Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

Bimabet
The EX 02 - Chapter 27 G
Timeline : 2011 Juni
Hari ke 5 di Jogja

–POV Intan–
Pertemuan ku dengan Dwi kemarin malam membuatku merasa tak nyaman. Banyak hal yang mengganggu pikiran ku dari semalam. Sampai akhirnya, kuputuskan untuk menghubungi nomor hape yang Dwi berikan kepadaku melalui sms.
Intan : “Dwi… ini Intan.” tak lama kemudian sms ku berbalas.
Dwi : “hai sayang… akhirnya kamu hubungi aku juga.”
Intan : “jangan panggil aku sayang lagi. Aku mau menyelesaikan semuanya… jangan salah paham. Aku gak mau balikan sama kamu.”
Dwi : “santai dong sayang. Kita ketemuan aja nanti ya. Kayaknya gak enak kalau cuma lewat sms kan. Mungkin buat terakhir kalinya kita ketemu langsung kan.”
Intan : “ok…jam berapa dan dimana?” sempat ku berfikir, apakah aku iyakan ajakan dia untuk bertemu atau tidak.
Dwi : “aku di room 308 lantai 3. Nanti jam berapapun, kamu kesini aja ya.” ternyata dia cuma beda 1 lantai denganku. Aku di lantai 4, dia di lantai 3.

Sebenarnya aku ragu untuk bertemu dia lagi. Tapi, aku harus menyelesaikan semuanya. Aku tak ingin hubunganku dengannya menggantung tanpa adanya kata putus. Memang dia yang pergi begitu saja, bertemu kembali pun dalam sebuah ke tak sengaja-an. Terlebih lagi dia ternyata sudah menikah dengan orang lain. Aku hanya ingin mengucapkan kata “kita putus…” didepannya, atau mungkin ada hal lain yang kuharapkan. Yaitu permintaan maafnya atas apa yang sudah dia lakukan kepadaku.

Jam 10 setelah mandi, aku bersiap untuk menemui Dwi. Sudah kuputuskan matang-matang untuk menemuinya untuk yang terakhir kali. Aku berjalan ke room 308 kemudian mengetuk pintunya. Seseorang dengan hanya mengenakan balutan handuk membukakan pintu. Dan dia adalah Dwi. Orang yang sudah meninggalkanku dalam ketidakjelasan.
Dwi : “hai sayang…masuk dulu yuk.”
Intan : “kamu…kok…” aku kaget
Dwi : “kenapa? Yuk masuk.”
Intan : “enggak ah, aku kesini buat ngobrol sama kamu. Aku tunggu diluar.”
Dwi : “maaf sayang, aku lagi ada urusan didalam yang belum selesai. Yuk masuk aja.”
Intan : “apasih…”
Dwi : “sudah-sudah…yuk…” Dwi menggandeng tanganku masuk kedalam kamarnya.

Aku agak ragu untuk masuk ke dalam kamarnya. Terlebih lagi Dwi seperti sedang telanjang dan hanya ditutupi oleh handuk. Saat di dalam kamarnya aku melihat pemandangan yang membuatku terkejut. Kulihat ada 1 orang wanita yang sedang “melayani” 3 orang pria dan ada 2 orang pria lagi yang hanya mengenakan handuk saja seperti Dwi.
Dwi : “hai hai…lihat siapa yang datang ini. Mil…sudahan dulu, nih kenalan sama Intan.” wanita yang sedang “melayani” 3 orang pria tadi berjalan menemuiku.

Mila : “hai tan…akhirnya kita ketemu juga. Aku Mila. Si mas Dwi sudah banyak cerita tentang kamu lho.” dia adalah istri Dwi yang diceritakan semalam. Aku masih ingat betul parasnya. Namun aku baru sadar kalau Mila ini sedang hamil karena nampak jelas tubuh Mila yang telanjang didepanku. Terlihat dari perutnya yang membuncit. Taksiranku sekitar bulan ke 5 atau 6.
Intan : “iya…” agak kikuk aku menjabat tangannya.
Intan : “emm…maaf mengganggu kegiatan kalian disini, aku pergi aja ya. Gak seharusnya memang aku kesini.”
Dwi : “eits…jangan pergi dulu dong sayang.” Dwi memeluk pundak ku seperti mencegahku untuk pergi.
Intan : “Dwi… kamu apa-apaan sih… ada istrimu ini kok kamu panggil aku kayak gitu.”
Mila : “dia emang gitu mbak…nakal orangnya. Haha” si Mila malah tertawa melihat kelakuan suaminya.

Intan : “maaf ya mbak Mila…aku kesini cuma mau menyelesaikan urusanku dengan suamimu.”
Mila : “oh iya mbak Intan, si mas Dwi sudah cerita kok. Hihi…sudah mbak selesaikan saja disini. Aku sama yang lain pindah kamar dulu yang didepan. Yuk mas mas semua… permainan kita lanjutkan di ruangan lain.”
Dwi : “eh bentar sayang… biar tamu-tamu kita disini saja. Kamu istirahat dulu aja dikamar sebelah ya.”
Intan : “eh…maksud kamu apa??” tapi Dwi tak menjawab.
Mila : “tanggung nih sayang…kok disuruh istirahat?”
Dwi : “sudah kamu istirahat dulu, nanti 2 jam lagi ada tamu lagi yang bakal puasin kamu.”
Mila : “ah gak mau ah… aku minta ditemani dia aja ya…” Mila lalu pergi sambil menggandeng 2 orang yang sebelumnya hanya duduk di kursi, pergi ke kamar sebelah.

Dwi : “hehe maaf ya tan…emang gitu kelakuan istriku.”
Intan : “tapi apa maksudmu ini? Aku kesini cuma ingin menyelesaikan hubungan kita…sudah itu saja…aku juga minta rekaman yang ada di kamu dihapus semua.”
Dwi : “iya iya tan…aku paham…aku gak akan mengganggu hidupmu lagi…rekaman yang dulu juga ada di flashdisk itu.” dia menunjukkan sebuah flashdisk di meja.
Dwi : “flashdisk itu akan kuberikan ke kamu dengan 1 syarat.”
Intan : “apa?”
Dwi : “aku pengen kamu menemani tamu ku hari ini. Seperti dulu. Hehe”
Intan : “enggak…aku gak mau Dwi. sudah… sudah cukup dulu aku mengikuti kemauanmu ini. Aku gak mau begitu lagi…”
Dwi : “tenang tan…nanti uangnya aku bagi seperti biasa. Hehe”
Intan : “enggak Dwi! aku gak mau!”
Dwi : “kamu gak mau flashdisk itu? Hehe gimana ya kalau rekaman itu kusebar ke grup SMA kita?”

Aku terdiam mendengar ancamannya. Apakah ku ikuti saja untuk yang terakhir kali. Atau tetap ku tolak tapi akan berbahaya untuk ku. Mau ditaruh mana muka ku nanti. Pasti bapak dan ibu juga kecewa kepadaku.
Dwi : “jadi gimana tan? Hehe… aku tau kamu pasti mau kan. Tenang saja, mereka semua pakai kondom kok karena demi keamanan. Kamu juga gak mau hamil kan?”
Intan : “keamanan? Apa maksudmu?” jujur saja dulu Dwi jarang sekali memberikan aturan menggunakan kondom ke tamu-tamunya dan mengijinkan mereka membuang spermanya di dalam kemaluanku.
Dwi : “aku tau limit mu seberapa tan… kamu pernah hamil diperkosa 5 orang kan. Jadi untuk amannya, aku menyuruh mereka menggunakan kondom.”
Intan : “maksudmu? Aku melayani 5 orang hari ini?”
Dwi : “ckckckck…salah… tapi 10.”
Intan : “hah! Kamu gak waras Dwi!”
Dwi : “hei…tenang dong sayang…kamu mau rekaman itu gak?” mendengar itu aku kembali bimbang. Aku gak mungkin juga bisa melayani 10 orang sekaligus. Ditambah lagi bayangan kelam yang menyakitkanku muncul kembali di pikiranku. Kejadian yang sempat kualami dulu diperkosa oleh 5 orang yang membuatku hamil.

Dwi : “guys… silahkan… hahaha” tiba-tiba Dwi mengunci pintu dan memberi aba-aba ke 3 orang pria yang ada di dalam kamar ini.
Intan : “eh…eh…lepasin…Dwi…tolong…lepasin…” ke 3 pria yang sudah telanjang bulat itu pun mendekatiku. Mereka yang belum kukenal ini mulai menggerayangi tubuhku setelah salah 1 dari mereka memelukku dari belakang, mengunci pergerakanku.
Intan : “lepasin! Dwi…tolong…aku gak mau…tolong…”
Dwi : “hehehe sudah sayang, nikmatin aja. Atau mau main gaya perkosaan nih? Haha”
P1 : “boleh nih bro kita perkosa?”
Dwi : “boleh lah. Tapi ingat, tetap pakai kondom ya.”
P2 : “aman nih?”
Dwi : “aman lah kan sudah kutunjukkan video rekaman dia dulu. Haha”
P1 : “kalau aman jangan pakai kondom lah.”
Dwi : “ya jangan kalau itu, duitnya beda lagi. Haha”
Intan : “Bajingan kamu Dwi!!! Lepasin!!! LEPASIN!!!”

P3 : “hehe…kamu kalau gini makin cantik aja tan…” kancing bajuku mulai dilepas satu per satu, kemudian pakaian dilepas dengan paksa dan celanaku juga ditarik sampai lepas. Aku yang sudah tinggal mengenakan pakaian dalam saja, diangkat oleh mereka bertiga ke atas kasur. Sedangkan Dwi, duduk di sofa sambil menonton perbuatan mereka kepadaku.
Intan : “LEPASIN!!! LEPAS!!! SUDAH!!! AKU GAK MAU!!! LEPASIN!!!”
P1 : “hehe kalau kamu terus-terusan meronta gini malah bikin kami kami horny.”
P2 : “iya seru juga ada sensasi perkosa orang ya. Hahaha”
P3 : “eh siapa dulu nih?”
P1 : “aku dulu lah ya…posisi sudah pas nih… pegangin dulu aku mau pasang kondom…”
Brett…. Tak lama kemudian bra dan celana dalam ku ditarik kasar oleh mereka sampai lepas. Kedua tangan dan kakiku dipegangi oleh 2 orang, sedangkan yang 1 lagi sedang bersiap memasang kondom.

Intan : “mas!! Mas!! Sudah!!! Jangan!! Stop!!!”
P2 : “hehe… cantik juga kamu ya tan kalau dilihat langsung gini…”
Intan : “cuih…” aku meludahinya ketika dia ingin mencium bibirku.
P2 : “hehehe galak juga ya…slurp…percuma kamu ludahin aku tan…ludahmu manis sayang…”
P1 : “minggir bro…”
P2 : “oke siap…”
P1 : “hehehe siap-siap ya sayang…” kurasakan kepala penisnya sudah mulai digesek-gesekkan ke kemaluanku.
Intan : “Jangan!! Jangan!!! Sudah!!! Jangan mas!!! ACK!!! JANGAN!!!” dengan memaksa, kepala penisnya perlahan mulai menyeruak masuk kedalam kemaluanku.
Intan : “AACK!!! JANGAN!!! AACH!!! STOP!!! STOPP!!! AAAAACCKKK!!!” ditekannya dalam-dalam penisnya sampai membentur lubang cervixku. Aku pun menjerit karena kesakitan. Kemaluanku yang kering karena aku tak menikmati permainan ini membuatku tersiksa sendiri.

Intan : “AACH!! MAS!!! AAACH!!! STOP!!! SAKITTT!!! AAACHH!!!!”
P1 : “wih…masih seret aja kamu tan… lu bohong ya Dwi kalau dia lonte pengalaman? Masih kayak perawan gini… hahaha”
Dwi : “ya aku gak bohong kok, kalian sendiri sudah lihat kan videonya. Hahaha bahkan ini lonte pernah hamil. Sudah nikmati saja. Hahaha” kata-kata Dwi yang menyakitkan membuatku semakin membencinya. Aku tak menyangka bakalan direndahkan seperti ini oleh Dwi dan entah kenapa air mata ku menetes.
P3 : “payudaramu lebih gede ya dari punya Mila yang lagi hamil. Gimana pas kamu hamil dulu tan. Pasti lebih gede dari ini. Haha” sambil meremas-remas payudaraku.
Intan : “AACKK!!! MAS!! SUDAH!!! AKU MOHON!!! SUDAH!! AAACKKK……”
P2 : “hehe masih aja minta udahan. Padahal enak kan? Ini pentilmu juga tegang tan…”
Intan : “ACKK!! SUDAH!!! MAS!!! STOP!!! AACKK!! SUDAH!!!”
P1 : “hehe sabar tan…nikmati saja…permainan baru kita mulai…” kata dia yang sedang menggenjotku dengan kecepatan tinggi. Kemaluanku serasa makin perih. Tak seperti biasanya nafsuku bisa terpicu, kali ini aku sama sekali tak bisa menikmatinya.

Sampai akhirnya aku ada kesempatan untuk bisa melepaskan diri. Kutendang dia yang sedang menyetubuhiku sampai terjungkal jatuh dari kasur. Cengkraman di tanganku juga bisa kulepaskan karena keringat ku yang bercucuran tadi membuatnya jadi licin. Aku lari ke pintu, tapi Dwi sudah menjaga area pintu sebelum aku sempat meraih handle pintunya.
Intan : “Dwi!! Aku kecewa sama kamu!!! Lepasin aku!!! AAACKKK….” rambutku ditarik keras dari seseorang dari belakang.
P1 : “kurang ajar ya kamu…kita-kita sudah bayar mahal buat kamu.” plak…plak…plak… dia menampar mukaku berulang kali.
P3 : “hey, santai bro. Kalau dia luka-luka jadi gak bikin nafsu lagi.”
P1 : “hehe bener juga.”
Intan : “ampun…lepasin aku…ampun mas…oghhh…” dia mencekikku sekarang.
P2 : “telentangin lagi aja cepetan gantian sini…” mereka ber tiga menelentangkanku di lantai dan bergantian menyetubuhiku sampai terasa nyeri di area cervix ku karena mereka terlalu keras.

Intan : “ACK…ACKK…ACKK…SAKITT…AAACKKK….”
P2 : “bro…beneran nih gak boleh di creampie?”
Dwi : “ya kalau mau bayar lebih boleh aja. Hahaha tapi kalian ber 10 nanti tambah bayar ya.”
Intan : “enggakk…enggakk…aku gak mau…enggak…ackk….”
P2 : “diem lonte…ini urusan sama majikan lu…” plak…plak…
P3 : “ah gw gak mau bayar lagi. Sudah habis banyak. Ayolah.”
P1 : “halah bayar lagi aja lho.”
P3 : “duit gw dah abis ini”
Dwi : “bentar bentar…ayo ayo masuk…” 4 orang pria masuk ke kamar, mereka mengerubuti ku yang masih tergeletak di lantai dan disetubuhi bergantian oleh 3 orang sebelumnya.
P2 : “eh lu mau bayar tambah gak? Biar dibolehin creampie nih? Shit…enak bener ini cewe…”
P4 : “ah gimana masa bayar lagi?”
Dwi : “ya kan perjanjiannya yang ini gak pakai creampie.”
P2 : “ayolah bro…shit…rugi bener cewe cakep kayak gini gak dibuntingin.”
Dwi : “haha jangan lah. Gw juga ada perjanjian sama dia. Gimana kalau mau creampie di anal aja. Kali ini gak usah tambah bayar deh. gimana?”
Intan : “AACK…GAK…GAK…GAK MAU….ACKKK…”

Dwi : “ayolah tan. Aman kan di pantat mu kayak dulu. Hehe”
P1 : “nah gitu dong bro…” P2 yang sedang menggenjotku sekarang memeluk erat tubuhku dan mengangkat tubuhku sehingga berada diatasnya.
P1 : “aku duluan ya…” mereka ternyata mau menusukkan penisnya berbarengan di pantat dan dikemaluanku.
Intan : “AACKK!!! SAKITTTT!!! AAACCKKK!!!” dia memaksakan masuk penisnya di lubang pantatku. Sedangkan kemaluanku juga masih dijejali oleh penis pria yang tadi. Dengan brutal dia melesakkan penisnya di dalam pantatku, kedua tangannya bertumpu dipundakku agar dia dapat dengan mudah menusukkan penisnya sedalam mungkin.
P1 : “uhs..ahs..shit…sempit banget nih…uhs…”
Intan : “MAS!!! SUDAH!! SAKIT!!! AMPUN!!! AMPUN!!!”
P2 : “terusin bro…V nya enak ini makin ngegrip…genjot terus bro…”
P1 : “ah…shit…rasain nih…hengghhh…” slep… dia menusukkan penisnya dalam-dalam sambil menyemburkan spermanya.
Intan : “AAAAAAAAHHHHH……” aku merasakan cairan panas itu memenuhi rongga usus ku karena dia menyemburkan sperma terlalu banyak. Sampai-sampai perutku terasa panas.
P5 : “gantian bro kalau udah…”
P3 : “sabar…gw dulu bro…”
P1 : “lu baru datang juga ganggu aja. Antri sana. Nih…gantian lu sekarang.”
P3 : “nah gitu dong. Kan pengen juga gw crotin protein gw di dalam.”

Intan : “ahhhh……..” aku ambruk ketika dia mencabut penisnya. Dan kembali lubang pantatku dijejali penis lain yang aku tak tau siapa itu. Aku tak mengenali mereka semua. Yang aku tahu mereka sedang memperkosaku sekarang. Mereka bergantian menyetubuhiku, bergantian 2 orang menusukkan penisnya di kemaluan dan pantatku bersamaan. Sampai-sampai aku merasa pandanganku berkunang-kunang. Sudah tak kuat lagi rasanya, tapi tetap kupaksakan untuk tersadar. Karena bila tidak, aku tak tahu akan apa yang terjadi nanti kepadaku. Meski perlahan kesadaranku mulai memudar.
P2 : “ah…aku sudah gak tahan lagi…ganti posisi bro…” dia yang sedari tadi menancapkan penisnya di vaginaku membalikkan tubuhku sehingga aku terlentang menindih pria yang sedang meng-anal-ku sekarang.
P2 : “aahs…shit…hengggshhhhh…”
Intan : “mas…enggakk…cabut…aaaaaahhhsss….” meski dia mengenakan kondom tapi aku takut kondomnya pecah didalam ketika dia ejakulasi. Tapi tetap saja dia tak menggubris permintaanku.
P6 : “gantian sini…” pria selanjutnya bersiap dengan memakai kondom sebelum aku kembali disetubuhi.
Intan : “aaaaarrrghh…..” mata ku terbelalak ketika dia sudah menancapkan penisnya. Terasa lebih besar dan panjang dari yang sebelumnya karena dinding rahimku seperti ditekan kuat-kuat.

P2 : “bro… aku boleh lanjut lagi kan?”
Dwi : “ya sekuat lu aja bro. Asal ingat, jangan sampai keluar didalam, pakai kondom terus nanti. Haha kan lu udah bayar buat seharian.”
P1 : “weh mantab nih kalau sekuatnya kita.”
Dwi : “iya lah, selama ikut aturan aja lu bebas pakai dia. Haha kalau bosen, kesebelah aja sama bini gw.”
P3 : “ah enggal lah, cantikan yang disini.”
Dwi : “haha kurang ajar. Emang bini gw kurang cakep apa?”
P2 : “ya jauh lah bro, bini lu cuma menang manis doang sama boleh bebas di crot in.”
P1 : “iya nih mana bayarnya sama lagi.”
Dwi : “ya jangan gitu ini kan spesial, habis ini gak bisa lagi. Haha”
P5 : “beneran gak bisa lagi?”
Dwi : “gak tau juga sih Intannya mau lagi apa nggak. ”
P5 : “wah sayang bener, kalau gitu harus di puas-puasin nih hari ini.”
Dwi : “iya udah pakai aja sampai burung lu lu pada gak bisa bangun lagi. Hahaha… eh kalian berdua sudah kesini lagi?”
P8 & P9 : “iya nih bini lu sudah pingsan disebelah bro. Mangkanya kita kesini.”
Dwi : “wah serius nih pingsan?”
P8 : “iya sudah gak kuat dia, tapi aman kok. Sudah aku naikkan ke kasur jadi dia bisa istirahat.”
Dwi : “ya udah biarin kalau gitu. Haha”
P1 : “parah lu bro, bini pingsan gak di cek. Gak khawatir lu kandungannya dia kenapa-kenapa?”
Dwi : “enggak lah aman, kalau gw tinggal bisa bahaya yang disini nanti Intan kalian bikin bunting juga kayak bini gw. Hahaha”
P2 : “haha gak lah aman bro. Gak percayaan amat.”
Dwi : “ya gimana, ini Intan barang langka. Dah sana pake lagi. Itu udah selesai tuh mereka.”
P7 : “bro gw ke sebelah ya. Mau make bini lu.”
Dwi : “iya udah kesana aja. Sekalian titip ya. Haha…akhirnya datang lagi pemain terakhir kita.”
P10 : “duh telat gw. Dah berantakan aja barangnya. Haha”
Dwi : “aman kok bro, gak ada yang crot di V nya.”
P10 : “good lah, kasihan burung gw nanti belepotan bekas kalian. hahaha”
Samar-samar kudengar semua percakapan mereka. Aku tak sanggup lagi untuk bergerak sekarang. Seluruh tubuhku rasanya sakit semua, sudah pasrah saja dan menerima semua perlakuan mereka.

P5 : “bro, gantian ya.”
P7 : “iya udah sana. Mumpung belum ada yang pakai.”
P6 : “gw ikutan juga ya. Lu gak mau ikutan?”
P8 : “gw istirahat dulu aja nanti join lah. Haha”
P9 : “iya biji gw masih kering dihabisin ”
Intan : “mas…ampun…” aku hanya bisa memohon ampun, namun tubuhku tak mampu bergerak lagi karena letih dan nyeri yang menjalar di kemaluanku.
P5 : “hehe kita sudah bayar lu, jadi lu harus puasin kita-kita sekarang.” dia menggendongku ke balkon di siang hari yang panas. Aku yang sedang telanjang bulat, merasakan panas dari lantai. Rasanya kembali aku disiksa dengan teriknya matahari siang ini. Dia meletakkanku di atas lantai yang sudah dialasi oleh handuk.
Intan : “aaaack……” kembali penisnya melesak didalam kemaluanku.
P5 : “goyang dong tan…masa sudah gak kuat? Haha” aku tetap diam saja dan dia tak memperdulikanku. Dia tetap menggenjotku dengan ganas dalam posisi misionaris.
Intan : “aackk..mas…aackk…sudah…aachh…” tanganku dipegang olehnya.
P5 : “mmmhh…mmmhhh…sluuurp…keringatmu bikin gairahku naik aja tan…sluurp…” dia menjilati leher dan payudaraku yang berkeringat bergantian.
Intan : “aaach…mas…ampun…stop…aaach…sakit…”
P5 : “hehe aku mau keluar nih tan…” dia mencengkram keras payudaraku sambil mencubit putingku.
Intan : “ack…sudah…aaach….OOOOGGHHHHH….” dia melesakkan penisnya dalam-dalam dan kembali ejakulasi. Aku merasakan kondom yang dia kenakan menggelembung di dalam kemaluanku.
P5 : “hehehe…nih tan…kalau dibolehin keluar didalam, pasti rahimmu sudah penuh sama spermaku.” dia mencabut penisnya dan melepas kondomnya lalu dilemparkan ke mukaku. Sungguh terhina aku rasanya hari ini.
P6 : “dah gantian gw bro.”
Intan : “mas…stop…ijinkan aku istirahat…. AAACHH….” tanpa basa basi dia membuka kakiku dan langsung menghujamkan penisnya. Kembali aku disetubuhi tanpa henti bergantian oleh 4 orang lagi.

P10 : “wah cantik ya. Haha tapi sayang bro.”
Dwi : “sayang kenapa bro?”
P10 : “iya diem aja dia. Gak atraktif kayak si Mila. meski cantikan Intan sih daripada Mila. haha”
Dwi : “lu mau dia juga aktif bro? Yang lain sih dari tadi main gaya perkosaan. Haha ”
P10 : “iya lah namanya juga sewa lonte”
Dwi : “oke. Permainan kita up. Bawa Intan masuk dulu.” Dwi memberi aba-aba ke mereka untuk menghentikan permainan dan membawaku masuk kembali kedalam kamar.
P7 : “yah nanggung nih. Gila aja lu suruh gw berhenti.”
Dwi : “bentar aja.”
P7 : “ok lah…”

Aku dibopong masuk kembali kedalam ruangan dan ditidurkan diatas kasur. Tenaga ku yang sudah melemah membuatku tak berdaya dan bahkan untuk duduk saja diatas kasur aku kesusahan.
Dwi : “gini, si Rony tadi komplain katanya kamu kurang seru tan. Gimana kalau kamu juga ngimbangin permainan mereka.” kata Dwi kepadaku.
Intan : “enggak, aku gak mau. Kamu kan yang menjebak ku kesini. Aku sudah gak mau lagi berurusan sama kamu Dwi.”
Dwi : “eits…kamu gak mau flashdisk rekaman ini?” kata-kata Dwi membuatku terdiam.
Dwi : “hahaha sudah kuduga kamu gak bisa berkutik tan. Gini aja, aku bikin peraturan baru. Kalau kamu gak bisa mengimbangi permainan mereka, mereka kuperbolehkan untuk gak pakai kondom lagi? Gimana? Hahaha” seketika aku terkejut. Itu berarti bila aku tak melayani mereka, mereka akan melepaskan kondomnya dan aku bisa saja dihamili oleh mereka. Kudengar suara sorak sorai dari mereka karena aturan baru yang dibuat oleh Dwi. Mereka nampak senang dan kembali bersemangat.
Dwi : “jadi gimana tan? Kamu mau main gaya perkosaan lagi kayak tadi tanpa kondom? Atau mau melayani mereka suka rela?” emosiku seketika meledak-ledak membuatku punya tenaga untuk berdiri menatap Dwi.
Intan : “oke…kalau itu peraturanmu, aku mau, tapi, cuma sampai sore, aku gak mau sampai malam atau lanjut esok hari.”
Dwi : “ok deal. Mereka sampai jam 6 sore aja gimana?”
Intan : “oke aku ikuti permainanmu Dwi. setelah ini anggap kita gak pernah ada hubungan apa-apa.”
Dwi : “oke… guys, kalian dengar sendiri, sekarang silahkan dinikmati. Hahaha”

Kembali mereka mengerubuti ku, namun aku mencoba untuk kuat.
P10 : “sini tan…” seorang pria tiduran diatas kasur, aku mengerti maksudnya. Kunaiki tubuhnya dan sekarang aku yang menggoyang dia yang berada di bawahku. Meski kemaluanku rasanya sakit, tetap kutahan. Namun air mata ku tetap mengalir. Ku coba untuk rileks dan menikmati meski susah dan tak bisa.
P10 : “nah gitu dong. Gak rugi bayar lonte secantik kamu. Hahaha”
Intan : “oohs…ohss…nggghh…aachh…oohs…” aku pun pura-pura mendesah dan menikmati permainan ini demi memuaskannya.
P10 : “goyang yang kenceng…uhs…” plak…plak… dia menampar-nampar payudaraku yang bergoyang seiring gerakan naik turun ku diatasnya.

P9 : “nah gitu dong. Kan seru. Ayo tan sepongin sini.”
P4 : “aku juga dong.” 2 orang maju menyodorkan penisnya ke mukaku. Kugenggam dengan kedua tanganku.
Intan : “mmmhh…slurp…mmmhh…mmmhhh…” bergantian 2 penis itu ku kulum dan ku kocok. Sampai akhirnya ada yang tak tahan lagi.
P4 : “uhs…tan…aku mau keluar…isep tan… oghs…”
Intan : “HENGGGHHH….” spermanya membanjiri mulutku.
P4 : “telan tan…buka mulutmu…aku pengen lihat kamu telan beneran apa gak.”
Intan : “glek….” dengan terpaksa kutelan spermanya.
Intan : “sudah kok… aku telan…”
P8 : “eh gantian dong…aku juga…”
P9 : “eh bentar…bro..lu peluk intan dulu ya.”
P10 : “ok bro.”
Intan : “eh mas…mau ngapain?” nampaknya dia pindah kebelakang dan menusukkan penisnya di pantatku.
P9 : “hehe aku mau keluar tan di dalam pantatmu.”
Intan : “ACK…” kembali aku terpekik ketika penisnya masuk.
P9 : “ohs…nggghhhh….” srooot…srooot…sroot… spermanya masuk dan membanjiri pantatku lagi.
P9 : “oohs…mantab kamu tan…”
Intan : “ohs…”
P9 : “bro, pake memeknya bentar ya. Buat nyuci penisku nih.”
P10 : “ok bro…”
Intan : “mas…kok…” aku ditelentangkan olehnya.
P9 : “tenang aja gak crot didalam kok sayang cuma bersihin sisa-sisa aja.”
Intan : “tapikan spermamu… AACCKKK…AACKKK…AAACHHH” dia tak menghiraukanku dan langsung saja menusukkan penisnya yang masih tegang berlumuran sperma yang sedari tadi tertampung didalam pantatku kedalam vaginaku.
P9 : “uhs..tan…aku pengen keluar lagi nih…”
Intan : “mas…mas…perjanjiannya gak gini….mas!!! AACKK” dia mencabut penisnya dan menyemprotkan spermanya lagi di payudaraku.

P8 : “duh bikin kotor aja lu bro.”
P9 : “hehe sorry kan keenakan untung gak lupa crot didalam. Maaf ya Intan sayang…”
Intan : “....” aku pun terdiam
Intan : “Dwi… aku sudah gak mau lagi….”
Dwi : “eits…ingat tan, kalau kamu gak aktif melayani mereka, perjanjiannya mereka bisa perkosa kamu lagi tanpa kondom. Hahaha cuma sampai sore kok.”
Intan : “bajingan kamu dwi…”
Dwi : “jadi gimana?”
Intan : “iya aku turuti…tapi aku gak mau kayak dia kejadian lagi.” aku menunjuk ke mas mas yang baru saja memuntahkan sperma di payudaraku.
Dwi : “ok deal tan…”
Dwi : “eh lu ngaco aja lu bikin kotor kan.”
Intan : “aku minta tissue dong Dwi. buat bersihin ini nih…” setelah itu, aku lanjut melayani mereka dan ternyata sampai jam 7 lebih. Sesuai perjanjian, aku sudah tak ada hubungan lagi dengan Dwi. Terlebih lagi yang paling penting flashdisknya sudah kubawa. Sudah cukup sekian kisahku dengan Dwi. Semoga saja dia tak mengganggu kehidupanku kedepannya. Aku tak ingin gagal lagi untuk yang kali ini. Aku berharap Tono menjadi yang terakhir untukku.
 
The EX 02 - Chapter 27 G
Timeline : 2011 Juni
Hari ke 5 di Jogja

–POV Intan–
Pertemuan ku dengan Dwi kemarin malam membuatku merasa tak nyaman. Banyak hal yang mengganggu pikiran ku dari semalam. Sampai akhirnya, kuputuskan untuk menghubungi nomor hape yang Dwi berikan kepadaku melalui sms.
Intan : “Dwi… ini Intan.” tak lama kemudian sms ku berbalas.
Dwi : “hai sayang… akhirnya kamu hubungi aku juga.”
Intan : “jangan panggil aku sayang lagi. Aku mau menyelesaikan semuanya… jangan salah paham. Aku gak mau balikan sama kamu.”
Dwi : “santai dong sayang. Kita ketemuan aja nanti ya. Kayaknya gak enak kalau cuma lewat sms kan. Mungkin buat terakhir kalinya kita ketemu langsung kan.”
Intan : “ok…jam berapa dan dimana?” sempat ku berfikir, apakah aku iyakan ajakan dia untuk bertemu atau tidak.
Dwi : “aku di room 308 lantai 3. Nanti jam berapapun, kamu kesini aja ya.” ternyata dia cuma beda 1 lantai denganku. Aku di lantai 4, dia di lantai 3.

Sebenarnya aku ragu untuk bertemu dia lagi. Tapi, aku harus menyelesaikan semuanya. Aku tak ingin hubunganku dengannya menggantung tanpa adanya kata putus. Memang dia yang pergi begitu saja, bertemu kembali pun dalam sebuah ke tak sengaja-an. Terlebih lagi dia ternyata sudah menikah dengan orang lain. Aku hanya ingin mengucapkan kata “kita putus…” didepannya, atau mungkin ada hal lain yang kuharapkan. Yaitu permintaan maafnya atas apa yang sudah dia lakukan kepadaku.

Jam 10 setelah mandi, aku bersiap untuk menemui Dwi. Sudah kuputuskan matang-matang untuk menemuinya untuk yang terakhir kali. Aku berjalan ke room 308 kemudian mengetuk pintunya. Seseorang dengan hanya mengenakan balutan handuk membukakan pintu. Dan dia adalah Dwi. Orang yang sudah meninggalkanku dalam ketidakjelasan.
Dwi : “hai sayang…masuk dulu yuk.”
Intan : “kamu…kok…” aku kaget
Dwi : “kenapa? Yuk masuk.”
Intan : “enggak ah, aku kesini buat ngobrol sama kamu. Aku tunggu diluar.”
Dwi : “maaf sayang, aku lagi ada urusan didalam yang belum selesai. Yuk masuk aja.”
Intan : “apasih…”
Dwi : “sudah-sudah…yuk…” Dwi menggandeng tanganku masuk kedalam kamarnya.

Aku agak ragu untuk masuk ke dalam kamarnya. Terlebih lagi Dwi seperti sedang telanjang dan hanya ditutupi oleh handuk. Saat di dalam kamarnya aku melihat pemandangan yang membuatku terkejut. Kulihat ada 1 orang wanita yang sedang “melayani” 3 orang pria dan ada 2 orang pria lagi yang hanya mengenakan handuk saja seperti Dwi.
Dwi : “hai hai…lihat siapa yang datang ini. Mil…sudahan dulu, nih kenalan sama Intan.” wanita yang sedang “melayani” 3 orang pria tadi berjalan menemuiku.

Mila : “hai tan…akhirnya kita ketemu juga. Aku Mila. Si mas Dwi sudah banyak cerita tentang kamu lho.” dia adalah istri Dwi yang diceritakan semalam. Aku masih ingat betul parasnya. Namun aku baru sadar kalau Mila ini sedang hamil karena nampak jelas tubuh Mila yang telanjang didepanku. Terlihat dari perutnya yang membuncit. Taksiranku sekitar bulan ke 5 atau 6.
Intan : “iya…” agak kikuk aku menjabat tangannya.
Intan : “emm…maaf mengganggu kegiatan kalian disini, aku pergi aja ya. Gak seharusnya memang aku kesini.”
Dwi : “eits…jangan pergi dulu dong sayang.” Dwi memeluk pundak ku seperti mencegahku untuk pergi.
Intan : “Dwi… kamu apa-apaan sih… ada istrimu ini kok kamu panggil aku kayak gitu.”
Mila : “dia emang gitu mbak…nakal orangnya. Haha” si Mila malah tertawa melihat kelakuan suaminya.

Intan : “maaf ya mbak Mila…aku kesini cuma mau menyelesaikan urusanku dengan suamimu.”
Mila : “oh iya mbak Intan, si mas Dwi sudah cerita kok. Hihi…sudah mbak selesaikan saja disini. Aku sama yang lain pindah kamar dulu yang didepan. Yuk mas mas semua… permainan kita lanjutkan di ruangan lain.”
Dwi : “eh bentar sayang… biar tamu-tamu kita disini saja. Kamu istirahat dulu aja dikamar sebelah ya.”
Intan : “eh…maksud kamu apa??” tapi Dwi tak menjawab.
Mila : “tanggung nih sayang…kok disuruh istirahat?”
Dwi : “sudah kamu istirahat dulu, nanti 2 jam lagi ada tamu lagi yang bakal puasin kamu.”
Mila : “ah gak mau ah… aku minta ditemani dia aja ya…” Mila lalu pergi sambil menggandeng 2 orang yang sebelumnya hanya duduk di kursi, pergi ke kamar sebelah.

Dwi : “hehe maaf ya tan…emang gitu kelakuan istriku.”
Intan : “tapi apa maksudmu ini? Aku kesini cuma ingin menyelesaikan hubungan kita…sudah itu saja…aku juga minta rekaman yang ada di kamu dihapus semua.”
Dwi : “iya iya tan…aku paham…aku gak akan mengganggu hidupmu lagi…rekaman yang dulu juga ada di flashdisk itu.” dia menunjukkan sebuah flashdisk di meja.
Dwi : “flashdisk itu akan kuberikan ke kamu dengan 1 syarat.”
Intan : “apa?”
Dwi : “aku pengen kamu menemani tamu ku hari ini. Seperti dulu. Hehe”
Intan : “enggak…aku gak mau Dwi. sudah… sudah cukup dulu aku mengikuti kemauanmu ini. Aku gak mau begitu lagi…”
Dwi : “tenang tan…nanti uangnya aku bagi seperti biasa. Hehe”
Intan : “enggak Dwi! aku gak mau!”
Dwi : “kamu gak mau flashdisk itu? Hehe gimana ya kalau rekaman itu kusebar ke grup SMA kita?”

Aku terdiam mendengar ancamannya. Apakah ku ikuti saja untuk yang terakhir kali. Atau tetap ku tolak tapi akan berbahaya untuk ku. Mau ditaruh mana muka ku nanti. Pasti bapak dan ibu juga kecewa kepadaku.
Dwi : “jadi gimana tan? Hehe… aku tau kamu pasti mau kan. Tenang saja, mereka semua pakai kondom kok karena demi keamanan. Kamu juga gak mau hamil kan?”
Intan : “keamanan? Apa maksudmu?” jujur saja dulu Dwi jarang sekali memberikan aturan menggunakan kondom ke tamu-tamunya dan mengijinkan mereka membuang spermanya di dalam kemaluanku.
Dwi : “aku tau limit mu seberapa tan… kamu pernah hamil diperkosa 5 orang kan. Jadi untuk amannya, aku menyuruh mereka menggunakan kondom.”
Intan : “maksudmu? Aku melayani 5 orang hari ini?”
Dwi : “ckckckck…salah… tapi 10.”
Intan : “hah! Kamu gak waras Dwi!”
Dwi : “hei…tenang dong sayang…kamu mau rekaman itu gak?” mendengar itu aku kembali bimbang. Aku gak mungkin juga bisa melayani 10 orang sekaligus. Ditambah lagi bayangan kelam yang menyakitkanku muncul kembali di pikiranku. Kejadian yang sempat kualami dulu diperkosa oleh 5 orang yang membuatku hamil.

Dwi : “guys… silahkan… hahaha” tiba-tiba Dwi mengunci pintu dan memberi aba-aba ke 3 orang pria yang ada di dalam kamar ini.
Intan : “eh…eh…lepasin…Dwi…tolong…lepasin…” ke 3 pria yang sudah telanjang bulat itu pun mendekatiku. Mereka yang belum kukenal ini mulai menggerayangi tubuhku setelah salah 1 dari mereka memelukku dari belakang, mengunci pergerakanku.
Intan : “lepasin! Dwi…tolong…aku gak mau…tolong…”
Dwi : “hehehe sudah sayang, nikmatin aja. Atau mau main gaya perkosaan nih? Haha”
P1 : “boleh nih bro kita perkosa?”
Dwi : “boleh lah. Tapi ingat, tetap pakai kondom ya.”
P2 : “aman nih?”
Dwi : “aman lah kan sudah kutunjukkan video rekaman dia dulu. Haha”
P1 : “kalau aman jangan pakai kondom lah.”
Dwi : “ya jangan kalau itu, duitnya beda lagi. Haha”
Intan : “Bajingan kamu Dwi!!! Lepasin!!! LEPASIN!!!”

P3 : “hehe…kamu kalau gini makin cantik aja tan…” kancing bajuku mulai dilepas satu per satu, kemudian pakaian dilepas dengan paksa dan celanaku juga ditarik sampai lepas. Aku yang sudah tinggal mengenakan pakaian dalam saja, diangkat oleh mereka bertiga ke atas kasur. Sedangkan Dwi, duduk di sofa sambil menonton perbuatan mereka kepadaku.
Intan : “LEPASIN!!! LEPAS!!! SUDAH!!! AKU GAK MAU!!! LEPASIN!!!”
P1 : “hehe kalau kamu terus-terusan meronta gini malah bikin kami kami horny.”
P2 : “iya seru juga ada sensasi perkosa orang ya. Hahaha”
P3 : “eh siapa dulu nih?”
P1 : “aku dulu lah ya…posisi sudah pas nih… pegangin dulu aku mau pasang kondom…”
Brett…. Tak lama kemudian bra dan celana dalam ku ditarik kasar oleh mereka sampai lepas. Kedua tangan dan kakiku dipegangi oleh 2 orang, sedangkan yang 1 lagi sedang bersiap memasang kondom.

Intan : “mas!! Mas!! Sudah!!! Jangan!! Stop!!!”
P2 : “hehe… cantik juga kamu ya tan kalau dilihat langsung gini…”
Intan : “cuih…” aku meludahinya ketika dia ingin mencium bibirku.
P2 : “hehehe galak juga ya…slurp…percuma kamu ludahin aku tan…ludahmu manis sayang…”
P1 : “minggir bro…”
P2 : “oke siap…”
P1 : “hehehe siap-siap ya sayang…” kurasakan kepala penisnya sudah mulai digesek-gesekkan ke kemaluanku.
Intan : “Jangan!! Jangan!!! Sudah!!! Jangan mas!!! ACK!!! JANGAN!!!” dengan memaksa, kepala penisnya perlahan mulai menyeruak masuk kedalam kemaluanku.
Intan : “AACK!!! JANGAN!!! AACH!!! STOP!!! STOPP!!! AAAAACCKKK!!!” ditekannya dalam-dalam penisnya sampai membentur lubang cervixku. Aku pun menjerit karena kesakitan. Kemaluanku yang kering karena aku tak menikmati permainan ini membuatku tersiksa sendiri.

Intan : “AACH!! MAS!!! AAACH!!! STOP!!! SAKITTT!!! AAACHH!!!!”
P1 : “wih…masih seret aja kamu tan… lu bohong ya Dwi kalau dia lonte pengalaman? Masih kayak perawan gini… hahaha”
Dwi : “ya aku gak bohong kok, kalian sendiri sudah lihat kan videonya. Hahaha bahkan ini lonte pernah hamil. Sudah nikmati saja. Hahaha” kata-kata Dwi yang menyakitkan membuatku semakin membencinya. Aku tak menyangka bakalan direndahkan seperti ini oleh Dwi dan entah kenapa air mata ku menetes.
P3 : “payudaramu lebih gede ya dari punya Mila yang lagi hamil. Gimana pas kamu hamil dulu tan. Pasti lebih gede dari ini. Haha” sambil meremas-remas payudaraku.
Intan : “AACKK!!! MAS!! SUDAH!!! AKU MOHON!!! SUDAH!! AAACKKK……”
P2 : “hehe masih aja minta udahan. Padahal enak kan? Ini pentilmu juga tegang tan…”
Intan : “ACKK!! SUDAH!!! MAS!!! STOP!!! AACKK!! SUDAH!!!”
P1 : “hehe sabar tan…nikmati saja…permainan baru kita mulai…” kata dia yang sedang menggenjotku dengan kecepatan tinggi. Kemaluanku serasa makin perih. Tak seperti biasanya nafsuku bisa terpicu, kali ini aku sama sekali tak bisa menikmatinya.

Sampai akhirnya aku ada kesempatan untuk bisa melepaskan diri. Kutendang dia yang sedang menyetubuhiku sampai terjungkal jatuh dari kasur. Cengkraman di tanganku juga bisa kulepaskan karena keringat ku yang bercucuran tadi membuatnya jadi licin. Aku lari ke pintu, tapi Dwi sudah menjaga area pintu sebelum aku sempat meraih handle pintunya.
Intan : “Dwi!! Aku kecewa sama kamu!!! Lepasin aku!!! AAACKKK….” rambutku ditarik keras dari seseorang dari belakang.
P1 : “kurang ajar ya kamu…kita-kita sudah bayar mahal buat kamu.” plak…plak…plak… dia menampar mukaku berulang kali.
P3 : “hey, santai bro. Kalau dia luka-luka jadi gak bikin nafsu lagi.”
P1 : “hehe bener juga.”
Intan : “ampun…lepasin aku…ampun mas…oghhh…” dia mencekikku sekarang.
P2 : “telentangin lagi aja cepetan gantian sini…” mereka ber tiga menelentangkanku di lantai dan bergantian menyetubuhiku sampai terasa nyeri di area cervix ku karena mereka terlalu keras.

Intan : “ACK…ACKK…ACKK…SAKITT…AAACKKK….”
P2 : “bro…beneran nih gak boleh di creampie?”
Dwi : “ya kalau mau bayar lebih boleh aja. Hahaha tapi kalian ber 10 nanti tambah bayar ya.”
Intan : “enggakk…enggakk…aku gak mau…enggak…ackk….”
P2 : “diem lonte…ini urusan sama majikan lu…” plak…plak…
P3 : “ah gw gak mau bayar lagi. Sudah habis banyak. Ayolah.”
P1 : “halah bayar lagi aja lho.”
P3 : “duit gw dah abis ini”
Dwi : “bentar bentar…ayo ayo masuk…” 4 orang pria masuk ke kamar, mereka mengerubuti ku yang masih tergeletak di lantai dan disetubuhi bergantian oleh 3 orang sebelumnya.
P2 : “eh lu mau bayar tambah gak? Biar dibolehin creampie nih? Shit…enak bener ini cewe…”
P4 : “ah gimana masa bayar lagi?”
Dwi : “ya kan perjanjiannya yang ini gak pakai creampie.”
P2 : “ayolah bro…shit…rugi bener cewe cakep kayak gini gak dibuntingin.”
Dwi : “haha jangan lah. Gw juga ada perjanjian sama dia. Gimana kalau mau creampie di anal aja. Kali ini gak usah tambah bayar deh. gimana?”
Intan : “AACK…GAK…GAK…GAK MAU….ACKKK…”

Dwi : “ayolah tan. Aman kan di pantat mu kayak dulu. Hehe”
P1 : “nah gitu dong bro…” P2 yang sedang menggenjotku sekarang memeluk erat tubuhku dan mengangkat tubuhku sehingga berada diatasnya.
P1 : “aku duluan ya…” mereka ternyata mau menusukkan penisnya berbarengan di pantat dan dikemaluanku.
Intan : “AACKK!!! SAKITTTT!!! AAACCKKK!!!” dia memaksakan masuk penisnya di lubang pantatku. Sedangkan kemaluanku juga masih dijejali oleh penis pria yang tadi. Dengan brutal dia melesakkan penisnya di dalam pantatku, kedua tangannya bertumpu dipundakku agar dia dapat dengan mudah menusukkan penisnya sedalam mungkin.
P1 : “uhs..ahs..shit…sempit banget nih…uhs…”
Intan : “MAS!!! SUDAH!! SAKIT!!! AMPUN!!! AMPUN!!!”
P2 : “terusin bro…V nya enak ini makin ngegrip…genjot terus bro…”
P1 : “ah…shit…rasain nih…hengghhh…” slep… dia menusukkan penisnya dalam-dalam sambil menyemburkan spermanya.
Intan : “AAAAAAAAHHHHH……” aku merasakan cairan panas itu memenuhi rongga usus ku karena dia menyemburkan sperma terlalu banyak. Sampai-sampai perutku terasa panas.
P5 : “gantian bro kalau udah…”
P3 : “sabar…gw dulu bro…”
P1 : “lu baru datang juga ganggu aja. Antri sana. Nih…gantian lu sekarang.”
P3 : “nah gitu dong. Kan pengen juga gw crotin protein gw di dalam.”

Intan : “ahhhh……..” aku ambruk ketika dia mencabut penisnya. Dan kembali lubang pantatku dijejali penis lain yang aku tak tau siapa itu. Aku tak mengenali mereka semua. Yang aku tahu mereka sedang memperkosaku sekarang. Mereka bergantian menyetubuhiku, bergantian 2 orang menusukkan penisnya di kemaluan dan pantatku bersamaan. Sampai-sampai aku merasa pandanganku berkunang-kunang. Sudah tak kuat lagi rasanya, tapi tetap kupaksakan untuk tersadar. Karena bila tidak, aku tak tahu akan apa yang terjadi nanti kepadaku. Meski perlahan kesadaranku mulai memudar.
P2 : “ah…aku sudah gak tahan lagi…ganti posisi bro…” dia yang sedari tadi menancapkan penisnya di vaginaku membalikkan tubuhku sehingga aku terlentang menindih pria yang sedang meng-anal-ku sekarang.
P2 : “aahs…shit…hengggshhhhh…”
Intan : “mas…enggakk…cabut…aaaaaahhhsss….” meski dia mengenakan kondom tapi aku takut kondomnya pecah didalam ketika dia ejakulasi. Tapi tetap saja dia tak menggubris permintaanku.
P6 : “gantian sini…” pria selanjutnya bersiap dengan memakai kondom sebelum aku kembali disetubuhi.
Intan : “aaaaarrrghh…..” mata ku terbelalak ketika dia sudah menancapkan penisnya. Terasa lebih besar dan panjang dari yang sebelumnya karena dinding rahimku seperti ditekan kuat-kuat.

P2 : “bro… aku boleh lanjut lagi kan?”
Dwi : “ya sekuat lu aja bro. Asal ingat, jangan sampai keluar didalam, pakai kondom terus nanti. Haha kan lu udah bayar buat seharian.”
P1 : “weh mantab nih kalau sekuatnya kita.”
Dwi : “iya lah, selama ikut aturan aja lu bebas pakai dia. Haha kalau bosen, kesebelah aja sama bini gw.”
P3 : “ah enggal lah, cantikan yang disini.”
Dwi : “haha kurang ajar. Emang bini gw kurang cakep apa?”
P2 : “ya jauh lah bro, bini lu cuma menang manis doang sama boleh bebas di crot in.”
P1 : “iya nih mana bayarnya sama lagi.”
Dwi : “ya jangan gitu ini kan spesial, habis ini gak bisa lagi. Haha”
P5 : “beneran gak bisa lagi?”
Dwi : “gak tau juga sih Intannya mau lagi apa nggak. ”
P5 : “wah sayang bener, kalau gitu harus di puas-puasin nih hari ini.”
Dwi : “iya udah pakai aja sampai burung lu lu pada gak bisa bangun lagi. Hahaha… eh kalian berdua sudah kesini lagi?”
P8 & P9 : “iya nih bini lu sudah pingsan disebelah bro. Mangkanya kita kesini.”
Dwi : “wah serius nih pingsan?”
P8 : “iya sudah gak kuat dia, tapi aman kok. Sudah aku naikkan ke kasur jadi dia bisa istirahat.”
Dwi : “ya udah biarin kalau gitu. Haha”
P1 : “parah lu bro, bini pingsan gak di cek. Gak khawatir lu kandungannya dia kenapa-kenapa?”
Dwi : “enggak lah aman, kalau gw tinggal bisa bahaya yang disini nanti Intan kalian bikin bunting juga kayak bini gw. Hahaha”
P2 : “haha gak lah aman bro. Gak percayaan amat.”
Dwi : “ya gimana, ini Intan barang langka. Dah sana pake lagi. Itu udah selesai tuh mereka.”
P7 : “bro gw ke sebelah ya. Mau make bini lu.”
Dwi : “iya udah kesana aja. Sekalian titip ya. Haha…akhirnya datang lagi pemain terakhir kita.”
P10 : “duh telat gw. Dah berantakan aja barangnya. Haha”
Dwi : “aman kok bro, gak ada yang crot di V nya.”
P10 : “good lah, kasihan burung gw nanti belepotan bekas kalian. hahaha”
Samar-samar kudengar semua percakapan mereka. Aku tak sanggup lagi untuk bergerak sekarang. Seluruh tubuhku rasanya sakit semua, sudah pasrah saja dan menerima semua perlakuan mereka.

P5 : “bro, gantian ya.”
P7 : “iya udah sana. Mumpung belum ada yang pakai.”
P6 : “gw ikutan juga ya. Lu gak mau ikutan?”
P8 : “gw istirahat dulu aja nanti join lah. Haha”
P9 : “iya biji gw masih kering dihabisin ”
Intan : “mas…ampun…” aku hanya bisa memohon ampun, namun tubuhku tak mampu bergerak lagi karena letih dan nyeri yang menjalar di kemaluanku.
P5 : “hehe kita sudah bayar lu, jadi lu harus puasin kita-kita sekarang.” dia menggendongku ke balkon di siang hari yang panas. Aku yang sedang telanjang bulat, merasakan panas dari lantai. Rasanya kembali aku disiksa dengan teriknya matahari siang ini. Dia meletakkanku di atas lantai yang sudah dialasi oleh handuk.
Intan : “aaaack……” kembali penisnya melesak didalam kemaluanku.
P5 : “goyang dong tan…masa sudah gak kuat? Haha” aku tetap diam saja dan dia tak memperdulikanku. Dia tetap menggenjotku dengan ganas dalam posisi misionaris.
Intan : “aackk..mas…aackk…sudah…aachh…” tanganku dipegang olehnya.
P5 : “mmmhh…mmmhhh…sluuurp…keringatmu bikin gairahku naik aja tan…sluurp…” dia menjilati leher dan payudaraku yang berkeringat bergantian.
Intan : “aaach…mas…ampun…stop…aaach…sakit…”
P5 : “hehe aku mau keluar nih tan…” dia mencengkram keras payudaraku sambil mencubit putingku.
Intan : “ack…sudah…aaach….OOOOGGHHHHH….” dia melesakkan penisnya dalam-dalam dan kembali ejakulasi. Aku merasakan kondom yang dia kenakan menggelembung di dalam kemaluanku.
P5 : “hehehe…nih tan…kalau dibolehin keluar didalam, pasti rahimmu sudah penuh sama spermaku.” dia mencabut penisnya dan melepas kondomnya lalu dilemparkan ke mukaku. Sungguh terhina aku rasanya hari ini.
P6 : “dah gantian gw bro.”
Intan : “mas…stop…ijinkan aku istirahat…. AAACHH….” tanpa basa basi dia membuka kakiku dan langsung menghujamkan penisnya. Kembali aku disetubuhi tanpa henti bergantian oleh 4 orang lagi.

P10 : “wah cantik ya. Haha tapi sayang bro.”
Dwi : “sayang kenapa bro?”
P10 : “iya diem aja dia. Gak atraktif kayak si Mila. meski cantikan Intan sih daripada Mila. haha”
Dwi : “lu mau dia juga aktif bro? Yang lain sih dari tadi main gaya perkosaan. Haha ”
P10 : “iya lah namanya juga sewa lonte”
Dwi : “oke. Permainan kita up. Bawa Intan masuk dulu.” Dwi memberi aba-aba ke mereka untuk menghentikan permainan dan membawaku masuk kembali kedalam kamar.
P7 : “yah nanggung nih. Gila aja lu suruh gw berhenti.”
Dwi : “bentar aja.”
P7 : “ok lah…”

Aku dibopong masuk kembali kedalam ruangan dan ditidurkan diatas kasur. Tenaga ku yang sudah melemah membuatku tak berdaya dan bahkan untuk duduk saja diatas kasur aku kesusahan.
Dwi : “gini, si Rony tadi komplain katanya kamu kurang seru tan. Gimana kalau kamu juga ngimbangin permainan mereka.” kata Dwi kepadaku.
Intan : “enggak, aku gak mau. Kamu kan yang menjebak ku kesini. Aku sudah gak mau lagi berurusan sama kamu Dwi.”
Dwi : “eits…kamu gak mau flashdisk rekaman ini?” kata-kata Dwi membuatku terdiam.
Dwi : “hahaha sudah kuduga kamu gak bisa berkutik tan. Gini aja, aku bikin peraturan baru. Kalau kamu gak bisa mengimbangi permainan mereka, mereka kuperbolehkan untuk gak pakai kondom lagi? Gimana? Hahaha” seketika aku terkejut. Itu berarti bila aku tak melayani mereka, mereka akan melepaskan kondomnya dan aku bisa saja dihamili oleh mereka. Kudengar suara sorak sorai dari mereka karena aturan baru yang dibuat oleh Dwi. Mereka nampak senang dan kembali bersemangat.
Dwi : “jadi gimana tan? Kamu mau main gaya perkosaan lagi kayak tadi tanpa kondom? Atau mau melayani mereka suka rela?” emosiku seketika meledak-ledak membuatku punya tenaga untuk berdiri menatap Dwi.
Intan : “oke…kalau itu peraturanmu, aku mau, tapi, cuma sampai sore, aku gak mau sampai malam atau lanjut esok hari.”
Dwi : “ok deal. Mereka sampai jam 6 sore aja gimana?”
Intan : “oke aku ikuti permainanmu Dwi. setelah ini anggap kita gak pernah ada hubungan apa-apa.”
Dwi : “oke… guys, kalian dengar sendiri, sekarang silahkan dinikmati. Hahaha”

Kembali mereka mengerubuti ku, namun aku mencoba untuk kuat.
P10 : “sini tan…” seorang pria tiduran diatas kasur, aku mengerti maksudnya. Kunaiki tubuhnya dan sekarang aku yang menggoyang dia yang berada di bawahku. Meski kemaluanku rasanya sakit, tetap kutahan. Namun air mata ku tetap mengalir. Ku coba untuk rileks dan menikmati meski susah dan tak bisa.
P10 : “nah gitu dong. Gak rugi bayar lonte secantik kamu. Hahaha”
Intan : “oohs…ohss…nggghh…aachh…oohs…” aku pun pura-pura mendesah dan menikmati permainan ini demi memuaskannya.
P10 : “goyang yang kenceng…uhs…” plak…plak… dia menampar-nampar payudaraku yang bergoyang seiring gerakan naik turun ku diatasnya.

P9 : “nah gitu dong. Kan seru. Ayo tan sepongin sini.”
P4 : “aku juga dong.” 2 orang maju menyodorkan penisnya ke mukaku. Kugenggam dengan kedua tanganku.
Intan : “mmmhh…slurp…mmmhh…mmmhhh…” bergantian 2 penis itu ku kulum dan ku kocok. Sampai akhirnya ada yang tak tahan lagi.
P4 : “uhs…tan…aku mau keluar…isep tan… oghs…”
Intan : “HENGGGHHH….” spermanya membanjiri mulutku.
P4 : “telan tan…buka mulutmu…aku pengen lihat kamu telan beneran apa gak.”
Intan : “glek….” dengan terpaksa kutelan spermanya.
Intan : “sudah kok… aku telan…”
P8 : “eh gantian dong…aku juga…”
P9 : “eh bentar…bro..lu peluk intan dulu ya.”
P10 : “ok bro.”
Intan : “eh mas…mau ngapain?” nampaknya dia pindah kebelakang dan menusukkan penisnya di pantatku.
P9 : “hehe aku mau keluar tan di dalam pantatmu.”
Intan : “ACK…” kembali aku terpekik ketika penisnya masuk.
P9 : “ohs…nggghhhh….” srooot…srooot…sroot… spermanya masuk dan membanjiri pantatku lagi.
P9 : “oohs…mantab kamu tan…”
Intan : “ohs…”
P9 : “bro, pake memeknya bentar ya. Buat nyuci penisku nih.”
P10 : “ok bro…”
Intan : “mas…kok…” aku ditelentangkan olehnya.
P9 : “tenang aja gak crot didalam kok sayang cuma bersihin sisa-sisa aja.”
Intan : “tapikan spermamu… AACCKKK…AACKKK…AAACHHH” dia tak menghiraukanku dan langsung saja menusukkan penisnya yang masih tegang berlumuran sperma yang sedari tadi tertampung didalam pantatku kedalam vaginaku.
P9 : “uhs..tan…aku pengen keluar lagi nih…”
Intan : “mas…mas…perjanjiannya gak gini….mas!!! AACKK” dia mencabut penisnya dan menyemprotkan spermanya lagi di payudaraku.

P8 : “duh bikin kotor aja lu bro.”
P9 : “hehe sorry kan keenakan untung gak lupa crot didalam. Maaf ya Intan sayang…”
Intan : “....” aku pun terdiam
Intan : “Dwi… aku sudah gak mau lagi….”
Dwi : “eits…ingat tan, kalau kamu gak aktif melayani mereka, perjanjiannya mereka bisa perkosa kamu lagi tanpa kondom. Hahaha cuma sampai sore kok.”
Intan : “bajingan kamu dwi…”
Dwi : “jadi gimana?”
Intan : “iya aku turuti…tapi aku gak mau kayak dia kejadian lagi.” aku menunjuk ke mas mas yang baru saja memuntahkan sperma di payudaraku.
Dwi : “ok deal tan…”
Dwi : “eh lu ngaco aja lu bikin kotor kan.”
Intan : “aku minta tissue dong Dwi. buat bersihin ini nih…” setelah itu, aku lanjut melayani mereka dan ternyata sampai jam 7 lebih. Sesuai perjanjian, aku sudah tak ada hubungan lagi dengan Dwi. Terlebih lagi yang paling penting flashdisknya sudah kubawa. Sudah cukup sekian kisahku dengan Dwi. Semoga saja dia tak mengganggu kehidupanku kedepannya. Aku tak ingin gagal lagi untuk yang kali ini. Aku berharap Tono menjadi yang terakhir untukku.
Terimakasih suhuu
 
The EX 02 - Chapter 27 G
Timeline : 2011 Juni
Hari ke 5 di Jogja

–POV Intan–
Pertemuan ku dengan Dwi kemarin malam membuatku merasa tak nyaman. Banyak hal yang mengganggu pikiran ku dari semalam. Sampai akhirnya, kuputuskan untuk menghubungi nomor hape yang Dwi berikan kepadaku melalui sms.
Intan : “Dwi… ini Intan.” tak lama kemudian sms ku berbalas.
Dwi : “hai sayang… akhirnya kamu hubungi aku juga.”
Intan : “jangan panggil aku sayang lagi. Aku mau menyelesaikan semuanya… jangan salah paham. Aku gak mau balikan sama kamu.”
Dwi : “santai dong sayang. Kita ketemuan aja nanti ya. Kayaknya gak enak kalau cuma lewat sms kan. Mungkin buat terakhir kalinya kita ketemu langsung kan.”
Intan : “ok…jam berapa dan dimana?” sempat ku berfikir, apakah aku iyakan ajakan dia untuk bertemu atau tidak.
Dwi : “aku di room 308 lantai 3. Nanti jam berapapun, kamu kesini aja ya.” ternyata dia cuma beda 1 lantai denganku. Aku di lantai 4, dia di lantai 3.

Sebenarnya aku ragu untuk bertemu dia lagi. Tapi, aku harus menyelesaikan semuanya. Aku tak ingin hubunganku dengannya menggantung tanpa adanya kata putus. Memang dia yang pergi begitu saja, bertemu kembali pun dalam sebuah ke tak sengaja-an. Terlebih lagi dia ternyata sudah menikah dengan orang lain. Aku hanya ingin mengucapkan kata “kita putus…” didepannya, atau mungkin ada hal lain yang kuharapkan. Yaitu permintaan maafnya atas apa yang sudah dia lakukan kepadaku.

Jam 10 setelah mandi, aku bersiap untuk menemui Dwi. Sudah kuputuskan matang-matang untuk menemuinya untuk yang terakhir kali. Aku berjalan ke room 308 kemudian mengetuk pintunya. Seseorang dengan hanya mengenakan balutan handuk membukakan pintu. Dan dia adalah Dwi. Orang yang sudah meninggalkanku dalam ketidakjelasan.
Dwi : “hai sayang…masuk dulu yuk.”
Intan : “kamu…kok…” aku kaget
Dwi : “kenapa? Yuk masuk.”
Intan : “enggak ah, aku kesini buat ngobrol sama kamu. Aku tunggu diluar.”
Dwi : “maaf sayang, aku lagi ada urusan didalam yang belum selesai. Yuk masuk aja.”
Intan : “apasih…”
Dwi : “sudah-sudah…yuk…” Dwi menggandeng tanganku masuk kedalam kamarnya.

Aku agak ragu untuk masuk ke dalam kamarnya. Terlebih lagi Dwi seperti sedang telanjang dan hanya ditutupi oleh handuk. Saat di dalam kamarnya aku melihat pemandangan yang membuatku terkejut. Kulihat ada 1 orang wanita yang sedang “melayani” 3 orang pria dan ada 2 orang pria lagi yang hanya mengenakan handuk saja seperti Dwi.
Dwi : “hai hai…lihat siapa yang datang ini. Mil…sudahan dulu, nih kenalan sama Intan.” wanita yang sedang “melayani” 3 orang pria tadi berjalan menemuiku.

Mila : “hai tan…akhirnya kita ketemu juga. Aku Mila. Si mas Dwi sudah banyak cerita tentang kamu lho.” dia adalah istri Dwi yang diceritakan semalam. Aku masih ingat betul parasnya. Namun aku baru sadar kalau Mila ini sedang hamil karena nampak jelas tubuh Mila yang telanjang didepanku. Terlihat dari perutnya yang membuncit. Taksiranku sekitar bulan ke 5 atau 6.
Intan : “iya…” agak kikuk aku menjabat tangannya.
Intan : “emm…maaf mengganggu kegiatan kalian disini, aku pergi aja ya. Gak seharusnya memang aku kesini.”
Dwi : “eits…jangan pergi dulu dong sayang.” Dwi memeluk pundak ku seperti mencegahku untuk pergi.
Intan : “Dwi… kamu apa-apaan sih… ada istrimu ini kok kamu panggil aku kayak gitu.”
Mila : “dia emang gitu mbak…nakal orangnya. Haha” si Mila malah tertawa melihat kelakuan suaminya.

Intan : “maaf ya mbak Mila…aku kesini cuma mau menyelesaikan urusanku dengan suamimu.”
Mila : “oh iya mbak Intan, si mas Dwi sudah cerita kok. Hihi…sudah mbak selesaikan saja disini. Aku sama yang lain pindah kamar dulu yang didepan. Yuk mas mas semua… permainan kita lanjutkan di ruangan lain.”
Dwi : “eh bentar sayang… biar tamu-tamu kita disini saja. Kamu istirahat dulu aja dikamar sebelah ya.”
Intan : “eh…maksud kamu apa??” tapi Dwi tak menjawab.
Mila : “tanggung nih sayang…kok disuruh istirahat?”
Dwi : “sudah kamu istirahat dulu, nanti 2 jam lagi ada tamu lagi yang bakal puasin kamu.”
Mila : “ah gak mau ah… aku minta ditemani dia aja ya…” Mila lalu pergi sambil menggandeng 2 orang yang sebelumnya hanya duduk di kursi, pergi ke kamar sebelah.

Dwi : “hehe maaf ya tan…emang gitu kelakuan istriku.”
Intan : “tapi apa maksudmu ini? Aku kesini cuma ingin menyelesaikan hubungan kita…sudah itu saja…aku juga minta rekaman yang ada di kamu dihapus semua.”
Dwi : “iya iya tan…aku paham…aku gak akan mengganggu hidupmu lagi…rekaman yang dulu juga ada di flashdisk itu.” dia menunjukkan sebuah flashdisk di meja.
Dwi : “flashdisk itu akan kuberikan ke kamu dengan 1 syarat.”
Intan : “apa?”
Dwi : “aku pengen kamu menemani tamu ku hari ini. Seperti dulu. Hehe”
Intan : “enggak…aku gak mau Dwi. sudah… sudah cukup dulu aku mengikuti kemauanmu ini. Aku gak mau begitu lagi…”
Dwi : “tenang tan…nanti uangnya aku bagi seperti biasa. Hehe”
Intan : “enggak Dwi! aku gak mau!”
Dwi : “kamu gak mau flashdisk itu? Hehe gimana ya kalau rekaman itu kusebar ke grup SMA kita?”

Aku terdiam mendengar ancamannya. Apakah ku ikuti saja untuk yang terakhir kali. Atau tetap ku tolak tapi akan berbahaya untuk ku. Mau ditaruh mana muka ku nanti. Pasti bapak dan ibu juga kecewa kepadaku.
Dwi : “jadi gimana tan? Hehe… aku tau kamu pasti mau kan. Tenang saja, mereka semua pakai kondom kok karena demi keamanan. Kamu juga gak mau hamil kan?”
Intan : “keamanan? Apa maksudmu?” jujur saja dulu Dwi jarang sekali memberikan aturan menggunakan kondom ke tamu-tamunya dan mengijinkan mereka membuang spermanya di dalam kemaluanku.
Dwi : “aku tau limit mu seberapa tan… kamu pernah hamil diperkosa 5 orang kan. Jadi untuk amannya, aku menyuruh mereka menggunakan kondom.”
Intan : “maksudmu? Aku melayani 5 orang hari ini?”
Dwi : “ckckckck…salah… tapi 10.”
Intan : “hah! Kamu gak waras Dwi!”
Dwi : “hei…tenang dong sayang…kamu mau rekaman itu gak?” mendengar itu aku kembali bimbang. Aku gak mungkin juga bisa melayani 10 orang sekaligus. Ditambah lagi bayangan kelam yang menyakitkanku muncul kembali di pikiranku. Kejadian yang sempat kualami dulu diperkosa oleh 5 orang yang membuatku hamil.

Dwi : “guys… silahkan… hahaha” tiba-tiba Dwi mengunci pintu dan memberi aba-aba ke 3 orang pria yang ada di dalam kamar ini.
Intan : “eh…eh…lepasin…Dwi…tolong…lepasin…” ke 3 pria yang sudah telanjang bulat itu pun mendekatiku. Mereka yang belum kukenal ini mulai menggerayangi tubuhku setelah salah 1 dari mereka memelukku dari belakang, mengunci pergerakanku.
Intan : “lepasin! Dwi…tolong…aku gak mau…tolong…”
Dwi : “hehehe sudah sayang, nikmatin aja. Atau mau main gaya perkosaan nih? Haha”
P1 : “boleh nih bro kita perkosa?”
Dwi : “boleh lah. Tapi ingat, tetap pakai kondom ya.”
P2 : “aman nih?”
Dwi : “aman lah kan sudah kutunjukkan video rekaman dia dulu. Haha”
P1 : “kalau aman jangan pakai kondom lah.”
Dwi : “ya jangan kalau itu, duitnya beda lagi. Haha”
Intan : “Bajingan kamu Dwi!!! Lepasin!!! LEPASIN!!!”

P3 : “hehe…kamu kalau gini makin cantik aja tan…” kancing bajuku mulai dilepas satu per satu, kemudian pakaian dilepas dengan paksa dan celanaku juga ditarik sampai lepas. Aku yang sudah tinggal mengenakan pakaian dalam saja, diangkat oleh mereka bertiga ke atas kasur. Sedangkan Dwi, duduk di sofa sambil menonton perbuatan mereka kepadaku.
Intan : “LEPASIN!!! LEPAS!!! SUDAH!!! AKU GAK MAU!!! LEPASIN!!!”
P1 : “hehe kalau kamu terus-terusan meronta gini malah bikin kami kami horny.”
P2 : “iya seru juga ada sensasi perkosa orang ya. Hahaha”
P3 : “eh siapa dulu nih?”
P1 : “aku dulu lah ya…posisi sudah pas nih… pegangin dulu aku mau pasang kondom…”
Brett…. Tak lama kemudian bra dan celana dalam ku ditarik kasar oleh mereka sampai lepas. Kedua tangan dan kakiku dipegangi oleh 2 orang, sedangkan yang 1 lagi sedang bersiap memasang kondom.

Intan : “mas!! Mas!! Sudah!!! Jangan!! Stop!!!”
P2 : “hehe… cantik juga kamu ya tan kalau dilihat langsung gini…”
Intan : “cuih…” aku meludahinya ketika dia ingin mencium bibirku.
P2 : “hehehe galak juga ya…slurp…percuma kamu ludahin aku tan…ludahmu manis sayang…”
P1 : “minggir bro…”
P2 : “oke siap…”
P1 : “hehehe siap-siap ya sayang…” kurasakan kepala penisnya sudah mulai digesek-gesekkan ke kemaluanku.
Intan : “Jangan!! Jangan!!! Sudah!!! Jangan mas!!! ACK!!! JANGAN!!!” dengan memaksa, kepala penisnya perlahan mulai menyeruak masuk kedalam kemaluanku.
Intan : “AACK!!! JANGAN!!! AACH!!! STOP!!! STOPP!!! AAAAACCKKK!!!” ditekannya dalam-dalam penisnya sampai membentur lubang cervixku. Aku pun menjerit karena kesakitan. Kemaluanku yang kering karena aku tak menikmati permainan ini membuatku tersiksa sendiri.

Intan : “AACH!! MAS!!! AAACH!!! STOP!!! SAKITTT!!! AAACHH!!!!”
P1 : “wih…masih seret aja kamu tan… lu bohong ya Dwi kalau dia lonte pengalaman? Masih kayak perawan gini… hahaha”
Dwi : “ya aku gak bohong kok, kalian sendiri sudah lihat kan videonya. Hahaha bahkan ini lonte pernah hamil. Sudah nikmati saja. Hahaha” kata-kata Dwi yang menyakitkan membuatku semakin membencinya. Aku tak menyangka bakalan direndahkan seperti ini oleh Dwi dan entah kenapa air mata ku menetes.
P3 : “payudaramu lebih gede ya dari punya Mila yang lagi hamil. Gimana pas kamu hamil dulu tan. Pasti lebih gede dari ini. Haha” sambil meremas-remas payudaraku.
Intan : “AACKK!!! MAS!! SUDAH!!! AKU MOHON!!! SUDAH!! AAACKKK……”
P2 : “hehe masih aja minta udahan. Padahal enak kan? Ini pentilmu juga tegang tan…”
Intan : “ACKK!! SUDAH!!! MAS!!! STOP!!! AACKK!! SUDAH!!!”
P1 : “hehe sabar tan…nikmati saja…permainan baru kita mulai…” kata dia yang sedang menggenjotku dengan kecepatan tinggi. Kemaluanku serasa makin perih. Tak seperti biasanya nafsuku bisa terpicu, kali ini aku sama sekali tak bisa menikmatinya.

Sampai akhirnya aku ada kesempatan untuk bisa melepaskan diri. Kutendang dia yang sedang menyetubuhiku sampai terjungkal jatuh dari kasur. Cengkraman di tanganku juga bisa kulepaskan karena keringat ku yang bercucuran tadi membuatnya jadi licin. Aku lari ke pintu, tapi Dwi sudah menjaga area pintu sebelum aku sempat meraih handle pintunya.
Intan : “Dwi!! Aku kecewa sama kamu!!! Lepasin aku!!! AAACKKK….” rambutku ditarik keras dari seseorang dari belakang.
P1 : “kurang ajar ya kamu…kita-kita sudah bayar mahal buat kamu.” plak…plak…plak… dia menampar mukaku berulang kali.
P3 : “hey, santai bro. Kalau dia luka-luka jadi gak bikin nafsu lagi.”
P1 : “hehe bener juga.”
Intan : “ampun…lepasin aku…ampun mas…oghhh…” dia mencekikku sekarang.
P2 : “telentangin lagi aja cepetan gantian sini…” mereka ber tiga menelentangkanku di lantai dan bergantian menyetubuhiku sampai terasa nyeri di area cervix ku karena mereka terlalu keras.

Intan : “ACK…ACKK…ACKK…SAKITT…AAACKKK….”
P2 : “bro…beneran nih gak boleh di creampie?”
Dwi : “ya kalau mau bayar lebih boleh aja. Hahaha tapi kalian ber 10 nanti tambah bayar ya.”
Intan : “enggakk…enggakk…aku gak mau…enggak…ackk….”
P2 : “diem lonte…ini urusan sama majikan lu…” plak…plak…
P3 : “ah gw gak mau bayar lagi. Sudah habis banyak. Ayolah.”
P1 : “halah bayar lagi aja lho.”
P3 : “duit gw dah abis ini”
Dwi : “bentar bentar…ayo ayo masuk…” 4 orang pria masuk ke kamar, mereka mengerubuti ku yang masih tergeletak di lantai dan disetubuhi bergantian oleh 3 orang sebelumnya.
P2 : “eh lu mau bayar tambah gak? Biar dibolehin creampie nih? Shit…enak bener ini cewe…”
P4 : “ah gimana masa bayar lagi?”
Dwi : “ya kan perjanjiannya yang ini gak pakai creampie.”
P2 : “ayolah bro…shit…rugi bener cewe cakep kayak gini gak dibuntingin.”
Dwi : “haha jangan lah. Gw juga ada perjanjian sama dia. Gimana kalau mau creampie di anal aja. Kali ini gak usah tambah bayar deh. gimana?”
Intan : “AACK…GAK…GAK…GAK MAU….ACKKK…”

Dwi : “ayolah tan. Aman kan di pantat mu kayak dulu. Hehe”
P1 : “nah gitu dong bro…” P2 yang sedang menggenjotku sekarang memeluk erat tubuhku dan mengangkat tubuhku sehingga berada diatasnya.
P1 : “aku duluan ya…” mereka ternyata mau menusukkan penisnya berbarengan di pantat dan dikemaluanku.
Intan : “AACKK!!! SAKITTTT!!! AAACCKKK!!!” dia memaksakan masuk penisnya di lubang pantatku. Sedangkan kemaluanku juga masih dijejali oleh penis pria yang tadi. Dengan brutal dia melesakkan penisnya di dalam pantatku, kedua tangannya bertumpu dipundakku agar dia dapat dengan mudah menusukkan penisnya sedalam mungkin.
P1 : “uhs..ahs..shit…sempit banget nih…uhs…”
Intan : “MAS!!! SUDAH!! SAKIT!!! AMPUN!!! AMPUN!!!”
P2 : “terusin bro…V nya enak ini makin ngegrip…genjot terus bro…”
P1 : “ah…shit…rasain nih…hengghhh…” slep… dia menusukkan penisnya dalam-dalam sambil menyemburkan spermanya.
Intan : “AAAAAAAAHHHHH……” aku merasakan cairan panas itu memenuhi rongga usus ku karena dia menyemburkan sperma terlalu banyak. Sampai-sampai perutku terasa panas.
P5 : “gantian bro kalau udah…”
P3 : “sabar…gw dulu bro…”
P1 : “lu baru datang juga ganggu aja. Antri sana. Nih…gantian lu sekarang.”
P3 : “nah gitu dong. Kan pengen juga gw crotin protein gw di dalam.”

Intan : “ahhhh……..” aku ambruk ketika dia mencabut penisnya. Dan kembali lubang pantatku dijejali penis lain yang aku tak tau siapa itu. Aku tak mengenali mereka semua. Yang aku tahu mereka sedang memperkosaku sekarang. Mereka bergantian menyetubuhiku, bergantian 2 orang menusukkan penisnya di kemaluan dan pantatku bersamaan. Sampai-sampai aku merasa pandanganku berkunang-kunang. Sudah tak kuat lagi rasanya, tapi tetap kupaksakan untuk tersadar. Karena bila tidak, aku tak tahu akan apa yang terjadi nanti kepadaku. Meski perlahan kesadaranku mulai memudar.
P2 : “ah…aku sudah gak tahan lagi…ganti posisi bro…” dia yang sedari tadi menancapkan penisnya di vaginaku membalikkan tubuhku sehingga aku terlentang menindih pria yang sedang meng-anal-ku sekarang.
P2 : “aahs…shit…hengggshhhhh…”
Intan : “mas…enggakk…cabut…aaaaaahhhsss….” meski dia mengenakan kondom tapi aku takut kondomnya pecah didalam ketika dia ejakulasi. Tapi tetap saja dia tak menggubris permintaanku.
P6 : “gantian sini…” pria selanjutnya bersiap dengan memakai kondom sebelum aku kembali disetubuhi.
Intan : “aaaaarrrghh…..” mata ku terbelalak ketika dia sudah menancapkan penisnya. Terasa lebih besar dan panjang dari yang sebelumnya karena dinding rahimku seperti ditekan kuat-kuat.

P2 : “bro… aku boleh lanjut lagi kan?”
Dwi : “ya sekuat lu aja bro. Asal ingat, jangan sampai keluar didalam, pakai kondom terus nanti. Haha kan lu udah bayar buat seharian.”
P1 : “weh mantab nih kalau sekuatnya kita.”
Dwi : “iya lah, selama ikut aturan aja lu bebas pakai dia. Haha kalau bosen, kesebelah aja sama bini gw.”
P3 : “ah enggal lah, cantikan yang disini.”
Dwi : “haha kurang ajar. Emang bini gw kurang cakep apa?”
P2 : “ya jauh lah bro, bini lu cuma menang manis doang sama boleh bebas di crot in.”
P1 : “iya nih mana bayarnya sama lagi.”
Dwi : “ya jangan gitu ini kan spesial, habis ini gak bisa lagi. Haha”
P5 : “beneran gak bisa lagi?”
Dwi : “gak tau juga sih Intannya mau lagi apa nggak. ”
P5 : “wah sayang bener, kalau gitu harus di puas-puasin nih hari ini.”
Dwi : “iya udah pakai aja sampai burung lu lu pada gak bisa bangun lagi. Hahaha… eh kalian berdua sudah kesini lagi?”
P8 & P9 : “iya nih bini lu sudah pingsan disebelah bro. Mangkanya kita kesini.”
Dwi : “wah serius nih pingsan?”
P8 : “iya sudah gak kuat dia, tapi aman kok. Sudah aku naikkan ke kasur jadi dia bisa istirahat.”
Dwi : “ya udah biarin kalau gitu. Haha”
P1 : “parah lu bro, bini pingsan gak di cek. Gak khawatir lu kandungannya dia kenapa-kenapa?”
Dwi : “enggak lah aman, kalau gw tinggal bisa bahaya yang disini nanti Intan kalian bikin bunting juga kayak bini gw. Hahaha”
P2 : “haha gak lah aman bro. Gak percayaan amat.”
Dwi : “ya gimana, ini Intan barang langka. Dah sana pake lagi. Itu udah selesai tuh mereka.”
P7 : “bro gw ke sebelah ya. Mau make bini lu.”
Dwi : “iya udah kesana aja. Sekalian titip ya. Haha…akhirnya datang lagi pemain terakhir kita.”
P10 : “duh telat gw. Dah berantakan aja barangnya. Haha”
Dwi : “aman kok bro, gak ada yang crot di V nya.”
P10 : “good lah, kasihan burung gw nanti belepotan bekas kalian. hahaha”
Samar-samar kudengar semua percakapan mereka. Aku tak sanggup lagi untuk bergerak sekarang. Seluruh tubuhku rasanya sakit semua, sudah pasrah saja dan menerima semua perlakuan mereka.

P5 : “bro, gantian ya.”
P7 : “iya udah sana. Mumpung belum ada yang pakai.”
P6 : “gw ikutan juga ya. Lu gak mau ikutan?”
P8 : “gw istirahat dulu aja nanti join lah. Haha”
P9 : “iya biji gw masih kering dihabisin ”
Intan : “mas…ampun…” aku hanya bisa memohon ampun, namun tubuhku tak mampu bergerak lagi karena letih dan nyeri yang menjalar di kemaluanku.
P5 : “hehe kita sudah bayar lu, jadi lu harus puasin kita-kita sekarang.” dia menggendongku ke balkon di siang hari yang panas. Aku yang sedang telanjang bulat, merasakan panas dari lantai. Rasanya kembali aku disiksa dengan teriknya matahari siang ini. Dia meletakkanku di atas lantai yang sudah dialasi oleh handuk.
Intan : “aaaack……” kembali penisnya melesak didalam kemaluanku.
P5 : “goyang dong tan…masa sudah gak kuat? Haha” aku tetap diam saja dan dia tak memperdulikanku. Dia tetap menggenjotku dengan ganas dalam posisi misionaris.
Intan : “aackk..mas…aackk…sudah…aachh…” tanganku dipegang olehnya.
P5 : “mmmhh…mmmhhh…sluuurp…keringatmu bikin gairahku naik aja tan…sluurp…” dia menjilati leher dan payudaraku yang berkeringat bergantian.
Intan : “aaach…mas…ampun…stop…aaach…sakit…”
P5 : “hehe aku mau keluar nih tan…” dia mencengkram keras payudaraku sambil mencubit putingku.
Intan : “ack…sudah…aaach….OOOOGGHHHHH….” dia melesakkan penisnya dalam-dalam dan kembali ejakulasi. Aku merasakan kondom yang dia kenakan menggelembung di dalam kemaluanku.
P5 : “hehehe…nih tan…kalau dibolehin keluar didalam, pasti rahimmu sudah penuh sama spermaku.” dia mencabut penisnya dan melepas kondomnya lalu dilemparkan ke mukaku. Sungguh terhina aku rasanya hari ini.
P6 : “dah gantian gw bro.”
Intan : “mas…stop…ijinkan aku istirahat…. AAACHH….” tanpa basa basi dia membuka kakiku dan langsung menghujamkan penisnya. Kembali aku disetubuhi tanpa henti bergantian oleh 4 orang lagi.

P10 : “wah cantik ya. Haha tapi sayang bro.”
Dwi : “sayang kenapa bro?”
P10 : “iya diem aja dia. Gak atraktif kayak si Mila. meski cantikan Intan sih daripada Mila. haha”
Dwi : “lu mau dia juga aktif bro? Yang lain sih dari tadi main gaya perkosaan. Haha ”
P10 : “iya lah namanya juga sewa lonte”
Dwi : “oke. Permainan kita up. Bawa Intan masuk dulu.” Dwi memberi aba-aba ke mereka untuk menghentikan permainan dan membawaku masuk kembali kedalam kamar.
P7 : “yah nanggung nih. Gila aja lu suruh gw berhenti.”
Dwi : “bentar aja.”
P7 : “ok lah…”

Aku dibopong masuk kembali kedalam ruangan dan ditidurkan diatas kasur. Tenaga ku yang sudah melemah membuatku tak berdaya dan bahkan untuk duduk saja diatas kasur aku kesusahan.
Dwi : “gini, si Rony tadi komplain katanya kamu kurang seru tan. Gimana kalau kamu juga ngimbangin permainan mereka.” kata Dwi kepadaku.
Intan : “enggak, aku gak mau. Kamu kan yang menjebak ku kesini. Aku sudah gak mau lagi berurusan sama kamu Dwi.”
Dwi : “eits…kamu gak mau flashdisk rekaman ini?” kata-kata Dwi membuatku terdiam.
Dwi : “hahaha sudah kuduga kamu gak bisa berkutik tan. Gini aja, aku bikin peraturan baru. Kalau kamu gak bisa mengimbangi permainan mereka, mereka kuperbolehkan untuk gak pakai kondom lagi? Gimana? Hahaha” seketika aku terkejut. Itu berarti bila aku tak melayani mereka, mereka akan melepaskan kondomnya dan aku bisa saja dihamili oleh mereka. Kudengar suara sorak sorai dari mereka karena aturan baru yang dibuat oleh Dwi. Mereka nampak senang dan kembali bersemangat.
Dwi : “jadi gimana tan? Kamu mau main gaya perkosaan lagi kayak tadi tanpa kondom? Atau mau melayani mereka suka rela?” emosiku seketika meledak-ledak membuatku punya tenaga untuk berdiri menatap Dwi.
Intan : “oke…kalau itu peraturanmu, aku mau, tapi, cuma sampai sore, aku gak mau sampai malam atau lanjut esok hari.”
Dwi : “ok deal. Mereka sampai jam 6 sore aja gimana?”
Intan : “oke aku ikuti permainanmu Dwi. setelah ini anggap kita gak pernah ada hubungan apa-apa.”
Dwi : “oke… guys, kalian dengar sendiri, sekarang silahkan dinikmati. Hahaha”

Kembali mereka mengerubuti ku, namun aku mencoba untuk kuat.
P10 : “sini tan…” seorang pria tiduran diatas kasur, aku mengerti maksudnya. Kunaiki tubuhnya dan sekarang aku yang menggoyang dia yang berada di bawahku. Meski kemaluanku rasanya sakit, tetap kutahan. Namun air mata ku tetap mengalir. Ku coba untuk rileks dan menikmati meski susah dan tak bisa.
P10 : “nah gitu dong. Gak rugi bayar lonte secantik kamu. Hahaha”
Intan : “oohs…ohss…nggghh…aachh…oohs…” aku pun pura-pura mendesah dan menikmati permainan ini demi memuaskannya.
P10 : “goyang yang kenceng…uhs…” plak…plak… dia menampar-nampar payudaraku yang bergoyang seiring gerakan naik turun ku diatasnya.

P9 : “nah gitu dong. Kan seru. Ayo tan sepongin sini.”
P4 : “aku juga dong.” 2 orang maju menyodorkan penisnya ke mukaku. Kugenggam dengan kedua tanganku.
Intan : “mmmhh…slurp…mmmhh…mmmhhh…” bergantian 2 penis itu ku kulum dan ku kocok. Sampai akhirnya ada yang tak tahan lagi.
P4 : “uhs…tan…aku mau keluar…isep tan… oghs…”
Intan : “HENGGGHHH….” spermanya membanjiri mulutku.
P4 : “telan tan…buka mulutmu…aku pengen lihat kamu telan beneran apa gak.”
Intan : “glek….” dengan terpaksa kutelan spermanya.
Intan : “sudah kok… aku telan…”
P8 : “eh gantian dong…aku juga…”
P9 : “eh bentar…bro..lu peluk intan dulu ya.”
P10 : “ok bro.”
Intan : “eh mas…mau ngapain?” nampaknya dia pindah kebelakang dan menusukkan penisnya di pantatku.
P9 : “hehe aku mau keluar tan di dalam pantatmu.”
Intan : “ACK…” kembali aku terpekik ketika penisnya masuk.
P9 : “ohs…nggghhhh….” srooot…srooot…sroot… spermanya masuk dan membanjiri pantatku lagi.
P9 : “oohs…mantab kamu tan…”
Intan : “ohs…”
P9 : “bro, pake memeknya bentar ya. Buat nyuci penisku nih.”
P10 : “ok bro…”
Intan : “mas…kok…” aku ditelentangkan olehnya.
P9 : “tenang aja gak crot didalam kok sayang cuma bersihin sisa-sisa aja.”
Intan : “tapikan spermamu… AACCKKK…AACKKK…AAACHHH” dia tak menghiraukanku dan langsung saja menusukkan penisnya yang masih tegang berlumuran sperma yang sedari tadi tertampung didalam pantatku kedalam vaginaku.
P9 : “uhs..tan…aku pengen keluar lagi nih…”
Intan : “mas…mas…perjanjiannya gak gini….mas!!! AACKK” dia mencabut penisnya dan menyemprotkan spermanya lagi di payudaraku.

P8 : “duh bikin kotor aja lu bro.”
P9 : “hehe sorry kan keenakan untung gak lupa crot didalam. Maaf ya Intan sayang…”
Intan : “....” aku pun terdiam
Intan : “Dwi… aku sudah gak mau lagi….”
Dwi : “eits…ingat tan, kalau kamu gak aktif melayani mereka, perjanjiannya mereka bisa perkosa kamu lagi tanpa kondom. Hahaha cuma sampai sore kok.”
Intan : “bajingan kamu dwi…”
Dwi : “jadi gimana?”
Intan : “iya aku turuti…tapi aku gak mau kayak dia kejadian lagi.” aku menunjuk ke mas mas yang baru saja memuntahkan sperma di payudaraku.
Dwi : “ok deal tan…”
Dwi : “eh lu ngaco aja lu bikin kotor kan.”
Intan : “aku minta tissue dong Dwi. buat bersihin ini nih…” setelah itu, aku lanjut melayani mereka dan ternyata sampai jam 7 lebih. Sesuai perjanjian, aku sudah tak ada hubungan lagi dengan Dwi. Terlebih lagi yang paling penting flashdisknya sudah kubawa. Sudah cukup sekian kisahku dengan Dwi. Semoga saja dia tak mengganggu kehidupanku kedepannya. Aku tak ingin gagal lagi untuk yang kali ini. Aku berharap Tono menjadi yang terakhir untukku.
Makasih apdetnya bro @haze1998
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd