Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 27 D
Timeline : 2011 Juni
Hari yang sama dengan Chapter 27 C

–POV Intan–

Gara-gara adikku yang sangean ini, aku sampai sakit perut sekarang. Lubang duburku jadi bulan-bulanan penisnya tadi. Ditambah lagi spermanya sampai mengalir ke dalam usus besar ku rasanya yang membuat perutku mulas sekarang. Apalagi tadi aku belum buang air besar sebelumnya. Sebenarnya bukan pertama kalinya aku di anal seperti ini. Cuma memang aku tak suka. Rasanya mengganjal di area belakang. Apalagi dimasuki penis adikku yang semakin lama semakin besar. Ditambah lagi menurutku area belakang sangat menjijikkan.

Cukup lama aku ditoilet, duduk mengeluarkan isi perutku ini lalu mandi. Setelah itu baru keluar dan memarahi adikku.
Intan : “duh…kamu nih san…gara-gara kamu nih…perut mbak jadi sakit.” aku keluar dari kamar mandi dengan masih berbalut handuk dan memegang perutku yang masih agak sakit.
Hasan : “hehe maaf ya mbak…”
Intan : “maaf maaf…kamu nih kalau sudah nafsu lupa diri san…” sambil ku cubit pinggangnya lalu duduk di tepi kasur.
Hasan : “hehehe tapi enak kan mbak?”
Intan : “enggak lah…gak enak tau…enak dari mana…nih perut mbak masih agak mules…”
Hasan : “tapi kok orgasme mbak? Hehe”
Intan : “kamu nih…dasar…adik bejad…” sambil ku cubit lengannya.

Intan : “udah mbak suruh lewat depan aja kok malah pilih lewat belakang.”
Hasan : “hehe pengen cobain aja sih mbak. Seret kalau lewat belakang. Lagian aman juga kan mbak kalau lewat belakang gak bakalan hamil.”
Intan : “ya iya sih san…hayoo… mau coba sama Fitri ya?”
Hasan : “hehehe…” Hasan hanya nyengir.
Intan : “jangan dicobain lho san… mbak tau kamu juga pengen sama Fitri, gimana-gimana orang pacaran pasti pengen cobain kan. Tapi jangan ya… kalau kamu kebablasan repot nanti. Mbak kelangkahan jadi gak nikah-nikah.”
Hasan : “ya udah kalau gitu sama mbak aja hehe“

Intan : “hish…dasar adik bejad…mbak sendiri diexploitasi…”
Hasan : “ya daripada sama Fitri kan gak boleh tadi katanya.”
Intan : “iya iya terserah kamu mau ngapain aja san… asal jangan sering-sering ya lewat belakangnya…”
Hasan : “iya deh mbak…jadi jalan-jalan kan ya kita?”
Intan : “gak tau nih san, perut mbak masih sakit. Beliin sarapan dulu aja sana.”
Hasan : “hmm…masa aku sendirian?”
Intan : “iya kalau mau gak apa. Gara-gara kamu juga kan mbak jadi sakit perut. Dah sana beliin sarapan dulu cepet.”
Hasan : “iya deh aku beliin sarapan mbak? Mau apa?”
Intan : “terserah kamu san. Pecel juga boleh. Tapi ambilin mbak obat dulu yang di tas mbak.”
Hasan : “hehe obat anti hamil ya mbak? Kalau gak usah minum gimana?”
Intan : “huh dasar… kamu beneran mau bikin mbak hamil hah?”
Hasan : “ya pengen aja sih mbak…penasaran kalau main sama mbak pas lagi hamil kayak gimana.”
Intan : “heh enggak lah jangan. Kasihan janinnya nanti kesodok-sodok. Kamu ini. Dah ambilin sana.”
Hasan : “iya deh mbak. Nih mbak… aku tinggal dulu ya mbak. Mau nitip apa lagi?”
Intan : “beliin air minum deh san, galon didepan kalau malam abis itu. Beli galon sana.”
Hasan : “ok mbak…duitnya mana? Hehe”
Intan : “iya iya… nih san sana cepetan beli. Air cuma tinggal sebotol ini juga.”
Hasan : “ok mbak…aku keluar dulu ya…”

Setelah Hasan pergi, ku minum obat untuk mencegah hal-hal yang tak kuinginkan terjadi. Lalu aku buka tas pakaianku untuk memilih mana baju yang akan kukenakan hari ini.
Intan : “hmm hari ini pakai kayak kemarin aja kali ya, crop top, terus luaran jumper. Tapi kalau aku pakai baju kayak gini lama-lama kulitku belang. Apa jilbaban aja ya… ah nanti adikku satu ini rewel lagi.” tetapi saat memilih-milih baju, kurasakan ada gejolak dalam diriku. Tubuhku perlahan terasa panas dan jantungku berpacu kencang.
Intan : “duh...kenapa lagi aku ini.” aku duduk kembali di tepian kasur. Aku pikir, hormon ku sedang tidak stabil. Mungkin imbas dari aku overdosis kelebihan obat KB. Sekarang kurasakan degup jantungku makin kencang, kemaluanku juga berkedut-kedut dan juga puting ku tegang. Seperti gatal ingin dimasuki. Otak ku juga mulai kacau, yang terbayang hanya sex, sex, sex, dan sex…

Sekarang aku rebahan diatas kasur dan mulai meremas-remas payudaraku sendiri dan juga menggosok vaginaku dengan jari tengah.
Intan : “uhh….uhn…mmmhh….oohs…” semakin lama aku semakin menikmati masturbasiku diatas kasur sambil telanjang bulat karena handuk yang kukenakan tadi sudah terlepas. Kupejamkan mata sambil terus merangsang tubuhku sendiri. Sampai akhirnya aku orgasme squirting.
Intan : “aauh…nggghhh….aahh….yes…ngggghh…aahhh….” aku mengejan dan mengerang menikmati kenikmatan yang menjalar keseluruh tubuhku.

Setelah orgasme, bukannya mereda malah semakin menuntut untuk dipuaskan. Kemaluanku semakin gatal ingin di tusuk. Agak kusesalkan kenapa tak ada Hasan saat ini. Kucari-cari benda bulat panjang yang bisa kugunakan untuk masturbasi lagi. Tapi yang kutemukan hanya botol air minum kosong yang tak bisa aku gunakan untuk masturbasi karena saat kutekan masuk pasti remuk. Aku semakin bingung sekarang. Kucoba dan benar saja tak bisa masuk kedalam vaginaku, yang ada malah remuk.
Intan : “duh…masa aku isi dulu sih…duh…”
Intan : “duh…kok anuku makin gatel gini…” akhirnya kuputuskan untuk keluar mengisi air minum kedalam botol kecil ini. Kubayangkan bila ku isi dengan air dingin, botol air minum ini bisa aku gunakan untuk masturbasi. Pikiranku sudah dikuasai nafsu yang menuntutku untuk dipuaskan.

Kuambil kimono tidur ku yang tersampir di kursi untuk kukenakan sebelum keluar kamar. Tempat dispenser airnya juga cukup jauh di ujung lorong. Walau masih belum terikat dengan benar, aku sudah tak perduli lagi. Yang penting cukup untuk menutupi sebagian tubuhku. Meski belahan payudaraku terekspos karena tak kuikat dengan benar. Aku berjalan cepat ke arah dispenser mengisi air dan segera kembali ke kamar dan melanjutkan masturbasiku tadi. Pikiran ku masih saja dipenuhi dengan sex, bayangan bersetubuh yang pernah kualami, bahkan tiba-tiba saja muncul keinginan untuk diperkosa orang saat ini.

Namun aku harus kecewa karena air galon belum di refill.
Intan : “haduh…gimana nih…duh…” aku kembali bingung, otak ku seakan tak bisa aku gunakan untuk berpikir, ditambah lagi desakan nafsu yang semakin tak terbendung. Tubuhku juga semakin panas rasanya.
“Maaf mbak, segera kami refill dulu ya.” ada mas mas yang mengagetkanku.
Intan : “oh iya mas…kok sering kosong sih mas” ternyata itu mas mas cleaning room yang kemarin.
“Iya mbak maaf kami agak kekurangan pasokan galon akhir-akhir ini mbak. Vendornya bermasalah. Maaf ya mbak.” jawabnya.

Intan : “eh mas…bisa bantu sebentar gak mas?”
“Bisa mbak. Ada yang bisa saya bantu mbak?” jawabnya.
Intan : “jangan panggil mbak dong… panggil aja Intan. Kayaknya mas yang lebih tua.” ku sodorkan tanganku untuk berkenalan dengan mereka. (duh…apa yang kulakukan…malah kenalan sama mereka…)
Aldi : “oh iya mbak, saya Aldi, kalau teman saya ini Amir.” akhirnya aku pun berkenalan dengan mereka. Harusnya aku bisa lebih menjaga sikap. Apalagi mata mereka jelalatan melihat belahan dadaku yang terekspos ini. Kelihatan sekali sikap mereka yang kurang ajar yang seharusnya aku marah. Tapi entah kenapa tak kulakukan.

Intan : “yuk mas…” (duh…kenapa aku malah ngajakin mereka ke kamar sih…) tubuhku mulai tak sinkron dengan akal sehatku. Aku menginginkan mereka menyetubuhiku sekarang. Tapi di sisi lain aku seperti tak menjaga harga diriku sendiri. Sudah seperti wanita murahan. Bahkan aku lebih murah daripada lonte yang dibayar sekalipun. Akhirnya kami ber 3, aku dan 2 cleaning service ini di dalam kamarku. Lalu kututup pintunya dan otomatis terkunci dari dalam.
Aldi : “perlu bantuan dimananya ya mbak? Ruangannya kurang nyaman kah mbak?”
Intan : “enggak sih mas…nyaman kok…”
Aldi : “kalau gitu ada AC atau air panasnya bermasalah mbak?”
Intan : “emmm…enggak juga mas.” mereka nampak kebingungan kenapa aku meminta tolong tadi.

Aldi : “bed covernya kami ganti dulu ya mbak.”
Intan : “emm…nanti dulu aja gak apa mas kalau itu…” sambil berjalan kudekati mereka dan kulepaskan ikatan kimonoku. Mereka berdua yang berada di depanku nampak kebingungan dan canggung dengan situasi seperti ini.
Intan : “aku butuh ini mu mas…” kupegang penis mereka yang masih berada di dalam celana. Nampak sudah tegang dan mungkin sudah tegang sedari tadi.
Intan : (duh…tan…kamu ngapain…sadar…sadar…) akal sehatku seakan berbisik untuk menyudahi hal ini. Tapi aku malah berlutut didepan mereka sambil melepas kancing sabuk mas Aldi. Sedangkan mas Amir malah tertegun disebelah mas Aldi.

Aldi : “loh mbak…mbak…mbak?”
Intan : “santai aja mas… aku tau kok kalian dari tadi curi-curi pandang… nih dah tegang kan… aku suka yang gede gini…” (duh… apaan sih tan… duh… sadar…) akal sehat ku dan tindakanku berbanding terbalik. Akal sehat ku berbisik kalau apa yang kulakukan ini terlalu nekat. Sedangkan aku sekarang malah mencium dan menjilat kepala penisnya yang sudah tegang ini. Penisnya serasa tak muat di genggaman tanganku. Seketika ruangan kamar ku ini menjadi sunyi. Mereka berdua terdiam, mungkin masih kaget dengan kenekatan ku ini. Penis mas Aldi yang tadi tak muat di genggaman tanganku serasa makin membesar setelah aku mulai mengulum penisnya. Nampaknya tadi belum tegang maksimal.
Intan : “mmmhh…mmhhh…mmmhhh…plop…hihihi…masih bisa jadi lebih gede ternyata…”

Pandangan ku kualihkan ke mas Amir yang nampak shock.
Intan : “mas Amir, aku juga mau lihat punya mu dong…” kulepas tanganku yang menggengam penis mas Aldi dan bergeser kearah mas Amir lalu kubuka celananya.
Intan : “ouh…gak kalah gede ya mas punya mu… hihi… sini aku gedein lagi…” sekarang aku mengulum penis mas Amir dan dia seperti terdiam.
Aldi : “wah mbak… punya ku diservis lagi dong mbak…hehe” mas Aldi menyodorkan penisnya ke mukaku.
Intan : “sini mas… mmmhhh…slurp…mmhhh…mmmhh…” kugenggam kedua penis ini di tangan kanan dan kiriku lalu ku kulum bergantian.

Aldi : “uhh mbak… manteb servisan sampeyan…”
Intan : “hihihi jangan keluar dulu lho mas… nanti loyo… terus aku diservisnya kapan?”
Aldi : “loh… boleh mbak?”
Intan : “ya boleh dong mas…” sedari tadi yang banyak omong memang hanya mas Aldi, sedangkan mas Amir masih seperti orang shock. Kulanjutkan kulumanku di kedua penis mereka secara bergantian. Sampai akhirnya kepalaku ditahan oleh tangan mas Aldi. Dia membopongku ke kasur lalu jongkok didepan selangkanganku. Karena aku sedari tadi memang tak memakai pakaian dalam, dia bisa menjilati kemaluanku langsung. Sekarang giliran aku yang oral oleh mas Aldi.
Intan : “ouhs…yes…enak mas…ouhs…tusukin pakai lidahmu mas…ouhs…” aku menggeliat keenakan karena jilatan lidah dari mas Aldi yang menelusuri kemaluanku. Jarang sekali ada yang menjilat seperti ini. Lidahnya bermain di clitorisku dan terkadang menusuk masuk kedalam. Vaginaku seperti di sedot-sedot olehnya.

Intan : “ouhs…mas…terus mas..ouhs…ouhs…nngghhh…aku mau keluar…ouhs…” mas Aldi yang mengerti kalau aku akan orgasme malah semakin kuat menjilat dan menyedot clitorisku. Membuat ku semakin tak karuan rasanya. Sampai akhirnya cairan ku menyembur didepan mukanya.
Intan : “oouhs..mas…oouhs…nggghh..oouhs..nnggghhh…” bukannya menghindar, tapi mas Aldi masih terus saja menyedot clitku dan sepertinya cairanku juga diminum olehnya tanpa rasa jijik sekalipun.
Aldi : “kok sudah keluar duluan mbak? Hehe”
Intan : “ouhs..mas…kamu nih…yang bikin aku enak…ouhs…”
Aldi : “aku jilat lagi ya mbak…hehe” mas Aldi melepas seragamnya dan kembali menservis ku dengan permainan lidahnya.
Amir : “mbak Intan, aku juga mau ikutan dong mbak…” mas Amir yang tadi hanya diam saja sekarang mulai berani untuk ikut.
Intan : “ouhs..sini…mas..ouhs…” mas Amir pun naik keatas kasur dan menyodorkan penisnya ke mulutku. Karena posisinya agak kurang enak, aku harus miring ke kanan untuk meraih penisnya dan akhirnya masuk kedalam mulutku. Ku kulum penisnya lagi.

Intan : “mmmppfftt…mmmmpppffttt…mmmpppfhhhh…” mas Amir yang sudah naik nafsunya memutar tubuhnya di atas kepalaku dan mulai menghujamkan penisnya sampai masuk ke tenggorokanku. Meski membuatku agak kesulitan bernafas, tapi aku menikmati ini semua. Payudaraku yang menjadi tumpuan tangan mas Amir pun tak luput dari remasan kedua tangannya. Aku pun berpegangan di pahanya. Mereka berdua sekarang mengerjaiku habis-habisan. Sampai akhirnya aku orgasme lagi dan lagi. Sekitar 10 menit kemudian mas Amir mencabut penisnya dari dalam mulutku membuatku sedikit terbatuk batuk.
Intan : “uhuk uhuk.. Kok sudahan mas.. Uhuk…” entah kenapa aku malah tak ingin dia mencabut penisnya dari dalam mulutku.
Amir : “pengen tuker posisi mbak sama si Aldi. di gantian di...” mas Aldi bangkit dari posisinya dan segera digantikan oleh mas Amir.

Mas Amir membuka lebar kaki ku dan dia ingin mengoral kemaluanku. Tapi ku tutupi dengan tangan ku.
Intan : “jangan pake lidah lagi dong mas…”
Amir : “wah, saya gak boleh ya mbak?”
Intan : “hehe… bukan gitu mas…mmmhhh…” aku pun berdiri dan menciumnya. Entah kenapa aku bisa senakal ini. Aku melepas kimonoku dan mendorongnya kearah kasur.
Intan : “maksud aku… sekarang masukin burungmu ini ke sini…ach…” aku menaikinya dan memasukkan penisnya kedalam kemaluanku.
Intan : “ohs..ohss..enak mas…ohs…burungmu gede…ohs…” penisnya yang besar itu menyesaki rongga-rongga kemaluanku.

Intan : “ohs..ohs…oh…nngghh…oohs…yes..oohhs…” dengan posisi woman on top, aku terus menggoyang mas Amir yang berada di bawahku. Dia juga tak tinggal diam, kembali tangannya meremasi payudaraku yang menggantung bebas didepannya.
Intan : “ach..ohs..aach…ach…ouhs…” aku meracau tak karuan. Ketika penisnya menyeruak masuk membuatku lupa diri. Semakin lama aku semakin terhanyut dalam nafsuku. Semakin kencang pula aku menggenjot mas Amir yang berada dibawahku. Sambil memejamkan mata aku menikmati apa yang kulakukan sekarang. Keringatku pun mulai mengucur deras seiring intensnya goyanganku di atas mas Amir.

Intan : “ach..yes…terus mas…ach…ach…remas yang keras mas…ach…” aku menyuruh mas Amir untuk semakin keras meremas-remas payudaraku. Bisikan akal sehatku sudah tak kudengar lagi.
Amir : “duh mbak… enak mbak… susumu gemesno mbak…”
Intan : “ach..terus mas…remes yang kuat mas…aach…biar makin gede mas…ach…” mas Amir pun semakin keras meremas payudaraku. Kalau dalam keadaan normal, aku pasti menjerit kesakitan. Tapi sekarang aku malah menikmatinya. Payudaraku juga sudah memerah karena terlalu keras diremas.

Aldi : “mir…gantian po’o…”
Amir : “duh ganggu ae…lagi enak iki…” nampaknya mas Aldi juga ingin join, cuma aku sedang enak sekarang. Tak ingin aku berdiri dan melepas penis yang sedang mengaduk-aduk bagian dalam kemaluanku ini. Tapi entah kenapa ada ide nakal yang terbersit di pikiranku.
Intan : “och…mas…sini…barengan..och…puasin aku…” mas Aldi pun mendekat dan mulai menciumi punggungku.
Intan : “ahs…geli mas…ahhs….mmmhhh…mmhhh…” dari belakang, mas Aldi melumat bibirku dan tangannya menggantikan posisi tangan mas Amir yang meremas-remas payudaraku. Lidahku pun bertautan dengan lidahnya dan saling hisap. Penisnya yang sudah tegang itu sangat terasa dipunggungku.
Intan : “ahs..sini mas…masukin mas…aahs…ohs…”
Aldi : “lewat ndi mbak?” aku pun berhenti menggoyang mas Amir dan memeluk tubuhnya yang masih dibawahku.
Intan : “sini mas…lewat bokongku aja…” sambil kedua tanganku membuka lebar area lubang duburku.

Aldi : “aku masukin ya mbak…”
Intan : “ahs…iya mas…ohs…….” aku mulai terdiam ketika kurasakan kepala penisnya sudah menempel di lubang duburku. Entah apa yang kupikirkan, kenapa aku malah menyuruh mas Aldi meng-anal ku sekarang. Padahal aku paling tidak suka di anal. Dengan penis mas Amir yang masih terbenam didalam kemaluanku dan penis mas Aldi yang akan meng anal ku, aku seperi membayangkan sensasi di sandwich dengan penuh gairah.
Intan : “oohs…nggghhhh….” kepala penisnya sudah masuk kedalam duburku membuatku mengerang.
Amir : “mbak Intan gak apa mbak?” mas Amir nampaknya tau aku meringis ketika penis mas Aldi masuk dan mencemaskanku.
Intan : “nggghhh… gak apa mas… lanjutin mas…” tangan mas Aldi mencengkeram pinggulku dan dengan 1 sentakan dia menusukkan penisnya yang cukup besar itu kedalam pantatku.
Intan : “UUACHH….AACHH….MAS…AAACCH…” aku mulai menjerit ketika penisnya mulai bergerak keluar masuk. Sekarang mereka berdua yang lebih aktif bergerak. Aku hanya bisa menikmati hujaman kedua penis ini di dalam 2 lubangku. Sudah lama tak kurasakan sensasi berhubungan dengan lebih dari 1 orang secara bersamaan seperti ini.

Intan : “AACH…AACH…OOCH…AACH…NNGGGHHHH….AAAACHH…” suara desahanku semakin keras. Aku juga tak ingin tinggal diam. Aku mulai mengimbangi gerakan mereka berdua. Mas Amir yang berada di bawahku dan mas Aldi yang berada diatasku. Dengan penuh nafsu mereka menggenjot kedua lubangku sampai terdengar suara plop..plop…plop… karena gesekan kulit kami bertiga yang basah karena keringat. Aku pun sudah tak ingat orgasme berapa kali karena nafsuku sudah sampai di ubun-ubun. Bahkan aku orgasme sambil tetap bergoyang mengikuti irama genjotan mas Aldi dan mas Amir. aku juga tak ingat sudah berapa lama disandwich oleh mereka.

Intan : “AAACH…OOOCHS…TERUS MAS…AAAACH…”
Amir : “ahhs…mbak…aku mau keluar…”
Intan : “AACH…MAS…DIDALAM AJA…AACHH…AAAACH…” kurasakan spermanya mulai mengalir deras didalam rahimku. Tapi mas Aldi masih terus saja menggenjotku dari belakang. Sensasinya sungguh luar biasa, rahimku seperti disirami cairan hangat dan digaruk dari sisi yang berbeda. Mas Amir menciumku sambil terus memompakan spermanya sampai beberapa detik dan penisnya mulai terasa mengecil. Dia nampak kelelahan dan lemas diatas kasur. Sedangkan mas Aldi masih dengan semangat menggenjot duburku.

Aldi : “halah..wes gak kuat mir? Minggir mir…” mas Aldi menyuruh mas Amir agar menyingkir.
Amir : “iyo iyo di…” akhirnya mas Amir beringsut menyingkir dari bawahku dan tak ada yang menumpu tubuhku lagi dibawah. Mas Aldi tetap menggenjotku dengan posisi doggy style. Aku sudah tak peduli kalau lubang duburku lecet karena sejak awal penetrasi mas Aldi hanya mengolesi penisnya dengan liurnya. Tangan nya yang kuat menjaga postur tubuhku agar tetap menungging dengan tetap memegang erat pinggulku dari belakang. Bertubi-tubi aku digenjotnya diatas kasur.

Mas Aldi nampaknya cukup tahan lama dibandingkan mas Amir. Sampai aku mulai kelelahan, dia belum juga mengurangi kecepatan genjotannya.
Intan : “OOH…MAS…OOHS..ENAK MAS…OOOHSS…” aku pun masih tetap meracau tak karuan.
Aldi : “mbak…aku pindah posisi…ya…”
Intan : “OOOHS…IYA…MAS…OOOHS…” dicabut penisnya dari dalam duburku dan dia mengambil tissue yang ada di meja dekat tempat tidur untuk mengelap penisnya. Sebelum akhirnya dihujamkan kedalam kemaluanku. Vaginaku kembali dijejali oleh penis yang panjang dan gemuk ini dengan tetap di posisi doggy style.
Intan : “OOHS…YES…OOOHHS..TERUS MAS…OOOHSS…” mas Aldi menggenjotku dengan lebih brutal lagi sekarang. Rahimku serasa dipukul-pukul dengan kepala penisnya.

Tak lama kemudian dia membalikkan tubuhku, dengan posisi misionaris dia kembali menghujamkan penisnya didalam kemaluanku. Tapi ternyata tak bertahan lama.
Aldi : “mbak…ku keluarin ya…”
Intan : “AACH…IYA…MAASS…” dia mencabut penisnya dan mengocoknya diatas payudaraku sampai akhirnya spermanya keluar muncrat membasahi mukaku dan juga mengalir di payudaraku.
Intan : “ahs…mas…kok gak di dalam aja…”
Aldi : “hehehe…enakan di keluarin di tetek mbak.”
Intan : “jadi belepotan kan…”
Aldi : “aku temani mandi deh mbak…”
Amir : “ikut dong kalau mau mandi…” mas Amir juga menyauti. Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka.
Intan : “ah sudah gak apa nanti juga kotor lagi…” sambil kuambil lelehan sperma di payudaraku dengan jari jemariku lalu ku emut jariku sendiri. Aku seperti tak ingin spermanya terbuang sia-sia.

Aku duduk diatas kasur sambil bersandar di dinding.
Intan : “kalian masih kuat gak kalau main lagi?”
Amir : “masih dong mbak”
Intan : “emang masih bisa tegang kalau sudah keluar?” aku sedikit menggoda mereka.
Amir : “bisa dong mbak…liat mbak aja bikin nafsu lagi…” Amir mendekatiku dan naik ke atas kasur sambil menunjukkan batang penisnya yang sudah tegang lagi. Dia menarik kaki ku, membuatku jadi rebahan terlentang diatas kasur dan mulai menindihku.
Intan : “hihihi…sudah gak sabar ya mas…mmmmhhh…mmmmmuuuahh…mmmmhhh…” aku dan mas Amir berciuman di atas kasur. Penisnya memang sudah tegang lagi. Terasa mengganjal di perutku. Sambil berciuman, aku membuka kakiku agar dia bisa menempatkan penisnya kembali di kemaluanku. Tak lama kemudian, slep…. masuk sudah penisnya. Kembali aku digenjot mas Amir.
Intan : “aahh…mas…aahh…enak mas…oohs…nggghhh…aahh…”

Kesadaranku sekarang seakan hilang tapi tak sepenuhnya. Karena aku masih bisa merasakan dengan samar samar mas Amir menggenjot tubuhku bergantian dengan mas Aldi. Tidak… kali ini aku tidak pingsan… hanya saja berada di puncak kenikmatan. Aku benar-benar menikmati setiap detik persetubuhan ini. Mereka bergantian menyetubuhiku sampai aku tak sadar sudah berapa lama ini terjadi. Aku hanya mengangkang diatas kasur menunggu mereka bergiliran menumpahkan spermanya didalam rahimku. Kemaluanku pun semakin sensitif, bahkan aku bisa orgasme saat mereka baru menusukkan penisnya ke dalam.

Sampai Akhirnya mas Amir dan mas Aldi kelelahan dan meninggalkanku terbaring diatas kasur sendirian. Mereka pergi ke balkon untuk merokok.
Aldi : “enak tenan ya mir…dapat rejeki hari ini…”
Amir : “iya di…mimpi apa aku semalam ya. Haha. meski joinan juga gak apa kalau dapet mbaknya gini… sudah cantik…seksi…menggoda lagi…”
Intan : “hayo… kalian ngomongin apa?” agak lama aku bangun dan memakai kimonoku lagi sambil menghampiri mereka.
Amir : “hehe enggak mbak… makasih lho mbak dapet rejeki nomplok pagi pagi.”
Aldi : “iya mbak…makasih ya mbak. Sudah sampai gak sanggup berdiri lagi burung saya ini. Hehe”
Intan : “iya…sama-sama. Aku juga jadi dipuasin kalian tadi. Kalian gak apa nih gak lanjut kerja? Sampai lupa waktu tadi main sama aku.”
Aldi : “gak apa mbak gak ada supervisornya yang ngawasin kok. Hehe”
Intan : “oh gitu…”
Amir : “ya udah mbak kalau gitu kami mau pamit dulu.”
Aldi : “kalau kami pengen lagi, kira-kira boleh gak mbak?”
Amir : “heh hus…gak tau diri ini. Maaf ya mbak jadi kurang ajar.”
Intan : “haha iya mas gak apa. Tapi lihat nanti ya kalau aku pengen apa enggaknya. Hihi”
Aldi : “kalau lagi pengen, hubungin kami aja mbak.” mas Aldi memberiku nomor hapenya.
Intan : “iya deh mas… eh tapi beresin dulu dong itu kamar ku.”
Amir : “siap mbak.”

Akhirnya mereka membersihkan kamar yang kutempati ini kemudian pamit keluar. Tak lama kemudian, si Hasan datang. Aku yang bingung untuk mencari alasan, segera pergi mandi saja sekalian membersihkan sisa-sisa pergumulanku tadi. Lalu segera mengajak Hasan keluar jalan-jalan agar dia tak bertanya-tanya lagi.
 
The EX 02 - Chapter 27 D
Timeline : 2011 Juni
Hari yang sama dengan Chapter 27 C

–POV Intan–

Gara-gara adikku yang sangean ini, aku sampai sakit perut sekarang. Lubang duburku jadi bulan-bulanan penisnya tadi. Ditambah lagi spermanya sampai mengalir ke dalam usus besar ku rasanya yang membuat perutku mulas sekarang. Apalagi tadi aku belum buang air besar sebelumnya. Sebenarnya bukan pertama kalinya aku di anal seperti ini. Cuma memang aku tak suka. Rasanya mengganjal di area belakang. Apalagi dimasuki penis adikku yang semakin lama semakin besar. Ditambah lagi menurutku area belakang sangat menjijikkan.

Cukup lama aku ditoilet, duduk mengeluarkan isi perutku ini lalu mandi. Setelah itu baru keluar dan memarahi adikku.
Intan : “duh…kamu nih san…gara-gara kamu nih…perut mbak jadi sakit.” aku keluar dari kamar mandi dengan masih berbalut handuk dan memegang perutku yang masih agak sakit.
Hasan : “hehe maaf ya mbak…”
Intan : “maaf maaf…kamu nih kalau sudah nafsu lupa diri san…” sambil ku cubit pinggangnya lalu duduk di tepi kasur.
Hasan : “hehehe tapi enak kan mbak?”
Intan : “enggak lah…gak enak tau…enak dari mana…nih perut mbak masih agak mules…”
Hasan : “tapi kok orgasme mbak? Hehe”
Intan : “kamu nih…dasar…adik bejad…” sambil ku cubit lengannya.

Intan : “udah mbak suruh lewat depan aja kok malah pilih lewat belakang.”
Hasan : “hehe pengen cobain aja sih mbak. Seret kalau lewat belakang. Lagian aman juga kan mbak kalau lewat belakang gak bakalan hamil.”
Intan : “ya iya sih san…hayoo… mau coba sama Fitri ya?”
Hasan : “hehehe…” Hasan hanya nyengir.
Intan : “jangan dicobain lho san… mbak tau kamu juga pengen sama Fitri, gimana-gimana orang pacaran pasti pengen cobain kan. Tapi jangan ya… kalau kamu kebablasan repot nanti. Mbak kelangkahan jadi gak nikah-nikah.”
Hasan : “ya udah kalau gitu sama mbak aja hehe“

Intan : “hish…dasar adik bejad…mbak sendiri diexploitasi…”
Hasan : “ya daripada sama Fitri kan gak boleh tadi katanya.”
Intan : “iya iya terserah kamu mau ngapain aja san… asal jangan sering-sering ya lewat belakangnya…”
Hasan : “iya deh mbak…jadi jalan-jalan kan ya kita?”
Intan : “gak tau nih san, perut mbak masih sakit. Beliin sarapan dulu aja sana.”
Hasan : “hmm…masa aku sendirian?”
Intan : “iya kalau mau gak apa. Gara-gara kamu juga kan mbak jadi sakit perut. Dah sana beliin sarapan dulu cepet.”
Hasan : “iya deh aku beliin sarapan mbak? Mau apa?”
Intan : “terserah kamu san. Pecel juga boleh. Tapi ambilin mbak obat dulu yang di tas mbak.”
Hasan : “hehe obat anti hamil ya mbak? Kalau gak usah minum gimana?”
Intan : “huh dasar… kamu beneran mau bikin mbak hamil hah?”
Hasan : “ya pengen aja sih mbak…penasaran kalau main sama mbak pas lagi hamil kayak gimana.”
Intan : “heh enggak lah jangan. Kasihan janinnya nanti kesodok-sodok. Kamu ini. Dah ambilin sana.”
Hasan : “iya deh mbak. Nih mbak… aku tinggal dulu ya mbak. Mau nitip apa lagi?”
Intan : “beliin air minum deh san, galon didepan kalau malam abis itu. Beli galon sana.”
Hasan : “ok mbak…duitnya mana? Hehe”
Intan : “iya iya… nih san sana cepetan beli. Air cuma tinggal sebotol ini juga.”
Hasan : “ok mbak…aku keluar dulu ya…”

Setelah Hasan pergi, ku minum obat untuk mencegah hal-hal yang tak kuinginkan terjadi. Lalu aku buka tas pakaianku untuk memilih mana baju yang akan kukenakan hari ini.
Intan : “hmm hari ini pakai kayak kemarin aja kali ya, crop top, terus luaran jumper. Tapi kalau aku pakai baju kayak gini lama-lama kulitku belang. Apa jilbaban aja ya… ah nanti adikku satu ini rewel lagi.” tetapi saat memilih-milih baju, kurasakan ada gejolak dalam diriku. Tubuhku perlahan terasa panas dan jantungku berpacu kencang.
Intan : “duh...kenapa lagi aku ini.” aku duduk kembali di tepian kasur. Aku pikir, hormon ku sedang tidak stabil. Mungkin imbas dari aku overdosis kelebihan obat KB. Sekarang kurasakan degup jantungku makin kencang, kemaluanku juga berkedut-kedut dan juga puting ku tegang. Seperti gatal ingin dimasuki. Otak ku juga mulai kacau, yang terbayang hanya sex, sex, sex, dan sex…

Sekarang aku rebahan diatas kasur dan mulai meremas-remas payudaraku sendiri dan juga menggosok vaginaku dengan jari tengah.
Intan : “uhh….uhn…mmmhh….oohs…” semakin lama aku semakin menikmati masturbasiku diatas kasur sambil telanjang bulat karena handuk yang kukenakan tadi sudah terlepas. Kupejamkan mata sambil terus merangsang tubuhku sendiri. Sampai akhirnya aku orgasme squirting.
Intan : “aauh…nggghhh….aahh….yes…ngggghh…aahhh….” aku mengejan dan mengerang menikmati kenikmatan yang menjalar keseluruh tubuhku.

Setelah orgasme, bukannya mereda malah semakin menuntut untuk dipuaskan. Kemaluanku semakin gatal ingin di tusuk. Agak kusesalkan kenapa tak ada Hasan saat ini. Kucari-cari benda bulat panjang yang bisa kugunakan untuk masturbasi lagi. Tapi yang kutemukan hanya botol air minum kosong yang tak bisa aku gunakan untuk masturbasi karena saat kutekan masuk pasti remuk. Aku semakin bingung sekarang. Kucoba dan benar saja tak bisa masuk kedalam vaginaku, yang ada malah remuk.
Intan : “duh…masa aku isi dulu sih…duh…”
Intan : “duh…kok anuku makin gatel gini…” akhirnya kuputuskan untuk keluar mengisi air minum kedalam botol kecil ini. Kubayangkan bila ku isi dengan air dingin, botol air minum ini bisa aku gunakan untuk masturbasi. Pikiranku sudah dikuasai nafsu yang menuntutku untuk dipuaskan.

Kuambil kimono tidur ku yang tersampir di kursi untuk kukenakan sebelum keluar kamar. Tempat dispenser airnya juga cukup jauh di ujung lorong. Walau masih belum terikat dengan benar, aku sudah tak perduli lagi. Yang penting cukup untuk menutupi sebagian tubuhku. Meski belahan payudaraku terekspos karena tak kuikat dengan benar. Aku berjalan cepat ke arah dispenser mengisi air dan segera kembali ke kamar dan melanjutkan masturbasiku tadi. Pikiran ku masih saja dipenuhi dengan sex, bayangan bersetubuh yang pernah kualami, bahkan tiba-tiba saja muncul keinginan untuk diperkosa orang saat ini.

Namun aku harus kecewa karena air galon belum di refill.
Intan : “haduh…gimana nih…duh…” aku kembali bingung, otak ku seakan tak bisa aku gunakan untuk berpikir, ditambah lagi desakan nafsu yang semakin tak terbendung. Tubuhku juga semakin panas rasanya.
“Maaf mbak, segera kami refill dulu ya.” ada mas mas yang mengagetkanku.
Intan : “oh iya mas…kok sering kosong sih mas” ternyata itu mas mas cleaning room yang kemarin.
“Iya mbak maaf kami agak kekurangan pasokan galon akhir-akhir ini mbak. Vendornya bermasalah. Maaf ya mbak.” jawabnya.

Intan : “eh mas…bisa bantu sebentar gak mas?”
“Bisa mbak. Ada yang bisa saya bantu mbak?” jawabnya.
Intan : “jangan panggil mbak dong… panggil aja Intan. Kayaknya mas yang lebih tua.” ku sodorkan tanganku untuk berkenalan dengan mereka. (duh…apa yang kulakukan…malah kenalan sama mereka…)
Aldi : “oh iya mbak, saya Aldi, kalau teman saya ini Amir.” akhirnya aku pun berkenalan dengan mereka. Harusnya aku bisa lebih menjaga sikap. Apalagi mata mereka jelalatan melihat belahan dadaku yang terekspos ini. Kelihatan sekali sikap mereka yang kurang ajar yang seharusnya aku marah. Tapi entah kenapa tak kulakukan.

Intan : “yuk mas…” (duh…kenapa aku malah ngajakin mereka ke kamar sih…) tubuhku mulai tak sinkron dengan akal sehatku. Aku menginginkan mereka menyetubuhiku sekarang. Tapi di sisi lain aku seperti tak menjaga harga diriku sendiri. Sudah seperti wanita murahan. Bahkan aku lebih murah daripada lonte yang dibayar sekalipun. Akhirnya kami ber 3, aku dan 2 cleaning service ini di dalam kamarku. Lalu kututup pintunya dan otomatis terkunci dari dalam.
Aldi : “perlu bantuan dimananya ya mbak? Ruangannya kurang nyaman kah mbak?”
Intan : “enggak sih mas…nyaman kok…”
Aldi : “kalau gitu ada AC atau air panasnya bermasalah mbak?”
Intan : “emmm…enggak juga mas.” mereka nampak kebingungan kenapa aku meminta tolong tadi.

Aldi : “bed covernya kami ganti dulu ya mbak.”
Intan : “emm…nanti dulu aja gak apa mas kalau itu…” sambil berjalan kudekati mereka dan kulepaskan ikatan kimonoku. Mereka berdua yang berada di depanku nampak kebingungan dan canggung dengan situasi seperti ini.
Intan : “aku butuh ini mu mas…” kupegang penis mereka yang masih berada di dalam celana. Nampak sudah tegang dan mungkin sudah tegang sedari tadi.
Intan : (duh…tan…kamu ngapain…sadar…sadar…) akal sehatku seakan berbisik untuk menyudahi hal ini. Tapi aku malah berlutut didepan mereka sambil melepas kancing sabuk mas Aldi. Sedangkan mas Amir malah tertegun disebelah mas Aldi.

Aldi : “loh mbak…mbak…mbak?”
Intan : “santai aja mas… aku tau kok kalian dari tadi curi-curi pandang… nih dah tegang kan… aku suka yang gede gini…” (duh… apaan sih tan… duh… sadar…) akal sehat ku dan tindakanku berbanding terbalik. Akal sehat ku berbisik kalau apa yang kulakukan ini terlalu nekat. Sedangkan aku sekarang malah mencium dan menjilat kepala penisnya yang sudah tegang ini. Penisnya serasa tak muat di genggaman tanganku. Seketika ruangan kamar ku ini menjadi sunyi. Mereka berdua terdiam, mungkin masih kaget dengan kenekatan ku ini. Penis mas Aldi yang tadi tak muat di genggaman tanganku serasa makin membesar setelah aku mulai mengulum penisnya. Nampaknya tadi belum tegang maksimal.
Intan : “mmmhh…mmhhh…mmmhhh…plop…hihihi…masih bisa jadi lebih gede ternyata…”

Pandangan ku kualihkan ke mas Amir yang nampak shock.
Intan : “mas Amir, aku juga mau lihat punya mu dong…” kulepas tanganku yang menggengam penis mas Aldi dan bergeser kearah mas Amir lalu kubuka celananya.
Intan : “ouh…gak kalah gede ya mas punya mu… hihi… sini aku gedein lagi…” sekarang aku mengulum penis mas Amir dan dia seperti terdiam.
Aldi : “wah mbak… punya ku diservis lagi dong mbak…hehe” mas Aldi menyodorkan penisnya ke mukaku.
Intan : “sini mas… mmmhhh…slurp…mmhhh…mmmhh…” kugenggam kedua penis ini di tangan kanan dan kiriku lalu ku kulum bergantian.

Aldi : “uhh mbak… manteb servisan sampeyan…”
Intan : “hihihi jangan keluar dulu lho mas… nanti loyo… terus aku diservisnya kapan?”
Aldi : “loh… boleh mbak?”
Intan : “ya boleh dong mas…” sedari tadi yang banyak omong memang hanya mas Aldi, sedangkan mas Amir masih seperti orang shock. Kulanjutkan kulumanku di kedua penis mereka secara bergantian. Sampai akhirnya kepalaku ditahan oleh tangan mas Aldi. Dia membopongku ke kasur lalu jongkok didepan selangkanganku. Karena aku sedari tadi memang tak memakai pakaian dalam, dia bisa menjilati kemaluanku langsung. Sekarang giliran aku yang oral oleh mas Aldi.
Intan : “ouhs…yes…enak mas…ouhs…tusukin pakai lidahmu mas…ouhs…” aku menggeliat keenakan karena jilatan lidah dari mas Aldi yang menelusuri kemaluanku. Jarang sekali ada yang menjilat seperti ini. Lidahnya bermain di clitorisku dan terkadang menusuk masuk kedalam. Vaginaku seperti di sedot-sedot olehnya.

Intan : “ouhs…mas…terus mas..ouhs…ouhs…nngghhh…aku mau keluar…ouhs…” mas Aldi yang mengerti kalau aku akan orgasme malah semakin kuat menjilat dan menyedot clitorisku. Membuat ku semakin tak karuan rasanya. Sampai akhirnya cairan ku menyembur didepan mukanya.
Intan : “oouhs..mas…oouhs…nggghh..oouhs..nnggghhh…” bukannya menghindar, tapi mas Aldi masih terus saja menyedot clitku dan sepertinya cairanku juga diminum olehnya tanpa rasa jijik sekalipun.
Aldi : “kok sudah keluar duluan mbak? Hehe”
Intan : “ouhs..mas…kamu nih…yang bikin aku enak…ouhs…”
Aldi : “aku jilat lagi ya mbak…hehe” mas Aldi melepas seragamnya dan kembali menservis ku dengan permainan lidahnya.
Amir : “mbak Intan, aku juga mau ikutan dong mbak…” mas Amir yang tadi hanya diam saja sekarang mulai berani untuk ikut.
Intan : “ouhs..sini…mas..ouhs…” mas Amir pun naik keatas kasur dan menyodorkan penisnya ke mulutku. Karena posisinya agak kurang enak, aku harus miring ke kanan untuk meraih penisnya dan akhirnya masuk kedalam mulutku. Ku kulum penisnya lagi.

Intan : “mmmppfftt…mmmmpppffttt…mmmpppfhhhh…” mas Amir yang sudah naik nafsunya memutar tubuhnya di atas kepalaku dan mulai menghujamkan penisnya sampai masuk ke tenggorokanku. Meski membuatku agak kesulitan bernafas, tapi aku menikmati ini semua. Payudaraku yang menjadi tumpuan tangan mas Amir pun tak luput dari remasan kedua tangannya. Aku pun berpegangan di pahanya. Mereka berdua sekarang mengerjaiku habis-habisan. Sampai akhirnya aku orgasme lagi dan lagi. Sekitar 10 menit kemudian mas Amir mencabut penisnya dari dalam mulutku membuatku sedikit terbatuk batuk.
Intan : “uhuk uhuk.. Kok sudahan mas.. Uhuk…” entah kenapa aku malah tak ingin dia mencabut penisnya dari dalam mulutku.
Amir : “pengen tuker posisi mbak sama si Aldi. di gantian di...” mas Aldi bangkit dari posisinya dan segera digantikan oleh mas Amir.

Mas Amir membuka lebar kaki ku dan dia ingin mengoral kemaluanku. Tapi ku tutupi dengan tangan ku.
Intan : “jangan pake lidah lagi dong mas…”
Amir : “wah, saya gak boleh ya mbak?”
Intan : “hehe… bukan gitu mas…mmmhhh…” aku pun berdiri dan menciumnya. Entah kenapa aku bisa senakal ini. Aku melepas kimonoku dan mendorongnya kearah kasur.
Intan : “maksud aku… sekarang masukin burungmu ini ke sini…ach…” aku menaikinya dan memasukkan penisnya kedalam kemaluanku.
Intan : “ohs..ohss..enak mas…ohs…burungmu gede…ohs…” penisnya yang besar itu menyesaki rongga-rongga kemaluanku.

Intan : “ohs..ohs…oh…nngghh…oohs…yes..oohhs…” dengan posisi woman on top, aku terus menggoyang mas Amir yang berada di bawahku. Dia juga tak tinggal diam, kembali tangannya meremasi payudaraku yang menggantung bebas didepannya.
Intan : “ach..ohs..aach…ach…ouhs…” aku meracau tak karuan. Ketika penisnya menyeruak masuk membuatku lupa diri. Semakin lama aku semakin terhanyut dalam nafsuku. Semakin kencang pula aku menggenjot mas Amir yang berada dibawahku. Sambil memejamkan mata aku menikmati apa yang kulakukan sekarang. Keringatku pun mulai mengucur deras seiring intensnya goyanganku di atas mas Amir.

Intan : “ach..yes…terus mas…ach…ach…remas yang keras mas…ach…” aku menyuruh mas Amir untuk semakin keras meremas-remas payudaraku. Bisikan akal sehatku sudah tak kudengar lagi.
Amir : “duh mbak… enak mbak… susumu gemesno mbak…”
Intan : “ach..terus mas…remes yang kuat mas…aach…biar makin gede mas…ach…” mas Amir pun semakin keras meremas payudaraku. Kalau dalam keadaan normal, aku pasti menjerit kesakitan. Tapi sekarang aku malah menikmatinya. Payudaraku juga sudah memerah karena terlalu keras diremas.

Aldi : “mir…gantian po’o…”
Amir : “duh ganggu ae…lagi enak iki…” nampaknya mas Aldi juga ingin join, cuma aku sedang enak sekarang. Tak ingin aku berdiri dan melepas penis yang sedang mengaduk-aduk bagian dalam kemaluanku ini. Tapi entah kenapa ada ide nakal yang terbersit di pikiranku.
Intan : “och…mas…sini…barengan..och…puasin aku…” mas Aldi pun mendekat dan mulai menciumi punggungku.
Intan : “ahs…geli mas…ahhs….mmmhhh…mmhhh…” dari belakang, mas Aldi melumat bibirku dan tangannya menggantikan posisi tangan mas Amir yang meremas-remas payudaraku. Lidahku pun bertautan dengan lidahnya dan saling hisap. Penisnya yang sudah tegang itu sangat terasa dipunggungku.
Intan : “ahs..sini mas…masukin mas…aahs…ohs…”
Aldi : “lewat ndi mbak?” aku pun berhenti menggoyang mas Amir dan memeluk tubuhnya yang masih dibawahku.
Intan : “sini mas…lewat bokongku aja…” sambil kedua tanganku membuka lebar area lubang duburku.

Aldi : “aku masukin ya mbak…”
Intan : “ahs…iya mas…ohs…….” aku mulai terdiam ketika kurasakan kepala penisnya sudah menempel di lubang duburku. Entah apa yang kupikirkan, kenapa aku malah menyuruh mas Aldi meng-anal ku sekarang. Padahal aku paling tidak suka di anal. Dengan penis mas Amir yang masih terbenam didalam kemaluanku dan penis mas Aldi yang akan meng anal ku, aku seperi membayangkan sensasi di sandwich dengan penuh gairah.
Intan : “oohs…nggghhhh….” kepala penisnya sudah masuk kedalam duburku membuatku mengerang.
Amir : “mbak Intan gak apa mbak?” mas Amir nampaknya tau aku meringis ketika penis mas Aldi masuk dan mencemaskanku.
Intan : “nggghhh… gak apa mas… lanjutin mas…” tangan mas Aldi mencengkeram pinggulku dan dengan 1 sentakan dia menusukkan penisnya yang cukup besar itu kedalam pantatku.
Intan : “UUACHH….AACHH….MAS…AAACCH…” aku mulai menjerit ketika penisnya mulai bergerak keluar masuk. Sekarang mereka berdua yang lebih aktif bergerak. Aku hanya bisa menikmati hujaman kedua penis ini di dalam 2 lubangku. Sudah lama tak kurasakan sensasi berhubungan dengan lebih dari 1 orang secara bersamaan seperti ini.

Intan : “AACH…AACH…OOCH…AACH…NNGGGHHHH….AAAACHH…” suara desahanku semakin keras. Aku juga tak ingin tinggal diam. Aku mulai mengimbangi gerakan mereka berdua. Mas Amir yang berada di bawahku dan mas Aldi yang berada diatasku. Dengan penuh nafsu mereka menggenjot kedua lubangku sampai terdengar suara plop..plop…plop… karena gesekan kulit kami bertiga yang basah karena keringat. Aku pun sudah tak ingat orgasme berapa kali karena nafsuku sudah sampai di ubun-ubun. Bahkan aku orgasme sambil tetap bergoyang mengikuti irama genjotan mas Aldi dan mas Amir. aku juga tak ingat sudah berapa lama disandwich oleh mereka.

Intan : “AAACH…OOOCHS…TERUS MAS…AAAACH…”
Amir : “ahhs…mbak…aku mau keluar…”
Intan : “AACH…MAS…DIDALAM AJA…AACHH…AAAACH…” kurasakan spermanya mulai mengalir deras didalam rahimku. Tapi mas Aldi masih terus saja menggenjotku dari belakang. Sensasinya sungguh luar biasa, rahimku seperti disirami cairan hangat dan digaruk dari sisi yang berbeda. Mas Amir menciumku sambil terus memompakan spermanya sampai beberapa detik dan penisnya mulai terasa mengecil. Dia nampak kelelahan dan lemas diatas kasur. Sedangkan mas Aldi masih dengan semangat menggenjot duburku.

Aldi : “halah..wes gak kuat mir? Minggir mir…” mas Aldi menyuruh mas Amir agar menyingkir.
Amir : “iyo iyo di…” akhirnya mas Amir beringsut menyingkir dari bawahku dan tak ada yang menumpu tubuhku lagi dibawah. Mas Aldi tetap menggenjotku dengan posisi doggy style. Aku sudah tak peduli kalau lubang duburku lecet karena sejak awal penetrasi mas Aldi hanya mengolesi penisnya dengan liurnya. Tangan nya yang kuat menjaga postur tubuhku agar tetap menungging dengan tetap memegang erat pinggulku dari belakang. Bertubi-tubi aku digenjotnya diatas kasur.

Mas Aldi nampaknya cukup tahan lama dibandingkan mas Amir. Sampai aku mulai kelelahan, dia belum juga mengurangi kecepatan genjotannya.
Intan : “OOH…MAS…OOHS..ENAK MAS…OOOHSS…” aku pun masih tetap meracau tak karuan.
Aldi : “mbak…aku pindah posisi…ya…”
Intan : “OOOHS…IYA…MAS…OOOHS…” dicabut penisnya dari dalam duburku dan dia mengambil tissue yang ada di meja dekat tempat tidur untuk mengelap penisnya. Sebelum akhirnya dihujamkan kedalam kemaluanku. Vaginaku kembali dijejali oleh penis yang panjang dan gemuk ini dengan tetap di posisi doggy style.
Intan : “OOHS…YES…OOOHHS..TERUS MAS…OOOHSS…” mas Aldi menggenjotku dengan lebih brutal lagi sekarang. Rahimku serasa dipukul-pukul dengan kepala penisnya.

Tak lama kemudian dia membalikkan tubuhku, dengan posisi misionaris dia kembali menghujamkan penisnya didalam kemaluanku. Tapi ternyata tak bertahan lama.
Aldi : “mbak…ku keluarin ya…”
Intan : “AACH…IYA…MAASS…” dia mencabut penisnya dan mengocoknya diatas payudaraku sampai akhirnya spermanya keluar muncrat membasahi mukaku dan juga mengalir di payudaraku.
Intan : “ahs…mas…kok gak di dalam aja…”
Aldi : “hehehe…enakan di keluarin di tetek mbak.”
Intan : “jadi belepotan kan…”
Aldi : “aku temani mandi deh mbak…”
Amir : “ikut dong kalau mau mandi…” mas Amir juga menyauti. Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka.
Intan : “ah sudah gak apa nanti juga kotor lagi…” sambil kuambil lelehan sperma di payudaraku dengan jari jemariku lalu ku emut jariku sendiri. Aku seperti tak ingin spermanya terbuang sia-sia.

Aku duduk diatas kasur sambil bersandar di dinding.
Intan : “kalian masih kuat gak kalau main lagi?”
Amir : “masih dong mbak”
Intan : “emang masih bisa tegang kalau sudah keluar?” aku sedikit menggoda mereka.
Amir : “bisa dong mbak…liat mbak aja bikin nafsu lagi…” Amir mendekatiku dan naik ke atas kasur sambil menunjukkan batang penisnya yang sudah tegang lagi. Dia menarik kaki ku, membuatku jadi rebahan terlentang diatas kasur dan mulai menindihku.
Intan : “hihihi…sudah gak sabar ya mas…mmmmhhh…mmmmmuuuahh…mmmmhhh…” aku dan mas Amir berciuman di atas kasur. Penisnya memang sudah tegang lagi. Terasa mengganjal di perutku. Sambil berciuman, aku membuka kakiku agar dia bisa menempatkan penisnya kembali di kemaluanku. Tak lama kemudian, slep…. masuk sudah penisnya. Kembali aku digenjot mas Amir.
Intan : “aahh…mas…aahh…enak mas…oohs…nggghhh…aahh…”

Kesadaranku sekarang seakan hilang tapi tak sepenuhnya. Karena aku masih bisa merasakan dengan samar samar mas Amir menggenjot tubuhku bergantian dengan mas Aldi. Tidak… kali ini aku tidak pingsan… hanya saja berada di puncak kenikmatan. Aku benar-benar menikmati setiap detik persetubuhan ini. Mereka bergantian menyetubuhiku sampai aku tak sadar sudah berapa lama ini terjadi. Aku hanya mengangkang diatas kasur menunggu mereka bergiliran menumpahkan spermanya didalam rahimku. Kemaluanku pun semakin sensitif, bahkan aku bisa orgasme saat mereka baru menusukkan penisnya ke dalam.

Sampai Akhirnya mas Amir dan mas Aldi kelelahan dan meninggalkanku terbaring diatas kasur sendirian. Mereka pergi ke balkon untuk merokok.
Aldi : “enak tenan ya mir…dapat rejeki hari ini…”
Amir : “iya di…mimpi apa aku semalam ya. Haha. meski joinan juga gak apa kalau dapet mbaknya gini… sudah cantik…seksi…menggoda lagi…”
Intan : “hayo… kalian ngomongin apa?” agak lama aku bangun dan memakai kimonoku lagi sambil menghampiri mereka.
Amir : “hehe enggak mbak… makasih lho mbak dapet rejeki nomplok pagi pagi.”
Aldi : “iya mbak…makasih ya mbak. Sudah sampai gak sanggup berdiri lagi burung saya ini. Hehe”
Intan : “iya…sama-sama. Aku juga jadi dipuasin kalian tadi. Kalian gak apa nih gak lanjut kerja? Sampai lupa waktu tadi main sama aku.”
Aldi : “gak apa mbak gak ada supervisornya yang ngawasin kok. Hehe”
Intan : “oh gitu…”
Amir : “ya udah mbak kalau gitu kami mau pamit dulu.”
Aldi : “kalau kami pengen lagi, kira-kira boleh gak mbak?”
Amir : “heh hus…gak tau diri ini. Maaf ya mbak jadi kurang ajar.”
Intan : “haha iya mas gak apa. Tapi lihat nanti ya kalau aku pengen apa enggaknya. Hihi”
Aldi : “kalau lagi pengen, hubungin kami aja mbak.” mas Aldi memberiku nomor hapenya.
Intan : “iya deh mas… eh tapi beresin dulu dong itu kamar ku.”
Amir : “siap mbak.”

Akhirnya mereka membersihkan kamar yang kutempati ini kemudian pamit keluar. Tak lama kemudian, si Hasan datang. Aku yang bingung untuk mencari alasan, segera pergi mandi saja sekalian membersihkan sisa-sisa pergumulanku tadi. Lalu segera mengajak Hasan keluar jalan-jalan agar dia tak bertanya-tanya lagi.
Terimakasih suhuuu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd