulu. Istirahat sana Ri temanin istrimu sana.”

Aku lanjut keliling mengecek pasien satu per satu. Untungnya tidak ada masalah dan aku kembali ke lobby depan untuk jaga lagi dengan Ratna. Tapi saat sampai di gudang ada yang menarik tanganku.
Intan : “ehh… Indra. Ngapain?”
Indra : “sory tan… lagi pengen nih.” indra memojokkan ku ke dinding dan mengunci pintu gudang.
Intan : “lah istrimu kan lagi libur dirumah ndra. Ada Ningsih gitu lho. Masih minta jatah ke aku.”
Indra : “ayo lah tan...” Indra tetap saja menggerayangi tubuhku dan berusaha menciumku.

Intan : “ndra...udah dong...mmmmhhhh...” Indra mencium bibirku dengan tetap menggerayangi tubuhku. Lalu Indra mendorongku ke arah ranjang pasien yang sedang tersimpan di gudang dan mulai menindihku disana. Lama-lama aku yang cepat banget terangsang mulai terhanyut dalam nafsu. Kami pun lanjut berciuman di atas ranjang dengan tangan Indra sudah mulai melucuti seragamku. Tak perlu waktu lama akhirnya semua seragam ku berhasil dilucuti oleh Indra, termasuk jilbab yang kukenakan. Sekarang aku hanya berbalut bra dan celana dalam saja.

Intan : “mmmhhh.. Ndra… pake kondom ya. Aku lagi masa gak aman nih...mmmhhhh...”
Indra : “iya Tan… aku bawa kok.”
Intan : “sini ndra aku pasangin.” indra yang mengambil kondom turun dari atas kasur dan sudah tidak menindihku lagi. Aku juga meraih kondom yang dia bawa tadi lalu berjongkok di depannya sambil membuka celananya.

Intan : “duh tegang banget ndra...nnggghhh...” aku pun mengulum dan mengocok penis Indra yang sudah terbebas dari celananya.
Intan : “ini gede banget...nnnggghhh…***k kamu keluarin ndra? Ngggghhh...”
Indra : “enggak Tan… uhs… aku simpen buat kamu… ahs… terus Tan...”
Intan : “kasihan ningsih tau… gak kamu sirami. Hihi” aku pun iseng meremas kantung zakarnya yang cukup besar ini.
Indra : “auch… duh Intan nih. Jangan di remes keras-keras...”
Intan : “hihi...mmmuah...” aku mencium kepala penis Indra kemudian memasangkan kondom yang dia bawa tadi. Setelah itu Indra mengangkatku lalu merebahkanku kembali diatas ranjang. Pakaian terakhirku pun sudah dilepaskan oleh Indra.

Intan : “sini ndra…. Mmmhhhh...” kami kembali berciuman diatas ranjang. Tak lama kemudian…
Intan : “cepetan ndra.. Masukin… aaahhs…” Indra menghujamkan penisnya langsung dengan mudah karena sedari tadi sebenarnya kewanitaanku sudah sangat banjir.
Intan : “aahhh...ndra….ooocchhh….aahhhhss….” aku mulai mengerang merasakan hujaman demi hujaman Indra.
Indra : “ooshh...Tan… reaksimu ini...ooh...yang bikin aku kangen...oooshh...”
Intan : “aaahh...terus ndra...oocchh...nnggghh...fuck me….NNGGGHHHH….” akhirnya aku memeluk Indra erat-erat saat meraih orgasme pertamaku.

Indra : “uhs...ini yang aku suka dari kamu Tan… cepet banget keluar...” indra menghentikan genjotannya dan membiarkanku menikmati orgasmeku.
Intan : “nnggghh...nnngggghhh ndra….nngggghhhhh….aaahhhh...ahhhss...” aku mengejan cukup lama sampai terengah-engah.
Intan : “terusin ndra….mmmhhhhh….aaahhhhsss...oooochh” indra kembali mengenjotku sekarang.

Sekitar 15 menit kemudian…
Indra : “uuhhh...Tan..***nti posisi Tan...uuuhh...”
Intan : “och ndra...” Indra mencabut penisnya dan mengajakku turun dari kasur. Aku yang masih lemas hanya bisa terduduk dilantai dan indra menyuruhku untuk menungging. Dengan posisi doggy style ini Indra kembali menyetubuhiku dari belakang. Lantai gudang ini sebenarnya cukup kotor tapi aku sudah tidak peduli lagi. Tubuhku mulai terguncang-guncang menerima sodokan kencang dari Indra. Keringat ku akhirnya membuat debu-debu di lantai mulai menempel. Kotor sekali rasanya aku sekarang. Rasa tidak nyaman karena kotor dan rasa ingin lebih menikmati hubungan sex kami ini seperti bertentangan.
Tumpuan tangan Indra di pinggulku membuat hentakan hentakan yang dia lakukan semakin kencang. Bahkan paha kami yang sedang beradu membuat suara yang cukup kencang. Untung saja gudang ini letaknya cukup aman dan tidak banyak orang yang melewati tempat ini. Terlebih lagi malam hari membuat kami bebas mendesah-desah tanpa khawatir ketahuan.

30menit kemudian….
Indra : “oohhss… Tan… ooohhss…. Goyanganmu… enak Tan...”
Intan : “achh..ndra...keluarin ndra...aaachhh… AAACHH….OOOCCCHHH NDRAA…..” kembali aku orgasme. Entah sudah berapa kali aku mendapatkan orgasme kali ini. Aku yang sudah mulai lelah ingin agar Indra segera ejakulasi berusaha menggoyang sekuat mungkin. Tapi ternyata aku yang kembali kalah.

Tak lama kemudian tangan Indra berpindah ke pundakku dan mulai mempercepat genjotannya.
Indra : “oohh Tan...bentar lagi aku juga...oohh….”
Intan : “aahh...ndra...keluarin...ndra….aaachh...aaachh”
Lama-lama ritmenya semakin cepat dan Indra menarik posisi tubuhku agar penisnya menusuk semakin dalam.
Indra : “oohhss… tan… tan…. AAHHHH”
Intan : “NNNGGGHHHHH…..” aku tersentak merasakan kedutan kedutan penis Indra didalam vaginaku. Tapi hal yang tak ku perkirakan terjadi. Aku merasakan cairan hangat mengalir masuk kedalam rahimku.
Intan : “AACHH...NDRA...CABUT NDRA….AAAHHHHSS” aku menyuruh Indra mencabut penisnya tapi dia tetap menahan tubuhku. Aku mulai sedikit berontak dan berusaha melepaskan diri tapi sia sia saja.

Sekitar 3 menitan Indra memuntahkan spermanya didalam akhirnya dia puas dan mencabutnya dari dalam. Aku pun sudah kelelahan dan hanya bisa tergeletak dilantai ngos ngosan.
Indra : “eh maaf maaf Tan...” Indra nampaknya kaget karena kondomnya sudah pecah.
Intan : “maaf gimana. Keluar didalam nih. Kamu tuh gesekin nya kenceng amat sampai pecah... Duh kamu ini ndra. Ambilin obat gih biar gak jadi anak ini nanti.”
Indra : “iya tan sebentar ya.” Indra pun segera memakai kembali seragam nya dan segera keluar dari gudang meninggalkanku sendirian disini.

Aku duduk bersandar di sisi dinding gudang yang remang-remang ini sambil kembali mengatur nafas ku dan memulihkan tenaga ku. Setelah itu aku membersihkan vaginaku dengan tisue dan kembali memakai seragamku. Tak lama kemudian Indra membawa pil yang aku maksud dan air untuk aku minum.
Indra : “ini Tan… maaf ya tadi terlanjur nafsu.”
Intan : “hati-hati dong ndra. Aku juga nafsu sih. Tapi jangan keluar didalam ya. Bisa hamil aku kalau lagi masa subur gini. Obat juga kadang gak manjur kan kalau diminum setelah ngesex gini”
Indra : “iya Tan maaf ya.”

Intan : “eh tapi kenapa kamu gak main sama Ningsih aja sih. Kan dia istrimu ndra.”
Indra : “lagi pengen sama kamu sih Tan. kamu menggoda banget.” sambil meremas payudaraku.
Intan : “heleh gombal. Udah tangannya jangan nakal, nanti aku nafsu lagi lho. Emang itu mu masih bisa berdiri kalau aku nafsu lagi?”
Indra : “iya deh iya.” akhirnya Indra melepaskan tangannya dari payudaraku. Memang meski aku sudah putus dengan Indra dan Indra juga sudah menjadi suami Ningsih, kami masih sering berhubungan badan diam-diam seperti sekarang.

Intan : “yuk lah ndra. Anterin aku ke kamar mandi. Diluar aman kan?”
Indra : “iya aman Tan. sepi diluar. Masih baru jam 4 juga.”
Intan : “iya kamu tuh genjotin akunya lama banget tadi. Ya udah temenin aku lah ke kamar mandi. Bersihin anak-anakmu ini loh. Banyak banget didalam. Huh!”
Indra : “iya deh Tan.”
Aku dan Indra mengendap-ngendap keluar dari gudang dan menuju ke kamar mandi. Indra menunggu ku diluar kamar mandi sedangkan aku masuk sendiri kedalam untuk cebok membersihkan sisa-sisa spermanya yang tadi. Entah berapa hari Indra menahan tidak mengeluarkan spermanya karena cukup banyak dan kental rasanya. 10 menit kemudian aku sudah selesai dan keluar dari kamar mandi.

Intan : “yuk ndra balik ke pos jaga.”
Indra : “iya Tan. eh iya kamu jadwal hari ini sama Ratna kan?”
Intan : “iya ndra. Kenapa?”
Indra : “tadi aku pas ambil obat kok dia gak ada di pos jaga nya ya?”
Intan : “masa? Dia tadi lho aku ajakin keliling gak mau.”
Indra : “iya beneran, ambil obat kan lewatin pos jagamu kan Tan.”
Intan : “iya sih bener juga. Kemana ya dia. Tadi katanya males. Gak ada panggilan darurat kan tadi?”
Indra : “enggak Tan. aku liat tadi di layar aman kok. Gak ada panggilan darurat.”

Tiba-tiba aku teringat akan sesuatu…
Intan : “eh ndra… jangan-jangan… ikut aku deh.” aku mengajak Indra menuju ke ruang dokter Danu. Ruang dokter Danu lampunya masih menyala dan aku menyuruh Indra untuk diam-diam mengintip dari sisi lorong.
Indra : “ngapain nih Tan?”
Intan : “sudah tunggu aja disini sebentar. Aku curiga jangan-jangan Ratna lagi main sama dokter Danu.”
Indra : “hmm begitu ya.”
Intan : “husss diem kita tungguin aja coba.”

Dan benar saja tak lama kemudian Ratna dan dokter Danu keluar dari ruangan. Didepan pintu mereka berciuman lalu Ratna berjalan kearah kami, nampaknya dia akan kembali ke pos jaga. Aku dan Indra segera kabur agar tidak diketahui oleh Ratna. Kami kabur ke depan lobby dekat pos satpam.
Intan : “nah bener nih kecurigaan ku. Kalau Ratna ada main sama dokter Danu.”
Indra : “aku baru tau ini Tan. gak nyangka juga aku. Kalau ternyata Ratna juga.”
Intan : “eh sebentar. Gimana-gimana?”
Indra : “iya asal kamu tau, Ningsih juga ada main Tan sama dokter Danu.”
Intan : “masa?”

Indra : “iya, aku pernah memergoki mereka berduaan dan ke hotel.”
Intan : “lah. Terus? Gak kamu marahin itu si Ningsih?”
Indra : “enggak Tan. lagian itu juga sudah lama sebelum aku nikahin Ningsih. Pas aku masih sama kamu dulu.”
Intan : “ou gitu. Terus sekarang?”
Indra : “kayaknya sudah enggak sih, kan sekarang beliau sama Ratna.”
Aku jadi berpikir kalau jangan-jangan kapan lalu itu Ningsih bilang aku harus waspada dengan Ratna karena Ningsih cemburu kalau dokter Danu sekarang ada main dengan Ratna. Setelah itu aku lanjut kerja menghabiskan jam shift ku malam ini dan menunggu dijemput oleh Tono. Sebenarnya sudah cukup lelah dan capek hari ini dihajar habis-habisan sama Indra membuatku ingin segera istirahat dirumah.


--POV Tono--
Hari ini Intan jaga malam dan selanjutnya libur 2 hari. Aku menjemputnya pagi ini jam 6 di RSB tempat dia bekerja. Ternyata Intan sudah menunggu ku di tempat ku mengantar jemputnya seperti biasa.
Tono : “hai yank. Kok sudah diluar aja? Gak dingin?” aku melihat Intan agak berantakan tidak seperti biasanya dan juga belum ganti baju dinasnya.
Intan : “iya yank. Yuk balik yuk.” Intan langsung naik ke atas motor dan memelukku. Aku pun langsung tancap gas mengantarnya pulang lalu kembali ke toko.

Tono : “tumben yank belum ganti baju dulu di RS tadi?”
Intan : “gak sempet yank. Lagi males juga sih. Pengen dirumah aja.”
Tumben nih Intan biasanya gak mau gak rapi dan wangi kalau ketemu aku, tapi hari ini agak berbeda.
Tono : “eh yank, kamu gak apa-apa kan? Rasanya ada sesuatu deh.”
Intan : “gak ada apa apa kok yank. Cuma capek aja aku.”
Tono : “ya sudah deh kalau gitu.”

Setelah sampai rumahnya, aku pun segera berpamitan untuk kembali ke Toko karena sudah jam nya untuk buka toko. Selama di jalan aku tak henti-henti memikirkan ada apa dengan Intan hari ini ya. Setelah sampai di toko aku mengecek hape ku dan ada chat dari Intan.
Intan : “yank...maaf ya. Hari ini aku kecapekan banget. Besok kerumah ku ya. Aku masakin seperti biasa.”
Tono : “iya yank gak apa. Namanya juga shift malam kan. hehe”
Intan : “eh iya yank. Kamu punya film biru gak? Hehe”
Tono : “hmm….buat apa yank?” aku sedikit kaget.

Intan : “besok nonton bareng yuk. Hehe mumpung dirumah sepi.”
Tono : “ok deh yank. Aku bawa laptop deh besok. Tapi aku adanya cuma JAV sih.”
Intan : “hehe bagus dong yank ada ceritanya. Besok bawain ya. Aku pengen tau koleksimu kayak gimana aja. Hihi”
Tono : “ok sayang. Ya sudah kamu tidur gih. Istirahat ya. Aku mau jaga toko dulu.”
Intan : “ok sayang. Istrimu ini ijin pamit bobok dulu ya. Hihi”
Tono : “haha ok deh yank met tidur.”

Aku agak kaget karena selain Intan minta aku besok bawa film “biru”, dia juga sepertinya sudah menganggap ku sebagai suaminya. Padahal aku dan dia saat ini juga masih berstatus pacaran. Bahkan di FB pun kami masing-masing belum mengubah status dan tertulis masih single karena request status berpacaran ku belum di approve oleh Intan disana.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd