Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 21.5
Timeline : 2011 April
Hari yang sama dengan Chapter 21

--POV Hasan--

Pagi ini kakak ku rasanya menggoda sekali. Aku curiga, tak mungkin dia kerja pakai baju seperti itu. Setahu ku mbak Intan memang ada kerjaan sampingan memandikan bayi. Tapi masa mbak Intan keluar dengan berpakaian seperti itu. Kalau dia jawab tadi sudah janjian dengan mas Tono mungkin aku tak bertanya-tanya seperti ini. Apa mungkin mbak Intan hanya beralasan saja agar aku tak mencegahnya keluar rumah. Seharusnya tadi kupaksa saja seperti biasanya. Mbak Intan juga tidak mungkin menolak.

Otakku sudah berpikiran kemana-mana karena nafsu yang tidak tersalurkan pagi ini. Apalagi terakhir kali aku berhubungan badan dengan mbak Intan 2 hari lalu. Kemarin aku tidak dapat jatah darinya. Rasanya tiap hari juga masih kurang. Semoga aku bisa lulus dengan nilai memuaskan agar mbak Intan mengabulkan permintaanku untuk jalan-jalan ke Jogja. Sebenarnya aku hanya ingin menikmati mbak Intan seminggu full tanpa gangguan. Memang rasanya aku adik yang kurang ajar.

Aku langsung ke kamar dan memutar beberapa film yang ku download dari folder di facebook mbak Intan. Rasanya koleksi film ku yang ini memang tidak ada duanya. Selalu sukses membuatku semakin konak. Membayangkan hal-hal yang lebih erotis terhadap kakak ku sendiri. Meski gambarnya hanya rekaman ponsel seadanya, namun kenakalan mbak Intan lah yang membuatku tak tahan. Penisku semakin tegang tak karuan melihat video-video yang mbak Intan ini.

Terutama video dimana dia sedang bermain dengan 2 orang pria yang aku tak tahu siapa. Mereka berdua bergantian menyetubuhi mbak Intan di tempat terbuka yang kemungkinan tempat itu hutan di ujung kota. Memang disana kebanyakan dijadikan tempat orang pacaran bahkan berbuat mesum. Dalam video ini aku melihat mbak Intan kualahan untuk mengimbangi mereka. Sejenak akupun ingat dengan rencanaku untuk mengerjai mbak Intan dengan menggoda teman-temanku lewat akun facebooknya. Bagaimana nanti bila benar-benar kejadian mbak Intan di gangbang oleh ke empat teman ku ini. Rasanya bakalan seru kalau kubayangkan.

Mungkin sekarang mbak Intan sedang sibuk dan tak membuka sosmed nya. Jadi kugunakan kesempatan ini untuk meng hack lagi akun facebooknya. Tak lupa ku ganti dulu passwordnya agar mbak Intan tak bisa mengakses dan tahu apa yang sedang kulakukan. Iseng-iseng kulihat satu persatu postingan mbak Intan. Sambil kukagumi kecantikan kakakku ini. Bahkan harus kuakui kalau pacarku Fitri masih kalah cantik jauh daripada mbak Intan. Apa aku setengah hati berpacaran dengan Fitri, aku tak tahu. Kalau hubungan sedarah hal yang lazim mungkin aku akan mengejar-ngejar kakakku sendiri.

Saat sedang asik scrolling status facebook mbak Intan, ada telpon masuk yang mengganggu keseruan ku ini.
Hasan : “ah siapa sih ini ganggu aja.” kulihat hape ku ternyata Fitri yang menelpon.
Hasan : “halo Fit. ada apa nih?” ucapku agak ketus karena sedikit terganggu.
Fitri : “gak apa mas Hasan, cuma mau telpon kamu aja kok. Lagi apa nih? Nganggur gak?”
Hasan : “lagi belajar aja Fit siap-siap buat ujian. Kamu gak belajar emang?” aku berbohong karena saat ini sedang tak ingin keluar rumah. Biasanya Fitri menelponku hanya untuk mengajakku jalan-jalan.
Fitri : “yah belajar terus nih. Semangat mas Hasan. Tadi mau ngajakin jalan-jalan padahal. Aku suntuk dirumah belajar terus juga.”
Hasan : “iya habis ujian deh aku janji ngajakin kamu jalan-jalan. Sekarang fokus belajar dulu Fit. biar bisa lulus bareng-bareng ya.”
Fitri : “iya pasti lah. Hehe. semangat mas Hasan.”
Hasan : “makasih Fit.” lalu kututup telponnya.

Sebenarnya bukan tak ingin keluar jalan-jalan untuk hari ini. Cuma saja mbak Intan sudah janji segera kembali setelah kerja. Aku tak tahan lagi untuk melampiaskan nafsuku yang sempat tertahan 2 hari ini. Aku juga berusaha menepati janjiku ke mbak Intan agar tidak berhubungan badan dulu dengan Fitri. Meski terkadang Fitri juga sering memancingku untuk melakukan hal itu. Namun aku masih bisa menahan, paling jauh cuma petting dan blowjob dari Fitri saja.

Aku menunggu mbak Intan pulang dengan masih meneruskan aktifitasku sebelumnya. Yaitu melihat-lihat facebook mbak Intan. Ternyata mbak Intan tak kunjung pulang. Kulihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 11 siang. Aku menyesal, kalau tahu begini mungkin ku iyakan saja ajakan Fitri untuk jalan-jalan keluar. Akhirnya kuputuskan untuk mandi lalu tidur saja karena semakin aku melihat-lihat isi Facebook mbak Intan, semakin tak tahan rasanya. Apalagi beberapa videonya menggodaku untuk coli. Tak ingin aku membuang spermaku dengan sia-sia.

Sekitar jam 2 siang aku mendengar ada motor masuk ke halaman rumah yang membuatku terbangun dari tidurku. Kuintip di cendela ternyata mbak Intan baru saja pulang. Aku langsung bangkit dari kasurku dan keluar dari kamar. Mbak Intan memarkirkan motor disamping rumah dan masuk lewat pintu belakang. Jadi kutunggu saja di ruang makan belakang.
Hasan : “kok baru pulang mbak? Tadi janjinya sebentar.”
Intan : “iya nih ke toko dulu tadi langsung. Eh mbak besok mau cuti ikut mas Tono ke Surabaya buat sidang skripsinya dia.”
Hasan : “wah sampai kapan mbak?”
Intan : “seminggu aja kok.”
Hasan : “yah mbak. Pas aku ujian mbak.”
Intan : “iya mangkanya fokus belajar.” mbak Intan menyentil kepalaku.
Hasan : “kalau gak ada mbak gimana bisa fokus ini aku nanti. Kalau horny gimana. Hehe”
Intan : “kamu ini mikirnya itu terus san san...”

Mbak Intan melepas jaket yang dikenakannya dan digantung untuk dijemur diluar.
Hasan : “ya gimana gak mupeng terus mbak. Punya mbak cantik gini.”
Intan : “halah kamu ini mbak sendiri digombalin.”
Aku melihat pemandangan yang semakin membuatku konak. Mbak Intan yang hanya mengenakan atasan tanktop dan masih berkeringat sehabis dari luar makin membuatku tak tahan. Saat mbak intan keluar menjemur jaketnya di halaman samping, kupeluk dia dari belakang.

Intan : “Heh san...ngapain sih.” kupeluk mbak Intan dari belakang sambil kugesek-gesekkan penisku yang sudah menegang dipantatnya.
Hasan : “tadi jadi katanya mau main mbak.hehe”
Intan : “udah mau jam 3 lho. Jemput Kukuh nanti telat kamu.” mbak Intan berusaha melepaskan pelukan tanganku yang melingkar di perutnya.
Hasan : “gampang lah mbak bisa ku sms nanti.”
Intan : “iya tapi lepasin dulu, nanti ketahuan orang lho masih siang gini.” nampaknya mbak Intan takut ketahuan tetangga yang masih bertani di belakang rumahku. Kalau ada orang lewat dan menengok ke arah rumahku juga terlihat sisi samping jemuran baju tempat aku dan mbak Intan sekarang. Tetapi aku tak perduli. Tetap saja kugesekkan penisku kebelahan pantat mbak Intan sambil kupeluk erat. Kuciumi leher dan pundaknya yang masih bau matahari dan berkeringat.

Intan : “san... Lepasin dulu dong. Gak enak nanti kalau ada yang lihat. Mbak juga belum mandi ini masih bau.”
Hasan : “ayolah mbak. Udah gak tahan ini.”
Intan : “iya udah deh. Mbak juga sudah janji tadi sama kamu. Ke kamarmu aja yuk.” mendengar hal itu langsung ku gandeng tangan mbak Intan menuju kamar ku. Saat masuk kedalam rumah lagi, mbak Intan menarikku dan mencium bibirku dengan hangat. Kubalas juga ciumannya dan akhirnya kami pun beradu lidah sambil melepaskan pakaian satu persatu. Mulai dari kaos yang kukenakan, tanktop mbak Intan, berlanjut sampai ke pakaian bawah kami sudah terlepas satu persatu saat berjalan ke arah kamarku yang berada di sisi depan bagian rumah sambil terus berciuman yang semakin bernafsu.

Sesampai didalam kamar ku, kami berdua sudah telanjang bulat. Mbak Intan lalu jongkok didepan ku dan mulai meraih penisku kemudian dikulum olehnya dengan sangat bernafsu. Kulihat mbak Intan begitu menikmati mengulum penisku sambil memejamkan matanya dan menjilati zakarku sesekali. Akupun menikmatinya dan mulai meremas-remas rambut mbak Intan. Lidahnya serasa bermain-main menggesek-gesek lubang penisku.
Hasan : “ugh yes...terus mbak… ughss….”

Mbak Intan yang sedari tadi asik mengulum penisku, tiba-tiba menghentikan aksinya dan berjalan ke arah kasur. Aku yang tak tahan lagi kembali kupeluk dari belakang dan membuatnya terdorong ke jendela di samping kamar tidurku. Seakan mengerti mauku, mbak Intan membungkuk berpegangan di jendela dan merentangkan kakinya. Aku pun langsung memposisikan penisku diantara kemaluannya sambil ku gesek-gesek perlahan.
Hasan : “mbak… gak pakai kondom dulu ya...”
Intan : “iya san...aashh...ooohhs...nnggghhh...ahhhs...” penisku perlahan-lahan keluar masuk didalam kemaluannya. Semakin lama semakin cepat aku mengayunkan penisku. Kupegang pinggulnya agar aku bisa dengan mudah melakukan penetrasi.

“Plok...plok...plok..plokk” bunyi benturan pahaku dan mbak Intan terdengar.
Intan : “aahhs...oohhs...aaaahhhss...aaaahhs….aaahhhsss….” mbak Intan mendesah-desah tak karuan seiring dengan tusukan penisku keluar masuk.
Intan : “aahhs...yes… terus san...ooohs...ooohhs… mbak mau dapet...ooohsss… yang kenceng san...AAAHHSS…..NGGGHHH….NNNGGGHHHH...” mbak Intan pun mengerang seiring dengan orgasmenya. Akupun semakin cepat mengayunkan penisku keluar masuk walau ngilu kurasakan karena otot vagina mbak Intan seperti meremas-remas penisku.

Aku bertahan agar permainan kami ini bisa lebih lama. Tetapi karena remasan yang kurasakan dan tempoku yang terlalu kencang membuatku tak tahan lagi.
Hasan : “aahh..mbak… aku mau keluar...”
Intan : “tahan san… tahan dulu...aachhs…aahhh….”
Tanganku mencengkeram erat pinggul mbak Intan dan kubenamkan dalam-dalam. Akhirnya kukeluarkan semua spermaku didalam. Tak kuhiraukan permintaan mbak Intan agar aku bisa menahan lebih lama lagi karena memang sedari tadi aku sudah tak bisa membendung hasrat birahiku.

Setelah selesai kusemburkan spermaku, kucabut penisku yang masih setengah tegang ini dari kemaluan mbak Intan. Mbak Intan berbalik dan menatapku.
Intan : “ihs… kok cepet banget sih san. Belum juga 10 menit rasanya.”
Hasan : “hehe udah gak tahan mbak. Mbak juga goyangnya enak banget.”
Intan : “mbak masih belum puas nih gimana dong?”
Hasan : “hehe maaf mbak. Mbak bilang juga jangan sampai jam 3 kan. Tadi nyuruh jangan telat jemput kukuh.”
Intan : “yah gimana dong, mbak gak mau tau. Kamu tadi minta main, sekarang puasin mbak.” mbak Intan lalu jongkok didepanku dan mulai mengulum penisku yang mulai melemas ini.

Meski masih belepotan sperma nampaknya mbak Intan tak perduli dan terus mengulumnya.
Intan : “mmmhhh...mmhhh..slurrpp...mmmhhh...”
Hasan : “osh...mbak...ngilu mbak...”
Intan : “mmmhhh… biarin… biar berdiri lagi...mmmhhh...”
Hasan : “uuhs.. Mbak… enak mbak… tapi… ngilu...”
Intan : “mmmhhh… jangan keluar dulu lho san… sluurpp… mmmhhh...” lidah lembut mbak Intan yang bermain dipenisku lambat laun membuatku kembali tegang.

Mbak Intan mendongak keatas dan tersenyum.
Intan : “nah gitu dong tegang lagi.” sambil tangannya terus mengocok penisku. Kemudian dia berdiri dan mendorongku ke atas tempat tidurku lalu naik diatas tubuhku. Tangannya mengarahkan penisku untuk kembali memasuki kemaluannya. Dan bless… kembali kami bersetubuh dengan posisi woman on top.
Intan : “aah… yes… aaahhs...ooohs... nnggg… aahhh… jangan kamu keluar...cepet lagi lho… san… uuuhh… aahhs...” mbak Intan sekarang sudah mulai naik turun diatasku. Goyangannya yang gemulai dan ayunan payudaranya yang besar itu membuatku kembali bernafsu. Kini aku rebahan diatas kasur dengan mbak Intan yang perlahan semakin cepat menggoyang pinggulnya.

Tanganku tak tinggal diam mulai meremas-remas payudaranya yang menggantung indah ini. Kuremas keras dan kupilin-pilin putingnya yang mencuat. Keringat kami mulai bercucuran deras. Mbak Intan memejamkan mata dan mendongak sambil mendesah-desah menikmati persetubuhan ini. Aku pun lebih bisa mengontrol ejakulasiku saat ini karena ritme mbak Intan lebih santai. Penisku serasa bisa menyentuh dinding terdalam vaginanya.
Intan : “aah...ahhhs...aaahh...ooohs...aaahh...”
Berulang kali rasanya mbak Intan orgasme dan aku tetap bisa menjaga agar tidak ejakulasi. Mbak Intan serasa paham ketika aku mulai agak mengejan dan meremas kencang payudaranya, disitulah dia mulai memperlambat tempo goyangannya.

Intan : “aahs...tahan san… oohs… nnggghh… ahhs... Enak san… ooohss...” mbak Intan yang masih naik turun diatasku terlihat sangat menikmati permainan. Sudah jarang rasanya aku melihat kakakku senafsu ini. Tiba-tiba ada saja yang mengganggu. Hape yang kuletakkan di meja ruang tamu berdering berulang kali. Awalnya diabaikan oleh mbak Intan dengan tetap meneruskan permainan kami. Tapi lama-lama dia terganggu juga.
Intan : “duh siapa sih ini telpon terus. San angkat sana.”
Hasan : “ya mbak minggir dulu kan aku gak bisa bangun kalau mbak diatasku. Hehe”
Intan : “hish… ya udah aku aja yang matiin hapenya.” mbak Intan berjalan ke arah ruang tamu dengan masih bertelanjang bulat. Dia tak perduli kalau ada yang mengintip dari jendela utama. Aku pun mengikutinya dari belakang.

Intan : “astaga… sudah jam 3 lebih san. Ini si kukuh yang telpon.” lalu dia mengangkat teleponnya. Aku memeluknya dari belakang sambil tanganku bermain di kemaluannya. Jari tengahku kugesek-gesekkan ke labia mayoranya dan bermain dengan kelentitnya.
Intan : “iya kuh, sebentar ya, mas Hasan lagi mbak suruh keluar beli bumbu ke warung. Kamu main dulu ya jam 4 mungkin dijemput di tempat biasanya ya. ahs...” mbak Intan nampak terburu2 menjawab telepon dari kukuh. Dia tak sengaja mendesah ketika 2 jariku menelusup masuk kedalam vaginanya dan segera teleponnya dimatikan.
Intan : “hih kamu nih san. Kalau ketahuan kukuh gimana? Mmmmmhhh...” sebelum berkata-kata lagi segera kucium saja bibirnya.

Hasan : “masih ada waktu sebelum jam 4 kan ya mbak. Hehe”
Intan : “iya tapi jangan disini. Jendelanya masih belum ketutup gorden.” Aku mendorong tubuhnya ke arah pintu utama dan akhirnya bersandar disana. Kuangkat kaki kirinya dan segera kumasukkan penisku yang masih tegang sedari tadi.
Intan : “ahs.. San… aahs… jangan disini… aahh… oohs...”
Hasan : “sudah enakin aja mbak...mmmhhs...mmmhhh...” sambil kembali kucium bibirnya. Kali ini kusetubuhi kakakku dalam posisi berdiri. Hentakan tubuhku membuat bunyi seperti menggedor-gedor pintu yang disandari mbak Intan.

Intan : “san… ah… pindah san… ah… ahhs… udah san...aahs...” nampaknya mbak Intan takut ketahuan tetangga meski memang ada jarak antar rumah tetapi suara gedoran di pintu cukup keras. Akhirnya aku mencabut penisku dan merebahkan mbak Intan di lantai ruang tamu lalu kembali kusetubuhi dengan posisi misionaris. Mbak Intan tak lagi meronta meminta pindah tempat. Sekarang dia mulai menikmatinya kembali.
Intan : “ooohs… san… ooohss.. Yang kenceng… ooohs...” mbak Intan mulai meracau. Tubuhnya bergoyang-goyang seiring hentakan penetrasiku. Tangan kananku yang tak menjadi tumpuan tubuhku, kugunakan untuk meremas-remas payudara kirinya yang bergoyang bebas menggemaskan itu.

Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan sudah tak kuat lagi untuk menahan gejolak ejakulasi yang sudah berusaha aku tahan sedari tadi.
Hasan : “unghhh...mbak...aku mau keluar...”
Intan : “oohs..iyah...san...oohh...keluarin didalam san….ooohss...hamilin mbak san...mmmppfff” mendengar ucapan mbak Intan, akupun jadi lebih bergairah. Kudekap erat tubuhnya dan kucium bibirnya lalu kutusukkan penisku dalam-dalam.
Hasan : “aah mbak...aahh...” croot croot croot…. Kutembakkan lagi sisa-sisa spermaku yang masih ada didalam rahimnya. Mbak Intan pun mengejan menerima sperma panas yang kusemburkan sambil memeluk erat tubuhku.

Kami tetap tergeletak berpelukan cukup lama di lantai ruang tamu sambil mengatur nafas kembali. Penisku perlahan mengecil dan tercabut dari liangnya. Spermaku pun meleleh keluar dari vaginanya membasahi lantai.
Intan : “banyak bener san spermamu...lengket banget juga...” mbak Intan mencoba duduk bersandar ke sofa sambil terengah-engah.
Hasan : “hehe iya mbak maaf lagi pengen aku mbak...” akupun duduk bersandar ke tembok berseberangan dengan mbak Intan.
Intan : “lucunya adik ku yang sudah besar ini… sini mbak bersihin burungmu...” mbak Intan lalu jongkok didepanku menungging dan mengulum penisku lagi. Dia menjilat dan menyedot penisku agar sisa-sisa sperma yang ada bersih sudah. Rasanya hari ini mbak Intan juga sedang bernafsu.

Hasan : “mbak. Kalau mbak hamil beneran gimana ya mbak?”
Intan : “haha baru mikir sekarang. Payah kamu san. Pas main sama mbak gak mikir gitu asal tembak dalam aja.”
Hasan : “hehe iya mbak. Bisa dibunuh bapak kita mbak.”
Intan : “ya kamu lah tanggung jawab. Palingan kita diusir sama bapak. Terus anak kita cacat karena hasil hubungan sedarah. Gitu adik ku tersayang...”
Hasan : “waduh mbak...gimana dong...”
Intan : “haha tenang aja, mbak sudah minum obat kok. Lagian bukan fase suburnya mbak dek.”
Hasan : “huff syukur deh mbak.”
Intan : “gini aja baru sadar. Haha lucu kamu. Udah sana pakai baju jemput si Kukuh. Dah jam 4 itu.”
Hasan : “iya mbak...”

Mbak Intan bangkit dan memungut pakaianku dan pakaiannya yang berserakan. Melihat mbak Intan yang masih telanjang bulat, ditambah lagi setelah dia memblowjob penisku sehingga tegang lagi ingin rasanya ku terkam lagi dari belakang. bermain sekali lagi. Tapi ku urungkan niatku.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd