Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 21.5
Timeline : 2011 April
Hari yang sama dengan Chapter 21

--POV Hasan--

Pagi ini kayak ku rasanya menggoda sekali. Aku curiga, tak mungkin dia kerja pakai baju seperti itu. Setahu ku mbak Intan memang ada kerjaan sampingan memandikan bayi. Tapi masa mbak Intan keluar dengan berpakaian seperti itu. Kalau dia jawab tadi sudah janjian dengan mas Tono mungkin aku tak bertanya-tanya seperti ini. Apa mungkin mbak Intan hanya beralasan saja agar aku tak mencegahnya keluar rumah. Seharusnya tadi kupaksa saja seperti biasanya. Mbak Intan juga tidak mungkin menolak.

Otakku sudah berpikiran kemana-mana karena nafsu yang tidak tersalurkan pagi ini. Apalagi terakhir kali aku berhubungan badan dengan mbak Intan 2 hari lalu. Kemarin aku tidak dapat jatah darinya. Rasanya tiap hari juga masih kurang. Semoga aku bisa lulus dengan nilai memuaskan agar mbak Intan mengabulkan permintaanku untuk jalan-jalan ke Jogja. Sebenarnya aku hanya ingin menikmati mbak Intan seminggu full tanpa gangguan. Memang rasanya aku adik yang kurang ajar.

Aku langsung ke kamar dan memutar beberapa film yang ku download dari folder di facebook mbak Intan. Rasanya koleksi film ku yang ini memang tidak ada duanya. Selalu sukses membuatku semakin konak. Membayangkan hal-hal yang lebih erotis terhadap kakak ku sendiri. Meski gambarnya hanya rekaman ponsel seadanya, namun kenakalan mbak Intan lah yang membuatku tak tahan. Penisku semakin tegang tak karuan melihat video-video yang mbak Intan ini.

Terutama video dimana dia sedang bermain dengan 2 orang pria yang aku tak tahu siapa. Mereka berdua bergantian menyetubuhi mbak Intan di tempat terbuka yang kemungkinan tempat itu hutan di ujung kota. Memang disana kebanyakan dijadikan tempat orang pacaran bahkan berbuat mesum. Dalam video ini aku melihat mbak Intan kualahan untuk mengimbangi mereka. Sejenak akupun ingat dengan rencanaku untuk mengerjai mbak Intan dengan menggoda teman-temanku lewat akun facebooknya. Bagaimana nanti bila benar-benar kejadian mbak Intan di gangbang oleh ke empat teman ku ini. Rasanya bakalan seru kalau kubayangkan.

Mungkin sekarang mbak Intan sedang sibuk dan tak membuka sosmed nya. Jadi kugunakan kesempatan ini untuk meng hack lagi akun facebooknya. Tak lupa ku ganti dulu passwordnya agar mbak Intan tak bisa mengakses dan tahu apa yang sedang kulakukan. Iseng-iseng kulihat satu persatu postingan mbak Intan. Sambil kukagumi kecantikan kakakku ini. Bahkan harus kuakui kalau pacarku Fitri masih kalah cantik jauh daripada mbak Intan. Apa aku setengah hati berpacaran dengan Fitri, aku tak tahu. Kalau hubungan sedarah hal yang lazim mungkin aku akan mengejar-ngejar kakakku sendiri.

Saat sedang asik scrolling status facebook mbak Intan, ada telpon masuk yang mengganggu keseruan ku ini.
Hasan : “ah siapa sih ini ganggu aja.” kulihat hape ku ternyata Fitri yang menelpon.
Hasan : “halo Fit. ada apa nih?” ucapku agak ketus karena sedikit terganggu.
Fitri : “gak apa mas Hasan, cuma mau telpon kamu aja kok. Lagi apa nih? Nganggur gak?”
Hasan : “lagi belajar aja Fit siap-siap buat ujian. Kamu gak belajar emang?” aku berbohong karena saat ini sedang tak ingin keluar rumah. Biasanya Fitri menelponku hanya untuk mengajakku jalan-jalan.
Fitri : “yah belajar terus nih. Semangat mas Hasan. Tadi mau ngajakin jalan-jalan padahal. Aku suntuk dirumah belajar terus juga.”
Hasan : “iya habis ujian deh aku janji ngajakin kamu jalan-jalan. Sekarang fokus belajar dulu Fit. biar bisa lulus bareng-bareng ya.”
Fitri : “iya pasti lah. Hehe. semangat mas Hasan.”
Hasan : “makasih Fit.” lalu kututup telponnya.

Sebenarnya bukan tak ingin keluar jalan-jalan untuk hari ini. Cuma saja mbak Intan sudah janji segera kembali setelah kerja. Aku tak tahan lagi untuk melampiaskan nafsuku yang sempat tertahan 2 hari ini. Aku juga berusaha menepati janjiku ke mbak Intan agar tidak berhubungan badan dulu dengan Fitri. Meski terkadang Fitri juga sering memancingku untuk melakukan hal itu. Namun aku masih bisa menahan, paling jauh cuma petting dan blowjob dari Fitri saja.

Aku menunggu mbak Intan pulang dengan masih meneruskan aktifitasku sebelumnya. Yaitu melihat-lihat facebook mbak Intan. Ternyata mbak Intan tak kunjung pulang. Kulihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 11 siang. Aku menyesal, kalau tahu begini mungkin ku iyakan saja ajakan Fitri untuk jalan-jalan keluar. Akhirnya kuputuskan untuk mandi lalu tidur saja karena semakin aku melihat-lihat isi Facebook mbak Intan, semakin tak tahan rasanya. Apalagi beberapa videonya menggodaku untuk coli. Tak ingin aku membuang spermaku dengan sia-sia.

Sekitar jam 2 siang aku mendengar ada motor masuk ke halaman rumah yang membuatku terbangun dari tidurku. Kuintip di cendela ternyata mbak Intan baru saja pulang. Aku langsung bangkit dari kasurku dan keluar dari kamar. Mbak Intan memarkirkan motor disamping rumah dan masuk lewat pintu belakang. Jadi kutunggu saja di ruang makan belakang.
Hasan : “kok baru pulang mbak? Tadi janjinya sebentar.”
Intan : “iya nih ke toko dulu tadi langsung. Eh mbak besok mau cuti ikut mas Tono ke Surabaya buat sidang skripsinya dia.”
Hasan : “wah sampai kapan mbak?”
Intan : “seminggu aja kok.”
Hasan : “yah mbak. Pas aku ujian mbak.”
Intan : “iya mangkanya fokus belajar.” mbak Intan menyentil kepalaku.
Hasan : “kalau gak ada mbak gimana bisa fokus ini aku nanti. Kalau horny gimana. Hehe”
Intan : “kamu ini mikirnya itu terus san san...”

Mbak Intan melepas jaket yang dikenakannya dan digantung untuk dijemur diluar.
Hasan : “ya gimana gak mupeng terus mbak. Punya mbak cantik gini.”
Intan : “halah kamu ini mbak sendiri digombalin.”
Aku melihat pemandangan yang semakin membuatku konak. Mbak Intan yang hanya mengenakan atasan tanktop dan masih berkeringat sehabis dari luar makin membuatku tak tahan. Saat mbak intan keluar menjemur jaketnya di halaman samping, kupeluk dia dari belakang.

Intan : “Heh san...ngapain sih.” kupeluk mbak Intan dari belakang sambil kugesek-gesekkan penisku yang sudah menegang dipantatnya.
Hasan : “tadi jadi katanya mau main mbak.hehe”
Intan : “udah mau jam 3 lho. Jemput Kukuh nanti telat kamu.” mbak Intan berusaha melepaskan pelukan tanganku yang melingkar di perutnya.
Hasan : “gampang lah mbak bisa ku sms nanti.”
Intan : “iya tapi lepasin dulu, nanti ketahuan orang lho masih siang gini.” nampaknya mbak Intan takut ketahuan tetangga yang masih bertani di belakang rumahku. Kalau ada orang lewat dan menengok ke arah rumahku juga terlihat sisi samping jemuran baju tempat aku dan mbak Intan sekarang. Tetapi aku tak perduli. Tetap saja kugesekkan penisku kebelahan pantat mbak Intan sambil kupeluk erat. Kuciumi leher dan pundaknya yang masih bau matahari dan berkeringat.

Intan : “san... Lepasin dulu dong. Gak enak nanti kalau ada yang lihat. Mbak juga belum mandi ini masih bau.”
Hasan : “ayolah mbak. Udah gak tahan ini.”
Intan : “iya udah deh. Mbak juga sudah janji tadi sama kamu. Ke kamarmu aja yuk.” mendengar hal itu langsung ku gandeng tangan mbak Intan menuju kamar ku. Saat masuk kedalam rumah lagi, mbak Intan menarikku dan mencium bibirku dengan hangat. Kubalas juga ciumannya dan akhirnya kami pun beradu lidah sambil melepaskan pakaian satu persatu. Mulai dari kaos yang kukenakan, tanktop mbak Intan, berlanjut sampai ke pakaian bawah kami sudah terlepas satu persatu saat berjalan ke arah kamarku yang berada di sisi depan bagian rumah sambil terus berciuman yang semakin bernafsu.

Sesampai didalam kamar ku, kami berdua sudah telanjang bulat. Mbak Intan lalu jongkok didepan ku dan mulai meraih penisku kemudian dikulum olehnya dengan sangat bernafsu. Kulihat mbak Intan begitu menikmati mengulum penisku sambil memejamkan matanya dan menjilati zakarku sesekali. Akupun menikmatinya dan mulai meremas-remas rambut mbak Intan. Lidahnya serasa bermain-main menggesek-gesek lubang penisku.
Hasan : “ugh yes...terus mbak… ughss….”

Mbak Intan yang sedari tadi asik mengulum penisku, tiba-tiba menghentikan aksinya dan berjalan ke arah kasur. Aku yang tak tahan lagi kembali kupeluk dari belakang dan membuatnya terdorong ke jendela di samping kamar tidurku. Seakan mengerti mauku, mbak Intan membungkuk berpegangan di jendela dan merentangkan kakinya. Aku pun langsung memposisikan penisku diantara kemaluannya sambil ku gesek-gesek perlahan.
Hasan : “mbak… gak pakai kondom dulu ya...”
Intan : “iya san...aashh...ooohhs...nnggghhh...ahhhs...” penisku perlahan-lahan keluar masuk didalam kemaluannya. Semakin lama semakin cepat aku mengayunkan penisku. Kupegang pinggulnya agar aku bisa dengan mudah melakukan penetrasi.

“Plok...plok...plok..plokk” bunyi benturan pahaku dan mbak Intan terdengar.
Intan : “aahhs...oohhs...aaaahhhss...aaaahhs….aaahhhsss….” mbak Intan mendesah-desah tak karuan seiring dengan tusukan penisku keluar masuk.
Intan : “aahhs...yes… terus san...ooohs...ooohhs… mbak mau dapet...ooohsss… yang kenceng san...AAAHHSS…..NGGGHHH….NNNGGGHHHH...” mbak Intan pun mengerang seiring dengan orgasmenya. Akupun semakin cepat mengayunkan penisku keluar masuk walau ngilu kurasakan karena otot vagina mbak Intan seperti meremas-remas penisku.

Aku bertahan agar permainan kami ini bisa lebih lama. Tetapi karena remasan yang kurasakan dan tempoku yang terlalu kencang membuatku tak tahan lagi.
Hasan : “aahh..mbak… aku mau keluar...”
Intan : “tahan san… tahan dulu...aachhs…aahhh….”
Tanganku mencengkeram erat pinggul mbak Intan dan kubenamkan dalam-dalam. Akhirnya kukeluarkan semua spermaku didalam. Tak kuhiraukan permintaan mbak Intan agar aku bisa menahan lebih lama lagi karena memang sedari tadi aku sudah tak bisa membendung hasrat birahiku.

Setelah selesai kusemburkan spermaku, kucabut penisku yang masih setengah tegang ini dari kemaluan mbak Intan. Mbak Intan berbalik dan menatapku.
Intan : “ihs… kok cepet banget sih san. Belum juga 10 menit rasanya.”
Hasan : “hehe udah gak tahan mbak. Mbak juga goyangnya enak banget.”
Intan : “mbak masih belum puas nih gimana dong?”
Hasan : “hehe maaf mbak. Mbak bilang juga jangan sampai jam 3 kan. Tadi nyuruh jangan telat jemput kukuh.”
Intan : “yah gimana dong, mbak gak mau tau. Kamu tadi minta main, sekarang puasin mbak.” mbak Intan lalu jongkok didepanku dan mulai mengulum penisku yang mulai melemas ini.

Meski masih belepotan sperma nampaknya mbak Intan tak perduli dan terus mengulumnya.
Intan : “mmmhhh...mmhhh..slurrpp...mmmhhh...”
Hasan : “osh...mbak...ngilu mbak...”
Intan : “mmmhhh… biarin… biar berdiri lagi...mmmhhh...”
Hasan : “uuhs.. Mbak… enak mbak… tapi… ngilu...”
Intan : “mmmhhh… jangan keluar dulu lho san… sluurpp… mmmhhh...” lidah lembut mbak Intan yang bermain dipenisku lambat laun membuatku kembali tegang.

Mbak Intan mendongak keatas dan tersenyum.
Intan : “nah gitu dong tegang lagi.” sambil tangannya terus mengocok penisku. Kemudian dia berdiri dan mendorongku ke atas tempat tidurku lalu naik diatas tubuhku. Tangannya mengarahkan penisku untuk kembali memasuki kemaluannya. Dan bless… kembali kami bersetubuh dengan posisi woman on top.
Intan : “aah… yes… aaahhs...ooohs... nnggg… aahhh… jangan kamu keluar...cepet lagi lho… san… uuuhh… aahhs...” mbak Intan sekarang sudah mulai naik turun diatasku. Goyangannya yang gemulai dan ayunan payudaranya yang besar itu membuatku kembali bernafsu. Kini aku rebahan diatas kasur dengan mbak Intan yang perlahan semakin cepat menggoyang pinggulnya.

Tanganku tak tinggal diam mulai meremas-remas payudaranya yang menggantung indah ini. Kuremas keras dan kupilin-pilin putingnya yang mencuat. Keringat kami mulai bercucuran deras. Mbak Intan memejamkan mata dan mendongak sambil mendesah-desah menikmati persetubuhan ini. Aku pun lebih bisa mengontrol ejakulasiku saat ini karena ritme mbak Intan lebih santai. Penisku serasa bisa menyentuh dinding terdalam vaginanya.
Intan : “aah...ahhhs...aaahh...ooohs...aaahh...”
Berulang kali rasanya mbak Intan orgasme dan aku tetap bisa menjaga agar tidak ejakulasi. Mbak Intan serasa paham ketika aku mulai agak mengejan dan meremas kencang payudaranya, disitulah dia mulai memperlambat tempo goyangannya.

Intan : “aahs...tahan san… oohs… nnggghh… ahhs... Enak san… ooohss...” mbak Intan yang masih naik turun diatasku terlihat sangat menikmati permainan. Sudah jarang rasanya aku melihat kakakku senafsu ini. Tiba-tiba ada saja yang mengganggu. Hape yang kuletakkan di meja ruang tamu berdering berulang kali. Awalnya diabaikan oleh mbak Intan dengan tetap meneruskan permainan kami. Tapi lama-lama dia terganggu juga.
Intan : “duh siapa sih ini telpon terus. San angkat sana.”
Hasan : “ya mbak minggir dulu kan aku gak bisa bangun kalau mbak diatasku. Hehe”
Intan : “hish… ya udah aku aja yang matiin hapenya.” mbak Intan berjalan ke arah ruang tamu dengan masih bertelanjang bulat. Dia tak perduli kalau ada yang mengintip dari jendela utama. Aku pun mengikutinya dari belakang.

Intan : “astaga… sudah jam 3 lebih san. Ini si kukuh yang telpon.” lalu dia mengangkat teleponnya. Aku memeluknya dari belakang sambil tanganku bermain di kemaluannya. Jari tengahku kugesek-gesekkan ke labia mayoranya dan bermain dengan kelentitnya.
Intan : “iya kuh, sebentar ya, mas Hasan lagi mbak suruh keluar beli bumbu ke warung. Kamu main dulu ya jam 4 mungkin dijemput di tempat biasanya ya. ahs...” mbak Intan nampak terburu2 menjawab telepon dari kukuh. Dia tak sengaja mendesah ketika 2 jariku menelusup masuk kedalam vaginanya dan segera teleponnya dimatikan.
Intan : “hih kamu nih san. Kalau ketahuan kukuh gimana? Mmmmmhhh...” sebelum berkata-kata lagi segera kucium saja bibirnya.

Hasan : “masih ada waktu sebelum jam 4 kan ya mbak. Hehe”
Intan : “iya tapi jangan disini. Jendelanya masih belum ketutup gorden.” Aku mendorong tubuhnya ke arah pintu utama dan akhirnya bersandar disana. Kuangkat kaki kirinya dan segera kumasukkan penisku yang masih tegang sedari tadi.
Intan : “ahs.. San… aahs… jangan disini… aahh… oohs...”
Hasan : “sudah enakin aja mbak...mmmhhs...mmmhhh...” sambil kembali kucium bibirnya. Kali ini kusetubuhi kakakku dalam posisi berdiri. Hentakan tubuhku membuat bunyi seperti menggedor-gedor pintu yang disandari mbak Intan.

Intan : “san… ah… pindah san… ah… ahhs… udah san...aahs...” nampaknya mbak Intan takut ketahuan tetangga meski memang ada jarak antar rumah tetapi suara gedoran di pintu cukup keras. Akhirnya aku mencabut penisku dan merebahkan mbak Intan di lantai ruang tamu lalu kembali kusetubuhi dengan posisi misionaris. Mbak Intan tak lagi meronta meminta pindah tempat. Sekarang dia mulai menikmatinya kembali.
Intan : “ooohs… san… ooohss.. Yang kenceng… ooohs...” mbak Intan mulai meracau. Tubuhnya bergoyang-goyang seiring hentakan penetrasiku. Tangan kananku yang tak menjadi tumpuan tubuhku, kugunakan untuk meremas-remas payudara kirinya yang bergoyang bebas menggemaskan itu.

Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan sudah tak kuat lagi untuk menahan gejolak ejakulasi yang sudah berusaha aku tahan sedari tadi.
Hasan : “unghhh...mbak...aku mau keluar...”
Intan : “oohs..iyah...san...oohh...keluarin didalam san….ooohss...hamilin mbak san...mmmppfff” mendengar ucapan mbak Intan, akupun jadi lebih bergairah. Kudekap erat tubuhnya dan kucium bibirnya lalu kutusukkan penisku dalam-dalam.
Hasan : “aah mbak...aahh...” croot croot croot…. Kutembakkan lagi sisa-sisa spermaku yang masih ada didalam rahimnya. Mbak Intan pun mengejan menerima sperma panas yang kusemburkan sambil memeluk erat tubuhku.

Kami tetap tergeletak berpelukan cukup lama di lantai ruang tamu sambil mengatur nafas kembali. Penisku perlahan mengecil dan tercabut dari liangnya. Spermaku pun meleleh keluar dari vaginanya membasahi lantai.
Intan : “banyak bener san spermamu...lengket banget juga...” mbak Intan mencoba duduk bersandar ke sofa sambil terengah-engah.
Hasan : “hehe iya mbak maaf lagi pengen aku mbak...” akupun duduk bersandar ke tembok berseberangan dengan mbak Intan.
Intan : “lucunya adik ku yang sudah besar ini… sini mbak bersihin burungmu...” mbak Intan lalu jongkok didepanku menungging dan mengulum penisku lagi. Dia menjilat dan menyedot penisku agar sisa-sisa sperma yang ada bersih sudah. Rasanya hari ini mbak Intan juga sedang bernafsu.

Hasan : “mbak. Kalau mbak hamil beneran gimana ya mbak?”
Intan : “haha baru mikir sekarang. Payah kamu san. Pas main sama mbak gak mikir gitu asal tembak dalam aja.”
Hasan : “hehe iya mbak. Bisa dibunuh bapak kita mbak.”
Intan : “ya kamu lah tanggung jawab. Palingan kita diusir sama bapak. Terus anak kita cacat karena hasil hubungan sedarah. Gitu adik ku tersayang...”
Hasan : “waduh mbak...gimana dong...”
Intan : “haha tenang aja, mbak sudah minum obat kok. Lagian bukan fase suburnya mbak dek.”
Hasan : “huff syukur deh mbak.”
Intan : “gini aja baru sadar. Haha lucu kamu. Udah sana pakai baju jemput si Kukuh. Dah jam 4 itu.”
Hasan : “iya mbak...”

Mbak Intan bangkit dan memungut pakaianku dan pakaiannya yang berserakan. Melihat mbak Intan yang masih telanjang bulat, ditambah lagi setelah dia memblowjob penisku sehingga tegang lagi ingin rasanya ku terkam lagi dari belakang. bermain sekali lagi. Tapi ku urungkan niatku.
Mantaaaapppp akhirnyaa update....


Lancrootkan suhu
 
Akhirnya ada update si binal intan lagi.
Mulustrasinya makin mantep hu 😍
model mulustrasi masih dengan cewek yang sama. cuma makin kesini makin gak cocok sama penampakannya Intan dulu. makin kurus modelnya.
apa ane ganti aja ya modelnya?
 
The EX 02 - Chapter 22
Timeline : 2011 Mei

--POV Intan--

Seminggu lebih aku menemani Tono kembali ke Surabaya. Aku menyadari banyak hal. Masih ada perasaan Tono yang tertinggal untuk sang mantan. Ada perasaan marah dan cemburu yang hanya bisa kupendam sendiri. Aku masih menemukan cincin couple mereka dulu di dalam laci meja kamar Tono, foto-foto kebersamaan mereka yang tersimpan di dalam komputernya, juga barang-barang pemberian mantannya yang masih tersimpan baik di dalam kotak sepatu yang diletakkan diatas lemari pakaian Tono. Aku memang sengaja iseng cek kamar Tono saat itu. Aku ingin tahu bagaimana Tono sebenarnya. Aku bisa dengan leluasa cek semua yang ada di kamar Tono karena ibu Tono mempersilahkan kami untuk tidur sekamar. Kesempatan untukku menggeledah isi kamarnya.

Hari-hari yang kuanggap bisa mengenal dengan baik Tono, malah berujung dengan sakit hati yang diam-diam kupendam. Sampai akhirnya aku kembali kerumah dengan membawa perasaan kecewa. Kenapa Tono tidak bisa melupakan mantannya. Ingin rasanya ku sudahi saja hubunganku dengan Tono. Tetapi aku masih memikirkan masa depanku juga. Selama ini aku dianggap tidak bisa mempertahankan hubungan cukup lama. Tidak ada masa pacaranku yang lewat 1 tahun. Aku juga berharap Tono bisa serius denganku. Tono juga orang yang bisa menerima dengan hubungan terlarangku dengan adikku Hasan. Mungkin tak ada lagi orang lain yang bisa menerima keadaanku sekarang kalau dia tahu tentang masa laluku. Meski Tono belum sepenuhnya mengetahui hal itu.

Sekarang aku seperti orang galau yang tidak bisa menentukan sikap. Dimana lagi bisa kutemukan orang seperti Tono, kalau cowok lain mungkin sudah menganggapku hina. Tapi disisi lain aku juga tak bisa membohongi diri sendiri kalau aku kecewa. Alhasil sekarang aku sering uring-uringan ke Tono. Aku belum bisa menahan emosiku saat ini. Tak adil rasanya bila dia sekarang bersamaku tapi didalam hatinya masih menyimpan kenangan bersama mantannya. Sering juga kutolak ajakan jalan dari Tono, bahkan sekarang sudah agak jarang aku mampir ke tokonya untuk bantu-bantu.

Karena aku sedang libur dan bosan tapi tak ingin bertemu dengan Tono hari ini, kuputuskan untuk mengontak beberapa teman-teman ku saja untuk menemaniku sekalian curhat. Mumpung masih jam 10 pagi.
Intan : “ning...ningsih… jalan-jalan yuk.” aku coba bbm ningsih saat ini.
Ningsih : “ada apa tan? Tumben. Jalan sama mas Tono mu aja lho sana.”
Intan : “lagi males ning.”
Ningsih : “yah lagi gak bisa tan. Ini aku lagi jadwal shift. Lupa apa kamu?”
Intan : “ah iya aku lupa.”
Ningsih : “ya sudah sini masuk aja ngobrol di sini.”
Intan : “nggak lah jadwal ku libur kok malah kesana. Nanti disuruh kerja gratisan. Ya udah deh ning.”

Nampaknya ningsih sedang tak bisa kuajak jalan-jalan. Siapa ya yang bisa ku kontak. Apa Indra ya.
Intan : “ndra...nganggur gak?”
Indra : “napa tan?”
Intan : “jalan yuk, mau curhat nih.”
Indra : “eh sekarang?”
Intan : “iya. Tadi mau ngajakin istrimu tapi lagi gak bisa jadwal shift kan dia.”
Indra : “ok sebentar aku tak mandi dulu. Apa kamu mau kerumahku aja sini? Hehe”
Intan : “ah yang ada kalau kerumahmu malah gak jadi curhat kamu ajak berbuat.”
Indra : “tapi enak kan...hehe”
Intan : “sudah sana cepetan mandi, terus jemput aku dirumah. Habis itu bebas kemana aja jalan-jalan pokoknya.”
Indra : “siap sayang...”
Intan : “sayang sayang palamu. Inget istri ndra. Haha”
Indra : “iya deh. Siap mantan.”

Aku pun bersiap dan mandi sambil menunggu kedatangan Indra. Tapi dia baru datang 1 jam kemudian. Karena aku sedang malas untuk berdandan, maka hari ini aku cuma mengenakan kaos dan celana panjang saja.
Indra : “yuk tan. Kemana kita?”
Intan : “gak tau, terserah kamu. Lagi sumpek aku.”
Indra : “ya sudah ke hutan *** disana kan banyak warung-warung. Lagian enak kan jauh gak ketahuan pacarmu.”
Intan : “gak ketahuan pacarku apa istrimu nih? Haha”
Indra : “ya dua-duanya lah. Hehe”
Intan : “ya udah bebas.” aku naik ke motornya dan kami menuju kesana.

Sesampainya disana, kami berhenti disebuah warung dan mengobrol banyak hal. Ditemani segelas teh hangat dan pisang goreng, aku mulai cerita banyak hal.
Indra : “emang kenapa tan. Bete amat kayaknya.”
Intan : “iya, si Tono tuh. Masih nyimpen barang dari mantannya coba. Gimana gak bete aku.”
Indra : “ya tinggal kamu buang aja lho.”
Intan : “nggak, nanti dikira aku cewek diktator lagi. Suka ngatur-ngatur.”
Indra : “tapi kamunya sendiri juga gak terima kan.”
Intan : “iya lah. Mana Tono mau ngasih aku cincin lagi.”
Indra : ”ya bagus lah dia serius sama kamu.”
Intan : “tapi dia bilang dong ndra, pernah beliin cincin mantannya ditempat itu juga. Gimana gak bete aku coba.”

Indra : “ooo gitu. Iya sih. Dia belum bisa lupain mantannya apa ya tan. Secantik apa sih memang?”
Intan : “cantikan juga aku kemana-mana ndra. Mantannya itu lho gembrot.”
Indra : “cyeh cemburu nih.”
Intan : “ya iya lah. Tono kan sekarang punya ku.”
Indra : “masih cinta kok marah marah tan tan.”
Intan : “iya habis gimana gak bete coba kalau nemuin kayak gitu.”
Indra : “iya sih tan...”

Indra : “tapi kalau kamu gimana tan? Masih ada mantan yang kamu simpan dalam hati gak?”
Intan : “enggaklah gak ada. Kalau sudah jadi mantan itu ya sudah aku buang ketempat sampah. Haha”
Indra : “ih jahat dong. Aku dibuang. Haha”
Intan : “ya lagian kamu juga sudah nikahin ningsih kan. Lebih milih ningsih daripada sama aku.”
Indra : “hehe iya sih. Orang tua ku juga gak ngijinin kan aku nikahin kamu tan.”
Intan : “kenapa? Gara-gara aku terkenal gampangan di kampung? Sering dibilang lonte, gitu?”
Indra : “emang enggak? Hehe”
Intan : “hish… kamu nih. Masih sering minta jatah mantan aja bilang gitu ndra ndra.”

Indra : “kamu juga sih, gonta ganti pacar cepet amat. Tau sendiri orang kampung kalau gosipin kayak gimana.”
Intan : “ya gimana aku kan gak bisa kesepian. Urusan sex bisa lah banyak yang puasin aku. Tapi urusan hati, susah ndra.”
Indra : “halah gayamu… hahaha”
Intan : “hahaha iya lah… bener gak.”
Indra : “bener bener kok. Sini tak puasin sekarang.”
Intan : “heh ngawur. Masa disini. Haha...”

Indra : “ya nggak disini. Masa di warung ini sekarang. Mau kamu di gangbang orang sewarung? Haha ke semak-semak sana sebentar aja. Yang dekat kali.”
Intan : “enggak ah lagi gak pengen. Kapan-kapan aja ndra.”
Indra : “yaah rugi nih.”
Intan : “yeee gak ikhlas nemenin.”
Indra : “ya bukannya gitu tan.”
Intan : “iya iya lain kali deh lagi gak mood nih aku beneran.”

Disaat kami masih ngobrol, hape ku berdering. Kulihat Tono yang menelpon.
Indra : “angkat lah tan. Kasihan tuh.”
Intan : “enggak ah males.” akhirnya ku silent. Namun Tono kembali menelpon ku berulang kali. Sampai akhirnya aku juga tak enak hati jadi kuangkat teleponnya.
Intan : “ya… ada apa?”
Tono : “lagi dimana yank? Gak kesini?”
Intan : “enggak lagi males.”
Tono : “kamu nih kenapa sih? Kalau ada masalah obrolin sini. Habis dari rumahku kok kamu jadi gini.”
Intan : “enggak, gak ada apa-apa.” aku hanya menjawab singkat-singkat saja.
Tono : “ya akunya yg gak enak kalau kamu gini terus itu yank.”
Intan : “udah anggep aja aku lagi bete pms. Dah dulu ya.” langsung kututup teleponnya.

Indra : “hahaha galak bener tan.”
Intan : “biarin...habisnya masih bete aku tuh. Dia nya gak nyadar-nyadar.”
Indra : “kasihan tuh… kalau dia minta putus gimana? Gak sayang kamu sama dia?”
Intan : “ya sayang lah sebenernya. Masa iya gak sayang. Kalau gak sayang kenapa aku ngamuk gini coba. Dah yuk balik ndra. Mau tidur aja dirumah mungkin bisa tenang akunya.”
Indra : “ok tan.”
Setelah membayar semua yang kami pesan diwarung, Indra langsung mengantarkanku kembali pulang. Sekitar 1 jam kemudian sudah sampai dirumah.

Intan : “dah ndra. Makasih ya. Sudah temani aku tadi.”
Indra : “sama-sama tan. Udah nih makasih doang. Hehe”
Intan : “yeee emang maunya apa?”
Indra : “service lah tan. Hehe”
Intan : “dah kapan-kapan aja ndra. Jangan sekarang. Dirumah juga sudah ada adikku tuh.”
Indra : “ya udah kalau gitu upah cium aja lah tan.”
Intan : “ngaco kamu. Lagi di luar juga. Keliatan orang gak enak nanti. Nyebar lagi gosip gak enak tentang aku.” kucubit tangannya.
Indra : “ayo lah, sepi ini lho tan.” karena Indra tetap memaksa, akhirnya ku iya kan saja permintaannya.
Intan : “ya udah deh ndra… mmmuuaach...” kucium bibirnya cepat sebelum ketahuan orang.

Indra : “cepet amat ciumnya, kurang nih. Gak kerasa.”
Intan : “dah sana balik. Kapan-kapan aku kasih service deh.”
Indra : “iya deh iya. Eh ini tan pesenanmu kemarin.” Indra membuka tasnya dan memberikan pil KB pesananku.
Intan : “nah makasih ndra.”
Indra : “iya sama-sama, nyolong-nyolong nih ngambilnya. Ngomong-ngomong kamu minum ini tiap hari ya kok cepet amat minta lagi?”
Intan : “udah sana pulang sana. Bye ndra…” pertanyaannya tak kujawab dan aku langsung saja masuk kedalam rumah membiarkannya di luar pagar. Seperti mengusir halus lah. Indra juga langsung tancap gas pulang.

Sedikit lega aku hari ini sudah sempat curhat ke orang lain. Setelah masuk ke kamar, ku pikir-pikir rasanya sikapku memang keterlaluan sama Tono. Apa aku sekarang ke tokonya saja ya. Tapi harga diriku mungkin terlalu tinggi. Jadi kuputuskan untuk tetap diam saja untuk saat ini. Nanti saja lah dibahas lagi. Aku melihat jam juga sudah jam 5 sore. Terlalu malam dan malas rasanya nanti kalau aku ke tokonya sekarang. Akhirnya kuputuskan untuk ganti baju saja dan tidur lebih awal.


--POV Hasan--
Jam 10 malam


Mbak Intan setelah pulang dari rumah mas Tono rasanya sering uring-uringan. Aku curiga jangan-jangan mas Tono yang bikin masalah sama mbak Intan. Sebagai adik rasanya aku juga tak terima bila kakak ku dikecewakan. Tapi setiap kutanya langsung ke mbak Intan, dia juga tak mau menceritakan apa-apa. Apa mungkin karena masalah lain aku juga tidak tahu. Hanya dugaan ku semata kalau ini karena mas Tono.

Tapi bisa jadi justru mbak Intan pemicu masalahnya. Karena aku tadi juga melihat mbak Intan pulang diantar oleh mas Indra. Sudah biasa sih mbak Intan jalan dengan teman-temannya. Namun yang bikin aku kaget, mbak Intan mencium mas Indra. Setau ku mas Indra memang mantan dari Mbak Intan, tapi dia sudah menikah dengan temannya di rumah sakit. Apa mbak Intan mulai bermain-main lagi ya. Aku tak paham lagi dengan kisah cinta dari kakak ku ini.

Sebagai adik yang sayang ke kakaknya, aku tak ingin dia kenapa-kenapa dan hidup bahagia. Sebenarnya sekarang perasaanku lebih ke cinta dan nafsu dengan kakak ku ini. Seperti perasaan antara pria dan wanita. Bukan adik dan kakak. Kalau hubungan ini legal, mungkin aku bisa bersaing dengan yang lain untuk memilikinya. Namun itu tidak mungkin. Walau terkadang setan dalam diriku sering menghasutku untuk menghamilinya saja agar mbak Intan bisa sepenuhnya menjadi milikku. Tapi setelah selesai menuntaskan nafsuku, akupun langsung tersadar dan seperti takut dengan konsekuensinya.

Kulihat sedari tadi setelah pulang, mbak Intan dikamar terus belum keluar kamar. Bahkan dia belum makan malam. Iseng-iseng aku kebelakang mengecek mbak Intan. Kulihat keadaan rumahku sudah sepi. Kukuh, bapak dan ibu sudah berada di kamar masing-masing. Aku menuju kamar mbak Intan dan kubuka pintunya perlahan, nampak mbak Intan masih tertidur pulas. Dia tidur dengan mengenakan daster panjang yang sekarang tersingkap sampai ke area sekitar perutnya. Hasratku seketika muncul. Ingin kuraba paha mulusnya yang terekspos itu.

Perlahan kudekati tempat tidurnya dan kukunci pintu kamarnya. Memang kebiasaan mbak Intan selama ini jarang sekali mengunci pintu kamarnya. Kuraba paha mulusnya perlahan. Sampai tanganku terhenti di celana dalamnya. Pelan-pelan kutarik turun agar terlepas dengan tangan kiriku. Tetapi tanganku ditahan oleh tangan mbak Intan. Ternyata dia terbangun karena aksiku.
Intan : “san… udah deh tangannya.”
Hasan : “hehehe kebangun ya mbak.”
Intan : “iya lah geli pahaku kamu elus-elus gitu daritadi masa iya gak bangun.”
Hasan : “hehe maaf mbak.”

Intan : “udah deh san...mbak lagi gak pengen.”
Hasan : “tapi aku pengen nih mbak...hehe” aku yang sudah kepalang tanggung akhirnya berbaring disebelah mbak Intan yang masih membelakangiku. Tanganku masih tetap bermain di celana dalam mbak Intan. Perlahan jari jemariku bermain di area selangkangan mbak Intan dan posisiku semakin merapat ke tubuhnya.
Intan : “saaaann… udah dong…. Mbak lagi gak pengen….” mbak Intan mulai merajuk. Tapi tetap tak kuhiraukan, vaginanya membasah dan jari jemariku terus mempermainkan clitorisnya.

Mulutnya mengatakan kalau tak mau, tetapi reaksi tubuhnya berbeda. Aku yakin mbak Intan mulai terangsang karena vaginanya sudah becek.
Intan : “saaan…. Udah dong…. Saaannnn...”
Aku yang sudah bernafsu mulai menciumi rambutnya dan tangan kanan ku bergerak diantara lehernya. Lalu dengan cepat kubungkam mulutnya sambil kupercepat gesekan jariku di clitorisnya.
Intan : “nnnngggghhhh….nnnnggggghhhh….nnnnngggghhhh….”
Mbak Intan hanya bisa mengerang dan berusaha melepaskan tangan kiriku yang sedang mengocok vaginanya. Namun tenagaku jauh lebih kuat.
Intan : “nnnnggggggaaaaaaahhhhh……...” Sampai akhirnya mbak Intan melenguh panjang dan mengejan. Jari ku pun basah oleh semburan cairannya.

Seperti tak menyia-nyiakan kesempatan, disaat mbak Intan masih mengejan menikmati orgasmenya, kubalik badannya kearahku dan kucium dengan penuh nafsu. Dia nampak masih memejamkan mata sambil mulai membalas ciumanku yang awalnya hanya membukakan mulutnya saja memberikan jalan agar lidahku bermain di dalam. Sebelum mbak Intan kembali sadar, kuserang terus titik rangsangnya tanpa ampun. Meski mbak Intan sedang orgasme, tetap saja ku colok vaginanya dengan jari-jariku. Matanya terpejam dan keringat mulai bercucuran.
Intan : “nnnnngggggaaahhhhh….sannnn…...ngggghhhh….”

Dengan cepat kutarik lepas celana dalamnya saat dia masih menikmati orgasmenya. Tanganku penuh berlumuran lendir cintanya. Mbak Intan terlentang sambil mencengkram kasurnya. Aku juga segera melepas celanaku dan menindihnya sambil memposisikan penisku dikemaluannya. Kembali kubekap mulutnya dan dengan 1 hentakan ku tusukkan penisku kedalam vaginanya yang sudah basah ini.
Intan : “nnngggaahhhhh…..mmmmpppffff...mmmmmhhhhhh...” langsung saja ku genjot dengan kecepatan tinggi sampai agak berderit ranjangnya. Aku yang sudah kesetanan seperti tak memikirkan kalau bisa-bisa bapak dan ibu dengar meski jarak kamar agak jauh.

Intan : “nnnggghhhh….nngggghhhh...ngggghhhh...” hanya suara itu yang bisa dikeluarkan olehnya karena mulutnya kubekap erat. Mbak intan hanya melenguh-lenguh keenakan dan beberapa kali sudah orgasme. Sampai akhirnya 10 menit kemudian aku sudah tak tahan lagi. Kulepas bekapan tanganku dimulutnya dan kucabut penisku lalu kuarahkan ke mukanya.
Intan : “mmmaaahh...san…san….”crot crot crooot… ku semburkan spermaku di wajahnya. Sampai akhirnya aku ambruk disamping mbak Intan setelah puas menyemburkan benihku dimukanya. Mbak Intan pun masih ngos-ngosan ku “hajar” dengan penisku barusan.

Beberapa saat kemudian dia punya tenaga untuk mencubit pinggangku.
Intan : “duh san san...nakal amat kamu ini. Sana ambilin mbak tissue. Belepotan semua wajah mbak gara-gara kamu.” tapi bukannya menggunakan tissue, mbak Intan malah membersihkan sisa sperma ku dengan jarinya lalu dijilatinya sampai bersih sambil duduk ditepian kasur. Kemudian baru mengelap mukanya dengan tissue tadi.
Intan : “kenapa ngeliatin sampe gitu amat san?” aku terpesona akan aksinya barusan sampai penisku perlahan tegang lagi.

Hasan : “hehe gak apa mbak”
Intan : “tumben kamu gak tembak dalam malah bikin kotor wajah mbak aja.”
Hasan : “hehe pengen aja sih mbak.”
Intan : “kamu nih iseng amat san. Mbak lagi gak pengen malah dipaksa.”
Hasan : “tapi enak kan mbak.”
Intan : “halah. Yang keenakan juga kamu san.”
Hasan : “gak usah bohong deh mbak gak mau ngaku hehe”
Intan : “iya iya… gimana gak keenakan coba, kamu nyerang titik lemahnya mbak. Cd ku mana san tadi kamu lempar?”

Hasan : “ini mbak...” aku memberikan cd nya yang kulempar ke bawah kasur td.
Intan : “yah… basah ternyata… sini san… burungmu masih tegang tuh, mbak emutin dulu.” aku pun mendekat ke kasur dan mbak Intan mulai mengulum penisku. Malam ini kami kembali “bermain” beberapa kali sebelum kami tertidur bersama dan aku baru pindah ke kamarku sebelum subuh agar tak ketahuan bapak dan ibu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd