botol_miras
Kakak Semprot
- Daftar
- 26 Jul 2020
- Post
- 156
- Like diterima
- 254
Mantaap update nya...makasih hu... 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan
- Thread starter haze1998
- Start date
Pecinta1981
Guru Besar Semprot
- Daftar
- 20 Jul 2020
- Post
- 2.071
- Like diterima
- 2.636
Ijin nyimak hu
haze1998
Senpai Semprot
- Daftar
- 12 Jun 2018
- Post
- 984
- Like diterima
- 4.979
98 itu tahun yg paling bikin ane inget ngancurin ekonomi keluarga ane suhu.
Tahun yg bikin bokap ama nyokap harus banting tulang, nyokap ane sampai buka toko di pasar yg sebelumnya cuma dirumah aja, bokap ane juga sampai keluar pulau buat cari duit lagi yg sebelumnya cuma punya PT 3 biji.
Yah tahun yg bikin ancur lah, dan sampe nyokap gak bisa berobat mengesampingkan kankernya demi cari duit lagi.
Thats why nick ane Kabut Asap 98.
Lah jadi curhat ane... Wkwkwkwk
Terakhir diubah:
haze1998
Senpai Semprot
- Daftar
- 12 Jun 2018
- Post
- 984
- Like diterima
- 4.979
haze1998
Senpai Semprot
- Daftar
- 12 Jun 2018
- Post
- 984
- Like diterima
- 4.979
bitchwithkboard
Suka Semprot
- Daftar
- 7 Nov 2014
- Post
- 18
- Like diterima
- 13
Gaskan ommmm
haze1998
Senpai Semprot
- Daftar
- 12 Jun 2018
- Post
- 984
- Like diterima
- 4.979
Egisetiawan
Senpai Semprot
- Daftar
- 14 Jan 2018
- Post
- 774
- Like diterima
- 459
Mantab uy seger
haze1998
Senpai Semprot
- Daftar
- 12 Jun 2018
- Post
- 984
- Like diterima
- 4.979
welcome suhu.
bitchwithkboard
Suka Semprot
- Daftar
- 7 Nov 2014
- Post
- 18
- Like diterima
- 13
Antri menunggu update
haze1998
Senpai Semprot
- Daftar
- 12 Jun 2018
- Post
- 984
- Like diterima
- 4.979
Sabar, belum kelar update nya suhu.
haze1998
Senpai Semprot
- Daftar
- 12 Jun 2018
- Post
- 984
- Like diterima
- 4.979
btw kalau ada kritik saran bisa disampaikan ya suhu suhu semua.
kali aja alurnya terlalu lambat atau kecepetan atau ada masukkan lain juga boleh.
haze1998
Senpai Semprot
- Daftar
- 12 Jun 2018
- Post
- 984
- Like diterima
- 4.979
The EX 02 - Chapter 09
Timeline : 2011 Februari
--POV Tono--
Tak terasa sudah sebulan aku pacaran dengan Intan. Entah kenapa aku masih tak bisa menghilangkan bayang-bayang Rency dari pikiranku. Terkadang aku bangun di tengah malam dan melamun menyesali kebodohanku. Kenapa aku tak berani bertanggung jawab dan lebih memilih kabur seperti ini sekarang. Akankah aku kembali bodoh, menyia-nyiakan kisah cintaku yang sekarang. Memang dari segi penampilan, Rency jauh lebih anggun dan nampak lebih berpendidikan daripada Intan. Tapi untuk kecantikan rasanya Intan menang jauh. Untuk penampilan rasanya Intan masih bisa ku ubah. Besok aja mungkin aku ajak Intan untuk berbelanja beberapa baju.
Tono : “ping!”
Tono : “yank, besok jadwal kerja pagi apa siang ya?”
Intan : “besok aku jadwal pagi yank. Kenapa-kenapa?”
Tono : ”jalan yuk besok. Habis kamu pulang kerja, aku susul ke rumah.”
Intan : “ok sayang. Sekalian mau makan diluar apa dirumah? Kalau dirumah nanti aku masakin deh.”
Tono : “hmm diluar aja sekalian ngopi-ngopi gimana.”
Intan: “oke oke. Eh yank aku lanjut kerja dulu ya. Mau keliling cek pasien.”
Akhir-akhir ini memang aku sudah jarang antar jemput Intan karena mulai sibuk harus bagi waktu jaga toko, warnet, dan menyicil skripsi. Disamping itu, sudah sebulan pacaran rasanya sudah mulai biasa, tak sehangat ketika awal-awal pacaran. Intan pun sudah biasa pulang pergi sendiri. Kami juga masih sering jalan-jalan ketika jadwal liburnya yang 2 hari di tiap shift. Rasanya memang harus segera rekrut orang untuk membantu di toko dan di warnet.
--keesokan harinya--
Siang ini aku tutup toko lebih awal dan segera menuju ke tempat kerja Intan.
Intan : “eh yank kok sudah disini? Katanya mau jemput dirumah aja.” Intan kaget ketika melihatku sudah menunggu di parkiran.
Tono : “iya gak apa pengen aja ketemu kamu cepet.”
Intan : “ih... So sweet… tau gitu tadi pagi anterin aku aja yank. Biar gak balikin motor dulu gini.”
Tono : “hehe iya ya. Tapi kan harus buka toko aku yank pagi-pagi. Belum ada yg bantuin nih. Masih giliran ama Ramdan gantian warnet ama toko. Ngomong-ngomong si Hasan gimana? Mau dia bantu jaga warnet?”
Intan : “halah si Hasan mau mau aja kemarin. Tapi abis nya ujian yank katanya. Jadi bisa mulai April lah. Hehe”
Tono : “iya habis nya ujian aja. Biar konsen belajarnya dia.”
Intan : “eh pulang dulu yuk yank.”
Tono : “ok, aku jagain dari belakang ya.” akhirnya aku mengantarnya pulang dulu kerumah cuma untuk menaruh motor.
Intan : “yuk yang langsung.”
Tono : “gak ada orang dirumah yank? Mau pamitan dulu nih gak enak.”
Intan : “palingan cuma si Hasan aja yang dirumah. Sudah ayo jalan-jalan yuk.”
Tono : “oh ok, beneran nih gak usah pamit?”
Intan : “haha ngapain? Udah deh ayo.” akhirnya kami pun pergi jalan-jalan sore.
Intan : “kemana kita yank?”
Tono : “ke mall itu tuh.”
Intan : “yah disini masa ada mall yank.”
Tono : “iya maksud aku Ramayana itu lho.”
Intan : “oalah… kirain mall mana. Haha. mau beli baju kamu yank?”
Tono : “yap betul. Aku mau beliin kamu baju.”
Intan : “YAY… yang bener nih?”
Tono : “iya, biar agak modis dikit. Hehe”
Intan : “hmm pakaianku terlalu ndeso ya yank?”
Tono : “ah enggak kok cuma pengen kamu punya variasi baju aja, gak cuma kaos panjang sama jilbab mulu gini.”
Intan : “oke deh, terserah kamu yank. Pokoknya dibayarin. Hehe”
Akhirnya selama kurang lebih 1 jam kami muter-muter toko, dan terpilih beberapa baju yang menurutku cocok untuk Intan. Agak terbuka sih dibanding dengan pakaian yang biasa dia kenakan.
Intan : “ini bener nih yank aku pakai gini?”
Tono : ”iya, kan bener kan kamu jadi makin cantik pakai ini.”
Intan : “gak bisa pakai jilbab dong kalau pakai dress one piece gini. Apalagi roknya pendek.”
Tono : “iya gak apa… cantik kok kamu pakai itu.”
Intan : “ih gak pede yank. Kalau dirumah sih ayo ayo aja. Hehe”
Tono : “udah gini aja, sekarang kamu ganti pakai yang ini lalu kita pergi jalan-jalan” sambil aku memilihkan 1 pakaian untuk Intan kenakan.
Intan : “hmm… beneran nih?”
Tono : “iya sudah buruan ganti di toilet sana yank. Aku pengen lihat seberapa cantiknya pacarku ini.” akhirnya Intan menuruti ku dan berganti pakaian di toilet.
Tono : “wow, tampak lebih cantik beneran kamu yank. Hehe yuk ngopi ke cafe yuk.”
Intan : “duh masih kikuk nih yank keluar pakai pakaian gini. Terlalu terbuka gak sih?”
Tono : “enggak kok biasa aja itu yank.” biar gak canggung lagi, aku langsung menggandeng tangannya dan menuju tempat nongkrong. Cafe nya tak jauh dari tempatku sekarang jadi cukup jalan kaki saja kesana.
Intan masih tak biasa untuk berpakaian seperti ini. Pakaiannya biasa saja sebenarnya, tidak terlalu seksi juga. Hanya saja dia selama ini terbiasa mengenakan pakaian tertutup. Kulit putih dan mulus intan nampak terlihat jelas. Sampai di cafe, banyak mata tertuju ke Intan. Aku bangga, pacarku menarik dan nampak cantik sore ini. Apalagi payudaranya semakin menyembul karena pakaian yang dikenakan cukup ketat. Aku pun memilih duduk di tempat yang agak tengah agar Intan jadi pusat perhatian banyak orang.
Tono : “mau pesan apa yank? Aku pesanin dulu.”
Intan : “capucino sama pisang goreng aja yank.” Intan nampaknya masih kikuk dan sesekali kulihat dia seperti mengusap tangannya yang terekspos.
Tono : “hehe, kenapa yank? Masih gak nyaman ya?”
Intan : ”iya iiihh.. Dilihatin banyak orang rasanya.”
Tono : “haha gak apa apa, gak kependekan kok pakaianmu. tuh juga yang lain pakaiannya se kamu juga tuh.” sambil ku tunjukkan beberapa pengunjung cafe.
Intan : “iya sih, tapi gak biasa aja yank. Kalau dirumah nanti kamu suruh aku pakai gini, atau gak pakai apa apa juga aku mau mau aja.” aku menggenggam tangannya.
Tono : “gak apa yank, toh juga ada aku disini kan. Siapa coba yang berani macem-macem sama kamu. Aku pesen dulu ya.”
Intan : “ok yank.”
Aku memilih beberapa menu untuk kupesan menemani sore ini ngobrol dengan Intan. Saat mengantri memesan, aku melihat kembali kearah Intan. Nampaknya Intan menyibukkan diri dengan chating di BBM nya. Mungkin untuk mengatasi kecanggungannya saja. Aku juga melihat sekitar, banyak yang curi-curi pandang ke arah Intan. Aku penasaran ada yang berani mendekatinya tidak ya ketika ku tinggal sendirian.
Setelah selesai memesan aku kembali ke meja.
Tono : “hehe sorry yang lama, itu masih antri.”
Intan : “iya namanya juga lagi rame nih yank. Jam nya pada nongkrong.”
Tono : “eh bentar yank, aku mau ke toilet dulu ya. Tiba-tiba kok mules aku.” entah kenapa aku punya ide untuk meninggalkan Intan sendirian beberapa saat. Aku masih bagaimana kalau aku meninggalkan Intan mungkin sekitar 10 menitan. Kira-kira apa yang akan terjadi ya…
--POV Intan--
Aku sedikit bete rasanya ketika ditinggal sendirian gini. Apalagi baru kali ini aku pakai pakaian seperti ini diluar. Seumur-umur, aku selalu mengenakan pakaian panjang dan jilbab untuk keluar. Itu juga untuk menutupi payudaraku yang besar ini. Sejak SMP aku kurang pede dengan tubuhku, walau mantan-mantan ku selalu memuji “aset” ku ini. Rasanya banyak mata yang melirik kearahku, membuatku semakin tidak nyaman. Aku coba menyibukkan diri saja dengan hape ku sekarang dengan chatting si Ningsih yang sedang jaga shift. Makanan juga sudah datang tapi Tono nya belum kembali juga.
Tiba-tiba ada yang mendekat kearahku.
“Tan Intan...” aku melirik kearah suara barusan.
“Eh bener Intan ternyata, tak kira bukan. Tapi mirip. Haha”
Intan : “eh Santo. Apa kabar?” aku pun berdiri menyalaminya. Ternyata yang menyapa ku barusan si Santo teman SMA ku.
Santo : “sendirian aja nih Tan? Dah lama gak ketemu makin cantik aja kamu.”
Intan : “halah gombal. Enggak nih, sama pacarku. Dia lagi kebelakang.”
Santo : “pacar yang mana nih?hahaha kan kamu sering gonta-ganti Tan.”
Intan : “haha kurang ajar. Iya baru ini temannya Ramdan dari Surabaya. Dia sekarang lagi bisnis disini sama si Ramdan.”
Santo : “tuh kan bener ganti lagi. Hahahaha”
Intan : “eh kamu kerja dimana sekarang? Jarang kelihatan kalau reuni.”
Santo : “iya aku kerja diluar kota sekarang. Ya masih di pabrik juga sih tapi di pasuruan.”
Intan : “oalah pantesan”
Santo : “kalau kamu disini-sini aja tan?”
Intan : “iya, dah jadi bidan aku disini. Hehehe. Sudah nikah belum kamu?”
Santo : “sudah dong Tan. sorry gak undang-undang. Nikah dapet anak sana Tan aku. Temen ku di pabrik juga sih. Itu juga baru nikah bulan kemarin.”
Intan : “jadi sekarang menetap di sana kamu San?”
Santo : “iya Tan, ini aja pulang ada keperluan sama bapak ku mau jual sawahnya.”
Intan : “loh, napa dijual? Eman e.”
Santo : “iya ada yang nawar buat proyek perumahan itu. Jadi ya tak bantu ngurusin soalnya bapak ku kan gak bisa baca tulis. Nanti dibohongi bahaya. haha”
Intan : “wah jadi orang kaya dadakan nih ceritanya.”
Santo : “ya enggak juga sih. Kan masih dibagi-bagi sama saudara-saudara. Sama buat bapak ku juga.”
Intan : “terus istrimu juga diajakin kesini?”
Santo : “enggak tan dia masih di rumah kok. Daripada dipecat berdua nanti gak makan aku. Haha. biar aku aja yang bolos ini gak masuk kerja.”
Intan : “baru nikah udah ditinggal-tinggal. Gak kangen kamu? Haha”
Santo : “iya sih kalau itu. Lagi anget-angetnya nikah udah tak tinggal balik kesini. Terpaksa harus tahan biar urusan lancar. Eh tan bagi pin bb mu dong.”
Intan : “boleh-boleh. Coba ******. udah ?”
Santo : “nah udah.”
Intan : “haha sudah nikah tapi profil BBM nya masih sendirian aja. Dasar.”
Santo : “hehe, iya. Istriku juga gak punya bb jadi aman lah.”
Intan : “hayo, lak nakal.”
Santo : “hehe iya kan gak papa kalau ada yang nyantol lagi. Jatah e laki-laki itu 4 lho Tan.”
Intan : “emang yakin diseriusi? Palingan ya kamu pakai mainan doang kan.”
Santo : “hehe, kalau dapet lagi yang secantik kamu sih tak seriusi paling Tan.”
Intan : “heh, inget istri dirumah. Haha”
Santo : “ya kan aku disini sendirian Tan. kalau diluar rumah itungannya jomblo lah.”
Intan : “haha bisa aja kamu tuh.”
Tak lama kemudian Tono datang.
Tono : “aduh sorry yank, lama ya. Hehe”
Intan : “iya nih lama banget. Eh yank kenalin ini teman SMA ku si Susanto.”
Tono : “Tono...”
Santo : “Santo...” Tono bersalaman dengan Santo.
Santo : “tan aku cabut dulu ya, gak enak ganggu nanti. Hehe”
Tono : “loh kemana mas? Sini aja lah gabung sama-sama kita.”
Santo : “ah sudah mas tadi saya sebenernya mau pulang tapi papasan sama Intan jadi ngobrol sebentar disini. Tan, aku permisi dulu ya.”
Intan : “iya san hati-hati.” akhirnya Santo pergi.
Intan : “lama banget sih yank!” aku pun mencubit lengannya.
Tono : “aduh duh… hehehe iya nih maklum panggilan alam. Maaf ya. Tadi asik ya ngobrolnya?”
Intan : “iya untung aja ada Santo yang nemenin tadi.”
Tono : “itu tadi temen SMA ya? Tinggalnya dimana?”
Intan : “itu di desa sebelah rumahku sih yank. Sawah bapaknya mau dijual mau buat perumahan katanya. Itu lho sawah yang sering kamu lewati kalau kerumahku.”
Tono : “wah seluas itu mau jadi perumahan, punya dia semua?”
Intan : “ya enggak sih. Tapi aku gatau sih jelasnya gimana. Tapi kalau jadi perumahan kan enak yank. Kita bisa ambil disitu nanti kalau sudah nikah.”
Tono : “haha iya iya, pikirannya nikah terus ini.”
Intan : “ya gimana, temen-temen ku sudah pada nikah tuh yank.”
Tono : “iya deh iya.”
Tono : “eh yank, ujiannya si Hasan gimana? Lancar?”
Intan : “kayaknya sih lancar yank. Minggu ini terakhir ujian praktek katanya.”
Tono : “bagus lah kalau gitu, tapi kamu masih sering diajakin praktek gak sama Hasan? Haha”
Intan : “iiih malu ih bahas gituan disini.” aku mengerti arah pembicaraan Tono kemana.
Tono : “kan ngomongnya pelan-pelan, gak ada yang denger juga ini yank.”
Intan : “iya sih, tapi masa bahas gituan disini. Nanti kalau aku pengen gimana?”
Tono : “ya sudah ke toko ku aja kan sepi nih malem. Hehe”
Intan : “ih kamu nih.”
Tono : “untung ada kamu ya jadinya Hasan kalau stress ada pelampiasan. Hehe”
Intan : “iya nih, hampir tiap hari kayaknya yank. Eh...” aku pun keceplosan.
Tono : “wow. Beneran.” aku cuma menanggapinya dengan mengangguk.
Intan : “ah udah ih… tuh kan aku keceplosan… ngebayangin kan aku jadinya...” entah kenapa rasanya nafsuku naik sekarang.
Tono : “hehe seru kayaknya ya.”
Intan : “enggah ih… apaan deh… udah deh yank...”
Tono : “ya udah yuk cabut yank.”
Intan : “yuk yank, tapi habisin dulu tuh roti bakar pesanan mu, nanti masuk angin kamunya.”
Tono : “iya deh.”
Setelah menghabiskan makanannya, kami berdua pergi dari cafe ini sekitar jam 7 malam.
Intan : “kemana nih yank kita?”
Tono : “ke toko yuk.”
Intan : “eh beneran nih?”
Tono hanya diam saja sambil memacu motornya ke arah ruko tempat tokonya berada. Malam ini sudah agak sepi, meski masih ada beberapa toko yang buka.
Tono memarkirkan motornya di depan ruko nya dan menggandeng tangan ku masuk setelah dia membuka pintu geser. Setelah itu Tono memelukku dan menciumiku sampai ku terdorong ke gudang dibelakang tempat Tono menyimpan beberapa barang jualannya. Tono sama sekali tak menyalakan lampu jadi ruangannya gelap sekali.
Intan : “mmmhhh…. Mhhhh… mmmhhh… yank.. Pintu nya gak kamu tutup dulu?”
Tono : “gak usah yank toh juga cuma kebuka dikit ini. Hehe” Tono mulai melucuti pakaian yang kukenakan dan juga pakaiannya. Kemudian aku dibaringkan diatas tikar yang ada di gudang ini yang sering dipakai Tono beristirahat kalau tidak ada pembeli. Aku meraba selangkangan Tono dan merasakan penisnya sudah tegang.
Intan : “hihi sudah tegang ya yank...mmmhhhh...mmmhhh...” Tono yang masih berdiri melepas pakaiannya langsung aku kulum. Tangannya mengelus lembut rambutku.
Tono : “oohs...yes yank… udah sini...” Tono menghentikan ku yang sedang mengulumnya dan menyuruhku berdiri.
Intan : “hihihi… sudah gak tahan ya… aihhs...” Tono mendorongku kearah karung beras yang ada dibelakangku.
Intan : “jangan lewat pantat ya yank...” sambil menungging untuk memudahkannya.
Tono : “iya yank… tenang aja...” penisnya yang sudah tegang itu mulai menggesek-gesek disela-sela kaki ku dan tak lama kemudian aku merasa penisnya menyeruak masuk kedalam.
Intan : “aahhs… ahhh… nngggh… ahhhhss… aahhss...” aku semakin membungkukkan badanku dan bertumpu di karung beras agar Tono bisa memasukkan penisnya lebih dalam. Penetrasi Tono juga semakin cepat rasanya dan akhirnya aku orgasme dalam waktu singkat.
Intan : “aaahhs… yank… aku nyampe….aaahhhhsssss….nnngghhhhh...” Tono memberiku waktu istirahat dengan mencabut penisnya agar aku menikmati orgasme ku dulu.
Tono : “aku masukin lagi ya yank...” melihatku sudah tidak mengejan, Tono kembali menghujamkan penisnya.
Intan : “ahhs… terus yank… aaahhss… ooohss...” tangannya kini mulai meremas-remas payudaraku yang menggantung bebas. Sampai akhirnya aku kembali orgasme dan tak kuat lagi menahan kaki ku untuk berdiri. Tubuhku terkulai diatas tumpukan beras sambil tetap di genjot Tono dari belakang.
Tono : “oohs..yank… dirumah… sering diginiin Hasan gak?? Uuhs...” tiba-tiba Tono bertanya kepadaku tentang skandalku dengan Hasan.
Intan : “oouhhs.. Iya yank… ooohhss… aahhs...”
Tono : “ohhs.. Kapan.. terakhir… kamu... digenjot Hasan?”
Intan : “ooohhhss… kemarin yank… yank… aku dapet lagii…. OOOHHHH…..” akhirnya aku orgasme lagi tapi kali ini Tono tak menghentikan genjotannya.
Tono : “ooohss… pacarku nakal juga ya… ooohhs...”
Intan : “nnggghhh… ahhs… ahhs… kamu… gak marah kan yank? Ahhhs...”
Tono : “uuhs… enggak yank… uuhhs… aku suka kalau kamu nakal gini...”
Intan : “ahhs.. Beneran yank?? Ahhs… ooohhs...”
Tono : “oohs.. Iya yank… oohhs… aku suka kalau kamu nakal gini… ooohhs… ” tangan Tono yang semula meremas-remas payudaraku, kini turun kearah perutku.
Tono : “ooohhs… aku ngebayangin.. Yank… gimana nanti… kalau Hasan… sampai bikin kamu hamil… ooohss...”
Intan : “ooohs… kamu mau… begitu… yank… aaahhs… aahhhs...” genjotan Tono rasanya semakin cepat. Mungkin nafsunya sudah terpancing dan membuatnya sudah tak terkontrol lagi.
Intan : “ahhhs…. Aaahhhs… Sann… Ahhhss… hamilin mbak Sann… ahhhs...” aku pun terhanyut dalam fantasy Tono dan menganggap yang sedang menggenjotku sekarang adalah Hasan.
Tono : “oooh… yank… aku keluar… ooohhs...” crooot crooot….crooot….
Akhirnya Tono ejakulasi juga. Kami berdua terkulai lemas tergeletak beralaskan tikar.
Intan : “huuff huuuff...huuuff… kok tumben yank…. Cepet...” rasanya pergumulan kami baru sekitar 15 menit saja tidak seperti biasanya.
Tono : “hehehe… iya yank… lagi horny parah aku...”
Intan : “iihhss… ngatain aku nakal… tapi pikiran mu yang mesum...”
Tono : “hehehe ya maaf…”
Intan : “kok bisa itu bayangin aku di hamilin Hasan??”
Tono : “entah, seru aja gitu yank bayangin kamu kebobolan sama adikmu sendiri.”
Intan : “aku nya yang gak mau yank. Aku juga kalau sama Hasan main aman terus kok.”
Tono : “pakai kondom maksudnya?”
Intan : “iya, sama atur tanggal.”
Tono : “ooo begitu...”
Intan : “iya lah, aku juga gak mau yank sampai kebobolan. Ada ada aja ini kamu.”
Akhirnya kami berpelukan beberapa saat sampai tenaga kami pulih. Setelah itu aku kembali berpakaian, mengenakan pakaian ku yang tadi sebelum ganti ke baju baru yang dibelikan Tono.
Tono : “kok pakai itu lagi yank?”
Intan : “iya kan mau pulang nanti kamu mau di introgasi bapak ku? Sudah malam juga ini”
Tono : “iya sih. Ya udah deh kalau gitu.”
Intan : “jangan ngambek yank, nanti aku pakai kok kalau kita jalan-jalan lagi. mmuah...”
Setelah itu Tono mengantarku pulang.
Baru sampai dirumah sekitar jam 8 malam. Karena besoknya jadwal ku shift pagi jadinya aku menyuruh Tono langsung balik aja setelah berpamitan dengan kedua orang tua ku. Aku pun langsung ke kamar, mau ganti baju terus mandi. Membersihkan tubuhku yang sudah di jamah Tono tadi.
“ Ping!!! ” aku pun membuka hape ku. Ku kira Tono yang kirim message, ternyata si Santo.
Intan : “napa San?”
Santo : “gpp pengen chat aja. Lagi apa nih?”
Intan : “dih gak jelas. Aku mau mandi baru pulang ini tadi.”
Santo : “haha jangan marah-marah dong. Abis gak dipuasin sama pacarnya ya. Jadinya marah-marah.”
Intan : “weee… ngawur… kamu tuh yang jauh dari istri gak ada yang muasin…” akhirnya ku tinggal mandi saja dan chat dari Santo gak ku balas lagi.
Selesai aku mandi, kembali ku cek hape ku dan ternyata banyak message dari Santo.
“Hehe iya nih Tan. sementara aja sampe kelar urusan jual sawah nya bapak.”
“Terpaksa jauh-jauhan.”
“Jadi ya gini deh.”
“Eh Tan, dah lama ya kita gak ketemu. Kamu makin cantik aja rasanya.”
“Tau gitu gak nikah dulu aku nungguin kamu jomblo.”
“Becanda tan.”
“Ping !!!”
“Ping !!!”
“Ping !!!”
Intan : “baru selesai mandi aku”
Santo : “wah seger nih. Kirimin fotomu dong Tan.”
Nampaknya mau modus ini si Santo. Kayak aku gak tau aja gelagat-gelagat begini. Tapi apa aku ladeni aja ya. Saat ini aku masih hanya mengenakan handuk saja. Karena aku sendiri juga ingin iseng akhirnya aku foto-foto didalam kamar. Posisi handuk ku agak ku turunkan sampai belahan dada ku terlihat. Setelah itu foto ku aku kirim ke Santo dan Tono. Duh, apa yang sudah aku lakukan...
Timeline : 2011 Februari
--POV Tono--
Tak terasa sudah sebulan aku pacaran dengan Intan. Entah kenapa aku masih tak bisa menghilangkan bayang-bayang Rency dari pikiranku. Terkadang aku bangun di tengah malam dan melamun menyesali kebodohanku. Kenapa aku tak berani bertanggung jawab dan lebih memilih kabur seperti ini sekarang. Akankah aku kembali bodoh, menyia-nyiakan kisah cintaku yang sekarang. Memang dari segi penampilan, Rency jauh lebih anggun dan nampak lebih berpendidikan daripada Intan. Tapi untuk kecantikan rasanya Intan menang jauh. Untuk penampilan rasanya Intan masih bisa ku ubah. Besok aja mungkin aku ajak Intan untuk berbelanja beberapa baju.
Tono : “ping!”
Tono : “yank, besok jadwal kerja pagi apa siang ya?”
Intan : “besok aku jadwal pagi yank. Kenapa-kenapa?”
Tono : ”jalan yuk besok. Habis kamu pulang kerja, aku susul ke rumah.”
Intan : “ok sayang. Sekalian mau makan diluar apa dirumah? Kalau dirumah nanti aku masakin deh.”
Tono : “hmm diluar aja sekalian ngopi-ngopi gimana.”
Intan: “oke oke. Eh yank aku lanjut kerja dulu ya. Mau keliling cek pasien.”
Akhir-akhir ini memang aku sudah jarang antar jemput Intan karena mulai sibuk harus bagi waktu jaga toko, warnet, dan menyicil skripsi. Disamping itu, sudah sebulan pacaran rasanya sudah mulai biasa, tak sehangat ketika awal-awal pacaran. Intan pun sudah biasa pulang pergi sendiri. Kami juga masih sering jalan-jalan ketika jadwal liburnya yang 2 hari di tiap shift. Rasanya memang harus segera rekrut orang untuk membantu di toko dan di warnet.
--keesokan harinya--
Intan : “eh yank kok sudah disini? Katanya mau jemput dirumah aja.” Intan kaget ketika melihatku sudah menunggu di parkiran.
Tono : “iya gak apa pengen aja ketemu kamu cepet.”
Intan : “ih... So sweet… tau gitu tadi pagi anterin aku aja yank. Biar gak balikin motor dulu gini.”
Tono : “hehe iya ya. Tapi kan harus buka toko aku yank pagi-pagi. Belum ada yg bantuin nih. Masih giliran ama Ramdan gantian warnet ama toko. Ngomong-ngomong si Hasan gimana? Mau dia bantu jaga warnet?”
Intan : “halah si Hasan mau mau aja kemarin. Tapi abis nya ujian yank katanya. Jadi bisa mulai April lah. Hehe”
Tono : “iya habis nya ujian aja. Biar konsen belajarnya dia.”
Intan : “eh pulang dulu yuk yank.”
Tono : “ok, aku jagain dari belakang ya.” akhirnya aku mengantarnya pulang dulu kerumah cuma untuk menaruh motor.
Intan : “yuk yang langsung.”
Tono : “gak ada orang dirumah yank? Mau pamitan dulu nih gak enak.”
Intan : “palingan cuma si Hasan aja yang dirumah. Sudah ayo jalan-jalan yuk.”
Tono : “oh ok, beneran nih gak usah pamit?”
Intan : “haha ngapain? Udah deh ayo.” akhirnya kami pun pergi jalan-jalan sore.
Intan : “kemana kita yank?”
Tono : “ke mall itu tuh.”
Intan : “yah disini masa ada mall yank.”
Tono : “iya maksud aku Ramayana itu lho.”
Intan : “oalah… kirain mall mana. Haha. mau beli baju kamu yank?”
Tono : “yap betul. Aku mau beliin kamu baju.”
Intan : “YAY… yang bener nih?”
Tono : “iya, biar agak modis dikit. Hehe”
Intan : “hmm pakaianku terlalu ndeso ya yank?”
Tono : “ah enggak kok cuma pengen kamu punya variasi baju aja, gak cuma kaos panjang sama jilbab mulu gini.”
Intan : “oke deh, terserah kamu yank. Pokoknya dibayarin. Hehe”
Akhirnya selama kurang lebih 1 jam kami muter-muter toko, dan terpilih beberapa baju yang menurutku cocok untuk Intan. Agak terbuka sih dibanding dengan pakaian yang biasa dia kenakan.
Intan : “ini bener nih yank aku pakai gini?”
Tono : ”iya, kan bener kan kamu jadi makin cantik pakai ini.”
Intan : “gak bisa pakai jilbab dong kalau pakai dress one piece gini. Apalagi roknya pendek.”
Tono : “iya gak apa… cantik kok kamu pakai itu.”
Intan : “ih gak pede yank. Kalau dirumah sih ayo ayo aja. Hehe”
Tono : “udah gini aja, sekarang kamu ganti pakai yang ini lalu kita pergi jalan-jalan” sambil aku memilihkan 1 pakaian untuk Intan kenakan.
Intan : “hmm… beneran nih?”
Tono : “iya sudah buruan ganti di toilet sana yank. Aku pengen lihat seberapa cantiknya pacarku ini.” akhirnya Intan menuruti ku dan berganti pakaian di toilet.
Tono : “wow, tampak lebih cantik beneran kamu yank. Hehe yuk ngopi ke cafe yuk.”
Intan : “duh masih kikuk nih yank keluar pakai pakaian gini. Terlalu terbuka gak sih?”
Tono : “enggak kok biasa aja itu yank.” biar gak canggung lagi, aku langsung menggandeng tangannya dan menuju tempat nongkrong. Cafe nya tak jauh dari tempatku sekarang jadi cukup jalan kaki saja kesana.
Intan masih tak biasa untuk berpakaian seperti ini. Pakaiannya biasa saja sebenarnya, tidak terlalu seksi juga. Hanya saja dia selama ini terbiasa mengenakan pakaian tertutup. Kulit putih dan mulus intan nampak terlihat jelas. Sampai di cafe, banyak mata tertuju ke Intan. Aku bangga, pacarku menarik dan nampak cantik sore ini. Apalagi payudaranya semakin menyembul karena pakaian yang dikenakan cukup ketat. Aku pun memilih duduk di tempat yang agak tengah agar Intan jadi pusat perhatian banyak orang.
Tono : “mau pesan apa yank? Aku pesanin dulu.”
Intan : “capucino sama pisang goreng aja yank.” Intan nampaknya masih kikuk dan sesekali kulihat dia seperti mengusap tangannya yang terekspos.
Tono : “hehe, kenapa yank? Masih gak nyaman ya?”
Intan : ”iya iiihh.. Dilihatin banyak orang rasanya.”
Tono : “haha gak apa apa, gak kependekan kok pakaianmu. tuh juga yang lain pakaiannya se kamu juga tuh.” sambil ku tunjukkan beberapa pengunjung cafe.
Intan : “iya sih, tapi gak biasa aja yank. Kalau dirumah nanti kamu suruh aku pakai gini, atau gak pakai apa apa juga aku mau mau aja.” aku menggenggam tangannya.
Tono : “gak apa yank, toh juga ada aku disini kan. Siapa coba yang berani macem-macem sama kamu. Aku pesen dulu ya.”
Intan : “ok yank.”
Aku memilih beberapa menu untuk kupesan menemani sore ini ngobrol dengan Intan. Saat mengantri memesan, aku melihat kembali kearah Intan. Nampaknya Intan menyibukkan diri dengan chating di BBM nya. Mungkin untuk mengatasi kecanggungannya saja. Aku juga melihat sekitar, banyak yang curi-curi pandang ke arah Intan. Aku penasaran ada yang berani mendekatinya tidak ya ketika ku tinggal sendirian.
Setelah selesai memesan aku kembali ke meja.
Tono : “hehe sorry yang lama, itu masih antri.”
Intan : “iya namanya juga lagi rame nih yank. Jam nya pada nongkrong.”
Tono : “eh bentar yank, aku mau ke toilet dulu ya. Tiba-tiba kok mules aku.” entah kenapa aku punya ide untuk meninggalkan Intan sendirian beberapa saat. Aku masih bagaimana kalau aku meninggalkan Intan mungkin sekitar 10 menitan. Kira-kira apa yang akan terjadi ya…
--POV Intan--
Tiba-tiba ada yang mendekat kearahku.
“Tan Intan...” aku melirik kearah suara barusan.
“Eh bener Intan ternyata, tak kira bukan. Tapi mirip. Haha”
Intan : “eh Santo. Apa kabar?” aku pun berdiri menyalaminya. Ternyata yang menyapa ku barusan si Santo teman SMA ku.
Santo : “sendirian aja nih Tan? Dah lama gak ketemu makin cantik aja kamu.”
Intan : “halah gombal. Enggak nih, sama pacarku. Dia lagi kebelakang.”
Santo : “pacar yang mana nih?hahaha kan kamu sering gonta-ganti Tan.”
Intan : “haha kurang ajar. Iya baru ini temannya Ramdan dari Surabaya. Dia sekarang lagi bisnis disini sama si Ramdan.”
Santo : “tuh kan bener ganti lagi. Hahahaha”
Intan : “eh kamu kerja dimana sekarang? Jarang kelihatan kalau reuni.”
Santo : “iya aku kerja diluar kota sekarang. Ya masih di pabrik juga sih tapi di pasuruan.”
Intan : “oalah pantesan”
Santo : “kalau kamu disini-sini aja tan?”
Intan : “iya, dah jadi bidan aku disini. Hehehe. Sudah nikah belum kamu?”
Santo : “sudah dong Tan. sorry gak undang-undang. Nikah dapet anak sana Tan aku. Temen ku di pabrik juga sih. Itu juga baru nikah bulan kemarin.”
Intan : “jadi sekarang menetap di sana kamu San?”
Santo : “iya Tan, ini aja pulang ada keperluan sama bapak ku mau jual sawahnya.”
Intan : “loh, napa dijual? Eman e.”
Santo : “iya ada yang nawar buat proyek perumahan itu. Jadi ya tak bantu ngurusin soalnya bapak ku kan gak bisa baca tulis. Nanti dibohongi bahaya. haha”
Intan : “wah jadi orang kaya dadakan nih ceritanya.”
Santo : “ya enggak juga sih. Kan masih dibagi-bagi sama saudara-saudara. Sama buat bapak ku juga.”
Intan : “terus istrimu juga diajakin kesini?”
Santo : “enggak tan dia masih di rumah kok. Daripada dipecat berdua nanti gak makan aku. Haha. biar aku aja yang bolos ini gak masuk kerja.”
Intan : “baru nikah udah ditinggal-tinggal. Gak kangen kamu? Haha”
Santo : “iya sih kalau itu. Lagi anget-angetnya nikah udah tak tinggal balik kesini. Terpaksa harus tahan biar urusan lancar. Eh tan bagi pin bb mu dong.”
Intan : “boleh-boleh. Coba ******. udah ?”
Santo : “nah udah.”
Intan : “haha sudah nikah tapi profil BBM nya masih sendirian aja. Dasar.”
Santo : “hehe, iya. Istriku juga gak punya bb jadi aman lah.”
Intan : “hayo, lak nakal.”
Santo : “hehe iya kan gak papa kalau ada yang nyantol lagi. Jatah e laki-laki itu 4 lho Tan.”
Intan : “emang yakin diseriusi? Palingan ya kamu pakai mainan doang kan.”
Santo : “hehe, kalau dapet lagi yang secantik kamu sih tak seriusi paling Tan.”
Intan : “heh, inget istri dirumah. Haha”
Santo : “ya kan aku disini sendirian Tan. kalau diluar rumah itungannya jomblo lah.”
Intan : “haha bisa aja kamu tuh.”
Tak lama kemudian Tono datang.
Tono : “aduh sorry yank, lama ya. Hehe”
Intan : “iya nih lama banget. Eh yank kenalin ini teman SMA ku si Susanto.”
Tono : “Tono...”
Santo : “Santo...” Tono bersalaman dengan Santo.
Santo : “tan aku cabut dulu ya, gak enak ganggu nanti. Hehe”
Tono : “loh kemana mas? Sini aja lah gabung sama-sama kita.”
Santo : “ah sudah mas tadi saya sebenernya mau pulang tapi papasan sama Intan jadi ngobrol sebentar disini. Tan, aku permisi dulu ya.”
Intan : “iya san hati-hati.” akhirnya Santo pergi.
Intan : “lama banget sih yank!” aku pun mencubit lengannya.
Tono : “aduh duh… hehehe iya nih maklum panggilan alam. Maaf ya. Tadi asik ya ngobrolnya?”
Intan : “iya untung aja ada Santo yang nemenin tadi.”
Tono : “itu tadi temen SMA ya? Tinggalnya dimana?”
Intan : “itu di desa sebelah rumahku sih yank. Sawah bapaknya mau dijual mau buat perumahan katanya. Itu lho sawah yang sering kamu lewati kalau kerumahku.”
Tono : “wah seluas itu mau jadi perumahan, punya dia semua?”
Intan : “ya enggak sih. Tapi aku gatau sih jelasnya gimana. Tapi kalau jadi perumahan kan enak yank. Kita bisa ambil disitu nanti kalau sudah nikah.”
Tono : “haha iya iya, pikirannya nikah terus ini.”
Intan : “ya gimana, temen-temen ku sudah pada nikah tuh yank.”
Tono : “iya deh iya.”
Tono : “eh yank, ujiannya si Hasan gimana? Lancar?”
Intan : “kayaknya sih lancar yank. Minggu ini terakhir ujian praktek katanya.”
Tono : “bagus lah kalau gitu, tapi kamu masih sering diajakin praktek gak sama Hasan? Haha”
Intan : “iiih malu ih bahas gituan disini.” aku mengerti arah pembicaraan Tono kemana.
Tono : “kan ngomongnya pelan-pelan, gak ada yang denger juga ini yank.”
Intan : “iya sih, tapi masa bahas gituan disini. Nanti kalau aku pengen gimana?”
Tono : “ya sudah ke toko ku aja kan sepi nih malem. Hehe”
Intan : “ih kamu nih.”
Tono : “untung ada kamu ya jadinya Hasan kalau stress ada pelampiasan. Hehe”
Intan : “iya nih, hampir tiap hari kayaknya yank. Eh...” aku pun keceplosan.
Tono : “wow. Beneran.” aku cuma menanggapinya dengan mengangguk.
Intan : “ah udah ih… tuh kan aku keceplosan… ngebayangin kan aku jadinya...” entah kenapa rasanya nafsuku naik sekarang.
Tono : “hehe seru kayaknya ya.”
Intan : “enggah ih… apaan deh… udah deh yank...”
Tono : “ya udah yuk cabut yank.”
Intan : “yuk yank, tapi habisin dulu tuh roti bakar pesanan mu, nanti masuk angin kamunya.”
Tono : “iya deh.”
Setelah menghabiskan makanannya, kami berdua pergi dari cafe ini sekitar jam 7 malam.
Intan : “kemana nih yank kita?”
Tono : “ke toko yuk.”
Intan : “eh beneran nih?”
Tono hanya diam saja sambil memacu motornya ke arah ruko tempat tokonya berada. Malam ini sudah agak sepi, meski masih ada beberapa toko yang buka.
Tono memarkirkan motornya di depan ruko nya dan menggandeng tangan ku masuk setelah dia membuka pintu geser. Setelah itu Tono memelukku dan menciumiku sampai ku terdorong ke gudang dibelakang tempat Tono menyimpan beberapa barang jualannya. Tono sama sekali tak menyalakan lampu jadi ruangannya gelap sekali.
Intan : “mmmhhh…. Mhhhh… mmmhhh… yank.. Pintu nya gak kamu tutup dulu?”
Tono : “gak usah yank toh juga cuma kebuka dikit ini. Hehe” Tono mulai melucuti pakaian yang kukenakan dan juga pakaiannya. Kemudian aku dibaringkan diatas tikar yang ada di gudang ini yang sering dipakai Tono beristirahat kalau tidak ada pembeli. Aku meraba selangkangan Tono dan merasakan penisnya sudah tegang.
Intan : “hihi sudah tegang ya yank...mmmhhhh...mmmhhh...” Tono yang masih berdiri melepas pakaiannya langsung aku kulum. Tangannya mengelus lembut rambutku.
Tono : “oohs...yes yank… udah sini...” Tono menghentikan ku yang sedang mengulumnya dan menyuruhku berdiri.
Intan : “hihihi… sudah gak tahan ya… aihhs...” Tono mendorongku kearah karung beras yang ada dibelakangku.
Intan : “jangan lewat pantat ya yank...” sambil menungging untuk memudahkannya.
Tono : “iya yank… tenang aja...” penisnya yang sudah tegang itu mulai menggesek-gesek disela-sela kaki ku dan tak lama kemudian aku merasa penisnya menyeruak masuk kedalam.
Intan : “aahhs… ahhh… nngggh… ahhhhss… aahhss...” aku semakin membungkukkan badanku dan bertumpu di karung beras agar Tono bisa memasukkan penisnya lebih dalam. Penetrasi Tono juga semakin cepat rasanya dan akhirnya aku orgasme dalam waktu singkat.
Intan : “aaahhs… yank… aku nyampe….aaahhhhsssss….nnngghhhhh...” Tono memberiku waktu istirahat dengan mencabut penisnya agar aku menikmati orgasme ku dulu.
Tono : “aku masukin lagi ya yank...” melihatku sudah tidak mengejan, Tono kembali menghujamkan penisnya.
Intan : “ahhs… terus yank… aaahhss… ooohss...” tangannya kini mulai meremas-remas payudaraku yang menggantung bebas. Sampai akhirnya aku kembali orgasme dan tak kuat lagi menahan kaki ku untuk berdiri. Tubuhku terkulai diatas tumpukan beras sambil tetap di genjot Tono dari belakang.
Tono : “oohs..yank… dirumah… sering diginiin Hasan gak?? Uuhs...” tiba-tiba Tono bertanya kepadaku tentang skandalku dengan Hasan.
Intan : “oouhhs.. Iya yank… ooohhss… aahhs...”
Tono : “ohhs.. Kapan.. terakhir… kamu... digenjot Hasan?”
Intan : “ooohhhss… kemarin yank… yank… aku dapet lagii…. OOOHHHH…..” akhirnya aku orgasme lagi tapi kali ini Tono tak menghentikan genjotannya.
Tono : “ooohss… pacarku nakal juga ya… ooohhs...”
Intan : “nnggghhh… ahhs… ahhs… kamu… gak marah kan yank? Ahhhs...”
Tono : “uuhs… enggak yank… uuhhs… aku suka kalau kamu nakal gini...”
Intan : “ahhs.. Beneran yank?? Ahhs… ooohhs...”
Tono : “oohs.. Iya yank… oohhs… aku suka kalau kamu nakal gini… ooohhs… ” tangan Tono yang semula meremas-remas payudaraku, kini turun kearah perutku.
Tono : “ooohhs… aku ngebayangin.. Yank… gimana nanti… kalau Hasan… sampai bikin kamu hamil… ooohss...”
Intan : “ooohs… kamu mau… begitu… yank… aaahhs… aahhhs...” genjotan Tono rasanya semakin cepat. Mungkin nafsunya sudah terpancing dan membuatnya sudah tak terkontrol lagi.
Intan : “ahhhs…. Aaahhhs… Sann… Ahhhss… hamilin mbak Sann… ahhhs...” aku pun terhanyut dalam fantasy Tono dan menganggap yang sedang menggenjotku sekarang adalah Hasan.
Tono : “oooh… yank… aku keluar… ooohhs...” crooot crooot….crooot….
Akhirnya Tono ejakulasi juga. Kami berdua terkulai lemas tergeletak beralaskan tikar.
Intan : “huuff huuuff...huuuff… kok tumben yank…. Cepet...” rasanya pergumulan kami baru sekitar 15 menit saja tidak seperti biasanya.
Tono : “hehehe… iya yank… lagi horny parah aku...”
Intan : “iihhss… ngatain aku nakal… tapi pikiran mu yang mesum...”
Tono : “hehehe ya maaf…”
Intan : “kok bisa itu bayangin aku di hamilin Hasan??”
Tono : “entah, seru aja gitu yank bayangin kamu kebobolan sama adikmu sendiri.”
Intan : “aku nya yang gak mau yank. Aku juga kalau sama Hasan main aman terus kok.”
Tono : “pakai kondom maksudnya?”
Intan : “iya, sama atur tanggal.”
Tono : “ooo begitu...”
Intan : “iya lah, aku juga gak mau yank sampai kebobolan. Ada ada aja ini kamu.”
Akhirnya kami berpelukan beberapa saat sampai tenaga kami pulih. Setelah itu aku kembali berpakaian, mengenakan pakaian ku yang tadi sebelum ganti ke baju baru yang dibelikan Tono.
Tono : “kok pakai itu lagi yank?”
Intan : “iya kan mau pulang nanti kamu mau di introgasi bapak ku? Sudah malam juga ini”
Tono : “iya sih. Ya udah deh kalau gitu.”
Intan : “jangan ngambek yank, nanti aku pakai kok kalau kita jalan-jalan lagi. mmuah...”
Setelah itu Tono mengantarku pulang.
Baru sampai dirumah sekitar jam 8 malam. Karena besoknya jadwal ku shift pagi jadinya aku menyuruh Tono langsung balik aja setelah berpamitan dengan kedua orang tua ku. Aku pun langsung ke kamar, mau ganti baju terus mandi. Membersihkan tubuhku yang sudah di jamah Tono tadi.
“ Ping!!! ” aku pun membuka hape ku. Ku kira Tono yang kirim message, ternyata si Santo.
Intan : “napa San?”
Santo : “gpp pengen chat aja. Lagi apa nih?”
Intan : “dih gak jelas. Aku mau mandi baru pulang ini tadi.”
Santo : “haha jangan marah-marah dong. Abis gak dipuasin sama pacarnya ya. Jadinya marah-marah.”
Intan : “weee… ngawur… kamu tuh yang jauh dari istri gak ada yang muasin…” akhirnya ku tinggal mandi saja dan chat dari Santo gak ku balas lagi.
Selesai aku mandi, kembali ku cek hape ku dan ternyata banyak message dari Santo.
“Hehe iya nih Tan. sementara aja sampe kelar urusan jual sawah nya bapak.”
“Terpaksa jauh-jauhan.”
“Jadi ya gini deh.”
“Eh Tan, dah lama ya kita gak ketemu. Kamu makin cantik aja rasanya.”
“Tau gitu gak nikah dulu aku nungguin kamu jomblo.”
“Becanda tan.”
“Ping !!!”
“Ping !!!”
“Ping !!!”
Intan : “baru selesai mandi aku”
Santo : “wah seger nih. Kirimin fotomu dong Tan.”
Nampaknya mau modus ini si Santo. Kayak aku gak tau aja gelagat-gelagat begini. Tapi apa aku ladeni aja ya. Saat ini aku masih hanya mengenakan handuk saja. Karena aku sendiri juga ingin iseng akhirnya aku foto-foto didalam kamar. Posisi handuk ku agak ku turunkan sampai belahan dada ku terlihat. Setelah itu foto ku aku kirim ke Santo dan Tono. Duh, apa yang sudah aku lakukan...
Similar threads
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
