rankambera
Pendekar Semprot
- Daftar
- 11 May 2017
- Post
- 1.774
- Like diterima
- 1.090
Ditunggu updatenya suhu
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan
- Thread starter haze1998
- Start date
haze1998
Senpai Semprot
- Daftar
- 12 Jun 2018
- Post
- 984
- Like diterima
- 4.979
mohon maaf baru bisa update lagi minggu depan kayaknya suhu. hehe
minggu ni arc 2 chapter 10 dulu
botol_miras
Kakak Semprot
- Daftar
- 26 Jul 2020
- Post
- 156
- Like diterima
- 254
Mantaap update nya hu...terima kasih udh di update... 
haze1998
Senpai Semprot
- Daftar
- 12 Jun 2018
- Post
- 984
- Like diterima
- 4.979
siap suhu, saran ditampung. nanti coba ane detailin lagi.
hjaika
Kakak Semprot
- Daftar
- 25 Nov 2013
- Post
- 165
- Like diterima
- 85
Makasih huu atas atensinya pokoknya semangatt huu, kalo ngepm suhu boleh ga yaa wkwkw
haze1998
Senpai Semprot
- Daftar
- 12 Jun 2018
- Post
- 984
- Like diterima
- 4.979
sangat boleh suhu, silahkan kalau ada kritik/saran/masukan langsung atau mau bikin insert story juga boleh
batangkuiscrot
Semprot Holic
- Daftar
- 25 May 2019
- Post
- 336
- Like diterima
- 398
up date dong bang malam ini
haze1998
Senpai Semprot
- Daftar
- 12 Jun 2018
- Post
- 984
- Like diterima
- 4.979
sorry suhu baru balik liburan ane. minggu depan ane update lagi kok. minggu ini emang ane update cuma 1 chapter dulu hehe
haze1998
Senpai Semprot
- Daftar
- 12 Jun 2018
- Post
- 984
- Like diterima
- 4.979
seru nih kayaknya
hmm... masukin part ini enaknya gimana ya? hehe
Enakk huuuu. Intan kan binal ga mau pake kondom lg, eh si adik kelepasan mulu akhirnya jadi dong haha
haze1998
Senpai Semprot
- Daftar
- 12 Jun 2018
- Post
- 984
- Like diterima
- 4.979
The EX 02 - Chapter 11
Timeline : 2011 Februari
Keesokan pagi setelah Chapter 10
--POV Intan--
Kriingg… krinngggg… kriiinngggg… suara jam weker ku berbunyi pagi ini membangunkanku jam 7 tepat. Dengan masih mengantuk, aku mematikan alarm. Masih berat rasanya untuk bangun dari kasur. Bahkan aku tertidur dengan masih tanpa mengenakan sehelai pakaian. Semalam aku “bermain” dengan Hasan. Walau sebentar, tapi cukup membuatku kelelahan. Mungkin juga karena kemarin di rumah sakit aku banyak kerjaan juga. Untungnya hari ini aku shift malam jadi bisa sedikit santai.
Adik ku ini memang kalau sudah nafsu parah masih tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Salahku sendiri juga semalam lupa aku kunci pintu kamar ku. Terlebih lagi entah kenapa semalam aku malah masturbasi membayangkan disetubuhi Santo. Harusnya aku membayangkan Tono saja. Tapi aku malah membayangkan orang lain. Mungkinkah aku kangen sensasi kalau menggoda pasangan orang. Hal yang sudah lama tidak aku lakukan lagi setelah kenakalanku berujung ke peristiwa kala itu. Kejadian saat aku PKL dulu yang sampai membuatku hamil tidak tahu siapa bapaknya.
Dengan mengumpulkan semangat ku untuk bangun dari tempat tidur, akhirnya aku duduk di tepi kasur ku sekitar 30 menit kemudian. Ingin rasanya malas-malasan saja hari ini. Aku meraih hape yang ada di meja riasku sembari mengecek pesan BBM yang masuk. Ada 2 message yang menarik perhatian ku. Satu dari Tono dan satu lagi dari Santo. Rasanya sudah seminggu ini aku intens chatting dengan Santo. Gilanya lagi aku juga sering mengirimkan foto-foto seksi ku kepadanya.
Santo : “pagi cantik. Sudah bangun belum?” aku membuka chat dari Santo terlebih dulu daripada Tono.
Intan : “apa? Baru bangun aku san.”
Santo : “pagi-pagi udah judes aja nih, nanti cantiknya hilang lho.” chat ku langsung dibalas Santo.
Intan : “heh, kamu tuh pagi-pagi sudah ngegombal. Gak malah nge chat istrinya malah ngechat aku.”
Santo : “gak ngegombal kok, emang beneran kamu cantik tan. Kerja jam berapa kamu hari ini?”
Intan : “aku masuk malem San, kenapa?”
Santo : “ketemuan yuk. Di cafe **** deket sini. Nanti siangan aja sekalian aku traktir makan siang.”
Intan : “sombong nih yang baru cair duitnya.”
Santo : “belum cair semua kok Tan. mau nggak?”
Intan : “boleh deh.”
Santo : “ok sampai ketemu nanti siang Tan.”
Intan : “ya.”
Entah kenapa aku meng-iya-kan saja ajakan dari Santo tanpa minta ijin ke Tono terlebih dahulu.
Tono : “pagi yank…” aku membuka chat dari Tono.
Intan : “pagi juga yank. Baru bangun aku. Pegel semua yank badan ku. Kamu sudah di toko yank?”
Tono : ”enggak yank, hari ini aku bagian jaga warnet, toko nya di jaga Ramdan. Pegel kenapa ni? Kemarin banyak kerjaan ya?”
Intan : “iya yank, kemarin ada yang baru ngelahirin juga. Lumayan panik se RS soalnya bayi nya sungsang yank.”
Tono : “oh gitu, kirain pegel gara-gara hal lain. Hehe”
Intan : “hmm lak mesum ini. Tapi iya sih. Hehe. semalem si Hasan tuh nakal, masa masuk ke kamar ku yank.”
Tono : “wah beneran? Terus?”
Intan : “ya gitu deh yank. Main di kamar ku akhirnya. Hehe. sampai aku kecapekan. Ini aja aku belum pakai baju dari semalam.” lalu aku berpose diatas kasur sambil memfoto tubuh ku untuk ku kirim ke Tono. tak lupa aku juga memfoto area kewanitaanku.
Intan : “nih yank, semalem Hasan keluar didalam tapi belum aku cuci. Sudah kering sih pastinya. Nih ngecap di kasurku.” sambil ku kirim beberapa foto lagi.
Tono : “duh tegang nih aku yank.”
Intan : “udah kalau tegang ke kamar mandi sana. Hihihi. Banyak banget lho Hasan keluarin didalem semalam. Kalau aku hamil anaknya Hasan gimana ya yank.”
Tono : “jadi pengen kesana. Pengen menerkam kamu rasanya yank. Gak enak kalau coly sendiri.”
Intan : “jaga warnet aja sana yank. Cari uang yang banyak. Weeeekkk.
. Jangan lupa sambil kerjain skripsinya.”
Tono : “hehe iya deh yank. Kalau jaga warnet gini gak bisa kemana2. Gak kayak jaga warung, sepi bisa ku tinggal.”
Intan : “iya mangkanya, mumpung sambil jaga warnet kan kamu bisa internetan kerjain skripsi juga. Kalau cepet kelar nanti kan bisa cepet ngelamar aku.”
Tono : “iya deh, siap yank.”
Intan : “yank, nanti siang aku mau keluar boleh ya? Mau ketemuan sama temen SMA.”
Tono : “boleh yank. Ketemu siapa emang?”
Intan : “si Santo yang kapan lalu ketemu itu lho yank. Di dekat sini aja kok.”
Tono : “oalah, ok ok yank. Boleh.”
Intan : “makasi yank.”
Tono : “eh ya nanti pakai baju yang kubelikan kemarin ya.”
Intan : “ah enggak ah, kan itu nanti special kalau buat jalan sama kamu yank.”
Tono : “udah gpp pake aja yank. Kan kalau kamu tampil lebih cantik, aku juga yang bangga kan.”
Intan : “hmm liat nanti deh yank.”
Tono : “gak pede yank masihan?”
Intan : “enggak juga sih, cuma kan itu special buat kamu aja aku tampil lebih cantik ya kan.”
Tono : “hehe iya sih, makasi ya. Love you.”
Intan : “love you too yank. Aku mau mandi dulu ya.”
Akhirnya aku baru keluar kamar sekitar jam setengah 9 dan mandi pagi ini. Setelah itu seperti biasa, aku beberes rumah sekalian masak untuk makan siang Hasan dan Kukuh nanti. Tak terasa semua akhirnya beres tepat pukul 12 siang. Aku kembali ke kamar untuk mengecek hape ku lagi dan ada chat masuk dari Santo.
Santo : “Tan, aku tunggu di cafe ya.”
Intan : “eh sudah sampai cafe? Tunggu San. aku mandi dulu sebentar. Baru selesai beberes rumah ini tadi.”
Santo : “iya Tan santai, ku tungguin.”
Intan : “ok San.”
Aku mandi lagi dan bersiap untuk berangkat. Sekitar 12:30 aku berangkat menuju ke cafe yang di maksud. Aku mengenakan pakaian ku biasanya, kaos lengan panjang dengan celana jeans dan memakai jilbab. Dengan motor ku, aku segera meluncur kesana. Sekitar 10 menit kemudian sudah sampai karena tempatnya cukup dekat.
Intan : “Santo...” aku menyapa Santo yang sudah menunggu ku sedari tadi.
Santo : “oi Tan. sini.”
Intan : “maaf-maaf lama ya nunggu nya?”
Santo : “ah enggak kok, ini belum habis kopi segelas. Kamu mau makan apa?”
Intan : “aku telo goreng aja sama kopi capucino San.”
Santo : “ok aku pesenin dulu ya.”
Intan : “makasi San.”
Setelah itu kami makan siang bareng dan mengobrol beberapa hal. Dari bahas nostalgia jaman SMA sampai ke rumah tangga nya Santo. Tanpa terasa waktu berjalan cukup cepat. Sudah jam 4 sore saja sekarang.
Santo : ”eh Tan, aku rencana mau pindah balik kesini aja.”
Intan : “terus? Kamu balik tinggal di rumah bapakmu?”
Santo : “enggak sih, aku beli rumah Tan di deket sini. Itu yang kampung sebelah selatan.”
Intan : “terus istrimu kamu ajak kesini juga?”
Santo : “iya tapi nanti, masih lama kok. Aku juga mau keluar dari kerjaan pabrik. Mau buka cafe kayak gini aja sih usaha kecil-kecilan sendiri.”
Intan : “gaya nih. Yang duitnya banyak. Hahaha”
Santo : “gak juga sih, cuma dapet gusuran kan. Haha. mau mampir rumah ku?”
Intan : “kamu beli rumah jadi ceritanya?”
Santo : “iya rumah bekas sih Tan. di jual murah juga kok itu lho yang sebelahnya dokter gigi.”
Intan : “yang mana? Yang rumah tua itu ta? Yang dulu anak anak pada takut lewat sana. Yang katanya ada hantunya.”
Santo : “bener. Itu di jual sama pewarisnya. Yang punya rumah udah gak ada Tan. gak ada hantunya kali tan, emang modelan rumah lama ya gitu.”
Intan : “itu kan halamannya luas banget San.”
Santo : “nah ya itu mangkanya mau aku jadiin cafe tan.”
Intan : “keren kamu San. dapet gusuran langsung beli beli. Haha. gak ada hantunya itu rumah?”
Santo : “ya enggak lah. Tapi belum ku renov. Paling bulan depan baru renov terus pindah situ deh. Balik pulang kampung aku.”
Intan : “sip lah kalau balik pulang kampung kesini. Nanti istrimu kalau mau ngelahirin di RS ku aja.”
Santo : “iya pasti deh Tan. tar korting ya biayanya. Haha”
Intan : “enak aja, itu bukan RS punya ku juga. Malah mau tak mahalin. Hahaha”
Santo : “eh Tan, kamu gak penasaran sama isi rumah ku ini? Aku bawa kuncinya lho”
Intan : “eh beneran? Boleh nih? Aku penasaran dari dulu soalnya itu rumah tua serem banget soalnya.“
Santo : “gak serem kok, yuk. Mumpung belum aku bersihin sama renov juga. Hehe”
Santo mengajak ku kerumah yang baru saja dia beli. Rumah tua itu dulu isu nya berhantu karena model bangunannya masih seperti bangunan jaman belanda dulu. Ditambah lagi halamannya cukup luas dan tidak terurus. Banyak semak belukar dan pohon-pohon yang menutupi halamannya dari jalan utama.
Karena penasaran akhirnya aku ikut dengannya. Kami pergi kesana dengan motor masing-masing. Dari cafe ini sekitar 15 menit sudah sampai. Rasanya lokasinya cukup ok karena dekat dengan sekolah dan dokter gigi. Kalau Santo bikin cafe disini bakalan ramai sih. Memang cafe sedang menjamur di kota kecil ini seiring dengan berkembangnya banyak pabrik di sekitar dan pendatang yang bekerja disini. Dulu orang asli sini malah pergi keluar kota untuk mencari kerja. Sekarang kota kecil ini perlahan menjadi tujuan pendatang.
Santo membuka gembok di pagar dan kami memarkir motor di dalam. Tak ku sangka aku akan masuk ke rumah yang dianggap seram ini. Memang rumah ini begitu tak terurus. Masih banyak sarang laba-laba dan juga dedaunan kering yang berserakan.
Intan : “San. rumah ini kosong dari kapan sih?”
Santo : “katanya dari tahun 90an Tan. pas orang tuanya yang punya rumah ini meninggal. Sudah gak diurus katanya. Soalnya yang punya juga tinggalnya gak disini. Di Jakarta dia nya. Disini cuma orang tua nya aja.”
Intan : “pantesan. Hiii serem.”
Santo : “haha enggak kok. Ayo sini aku tunjukin dalam nya.”
Aku mengikuti Santo yang sudah membuka pintu depan rumah ini.
Intan : “hiii… serem San… rumah nya udah gak keurus banget ya.”
Santo : “iya mangkanya dijual murah sama yang punya ini juga jadi langsung aja tan aku beli.”
Setelah aku masuk kedalam rumah ini. Rasanya semakin seram saja karena berdebu dan lantai nya pecah-pecah. Juga banyak sarang laba-laba di dalam. Ditambah lagi ruangannya remang-remang karena jendela masih tertutup kain putih. Meski seram, aku masih penasaran. Aku pun berjalan masuk kedalam melihat-lihat sekitar termasuk kamar dan kamar mandi. Perabotan rumah ini juga masih utuh meski nampak tak terurus.
Intan : “bakalan abis banyak kamu San kalau benerin rumah ini.”
Santo : “ah enggak juga kok Tan. hehe” Santo menutup pintu utama rumah ini.
Intan : “ngapain ditutup San? Makin serem nih. Nyalain lampunya dong.” aku mulai ketakutan. satu-satunya jalan masuk cahaya yang cukup terang dari pintu sudah ditutup oleh Santo membuat rumah ini semakin gelap. Apalagi sekarang juga sudah sore menjelang malam.
Santo : “listriknya belum dipasang Tan. yang lama sudah diputus soalnya.”
Intan : “ya udah buka lagi pintunya, jendelanya juga, serem nih.”
Santo : “kan seru Tan. horor dikit.”
Intan : “apaan sih, udah ya aku balik aja.” aku melangkah kearah pintu. Namun tangan ku dipegang oleh Santo. Dia menarikku kearahnya dan aku pun dipeluknya.
Santo : “kan kalau remang-remang gini enak tan hehe. Gak usah takut, ada aku ini kok. Ini juga rumahku kan.”
Intan : “hmmm ada maunya ini ternyata. Udah ah Santo. Jangan aneh-aneh deh.”
Santo hanya tersenyum dan mencium bibirku. Aku hanya bisa terdiam. Ternyata Santo sengaja mengajakku kesini untuk ini. Perlahan Santo mendorongku ke dalam salah satu kamar sambil tetap berciuman. Tangannya sudah bergerilya di punggungku dan pantatku. Dengan sigap dia lepaskan kaitan bra yang kukenakan. Akupun merasakan penisnya yang sudah menegang menekan-nekan keperut bawahku.
Intan : “mmmhhh… mmhhhh… mmmmhhh… ah...” Santo mendorongku ke kasur yang berdebu ini dan dia mulai melucuti pakaiannya. Sedikit gambaran tentang Santo ini tinggi badannya se aku (168cm) dan berkulit gelap tapi kekar berotot.
Aku bangkit dari atas kasur dan jongkok didepannya, membantunya melepas celananya karena aku sendiri sudah tak sabar lagi. Entah kenapa nafsuku bangkit dengan cepat kali ini.
Intan : “uhs… gede banget sih San… gak pernah dikeluarin ya? Mmmhhh” ku jilati zakar dan penisnya yang sangat tegang sambil ku kocok dengan tangan ku..
Santo : “sering lah Tan… apalagi kamu sering kirimin fotomu...” tangannya menekan-nekan kepala ku kearah selangkangannya.
Intan : “nakal inih… coly pake foto ku… mmmhhh… sluurpp...” aku mulai menjilati kepala penisnya.
Santo : “gimana enggak tan… udah cantik… body mu juga bagus...” tangannya mendorong kepalaku saat aku mencium kepala penisnya, membuatku mengulum penisnya.
Intan : “Ooghh… ooghh.. Oogghh… ooghhs...” penisnya keluar masuk di mulutku dan menekan dalam sampai ke tenggorokan ku.
Santo : “uhs… kesampaian juga… diemutin cewek paling cakep se SMA...” tangannya kini sudah tidak menekan-nekan kepalaku lagi dan sekarang aku yang beraksi mengulum penisnya.
Intan : “sluurpp… keluarin aja sudah… udah merah banget titit mu… mmmhhh”
Santo : “hehe… sayang dong nanti kalau cuma keluar dimulutmu...”
Santo lalu menahan kepalaku yang sedang maju mundur mengulum penisnya dan mengangkatku ke atas kasur reyot ini. Setelah itu dia menindih ku dan mulai menggerayangi seluruh tubuhku.
Intan : “ahss...nnngghhh… jangan kasar-kasar san… ahhhss….” Santo dengan kasar meremas-remas payudaraku dan buru2 membuka seluruh pakaianku. Dengan sangat bernafsu, ditariknya semua pakaian yang kukenakan sampai terlepas sampai akhirnya kami berdua telanjang bulat dikasur sekarang. Lidahnya mulai bermain dari atas kebawah. Kedua payudaraku juga bergantian di cupang sambil diremas olehnya.
Santo : “emang… gede banget tetekmu Tan… ini yang bikin ngiler dari dulu...”
Mulai tampak bekas-bekas merah di area payudaraku dan keringat kami mulai bercucuran. Santo masih bermain dengan payudaraku dengan mulutnya. Kini jarinya sudah bermain menggesek-gesek area labia mayoraku.
Intan : ”aahhs… mmmhhh.... nggghhhh… mmhhh… ahs… masukin aja San...nggghhh”
kini aku makin tak tahan lagi menerima rangsangan dari Santo. Permainannya membuatku hampir orgasme. Tapi ketika aku akan meraih orgasmeku, dia berhenti begitu saja. Membuat nafsuku naik turun tidak karuan rasanya. Vaginaku sudah basah dan berkedut-kedut dari tadi. Rasanya sungguh tak enak jika ketika ingin orgasme tapi tertahan seperti ini. Biasanya aku sangat mudah squirting tapi kali ini permainan Santo membuatku menggila.
Santo : “hehehe… santai dulu Tan… mmmhhh...”
Intan : “aahhs… San… aahhss…. Cepetan kok… nggghhh” aku berusaha mendorong Santo, ingin rasanya aku saja yang diatas. Rasa gatal dibagian kemaluanku semakin menjadi-jadi. Santo masih saja menghisap payudaraku bergantian dan jari tangan kanan nya sesekali menggesek-gesek dibawah. Rasanya sudah cukup lama Santo menyiksa ku seperti ini. Kurang lebih sekitar setengah jam aku hanya dirangsang tanpa membiarkanku orgasme. Aku tak menyangka permainannya akan sehebat ini sampai membuatku menggila rasanya.
Santo : “hehehe… gantian aku bikin kamu gak tahan Tan...” Santo nampak puas melihatku yang kelojotan seperti cacing kepanasan ini. Sampai-sampai aku hanya bisa menggertakkan gigi dan mencengkeram besi ranjang yang berada diatas kepalaku.
Intan : “hhhhhh….hhhss….hhhhhh….” tapi tiba-tiba Santo mempercepat jarinya keluar masuk kedalam vaginaku.
Intan : “AAHHSS… AAAAAHHHSSS… OOOOHHSS… AAAAAAHHHH...” aku berteriak seiring muncratnya cairan cintaku. Akhirnya Santo membiarkanku meraih orgasme.
Santo : “hehehe… sampek basah banget kamu Tan...”
Intan : “OOOHHS…. OOOHHHS…. AAHHS…. Aaahhhss…. Ngggghhh….” satu orgasme panjang pun akhirnya membuatku ngos-ngosan. Selama ini sebentar saja aku sudah bisa cukup terangsang sampai orgasme sendiri. Tapi kali ini Santo membuatku orgasme sampai lepas seluruh tulangku rasanya.
Santo : “aku masukin ya Tan..”
Intan : “ACHSS…. OHS… OOHHS… OOOOHHHSS...” disaat Santo baru menusukkan penisnya, aku kembali memperoleh orgasme ku.
Santo : “uhs… tan.. Memang beda.. Kamu… uuhss..”
Intan : “nggghhh… ahhs… ooohhs….. Aahhhhss...” aku hanya bisa mendesah-desah tak karuan saat penis Santo keluar masuk. Tempo genjotan Santo cukup pelan menurutku dibanding yang lainnya yang selalu menggebu-gebu. Sensasi lain pun aku rasakan sekarang. Santo juga nampak begitu menikmati detik demi detik persetubuhan kami.
Cukup lama Santo menyetubuhi ku dalam posisi misionaris. Sampai gelap kamar ini karena melewati waktu maghrib. Suara derit ranjang tua, desahanku, dan suara gesekan tubuh kami memenuhi kamar yang gelap dan berdebu ini.
Intan : “ahhhs… santo… aahhhss… ngggghhhh… ” entah sudah berapa kali aku mengejan orgasme kali ini. Aku memeluk erat Santo sampai tak sadar punggungnya aku cakar. Santo tetap menjaga ritmenya yang pelan, membuatku merasakan penisnya yang keluar masuk perlahan didalam vaginaku.
Intan : “aahhs… San… gantian Sann…. Aahhs...” aku pun mendorong tubuh Santo dan sekarang gantian aku yang naik diatasnya. Dengan posisi woman on top giliran ku sekarang menggoyang Santo dengan kecepatan tinggi sambil meremas-remas payudaraku sendiri.
Santo : “aarrgghh… pelan pelan Tan...”Tangan Santo memegang erat pinggangku.
Intan : “ahhs… gak mau San… aahhsss… sebentar lagi aku… ahhs… nyampe...” aku tak memperdulikan permintaan Santo. Dengan cepat aku bergerak naik turun diatasnya.
Santo : “aaaggghhh… Tan… aku mau keluar Tan…” tangan Santo seperti ingin mengangkatku agar dia tidak ejakulasi didalam. Tapi aku tahan. Aku ingin merasakan disirami sperma hangat malam ini.
Intan : “keluarin aja… san…didalam… AAAHHHHHSSS…. NGGGGGHHHHH….” akhirnya aku merasakan sperma Santo menyembur kuat. Aku pun membekap Santo dengan tubuhku agar dia bisa mengeluarkan semua spermanya. Entah mengapa aku kembali menggila seperti ini. Ketika kenikmatan mendera membuat ku lupa akan konsekuensi nya. Sudah tak kupedulikan lagi apakah benih Santo bisa menghamiliku atau tidak. Santo yang mengerti keinginanku akhirnya memeluk ku erat. Penisnya menyemburkan sperma ber mili-mili sampai rahimku penuh rasanya.
Intan : “huufftt… huufftt… huuufftt… sudah… puas.. San...” ucapku sambil tetap memeluk Santo tak bergerak dari posisi tadi.
Santo : “huftt… wah… gila kamu Tan… enak banget...”
Intan : “mmmmhhh... mmmhhhh… mmmmhhhh...” kami pun kembali berciuman panas untuk menutup persetubuhan ini. Setelah itu kami berdua rebahan memulihkan energi dulu diatas kasur ini.
Intan : “hihihi… banyak banget nih keluarnya… beneran kamu coli tiap hari? Hahaha”
Santo : “iya gak banyak gimana kalau kamu nya cantik dan nafsuin gini Tan.”
Intan : “halah gombal… inget istri dirumah. Haha”
Santo : “kamu sudah membuatku lupa segalanya sih Tan. nanti kalau kamu hamil, aku siap kok tanggung jawab.” sambil tangannya memegang perut bagian bawahku.
Intan : “halah… buaya kayak kamu mana mungkin tanggung jawab.”
Santo : “ya kalau kamu mau jadi istri kedua ku sih gak apa.”
Intan : “kan bener kan… hahaha”Santo : “tapi aku serius kok mau tanggung jawab Tan.”
Intan : “sudah gak tenang aja, nanti aku minum pil kb. Lagian belum masa suburku kok.”
Santo : “yaa…. Kalau jadi anak kan aku bisa nikahin kamu Tan. haha”
Intan : “hahaha jangan ngarep ya. Inget udah punya istri. San tolong lampu hape dong. Gelap banget nih.” setelah itu Santo mengambil hape nya dan menyalakan lampu blitz untuk menerangi kamar yang gelap ini. Aku pun lalu bangkit dari kasur dan memakai kembali pakaianku.
Intan : “San yuk buruan pake baju lagi. Aku mau pulang dulu nih. Hari ini shift malam.” aku melihat dari hape ku ternyata sudah jam 7 malam.
Santo : “ok Tan.” Santo membantuku mencari pakaianku yang berserakan dilantai.
Intan : “kamu nih buang baju ku sembarangan, kotor kan jadinya.”
Santo : “hehe maaf tan. Tapi makasih ya sudah bikin enak.”
Intan : “iya sama-sama. Kamu nih bikin aku kelojotan gak karuan tadi.”
Santo : “iya kamu gampang banget orgasme ya ternyata. Gak salah kata anak-anak SMA.”
Intan : “emang mereka pada bilang apa? Siapa yang bilang?”
Santo : “adalah pokoknya. Pastinya kan kamu dulu terkenal banget tan. Mana kamu kembang desa juga.”
Intan : “ish… dari mantan ku ya? Yg mana yang ember mulutnya?” aku curiga ada mantanku yang sesumbar dan bercerita tentang hubungannya denganku.
Santo : “sudah sudah, gak jadi ngomong aku Tan.”
Intan : “iish penasaran nih. Aku gak mau main sama kamu lagi lho kalau kamu gak kasih tau.”
Santo : “yah jangan gitu dong Tan. sudah lupa aku sebenernya, cuma inget cerita kalau dulu banyak yg bilang kamu nafsuan. Eh tapi bener sih. Hehe”
Intan : “udah deh, bete aku lama-lama. Aku pulang duluan ya.”
Santo : “yaa… bareng yuk aku juga mau balik. Eh tapi, masih mau kan Tan main sama aku.”
Intan : “liat nanti. Kamu sih bikin bete. Weeeekkkk”
Setelah itu aku kembali pulang kerumah dan berpisah dengan Santo di depan rumah tua ini. Meski jalur rumah kami searah, tapi Santo kulihat tidak berada dibelakangku. Mungkin dia ngelayap dulu entah kemana dan apa peduliku juga. Toh dia hanya teman saja. Tapi hari ini aku sampai melupakan Tono. Bahkan aku belum mengecek chat darinya.
Sesampaiku dirumah, aku masuk dari pintu belakang langsung kekamar ku untuk berganti baju. Aku tak ingin yang lain menanyaiku kalau tau baju ku kotor berdebu begini. Untungnya semua sedang di ruang tamu nonton tv jadi aku aman. Setelah ganti baju dan mandi aku keruang tengah tamu dulu menemui keluargaku.
Bapak : “eh nak, pulang kok gak lewat pintu depan?”
Intan : “hehe iya pak, mau langsung mandi ini. Biasanya juga lewat belakang pak langsung ke kamar.”
Ibu : “berangkat jam berapa kamu nanti?”
Intan : “sebentar lagi bu palingan.”
Bapak : “ngomong-ngomong nih nak. Kamu kan sudah besar. Kapan rencana mau nikah?”
Intan : “ah si bapak mesti nanya gitu.”
Bapak : “iya kan bapak cuma khawatir sama kamu. Kamu sudah usia nikah lho. Nanti dibilang perawan tua. Apalagi kamu juga sudah punya pacar kan. Si Tono kapan mau ngelamar kamu?”
Intan : “nanti aja dong pak bahas ini.”
Karena bete aku kembali ke kamar ku. Aku mengecek hape ternyata banyak chat dari Tono.
Intan : “yank maaf baru bales.”
Tono : “iya yank gpp. Baru pulang?”
Intan : “enggak sih. Sudah dari tadi kok cuma abis itu masak jadi gak sempet buka hape yank.” aku berbohong saja agar Tono tidak berfikir macam-macam.
Intan : “ini kamu masih jaga warnet?”
Tono : “udah enggak yank. Udah aku tutup dah jam 9 ini.” tak sadar aku ternyata sekarang sudah jam 9.
Tono : “kamu berangkat kerja jam berapa ni? Mau aku anter?”
Intan : “eh beneran yank? Ya udah jemput jam 10 ya. Shift ku mulai jam 11 kok.”
Tono : “ok deh aku meluncur kesana ya.”
Intan : “ok sayang ati-ati. Aku juga mau ganti baju dinas dulu. Hehe”
Malam ini aku berangkat kerja diantar oleh Tono. Kehadirannya mampu sedikit membuatku gembira. Aku tak ingin bilang dulu ke Tono kalau bapak mendesak ku lagi untuk segera nikah karena aku ingin Tono tidak ikutan terbebani. Aku hanya berharap Tono segera menyelesaikan perkuliahannya saja. Ditambah lagi, aku tak ingin lagi-lagi menghancurkan mood ku dengan membahas permintaan bapak ku. Walau hari ini hanya bertemu sebentar, cuma Tono yang bisa membuatku tersenyum.
Timeline : 2011 Februari
Keesokan pagi setelah Chapter 10
--POV Intan--
Kriingg… krinngggg… kriiinngggg… suara jam weker ku berbunyi pagi ini membangunkanku jam 7 tepat. Dengan masih mengantuk, aku mematikan alarm. Masih berat rasanya untuk bangun dari kasur. Bahkan aku tertidur dengan masih tanpa mengenakan sehelai pakaian. Semalam aku “bermain” dengan Hasan. Walau sebentar, tapi cukup membuatku kelelahan. Mungkin juga karena kemarin di rumah sakit aku banyak kerjaan juga. Untungnya hari ini aku shift malam jadi bisa sedikit santai.
Adik ku ini memang kalau sudah nafsu parah masih tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Salahku sendiri juga semalam lupa aku kunci pintu kamar ku. Terlebih lagi entah kenapa semalam aku malah masturbasi membayangkan disetubuhi Santo. Harusnya aku membayangkan Tono saja. Tapi aku malah membayangkan orang lain. Mungkinkah aku kangen sensasi kalau menggoda pasangan orang. Hal yang sudah lama tidak aku lakukan lagi setelah kenakalanku berujung ke peristiwa kala itu. Kejadian saat aku PKL dulu yang sampai membuatku hamil tidak tahu siapa bapaknya.
Dengan mengumpulkan semangat ku untuk bangun dari tempat tidur, akhirnya aku duduk di tepi kasur ku sekitar 30 menit kemudian. Ingin rasanya malas-malasan saja hari ini. Aku meraih hape yang ada di meja riasku sembari mengecek pesan BBM yang masuk. Ada 2 message yang menarik perhatian ku. Satu dari Tono dan satu lagi dari Santo. Rasanya sudah seminggu ini aku intens chatting dengan Santo. Gilanya lagi aku juga sering mengirimkan foto-foto seksi ku kepadanya.
Santo : “pagi cantik. Sudah bangun belum?” aku membuka chat dari Santo terlebih dulu daripada Tono.
Intan : “apa? Baru bangun aku san.”
Santo : “pagi-pagi udah judes aja nih, nanti cantiknya hilang lho.” chat ku langsung dibalas Santo.
Intan : “heh, kamu tuh pagi-pagi sudah ngegombal. Gak malah nge chat istrinya malah ngechat aku.”
Santo : “gak ngegombal kok, emang beneran kamu cantik tan. Kerja jam berapa kamu hari ini?”
Intan : “aku masuk malem San, kenapa?”
Santo : “ketemuan yuk. Di cafe **** deket sini. Nanti siangan aja sekalian aku traktir makan siang.”
Intan : “sombong nih yang baru cair duitnya.”
Santo : “belum cair semua kok Tan. mau nggak?”
Intan : “boleh deh.”
Santo : “ok sampai ketemu nanti siang Tan.”
Intan : “ya.”
Entah kenapa aku meng-iya-kan saja ajakan dari Santo tanpa minta ijin ke Tono terlebih dahulu.
Tono : “pagi yank…” aku membuka chat dari Tono.
Intan : “pagi juga yank. Baru bangun aku. Pegel semua yank badan ku. Kamu sudah di toko yank?”
Tono : ”enggak yank, hari ini aku bagian jaga warnet, toko nya di jaga Ramdan. Pegel kenapa ni? Kemarin banyak kerjaan ya?”
Intan : “iya yank, kemarin ada yang baru ngelahirin juga. Lumayan panik se RS soalnya bayi nya sungsang yank.”
Tono : “oh gitu, kirain pegel gara-gara hal lain. Hehe”
Intan : “hmm lak mesum ini. Tapi iya sih. Hehe. semalem si Hasan tuh nakal, masa masuk ke kamar ku yank.”
Tono : “wah beneran? Terus?”
Intan : “ya gitu deh yank. Main di kamar ku akhirnya. Hehe. sampai aku kecapekan. Ini aja aku belum pakai baju dari semalam.” lalu aku berpose diatas kasur sambil memfoto tubuh ku untuk ku kirim ke Tono. tak lupa aku juga memfoto area kewanitaanku.
Intan : “nih yank, semalem Hasan keluar didalam tapi belum aku cuci. Sudah kering sih pastinya. Nih ngecap di kasurku.” sambil ku kirim beberapa foto lagi.
Tono : “duh tegang nih aku yank.”
Intan : “udah kalau tegang ke kamar mandi sana. Hihihi. Banyak banget lho Hasan keluarin didalem semalam. Kalau aku hamil anaknya Hasan gimana ya yank.”
Tono : “jadi pengen kesana. Pengen menerkam kamu rasanya yank. Gak enak kalau coly sendiri.”
Intan : “jaga warnet aja sana yank. Cari uang yang banyak. Weeeekkk.
. Jangan lupa sambil kerjain skripsinya.”Tono : “hehe iya deh yank. Kalau jaga warnet gini gak bisa kemana2. Gak kayak jaga warung, sepi bisa ku tinggal.”
Intan : “iya mangkanya, mumpung sambil jaga warnet kan kamu bisa internetan kerjain skripsi juga. Kalau cepet kelar nanti kan bisa cepet ngelamar aku.
”Tono : “iya deh, siap yank.”
Intan : “yank, nanti siang aku mau keluar boleh ya? Mau ketemuan sama temen SMA.”
Tono : “boleh yank. Ketemu siapa emang?”
Intan : “si Santo yang kapan lalu ketemu itu lho yank. Di dekat sini aja kok.”
Tono : “oalah, ok ok yank. Boleh.”
Intan : “makasi yank.”
Tono : “eh ya nanti pakai baju yang kubelikan kemarin ya.”
Intan : “ah enggak ah, kan itu nanti special kalau buat jalan sama kamu yank.”
Tono : “udah gpp pake aja yank. Kan kalau kamu tampil lebih cantik, aku juga yang bangga kan.”
Intan : “hmm liat nanti deh yank.”
Tono : “gak pede yank masihan?”
Intan : “enggak juga sih, cuma kan itu special buat kamu aja aku tampil lebih cantik ya kan.”
Tono : “hehe iya sih, makasi ya. Love you.”
Intan : “love you too yank. Aku mau mandi dulu ya.”
Akhirnya aku baru keluar kamar sekitar jam setengah 9 dan mandi pagi ini. Setelah itu seperti biasa, aku beberes rumah sekalian masak untuk makan siang Hasan dan Kukuh nanti. Tak terasa semua akhirnya beres tepat pukul 12 siang. Aku kembali ke kamar untuk mengecek hape ku lagi dan ada chat masuk dari Santo.
Santo : “Tan, aku tunggu di cafe ya.”
Intan : “eh sudah sampai cafe? Tunggu San. aku mandi dulu sebentar. Baru selesai beberes rumah ini tadi.”
Santo : “iya Tan santai, ku tungguin.”
Intan : “ok San.”
Aku mandi lagi dan bersiap untuk berangkat. Sekitar 12:30 aku berangkat menuju ke cafe yang di maksud. Aku mengenakan pakaian ku biasanya, kaos lengan panjang dengan celana jeans dan memakai jilbab. Dengan motor ku, aku segera meluncur kesana. Sekitar 10 menit kemudian sudah sampai karena tempatnya cukup dekat.
Santo : “oi Tan. sini.”
Intan : “maaf-maaf lama ya nunggu nya?”
Santo : “ah enggak kok, ini belum habis kopi segelas. Kamu mau makan apa?”
Intan : “aku telo goreng aja sama kopi capucino San.”
Santo : “ok aku pesenin dulu ya.”
Intan : “makasi San.”
Setelah itu kami makan siang bareng dan mengobrol beberapa hal. Dari bahas nostalgia jaman SMA sampai ke rumah tangga nya Santo. Tanpa terasa waktu berjalan cukup cepat. Sudah jam 4 sore saja sekarang.
Santo : ”eh Tan, aku rencana mau pindah balik kesini aja.”
Intan : “terus? Kamu balik tinggal di rumah bapakmu?”
Santo : “enggak sih, aku beli rumah Tan di deket sini. Itu yang kampung sebelah selatan.”
Intan : “terus istrimu kamu ajak kesini juga?”
Santo : “iya tapi nanti, masih lama kok. Aku juga mau keluar dari kerjaan pabrik. Mau buka cafe kayak gini aja sih usaha kecil-kecilan sendiri.”
Intan : “gaya nih. Yang duitnya banyak. Hahaha”
Santo : “gak juga sih, cuma dapet gusuran kan. Haha. mau mampir rumah ku?”
Intan : “kamu beli rumah jadi ceritanya?”
Santo : “iya rumah bekas sih Tan. di jual murah juga kok itu lho yang sebelahnya dokter gigi.”
Intan : “yang mana? Yang rumah tua itu ta? Yang dulu anak anak pada takut lewat sana. Yang katanya ada hantunya.”
Santo : “bener. Itu di jual sama pewarisnya. Yang punya rumah udah gak ada Tan. gak ada hantunya kali tan, emang modelan rumah lama ya gitu.”
Intan : “itu kan halamannya luas banget San.”
Santo : “nah ya itu mangkanya mau aku jadiin cafe tan.”
Intan : “keren kamu San. dapet gusuran langsung beli beli. Haha. gak ada hantunya itu rumah?”
Santo : “ya enggak lah. Tapi belum ku renov. Paling bulan depan baru renov terus pindah situ deh. Balik pulang kampung aku.”
Intan : “sip lah kalau balik pulang kampung kesini. Nanti istrimu kalau mau ngelahirin di RS ku aja.”
Santo : “iya pasti deh Tan. tar korting ya biayanya. Haha”
Intan : “enak aja, itu bukan RS punya ku juga. Malah mau tak mahalin. Hahaha”
Santo : “eh Tan, kamu gak penasaran sama isi rumah ku ini? Aku bawa kuncinya lho”
Intan : “eh beneran? Boleh nih? Aku penasaran dari dulu soalnya itu rumah tua serem banget soalnya.“
Santo : “gak serem kok, yuk. Mumpung belum aku bersihin sama renov juga. Hehe”
Santo mengajak ku kerumah yang baru saja dia beli. Rumah tua itu dulu isu nya berhantu karena model bangunannya masih seperti bangunan jaman belanda dulu. Ditambah lagi halamannya cukup luas dan tidak terurus. Banyak semak belukar dan pohon-pohon yang menutupi halamannya dari jalan utama.
Karena penasaran akhirnya aku ikut dengannya. Kami pergi kesana dengan motor masing-masing. Dari cafe ini sekitar 15 menit sudah sampai. Rasanya lokasinya cukup ok karena dekat dengan sekolah dan dokter gigi. Kalau Santo bikin cafe disini bakalan ramai sih. Memang cafe sedang menjamur di kota kecil ini seiring dengan berkembangnya banyak pabrik di sekitar dan pendatang yang bekerja disini. Dulu orang asli sini malah pergi keluar kota untuk mencari kerja. Sekarang kota kecil ini perlahan menjadi tujuan pendatang.
Intan : “San. rumah ini kosong dari kapan sih?”
Santo : “katanya dari tahun 90an Tan. pas orang tuanya yang punya rumah ini meninggal. Sudah gak diurus katanya. Soalnya yang punya juga tinggalnya gak disini. Di Jakarta dia nya. Disini cuma orang tua nya aja.”
Intan : “pantesan. Hiii serem.”
Santo : “haha enggak kok. Ayo sini aku tunjukin dalam nya.”
Aku mengikuti Santo yang sudah membuka pintu depan rumah ini.
Intan : “hiii… serem San… rumah nya udah gak keurus banget ya.”
Santo : “iya mangkanya dijual murah sama yang punya ini juga jadi langsung aja tan aku beli.”
Setelah aku masuk kedalam rumah ini. Rasanya semakin seram saja karena berdebu dan lantai nya pecah-pecah. Juga banyak sarang laba-laba di dalam. Ditambah lagi ruangannya remang-remang karena jendela masih tertutup kain putih. Meski seram, aku masih penasaran. Aku pun berjalan masuk kedalam melihat-lihat sekitar termasuk kamar dan kamar mandi. Perabotan rumah ini juga masih utuh meski nampak tak terurus.
Intan : “bakalan abis banyak kamu San kalau benerin rumah ini.”
Santo : “ah enggak juga kok Tan. hehe” Santo menutup pintu utama rumah ini.
Intan : “ngapain ditutup San? Makin serem nih. Nyalain lampunya dong.” aku mulai ketakutan. satu-satunya jalan masuk cahaya yang cukup terang dari pintu sudah ditutup oleh Santo membuat rumah ini semakin gelap. Apalagi sekarang juga sudah sore menjelang malam.
Santo : “listriknya belum dipasang Tan. yang lama sudah diputus soalnya.”
Intan : “ya udah buka lagi pintunya, jendelanya juga, serem nih.”
Santo : “kan seru Tan. horor dikit.”
Intan : “apaan sih, udah ya aku balik aja.” aku melangkah kearah pintu. Namun tangan ku dipegang oleh Santo. Dia menarikku kearahnya dan aku pun dipeluknya.
Santo : “kan kalau remang-remang gini enak tan hehe. Gak usah takut, ada aku ini kok. Ini juga rumahku kan.”
Intan : “hmmm ada maunya ini ternyata. Udah ah Santo. Jangan aneh-aneh deh.”
Santo hanya tersenyum dan mencium bibirku. Aku hanya bisa terdiam. Ternyata Santo sengaja mengajakku kesini untuk ini. Perlahan Santo mendorongku ke dalam salah satu kamar sambil tetap berciuman. Tangannya sudah bergerilya di punggungku dan pantatku. Dengan sigap dia lepaskan kaitan bra yang kukenakan. Akupun merasakan penisnya yang sudah menegang menekan-nekan keperut bawahku.
Intan : “mmmhhh… mmhhhh… mmmmhhh… ah...” Santo mendorongku ke kasur yang berdebu ini dan dia mulai melucuti pakaiannya. Sedikit gambaran tentang Santo ini tinggi badannya se aku (168cm) dan berkulit gelap tapi kekar berotot.
Aku bangkit dari atas kasur dan jongkok didepannya, membantunya melepas celananya karena aku sendiri sudah tak sabar lagi. Entah kenapa nafsuku bangkit dengan cepat kali ini.
Intan : “uhs… gede banget sih San… gak pernah dikeluarin ya? Mmmhhh” ku jilati zakar dan penisnya yang sangat tegang sambil ku kocok dengan tangan ku..
Santo : “sering lah Tan… apalagi kamu sering kirimin fotomu...” tangannya menekan-nekan kepala ku kearah selangkangannya.
Intan : “nakal inih… coly pake foto ku… mmmhhh… sluurpp...” aku mulai menjilati kepala penisnya.
Santo : “gimana enggak tan… udah cantik… body mu juga bagus...” tangannya mendorong kepalaku saat aku mencium kepala penisnya, membuatku mengulum penisnya.
Intan : “Ooghh… ooghh.. Oogghh… ooghhs...” penisnya keluar masuk di mulutku dan menekan dalam sampai ke tenggorokan ku.
Santo : “uhs… kesampaian juga… diemutin cewek paling cakep se SMA...” tangannya kini sudah tidak menekan-nekan kepalaku lagi dan sekarang aku yang beraksi mengulum penisnya.
Intan : “sluurpp… keluarin aja sudah… udah merah banget titit mu… mmmhhh”
Santo : “hehe… sayang dong nanti kalau cuma keluar dimulutmu...”
Santo lalu menahan kepalaku yang sedang maju mundur mengulum penisnya dan mengangkatku ke atas kasur reyot ini. Setelah itu dia menindih ku dan mulai menggerayangi seluruh tubuhku.
Intan : “ahss...nnngghhh… jangan kasar-kasar san… ahhhss….” Santo dengan kasar meremas-remas payudaraku dan buru2 membuka seluruh pakaianku. Dengan sangat bernafsu, ditariknya semua pakaian yang kukenakan sampai terlepas sampai akhirnya kami berdua telanjang bulat dikasur sekarang. Lidahnya mulai bermain dari atas kebawah. Kedua payudaraku juga bergantian di cupang sambil diremas olehnya.
Santo : “emang… gede banget tetekmu Tan… ini yang bikin ngiler dari dulu...”
Mulai tampak bekas-bekas merah di area payudaraku dan keringat kami mulai bercucuran. Santo masih bermain dengan payudaraku dengan mulutnya. Kini jarinya sudah bermain menggesek-gesek area labia mayoraku.
Intan : ”aahhs… mmmhhh.... nggghhhh… mmhhh… ahs… masukin aja San...nggghhh”
kini aku makin tak tahan lagi menerima rangsangan dari Santo. Permainannya membuatku hampir orgasme. Tapi ketika aku akan meraih orgasmeku, dia berhenti begitu saja. Membuat nafsuku naik turun tidak karuan rasanya. Vaginaku sudah basah dan berkedut-kedut dari tadi. Rasanya sungguh tak enak jika ketika ingin orgasme tapi tertahan seperti ini. Biasanya aku sangat mudah squirting tapi kali ini permainan Santo membuatku menggila.
Santo : “hehehe… santai dulu Tan… mmmhhh...”
Intan : “aahhs… San… aahhss…. Cepetan kok… nggghhh” aku berusaha mendorong Santo, ingin rasanya aku saja yang diatas. Rasa gatal dibagian kemaluanku semakin menjadi-jadi. Santo masih saja menghisap payudaraku bergantian dan jari tangan kanan nya sesekali menggesek-gesek dibawah. Rasanya sudah cukup lama Santo menyiksa ku seperti ini. Kurang lebih sekitar setengah jam aku hanya dirangsang tanpa membiarkanku orgasme. Aku tak menyangka permainannya akan sehebat ini sampai membuatku menggila rasanya.
Santo : “hehehe… gantian aku bikin kamu gak tahan Tan...” Santo nampak puas melihatku yang kelojotan seperti cacing kepanasan ini. Sampai-sampai aku hanya bisa menggertakkan gigi dan mencengkeram besi ranjang yang berada diatas kepalaku.
Intan : “hhhhhh….hhhss….hhhhhh….” tapi tiba-tiba Santo mempercepat jarinya keluar masuk kedalam vaginaku.
Intan : “AAHHSS… AAAAAHHHSSS… OOOOHHSS… AAAAAAHHHH...” aku berteriak seiring muncratnya cairan cintaku. Akhirnya Santo membiarkanku meraih orgasme.
Santo : “hehehe… sampek basah banget kamu Tan...”
Intan : “OOOHHS…. OOOHHHS…. AAHHS…. Aaahhhss…. Ngggghhh….” satu orgasme panjang pun akhirnya membuatku ngos-ngosan. Selama ini sebentar saja aku sudah bisa cukup terangsang sampai orgasme sendiri. Tapi kali ini Santo membuatku orgasme sampai lepas seluruh tulangku rasanya.
Santo : “aku masukin ya Tan..”
Intan : “ACHSS…. OHS… OOHHS… OOOOHHHSS...” disaat Santo baru menusukkan penisnya, aku kembali memperoleh orgasme ku.
Santo : “uhs… tan.. Memang beda.. Kamu… uuhss..”
Intan : “nggghhh… ahhs… ooohhs….. Aahhhhss...” aku hanya bisa mendesah-desah tak karuan saat penis Santo keluar masuk. Tempo genjotan Santo cukup pelan menurutku dibanding yang lainnya yang selalu menggebu-gebu. Sensasi lain pun aku rasakan sekarang. Santo juga nampak begitu menikmati detik demi detik persetubuhan kami.
Cukup lama Santo menyetubuhi ku dalam posisi misionaris. Sampai gelap kamar ini karena melewati waktu maghrib. Suara derit ranjang tua, desahanku, dan suara gesekan tubuh kami memenuhi kamar yang gelap dan berdebu ini.
Intan : “ahhhs… santo… aahhhss… ngggghhhh… ” entah sudah berapa kali aku mengejan orgasme kali ini. Aku memeluk erat Santo sampai tak sadar punggungnya aku cakar. Santo tetap menjaga ritmenya yang pelan, membuatku merasakan penisnya yang keluar masuk perlahan didalam vaginaku.
Intan : “aahhs… San… gantian Sann…. Aahhs...” aku pun mendorong tubuh Santo dan sekarang gantian aku yang naik diatasnya. Dengan posisi woman on top giliran ku sekarang menggoyang Santo dengan kecepatan tinggi sambil meremas-remas payudaraku sendiri.
Santo : “aarrgghh… pelan pelan Tan...”Tangan Santo memegang erat pinggangku.
Intan : “ahhs… gak mau San… aahhsss… sebentar lagi aku… ahhs… nyampe...” aku tak memperdulikan permintaan Santo. Dengan cepat aku bergerak naik turun diatasnya.
Santo : “aaaggghhh… Tan… aku mau keluar Tan…” tangan Santo seperti ingin mengangkatku agar dia tidak ejakulasi didalam. Tapi aku tahan. Aku ingin merasakan disirami sperma hangat malam ini.
Intan : “keluarin aja… san…didalam… AAAHHHHHSSS…. NGGGGGHHHHH….” akhirnya aku merasakan sperma Santo menyembur kuat. Aku pun membekap Santo dengan tubuhku agar dia bisa mengeluarkan semua spermanya. Entah mengapa aku kembali menggila seperti ini. Ketika kenikmatan mendera membuat ku lupa akan konsekuensi nya. Sudah tak kupedulikan lagi apakah benih Santo bisa menghamiliku atau tidak. Santo yang mengerti keinginanku akhirnya memeluk ku erat. Penisnya menyemburkan sperma ber mili-mili sampai rahimku penuh rasanya.
Intan : “huufftt… huufftt… huuufftt… sudah… puas.. San...” ucapku sambil tetap memeluk Santo tak bergerak dari posisi tadi.
Santo : “huftt… wah… gila kamu Tan… enak banget...”
Intan : “mmmmhhh... mmmhhhh… mmmmhhhh...” kami pun kembali berciuman panas untuk menutup persetubuhan ini. Setelah itu kami berdua rebahan memulihkan energi dulu diatas kasur ini.
Intan : “hihihi… banyak banget nih keluarnya… beneran kamu coli tiap hari? Hahaha”
Santo : “iya gak banyak gimana kalau kamu nya cantik dan nafsuin gini Tan.”
Intan : “halah gombal… inget istri dirumah. Haha”
Santo : “kamu sudah membuatku lupa segalanya sih Tan. nanti kalau kamu hamil, aku siap kok tanggung jawab.” sambil tangannya memegang perut bagian bawahku.
Intan : “halah… buaya kayak kamu mana mungkin tanggung jawab.”
Santo : “ya kalau kamu mau jadi istri kedua ku sih gak apa.”
Intan : “kan bener kan… hahaha”Santo : “tapi aku serius kok mau tanggung jawab Tan.”
Intan : “sudah gak tenang aja, nanti aku minum pil kb. Lagian belum masa suburku kok.”
Santo : “yaa…. Kalau jadi anak kan aku bisa nikahin kamu Tan. haha”
Intan : “hahaha jangan ngarep ya. Inget udah punya istri. San tolong lampu hape dong. Gelap banget nih.” setelah itu Santo mengambil hape nya dan menyalakan lampu blitz untuk menerangi kamar yang gelap ini. Aku pun lalu bangkit dari kasur dan memakai kembali pakaianku.
Intan : “San yuk buruan pake baju lagi. Aku mau pulang dulu nih. Hari ini shift malam.” aku melihat dari hape ku ternyata sudah jam 7 malam.
Santo : “ok Tan.” Santo membantuku mencari pakaianku yang berserakan dilantai.
Intan : “kamu nih buang baju ku sembarangan, kotor kan jadinya.”
Santo : “hehe maaf tan. Tapi makasih ya sudah bikin enak.”
Intan : “iya sama-sama. Kamu nih bikin aku kelojotan gak karuan tadi.”
Santo : “iya kamu gampang banget orgasme ya ternyata. Gak salah kata anak-anak SMA.”
Intan : “emang mereka pada bilang apa? Siapa yang bilang?”
Santo : “adalah pokoknya. Pastinya kan kamu dulu terkenal banget tan. Mana kamu kembang desa juga.”
Intan : “ish… dari mantan ku ya? Yg mana yang ember mulutnya?” aku curiga ada mantanku yang sesumbar dan bercerita tentang hubungannya denganku.
Santo : “sudah sudah, gak jadi ngomong aku Tan.”
Intan : “iish penasaran nih. Aku gak mau main sama kamu lagi lho kalau kamu gak kasih tau.”
Santo : “yah jangan gitu dong Tan. sudah lupa aku sebenernya, cuma inget cerita kalau dulu banyak yg bilang kamu nafsuan. Eh tapi bener sih. Hehe”
Intan : “udah deh, bete aku lama-lama. Aku pulang duluan ya.”
Santo : “yaa… bareng yuk aku juga mau balik. Eh tapi, masih mau kan Tan main sama aku.”
Intan : “liat nanti. Kamu sih bikin bete. Weeeekkkk”
Setelah itu aku kembali pulang kerumah dan berpisah dengan Santo di depan rumah tua ini. Meski jalur rumah kami searah, tapi Santo kulihat tidak berada dibelakangku. Mungkin dia ngelayap dulu entah kemana dan apa peduliku juga. Toh dia hanya teman saja. Tapi hari ini aku sampai melupakan Tono. Bahkan aku belum mengecek chat darinya.
Sesampaiku dirumah, aku masuk dari pintu belakang langsung kekamar ku untuk berganti baju. Aku tak ingin yang lain menanyaiku kalau tau baju ku kotor berdebu begini. Untungnya semua sedang di ruang tamu nonton tv jadi aku aman. Setelah ganti baju dan mandi aku keruang tengah tamu dulu menemui keluargaku.
Bapak : “eh nak, pulang kok gak lewat pintu depan?”
Intan : “hehe iya pak, mau langsung mandi ini. Biasanya juga lewat belakang pak langsung ke kamar.”
Ibu : “berangkat jam berapa kamu nanti?”
Intan : “sebentar lagi bu palingan.”
Bapak : “ngomong-ngomong nih nak. Kamu kan sudah besar. Kapan rencana mau nikah?”
Intan : “ah si bapak mesti nanya gitu.”
Bapak : “iya kan bapak cuma khawatir sama kamu. Kamu sudah usia nikah lho. Nanti dibilang perawan tua. Apalagi kamu juga sudah punya pacar kan. Si Tono kapan mau ngelamar kamu?”
Intan : “nanti aja dong pak bahas ini.”
Karena bete aku kembali ke kamar ku. Aku mengecek hape ternyata banyak chat dari Tono.
Intan : “yank maaf baru bales.”
Tono : “iya yank gpp. Baru pulang?”
Intan : “enggak sih. Sudah dari tadi kok cuma abis itu masak jadi gak sempet buka hape yank.” aku berbohong saja agar Tono tidak berfikir macam-macam.
Intan : “ini kamu masih jaga warnet?”
Tono : “udah enggak yank. Udah aku tutup dah jam 9 ini.” tak sadar aku ternyata sekarang sudah jam 9.
Tono : “kamu berangkat kerja jam berapa ni? Mau aku anter?”
Intan : “eh beneran yank? Ya udah jemput jam 10 ya. Shift ku mulai jam 11 kok.”
Tono : “ok deh aku meluncur kesana ya.”
Intan : “ok sayang ati-ati. Aku juga mau ganti baju dinas dulu. Hehe”
Malam ini aku berangkat kerja diantar oleh Tono. Kehadirannya mampu sedikit membuatku gembira. Aku tak ingin bilang dulu ke Tono kalau bapak mendesak ku lagi untuk segera nikah karena aku ingin Tono tidak ikutan terbebani. Aku hanya berharap Tono segera menyelesaikan perkuliahannya saja. Ditambah lagi, aku tak ingin lagi-lagi menghancurkan mood ku dengan membahas permintaan bapak ku. Walau hari ini hanya bertemu sebentar, cuma Tono yang bisa membuatku tersenyum.
Terakhir diubah:
rankambera
Pendekar Semprot
- Daftar
- 11 May 2017
- Post
- 1.774
- Like diterima
- 1.090
Mantap suhu updatenya. Intan makin binal. Kapan nih Intan di Gangbang ber 6 lagi?
Similar threads
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
