Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 27 C
Timeline : 2011 Juni
Hari ke 3 di Jogja

–POV Hasan–

Hari ini hari ke 3 aku berada di Jogja. Sudah 2 malam berturut-turut berarti aku meniduri kakak ku. Sampai tiap pagi dia kesusahan untuk berjalan. Malam pertama saja yang dia sampai pingsan karena memang sorenya sudah ku gempur habis ditambah efek obat perangsang. Kalau kemarin memang aku tidak memasukkan obat perangsang karena tak ada kesempatan untuk itu. Jadinya semalam dia masih bisa sadar walau sudah kugenjot berulang kali sampai jam 4 pagi.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi dan mbak Intan masih terlelap dalam tidurnya. Aku bangun lebih dulu kali ini.
Hasan : “mbak…mbak…” kucoba membangunkannya.
Intan : “udah pagi ya san?”
Hasan : “hehe iya mbak…”
Intan : “kamu mau jalan-jalan kemana hari ini san?” sambil bersandar di atas kasur.
Hasan : “gak tau mbak, kemarin sudah ke malioboro.”

Intan : “mau keliling ke borobudur atau prambanan gitu hari ini?”
Hasan : “itu terakhir aja mbak. Hehe”
Intan : “terus hari ini mau ngapain?”
Hasan : “di hotel aja yuk mbak. Hehe ada kolam renang tuh. Sekalian kalau mbak mau pijat juga barangkali buat hari ini?”
Intan : “pijatnya nanti-nanti aja deh san. Toh kamu juga bakalan bikin mbak pegel-pegel tiap hari selama disini kan?”
Hasan : “hehehe iya sih…”
Intan : “huh… dasar…”

Hasan : “ya udah yuk mbak gimana kalau wisata kuliner dulu hari ini.”
Intan : “ide bagus tuh. Dah sana mandi dulu san.”
Hasan : “gak mau barengan aja mbak?”
Intan : “nggak, kamu duluan aja. Nanti daripada berbuat lagi dikamar mandi. Masih nyeri nih kamu hajar semalam.”
Hasan : “auch… hehe” mbak Intan meremas penisku yang tegang pagi ini. Morning wood seperti biasanya.
Intan : “kok masih bisa tegang sih?”
Hasan : “ya gak tau mbak, sudah naluri. Hehe”
Intan : “dah sana mandi, mbak masih susah bangun ini.”

Aku bangkit dari kasur dan berjalan ke sisi sebelah mbak Intan.
Intan : “heeeh san… mau ngapain?”
Hasan : “hehehe mandi bareng aja yuk mbak.”
Intan : “halah…akal-akalanmu aja ini san san… dah turunin mbak san.” aku tak menghiraukan permintaan mbak Intan dan menggendongnya masuk kekamar mandi. Sampai di dalam kamar mandi, aku baru menurunkannya.
Intan : “mandi kok mintanya berdua.”
Hasan : “mumpung bisa mbak kalau disini, kalau dirumah kan gak bisa. Hehe”
Intan : “hmm ya udah…”

Akhirnya aku mandi berdua dengan mbak Intan. Aku memang sengaja mengajaknya mandi bersama karena memang ingin melanjutkan lagi persetubuhan hari ini. Disamping itu, aku sebenarnya penasaran apakah obat pencegah kehamilan yang di konsumsi mbak Intan lebih kuat daripada spermaku yang setiap saat kusemprotkan ke dalam rahimnya. Ya, memang aku ingin membuat kakak ku ini hamil dari benihku. Jadi selama masih ada kesempatan akan aku gunakan sebaik mungkin.

Intan : “san…mandi doang lho ya… jangan nakal.”
Hasan : “hehe iya deh mbak…”
Intan : “iya iya tapi itu burungmu masih tegak gitu…”
Hasan : “ya gimana gak tegak kalau lihat mbak yang cantik dan seksi ini telanjang. Hehe” dalam hatiku ingin segera kugenjot lagi sekarang disini. Apalagi mbak Intan sedang menyabuni payudaranya.
Hasan : “sini mbak, aku gosokin punggungnya.”
Intan : “gak usah san… kamu sabunan sendiri sana…heeehhh…kok nakal malah maksa.”
Hasan : “hehe gpp kan mandi bareng mbak.” aku segera menggosok tubuhnya. Awalnya kugosok punggungnya, namun lama kelamaan tanganku berpindah ke area payudaranya.

Intan : “hmmm…kan kan…mulai kan…”
Hasan : “hehehe… cuma nyabunin doang kok mbak.”
Intan : “nyabunin apa mainan tetek? Ini sih kamu malah ngeremes-remes tetek mbak san…”
Hasan : “hehehe…” aku tetap melancarkan aksiku meremas-remas payudara mbak Intan dari belakang sambil memeluknya. Penisku juga kugesek-gesekkan ke belahan pantatnya.
Intan : “san…udah deh…mandinya gak selesai-selesai ini…” mbak Intan mulai berontak dan berusaha melepaskan tanganku yang masih meremas-remas payudaranya.

Hasan : “mbak mbak…kalau masukin di lubang pantat enak gak sih mbak?” tiba-tiba saja aku kepikiran untuk meng-anal mbak Intan karena selama ini belum pernah kulakukan.
Intan : “hah! Jangan aneh-aneh deh san. Sakit tau!”
Hasan : “loh mbak pernah emang?”
Intan : “eee…belum san…”
Hasan : “kok tau sakit mbak kalau belum? Hehe”
Intan : “ya…karena belum pernah itu mangkanya sakit san…jangan aneh-aneh deh.”
Hasan : “haha masa sih mbak belum pernah? Jadi pengen coba nih mbak…boleh ya…”
Intan : “nggak san… lewat depan aja ya san… kamu hajar mbak sampe mbak gak bisa jalan juga gak apa… asal jangan lewat belakang ya…”

Hasan : “hehe iya deh mbak… ya udah mbak nungging dong biar sampai burungku…”
Intan : “duh…dasar adik mesum.. Ya udah…” mbak Intan berpegangan ke dinding dan sedikit jongkok sambil melebarkan kakiku.
Hasan : “jadi burungku masuk lewat mana nih mbak? Hehe” aku masih menggesek-gesekkan penisku di belahan pantatnya.
Intan : “lewat depan aja ya san… jangan dibelakang…” mbak Intan untuk membuka labia mayoranya dengan jari-jarinya dan tampaklah lubang kemaluannya yang masih sedikit menganga karena kuhajar semalaman.

Hasan : “aku masukin ya mbak… hehe” kutempelkan ujung penisku di vaginanya dan ku masukkan perlahan.
Intan : “ahs…san…masukin aja...” memang sengaja kupermainkan dulu hanya ku masukkan ujung kepala penisku saja dan ku cabut lagi berulang kali. Mbak Intan malah yang makin tak sabar. Dia seperti menggoyangkan pinggulnya ke belakang agar penisku masuk lebih dalam. Kupegang pinggulnya dan kutekan keras penisku masuk kedalam rongga kemaluannya. Slep… masuk begitu saja sampai membentur dinding rahimnya karena mentok.
Intan : “aach…san…aaachh…ach…ach…enak san…oohs…ohs…ach…”

Mbak Intan yang tadinya menolak tak ingin have sex lagi, sekarang malah seperti menginginkan persetubuhan ini terjadi. Gerakan pinggulnya mengimbangi tiap tusukanku.
Intan : “ach..san..aachs…ooh..oh..ohs..aah..ah..ah…san…ahs..terus..ahs..”
Hasan : “ohs..mbak..ohs..enak mbak..ohs..”
Intan : “ahs..iya..aah..ahs..san..terus..yang cepat..ahs..ahhs..” dibawah pancuran air kugenjot terus dari belakang sambil kuremas-remas payudaranya yang besar itu.
Intan : “achs…aachs..san…aach…terus san…aach…nngghhh…aahh…” mbak Intan seperti terkencing-kencing orgasme kali ini.

Kubiarkan dia bertumpu di tembok sambil menikmati orgasmenya tanpa kucabut penisku yang masih menancap didalam vaginanya. Kupegang pinggulnya agar dia tak terjatuh, tapi malah membuat belahan pantatnya terekspose didepanku. Ada hal yang menarik perhatianku. Selain vaginanya yang berkedut-kedut kurasakan, lubang pantatnya juga berkedut seperti mengundangku untuk menusuknya.
Hasan : “mbak…ku lanjutin ya… hehe”
Intan : “ah…iya san…nggghhh…ahs..ah..oh..ah…ngghhh…ah…” kembali kuhujamkan penisku dengan cepat dan mbak Intan masih diposisi lebih jongkok berpegangan ke kran air.

Intan : “achs..aach..oohs…ngghh…san..aah..terus..aah..ahs..ohs..”
Plak..plak…plak… entah kenapa aku iseng ingin menampar-nampar pantatnya dan mbak Intan malah semakin keras mendesahnya.
Intan : “ACH…SAN…ACH…OOHS…NGGGHH..ACH…” meski tanganku sudah tak memegangi pinggulnya lagi, mbak Intan menyambut tiap tusukan penisku dengan bergerak maju mundur.
Hasan : “ough..mbak…ohs…” tangan kananku menggapai sabun di dispenser sabun didekatku. Aku melumuri jari-jariku dengan sabun. Mbak Intan yang masih belum sadar aku akan melakukan apa, masih terus menggoyangkan pinggulnya sambil terus mendesah-desah. Walau jari-jari ku mulai menyusuri belahan pantatnya dan menggosok-gosok lubang pantatnya.

Tangan kiriku memegang pinggulnya dan mulai kulancarkan rencanaku tadi.
Intan : “ACH…SAN…NGAPAIN!!! AACH…SAN!!!” kutusukkan perlahan jari tengahku kedalam lubang pantatnya. Mbak Intan berhenti menggoyangkan pinggulnya dan berusaha melepaskan diri, namun sia-sia saja karena memegang erat pinggulnya.
Hasan : “hehe…ayo dong mbak, goyang lagi…nanti juga enak…” aku juga mulai bergerak maju mundur menusukkan penisku didalam vaginanya sambil tetap menancapkan jari tengahku didalam lubang pantatnya.
Intan : “ACHH SAN!!! LEPAS!!! SAN!!! ACH…”
Hasan : “udahlah mbak…hehe nikmatin aja… ntar juga enak… tadi aja aku masukin 1 jari gak kerasa kan…”
Intan : “ACH… GAK MAU…AACH…SAN…LEPAS!!!”
Hasan : “kalau sakit aku lepas deh mbak… sekarang gak sakit kan?”
Intan : “SAKIT SAN!!!”
Hasan : “ah bohong…hehe tadi aku masukin ujung jari masih gak kerasa aja kan…baru setelah mentok kerasanya…”
Intan : “LEPAS SAN!!! MBAK GAK MAU!!!”
Hasan : “beneran mbak? Udahan nih mainnya?”

Mbak Intan pun terdiam…
Hasan : “udahan nih mbak mainnya?”
Intan : “duh…mbak masih birahi gini kamu suruh gini…”
Hasan : “lah iya…udahan nih mbak mainnya?”
Mbak Intan kembali terdiam sesaat…
Hasan : “nanti kalau mbak kesakitan banget aku cabut deh mbak…” kembali aku meyakinkan mbak Intan.
Hasan : “ini aku pake sabun kok biar licin jadi mbak Intan gak kesakitan…”
Intan : “beneran ya? Kalau aku kesakitan kamu cabut?”
Hasan : “iya mbak…”
Intan : “huff… ya udah…” dan akupun kembali menggenjot mbak Intan.

Semakin lama mbak Intan nampak sudah menikmati lagi, dia pun mulai mendesah-desah kembali. Penisku yang tetap mengobrak-abrik kemaluannya ditambah 1 jari tengahku yang sedang mengobel lubang duburnya.
Intan : “ach..san…ach…ach…ach..sssshh…ahh…ohs..”
Hasan : “hehehe…enak ya mbak…”
Intan : “ach…iya san…ach…ach…ach…ach…”
Kucabut jariku dan kulumuri lagi dengan sabun, lalu kutusukkan lagi ke dalam pantatnya. Kali ini jari tengahku rasanya lebih mudah masuk. Jadi kucoba lagi untuk memasukkan jari manisku sekarang. Perlahan 2 jariku masuk kedalam sudah. Nampak tak ada penolakan dari mbak Intan.

Sampai akhirnya 2 jariku lancar keluar masuk. Mungkin karena aku memakai pelumas sabun jadi mbak Intan tak kesakitan. Rasanya juga lubang pantatnya sangat menjepit jari-jariku. Namun aku masih penasaran apakah 3 jariku bisa masuk.
Intan : “ach..san…san…jangan…aach…ach…” mbak Intan yang merasakan ujung jari telunjukku sekarang mulai masuk kedalam lubang pantatnya memintaku untuk berhenti.
Intan : “ach...ach…san…ach…sakit…ach…ach…” tapi tak ku hiraukan dan tetap menusuk masuk 3 jariku kedalam lubang pantatnya. Sampai akhirnya mbak Intan berhenti menggoyang penisku dan tak bergerak.
Intan : “san…sakit san…cabut…”
Hasan : “hehe…tahan bentar juga gak sakit lagi mbak… nanti enak kok…hehe”
Mbak Intan pun terdiam…
Aku mulai menggerakkan jariku keluar masuk di pantatnya. Terlihat sedikit darah di jariku. Nampaknya mbak Intan tak pernah berhubungan lewat anal.

Hasan : “mbak… aku masukin dibelakang ya…”
Mbak Intan tetap diam tak menjawab…
Kucabut penisku yang sedari tadi masih menancap didalam vaginanya dan jariku juga. Terlihat darah di jariku. Kubasuh dengan air shower yang masih mengalir diatas tubuh mbak Intan. Kuposisikan penisku di depan lubang pantatnya.
Intan : “san…jangan san…”
Hasan : “aku lumasin pakai sabun kok mbak. Hehe”
Intan : “san…jangan ya…lewat depan aja ya…” tapi masih tetap kudorong penisku walau belum masuk.
Intan : “san…lewat depan aja san…kamu hamilin mbak gak apa… asal jangan lewat belakang… jangan ya san…” Mbak Intan masih mencoba mencegahku, namun lubang pantatnya seperti membuka menerima kepala penisku.

Intan : “san…please..jangan…san…”
Hasan : “hehehe tapi kepalanya sudah masuk nih mbak… nanggung… enak nih mbak…jepit banget…”
Intan : “san…please…udah deh san…cabut ya… AAARGHH…” kupegang pinggulnya dan kutarik sambil kudorong masuk semua penisku kedalam pantatnya yang membuat mbak Intan terhentak.
Intan : “AAARGHH…SAN…AARRGHH...SAKITT…SAN….” mbak Intan pun teriak kesakitan namun tak kupedulikan. Ku tuangkan sabun cair lagi dibelahan pantatnya yang mengalir kearah penisku yang sedang menusuk-nusuk lubang pantatnya. Membuat semakin lama semakin licin dan aku bisa keluar masuk dengan leluasa. Tak kesusahan seperti diawal. Sepertinya ujung kepala penisku membentur sesuatu didalam tapi terus kugenjot dengan sekuat tenaga. Mbak Intan nampak memegang erat gagang keran air.

Intan : “AARRHHH..SAN…AARRHH…AARRHH…AARHHH…” tak sampai 5 menit kemudian mbak Intan mengejan. Nampaknya dia meraih orgasmenya lagi. Kakinya pun bergetar hebat. Mbak Intan sepertinya akan tak kuat lagi tapi tetap kupegang erat pinggulnya agar tak terjatuh. Setelah mbak Intan kembali sedikit tenang langsung ku genjot kencang lagi.
Intan : “AARRGHH…ARRGHH…ARRGHHH…AARGHH…” mbak Intan kembali merintih seirama dengan tusukan penisku didalam lubang pantatnya. Tak lama kemudian mbak intan kembali orgasme. Nampaknya mbak Intan mulai menikmati anal sex ini.

Sudah sekitar 15 menit aku meng-anal mbak Intan dan sudah berulang kali dia orgasme. Perlahan erangan rintihannya berubah menjadi desahan.
Intan : “AACH…AACHH..ACH…AACH…”
Hasan : “ohs…mbak…enak…” penetrasiku juga semakin kencang.
Intan : “ACH…ENAK SAN…ACH…AACHH…”
Hasan : “ohs…mbak…aku mau keluar…ARRGHH…” kutekan dalam-dalam dan kukeluarkan semua spermaku didalam pantatnya. cruuut…cruuut…crruuut…
Intan : “AARRGG…SANNN…” spermaku membanjiri organ dalam mbak Intan dan mbak Intan orgasme kembali. Penisku masih kutahan sampai selesai sudah aku ejakulasi.

Mbak Intan memegang erat tanganku yang masih memegangi pinggulnya.
Intan : “san…lepasin dulu san…mbak gak tahan…” akhirnya kulepas peganganku dan mbak Intan segera berlari ke arah toilet.
Hasan : “hehe kenapa mbak?”
Intan : “huff…kamu ini…san san… perutku jadi sakit ini gara-gara kamu…”
Hasan : “uuf bau mbak…hahaha…”
Intan : “dah terima aja… gara-gara kamu juga…” ternyata mbak Intan tak kuat menahan buang airnya akibat spermaku yang memenuhi pantatnya. Aku pun lanjut mandi dan keluar dari kamar mandi terlebih dulu daripada mbak Intan.

Cukup lama mbak Intan tak kunjung keluar dari kamar mandi. Tiba-tiba munculah keisengan ku lagi. Aku melihat sisa 2 botol air minum ukuran 200ml dimeja. Kuhabiskan 1 botol dan 1 botol lagi kutuangkan obat perangsang yang diberikan mas Tono. karena pasti mbak Intan akan meminumnya pagi ini untuk minum obat seperti biasa. Aku penasaran apa yang akan terjadi nanti saat jalan-jalan. Aku membayangkan mbak Intan tidak tahan dan mengajakku berhubungan ditempat umum. Ah pasti seru rasanya.

Sekitar setengah jam sudah mbak Intan didalam kamar mandi, akhirnya keluar juga.
Intan : “duh…gara-gara kamu nih…perut mbak sakit…” dengan berbalut handuk sambil memegangi perutnya mbak Intan keluar dari kamar mandi.
Hasan : “hehe ya maaf mbak… tapi enak kan?”
Intan : “enggak lah… gak enak tau san…”
Hasan : “tapi kok tadi masih sempet orgasme mbak? Hehehe”
Intan : “hish…kamu ini… dasar adik bejad. Udah dibilangin lewat depan aja kok malah pilih bokong.” kata mbak Intan sambil mencubit lengan ku.
Hasan : “hehe… pengen cobain mbak. Lagian aman kan kalau lewat belakang. Gak takut hamil.”
Intan : “hayo…mau kamu cobain sama Fitri ya?”
Hasan : “hehehe…”
Intan : “jangan lho san… nanti kalau kebablasan repot.”
Hasan : “ya udah sama mbak aja. Hehe”

Intan : “hish… mbak sendiri dieksploitasi…”
Hasan : “ya daripada sama Fitri mbak.hehe”
Intan : “iya iya… terserah kamu deh… asal jangan sering-sering ya. Mbak jadi mules nanti.”
Hasan : “hehe iya mbak. Jadi wisata kuliner kan kita hari ini?”
Intan : “di hotel dulu aja deh san. Mbak gak enak nih masih perutnya. Gara-gara kamu…”
Hasan : “hmm…masa aku sendirian mbak?”
Intan : “ya kalau mau gak apa. Tapi beliin mbak sarapan dulu sana.”
Hasan : “iya deh aku beliin sarapan, mau apa? Gudeg?”
Intan : “bebas, pecel juga gak apa. Ambilin obat mbak dulu san.” mbak Intan yang masih berbalut Handuk, duduk diatas kasur disebelahku. Aku pun mengambilkan obatnya yang ada di meja. Tak lupa air yang kuberikan juga sudah kusiapkan sebelumnya. Masa bodoh ah pikirku karena tak ada air lain lagi, meski tidak jadi jalan-jalan. Yang penting habis ini aku kembali menggenjot mbak Intan.

Hasan : “nitip apa lagi mbak? Sekalian aku keluar beli makan nih.”
Intan : “beli air galon aja kali ya san. Dispenser luar juga suka habis itu kalau malam.”
Hasan : “ok mbak… duitnya? Hehe”
Intan : “iya iya…nih…dah sana cepetan beli.”
Hasan : “ok mbak…”
Aku beranjak keluar beli sarapan dan beberapa botol air kemasan yang ukuran besar karena rasanya tak enak juga kalau beli galon ke hotel. Apalagi aku cuma bawa motor jadi susah.

Kurang lebih 1 jam aku baru kembali ke kamar hotel. Karena memang aku makan dulu tadi di warteg sebelum membawakan mbak Intan nasi bungkus. Karena kupikir paling juga mbak Intan gak sempat makan gara-gara efek obat perangsang tadi. Saat sampai di depan kamar, aku melihat ada tanda gantungan kunci sedang dibersihkan. Mbak Intan kemana ya, pikirku. Masa iya dia jalan-jalan keluar sekarang. Tapi kok rasanya gak mungkin karena tadi minumannya sudah kucampurkan obat perangsang. Mana mungkin mbak Intan sambil horny bisa jalan-jalan di hotel.

Ku coba sms hp nya tapi tak segera dibalas jadi ku telepon saja. Samar-samar kudengar ringtone hp nya di dalam kamar.
Hasan : “hmm…mbak Intan pasti masih didalam kamar nih. Gak mungkin juga dia pergi gak bawa hape sih.” aku juga tadi pergi tak membawa kartu kunci kamar jadi pastinya juga aku tak bisa masuk kekamar karena terkunci dari dalam secara otomatis. Tapi kalau mbak Intan didalam, masa iya gak ngebukain pintu. Terus kenapa ada tanda sedang dibersihkan ya. Akhirnya aku mencoba menguping di lubang pintu tempat mengintip tamu dari dalam.
Intan : “ach…ach…ach…ohs…ach..yes..ohs..ohs…” terdengar suara dari mbak Intan dari dalam.
Intan : “ach..ach..terus mas…ach…ach…” mbak Intan didalam sama siapa ya…
“Ohs..mbak..susumu manteb mbak…”
“Gantian po o…”
“Sek ta ganggu ae…”
Ada suara 2 orang laki-laki di dalam tapi aku tak tahu siapa.
“Ohs..mas..barengan sini…ohs..puasin aku…” terdengar lagi suara mbak Intan.
“Lewat ndi mbak…”
“Sini mas…bokong ku sek nganggur…ohs…yes…arrghh…” jawab mbak Intan.

“Ah gila mbak Intan sedang main sama siapa sekarang? Sebaiknya aku pantau saja dari jauh.” aku memutuskan untuk pergi ke ujung lorong karena disana ada sofa untuk duduk-duduk. Sambil sesekali kulihat kearah kamar. Satu jam berlalu masih belum ada tanda-tanda pintu kamar dibuka. Dua jam berlalu masih sama belum ada tanda seseorang keluar dari dalam kamar. Akhirnya 3 jam berlalu dan pintu kamar pun terbuka. Aku mengintip dari ujung lorong ternyata ada 2 mas mas cleaning service keluar dari kamar. Aku pun segera lari ke arah tangga agar mereka tak curiga. Saat berpapasan, mereka dengan ramah menyapa ku.

Setelah sampai depan kamar, ku ketuk pintunya.
Hasan : “mbak… mbak Intan…” mbak Intan pun membukakan pintu. Dengan penampilan acak-acakan dan nampak ngos-ngosan. Masih nampak keringat yang mengalir di tubuhnya. Dia pun hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuhnya.
Intan : “mbak mau mandi dulu ya san… sebentar.” setelah itu dia segera masuk ke kamar mandi.
Hasan : “tadi kan udah mandi mbak?”
Intan : “hehe iya san. Gerah nih jadi mbak mandi lagi. Kamu darimana aja tadi kok lama?” jawabnya dari dalam kamar mandi. Terdengar suara shower mulai mengucur.
Hasan : “tadi cuma keluar sebentar beli makan sama ini mbak ku bawain nasi bungkus juga. Mbak tuh tadi ku telepon gak diangkat-angkat.”
Intan : “masa iya?”
Hasan : “iya mbak. Cek aja hp nya mbak ada sms ku juga. 3 jam aku nunggu diluar gak mbak buka-bukain. Mbak ngapain aja tadi?”
Namun mbak Intan tak menjawab-jawab.

Setelah 15 menit kemudian mbak Intan keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk.
Hasan : “tadi habis ngapain mbak?”
Intan : “gak ngapa-ngapain kok. Nunggu kamu tadi beli makan lama jadi mbak ketiduran.”
Hasan : “hmm…gak lama ah mbak. Lagian aku telp juga kan mbak gak pernah matiin ringtone kalau jam segini. Tuh mbak makanannya udah aku taruh di meja.”
Intan : “hmm keluar aja yuk san. Jalan-jalan. Cari makannya diluar.”
Hasan : “lah itu gimana nasi bungkusnya? Masa dibuang.”
Intan : “ya udah gak enak sih…maaf ya dek mbak ketiduran tadi.”

Hasan : “ya udah kalau gitu mbak. Tadi katanya gak mau jalan-jalan kok sekarang tiba-tiba mau?”
Intan : “ya pengen aja sih. Lagian kan udah tidur mbak tadi.”
Hasan : “ok deh mbak. Makan diluar aja mumpung bentar lagi juga jam makan siang kan.”
Intan : “iya san. Kamu pengen mbak pakai baju yang mana? Yang ini apa yang ini?” mbak Intan menunjukkan dress batik yang cukup seksi. Yang 1 agak panjang tapi belahannya tinggi dan satu lagi bawahan pendek.


Hasan : “hmm…ini kan yang baru beli kemarin mbak?”
Intan : “hehe iya. Mau mbak pakai yang mana?”
Hasan : “gak usah pakai apa-apa aja mbak. Hehehe”
Intan : “huu… dasar. Ya udah mbak pakai yang ini aja kalau gitu.” mbak Intan memilih yang belahan bawahannya tinggi. Sekitar 10 menit kemudian mbak Intan baru siap.
Intan : “yuk san…” sambil menggandeng tanganku keluar.
Kenapa tiba-tiba mbak Intan ingin keluar padahal sebelumnya tak mau. Apa yang sedang ia tutupi. Padahal aku sudah tau tadi mbak Intan berbohong. Tapi masa iya mbak Intan gak bisa kontrol sampai “bermain” dengan 2 cleaning service tadi. Ah aku kenapa bisa melupakan kebinalan kakak ku sendiri. Aku seperti lupa dengan semua rekaman yang kusimpan dari facebooknya. Nampaknya akan seru bila aku bisa “mengeksplor” kenakalan kakak ku yang cantik ini…
 
The EX 02 - Chapter 27 C
Timeline : 2011 Juni
Hari ke 3 di Jogja

–POV Hasan–

Hari ini hari ke 3 aku berada di Jogja. Sudah 2 malam berturut-turut berarti aku meniduri kakak ku. Sampai tiap pagi dia kesusahan untuk berjalan. Malam pertama saja yang dia sampai pingsan karena memang sorenya sudah ku gempur habis ditambah efek obat perangsang. Kalau kemarin memang aku tidak memasukkan obat perangsang karena tak ada kesempatan untuk itu. Jadinya semalam dia masih bisa sadar walau sudah kugenjot berulang kali sampai jam 4 pagi.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi dan mbak Intan masih terlelap dalam tidurnya. Aku bangun lebih dulu kali ini.
Hasan : “mbak…mbak…” kucoba membangunkannya.
Intan : “udah pagi ya san?”
Hasan : “hehe iya mbak…”
Intan : “kamu mau jalan-jalan kemana hari ini san?” sambil bersandar di atas kasur.
Hasan : “gak tau mbak, kemarin sudah ke malioboro.”

Intan : “mau keliling ke borobudur atau prambanan gitu hari ini?”
Hasan : “itu terakhir aja mbak. Hehe”
Intan : “terus hari ini mau ngapain?”
Hasan : “di hotel aja yuk mbak. Hehe ada kolam renang tuh. Sekalian kalau mbak mau pijat juga barangkali buat hari ini?”
Intan : “pijatnya nanti-nanti aja deh san. Toh kamu juga bakalan bikin mbak pegel-pegel tiap hari selama disini kan?”
Hasan : “hehehe iya sih…”
Intan : “huh… dasar…”

Hasan : “ya udah yuk mbak gimana kalau wisata kuliner dulu hari ini.”
Intan : “ide bagus tuh. Dah sana mandi dulu san.”
Hasan : “gak mau barengan aja mbak?”
Intan : “nggak, kamu duluan aja. Nanti daripada berbuat lagi dikamar mandi. Masih nyeri nih kamu hajar semalam.”
Hasan : “auch… hehe” mbak Intan meremas penisku yang tegang pagi ini. Morning wood seperti biasanya.
Intan : “kok masih bisa tegang sih?”
Hasan : “ya gak tau mbak, sudah naluri. Hehe”
Intan : “dah sana mandi, mbak masih susah bangun ini.”

Aku bangkit dari kasur dan berjalan ke sisi sebelah mbak Intan.
Intan : “heeeh san… mau ngapain?”
Hasan : “hehehe mandi bareng aja yuk mbak.”
Intan : “halah…akal-akalanmu aja ini san san… dah turunin mbak san.” aku tak menghiraukan permintaan mbak Intan dan menggendongnya masuk kekamar mandi. Sampai di dalam kamar mandi, aku baru menurunkannya.
Intan : “mandi kok mintanya berdua.”
Hasan : “mumpung bisa mbak kalau disini, kalau dirumah kan gak bisa. Hehe”
Intan : “hmm ya udah…”

Akhirnya aku mandi berdua dengan mbak Intan. Aku memang sengaja mengajaknya mandi bersama karena memang ingin melanjutkan lagi persetubuhan hari ini. Disamping itu, aku sebenarnya penasaran apakah obat pencegah kehamilan yang di konsumsi mbak Intan lebih kuat daripada spermaku yang setiap saat kusemprotkan ke dalam rahimnya. Ya, memang aku ingin membuat kakak ku ini hamil dari benihku. Jadi selama masih ada kesempatan akan aku gunakan sebaik mungkin.

Intan : “san…mandi doang lho ya… jangan nakal.”
Hasan : “hehe iya deh mbak…”
Intan : “iya iya tapi itu burungmu masih tegak gitu…”
Hasan : “ya gimana gak tegak kalau lihat mbak yang cantik dan seksi ini telanjang. Hehe” dalam hatiku ingin segera kugenjot lagi sekarang disini. Apalagi mbak Intan sedang menyabuni payudaranya.
Hasan : “sini mbak, aku gosokin punggungnya.”
Intan : “gak usah san… kamu sabunan sendiri sana…heeehhh…kok nakal malah maksa.”
Hasan : “hehe gpp kan mandi bareng mbak.” aku segera menggosok tubuhnya. Awalnya kugosok punggungnya, namun lama kelamaan tanganku berpindah ke area payudaranya.

Intan : “hmmm…kan kan…mulai kan…”
Hasan : “hehehe… cuma nyabunin doang kok mbak.”
Intan : “nyabunin apa mainan tetek? Ini sih kamu malah ngeremes-remes tetek mbak san…”
Hasan : “hehehe…” aku tetap melancarkan aksiku meremas-remas payudara mbak Intan dari belakang sambil memeluknya. Penisku juga kugesek-gesekkan ke belahan pantatnya.
Intan : “san…udah deh…mandinya gak selesai-selesai ini…” mbak Intan mulai berontak dan berusaha melepaskan tanganku yang masih meremas-remas payudaranya.

Hasan : “mbak mbak…kalau masukin di lubang pantat enak gak sih mbak?” tiba-tiba saja aku kepikiran untuk meng-anal mbak Intan karena selama ini belum pernah kulakukan.
Intan : “hah! Jangan aneh-aneh deh san. Sakit tau!”
Hasan : “loh mbak pernah emang?”
Intan : “eee…belum san…”
Hasan : “kok tau sakit mbak kalau belum? Hehe”
Intan : “ya…karena belum pernah itu mangkanya sakit san…jangan aneh-aneh deh.”
Hasan : “haha masa sih mbak belum pernah? Jadi pengen coba nih mbak…boleh ya…”
Intan : “nggak san… lewat depan aja ya san… kamu hajar mbak sampe mbak gak bisa jalan juga gak apa… asal jangan lewat belakang ya…”

Hasan : “hehe iya deh mbak… ya udah mbak nungging dong biar sampai burungku…”
Intan : “duh…dasar adik mesum.. Ya udah…” mbak Intan berpegangan ke dinding dan sedikit jongkok sambil melebarkan kakiku.
Hasan : “jadi burungku masuk lewat mana nih mbak? Hehe” aku masih menggesek-gesekkan penisku di belahan pantatnya.
Intan : “lewat depan aja ya san… jangan dibelakang…” mbak Intan untuk membuka labia mayoranya dengan jari-jarinya dan tampaklah lubang kemaluannya yang masih sedikit menganga karena kuhajar semalaman.

Hasan : “aku masukin ya mbak… hehe” kutempelkan ujung penisku di vaginanya dan ku masukkan perlahan.
Intan : “ahs…san…masukin aja...” memang sengaja kupermainkan dulu hanya ku masukkan ujung kepala penisku saja dan ku cabut lagi berulang kali. Mbak Intan malah yang makin tak sabar. Dia seperti menggoyangkan pinggulnya ke belakang agar penisku masuk lebih dalam. Kupegang pinggulnya dan kutekan keras penisku masuk kedalam rongga kemaluannya. Slep… masuk begitu saja sampai membentur dinding rahimnya karena mentok.
Intan : “aach…san…aaachh…ach…ach…enak san…oohs…ohs…ach…”

Mbak Intan yang tadinya menolak tak ingin have sex lagi, sekarang malah seperti menginginkan persetubuhan ini terjadi. Gerakan pinggulnya mengimbangi tiap tusukanku.
Intan : “ach..san..aachs…ooh..oh..ohs..aah..ah..ah…san…ahs..terus..ahs..”
Hasan : “ohs..mbak..ohs..enak mbak..ohs..”
Intan : “ahs..iya..aah..ahs..san..terus..yang cepat..ahs..ahhs..” dibawah pancuran air kugenjot terus dari belakang sambil kuremas-remas payudaranya yang besar itu.
Intan : “achs…aachs..san…aach…terus san…aach…nngghhh…aahh…” mbak Intan seperti terkencing-kencing orgasme kali ini.

Kubiarkan dia bertumpu di tembok sambil menikmati orgasmenya tanpa kucabut penisku yang masih menancap didalam vaginanya. Kupegang pinggulnya agar dia tak terjatuh, tapi malah membuat belahan pantatnya terekspose didepanku. Ada hal yang menarik perhatianku. Selain vaginanya yang berkedut-kedut kurasakan, lubang pantatnya juga berkedut seperti mengundangku untuk menusuknya.
Hasan : “mbak…ku lanjutin ya… hehe”
Intan : “ah…iya san…nggghhh…ahs..ah..oh..ah…ngghhh…ah…” kembali kuhujamkan penisku dengan cepat dan mbak Intan masih diposisi lebih jongkok berpegangan ke kran air.

Intan : “achs..aach..oohs…ngghh…san..aah..terus..aah..ahs..ohs..”
Plak..plak…plak… entah kenapa aku iseng ingin menampar-nampar pantatnya dan mbak Intan malah semakin keras mendesahnya.
Intan : “ACH…SAN…ACH…OOHS…NGGGHH..ACH…” meski tanganku sudah tak memegangi pinggulnya lagi, mbak Intan menyambut tiap tusukan penisku dengan bergerak maju mundur.
Hasan : “ough..mbak…ohs…” tangan kananku menggapai sabun di dispenser sabun didekatku. Aku melumuri jari-jariku dengan sabun. Mbak Intan yang masih belum sadar aku akan melakukan apa, masih terus menggoyangkan pinggulnya sambil terus mendesah-desah. Walau jari-jari ku mulai menyusuri belahan pantatnya dan menggosok-gosok lubang pantatnya.

Tangan kiriku memegang pinggulnya dan mulai kulancarkan rencanaku tadi.
Intan : “ACH…SAN…NGAPAIN!!! AACH…SAN!!!” kutusukkan perlahan jari tengahku kedalam lubang pantatnya. Mbak Intan berhenti menggoyangkan pinggulnya dan berusaha melepaskan diri, namun sia-sia saja karena memegang erat pinggulnya.
Hasan : “hehe…ayo dong mbak, goyang lagi…nanti juga enak…” aku juga mulai bergerak maju mundur menusukkan penisku didalam vaginanya sambil tetap menancapkan jari tengahku didalam lubang pantatnya.
Intan : “ACHH SAN!!! LEPAS!!! SAN!!! ACH…”
Hasan : “udahlah mbak…hehe nikmatin aja… ntar juga enak… tadi aja aku masukin 1 jari gak kerasa kan…”
Intan : “ACH… GAK MAU…AACH…SAN…LEPAS!!!”
Hasan : “kalau sakit aku lepas deh mbak… sekarang gak sakit kan?”
Intan : “SAKIT SAN!!!”
Hasan : “ah bohong…hehe tadi aku masukin ujung jari masih gak kerasa aja kan…baru setelah mentok kerasanya…”
Intan : “LEPAS SAN!!! MBAK GAK MAU!!!”
Hasan : “beneran mbak? Udahan nih mainnya?”

Mbak Intan pun terdiam…
Hasan : “udahan nih mbak mainnya?”
Intan : “duh…mbak masih birahi gini kamu suruh gini…”
Hasan : “lah iya…udahan nih mbak mainnya?”
Mbak Intan kembali terdiam sesaat…
Hasan : “nanti kalau mbak kesakitan banget aku cabut deh mbak…” kembali aku meyakinkan mbak Intan.
Hasan : “ini aku pake sabun kok biar licin jadi mbak Intan gak kesakitan…”
Intan : “beneran ya? Kalau aku kesakitan kamu cabut?”
Hasan : “iya mbak…”
Intan : “huff… ya udah…” dan akupun kembali menggenjot mbak Intan.

Semakin lama mbak Intan nampak sudah menikmati lagi, dia pun mulai mendesah-desah kembali. Penisku yang tetap mengobrak-abrik kemaluannya ditambah 1 jari tengahku yang sedang mengobel lubang duburnya.
Intan : “ach..san…ach…ach…ach..sssshh…ahh…ohs..”
Hasan : “hehehe…enak ya mbak…”
Intan : “ach…iya san…ach…ach…ach…ach…”
Kucabut jariku dan kulumuri lagi dengan sabun, lalu kutusukkan lagi ke dalam pantatnya. Kali ini jari tengahku rasanya lebih mudah masuk. Jadi kucoba lagi untuk memasukkan jari manisku sekarang. Perlahan 2 jariku masuk kedalam sudah. Nampak tak ada penolakan dari mbak Intan.

Sampai akhirnya 2 jariku lancar keluar masuk. Mungkin karena aku memakai pelumas sabun jadi mbak Intan tak kesakitan. Rasanya juga lubang pantatnya sangat menjepit jari-jariku. Namun aku masih penasaran apakah 3 jariku bisa masuk.
Intan : “ach..san…san…jangan…aach…ach…” mbak Intan yang merasakan ujung jari telunjukku sekarang mulai masuk kedalam lubang pantatnya memintaku untuk berhenti.
Intan : “ach...ach…san…ach…sakit…ach…ach…” tapi tak ku hiraukan dan tetap menusuk masuk 3 jariku kedalam lubang pantatnya. Sampai akhirnya mbak Intan berhenti menggoyang penisku dan tak bergerak.
Intan : “san…sakit san…cabut…”
Hasan : “hehe…tahan bentar juga gak sakit lagi mbak… nanti enak kok…hehe”
Mbak Intan pun terdiam…
Aku mulai menggerakkan jariku keluar masuk di pantatnya. Terlihat sedikit darah di jariku. Nampaknya mbak Intan tak pernah berhubungan lewat anal.

Hasan : “mbak… aku masukin dibelakang ya…”
Mbak Intan tetap diam tak menjawab…
Kucabut penisku yang sedari tadi masih menancap didalam vaginanya dan jariku juga. Terlihat darah di jariku. Kubasuh dengan air shower yang masih mengalir diatas tubuh mbak Intan. Kuposisikan penisku di depan lubang pantatnya.
Intan : “san…jangan san…”
Hasan : “aku lumasin pakai sabun kok mbak. Hehe”
Intan : “san…jangan ya…lewat depan aja ya…” tapi masih tetap kudorong penisku walau belum masuk.
Intan : “san…lewat depan aja san…kamu hamilin mbak gak apa… asal jangan lewat belakang… jangan ya san…” Mbak Intan masih mencoba mencegahku, namun lubang pantatnya seperti membuka menerima kepala penisku.

Intan : “san…please..jangan…san…”
Hasan : “hehehe tapi kepalanya sudah masuk nih mbak… nanggung… enak nih mbak…jepit banget…”
Intan : “san…please…udah deh san…cabut ya… AAARGHH…” kupegang pinggulnya dan kutarik sambil kudorong masuk semua penisku kedalam pantatnya yang membuat mbak Intan terhentak.
Intan : “AAARGHH…SAN…AARRGHH...SAKITT…SAN….” mbak Intan pun teriak kesakitan namun tak kupedulikan. Ku tuangkan sabun cair lagi dibelahan pantatnya yang mengalir kearah penisku yang sedang menusuk-nusuk lubang pantatnya. Membuat semakin lama semakin licin dan aku bisa keluar masuk dengan leluasa. Tak kesusahan seperti diawal. Sepertinya ujung kepala penisku membentur sesuatu didalam tapi terus kugenjot dengan sekuat tenaga. Mbak Intan nampak memegang erat gagang keran air.

Intan : “AARRHHH..SAN…AARRHH…AARRHH…AARHHH…” tak sampai 5 menit kemudian mbak Intan mengejan. Nampaknya dia meraih orgasmenya lagi. Kakinya pun bergetar hebat. Mbak Intan sepertinya akan tak kuat lagi tapi tetap kupegang erat pinggulnya agar tak terjatuh. Setelah mbak Intan kembali sedikit tenang langsung ku genjot kencang lagi.
Intan : “AARRGHH…ARRGHH…ARRGHHH…AARGHH…” mbak Intan kembali merintih seirama dengan tusukan penisku didalam lubang pantatnya. Tak lama kemudian mbak intan kembali orgasme. Nampaknya mbak Intan mulai menikmati anal sex ini.

Sudah sekitar 15 menit aku meng-anal mbak Intan dan sudah berulang kali dia orgasme. Perlahan erangan rintihannya berubah menjadi desahan.
Intan : “AACH…AACHH..ACH…AACH…”
Hasan : “ohs…mbak…enak…” penetrasiku juga semakin kencang.
Intan : “ACH…ENAK SAN…ACH…AACHH…”
Hasan : “ohs…mbak…aku mau keluar…ARRGHH…” kutekan dalam-dalam dan kukeluarkan semua spermaku didalam pantatnya. cruuut…cruuut…crruuut…
Intan : “AARRGG…SANNN…” spermaku membanjiri organ dalam mbak Intan dan mbak Intan orgasme kembali. Penisku masih kutahan sampai selesai sudah aku ejakulasi.

Mbak Intan memegang erat tanganku yang masih memegangi pinggulnya.
Intan : “san…lepasin dulu san…mbak gak tahan…” akhirnya kulepas peganganku dan mbak Intan segera berlari ke arah toilet.
Hasan : “hehe kenapa mbak?”
Intan : “huff…kamu ini…san san… perutku jadi sakit ini gara-gara kamu…”
Hasan : “uuf bau mbak…hahaha…”
Intan : “dah terima aja… gara-gara kamu juga…” ternyata mbak Intan tak kuat menahan buang airnya akibat spermaku yang memenuhi pantatnya. Aku pun lanjut mandi dan keluar dari kamar mandi terlebih dulu daripada mbak Intan.

Cukup lama mbak Intan tak kunjung keluar dari kamar mandi. Tiba-tiba munculah keisengan ku lagi. Aku melihat sisa 2 botol air minum ukuran 200ml dimeja. Kuhabiskan 1 botol dan 1 botol lagi kutuangkan obat perangsang yang diberikan mas Tono. karena pasti mbak Intan akan meminumnya pagi ini untuk minum obat seperti biasa. Aku penasaran apa yang akan terjadi nanti saat jalan-jalan. Aku membayangkan mbak Intan tidak tahan dan mengajakku berhubungan ditempat umum. Ah pasti seru rasanya.

Sekitar setengah jam sudah mbak Intan didalam kamar mandi, akhirnya keluar juga.
Intan : “duh…gara-gara kamu nih…perut mbak sakit…” dengan berbalut handuk sambil memegangi perutnya mbak Intan keluar dari kamar mandi.
Hasan : “hehe ya maaf mbak… tapi enak kan?”
Intan : “enggak lah… gak enak tau san…”
Hasan : “tapi kok tadi masih sempet orgasme mbak? Hehehe”
Intan : “hish…kamu ini… dasar adik bejad. Udah dibilangin lewat depan aja kok malah pilih bokong.” kata mbak Intan sambil mencubit lengan ku.
Hasan : “hehe… pengen cobain mbak. Lagian aman kan kalau lewat belakang. Gak takut hamil.”
Intan : “hayo…mau kamu cobain sama Fitri ya?”
Hasan : “hehehe…”
Intan : “jangan lho san… nanti kalau kebablasan repot.”
Hasan : “ya udah sama mbak aja. Hehe”

Intan : “hish… mbak sendiri dieksploitasi…”
Hasan : “ya daripada sama Fitri mbak.hehe”
Intan : “iya iya… terserah kamu deh… asal jangan sering-sering ya. Mbak jadi mules nanti.”
Hasan : “hehe iya mbak. Jadi wisata kuliner kan kita hari ini?”
Intan : “di hotel dulu aja deh san. Mbak gak enak nih masih perutnya. Gara-gara kamu…”
Hasan : “hmm…masa aku sendirian mbak?”
Intan : “ya kalau mau gak apa. Tapi beliin mbak sarapan dulu sana.”
Hasan : “iya deh aku beliin sarapan, mau apa? Gudeg?”
Intan : “bebas, pecel juga gak apa. Ambilin obat mbak dulu san.” mbak Intan yang masih berbalut Handuk, duduk diatas kasur disebelahku. Aku pun mengambilkan obatnya yang ada di meja. Tak lupa air yang kuberikan juga sudah kusiapkan sebelumnya. Masa bodoh ah pikirku karena tak ada air lain lagi, meski tidak jadi jalan-jalan. Yang penting habis ini aku kembali menggenjot mbak Intan.

Hasan : “nitip apa lagi mbak? Sekalian aku keluar beli makan nih.”
Intan : “beli air galon aja kali ya san. Dispenser luar juga suka habis itu kalau malam.”
Hasan : “ok mbak… duitnya? Hehe”
Intan : “iya iya…nih…dah sana cepetan beli.”
Hasan : “ok mbak…”
Aku beranjak keluar beli sarapan dan beberapa botol air kemasan yang ukuran besar karena rasanya tak enak juga kalau beli galon ke hotel. Apalagi aku cuma bawa motor jadi susah.

Kurang lebih 1 jam aku baru kembali ke kamar hotel. Karena memang aku makan dulu tadi di warteg sebelum membawakan mbak Intan nasi bungkus. Karena kupikir paling juga mbak Intan gak sempat makan gara-gara efek obat perangsang tadi. Saat sampai di depan kamar, aku melihat ada tanda gantungan kunci sedang dibersihkan. Mbak Intan kemana ya, pikirku. Masa iya dia jalan-jalan keluar sekarang. Tapi kok rasanya gak mungkin karena tadi minumannya sudah kucampurkan obat perangsang. Mana mungkin mbak Intan sambil horny bisa jalan-jalan di hotel.

Ku coba sms hp nya tapi tak segera dibalas jadi ku telepon saja. Samar-samar kudengar ringtone hp nya di dalam kamar.
Hasan : “hmm…mbak Intan pasti masih didalam kamar nih. Gak mungkin juga dia pergi gak bawa hape sih.” aku juga tadi pergi tak membawa kartu kunci kamar jadi pastinya juga aku tak bisa masuk kekamar karena terkunci dari dalam secara otomatis. Tapi kalau mbak Intan didalam, masa iya gak ngebukain pintu. Terus kenapa ada tanda sedang dibersihkan ya. Akhirnya aku mencoba menguping di lubang pintu tempat mengintip tamu dari dalam.
Intan : “ach…ach…ach…ohs…ach..yes..ohs..ohs…” terdengar suara dari mbak Intan dari dalam.
Intan : “ach..ach..terus mas…ach…ach…” mbak Intan didalam sama siapa ya…
“Ohs..mbak..susumu manteb mbak…”
“Gantian po o…”
“Sek ta ganggu ae…”
Ada suara 2 orang laki-laki di dalam tapi aku tak tahu siapa.
“Ohs..mas..barengan sini…ohs..puasin aku…” terdengar lagi suara mbak Intan.
“Lewat ndi mbak…”
“Sini mas…bokong ku sek nganggur…ohs…yes…arrghh…” jawab mbak Intan.

“Ah gila mbak Intan sedang main sama siapa sekarang? Sebaiknya aku pantau saja dari jauh.” aku memutuskan untuk pergi ke ujung lorong karena disana ada sofa untuk duduk-duduk. Sambil sesekali kulihat kearah kamar. Satu jam berlalu masih belum ada tanda-tanda pintu kamar dibuka. Dua jam berlalu masih sama belum ada tanda seseorang keluar dari dalam kamar. Akhirnya 3 jam berlalu dan pintu kamar pun terbuka. Aku mengintip dari ujung lorong ternyata ada 2 mas mas cleaning service keluar dari kamar. Aku pun segera lari ke arah tangga agar mereka tak curiga. Saat berpapasan, mereka dengan ramah menyapa ku.

Setelah sampai depan kamar, ku ketuk pintunya.
Hasan : “mbak… mbak Intan…” mbak Intan pun membukakan pintu. Dengan penampilan acak-acakan dan nampak ngos-ngosan. Masih nampak keringat yang mengalir di tubuhnya. Dia pun hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuhnya.
Intan : “mbak mau mandi dulu ya san… sebentar.” setelah itu dia segera masuk ke kamar mandi.
Hasan : “tadi kan udah mandi mbak?”
Intan : “hehe iya san. Gerah nih jadi mbak mandi lagi. Kamu darimana aja tadi kok lama?” jawabnya dari dalam kamar mandi. Terdengar suara shower mulai mengucur.
Hasan : “tadi cuma keluar sebentar beli makan sama ini mbak ku bawain nasi bungkus juga. Mbak tuh tadi ku telepon gak diangkat-angkat.”
Intan : “masa iya?”
Hasan : “iya mbak. Cek aja hp nya mbak ada sms ku juga. 3 jam aku nunggu diluar gak mbak buka-bukain. Mbak ngapain aja tadi?”
Namun mbak Intan tak menjawab-jawab.

Setelah 15 menit kemudian mbak Intan keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk.
Hasan : “tadi habis ngapain mbak?”
Intan : “gak ngapa-ngapain kok. Nunggu kamu tadi beli makan lama jadi mbak ketiduran.”
Hasan : “hmm…gak lama ah mbak. Lagian aku telp juga kan mbak gak pernah matiin ringtone kalau jam segini. Tuh mbak makanannya udah aku taruh di meja.”
Intan : “hmm keluar aja yuk san. Jalan-jalan. Cari makannya diluar.”
Hasan : “lah itu gimana nasi bungkusnya? Masa dibuang.”
Intan : “ya udah gak enak sih…maaf ya dek mbak ketiduran tadi.”

Hasan : “ya udah kalau gitu mbak. Tadi katanya gak mau jalan-jalan kok sekarang tiba-tiba mau?”
Intan : “ya pengen aja sih. Lagian kan udah tidur mbak tadi.”
Hasan : “ok deh mbak. Makan diluar aja mumpung bentar lagi juga jam makan siang kan.”
Intan : “iya san. Kamu pengen mbak pakai baju yang mana? Yang ini apa yang ini?” mbak Intan menunjukkan dress batik yang cukup seksi. Yang 1 agak panjang tapi belahannya tinggi dan satu lagi bawahan pendek.


Hasan : “hmm…ini kan yang baru beli kemarin mbak?”
Intan : “hehe iya. Mau mbak pakai yang mana?”
Hasan : “gak usah pakai apa-apa aja mbak. Hehehe”
Intan : “huu… dasar. Ya udah mbak pakai yang ini aja kalau gitu.” mbak Intan memilih yang belahan bawahannya tinggi. Sekitar 10 menit kemudian mbak Intan baru siap.
Intan : “yuk san…” sambil menggandeng tanganku keluar.
Kenapa tiba-tiba mbak Intan ingin keluar padahal sebelumnya tak mau. Apa yang sedang ia tutupi. Padahal aku sudah tau tadi mbak Intan berbohong. Tapi masa iya mbak Intan gak bisa kontrol sampai “bermain” dengan 2 cleaning service tadi. Ah aku kenapa bisa melupakan kebinalan kakak ku sendiri. Aku seperti lupa dengan semua rekaman yang kusimpan dari facebooknya. Nampaknya akan seru bila aku bisa “mengeksplor” kenakalan kakak ku yang cantik ini…
Makasih apdetnya bro @haze1998
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd