Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

mantap updatenya huu ditunggu kelanjutannya, gpp hu kl mau buat panjang2 soalnya ane pasti baca:D
 
The EX 02 - Chapter 26
Timeline : 2011 Juni

–POV Intan–

Hari ini aku sudah kembali ke rutinitas ku seperti biasa. Sejak beberapa hari lalu aku beristirahat bolos tidak kerja karena ulah adik ku si Hasan. Tapi bukannya beristirahat, aku malah harus melayani pak Soli karena dia tiba-tiba datang begitu saja kerumahku. Akibat aku sendiri yang tidak berpikir panjang dan mengikuti emosi sesaat, aku sekarang malah memulai skandal baru dengan pak Soli, guru olahragaku dulu dan adik ku Kukuh. Skandal kali ini rasanya cukup berbahaya karena rumah pak Soli dekat dengan rumahku, hanya berbeda RW saja. Cukup mengkhawatirkan bila ada yang mengetahuinya. Aku juga tak bisa mengakhirinya begitu saja. Bisa-bisa makin gencar desas desus tidak enak tentang diriku beredar dikampung.

Aku pun bingung apakah akan kulanjutkan atau kuhentikan. Sebenarnya bila kulanjutkan juga tak masalah selama aku dan pak Soli bisa main aman. Lumayan ada 1 orang berpenis gemuk yang bisa memuaskanku meski tergolong yang paling pendek daripada yang lain. Aku jadi galau sendiri sekarang dan melamun memikirkan ini.
Ratna : “ngelamun terus tan…” Ratna dari belakang menepuk pundakku.
Intan : “hehe nggak rat. Kurang fokus aja nih gara-gara belum makan siang.” oh iya aku sekarang sedang jadwal shift 2 sore ke malam.
Ratna : “ngapain? Mau diet? haha”
Intan : “haha ya nggak lah. Kamu habis keliling ya?”
Ratna : “iya tan, aman kok pasien-pasiennya.”
Intan : “eh Rat, aku juga mau kebelakang dulu ya, mau cek obat juga.”
Ratna : “iya tan…”

Saat ku sedang mengecek obat, ada telpon masuk. Ternyata dari pak Soli. Ada apa ini si pak guru mesum nelpon, biasanya cuma sms. Karena ruangan obat sedang sepi hanya ada aku seorang jadi kuangkat saja.
Intan : “hai pak…kenapa nih? Tumben telpon.”
Pak Soli : “hehe iya tan, kamu masih kerja ya?”
Intan : “iya dong pak, masih shift siang nih. Kenapa nih pak?”
Pak Soli : “ah gak apa, cuma karena kamu sudah mulai masuk kerja jadi gak bisa diam-diam ke rumahmu lagi.”
Intan : “hmmm…kangen aku ya? Haha”
Pak Soli : “iya lah, kamu libur kapan lagi nih?”
Intan : “besok sih pak tapi jangan kerumah ya. Aku mau keluar sudah ada janjian.”
Pak Soli : “oh gitu, kamu hari ini pulang jam berapa? Bapak kangen nih.”
Intan : “halah si bapak, kangen apa pengen pak? Hihihi”
Pak Soli : “ya kamu paham lah maksud bapak.”
Intan : “hmm…hari ini aku pulangnya jam 11 malem sih pak.”

Pak Soli : “oh ya udah ketemuan di hotel melati aja gimana nanti malam? Itu yang di selatan kota.”
Intan : “yang mana pak? Kan banyak tuh hotel disana.”
Pak Soli : “itu lho hotel *****. Nanti malam aku tunggu disana ya.”
Intan : “hmm maksa nih, kan aku belum bilang mau. Haha”
Pak Soli : “aku tau kamu pasti datang kok. Nanti kamarnya aku sms lagi ya tan.”
Intan : “hmm pak Soli aman nih keluar malem malem gitu?”
Pak Soli : “aman dong, kan tinggal bilang aja mau nongkrong. Haha”
Intan : “hmm ok deh pak. Sampai ketemu nanti malem ya.”

Aku sebenarnya tau hotel yang dimaksud oleh pak Soli. Karena memang hotel itu yang paling aman untuk berbuat mesum. Seperti tidak terjangkau oleh grebekan aparat dan warga sekitar. Dulu aku juga sering kesana saat masih diperbudak oleh Dwi. Sudah berulang kali aku melayani “tamu” di tempat itu. Semoga saja tak ada yang mengenaliku lagi disana. Tak lupa aku kembali mencuri 1 ampul obat suntik KB untuk mencegah agar tidak terjadi hal hal yang tak kuinginkan. Segera kusuntikkan di tanganku, lalu aku mengambil beberapa butir pil KB untuk kubawa pulang.

Aku pun kembali bekerja sampai jam ganti shift pun tiba. Shift selanjutnya Lisa bersama Ningsih. Setelah itu aku menuju ke hotel dan pak Soli sudah memberitahuku kalau dia menunggu di kamar nomor 14. Aku sendiri tak masalah tak langsung pulang karena sudah beralasan double shift ke orang tua ku dan Tono. Alasanku adalah menggantikan shift Ningsih karena dia sedang hamil tua. Padahal Ningsih juga tetap jaga malam ini. Sekitar 30 menit aku sudah didepan hotel.

Saat aku memarkirkan motorku, ada yang menepuk pundak ku.
“Ah bener kamu tan. Dah lama ya kamu gak kesini.”
Kulihat ternyata Heru, salah satu staff hotel ini yang cukup mengenalku.
Intan : “eh Her… hehe iya nih. Lagi iseng kesini.”
Heru : “lagi ada tamu ya tan? Bukannya kamu katanya sudahan ya. Hehe”
Intan : “ah enggak cuma mau ketemu orang aja kok. Kamu masih aja awet disini Her.”
Heru : “iya lah tan, lumayan cuci mata juga disini. Mau beli kondom gak? Kayak biasanya. Apa mau sewa sex toy?” Heru menawariku dagangannya. Memang dulu aku kenal dengan Heru karena dia sambilan jualan kondom disini dan aku sering beli ke dia dulu.
Intan : “eh apaan sih. Gak lah aku sudah gak nemenin tamu kayak dulu. Haha”
Heru : “halah gayamu tan. Kalau ketemuan sama orang disini ngapain lagi kalau gak begituan. Kalau butuh barang nanti temuin aku di tempat biasa ya. Di pantry belakang.” dia pun pergi sambil menepuk pantatku.
Intan : “heh…tangannya lho, masih aja nakal.” tapi Heru hanya pergi begitu saja sambil nyengir.

Aku pun masuk kedalam dan segera ke kamar nomor 14 dan disana pak Soli sudah menunggu. Dia membukakan pintu dan hanya mengenakan lilitan handuk. Nampaknya dia habis mandi.
Pak Soli : “akhirnya kamu datang juga sayang.”
Intan : “hehe iya pak.” aku masuk kekamar dan menaruh tasku di kursi lalu pak Soli memelukku dari belakang. Terasa penisnya yang menegang menekan pantatku.
Pak Soli : “kamu sudah makan belum? Apa mau aku pesankan minuman?”
Intan : “oh gak usah pak, sudah tadi kok.”
Pak Soli : “kalau kamu mau minum, itu di kulkas ada minuman ringan.”
Intan : “hehe iya pak” pak Soli melepas pelukannya dan menjauh. Nampaknya dia mengambil sesuatu dari tas nya.

Pak Soli : “ini tan. Aku ada sesuatu buat kamu?”
Intan : “apa nih pak? Eh?” pak Soli memberikan 1 set baju olahraga SMP tempat dia mengajar. Aku tau karena aku yang mencuci pakaian Kukuh dirumah.
Pak Soli : “coba kamu pakai dulu tan.”
Intan : “eh…cukup kah ini pak?” aku agak ragu sebenarnya mengenakan pakaian ini.
Pak Soli : “coba dulu aja tan.”
Intan : “ih bapak nih aneh-aneh aja. Ya udah aku ganti baju dulu ya pak.” aku pun masuk kedalam kamar mandi dan berganti baju disana. Pak Soli memberiku baju olahraga 1 set berukuran L. Memang bahannya melar, tapi untuk ukuran payudaraku terlalu sempit. Sampai-sampai baju ini tak menutupi area perut bawahku dengan sempurna. Kalau aku mengangkat tangan saja pusarku bisa terlihat. Pak Soli mengetuk pintu kamar mandi.
Pak Soli : “sudah belum tan?”
Intan : “belum pak, tunggu. Kekecilan nih.”
Pak Soli : “ah masa? Jangan pake dalaman ya tan.”
Intan : “eh gak pake dalaman? Iya deh pak.” aku melepas bra dan celana dalamku dan kembali mengenakan pakaian yang cukup sempit ini.

Entah kenapa aku juga jadi horny sendiri sekarang. Di dalam kamar mandi, aku melihat diriku di cermin mengenakan pakaian seragam sekolah lagi. Putingku nampak tegang tercetak jelas di baju olahraga ini. Akupun kembali merias wajahku sebelum keluar dari kamar mandi.
Intan : “gimana pak?” aku keluar dari kamar mandi dan menunjukkan pakaian yang kukenakan sekarang didepan pak Soli yang sedang merokok diatas kasur.
Pak Soli : “cukup gitu loh tan. Hehe”
Intan : “iya pak, tapi sempit nih disini.” tanganku menutupi area payudaraku karena aku juga sedikit malu mengakui aku terangsang saat ini. Putingku mencuat keras rasanya.
Pak Soli : “bukannya kamu dulu juga pakai pakaian kayak gini ya tan. Hehe” pak Soli mendekatiku yang masih berdiri didepan pintu kamar mandi lalu memegang tanganku. Dia menurunkan tanganku yang menutupi payudaraku.

Pak Soli : “gak usah ditutupin gitu lah tan. Hehe kamu dulu kan suka pamer susumu yang gede ini.” sambil tangan kanannya mulai meremas payudara kiri ku.
Intan : “iih…nggak dong pak. Masa aku pamerin sih dulu. Pak Soli kan ngajar aku pas SMP. masa bapak nafsu sih sama anak SMP.”
Pak Soli : “ya kalau anak SMP nya sebongsor kamu sih siapa yang gak nafsu tan. Apalagi susumu segede ini. Makin gede ya rasanya. Dulu aja pas pelajaran olahraga, rasanya susumu ini goyang-goyang menggoda bapak buat pengen meremas gini.”
Intan : “ih..si bapak nih, pedo. Hihi… nafsunya sama anak kecil.”
Pak Soli : “kalau kayak kamu gini sudah bukan anak kecil rasanya tan. Hehe gadis rasa janda.”
Intan : “ih bapak nih…mmmhh…mmmhh…”

Pak Soli menciumku dan kami berciuman panas. Kupeluk dia yang masih meremas-remas payudaraku. Tangan kirinya turun dan meraba-raba pantatku. Kami pun berjalan ke arah kasur dalam posisi masih berpelukan. Kemudian aku direbahkan diatas kasur dan dia kembali menciumiku. Dia yang hanya mengenakan handuk, lepas begitu saja.
Intan : “ohs…pak…geli…mmmhh…mmmmhhh..oohs…” ciumannya naik turun, dari bibirku, ke leher, turun ke payudaraku dan dengan gemasnya dia meremas sambil menciumi kedua payudaraku yang masih tertutup kaos olahraga, lalu turun ke perutku, diangkat sedikit kaos yang kukenakan sambil dia menciumi area perutku. Lalu kembali naik perlahan sampai menciumi bibir ku lagi. Perlahan keringat mulai membasahi tubuh kami berdua.

Intan : “oohs…pak…ngghh…pak…geli…mmmhhh…”
Pak Soli : “hehe… asal kamu tau aja tan. Sudah lama aku pengen cicipi tubuhmu ini. Tiap kali lihat kamu dulu, burung bapak bisa tegang.”
Intan : “ihs..si bapak mesum…auch…” tangannya menyelinap masuk dari bawah kaos dan meremas keras payudaraku.
Pak Soli : “bapak pengen meremas susumu yang menggoda ini daridulu tan… gak ada anak seumuranmu yang susunya segede ini.”
Intan : “ohs..pak…oohs..mmmhh… dasar guru mesum… susu anak muridnya dimainin…ohs..” pak Soli semakin keras meremas-remas payudaraku.

Pak Soli : “hehe dasar murid nakal, bisa-bisanya godain gurunya.”
Intan : “ahs..bapak aja yang mesum…ahs…mmmhh… berapa murid yang sudah pak Soli cabulin gini?”
Pak Soli : “hehe cuma kamu aja kok sayang… soalnya kamu yang paling bongsor.”
Intan : “mmmmhhh…ahs.. Paling juga bohong…ahs.. Predator kayak kamu sih bahaya…”
Pak Soli : “beneran sayang, cuma kamu kok. Mana ada anak SMP lain yang susunya segede kamu gini…” pak Soli mengangkat naik kaos ku sampai payudaraku terbebas. Dengan gemasnya dia menciumi, mencupang sampai merah dan menghisap putingku bergantian berulang kali. Akupun menggelinjang kegelian dan kurasakan kemaluanku membasah.

Intan : “ahs..nnggh..pak…kamu kok mesum sih pak…aaahs..”
Pak Soli : “hehe kan kamu juga murid nakalnya… mana ada murid sengaja godain gurunya kayak kamu…”
Intan : “ahs..iya pak…Intan nakal…Intan yang godain bapak…aahs…nngghhh…” aku mulai meracau tak karuan seiring nafsuku yang mulai naik.
Pak Soli : “hehehe… untung dulu bapak bisa tahan diri… kalau enggak…”
Intan : “ahs..kalau enggak apa pak? Oohs…”
Pak Soli : “kalau enggak bapak sudah perkosa kamu dari dulu tan… bapak cuma berani ngintipin kamu ganti baju aja dulu…”
Intan : “iiihs…dasar…pas Soli mesum… perkosa Intan aja sekarang pak…oohs…”

Pak Soli menarik lepas celana yang kukenakan dan mulai memposisikan tubuhnya yang menindihku. Tak lama kemudian kurasakan penis gemuknya mulai menusuk masuk didalam kemaluanku.
Intan : “ach..pak…aachh..oohs..aachh….aachh…” pak Soli dengan ganasnya menggenjotku.
Pak Soli : “dasar murid lonte…hahaha…”
Intan : “ach…pak….terus…aachh..achh..ach…perkosa aku pak…achs….nnggghhh…aach…” dia hanya bertumpu dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya tetap meremas-remas payudaraku.

Intan : “aach…ohs..nggghh…ahhs….aahs…”
Pak Soli : “susumu yang gede dan goyang-goyang ini tan…benar benar bikin aku gak tahan…”
Intan : “achs…aachs..achs…aachs…yes pak…terus…aachs…” aku hanya bisa meracau menikmati setiap rangsangan yang kurasakan.
Pak Soli : “oh…andai…bisa keluar susunya…”
Intan : “ohs..pak…oohs…aku dapet…NGGGHHH….NGGGGHHH…” aku mengejan hebat sambil meremas kasur. Pak Soli tetap menggenjot tubuhku meski tau aku sedang orgasme.
Pak Soli : “hehehe…dasar lonte…sudah orgasme aja kamu ya…”

Tak lama kemudian pak Soli menarik lepas penisnya dan menarik pinggangku sampai setengah badanku turun dari atas kasur. Aku tau pak Soli ingin ganti gaya. Jadi aku pun melebarkan kakiku dan pak Soli kembali menghujamkan penisnya kedalam kemaluanku.
Intan : “nngghhh…nggghh..nngghh…oohh..nnggghh… terus pak…nggghh…” dengan kencang pak Soli menggenjotku dari belakang sampai kasurnya sedikit demi sedikit terdorong ke tembok. Kemudian dia menarik rambut panjangku ini.
Intan : “aach…pak…aach…aachh…aachh…” aku hanya merintih-rintih keenakan. Sesekali pak Soli menampar pantatku yang bergoyang seirama dengan penetrasinya. Berulang kali rasanya aku memperoleh orgasme ku dalam posisi doggy style ini.

Sekitar 20 menit kemudian, pak Soli mencabut lagi penisnya dan menarik tanganku. Dia duduk diatas kasur.
Pak Soli : “emutin dulu burung bapak tan…”
Intan : “ah…. Iya pak…” aku jongkong didepannya dan menggengam penisnya yang gemuk ini. Walau masih belepotan cairan ku sendiri tapi langsung saja ku kulum.
Intan : “mmmhh…mmmhhh…mmhhh…slurp…mmmhhh…”
Pak Soli : “betul-betul beda ya… kamu mahir banget diumur segini. Belajar nyepong dari kapan sih tan?”
Intan : “hehehe…mau tau aja…mmmhhh…mmhhh…”
Pak Soli : “pelan-pelan dong sayang… nanti aku cepet keluar.”
Intan : “hehe biarin…habisnya tadi mainin Intan juga…” kembali ku kulum penisnya. Sampai akhirnya kurasakan sedikit berkedut pertanda pak Soli akan ejakulasi. Tapi kuhentikan begitu saja.

Pak Soli : “hehe nakal ya hampir buat muncrat…”
Intan : “jangan keluar dulu dong pak…hehehe.” kemudian aku mendorongnya rebahan diatas kasur dan aku naik diatasnya. Kupegang penisnya tadi dan kutuntun masuk kedalam kemaluanku.
Intan : “ahh…yes…aahh…ahhs…ooohs…nnggghh…” hanya dengan baru memasukkan penisnya kedalam kemaluanku, sudah bisa membuatku orgasme lagi. Ku goyang terus penisnya dalam posisi woman on top. Pak Soli juga tak tinggal diam. Dia meremas-remas payudaraku yang menggantung bebas. Karena aku sudah terlalu bernafsu, aku pun menggoyang dengan kencang.
Pak Soli : “oh tan… hebat sekali kamu… bisa bikin ngilu…”
Intan : “aaach…yes pak…oohs..ooohs…oohh…nnggghh aaahhs….”

Cukup lama aku menggoyang pak Soli sampai akhirnya pak Soli menggulingkan tubuhku kembali ke arah kasur. Kedua kaki ku diangkat ke atas pundaknya sambil dia lanjut menggenjot tubuhku.
Intan : “ah..ahs..ahh..oh..ahhs..ah..aahhs…” dia menggenjotku dengan kencang. Aku sadar dia ingin menyemburkan spermanya sebentar lagi. Berat tubuhnya mulai menekan kakiku yang berada di atas pundaknya sampai lututku menyentuh payudaraku.
Pak Soli : “aah…tan…bapak mau keluar…ah…dimana…” karena aku sudah terlalu bernafsu ingin dipuaskan maka kujawab saja didalam.
Intan : “aah…didalam aja pak…aah…hamili Intan pak guru…oohs…NGGGGHHHH…” kurasakan bermili-mili semburan sperma hangat itu mengalir di dalam kemaluanku dan masuk memenuhi rongga rahimku. Pak Soli menekan penisnya dalam-dalam sampai posisi kakiku sangat tertekuk. Aku pun hanya mengejan sambil mencengkeram erat kasur.

Sampai akhirnya pak Soli mencabut penisnya dan ambruk disebelahku. Aku yang entah kenapa malam ini masih punya tenaga setelah digenjot berulang kali berniat untuk mengulum penisnya yang masih belepotan sperma itu. Aku bergeser diatas kasur dan kembali mengulum penisnya.
Intan : “mmmhh…mmhh…mmmhhh…” kujilati dan kubersihkan sisa-sisa sperma nya lalu kutelan.
Pak Soli : “hehe ganas juga ya kamu malam ini tan…”
Intan : “bapak tuh yang ganas… Masa nyuruh Intan pakai baju olah raga gini…” aku bersandar di atas kasur disebelahnya. Pak Soli pun juga duduk disebelahku.
Intan : “hayo… dulu punya fantasy genjot muridnya kan…ngaku aja deh pak…hihihi…”
Pak Soli : “iya lah kalau se montok kamu gini masa iya gak horny. Hehe”
Intan : “hihi dasar guru mesum… bisa dipenjara kamu pak kalau genjotin muridmu. Masih dibawah umur. Hihihi…”
Pak Soli : “kalau sama kamu kan aman tan…”

Intan : “yang gak aman nih burungmu dah tegang dari awal aku baru sampai pak.” sambil ku elus penisnya.
Pak Soli : “ya beberapa hari ini gak main sama kamu rasanya ada yang beda sih…”
Intan : “istrinya kan ada pak dirumah.”
Pak Soli : “ya beda lah dia kan sudah tua tan… beda sama kamu yang masih muda… masih kencang, masih bisa mencengkeram burungku. Hehe”
Intan : “dasar…tua tua keladi…”

Pak Soli : “hehehe… ini susumu bisa makin besar lagi gak ya tan?”
Intan : “ah…kan fantasy nya makin aneh-aneh. Ini aja cari bra disini sudah susah pak.”
Pak Soli : “ya cuma penasaran aja. Pasti kamu tambah cantik deh. Masih muda, susunya gede, apalagi kalau keluar ASI nya.”
Intan : “hmmm… bapak bikin Intan hamil dulu dong kalau mau keluar ASI nya?”
Pak Soli : “ya… kalau cuma itu caranya…mmmhhh…” kami berdua kembali berciuman dan malam ini kami kembali bersetubuh berkali-kali. Tak hanya di kasur, pak Soli sampai menggendongku ke kamar mandi. Bahkan sampai pagi kami terus berpacu dalam nafsu. Pak Soli juga selalu menembakkan benihnya ke dalam rahimku. Dia berharap bisa menghamiliku malam ini. Namun ada yang dia tidak ketahui, kalau aku selalu mengkonsumsi obat pencegah kehamilan.

Sampai akhirnya pagi pun tiba sekitar pukul 6 pagi kami checkout dari hotel, pak Soli pulang ke rumahnya untuk lanjut mengajar disekolah hari ini. Sedangkan aku pulang kerumah untuk tidur karena jadwal shift ku hari ini shift 3 giliran malam. Sebelum berpisah di hotel, tak lupa aku berpesan 2 minggu lagi, selama seminggu jangan menghubungiku karena aku ada acara keluarga. Sebenarnya 2 minggu lagi aku menemani Hasan pergi jalan-jalan ke daerah Jogja sesuai permintaan Hasan kalau dia lulus. Ya walau aku sebenarnya bisa menebak apa yang akan terjadi. Bukannya jalan-jalan, malah mungkin aku gak bisa keluar kamar. Pak Soli juga meng-iya-kan karena dia tak ingin skandalnya dengan ku terbongkar.
 
cerita page 55 mantep
update huuu :Peace:
Uuuhhh ayo di tunggu mau di masukin ap lg tu memek
Hasaan dimana kah kau hahaha kak intan nya lg gatel niii
Standby for updates
Sorry suhu telat update.
mendekati imlek pada banyak yg cuti jadi harus take over sebagian kerjaan orang nih sampai minggu depan. hehe
semoga setelah itu updatenya lancar kalau gak senin ya selasa.
 
The EX 02 - Chapter 26
Timeline : 2011 Juni

–POV Intan–

Hari ini aku sudah kembali ke rutinitas ku seperti biasa. Sejak beberapa hari lalu aku beristirahat bolos tidak kerja karena ulah adik ku si Hasan. Tapi bukannya beristirahat, aku malah harus melayani pak Soli karena dia tiba-tiba datang begitu saja kerumahku. Akibat aku sendiri yang tidak berpikir panjang dan mengikuti emosi sesaat, aku sekarang malah memulai skandal baru dengan pak Soli, guru olahragaku dulu dan adik ku Kukuh. Skandal kali ini rasanya cukup berbahaya karena rumah pak Soli dekat dengan rumahku, hanya berbeda RW saja. Cukup mengkhawatirkan bila ada yang mengetahuinya. Aku juga tak bisa mengakhirinya begitu saja. Bisa-bisa makin gencar desas desus tidak enak tentang diriku beredar dikampung.

Aku pun bingung apakah akan kulanjutkan atau kuhentikan. Sebenarnya bila kulanjutkan juga tak masalah selama aku dan pak Soli bisa main aman. Lumayan ada 1 orang berpenis gemuk yang bisa memuaskanku meski tergolong yang paling pendek daripada yang lain. Aku jadi galau sendiri sekarang dan melamun memikirkan ini.
Ratna : “ngelamun terus tan…” Ratna dari belakang menepuk pundakku.
Intan : “hehe nggak rat. Kurang fokus aja nih gara-gara belum makan siang.” oh iya aku sekarang sedang jadwal shift 2 sore ke malam.
Ratna : “ngapain? Mau diet? haha”
Intan : “haha ya nggak lah. Kamu habis keliling ya?”
Ratna : “iya tan, aman kok pasien-pasiennya.”
Intan : “eh Rat, aku juga mau kebelakang dulu ya, mau cek obat juga.”
Ratna : “iya tan…”

Saat ku sedang mengecek obat, ada telpon masuk. Ternyata dari pak Soli. Ada apa ini si pak guru mesum nelpon, biasanya cuma sms. Karena ruangan obat sedang sepi hanya ada aku seorang jadi kuangkat saja.
Intan : “hai pak…kenapa nih? Tumben telpon.”
Pak Soli : “hehe iya tan, kamu masih kerja ya?”
Intan : “iya dong pak, masih shift siang nih. Kenapa nih pak?”
Pak Soli : “ah gak apa, cuma karena kamu sudah mulai masuk kerja jadi gak bisa diam-diam ke rumahmu lagi.”
Intan : “hmmm…kangen aku ya? Haha”
Pak Soli : “iya lah, kamu libur kapan lagi nih?”
Intan : “besok sih pak tapi jangan kerumah ya. Aku mau keluar sudah ada janjian.”
Pak Soli : “oh gitu, kamu hari ini pulang jam berapa? Bapak kangen nih.”
Intan : “halah si bapak, kangen apa pengen pak? Hihihi”
Pak Soli : “ya kamu paham lah maksud bapak.”
Intan : “hmm…hari ini aku pulangnya jam 11 malem sih pak.”

Pak Soli : “oh ya udah ketemuan di hotel melati aja gimana nanti malam? Itu yang di selatan kota.”
Intan : “yang mana pak? Kan banyak tuh hotel disana.”
Pak Soli : “itu lho hotel *****. Nanti malam aku tunggu disana ya.”
Intan : “hmm maksa nih, kan aku belum bilang mau. Haha”
Pak Soli : “aku tau kamu pasti datang kok. Nanti kamarnya aku sms lagi ya tan.”
Intan : “hmm pak Soli aman nih keluar malem malem gitu?”
Pak Soli : “aman dong, kan tinggal bilang aja mau nongkrong. Haha”
Intan : “hmm ok deh pak. Sampai ketemu nanti malem ya.”

Aku sebenarnya tau hotel yang dimaksud oleh pak Soli. Karena memang hotel itu yang paling aman untuk berbuat mesum. Seperti tidak terjangkau oleh grebekan aparat dan warga sekitar. Dulu aku juga sering kesana saat masih diperbudak oleh Dwi. Sudah berulang kali aku melayani “tamu” di tempat itu. Semoga saja tak ada yang mengenaliku lagi disana. Tak lupa aku kembali mencuri 1 ampul obat suntik KB untuk mencegah agar tidak terjadi hal hal yang tak kuinginkan. Segera kusuntikkan di tanganku, lalu aku mengambil beberapa butir pil KB untuk kubawa pulang.

Aku pun kembali bekerja sampai jam ganti shift pun tiba. Shift selanjutnya Lisa bersama Ningsih. Setelah itu aku menuju ke hotel dan pak Soli sudah memberitahuku kalau dia menunggu di kamar nomor 14. Aku sendiri tak masalah tak langsung pulang karena sudah beralasan double shift ke orang tua ku dan Tono. Alasanku adalah menggantikan shift Ningsih karena dia sedang hamil tua. Padahal Ningsih juga tetap jaga malam ini. Sekitar 30 menit aku sudah didepan hotel.

Saat aku memarkirkan motorku, ada yang menepuk pundak ku.
“Ah bener kamu tan. Dah lama ya kamu gak kesini.”
Kulihat ternyata Heru, salah satu staff hotel ini yang cukup mengenalku.
Intan : “eh Her… hehe iya nih. Lagi iseng kesini.”
Heru : “lagi ada tamu ya tan? Bukannya kamu katanya sudahan ya. Hehe”
Intan : “ah enggak cuma mau ketemu orang aja kok. Kamu masih aja awet disini Her.”
Heru : “iya lah tan, lumayan cuci mata juga disini. Mau beli kondom gak? Kayak biasanya. Apa mau sewa sex toy?” Heru menawariku dagangannya. Memang dulu aku kenal dengan Heru karena dia sambilan jualan kondom disini dan aku sering beli ke dia dulu.
Intan : “eh apaan sih. Gak lah aku sudah gak nemenin tamu kayak dulu. Haha”
Heru : “halah gayamu tan. Kalau ketemuan sama orang disini ngapain lagi kalau gak begituan. Kalau butuh barang nanti temuin aku di tempat biasa ya. Di pantry belakang.” dia pun pergi sambil menepuk pantatku.
Intan : “heh…tangannya lho, masih aja nakal.” tapi Heru hanya pergi begitu saja sambil nyengir.

Aku pun masuk kedalam dan segera ke kamar nomor 14 dan disana pak Soli sudah menunggu. Dia membukakan pintu dan hanya mengenakan lilitan handuk. Nampaknya dia habis mandi.
Pak Soli : “akhirnya kamu datang juga sayang.”
Intan : “hehe iya pak.” aku masuk kekamar dan menaruh tasku di kursi lalu pak Soli memelukku dari belakang. Terasa penisnya yang menegang menekan pantatku.
Pak Soli : “kamu sudah makan belum? Apa mau aku pesankan minuman?”
Intan : “oh gak usah pak, sudah tadi kok.”
Pak Soli : “kalau kamu mau minum, itu di kulkas ada minuman ringan.”
Intan : “hehe iya pak” pak Soli melepas pelukannya dan menjauh. Nampaknya dia mengambil sesuatu dari tas nya.

Pak Soli : “ini tan. Aku ada sesuatu buat kamu?”
Intan : “apa nih pak? Eh?” pak Soli memberikan 1 set baju olahraga SMP tempat dia mengajar. Aku tau karena aku yang mencuci pakaian Kukuh dirumah.
Pak Soli : “coba kamu pakai dulu tan.”
Intan : “eh…cukup kah ini pak?” aku agak ragu sebenarnya mengenakan pakaian ini.
Pak Soli : “coba dulu aja tan.”
Intan : “ih bapak nih aneh-aneh aja. Ya udah aku ganti baju dulu ya pak.” aku pun masuk kedalam kamar mandi dan berganti baju disana. Pak Soli memberiku baju olahraga 1 set berukuran L. Memang bahannya melar, tapi untuk ukuran payudaraku terlalu sempit. Sampai-sampai baju ini tak menutupi area perut bawahku dengan sempurna. Kalau aku mengangkat tangan saja pusarku bisa terlihat. Pak Soli mengetuk pintu kamar mandi.
Pak Soli : “sudah belum tan?”
Intan : “belum pak, tunggu. Kekecilan nih.”
Pak Soli : “ah masa? Jangan pake dalaman ya tan.”
Intan : “eh gak pake dalaman? Iya deh pak.” aku melepas bra dan celana dalamku dan kembali mengenakan pakaian yang cukup sempit ini.

Entah kenapa aku juga jadi horny sendiri sekarang. Di dalam kamar mandi, aku melihat diriku di cermin mengenakan pakaian seragam sekolah lagi. Putingku nampak tegang tercetak jelas di baju olahraga ini. Akupun kembali merias wajahku sebelum keluar dari kamar mandi.
Intan : “gimana pak?” aku keluar dari kamar mandi dan menunjukkan pakaian yang kukenakan sekarang didepan pak Soli yang sedang merokok diatas kasur.
Pak Soli : “cukup gitu loh tan. Hehe”
Intan : “iya pak, tapi sempit nih disini.” tanganku menutupi area payudaraku karena aku juga sedikit malu mengakui aku terangsang saat ini. Putingku mencuat keras rasanya.
Pak Soli : “bukannya kamu dulu juga pakai pakaian kayak gini ya tan. Hehe” pak Soli mendekatiku yang masih berdiri didepan pintu kamar mandi lalu memegang tanganku. Dia menurunkan tanganku yang menutupi payudaraku.

Pak Soli : “gak usah ditutupin gitu lah tan. Hehe kamu dulu kan suka pamer susumu yang gede ini.” sambil tangan kanannya mulai meremas payudara kiri ku.
Intan : “iih…nggak dong pak. Masa aku pamerin sih dulu. Pak Soli kan ngajar aku pas SMP. masa bapak nafsu sih sama anak SMP.”
Pak Soli : “ya kalau anak SMP nya sebongsor kamu sih siapa yang gak nafsu tan. Apalagi susumu segede ini. Makin gede ya rasanya. Dulu aja pas pelajaran olahraga, rasanya susumu ini goyang-goyang menggoda bapak buat pengen meremas gini.”
Intan : “ih..si bapak nih, pedo. Hihi… nafsunya sama anak kecil.”
Pak Soli : “kalau kayak kamu gini sudah bukan anak kecil rasanya tan. Hehe gadis rasa janda.”
Intan : “ih bapak nih…mmmhh…mmmhh…”

Pak Soli menciumku dan kami berciuman panas. Kupeluk dia yang masih meremas-remas payudaraku. Tangan kirinya turun dan meraba-raba pantatku. Kami pun berjalan ke arah kasur dalam posisi masih berpelukan. Kemudian aku direbahkan diatas kasur dan dia kembali menciumiku. Dia yang hanya mengenakan handuk, lepas begitu saja.
Intan : “ohs…pak…geli…mmmhh…mmmmhhh..oohs…” ciumannya naik turun, dari bibirku, ke leher, turun ke payudaraku dan dengan gemasnya dia meremas sambil menciumi kedua payudaraku yang masih tertutup kaos olahraga, lalu turun ke perutku, diangkat sedikit kaos yang kukenakan sambil dia menciumi area perutku. Lalu kembali naik perlahan sampai menciumi bibir ku lagi. Perlahan keringat mulai membasahi tubuh kami berdua.

Intan : “oohs…pak…ngghh…pak…geli…mmmhhh…”
Pak Soli : “hehe… asal kamu tau aja tan. Sudah lama aku pengen cicipi tubuhmu ini. Tiap kali lihat kamu dulu, burung bapak bisa tegang.”
Intan : “ihs..si bapak mesum…auch…” tangannya menyelinap masuk dari bawah kaos dan meremas keras payudaraku.
Pak Soli : “bapak pengen meremas susumu yang menggoda ini daridulu tan… gak ada anak seumuranmu yang susunya segede ini.”
Intan : “ohs..pak…oohs..mmmhh… dasar guru mesum… susu anak muridnya dimainin…ohs..” pak Soli semakin keras meremas-remas payudaraku.

Pak Soli : “hehe dasar murid nakal, bisa-bisanya godain gurunya.”
Intan : “ahs..bapak aja yang mesum…ahs…mmmhh… berapa murid yang sudah pak Soli cabulin gini?”
Pak Soli : “hehe cuma kamu aja kok sayang… soalnya kamu yang paling bongsor.”
Intan : “mmmmhhh…ahs.. Paling juga bohong…ahs.. Predator kayak kamu sih bahaya…”
Pak Soli : “beneran sayang, cuma kamu kok. Mana ada anak SMP lain yang susunya segede kamu gini…” pak Soli mengangkat naik kaos ku sampai payudaraku terbebas. Dengan gemasnya dia menciumi, mencupang sampai merah dan menghisap putingku bergantian berulang kali. Akupun menggelinjang kegelian dan kurasakan kemaluanku membasah.

Intan : “ahs..nnggh..pak…kamu kok mesum sih pak…aaahs..”
Pak Soli : “hehe kan kamu juga murid nakalnya… mana ada murid sengaja godain gurunya kayak kamu…”
Intan : “ahs..iya pak…Intan nakal…Intan yang godain bapak…aahs…nngghhh…” aku mulai meracau tak karuan seiring nafsuku yang mulai naik.
Pak Soli : “hehehe… untung dulu bapak bisa tahan diri… kalau enggak…”
Intan : “ahs..kalau enggak apa pak? Oohs…”
Pak Soli : “kalau enggak bapak sudah perkosa kamu dari dulu tan… bapak cuma berani ngintipin kamu ganti baju aja dulu…”
Intan : “iiihs…dasar…pas Soli mesum… perkosa Intan aja sekarang pak…oohs…”

Pak Soli menarik lepas celana yang kukenakan dan mulai memposisikan tubuhnya yang menindihku. Tak lama kemudian kurasakan penis gemuknya mulai menusuk masuk didalam kemaluanku.
Intan : “ach..pak…aachh..oohs..aachh….aachh…” pak Soli dengan ganasnya menggenjotku.
Pak Soli : “dasar murid lonte…hahaha…”
Intan : “ach…pak….terus…aachh..achh..ach…perkosa aku pak…achs….nnggghhh…aach…” dia hanya bertumpu dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya tetap meremas-remas payudaraku.

Intan : “aach…ohs..nggghh…ahhs….aahs…”
Pak Soli : “susumu yang gede dan goyang-goyang ini tan…benar benar bikin aku gak tahan…”
Intan : “achs…aachs..achs…aachs…yes pak…terus…aachs…” aku hanya bisa meracau menikmati setiap rangsangan yang kurasakan.
Pak Soli : “oh…andai…bisa keluar susunya…”
Intan : “ohs..pak…oohs…aku dapet…NGGGHHH….NGGGGHHH…” aku mengejan hebat sambil meremas kasur. Pak Soli tetap menggenjot tubuhku meski tau aku sedang orgasme.
Pak Soli : “hehehe…dasar lonte…sudah orgasme aja kamu ya…”

Tak lama kemudian pak Soli menarik lepas penisnya dan menarik pinggangku sampai setengah badanku turun dari atas kasur. Aku tau pak Soli ingin ganti gaya. Jadi aku pun melebarkan kakiku dan pak Soli kembali menghujamkan penisnya kedalam kemaluanku.
Intan : “nngghhh…nggghh..nngghh…oohh..nnggghh… terus pak…nggghh…” dengan kencang pak Soli menggenjotku dari belakang sampai kasurnya sedikit demi sedikit terdorong ke tembok. Kemudian dia menarik rambut panjangku ini.
Intan : “aach…pak…aach…aachh…aachh…” aku hanya merintih-rintih keenakan. Sesekali pak Soli menampar pantatku yang bergoyang seirama dengan penetrasinya. Berulang kali rasanya aku memperoleh orgasme ku dalam posisi doggy style ini.

Sekitar 20 menit kemudian, pak Soli mencabut lagi penisnya dan menarik tanganku. Dia duduk diatas kasur.
Pak Soli : “emutin dulu burung bapak tan…”
Intan : “ah…. Iya pak…” aku jongkong didepannya dan menggengam penisnya yang gemuk ini. Walau masih belepotan cairan ku sendiri tapi langsung saja ku kulum.
Intan : “mmmhh…mmmhhh…mmhhh…slurp…mmmhhh…”
Pak Soli : “betul-betul beda ya… kamu mahir banget diumur segini. Belajar nyepong dari kapan sih tan?”
Intan : “hehehe…mau tau aja…mmmhhh…mmhhh…”
Pak Soli : “pelan-pelan dong sayang… nanti aku cepet keluar.”
Intan : “hehe biarin…habisnya tadi mainin Intan juga…” kembali ku kulum penisnya. Sampai akhirnya kurasakan sedikit berkedut pertanda pak Soli akan ejakulasi. Tapi kuhentikan begitu saja.

Pak Soli : “hehe nakal ya hampir buat muncrat…”
Intan : “jangan keluar dulu dong pak…hehehe.” kemudian aku mendorongnya rebahan diatas kasur dan aku naik diatasnya. Kupegang penisnya tadi dan kutuntun masuk kedalam kemaluanku.
Intan : “ahh…yes…aahh…ahhs…ooohs…nnggghh…” hanya dengan baru memasukkan penisnya kedalam kemaluanku, sudah bisa membuatku orgasme lagi. Ku goyang terus penisnya dalam posisi woman on top. Pak Soli juga tak tinggal diam. Dia meremas-remas payudaraku yang menggantung bebas. Karena aku sudah terlalu bernafsu, aku pun menggoyang dengan kencang.
Pak Soli : “oh tan… hebat sekali kamu… bisa bikin ngilu…”
Intan : “aaach…yes pak…oohs..ooohs…oohh…nnggghh aaahhs….”

Cukup lama aku menggoyang pak Soli sampai akhirnya pak Soli menggulingkan tubuhku kembali ke arah kasur. Kedua kaki ku diangkat ke atas pundaknya sambil dia lanjut menggenjot tubuhku.
Intan : “ah..ahs..ahh..oh..ahhs..ah..aahhs…” dia menggenjotku dengan kencang. Aku sadar dia ingin menyemburkan spermanya sebentar lagi. Berat tubuhnya mulai menekan kakiku yang berada di atas pundaknya sampai lututku menyentuh payudaraku.
Pak Soli : “aah…tan…bapak mau keluar…ah…dimana…” karena aku sudah terlalu bernafsu ingin dipuaskan maka kujawab saja didalam.
Intan : “aah…didalam aja pak…aah…hamili Intan pak guru…oohs…NGGGGHHHH…” kurasakan bermili-mili semburan sperma hangat itu mengalir di dalam kemaluanku dan masuk memenuhi rongga rahimku. Pak Soli menekan penisnya dalam-dalam sampai posisi kakiku sangat tertekuk. Aku pun hanya mengejan sambil mencengkeram erat kasur.

Sampai akhirnya pak Soli mencabut penisnya dan ambruk disebelahku. Aku yang entah kenapa malam ini masih punya tenaga setelah digenjot berulang kali berniat untuk mengulum penisnya yang masih belepotan sperma itu. Aku bergeser diatas kasur dan kembali mengulum penisnya.
Intan : “mmmhh…mmhh…mmmhhh…” kujilati dan kubersihkan sisa-sisa sperma nya lalu kutelan.
Pak Soli : “hehe ganas juga ya kamu malam ini tan…”
Intan : “bapak tuh yang ganas… Masa nyuruh Intan pakai baju olah raga gini…” aku bersandar di atas kasur disebelahnya. Pak Soli pun juga duduk disebelahku.
Intan : “hayo… dulu punya fantasy genjot muridnya kan…ngaku aja deh pak…hihihi…”
Pak Soli : “iya lah kalau se montok kamu gini masa iya gak horny. Hehe”
Intan : “hihi dasar guru mesum… bisa dipenjara kamu pak kalau genjotin muridmu. Masih dibawah umur. Hihihi…”
Pak Soli : “kalau sama kamu kan aman tan…”

Intan : “yang gak aman nih burungmu dah tegang dari awal aku baru sampai pak.” sambil ku elus penisnya.
Pak Soli : “ya beberapa hari ini gak main sama kamu rasanya ada yang beda sih…”
Intan : “istrinya kan ada pak dirumah.”
Pak Soli : “ya beda lah dia kan sudah tua tan… beda sama kamu yang masih muda… masih kencang, masih bisa mencengkeram burungku. Hehe”
Intan : “dasar…tua tua keladi…”

Pak Soli : “hehehe… ini susumu bisa makin besar lagi gak ya tan?”
Intan : “ah…kan fantasy nya makin aneh-aneh. Ini aja cari bra disini sudah susah pak.”
Pak Soli : “ya cuma penasaran aja. Pasti kamu tambah cantik deh. Masih muda, susunya gede, apalagi kalau keluar ASI nya.”
Intan : “hmmm… bapak bikin Intan hamil dulu dong kalau mau keluar ASI nya?”
Pak Soli : “ya… kalau cuma itu caranya…mmmhhh…” kami berdua kembali berciuman dan malam ini kami kembali bersetubuh berkali-kali. Tak hanya di kasur, pak Soli sampai menggendongku ke kamar mandi. Bahkan sampai pagi kami terus berpacu dalam nafsu. Pak Soli juga selalu menembakkan benihnya ke dalam rahimku. Dia berharap bisa menghamiliku malam ini. Namun ada yang dia tidak ketahui, kalau aku selalu mengkonsumsi obat pencegah kehamilan.

Sampai akhirnya pagi pun tiba sekitar pukul 6 pagi kami checkout dari hotel, pak Soli pulang ke rumahnya untuk lanjut mengajar disekolah hari ini. Sedangkan aku pulang kerumah untuk tidur karena jadwal shift ku hari ini shift 3 giliran malam. Sebelum berpisah di hotel, tak lupa aku berpesan 2 minggu lagi, selama seminggu jangan menghubungiku karena aku ada acara keluarga. Sebenarnya 2 minggu lagi aku menemani Hasan pergi jalan-jalan ke daerah Jogja sesuai permintaan Hasan kalau dia lulus. Ya walau aku sebenarnya bisa menebak apa yang akan terjadi. Bukannya jalan-jalan, malah mungkin aku gak bisa keluar kamar. Pak Soli juga meng-iya-kan karena dia tak ingin skandalnya dengan ku terbongkar.
Makasih apdetnya bro @haze1998 ...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd