Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

Bimabet
The EX 02 - Chapter 27 A
Timeline : 2011 Juni

–POV Hasan–

Besok, hari yang kutunggu-tunggu akhirnya datang juga. Aku meminta mbak Intan untuk menemaniku jalan-jalan seminggu ke Jogja. Malam ini tutup warnet dan besok aku izin. Untuk kerjaanku jaga warnet sementara diambil alih lagi sama mas Tono dan mas Ramdan.
Tono : “san… besok udah cuti kamu ya?”
Hasan : “hehe iya mas. Saya izin seminggu ya mas.”
Tono : “iya san. Ini aku ada duit bonus, hitung-hitung ngasih kamu selamat sudah lulus ya.”
Hasan : “wah makasih banyak lho mas.” mas Tono memberiku amplop dan kubuka ternyata ada duit 1juta didalamnya. Lumayan buat jajan.
Tono : “san san… emang mbak mu mau kamu apain aja itu nanti disana? Haha”
Hasan : “hehe.”
Tono : “dih malah nyengir aja. Inget pesan mas ya. Jangan sampai kebobolan.”

Hasan : “aman lah mas kalau itu, mbak kan masih rajin minum obat. Lagian kalau kebobolan kan tinggal hajar terus mas sampe keguguran.”
Tono : “hahaha… parah kamu san.”
Hasan : “itu kata mbak lho mas.”
Tono : “ah masa? Yang bener.”
Hasan : “hehe iya mas. Kalau kebobolan, bantuin lah. Hehe”
Tono : “haha untung ada mbak mu yg pengertian ya. Bisa bahaya kamu nih kalau diluaran gini.”
Hasan : “hehe mohon maklum aja mas, punya mbak kayak gitu gimana bisa nahan.”
Tono : “ya kamu nya aja yang aneh san. Haha”
Hasan : “haha, tenang aja mas pokoknya.”
Tono : “iya san cuma nitip pesen aja. Soalnya bisa bahaya sama hubungan ku sama mbak mu nanti.”
Hasan : “haha siap mas.”

Tono : “oh ya ada 1 hal lagi, nih.”
Hasan : “apa nih mas?” mas Tono memberiku 2 botol kecil mirip botol insto namun tak ada labelnya.
Tono : “belum tau ini apa san?”
Hasan : “belum mas? Apaan nih?”
Tono : “obat perangsang. Kali aja kamu mau usilin mbak mu pake ini.”
Hasan : “wah, boleh juga nih mas. Kayaknya seru. Haha”
Tono : “dah pake aja nanti.”
Hasan : “siap mas. Saya pamit pulang dulu ya mas.”
Tono : “iya udah sana buruan pulang, besok naik bus jam berapa?”
Hasan : “pagi mas sekitaran jam 6.”
Tono : “ok, btw inget pesan ku tadi ya san. Sama jangan bilang kalau aku sudah ngobrol sama kamu masalah skandalmu sama mbak mu ya. Soalnya Intan cuma kasih tau aja. Nanti dia kaget kalau tau aku sudah ngobrol sama kamu masalah ini.”
Hasan : “haha siap deh mas.”
Tono : “sama 1 hal lagi.”
Hasan : “apa tuh mas?”
Tono : “puas puasin selama masih bisa san. Hahaha”
Hasan : “haha kalau itu gak usah dipesenin juga sudah pasti mas.”

Aku pulang dan saat dirumah baru beberes packing baju. Karena aku jalan-jalan dengan kakak ku sendiri jadi tak ada yang bertanya macam-macam. Hanya saja Fitri sebenarnya ingin ikut. Tapi aku sudah bilang kalau ini dibayarin sama mbak Intan. Meski dia memaksa ikut dan ingin bayar sendiri tapi untung saja aku masih bisa beralasan agar dia tak ikut. Cuma aku masih agak was was kalau tiba-tiba Fitri muncul gitu saja disana. Besok perjalanan cukup lama sekitar 7 sampai 8 jam.

-keesokan paginya-
Pagi-pagi aku bangun jam 4. Sudah pasang alarm sebelumnya. Aku kebelakang mau mandi dulu sebelum nanti berangkat. Bapak sama ibu juga sudah bangun. Mereka menyiapkan sarapan sebelum aku dan mbak Intan berangkat. Bapak juga menyuruh mengajak Kukuh tapi untung saja Kukuh ada acara pramuka jadi tak bisa ikut denganku. Aku pun kembali ke kamar ku untuk kembali cek tas. Sekitar jam 5an mbak Intan mengetuk kamarku.
Intan : “san… sudah siap-siap belum?”
Hasan : “sudah dong mbak.” sambil aku mengeluarkan tas ke ruang tamu.
Hasan : “mbak pakai jilbab gitu gak panas mbak nanti di bus?”
Intan : “yee…emang maunya gimana? Aku pakai kaosan aja gitu?”
Hasan : “hehe iya mbak, gak panas emang?”
Intan : “nanti aja pas disana san. Liat dulu kalau panas ya udah buka jilbab.”
Sekitar setengah 6 pagi aku dan mbak Intan pamit ke bapak ibu. Dengan menaiki motor ku, kami ke terminal bus. Motor kutitipkan disana seminggu. Sebenarnya mas Tono nawarin buat mengantar pakai mobilnya, namun ditolak sama mbak Intan. Aku sih terserah saja, yang penting seminggu ini bisa bebas. Mbak Intan juga sudah beli tiket bus, book hotel di jogja dan sewa motor disana. Jam 6 tepat aku sudah meluncur dari kota ku ke Jogja. Aku dan mbak Intan duduk di kursi tengah sebelah kiri. Mbak Intan kupersilahkan untuk duduk di pojokan. Alasannya sih agar mbak Intan bisa dekat jendela jadi tidak kepanasan karena bus yang kami tumpangi tidak ber AC. Padahal tujuannya biar aku bebas mesumin mbak ku dengan aman.

Berulang kali tanganku jahil meremas payudara kanan mbak Intan dengan tanganku. Berulang kali juga tanganku ditepis olehnya.
Intan : “san…tangannya sudah deh, jangan nakal, nanti kelihatan orang.”
Hasan : “hehe pengen nih mbak.” walau masih tertutup baju dan jilbabnya, tapi aku sudah tak tahan karena nampak menonjol apalagi dari samping.
Intan : “nanti aja lah san…” tangan kanannya langsung kuletakkan ke selangkangan ku.
Intan : “hih, adik mesum, nanti aja lah san.” mbak Intan merasakan penisku yang sudah menegang dari balik celana.

Sekitar jam 11 siang, bus menepi ke rumah makan. Seharusnya sudah tak lama lagi sampai di Jogja. Aku dan mbak Intan juga ikut turun untuk makan siang terlebih dahulu.
Intan : “duh bener nih katamu san. Gerah banget.”
Hasan : “ya udah mbak dicopot aja ganti baju.”
Intan : “iya deh, bentar ya san. Mbak ke toilet dulu.” mbak Intan pun pergi ke kamar mandi setelah selesai makan. Tapi nampaknya es teh yang dipesan mbak Intan belum habis. Muncul keisenganku untuk membuktikan benar tidaknya cairan yang diberikan oleh mas Tono. Namun karena tak diberitahu mas Tono seberapa dosisnya jadi ku kira-kira saja. Ku tuangkan kedalam es teh yang akan diminum mbak Intan. Sekitar seperempat botol.

Sekitar 10 menit kemudian mbak Intan sudah kembali ke meja makan.
Intan : “udah yuk balik ke bus san…” aku melihat mbak Intan makin cantik dengan rambutnya yang digerai dan mengenakan kaos ketat.
Hasan : “iya mbak. Eh ya minum dulu mbak diabisin daripada nanti dijalan haus.” mbak Intan pun langsung meminum es teh yang tadi sudah kucampurkan dengan obat yang diberi mas Tono.
Intan : “yuk balik san ke bus.”
Hasan : “ok mbak.” kami pun kembali ke dalam bus dan tak lama kemudian bus sudah melanjutkan perjalanan lagi.
Tak lama setelah bus berjalan, mbak Intan nampak aneh. Seperti orang kepanasan, mukanya mulai memerah.
Intan : “san… kok masih gerah ya…”
Hasan : “iya mbak, memang panas nih udaranya.”
Intan : “iya gerah san… tapi tadi gak gini…” mbak Intan tanpa melihat situasi, melepas branya walau tanpa membuka kaosnya. Dengan lihai dia melepas kaitan belakang dan talinya ditarik turun lewat sela-sela lengan baju sampai akhirnya bisa ia tarik lepas melalui bawah bajunya lalu dimasukkan ke dalam tasnya. Nampak putingnya mencuat keras dari balik bajunya. Apa jangan-jangan aku kebanyakan tadi dosisnya.

Intan : “duh…mbak juga deg deg an nih san…”
Hasan : “deg deg an gimana mbak? Kok tiba-tiba dibuka mbak?”
Intan : “gak tau nih san… tiba-tiba mbak juga pengen…” sambil berbisik kepadaku, mbak Intan juga mengelus penisku dengan tangannya. Aku melihat sekitar, nampaknya penumpang banyak yang tertidur karena efek suhu panas dan perut kenyang. Karena aku merasa aman, ku lumat bibir mbak Intan. Kami berdua akhirnya berciuman panas didalam bus tanpa memikirkan penumpang lain. Mbak Intan membuka zipper celanaku dan mengurut penisku yang sudah tegang ini. Biar aman ku tutupi dengan jaket yang kukenakan.
Intan : “san… masukin ini san…”
Hasan : “masukin kemana mbak? Hehe”
Intan : “biasanya lah san… ayo san… dah gatel nih… pengen kamu tusukin…”
Hasan : “hehe… masa disini mbak, nanti kelihatan orang lho…”
Intan : “duh…iya nih…gatel san…pengen kamu tusukin…”

Aku tak menyangka efek obat yang diberikan mas Tono seperti ini. Hanya seperempat botol bisa membuat mbak Intan menggelinjang. Aku juga jadi bingung sendiri sekarang, bagaimana kalau mbak Intan nekat.
Intan : “san…mmmhh…kocokin dong…mmhhh…”
Hasan : “aku colokin pake jari aja ya mbak...” mbak Intan pun mengangguk. Dia membuka zipper celana jeans nya dan mengarahkan tanganku kedalam celananya.
Intan : “OUH…san….mmmmpppfff…” walau susah akhirnya 2 jariku mengelus kemaluan mbak Intan yang bersih dari bulu ini. Mbak Intan sendiri menutup mulutnya dengan 1 tangannya agar tak terlalu terdengar suara lenguhannya. Walau suara mesin bus juga cukup terdengar kencang karena bukan bus AC. Kurasakan kemaluannya sudah sangat becek, jadi kucoba memasukkan jari tengahku ke dalam rongga kemaluannya.

Intan : “ouhs…mmmmmhhhh….mmmmmpppff….” kurasakan jariku basah terkena cairan squirting dari mbak Intan yang dia coba untuk tahan. Jadinya cairan hangatnya menyemprot kencang sedikit demi sedikit di tanganku. Dia juga berusaha menahan agar tak terlalu mengejan saat ini. Aku tau pastinya mbak Intan sedang dilanda kenikmatan namun harus tertahan karena tak dapat dilampiaskan. Cukup lama rasanya aku menggosok kemaluannya sampai tanganku pegal karena posisinya cukup sulit. Kami duduk bersebelahan dan tangan kiriku masuk kedalam celananya. Sedangkan tangan kanan mbak Intan juga tetap mengurut penisku.

Payudaranya yang besar dan naik turun karena nafasnya yang tak teratur itu membuatku gemas ingin meremasnya. Apalagi putingnya yang mencuat keras semakin mengundangku untuk memainkannya. Akhirnya kuremas saja dengan tangan kananku.
Intan : “ohs….nggghhh…nggghhhh…” baru saja ku pegang payudaranya, mbak Intan menepuk pundakku dan seperti agak menggigit pundakku. Dia tak bisa menahannya lagi dan banjir sudah menyembur kencang cairan cintanya di tanganku. Sampai basah ke celananya, kursi bus sepertinya juga basa. Dia menahan erangannya dengan membenamkan wajahnya di pundakku. Badannya bergetar hebat saat orgasme, untung saja tersamarkan dengan getaran mesin bus. Lenganku juga dipeluk erat mbak Intan. Setiap kali kuremas payudaranya dia mengerang dan orgasme. Nampaknya obat yang diberikan mas Tono membuat tubuh mbak Intan berkali-kali lebih sensitif.

Sekitar 30 menitan aku dipeluk erat sambil dia tetap mengerang sebelum akhirnya dia kelelahan dan bersandar di pundakku. Ku tarik tangan ku yang sedari tadi terjepit di selangkangannya. Nampak tanganku penuh dengan cairannya sampai lengket-lengket rasanya. Mbak Intan juga ngos-ngosan seperti kehabisan tenaga. Keringatnya juga mengucur deras. Aku juga kembali menutup celanaku. Meski penisku masih tegang belum sempat ejakulasi. Kubiarkan mbak Intan tertidur karena kelelahan.

Tak lama kemudian sekitar 1 jam kami sudah memasuki area Jogja, aku pun membangunkan mbak Intan untuk bersiap-siap turun. Celananya yang basah bisa tersamarkan dengan jaket yang dililitkan ke pinggangnya. Sampai akhirnya kami turun dari bus. Kami berjalan untuk ganti Taksi. Mbak intan nampak masih dalam pengaruh obat tadi. Dia tak banyak bicara sejak turun dari bus, mungkin untuk menahan gejolak nafsunya saat ini. Mbak Intan nampak tak peduli dengan penampilannya yang agak berantakan ditambah lagi putingnya yang masih mencuat tercetak jelas di bajunya karena tak ada yang menutupi, jaketnya digunakan untuk menutupi area selangkangannya yang basah. Di dalam taksi mbak Intan hanya diam saja kepadaku dan bicara seperlunya ke supir taksi. Untungnya tak lama kemudian kami sudah sampai di hotel dan cek in.

Saat sampai di kamar, mbak Intan segera menaruh tas nya dan menutup pintu, lalu dia melucuti semua pakaiannya di depanku.
Intan : “san…puasin mbak sekarang…” mbak Intan mendorongku ke arah kasur sampai aku terjungkal di atas kasur. Lalu mbak Intan menaiki ku dan melepas pakaianku. Kamipun berciuman panas kembali di atas kasur. Sepertinya memang mbak Intan berusaha menahan sedari tadi dan akhirnya dilampiaskan semua saat kami sudah dihotel.
Intan : “oh…san…garukin mbak san…pakai penismu ini… rahim mbak gatal san…ohs…” mbak Intan berada diatas tubuhku dan menarik penisku ke arah kemaluannya. Bless… masuk sudah penisku yang memang sudah tegang dari tadi di bus.
Intan : “ohs…san..ohs..ohs..san..enak san..ohs..yes..ohs..terus san..oohs..” mbak Intan mulai naik turun tak beraturan di atas tubuhku. Seperti orang kesurupan, mbak Intan menggoyang penisku yang tegak berdiri ini. Aku juga merasakan vaginanya hangat dan dinding-dindingnya memijat lebih kuat dari biasanya.

Intan : “oohs..san..ohs..ohs..ohs..oh..san..kamu jangan keluar dulu..ohs..sampai mbak puas..ohs..ohss..” kucoba menahan agar aku tak segera ejakulasi walau susah. Mbak Intan berulang kali mengejan namun tak berhenti seperti biasanya. Dia seperti memacu kuda, dan aku yang jadi kudanya sekarang. Kurasakan cairan mengalir membasahi pahaku yang membuat penetrasiku semakin licin. Mbak Intan sekarang seperti sudah kehilangan akal sehatnya. Nampaknya obat yang kuberikan terlalu banyak.

Kucoba sekuat tenaga menahan, bahkan aku sampai harus membayangkan hal lain dulu agar tak ejakulasi. Namun sepertinya aku tak kuat lagi. Aku hanya bisa bertahan sekitar 20 menit saja.
Hasan : “ah..mbak..aku..sudah gak kuat…arghh…”
Intan : “ohs..san..tahan..ah…ahh…tahan…ahs…san…ahs..oohs..san..kok keluar…oohs..” ku semprotkan spermaku didalam. Saat aku ejakulasi, mbak Intan masih terus saja menggoyang penisku. Rasanya sungguh nikmat persetubuhanku kali ini. Spermaku seperti dihisap habis oleh rahimnya. Sampai akhirnya penisku perlahan mengecil dan tercabut dari dalam vagina mbak Intan yang sedari tadi terus menggoyangku dari atas.
Intan : “duh…kok sudah ngecil sih san…mbak gimana nih sekarang? Duh…”

Mbak Intan nampak belum terpuaskan olehku dan sekarang malah marah-marah denganku karena penisku sudah tak tegang lagi. Dia pun beringsut ke bawahku dan menghisap penisku. Berharap mungkin penisku bisa tegang lagi. Mbak intan memang benar-benar sudah lupa diri sekarang. Karena dirangsang terus oleh mbak Intan, akhirnya penisku berdiri lagi. Mbak Intan kembali memasukkannya ke dalam kemaluannya dan kembali menggoyangku dalam posisi woman on top.
Intan : “ohs..ohs..terus san…ohs..ohs..jangan kamu berani… keluar dulu san…ohs..ohs..”
Hasan : “gak bisa mbak..susah…ohs…”
Intan : “ohs..awas kamu…ahs…ohs…kalau keluar lagi…oohs..ohs…”

Hasan : “mbak…ganti…posisi…”
Intan : “nggak…san..ahs…ahhs..sudah enak…ahs..”
Ku gulingkan saja kesamping dan sekarang posisiku diatasnya. Tapi pinggul mbak Intan tak berhenti bergerak. Dia seperti menyambut hujaman penisku ke dalam vaginanya.
Intan : “aahs..terus san..ahs..enak san..ah..ah..ahhs..ohs..” penisku serasa menggaruk lubang rahimnya sekarang setiap kali kuhujamkan ke dalam kemaluannya. Mbak Intan juga mengejan hebat sampai-sampai urat di lehernya terlihat semua.

Intan : “ahs..yes..terus…san…ahs..ahs..ahs..” tubuhnya tampak memerah tak seperti biasanya. Memang kuat rasanya obat yang diberikan mas Tono. Urat-urat di payudaranya pun nampak lebih jelas dari biasanya. Kuremas-remas dengan keras kedua payudaranya. Sampai akhirnya mbak Intan menganga lebar sambil mendongak dan meremas kasur. Tubuhnya pun sedikit terangkat karena orgasme yang diperolehnya kali ini terlalu nikmat.

Hasan : “ahs..mbak..aku keluar…ohs….” tanganku beralih ke pinggangnya dan kutancapkan dalam-dalam penisku dan kusemburkan lagi spermaku didalam. Bermili-mili kusemburkan sampai akhirnya aku tak sanggup lagi dan ambruk diatas tubuhnya. Mbak Intan pun juga sama, akhirnya dia sudah tak ada tenaga lagi. Kubiarkan penisku masih terbenam didalam kemaluannya dan akhirnya kami tertidur puas.

Aku baru terbangun sekitar jam 8 malam karena lapar. Sedangkan mbak Intan masih terlelap dalam tidurnya. Tapi ketika aku turun dari atas kasur, mbak Intan ikut terbangun karena goncangan di kasur.
Intan : “kemana san?”
Hasan : “gak kemana mana kok mbak. Tapi aku lapar nih.”
Intan : “oh ya udah yuk mbak juga nih kayaknya lapar. Duh tadi aku kenapa ya. Kok malah horny gak karuan gini sih.”
Hasan : “hehe gak tau mbak. Tapi enak banget mbak hari ini.”
Intan : “hmm… masih bisa berdiri gak burungmu san? Hehe”
Hasan : “wah masih mau lagi mbak?”
Intan : “nggak ah, makan dulu, mbak laper. Tunggu bentar san.”

Dengan telanjang bulat mbak Intan pun berjalan ke kamar mandi.
Intan : “kamu gak bersih-bersih juga san? Ih jorok. Haha” mbak Intan berbicara dari balik pintu kamar mandi.
Hasan : “iya deh mbak aku bersihin burung ku dulu nih.” aku akhirnya masuk kedalam kamar mandi juga. Mbak Intan nampak cuek dengan masih telanjang bulat sedang sikat gigi di depan wastafel.
Hasan : “udah nih mbak.” aku hanya membilas area penisku saja dengan air.
Intan : “dih gak mandi sekalian san? Jorok nih.” tanya mbak Intan dengan mulut masih berbusa karena odol.
Hasan : “enggak ah mbak. Nanti aja.”
Intan : “ya udah kalau gitu aku mandi dulu ya san.” mbak Intan masuk kedalam sekat area shower dan langsung mengguyur tubuhnya dengan air dari atas. Melihat mbak Intan yang basah terguyur air, membuat penisku tegang lagi. Ku urungkan niatku untuk keluar dari kamar mandi.

Entah kenapa aku mulai terangsang melihat mbak Intan mandi, apalagi sekarang dia sedang menyabuni tubuhnya. Aku langsung saja ikut masuk ke area shower.
Intan : “aduh…” dug… ku dorong mbak Intan sampai membentur tembok.
Intan : “ngapain sih san?” plak… ku tampar pantatnya yang montok itu. Aku yang berada dibelakang mbak Intan mendorong lehernya dengan tanganku.
Intan : “duh kamu ngapain sih…lepasin dong… ACH…” kuangkat 1 kakinya dan langsung saja kumasukkan penisku kedalam vaginanya. Karena masih licin dengan sabun jadi penetrasinya cukup mudah.

Intan : “ACH…ACH…ACH…OHS…ACH…NNGGGHHH..ACH..” suara desahan mbak Intan mulai memenuhi ruangan kamar mandi yang kecil ini. Mbak Intan juga agak membungkuk jadi aku bisa melakukan penetrasi dengan lebih mudah sekarang. Dibawah guyuran air shower, aku kembali bersetubuh dengan mbak Intan. Suara pantat mbak Intan yang beradu dengan pahaku semakin lama semakin kencang seiring dengan speed penetrasiku juga yang semakin cepat.
Intan : “ACH..OCH..ACHH…AACH…OH…AACH…SAN…AACH…” mbak Intan juga seperti mengimbangi gerakan tubuhku.

Hasan : “ah…mbak…mbak…aarghh…” sekitar 5 menit kemudian aku keluar dan kutembakkan lagi didalam.
Intan : “aach…san…” kutahan tubuhnya sampai ejakulasiku selesai.
Intan : “duh…san…kamu nih kok… sudah sana keluar… mbak mau lanjutin mandi dulu… gara-gara kamu nih mandi gak selesai-selesai.”
Hasan : “hehe habisnya mbak nafsuin banget sih. Jadi pengen lagi.”
Intan : “iya sudah, sekarang mbak mau mandi dulu. Nanti kamu pengen lagi gak selesai-selesai ini. Gak makan malam kita. Mbak dah laper ini.”
Hasan : “mandi bareng aja deh mbak biar cepet.”
Intan : “ya udah boleh tapi jangan tiba-tiba nusuk dari belakang kayak tadi. Keburu malam gak ada yang jualan makanan mau makan apa nanti. Jangan pesan makanan di hotel, hemat harus seminggu buat jalan-jalan.”
Hasan : “iya deh iya…”

Akhirnya aku mandi bareng dengan mbak Intan. Setelah itu aku duluan yang keluar kamar mandi, sedangkan mbak Intan mau dandan dulu. Sebelum keluar beli makan malam. Hari liburan ku pun dimulai.
 
The EX 02 - Chapter 27 A
Timeline : 2011 Juni

–POV Hasan–

Besok, hari yang kutunggu-tunggu akhirnya datang juga. Aku meminta mbak Intan untuk menemaniku jalan-jalan seminggu ke Jogja. Malam ini tutup warnet dan besok aku izin. Untuk kerjaanku jaga warnet sementara diambil alih lagi sama mas Tono dan mas Ramdan.
Tono : “san… besok udah cuti kamu ya?”
Hasan : “hehe iya mas. Saya izin seminggu ya mas.”
Tono : “iya san. Ini aku ada duit bonus, hitung-hitung ngasih kamu selamat sudah lulus ya.”
Hasan : “wah makasih banyak lho mas.” mas Tono memberiku amplop dan kubuka ternyata ada duit 1juta didalamnya. Lumayan buat jajan.
Tono : “san san… emang mbak mu mau kamu apain aja itu nanti disana? Haha”
Hasan : “hehe.”
Tono : “dih malah nyengir aja. Inget pesan mas ya. Jangan sampai kebobolan.”

Hasan : “aman lah mas kalau itu, mbak kan masih rajin minum obat. Lagian kalau kebobolan kan tinggal hajar terus mas sampe keguguran.”
Tono : “hahaha… parah kamu san.”
Hasan : “itu kata mbak lho mas.”
Tono : “ah masa? Yang bener.”
Hasan : “hehe iya mas. Kalau kebobolan, bantuin lah. Hehe”
Tono : “haha untung ada mbak mu yg pengertian ya. Bisa bahaya kamu nih kalau diluaran gini.”
Hasan : “hehe mohon maklum aja mas, punya mbak kayak gitu gimana bisa nahan.”
Tono : “ya kamu nya aja yang aneh san. Haha”
Hasan : “haha, tenang aja mas pokoknya.”
Tono : “iya san cuma nitip pesen aja. Soalnya bisa bahaya sama hubungan ku sama mbak mu nanti.”
Hasan : “haha siap mas.”

Tono : “oh ya ada 1 hal lagi, nih.”
Hasan : “apa nih mas?” mas Tono memberiku 2 botol kecil mirip botol insto namun tak ada labelnya.
Tono : “belum tau ini apa san?”
Hasan : “belum mas? Apaan nih?”
Tono : “obat perangsang. Kali aja kamu mau usilin mbak mu pake ini.”
Hasan : “wah, boleh juga nih mas. Kayaknya seru. Haha”
Tono : “dah pake aja nanti.”
Hasan : “siap mas. Saya pamit pulang dulu ya mas.”
Tono : “iya udah sana buruan pulang, besok naik bus jam berapa?”
Hasan : “pagi mas sekitaran jam 6.”
Tono : “ok, btw inget pesan ku tadi ya san. Sama jangan bilang kalau aku sudah ngobrol sama kamu masalah skandalmu sama mbak mu ya. Soalnya Intan cuma kasih tau aja. Nanti dia kaget kalau tau aku sudah ngobrol sama kamu masalah ini.”
Hasan : “haha siap deh mas.”
Tono : “sama 1 hal lagi.”
Hasan : “apa tuh mas?”
Tono : “puas puasin selama masih bisa san. Hahaha”
Hasan : “haha kalau itu gak usah dipesenin juga sudah pasti mas.”

Aku pulang dan saat dirumah baru beberes packing baju. Karena aku jalan-jalan dengan kakak ku sendiri jadi tak ada yang bertanya macam-macam. Hanya saja Fitri sebenarnya ingin ikut. Tapi aku sudah bilang kalau ini dibayarin sama mbak Intan. Meski dia memaksa ikut dan ingin bayar sendiri tapi untung saja aku masih bisa beralasan agar dia tak ikut. Cuma aku masih agak was was kalau tiba-tiba Fitri muncul gitu saja disana. Besok perjalanan cukup lama sekitar 7 sampai 8 jam.

-keesokan paginya-
Pagi-pagi aku bangun jam 4. Sudah pasang alarm sebelumnya. Aku kebelakang mau mandi dulu sebelum nanti berangkat. Bapak sama ibu juga sudah bangun. Mereka menyiapkan sarapan sebelum aku dan mbak Intan berangkat. Bapak juga menyuruh mengajak Kukuh tapi untung saja Kukuh ada acara pramuka jadi tak bisa ikut denganku. Aku pun kembali ke kamar ku untuk kembali cek tas. Sekitar jam 5an mbak Intan mengetuk kamarku.
Intan : “san… sudah siap-siap belum?”
Hasan : “sudah dong mbak.” sambil aku mengeluarkan tas ke ruang tamu.
Hasan : “mbak pakai jilbab gitu gak panas mbak nanti di bus?”
Intan : “yee…emang maunya gimana? Aku pakai kaosan aja gitu?”
Hasan : “hehe iya mbak, gak panas emang?”
Intan : “nanti aja pas disana san. Liat dulu kalau panas ya udah buka jilbab.”
Sekitar setengah 6 pagi aku dan mbak Intan pamit ke bapak ibu. Dengan menaiki motor ku, kami ke terminal bus. Motor kutitipkan disana seminggu. Sebenarnya mas Tono nawarin buat mengantar pakai mobilnya, namun ditolak sama mbak Intan. Aku sih terserah saja, yang penting seminggu ini bisa bebas. Mbak Intan juga sudah beli tiket bus, book hotel di jogja dan sewa motor disana. Jam 6 tepat aku sudah meluncur dari kota ku ke Jogja. Aku dan mbak Intan duduk di kursi tengah sebelah kiri. Mbak Intan kupersilahkan untuk duduk di pojokan. Alasannya sih agar mbak Intan bisa dekat jendela jadi tidak kepanasan karena bus yang kami tumpangi tidak ber AC. Padahal tujuannya biar aku bebas mesumin mbak ku dengan aman.

Berulang kali tanganku jahil meremas payudara kanan mbak Intan dengan tanganku. Berulang kali juga tanganku ditepis olehnya.
Intan : “san…tangannya sudah deh, jangan nakal, nanti kelihatan orang.”
Hasan : “hehe pengen nih mbak.” walau masih tertutup baju dan jilbabnya, tapi aku sudah tak tahan karena nampak menonjol apalagi dari samping.
Intan : “nanti aja lah san…” tangan kanannya langsung kuletakkan ke selangkangan ku.
Intan : “hih, adik mesum, nanti aja lah san.” mbak Intan merasakan penisku yang sudah menegang dari balik celana.

Sekitar jam 11 siang, bus menepi ke rumah makan. Seharusnya sudah tak lama lagi sampai di Jogja. Aku dan mbak Intan juga ikut turun untuk makan siang terlebih dahulu.
Intan : “duh bener nih katamu san. Gerah banget.”
Hasan : “ya udah mbak dicopot aja ganti baju.”
Intan : “iya deh, bentar ya san. Mbak ke toilet dulu.” mbak Intan pun pergi ke kamar mandi setelah selesai makan. Tapi nampaknya es teh yang dipesan mbak Intan belum habis. Muncul keisenganku untuk membuktikan benar tidaknya cairan yang diberikan oleh mas Tono. Namun karena tak diberitahu mas Tono seberapa dosisnya jadi ku kira-kira saja. Ku tuangkan kedalam es teh yang akan diminum mbak Intan. Sekitar seperempat botol.

Sekitar 10 menit kemudian mbak Intan sudah kembali ke meja makan.
Intan : “udah yuk balik ke bus san…” aku melihat mbak Intan makin cantik dengan rambutnya yang digerai dan mengenakan kaos ketat.
Hasan : “iya mbak. Eh ya minum dulu mbak diabisin daripada nanti dijalan haus.” mbak Intan pun langsung meminum es teh yang tadi sudah kucampurkan dengan obat yang diberi mas Tono.
Intan : “yuk balik san ke bus.”
Hasan : “ok mbak.” kami pun kembali ke dalam bus dan tak lama kemudian bus sudah melanjutkan perjalanan lagi.
Tak lama setelah bus berjalan, mbak Intan nampak aneh. Seperti orang kepanasan, mukanya mulai memerah.
Intan : “san… kok masih gerah ya…”
Hasan : “iya mbak, memang panas nih udaranya.”
Intan : “iya gerah san… tapi tadi gak gini…” mbak Intan tanpa melihat situasi, melepas branya walau tanpa membuka kaosnya. Dengan lihai dia melepas kaitan belakang dan talinya ditarik turun lewat sela-sela lengan baju sampai akhirnya bisa ia tarik lepas melalui bawah bajunya lalu dimasukkan ke dalam tasnya. Nampak putingnya mencuat keras dari balik bajunya. Apa jangan-jangan aku kebanyakan tadi dosisnya.

Intan : “duh…mbak juga deg deg an nih san…”
Hasan : “deg deg an gimana mbak? Kok tiba-tiba dibuka mbak?”
Intan : “gak tau nih san… tiba-tiba mbak juga pengen…” sambil berbisik kepadaku, mbak Intan juga mengelus penisku dengan tangannya. Aku melihat sekitar, nampaknya penumpang banyak yang tertidur karena efek suhu panas dan perut kenyang. Karena aku merasa aman, ku lumat bibir mbak Intan. Kami berdua akhirnya berciuman panas didalam bus tanpa memikirkan penumpang lain. Mbak Intan membuka zipper celanaku dan mengurut penisku yang sudah tegang ini. Biar aman ku tutupi dengan jaket yang kukenakan.
Intan : “san… masukin ini san…”
Hasan : “masukin kemana mbak? Hehe”
Intan : “biasanya lah san… ayo san… dah gatel nih… pengen kamu tusukin…”
Hasan : “hehe… masa disini mbak, nanti kelihatan orang lho…”
Intan : “duh…iya nih…gatel san…pengen kamu tusukin…”

Aku tak menyangka efek obat yang diberikan mas Tono seperti ini. Hanya seperempat botol bisa membuat mbak Intan menggelinjang. Aku juga jadi bingung sendiri sekarang, bagaimana kalau mbak Intan nekat.
Intan : “san…mmmhh…kocokin dong…mmhhh…”
Hasan : “aku colokin pake jari aja ya mbak...” mbak Intan pun mengangguk. Dia membuka zipper celana jeans nya dan mengarahkan tanganku kedalam celananya.
Intan : “OUH…san….mmmmpppfff…” walau susah akhirnya 2 jariku mengelus kemaluan mbak Intan yang bersih dari bulu ini. Mbak Intan sendiri menutup mulutnya dengan 1 tangannya agar tak terlalu terdengar suara lenguhannya. Walau suara mesin bus juga cukup terdengar kencang karena bukan bus AC. Kurasakan kemaluannya sudah sangat becek, jadi kucoba memasukkan jari tengahku ke dalam rongga kemaluannya.

Intan : “ouhs…mmmmmhhhh….mmmmmpppff….” kurasakan jariku basah terkena cairan squirting dari mbak Intan yang dia coba untuk tahan. Jadinya cairan hangatnya menyemprot kencang sedikit demi sedikit di tanganku. Dia juga berusaha menahan agar tak terlalu mengejan saat ini. Aku tau pastinya mbak Intan sedang dilanda kenikmatan namun harus tertahan karena tak dapat dilampiaskan. Cukup lama rasanya aku menggosok kemaluannya sampai tanganku pegal karena posisinya cukup sulit. Kami duduk bersebelahan dan tangan kiriku masuk kedalam celananya. Sedangkan tangan kanan mbak Intan juga tetap mengurut penisku.

Payudaranya yang besar dan naik turun karena nafasnya yang tak teratur itu membuatku gemas ingin meremasnya. Apalagi putingnya yang mencuat keras semakin mengundangku untuk memainkannya. Akhirnya kuremas saja dengan tangan kananku.
Intan : “ohs….nggghhh…nggghhhh…” baru saja ku pegang payudaranya, mbak Intan menepuk pundakku dan seperti agak menggigit pundakku. Dia tak bisa menahannya lagi dan banjir sudah menyembur kencang cairan cintanya di tanganku. Sampai basah ke celananya, kursi bus sepertinya juga basa. Dia menahan erangannya dengan membenamkan wajahnya di pundakku. Badannya bergetar hebat saat orgasme, untung saja tersamarkan dengan getaran mesin bus. Lenganku juga dipeluk erat mbak Intan. Setiap kali kuremas payudaranya dia mengerang dan orgasme. Nampaknya obat yang diberikan mas Tono membuat tubuh mbak Intan berkali-kali lebih sensitif.

Sekitar 30 menitan aku dipeluk erat sambil dia tetap mengerang sebelum akhirnya dia kelelahan dan bersandar di pundakku. Ku tarik tangan ku yang sedari tadi terjepit di selangkangannya. Nampak tanganku penuh dengan cairannya sampai lengket-lengket rasanya. Mbak Intan juga ngos-ngosan seperti kehabisan tenaga. Keringatnya juga mengucur deras. Aku juga kembali menutup celanaku. Meski penisku masih tegang belum sempat ejakulasi. Kubiarkan mbak Intan tertidur karena kelelahan.

Tak lama kemudian sekitar 1 jam kami sudah memasuki area Jogja, aku pun membangunkan mbak Intan untuk bersiap-siap turun. Celananya yang basah bisa tersamarkan dengan jaket yang dililitkan ke pinggangnya. Sampai akhirnya kami turun dari bus. Kami berjalan untuk ganti Taksi. Mbak intan nampak masih dalam pengaruh obat tadi. Dia tak banyak bicara sejak turun dari bus, mungkin untuk menahan gejolak nafsunya saat ini. Mbak Intan nampak tak peduli dengan penampilannya yang agak berantakan ditambah lagi putingnya yang masih mencuat tercetak jelas di bajunya karena tak ada yang menutupi, jaketnya digunakan untuk menutupi area selangkangannya yang basah. Di dalam taksi mbak Intan hanya diam saja kepadaku dan bicara seperlunya ke supir taksi. Untungnya tak lama kemudian kami sudah sampai di hotel dan cek in.

Saat sampai di kamar, mbak Intan segera menaruh tas nya dan menutup pintu, lalu dia melucuti semua pakaiannya di depanku.
Intan : “san…puasin mbak sekarang…” mbak Intan mendorongku ke arah kasur sampai aku terjungkal di atas kasur. Lalu mbak Intan menaiki ku dan melepas pakaianku. Kamipun berciuman panas kembali di atas kasur. Sepertinya memang mbak Intan berusaha menahan sedari tadi dan akhirnya dilampiaskan semua saat kami sudah dihotel.
Intan : “oh…san…garukin mbak san…pakai penismu ini… rahim mbak gatal san…ohs…” mbak Intan berada diatas tubuhku dan menarik penisku ke arah kemaluannya. Bless… masuk sudah penisku yang memang sudah tegang dari tadi di bus.
Intan : “ohs…san..ohs..ohs..san..enak san..ohs..yes..ohs..terus san..oohs..” mbak Intan mulai naik turun tak beraturan di atas tubuhku. Seperti orang kesurupan, mbak Intan menggoyang penisku yang tegak berdiri ini. Aku juga merasakan vaginanya hangat dan dinding-dindingnya memijat lebih kuat dari biasanya.

Intan : “oohs..san..ohs..ohs..ohs..oh..san..kamu jangan keluar dulu..ohs..sampai mbak puas..ohs..ohss..” kucoba menahan agar aku tak segera ejakulasi walau susah. Mbak Intan berulang kali mengejan namun tak berhenti seperti biasanya. Dia seperti memacu kuda, dan aku yang jadi kudanya sekarang. Kurasakan cairan mengalir membasahi pahaku yang membuat penetrasiku semakin licin. Mbak Intan sekarang seperti sudah kehilangan akal sehatnya. Nampaknya obat yang kuberikan terlalu banyak.

Kucoba sekuat tenaga menahan, bahkan aku sampai harus membayangkan hal lain dulu agar tak ejakulasi. Namun sepertinya aku tak kuat lagi. Aku hanya bisa bertahan sekitar 20 menit saja.
Hasan : “ah..mbak..aku..sudah gak kuat…arghh…”
Intan : “ohs..san..tahan..ah…ahh…tahan…ahs…san…ahs..oohs..san..kok keluar…oohs..” ku semprotkan spermaku didalam. Saat aku ejakulasi, mbak Intan masih terus saja menggoyang penisku. Rasanya sungguh nikmat persetubuhanku kali ini. Spermaku seperti dihisap habis oleh rahimnya. Sampai akhirnya penisku perlahan mengecil dan tercabut dari dalam vagina mbak Intan yang sedari tadi terus menggoyangku dari atas.
Intan : “duh…kok sudah ngecil sih san…mbak gimana nih sekarang? Duh…”

Mbak Intan nampak belum terpuaskan olehku dan sekarang malah marah-marah denganku karena penisku sudah tak tegang lagi. Dia pun beringsut ke bawahku dan menghisap penisku. Berharap mungkin penisku bisa tegang lagi. Mbak intan memang benar-benar sudah lupa diri sekarang. Karena dirangsang terus oleh mbak Intan, akhirnya penisku berdiri lagi. Mbak Intan kembali memasukkannya ke dalam kemaluannya dan kembali menggoyangku dalam posisi woman on top.
Intan : “ohs..ohs..terus san…ohs..ohs..jangan kamu berani… keluar dulu san…ohs..ohs..”
Hasan : “gak bisa mbak..susah…ohs…”
Intan : “ohs..awas kamu…ahs…ohs…kalau keluar lagi…oohs..ohs…”

Hasan : “mbak…ganti…posisi…”
Intan : “nggak…san..ahs…ahhs..sudah enak…ahs..”
Ku gulingkan saja kesamping dan sekarang posisiku diatasnya. Tapi pinggul mbak Intan tak berhenti bergerak. Dia seperti menyambut hujaman penisku ke dalam vaginanya.
Intan : “aahs..terus san..ahs..enak san..ah..ah..ahhs..ohs..” penisku serasa menggaruk lubang rahimnya sekarang setiap kali kuhujamkan ke dalam kemaluannya. Mbak Intan juga mengejan hebat sampai-sampai urat di lehernya terlihat semua.

Intan : “ahs..yes..terus…san…ahs..ahs..ahs..” tubuhnya tampak memerah tak seperti biasanya. Memang kuat rasanya obat yang diberikan mas Tono. Urat-urat di payudaranya pun nampak lebih jelas dari biasanya. Kuremas-remas dengan keras kedua payudaranya. Sampai akhirnya mbak Intan menganga lebar sambil mendongak dan meremas kasur. Tubuhnya pun sedikit terangkat karena orgasme yang diperolehnya kali ini terlalu nikmat.

Hasan : “ahs..mbak..aku keluar…ohs….” tanganku beralih ke pinggangnya dan kutancapkan dalam-dalam penisku dan kusemburkan lagi spermaku didalam. Bermili-mili kusemburkan sampai akhirnya aku tak sanggup lagi dan ambruk diatas tubuhnya. Mbak Intan pun juga sama, akhirnya dia sudah tak ada tenaga lagi. Kubiarkan penisku masih terbenam didalam kemaluannya dan akhirnya kami tertidur puas.

Aku baru terbangun sekitar jam 8 malam karena lapar. Sedangkan mbak Intan masih terlelap dalam tidurnya. Tapi ketika aku turun dari atas kasur, mbak Intan ikut terbangun karena goncangan di kasur.
Intan : “kemana san?”
Hasan : “gak kemana mana kok mbak. Tapi aku lapar nih.”
Intan : “oh ya udah yuk mbak juga nih kayaknya lapar. Duh tadi aku kenapa ya. Kok malah horny gak karuan gini sih.”
Hasan : “hehe gak tau mbak. Tapi enak banget mbak hari ini.”
Intan : “hmm… masih bisa berdiri gak burungmu san? Hehe”
Hasan : “wah masih mau lagi mbak?”
Intan : “nggak ah, makan dulu, mbak laper. Tunggu bentar san.”

Dengan telanjang bulat mbak Intan pun berjalan ke kamar mandi.
Intan : “kamu gak bersih-bersih juga san? Ih jorok. Haha” mbak Intan berbicara dari balik pintu kamar mandi.
Hasan : “iya deh mbak aku bersihin burung ku dulu nih.” aku akhirnya masuk kedalam kamar mandi juga. Mbak Intan nampak cuek dengan masih telanjang bulat sedang sikat gigi di depan wastafel.
Hasan : “udah nih mbak.” aku hanya membilas area penisku saja dengan air.
Intan : “dih gak mandi sekalian san? Jorok nih.” tanya mbak Intan dengan mulut masih berbusa karena odol.
Hasan : “enggak ah mbak. Nanti aja.”
Intan : “ya udah kalau gitu aku mandi dulu ya san.” mbak Intan masuk kedalam sekat area shower dan langsung mengguyur tubuhnya dengan air dari atas. Melihat mbak Intan yang basah terguyur air, membuat penisku tegang lagi. Ku urungkan niatku untuk keluar dari kamar mandi.

Entah kenapa aku mulai terangsang melihat mbak Intan mandi, apalagi sekarang dia sedang menyabuni tubuhnya. Aku langsung saja ikut masuk ke area shower.
Intan : “aduh…” dug… ku dorong mbak Intan sampai membentur tembok.
Intan : “ngapain sih san?” plak… ku tampar pantatnya yang montok itu. Aku yang berada dibelakang mbak Intan mendorong lehernya dengan tanganku.
Intan : “duh kamu ngapain sih…lepasin dong… ACH…” kuangkat 1 kakinya dan langsung saja kumasukkan penisku kedalam vaginanya. Karena masih licin dengan sabun jadi penetrasinya cukup mudah.

Intan : “ACH…ACH…ACH…OHS…ACH…NNGGGHHH..ACH..” suara desahan mbak Intan mulai memenuhi ruangan kamar mandi yang kecil ini. Mbak Intan juga agak membungkuk jadi aku bisa melakukan penetrasi dengan lebih mudah sekarang. Dibawah guyuran air shower, aku kembali bersetubuh dengan mbak Intan. Suara pantat mbak Intan yang beradu dengan pahaku semakin lama semakin kencang seiring dengan speed penetrasiku juga yang semakin cepat.
Intan : “ACH..OCH..ACHH…AACH…OH…AACH…SAN…AACH…” mbak Intan juga seperti mengimbangi gerakan tubuhku.

Hasan : “ah…mbak…mbak…aarghh…” sekitar 5 menit kemudian aku keluar dan kutembakkan lagi didalam.
Intan : “aach…san…” kutahan tubuhnya sampai ejakulasiku selesai.
Intan : “duh…san…kamu nih kok… sudah sana keluar… mbak mau lanjutin mandi dulu… gara-gara kamu nih mandi gak selesai-selesai.”
Hasan : “hehe habisnya mbak nafsuin banget sih. Jadi pengen lagi.”
Intan : “iya sudah, sekarang mbak mau mandi dulu. Nanti kamu pengen lagi gak selesai-selesai ini. Gak makan malam kita. Mbak dah laper ini.”
Hasan : “mandi bareng aja deh mbak biar cepet.”
Intan : “ya udah boleh tapi jangan tiba-tiba nusuk dari belakang kayak tadi. Keburu malam gak ada yang jualan makanan mau makan apa nanti. Jangan pesan makanan di hotel, hemat harus seminggu buat jalan-jalan.”
Hasan : “iya deh iya…”

Akhirnya aku mandi bareng dengan mbak Intan. Setelah itu aku duluan yang keluar kamar mandi, sedangkan mbak Intan mau dandan dulu. Sebelum keluar beli makan malam. Hari liburan ku pun dimulai.
Suwun updatesnya... apik
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd