Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 07 F
Timeline : 2009 Juli
Flashback ke masa dimana Intan masih PKL.

--POV Intan--


Hari ke 8
Hari ini kami kembali bekerja seperti biasa di klinik bu Yati. Syukurlah agak ramai dan ada 2 pasien yang datang untuk cek kandungan dan beberapa warga yang konsultasi ke bu Yati. Meski klinik ini penghasilannya tidak seberapa dan juga tidak seramai di kota, bu Yati terus mengabdi untuk kepentingan warga sekitar. Ini yang membuat kami berdua salut. Kalau pekerjaan ini seharusnya dilandaskan atas pengabdian bukan untuk mencari keuntungan.

Ada 1 orang pasien yang nampaknya familiar. Dia suami dari ibu-ibu hamil yang sedang cek kandungan. Nampaknya kemarin bertemu kami di sungai jadi aku sapa saja.
Intan : “eh si bapak, nganter istrinya ya pak.” sapa ku basa basi.
Pak Rijal : “iya mbak ini cek kandungan. Atas saran penyuluhan mbak kemarin kalau bahaya ke dukun beranak jadinya kami cek kesini mbak.”
Intan : “anak pertama ya pak?”
Pak Rijal : “hehe, enggak mbak. Ini anak ke 4 saya nanti kalau lahir.” aku agak kaget karena nampaknya umurnya baru sekitar 30an.
Pak Rijal : “tapi anak pertama dan ke dua saya meninggal mbak saat dilahirkan. Itu dulu saya ke dukun beranak sih mbak. Untungnya istri saya masih selamat ya. Sekarang saya ambil tindakan medis saja mbak. Ternyata gak mahal-mahal banget ya mbak kalau ke bidan. Sudah takut sama biayanya duluan saya.”
Intan : “iya pak lebih baik begitu.”

Kami pun melanjutkan mengecek istri pak Rijal dan pasien-pasien lainnya. Istri pak Rijal nampaknya akan segera melahirkan dalam waktu dekat. Lalu kami sarankan untuk setiap hari kontrol ke klinik. Semua baru selesai sekitar jam 1 siang. Akhirnya kami kembali menganggur sampai sore menunggu dijemput pak Darno sama pak Yatno. Sekitar jam 6 an mereka sudah datang dan kami pun pamit pulang ke bu Yati. kalau kami belum pulang, bu Yati juga tidak menutup kliniknya. Sebelum pulang aku tak lupa mengambil stok kondom untuk pak Darno.

Ditengah jalan pak Darno mengajakku ngobrol sebentar di dekat sawah. Aku curiga nih jangan-jangan minta jatah. Kami pun menepi ke gubuk yang pernah kami gunakan untuk bersetubuh pertama kali. Ini membuatku semakin yakin akan apa yang kupikirkan.
Intan : “ada apa pak?kok kayaknya susah banget mau ngomongnya gak kayak biasanya. Hehe” aku turun dari motor dan duduk di atas dipan bambu.
Pak Darno : “eee anu gimana ya mbak bingung saya mau ngomongnya.”
Intan : “ngomong aja pak gak apa. Mau minta jatah?”
Pak Darno : “eee anu mbak, bukan… tapi… duh gimana ya saya ngomongnya.”
Intan : “sudah pak ngomong aja gak apa.”
Pak Darno : “saya khawatir mbak Intan jadi marah setelah tau.“
Intan : “emang apa sih pak? Bikin penasaran aja.”

Pak Darno : “ini mbak… anu… maaf ya mbak… pas kita begituan di gubuk yang tengah hutan ada yang lihat mbak.”
Intan : “hah !!!” aku pun kaget karena pengakuan pak Darno.

Intan : “kata bapak aman disana ???”
Pak Darno : “iya biasanya jam segitu aman mbak.”
Intan : “terus bapak tau siapa orangnya?”
Pak Darno : “tau mbak. Si pak Lukman.” seketika itu aku langsung shock karena kemarin bertemu dengan pak Lukman dan diberi ikan hasil memancing nya.
Intan : “beneran pak?”
Pak Darno : “iya mbak, pak Lukman datang ke saya terus bilang ke saya. Tapi tenang aja mbak. Selama ada saya, bakalan saya lindungi kok. Mbak Intan juga cuma sampai minggu besok kan disini.” ucapan pak Darno sedikit menenangkanku.
Intan : “ya sudah deh pak, terimakasih sudah bilang ke saya.” pak Darno pun memeluk ku yang masih terduduk di dipan.

Intan : “mangkanya pak, kalau punya burung itu di jaga.” sambil kuremas penisnya yang ternyata sudah tegang.
Intan : “eh kok tegang?”
Pak Darno : “yah gimana gak tegang mbak, kalau sama kamu yang secantik ini.”
Intan : “halah gombal. Yuk pak pulang aja pak.”
Pak Darno : “ngajakin pulang kok burung saya dikocok mbak? Hehe”
Intan : “eh iya, gede sih pak. Gak sadar tangan saya.” aku memang tak sengaja mengocok penisnya yang menegang di dalam celananya dan akhirnya aku melepasnya.
Intan : “udah ah pak yuk pulang aja. Nanti ada yang liat lagi bahaya lho kalau ketahuan bu Marni.”

Pak Darno : “yah mbak nanggung nih.“
Intan : ”ya sudah, aku kocokin aja ya pak. Jangan sampai begituan. Tapi jangan ditahan loh. Keluarin cepetan. Bapak kalau begituan lama soalnya.”
Pak Darno : “iya deh mbak.” akhirnya aku jongkok di depannya dan mulai membuka celananya.
Intan : “gede banget sih pak burungnya. Hihi… mmmmmhhh….mmmmhhh….” pak Darno yang masih duduk di tepi dipan bambu mulai aku kulum.
Pak Darno : “ohhss...enak mbak intan...ooohhss...”
Intan : “mmmmhhhh… mmmhhhh… kalau sudah mau keluar jangan ditahan ya pak..mmhhh...”

Tangan pak Darno tak tinggal diam, dia mulai mengelus kepalaku yang masih mengenakan jilbab ini dan menekan-nekan agar penisnya masuk lebih dalam dimulutku. Tapi penis sepanjang ini baru ini aku rasakan. Hanya bisa mentok setengahnya saja. Karena penasaran aku coba menelannya lebih dalam walau agak susah.
Intan : “mmmhhh...mmmmhhh...oooggghhh…. Uhuk uhuk… heft… panjang bener sih ini pak. Hihi. sampai kesedak aku.”

Pak Darno : “uh… enak mbak… dalamin lagi mbak...”
Intan : “hihi ketagihan ih… mmmhhh...mmmmhhh...” aku mencoba lagi memasukkannya sampai ke tenggorokan ku. Rasanya susah untuk bernafas ketika menusuk kedalam. Tapi perlahan-lahan akhirnya aku bisa memasukkan penisnya semua didalam mulutku menembus tenggorokan ku. Walau agak tersedak beberapa kali.

Tangan pak Darno kembali menjelajah dan meremas payudaraku. Beliau meremasnya cukup keras walau masih tertutup bra dan baju ku. Rasanya sudah 5 menitan aku mengulum penisnya tapi tak kunjung orgasme juga.
Intan : “ooggghhh….ooooghhhh...mmmhhh…. Ack… pak… kok gak keluar-keluar sih...” aku tetap mengocok penisnya yang sudah berlumuran air liurku.
Pak Darno : “hehe… rangsangannya kurang mungkin mbak.” karena gemas akhirnya aku berdiri dan membuka semua kancing seragam praktek ku agar tangan pak Darno bisa menyelip kedalam dan meremas payudaraku dengan leluasa.

Intan : “kalau gini gimana? Hihi” aku jongkok lagi dan mengulum lagi penis pak Darno. Tangannya sudah mulai menyelip kedalam lalu bermain-main dengan putingku yang sudah menegang.
Pak Darno : “ohhs...mbak intan nya sudah nafsu juga ya...ooohhss…” aku tak mendengarkan ricauan pak Darno lagi. Yang jelas aku harus segera menyelesaikan ini agar tak terlarut dalam nafsuku sendiri yang membuatku lupa diri.

Tapi ternyata pak Darno sudah mulai tidak tahan. Sekitar 3 menit kemudian aku merasakan penisnya mulai berkedut-kedut.
Pak Darno : “ah… mbak Intan… saya mau keluar mbak...aahs...” sroot ssrooot sroooott
Aku langsung memundurkan kepalaku agar tidak tersedak ketika beliau menyemburkan spermanya. Tapi ternyata kepalaku ditahan dengan tangan kanannya dan ditekan sedalam mungkin di tenggorokanku sampai-sampai pantat beliau juga terangkat untuk menusukkan penisnya. Aku gelagapan saat spermanya menyembur langsung di tenggorokanku. Cairan hangat itu langsung mengalir deras dan penisnya yang menyumpal tenggorokanku ini membuatku tidak bisa bernafas.

Aku pun mencoba mendorong tubuh pak Darno yang membuat penisnya tercabut dari mulutku dan menyemburkan spermanya ke muka ku. Sampai lengket semua muka dan jilbab yang sedang aku pakai. Disaat ini aku baru tersadar kalau sperma yang dimuntahkan dari penis pak Darno begitu banyak saat melihatnya langsung dengan mata ku. Bahkan ketika sudah tercabut dari mulutku masih saja menyemprot beberapa kali. “Gawat nih, banyak banget ternyata sperma pak Darno. Duh selama ini keluar didalam juga sebanyak ini. Pantes rahimku rasanya penuh banget. Gak mungkin kalau aku gak hamil ini.” pikirku

Intan : “duh pak… kesedak nih… banyak banget lagi...”
Pak Darno : “maaf ya mbak khilaf tadi saya pengen keluarin didalam mulut mbak Intan semua.”
Intan : “lengket nih pak muncrat ke jilbab ku.” aku berdiri dan mengancingkan lagi seragamku dan membersihkan spermanya yang menempel dengan tissue yang kubawa.
Intan : “udah kan pak. Yuk pulang yuk.”
Pak Darno : “tapi saya masih tegang nih mbak.” aku melihat penisnya yang masih tegang walau tak sekeras tadi.
Intan : “sudah gak setegang tadi kan pak… yuk pulang yuk...” akhirnya pak Darno menuruti ku dan kami pun pulang kerumah.

Sampai dirumah untung saja bu Marni sudah tidur jadi pakaianku yang berantakan dan ada bekas lengket-lengket ini. Aku langsung masuk ke kamar ku dan menaruh jilbab ku untuk ku cuci sekalian malam ini. Saat keluar kamar pak Darno sedang duduk di dapur.
Pak Darno : “mbak maaf lupa bilang saya kalau kamis besok gak bisa jemput mbak. Ada urusan buat acara dangdutan itu loh mbak besok sabtu.”
Intan : “hmm katanya tadi mau jagain saya pak.”
Pak Darno : “iya mbak maaf ya saya lupa bilang itu tadi.”
Intan : “ya sudah deh pak gak apa. Saya permisi mau nyuci dulu ya.”

Intan : “nih bekas calon anak-anakmu nempel semua di jilbabku. Hihi” sambil berbisik dan menggodanya. Pak Darno nampaknya terpicu dan seperti ingin menerkamku saat itu juga. Aku yakin dia langsung horny lagi.
Intan : “sssstttt… nanti bu Marni denger lho pak.” mendengar kata-kata ku ini, beliau tidak jadi menerkamku dan hanya menghela nafas dalam-dalam. Lucu rasanya menggoda bapak-bapak yang sudah berusia ini. Aku pun pergi ke sumur untuk mencuci pakaian ku sekalian. Disaat mencuci ini terlintas lagi pikiran buruk ku. “Aduh ini kalau sperma pak Darno seperti itu gak mungkin gak hamil sih aku. Aduh gimana ya. Masa aku pulang-pulang hamil. Bisa dibunuh sama bapak ku ini. Mau ngomong apa juga aku. Pacar juga sudah gak ada. Aduuuhh...”

Setelah selesai mencuci dan menjemur beberapa pakaianku, aku akan pergi mandi. Tapi aku mengambil alat mandi ku dulu di kamar. Saat aku masuk ke rumah, aku sudah tak melihat pak Darno lagi di area dapur. “Kemana ini bapak?” pikirku. Ternyata beliau sedang ngopi di teras depan.
Intan : “ngapain pak ngopi diluar?” sapa ku.
Pak Darno : “ini mbak cari angin aja. Hehe. biar gak kesambet setan.”
Intan : “haha. Ya sudah pak saya permisi mandi dulu.” aku pun pergi mandi dan entah kenapa nafsuku tiba-tiba memuncak. Saat tengah menyabuni tubuhku, aku malah meremas-remas payudaraku sendiri sampai putingku menegang. Lama-lama tangan kiriku turun mengelus area vaginaku. Aku pun terduduk dilantai kamar mandi yang berlumut ini dan meneruskan aksiku.
Intan : “mmmhhh...oooohhhss...ooohhss...” aku memejamkan mata dan menikmati sensasi masturbasi sendiri didalam kamar mandi.
Intan : “nnnggghhh...aachh...aachhh...aachhhss...aachh...” 2 jari ku semakin kencang mengocok keluar masuk. Aku membayangkan saat ini ada penis besar yang sedang menusuk vaginaku.

Entah kenapa rasanya aku jadi terangsang sendiri seperti ini. Apa karena hari ini aku belum bersetubuh dengan siapapun. Atau… aku memikirkan kata-kata pak Darno tadi tentang pak Lukman yang mengintip saat aku sedang berhubungan badan dengan pak Darno. Imajinasi ku semakin membayangkan yang tidak-tidak rasanya. Bagaimana jika pak Lukman saat itu tidak hanya mengintip tapi ikut menyetubuhiku bahkan memperkosaku. Ahh… rasanya nafsuku semakin naik membayangkan ini semua.

Intan : “nnnnngggghhhh….AAHHHH….” tanpa sadar akhirnya aku orgasme juga dan cairan kewanitaanku mengalir deras seperti terkencing-kencing rasanya. Aku pun tergeletak di lantai kamar mandi dengan masih mengejan-ngejan keenakan. Seperti tersetrum seluruh tubuhku menikmati orgasmeku barusan sampai kepalaku pusing rasanya. “duh kenapa sih aku ini kok malah punya pikiran yang enggak enggak”

Sekitar 5 menit kemudian dengan susah payah aku berusaha berdiri dan membasuh tubuhku lagi. Berusaha menghilangkan nafsuku yang masih menggebu-gebu saat ini. Tapi tak kunjung mereda dan semakin menuntut untuk dipuaskan. Karena tak kunjung hilang, akhirnya ku putuskan untuk menggoda pak Darno saja. Aku keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk masuk ke dalam rumah. Kondisi rumah sudah gelap karena memang lampu tidak dinyalakan bila tidak ada orang seperti saat ini. Aku berjalan menuju ke teras depan rumah mencari pak Darno. Akal sehatku sudah hilang saat ini. Aku tak perduli lagi ada bu Marni dirumah yang mungkin akan memergoki kami. Aku hanya ingin dipuaskan malam ini.

Intan : “kopinya belum habis pak?” aku berkata pada pak Darno yang masih terduduk di teras depan.
Pak Darno : “eh mbak Intan, Sudah nih mbak. Sudah selesai ya mandinya jadi kelihatan seger.” pak Darno terkejut melihatku hanya berbalut handuk duduk disampingnya saat ini. Matanya tak lepas dari belahan dadaku yang memang aku sengaja perlihatkan.
Intan : “iya pak, bapak gak mau mandi? Apa mau aku bikinin kopi lagi pak?”
Pak Darno : ”boleh deh mbak bikinin kopi lagi. Saya kalau sudah malam gini gak berani mbak buat mandi. Takut masuk angin malahan.”
Intan : “ya sudah saya bikinin kopi dulu ya pak.” aku memegang pahanya dan melemparkan senyum nakal ku kearahnya sebelum beranjak masuk ke dalam rumah.

Nampaknya pak Darno mengerti akan kode yang kuberikan tadi. Beliau mengikutiku masuk kedalam rumah dan saat aku masih di ruang tamu beliau mengunci pintu depan rumahnya. Tapi aku pura-pura saja tak tahu apa yang akan beliau lakukan selanjutnya. aku masih berjalan menuju ke arah dapur. Tapi belum sampai di dapur, beliau sudah memelukku dari belakang. Aku pun berbalik badan dan kami mulai berciuman dengan sangat bernafsu.
Intan : “mmmmhhhh...mmhhhh… pak… mmmhhh… puasin aku… mmmhhh… mmmhhh...” lidah kami pun saling bertautan. Tak kupedulikan lagi mulutnya yang masih bau rokok dan kopi. Sambil tetap berciuman, beliau mendorongku ke arah kamar paling ujung sebelah kamar mas Kirun.

Kami berdua masuk kedalam kamar itu. Kamar yang sebelumnya ditempati oleh anak perempuan pak Darno. Saat sudah di dalam, pak Darno menarik handuk yang kukenakan. Telanjang bulatlah sudah aku didepannya saat ini. Beliau mulai membuka semua pakaiannya sembari memelukku dan menciumi tubuhku. Setelah itu aku direbahkan diatas kasur. Tubuhku langsung ditindih oleh nya. Kamipun kembali berciuman panas diatas kasur sambil saling meraba. Penisnya sudah menegang dan seperti menekan-nekan di perut. Tubuhku serasa semakin panas dan nafsuku juga tak terbendung lagi. Keringat sudah membasahi kami berdua. Aku memejamkan mata menikmati, tangan kananku turun ke arah penisnya. Kugenggam dan kuarahkan ke bibir vaginaku.

Pak Darno mengerti dan mulai menekan perlahan keluar masuk sampai akhirnya penisnya yang cukup besar itu tertanam di dalam. Aku hanya bisa terpekik menikmati kepala penisnya yang tiba-tiba mencium bibir rahimku. Beliau memang pintar mempermainkan nafsuku. Walau vaginaku sudah sangat basah, tak langsung dihajarnya dengan kecepatan tinggi. Perlahan tapi pasti, pak Darno mempercepat penetrasinya. Aku pun mulai kelojotan sambil menggigit bibirku dan memeluk erat tubuh pak Darno.
Intan : “ack...ackk...ackk….aah...aachh...OOHHS...” tak sadar aku mulai mendesah-desah. Tetapi pak Darno segera membekap mulutku dan sekarang aku hanya bisa mengerang-ngerang keenakan.

Semakin lama penetrasinya semakin cepat membuat kasur kami berderit dan aku pun menggelepar menerima tusukan-tusukan yang semakin keras menghantam bibir rahimku. Sampai akhirnya aku tak tahan lagi dan orgasme. Aku mencengkeram erat kasur dan melenguh kencang. Pak Darno pun terdiam membiarkan ku merasakan orgasme ku terlebih dahulu dengan tetap membenamkan penisnya sedalam mungkin. Kaki ku juga mengunci pinggang pak Darno. Rasanya seperti bibir rahimku berkedut-kedut mencium kepala penisnya.

Ranjang yang terbuat dari kayu dan ber kasur kapuk ini sudah berantakan karena aku menggelepar keenakan. Nampaknya bu Marni sudah terlelap tidur dan tidak terbangun sama sekali walau derit kasur ini berbunyi kencang. Padahal kondisi sunyi senyap di malam hari ini. Atau mungkin karena lokasi kamar nya cukup jauh ujung ke ujung. Walau cukup was was, tapi aku melupakan semua itu. Hanya meraih kenikmatan saja yang ada di pikiran ku sekarang.

Intan : “oohhs… pak… ooohhss...”
Pak Darno : “sstt.. Pelan-pelan mbak. Hehe… ”
Intan : “ohs… iya pak… enak pak… ACK…. NNGGHHHH” tiba-tiba pak Darno menusukkan penisnya sampai menekan bibir rahim ku membuatku terpekik dan mulutku langsung di bekap olehnya. Seperti ditusuk lebih dalam dan ingin menjebol masuk ke dalam rahimku. Rasa sakit, gatal, dan nikmat bercampur menjadi satu. Penisnya yang cukup besar dan panjang ini menyumpal penuh didalam vaginaku. Cukup lama aku kelojotan sampai rasanya mulai memudar. Seperti area dalam vaginaku mulai menyesuaikan diri dengan batang yang menusuk sekarang.

Intan : “huff...hufff...iish… si bapak ih… nusuknya kedalaman… sakit tau pak… huff...”
Pak Darno : “tapi enak kan mbak. Hehe.”
Intan : “ih si bapak… sakit tapi… panjang banget sih… OOOHHS...” pak Darno menarik penisnya keluar dan menyisakan rongga di dalam. Ini membuatku orgasme lagi dan kembali kelojotan di kasur.
Pak Darno : “hehe si mbak Intan keenakan banget ya sampai kelojotan banget.” entah kenapa hari ini aku nafsuku tinggi sekali. Mungkin saja karena hari ini sudah masuk ke masa suburku sebenarnya kalau dihitung secara tanggalan. Badan ku yang berkeringat rasanya sangat panas meminta untuk dipuaskan.

Pak Darno yang masih berada di atas ku kembali menciumi tubuhku. Beliau menjilat leherku lalu turun ke arah payudaraku sambil meremas-remasnya lalu menghisap tepat di putingku yang menegang bergantian kanan kiri.
Intan : “uuhh… pak… oouhhs… geli...” pak Darno merangsang ku dengan mempermainkan payudaraku. Aku yang semakin tak tahan mendorongnya ke samping. Lalu sekarang aku yang gantian berada diatasnya. Kami kembali berpagutan dan aku mengarahkan penisnya kembali ke vaginaku.
Intan : “ohss….yes...pak...oouuh...nggghh… enak pak… aahhss...” kami kembali bersetubuh dengan posisi aku berada diatas menggenjot penisnya yang sudah tertanam penuh didalam. Tangan pak Darno meremas-remas payudara ku dengan gemasnya.
Pak Darno : “susumu mbak, nggemesno...” aku yang sedang menggoyangnya dari atas hanya bisa merem melek menikmati ini semua.

Intan : “ahhs… nnggghhh… isep terus pak… ooouuhhs...” karena mulai kelelahan, aku yang sedikit berjongkok membuat pak Darno bisa menghisap-hisap payudara ku. Tangannya pun meremas-remas seperti sedang memerah susu dan terus dihisapnya. Tak lama kemudian aku kembali memperoleh orgasme ku dan akhirnya ambruk di atas tubuh pak Darno. Beliau kembali menciumku dengan ganas.
Pak Darno : “goyangan mu enak betul mbak Intan. Hampir saja saya gak tahan mau keluar tadi. Eh mbak Intan nya duluan yang dapet.”
Intan : “hmm tumben pak biasanya tahan lama.”
Pak Darno : “hehe, iya mbak Intan sih goyangannya enak bener.”
Intan : “sama bu Marni enakan mana pak?hihi”
Pak Darno : “ya enakan mbak Intan dong.”
Intan : “yang bener nih pak?” aku kembali menggoyang penisnya yang masih tertancap didalam.
Pak Darno : “uhs.. Iya mbak.. Masa saya bohong...”
Intan : “ya sudah nikmatin aja ya pak… hihi” sekuat tenaga aku kembali menggoyang pak Darno. Walau masih ada rasa ngilu yang membuatku geli dan juga tenaga ku belum balik semua. Tapi melihat raut muka nya ke enakan seperti ingin aku teruskan.

Kurang lebih 10 menit kemudian
Intan : “ouhs.. Pak… oohhs… NGGHHH… aahhhss...”
Pak Darno : “uhss… mbak intan dapet lagi...”
Intan : “ngghhh… iya pak.. Nggghhh.. Enak pak… nggghhh...”
Pak Darno : “terus in lagi mbak… saya juga mau keluar...” tangan pak Darno memegang erat pinggangku untuk membantuku naik turun di atasnya. Dengan sisa-sisa tenagaku aku terus menggoyangnya. Dan benar saja…
Pak Darno : “oh mbak… saya mau keluar... “
Intan : “nggghh… ouhs… keluarin aja pak… ooohhs… OH….” pak Darno pun menarik pinggangku agar semakin erat dan penisnya menusuk sampai area terdalam. Beliau menembakkan spermanya tepat di lubang cervix ku yang tertekan oleh kepala penisnya sehingga spermanya langsung mengalir ke dalam. Aku merasakan cairan hangatnya memenuhi rahimku. Aku yang sudah tak kuat lagi kembali ambruk di atas pak Darno. Pak Darno mengangkat pinggulnya dan memegang bongkahan pantatku agar spermanya tetap mengalir kedalam.

Cukup lama rasanya beliau menembakkan spermanya didalam. Aku sudah tak perduli lagi saat ini apakah aku nanti hamil atau tidak. Rasa haus ingin dipuaskan sudah menguasaiku. Apalagi rasanya hari ini sudah memasuki siklus suburku. Aku yang sudah tak kuat lagi hanya bisa ngos-ngosan diatas tubuh pak Darno. Sudah sangat kelelahan rasanya. Sampai akhirnya aku tertidur.


Hari ke 9
Keesokan paginya aku terbangun dan ternyata sudah berada didalam kamar ku sendiri. Tetapi aku masih telanjang bulat dan hanya tertutup selimut begitu saja. Kemudian aku duduk di tepi kasur berusaha mengumpulkan kesadaran. Tubuhku tak enak rasanya semalam berkeringat dan ketika aku meraba bagian kewanitaanku masih lengket-lengket.
Intan : “duh kenapa aku bisa lepas kendali ya kemarin. Sperma pak Darno pasti banyak ini yang dikeluarin didalam. Huff...”
Dengan agak tertatih aku bangun mengambil obat pencegah kehamilan yang aku bawa di tas dan segera meminumnya. “Semoga aja gak jadi ini.” pikirku.
 
Terakhir diubah:
The EX 02 - Chapter 07 F
Timeline : 2009 Juli
Flashback ke masa dimana Intan masih PKL.

--POV Intan--


Hari ke 8
Hari ini kami kembali bekerja seperti biasa di klinik bu Marni. Syukurlah agak ramai dan ada 2 pasien yang datang untuk cek kandungan dan beberapa warga yang konsultasi ke bu Yati. Meski klinik ini penghasilannya tidak seberapa dan juga tidak seramai di kota, bu Yati terus mengabdi untuk kepentingan warga sekitar. Ini yang membuat kami berdua salut. Kalau pekerjaan ini seharusnya dilandaskan atas pengabdian bukan untuk mencari keuntungan.

Ada 1 orang pasien yang nampaknya familiar. Dia suami dari ibu-ibu hamil yang sedang cek kandungan. Nampaknya kemarin bertemu kami di sungai jadi aku sapa saja.
Intan : “eh si bapak, nganter istrinya ya pak.” sapa ku basa basi.
Pak Rijal : “iya mbak ini cek kandungan. Atas saran penyuluhan mbak kemarin kalau bahaya ke dukun beranak jadinya kami cek kesini mbak.”
Intan : “anak pertama ya pak?”
Pak Rijal : “hehe, enggak mbak. Ini anak ke 4 saya nanti kalau lahir.” aku agak kaget karena nampaknya umurnya baru sekitar 30an.
Pak Rijal : “tapi anak pertama dan ke dua saya meninggal mbak saat dilahirkan. Itu dulu saya ke dukun beranak sih mbak. Untungnya istri saya masih selamat ya. Sekarang saya ambil tindakan medis saja mbak. Ternyata gak mahal-mahal banget ya mbak kalau ke bidan. Sudah takut sama biayanya duluan saya.”
Intan : “iya pak lebih baik begitu.”

Kami pun melanjutkan mengecek istri pak Rijal dan pasien-pasien lainnya. Istri pak Rijal nampaknya akan segera melahirkan dalam waktu dekat. Lalu kami sarankan untuk setiap hari kontrol ke klinik. Semua baru selesai sekitar jam 1 siang. Akhirnya kami kembali menganggur sampai sore menunggu dijemput pak Darno sama pak Yatno. Sekitar jam 6 an mereka sudah datang dan kami pun pamit pulang ke bu Yati. kalau kami belum pulang, bu Yati juga tidak menutup kliniknya. Sebelum pulang aku tak lupa mengambil stok kondom untuk pak Darno.

Ditengah jalan pak Darno mengajakku ngobrol sebentar di dekat sawah. Aku curiga nih jangan-jangan minta jatah. Kami pun menepi ke gubuk yang pernah kami gunakan untuk bersetubuh pertama kali. Ini membuatku semakin yakin akan apa yang kupikirkan.
Intan : “ada apa pak?kok kayaknya susah banget mau ngomongnya gak kayak biasanya. Hehe” aku turun dari motor dan duduk di atas dipan bambu.
Pak Darno : “eee anu gimana ya mbak bingung saya mau ngomongnya.”
Intan : “ngomong aja pak gak apa. Mau minta jatah?”
Pak Darno : “eee anu mbak, bukan… tapi… duh gimana ya saya ngomongnya.”
Intan : “sudah pak ngomong aja gak apa.”
Pak Darno : “saya khawatir mbak Intan jadi marah setelah tau.“
Intan : “emang apa sih pak? Bikin penasaran aja.”

Pak Darno : “ini mbak… anu… maaf ya mbak… pas kita begituan di gubuk yang tengah hutan ada yang lihat mbak.”
Intan : “hah !!!” aku pun kaget karena pengakuan pak Darno.

Intan : “kata bapak aman disana ???”
Pak Darno : “iya biasanya jam segitu aman mbak.”
Intan : “terus bapak tau siapa orangnya?”
Pak Darno : “tau mbak. Si pak Lukman.” seketika itu aku langsung shock karena kemarin bertemu dengan pak Lukman dan diberi ikan hasil memancing nya.
Intan : “beneran pak?”
Pak Darno : “iya mbak, pak Lukman datang ke saya terus bilang ke saya. Tapi tenang aja mbak. Selama ada saya, bakalan saya lindungi kok. Mbak Intan juga cuma sampai minggu besok kan disini.” ucapan pak Darno sedikit menenangkanku.
Intan : “ya sudah deh pak, terimakasih sudah bilang ke saya.” pak Darno pun memeluk ku yang masih terduduk di dipan.

Intan : “mangkanya pak, kalau punya burung itu di jaga.” sambil kuremas penisnya yang ternyata sudah tegang.
Intan : “eh kok tegang?”
Pak Darno : “yah gimana gak tegang mbak, kalau sama kamu yang secantik ini.”
Intan : “halah gombal. Yuk pak pulang aja pak.”
Pak Darno : “ngajakin pulang kok burung saya dikocok mbak? Hehe”
Intan : “eh iya, gede sih pak. Gak sadar tangan saya.” aku memang tak sengaja mengocok penisnya yang menegang di dalam celananya dan akhirnya aku melepasnya.
Intan : “udah ah pak yuk pulang aja. Nanti ada yang liat lagi bahaya lho kalau ketahuan bu Marni.”

Pak Darno : “yah mbak nanggung nih.“
Intan : ”ya sudah, aku kocokin aja ya pak. Jangan sampai begituan. Tapi jangan ditahan loh. Keluarin cepetan. Bapak kalau begituan lama soalnya.”
Pak Darno : “iya deh mbak.” akhirnya aku jongkok di depannya dan mulai membuka celananya.
Intan : “gede banget sih pak burungnya. Hihi… mmmmmhhh….mmmmhhh….” pak Darno yang masih duduk di tepi dipan bambu mulai aku kulum.
Pak Darno : “ohhss...enak mbak intan...ooohhss...”
Intan : “mmmmhhhh… mmmhhhh… kalau sudah mau keluar jangan ditahan ya pak..mmhhh...”

Tangan pak Darno tak tinggal diam, dia mulai mengelus kepalaku yang masih mengenakan jilbab ini dan menekan-nekan agar penisnya masuk lebih dalam dimulutku. Tapi penis sepanjang ini baru ini aku rasakan. Hanya bisa mentok setengahnya saja. Karena penasaran aku coba menelannya lebih dalam walau agak susah.
Intan : “mmmhhh...mmmmhhh...oooggghhh…. Uhuk uhuk… heft… panjang bener sih ini pak. Hihi. sampai kesedak aku.”

Pak Darno : “uh… enak mbak… dalamin lagi mbak...”
Intan : “hihi ketagihan ih… mmmhhh...mmmmhhh...” aku mencoba lagi memasukkannya sampai ke tenggorokan ku. Rasanya susah untuk bernafas ketika menusuk kedalam. Tapi perlahan-lahan akhirnya aku bisa memasukkan penisnya semua didalam mulutku menembus tenggorokan ku. Walau agak tersedak beberapa kali.

Tangan pak Darno kembali menjelajah dan meremas payudaraku. Beliau meremasnya cukup keras walau masih tertutup bra dan baju ku. Rasanya sudah 5 menitan aku mengulum penisnya tapi tak kunjung orgasme juga.
Intan : “ooggghhh….ooooghhhh...mmmhhh…. Ack… pak… kok gak keluar-keluar sih...” aku tetap mengocok penisnya yang sudah berlumuran air liurku.
Pak Darno : “hehe… rangsangannya kurang mungkin mbak.” karena gemas akhirnya aku berdiri dan membuka semua kancing seragam praktek ku agar tangan pak Darno bisa menyelip kedalam dan meremas payudaraku dengan leluasa.

Intan : “kalau gini gimana? Hihi” aku jongkok lagi dan mengulum lagi penis pak Darno. Tangannya sudah mulai menyelip kedalam lalu bermain-main dengan putingku yang sudah menegang.
Pak Darno : “ohhs...mbak intan nya sudah nafsu juga ya...ooohhss…” aku tak mendengarkan ricauan pak Darno lagi. Yang jelas aku harus segera menyelesaikan ini agar tak terlarut dalam nafsuku sendiri yang membuatku lupa diri.

Tapi ternyata pak Darno sudah mulai tidak tahan. Sekitar 3 menit kemudian aku merasakan penisnya mulai berkedut-kedut.
Pak Darno : “ah… mbak Intan… saya mau keluar mbak...aahs...” sroot ssrooot sroooott
Aku langsung memundurkan kepalaku agar tidak tersedak ketika beliau menyemburkan spermanya. Tapi ternyata kepalaku ditahan dengan tangan kanannya dan ditekan sedalam mungkin di tenggorokanku sampai-sampai pantat beliau juga terangkat untuk menusukkan penisnya. Aku gelagapan saat spermanya menyembur langsung di tenggorokanku. Cairan hangat itu langsung mengalir deras dan penisnya yang menyumpal tenggorokanku ini membuatku tidak bisa bernafas.

Aku pun mencoba mendorong tubuh pak Darno yang membuat penisnya tercabut dari mulutku dan menyemburkan spermanya ke muka ku. Sampai lengket semua muka dan jilbab yang sedang aku pakai. Disaat ini aku baru tersadar kalau sperma yang dimuntahkan dari penis pak Darno begitu banyak saat melihatnya langsung dengan mata ku. Bahkan ketika sudah tercabut dari mulutku masih saja menyemprot beberapa kali. “Gawat nih, banyak banget ternyata sperma pak Darno. Duh selama ini keluar didalam juga sebanyak ini. Pantes rahimku rasanya penuh banget. Gak mungkin kalau aku gak hamil ini.” pikirku

Intan : “duh pak… kesedak nih… banyak banget lagi...”
Pak Darno : “maaf ya mbak khilaf tadi saya pengen keluarin didalam mulut mbak Intan semua.”
Intan : “lengket nih pak muncrat ke jilbab ku.” aku berdiri dan mengancingkan lagi seragamku dan membersihkan spermanya yang menempel dengan tissue yang kubawa.
Intan : “udah kan pak. Yuk pulang yuk.”
Pak Darno : “tapi saya masih tegang nih mbak.” aku melihat penisnya yang masih tegang walau tak sekeras tadi.
Intan : “sudah gak setegang tadi kan pak… yuk pulang yuk...” akhirnya pak Darno menuruti ku dan kami pun pulang kerumah.

Sampai dirumah untung saja bu Marni sudah tidur jadi pakaianku yang berantakan dan ada bekas lengket-lengket ini. Aku langsung masuk ke kamar ku dan menaruh jilbab ku untuk ku cuci sekalian malam ini. Saat keluar kamar pak Darno sedang duduk di dapur.
Pak Darno : “mbak maaf lupa bilang saya kalau kamis besok gak bisa jemput mbak. Ada urusan buat acara dangdutan itu loh mbak besok sabtu.”
Intan : “hmm katanya tadi mau jagain saya pak.”
Pak Darno : “iya mbak maaf ya saya lupa bilang itu tadi.”
Intan : “ya sudah deh pak gak apa. Saya permisi mau nyuci dulu ya.”

Intan : “nih bekas calon anak-anakmu nempel semua di jilbabku. Hihi” sambil berbisik dan menggodanya. Pak Darno nampaknya terpicu dan seperti ingin menerkamku saat itu juga. Aku yakin dia langsung horny lagi.
Intan : “sssstttt… nanti bu Marni denger lho pak.” mendengar kata-kata ku ini, beliau tidak jadi menerkamku dan hanya menghela nafas dalam-dalam. Lucu rasanya menggoda bapak-bapak yang sudah berusia ini. Aku pun pergi ke sumur untuk mencuci pakaian ku sekalian. Disaat mencuci ini terlintas lagi pikiran buruk ku. “Aduh ini kalau sperma pak Darno seperti itu gak mungkin gak hamil sih aku. Aduh gimana ya. Masa aku pulang-pulang hamil. Bisa dibunuh sama bapak ku ini. Mau ngomong apa juga aku. Pacar juga sudah gak ada. Aduuuhh...”

Setelah selesai mencuci dan menjemur beberapa pakaianku, aku akan pergi mandi. Tapi aku mengambil alat mandi ku dulu di kamar. Saat aku masuk ke rumah, aku sudah tak melihat pak Darno lagi di area dapur. “Kemana ini bapak?” pikirku. Ternyata beliau sedang ngopi di teras depan.
Intan : “ngapain pak ngopi diluar?” sapa ku.
Pak Darno : “ini mbak cari angin aja. Hehe. biar gak kesambet setan.”
Intan : “haha. Ya sudah pak saya permisi mandi dulu.” aku pun pergi mandi dan entah kenapa nafsuku tiba-tiba memuncak. Saat tengah menyabuni tubuhku, aku malah meremas-remas payudaraku sendiri sampai putingku menegang. Lama-lama tangan kiriku turun mengelus area vaginaku. Aku pun terduduk dilantai kamar mandi yang berlumut ini dan meneruskan aksiku.
Intan : “mmmhhh...oooohhhss...ooohhss...” aku memejamkan mata dan menikmati sensasi masturbasi sendiri didalam kamar mandi.
Intan : “nnnggghhh...aachh...aachhh...aachhhss...aachh...” 2 jari ku semakin kencang mengocok keluar masuk. Aku membayangkan saat ini ada penis besar yang sedang menusuk vaginaku.

Entah kenapa rasanya aku jadi terangsang sendiri seperti ini. Apa karena hari ini aku belum bersetubuh dengan siapapun. Atau… aku memikirkan kata-kata pak Darno tadi tentang pak Lukman yang mengintip saat aku sedang berhubungan badan dengan pak Darno. Imajinasi ku semakin membayangkan yang tidak-tidak rasanya. Bagaimana jika pak Lukman saat itu tidak hanya mengintip tapi ikut menyetubuhiku bahkan memperkosaku. Ahh… rasanya nafsuku semakin naik membayangkan ini semua.

Intan : “nnnnngggghhhh….AAHHHH….” tanpa sadar akhirnya aku orgasme juga dan cairan kewanitaanku mengalir deras seperti terkencing-kencing rasanya. Aku pun tergeletak di lantai kamar mandi dengan masih mengejan-ngejan keenakan. Seperti tersetrum seluruh tubuhku menikmati orgasmeku barusan sampai kepalaku pusing rasanya. “duh kenapa sih aku ini kok malah punya pikiran yang enggak enggak”

Sekitar 5 menit kemudian dengan susah payah aku berusaha berdiri dan membasuh tubuhku lagi. Berusaha menghilangkan nafsuku yang masih menggebu-gebu saat ini. Tapi tak kunjung mereda dan semakin menuntut untuk dipuaskan. Karena tak kunjung hilang, akhirnya ku putuskan untuk menggoda pak Darno saja. Aku keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk masuk ke dalam rumah. Kondisi rumah sudah gelap karena memang lampu tidak dinyalakan bila tidak ada orang seperti saat ini. Aku berjalan menuju ke teras depan rumah mencari pak Darno. Akal sehatku sudah hilang saat ini. Aku tak perduli lagi ada bu Marni dirumah yang mungkin akan memergoki kami. Aku hanya ingin dipuaskan malam ini.

Intan : “kopinya belum habis pak?” aku berkata pada pak Darno yang masih terduduk di teras depan.
Pak Darno : “eh mbak Intan, Sudah nih mbak. Sudah selesai ya mandinya jadi kelihatan seger.” pak Darno terkejut melihatku hanya berbalut handuk duduk disampingnya saat ini. Matanya tak lepas dari belahan dadaku yang memang aku sengaja perlihatkan.
Intan : “iya pak, bapak gak mau mandi? Apa mau aku bikinin kopi lagi pak?”
Pak Darno : ”boleh deh mbak bikinin kopi lagi. Saya kalau sudah malam gini gak berani mbak buat mandi. Takut masuk angin malahan.”
Intan : “ya sudah saya bikinin kopi dulu ya pak.” aku memegang pahanya dan melemparkan senyum nakal ku kearahnya sebelum beranjak masuk ke dalam rumah.

Nampaknya pak Darno mengerti akan kode yang kuberikan tadi. Beliau mengikutiku masuk kedalam rumah dan saat aku masih di ruang tamu beliau mengunci pintu depan rumahnya. Tapi aku pura-pura saja tak tahu apa yang akan beliau lakukan selanjutnya. aku masih berjalan menuju ke arah dapur. Tapi belum sampai di dapur, beliau sudah memelukku dari belakang. Aku pun berbalik badan dan kami mulai berciuman dengan sangat bernafsu.
Intan : “mmmmhhhh...mmhhhh… pak… mmmhhh… puasin aku… mmmhhh… mmmhhh...” lidah kami pun saling bertautan. Tak kupedulikan lagi mulutnya yang masih bau rokok dan kopi. Sambil tetap berciuman, beliau mendorongku ke arah kamar paling ujung sebelah kamar mas Kirun.

Kami berdua masuk kedalam kamar itu. Kamar yang sebelumnya ditempati oleh anak perempuan pak Darno. Saat sudah di dalam, pak Darno menarik handuk yang kukenakan. Telanjang bulatlah sudah aku didepannya saat ini. Beliau mulai membuka semua pakaiannya sembari memelukku dan menciumi tubuhku. Setelah itu aku direbahkan diatas kasur. Tubuhku langsung ditindih oleh nya. Kamipun kembali berciuman panas diatas kasur sambil saling meraba. Penisnya sudah menegang dan seperti menekan-nekan di perut. Tubuhku serasa semakin panas dan nafsuku juga tak terbendung lagi. Keringat sudah membasahi kami berdua. Aku memejamkan mata menikmati, tangan kananku turun ke arah penisnya. Kugenggam dan kuarahkan ke bibir vaginaku.

Pak Darno mengerti dan mulai menekan perlahan keluar masuk sampai akhirnya penisnya yang cukup besar itu tertanam di dalam. Aku hanya bisa terpekik menikmati kepala penisnya yang tiba-tiba mencium bibir rahimku. Beliau memang pintar mempermainkan nafsuku. Walau vaginaku sudah sangat basah, tak langsung dihajarnya dengan kecepatan tinggi. Perlahan tapi pasti, pak Darno mempercepat penetrasinya. Aku pun mulai kelojotan sambil menggigit bibirku dan memeluk erat tubuh pak Darno.
Intan : “ack...ackk...ackk….aah...aachh...OOHHS...” tak sadar aku mulai mendesah-desah. Tetapi pak Darno segera membekap mulutku dan sekarang aku hanya bisa mengerang-ngerang keenakan.

Semakin lama penetrasinya semakin cepat membuat kasur kami berderit dan aku pun menggelepar menerima tusukan-tusukan yang semakin keras menghantam bibir rahimku. Sampai akhirnya aku tak tahan lagi dan orgasme. Aku mencengkeram erat kasur dan melenguh kencang. Pak Darno pun terdiam membiarkan ku merasakan orgasme ku terlebih dahulu dengan tetap membenamkan penisnya sedalam mungkin. Kaki ku juga mengunci pinggang pak Darno. Rasanya seperti bibir rahimku berkedut-kedut mencium kepala penisnya.

Ranjang yang terbuat dari kayu dan ber kasur kapuk ini sudah berantakan karena aku menggelepar keenakan. Nampaknya bu Marni sudah terlelap tidur dan tidak terbangun sama sekali walau derit kasur ini berbunyi kencang. Padahal kondisi sunyi senyap di malam hari ini. Atau mungkin karena lokasi kamar nya cukup jauh ujung ke ujung. Walau cukup was was, tapi aku melupakan semua itu. Hanya meraih kenikmatan saja yang ada di pikiran ku sekarang.

Intan : “oohhs… pak… ooohhss...”
Pak Darno : “sstt.. Pelan-pelan mbak. Hehe… ”
Intan : “ohs… iya pak… enak pak… ACK…. NNGGHHHH” tiba-tiba pak Darno menusukkan penisnya sampai menekan bibir rahim ku membuatku terpekik dan mulutku langsung di bekap olehnya. Seperti ditusuk lebih dalam dan ingin menjebol masuk ke dalam rahimku. Rasa sakit, gatal, dan nikmat bercampur menjadi satu. Penisnya yang cukup besar dan panjang ini menyumpal penuh didalam vaginaku. Cukup lama aku kelojotan sampai rasanya mulai memudar. Seperti area dalam vaginaku mulai menyesuaikan diri dengan batang yang menusuk sekarang.

Intan : “huff...hufff...iish… si bapak ih… nusuknya kedalaman… sakit tau pak… huff...”
Pak Darno : “tapi enak kan mbak. Hehe.”
Intan : “ih si bapak… sakit tapi… panjang banget sih… OOOHHS...” pak Darno menarik penisnya keluar dan menyisakan rongga di dalam. Ini membuatku orgasme lagi dan kembali kelojotan di kasur.
Pak Darno : “hehe si mbak Intan keenakan banget ya sampai kelojotan banget.” entah kenapa hari ini aku nafsuku tinggi sekali. Mungkin saja karena hari ini sudah masuk ke masa suburku sebenarnya kalau dihitung secara tanggalan. Badan ku yang berkeringat rasanya sangat panas meminta untuk dipuaskan.

Pak Darno yang masih berada di atas ku kembali menciumi tubuhku. Beliau menjilat leherku lalu turun ke arah payudaraku sambil meremas-remasnya lalu menghisap tepat di putingku yang menegang bergantian kanan kiri.
Intan : “uuhh… pak… oouhhs… geli...” pak Darno merangsang ku dengan mempermainkan payudaraku. Aku yang semakin tak tahan mendorongnya ke samping. Lalu sekarang aku yang gantian berada diatasnya. Kami kembali berpagutan dan aku mengarahkan penisnya kembali ke vaginaku.
Intan : “ohss….yes...pak...oouuh...nggghh… enak pak… aahhss...” kami kembali bersetubuh dengan posisi aku berada diatas menggenjot penisnya yang sudah tertanam penuh didalam. Tangan pak Darno meremas-remas payudara ku dengan gemasnya.
Pak Darno : “susumu mbak, nggemesno...” aku yang sedang menggoyangnya dari atas hanya bisa merem melek menikmati ini semua.

Intan : “ahhs… nnggghhh… isep terus pak… ooouuhhs...” karena mulai kelelahan, aku yang sedikit berjongkok membuat pak Darno bisa menghisap-hisap payudara ku. Tangannya pun meremas-remas seperti sedang memerah susu dan terus dihisapnya. Tak lama kemudian aku kembali memperoleh orgasme ku dan akhirnya ambruk di atas tubuh pak Darno. Beliau kembali menciumku dengan ganas.
Pak Darno : “goyangan mu enak betul mbak Intan. Hampir saja saya gak tahan mau keluar tadi. Eh mbak Intan nya duluan yang dapet.”
Intan : “hmm tumben pak biasanya tahan lama.”
Pak Darno : “hehe, iya mbak Intan sih goyangannya enak bener.”
Intan : “sama bu Marni enakan mana pak?hihi”
Pak Darno : “ya enakan mbak Intan dong.”
Intan : “yang bener nih pak?” aku kembali menggoyang penisnya yang masih tertancap didalam.
Pak Darno : “uhs.. Iya mbak.. Masa saya bohong...”
Intan : “ya sudah nikmatin aja ya pak… hihi” sekuat tenaga aku kembali menggoyang pak Darno. Walau masih ada rasa ngilu yang membuatku geli dan juga tenaga ku belum balik semua. Tapi melihat raut muka nya ke enakan seperti ingin aku teruskan.

Kurang lebih 10 menit kemudian
Intan : “ouhs.. Pak… oohhs… NGGHHH… aahhhss...”
Pak Darno : “uhss… mbak intan dapet lagi...”
Intan : “ngghhh… iya pak.. Nggghhh.. Enak pak… nggghhh...”
Pak Darno : “terus in lagi mbak… saya juga mau keluar...” tangan pak Darno memegang erat pinggangku untuk membantuku naik turun di atasnya. Dengan sisa-sisa tenagaku aku terus menggoyangnya. Dan benar saja…
Pak Darno : “oh mbak… saya mau keluar... “
Intan : “nggghh… ouhs… keluarin aja pak… ooohhs… OH….” pak Darno pun menarik pinggangku agar semakin erat dan penisnya menusuk sampai area terdalam. Beliau menembakkan spermanya tepat di lubang cervix ku yang tertekan oleh kepala penisnya sehingga spermanya langsung mengalir ke dalam. Aku merasakan cairan hangatnya memenuhi rahimku. Aku yang sudah tak kuat lagi kembali ambruk di atas pak Darno. Pak Darno mengangkat pinggulnya dan memegang bongkahan pantatku agar spermanya tetap mengalir kedalam.

Cukup lama rasanya beliau menembakkan spermanya didalam. Aku sudah tak perduli lagi saat ini apakah aku nanti hamil atau tidak. Rasa haus ingin dipuaskan sudah menguasaiku. Apalagi rasanya hari ini sudah memasuki siklus suburku. Aku yang sudah tak kuat lagi hanya bisa ngos-ngosan diatas tubuh pak Darno. Sudah sangat kelelahan rasanya. Sampai akhirnya aku tertidur.


Hari ke 9
Keesokan paginya aku terbangun dan ternyata sudah berada didalam kamar ku sendiri. Tetapi aku masih telanjang bulat dan hanya tertutup selimut begitu saja. Kemudian aku duduk di tepi kasur berusaha mengumpulkan kesadaran. Tubuhku tak enak rasanya semalam berkeringat dan ketika aku meraba bagian kewanitaanku masih lengket-lengket.
Intan : “duh kenapa aku bisa lepas kendali ya kemarin. Sperma pak Darno pasti banyak ini yang dikeluarin didalam. Huff...”
Dengan agak tertatih aku bangun mengambil obat pencegah kehamilan yang aku bawa di tas dan segera meminumnya. “Semoga aja gak jadi ini.” pikirku.


Terima Kasih Suhu....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd