Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 29
Timeline : 2011 Juli

–POV Tono–

Hubunganku dengan Intan sebenarnya baik-baik saja. Sudah sebulan juga dari kejadian kala itu dan aku tidak memergokinya mengulangi lagi bermain dibelakangku. Atau mungkin aku yang tak tahu saja. Lama-lama bisa gila aku memikirkan ini. Pergolakan batin ku sendiri yang makin tak menentu membuatku gelisah sendiri. Haruskah aku bicara langsung dengan Intan, atau ku biarkan saja karena mungkin ini karma ku? Mungkin ku coba untuk sekali lagi bertanya dengan Hasan sore ini.

Setelah dari toko, aku menuju ke warnet ku tempat Hasan bekerja. Warnet tampak ramai seperti biasanya karena jaringan internet di kota kecil seperti ini masih jarang.
Tono : “san. Penuh hari ini?”
Hasan : “penuh mas dari tadi pagi, apalagi musim liburan kayak gini. Tapi ini mas ada anak-anak tadi yang buka website dewasa, itu gimana mas? Perlu ku tegur langsung apa cuma dimatiin aja mas?”
Tono : “warning di server aja san. Kalau ditegur nanti dibilang galak yang jaga terus sepi kan bahaya buat pemasukan. Kamu remote aja terus dimatiin juga gak apa buat peringatan.”
Hasan : “siap mas.”
Tono : “eh san. Mau ngobrol sebentar nih. Diluar sebentar.”
Hasan : “oh ok mas, masalah apa mas?”
Tono : “gimana ya ngomongnya?”

Hasan : “halah ngomong aja mas gak apa.”
Tono : “gini san. Jangan tersinggung dulu ya. Aku mau nanya, mbak mu ada skandal sama siapa aja sih sebenarnya?”
Hasan : “hah? Skandal apa mas? Selingkuh maksudnya?”
Tono : “ya bukannya mas mau nuduh mbak mu selingkuh sih san.”
Hasan : “terus maksudnya gimana mas? Mbak itu gak mungkin lah mas selingkuh.” nada Hasan mulai meninggi karena mungkin dia tidak terima kakaknya ku tuduh selingkuh.
Tono : “gini san. Sorry nih. Bukannya gimana. Maksud ku itu, ada orang lain gak yang kamu tahu selain kamu dan aku nih yang have sex sama Intan?”
Hasan : “ya kalau itu gak ada lah mas. Masalah itu cuma mas Tono sama aku saja mas.”
Tono : “kamu yakin kan san?”
Hasan : “iya mas. Yakin.”
Tono : “kalau gitu kamu tau ini?” aku menunjukkan rekaman yang kuambil kapan lalu.
Hasan : “ini…dirumah? Mbak sama… loh…” Hasan tampak kaget.
Hasan : “ini kapan mas?”
Tono : “udah lama, sebelum kamu sama mbak mu liburan ke Jogja kemarin. Kamu kenal sama orang itu?”
Hasan : “kenal mas… orang dia tetanggaku. Pak Soli. Dia juga ngajar di SMP nya Kukuh. Dulu guru olahraganya mbak Intan juga sih mas.”

Tono : “kamu sudah tau ini belum san?”
Hasan : “belum mas. Aku juga kaget kok.”
Tono : “sorry ya san. Bukannya gimana. Cuma aku pengen tahu aja. Intan ada skandal sama siapa saja. Karena… kamu pasti tahu kan omongan orang-orang tentang kakakmu gimana.”
Hasan : “iya sih mas aku juga tahu kalau orang-orang itu nge cap mbak Intan cewe gak bener. Tapi sumpah yang ini aku baru tahu.”
Tono : “oke lah kalau kamu baru tahu yang ini. Aku mau tanya, mbak mu dulu gimana? Sampai bisa ada yang bilang kayak gitu. Bilang mbak mu cewe gak bener.”

Hasan : “gini mas… mas sudah tahu belum kisahnya mbak Intan sama mantannya dulu?”
Tono : “mantannya yg mana?”
Hasan : “yang mas Dwi itu mas.”
Tono : “oh belum, kenapa?”
Hasan : “sebentar mas, tapi ini rahasia ya. Aku juga gak mau namanya mbak buruk. Sama mas nanti jangan kaget ya.”
Tono : “kenapa emang san?” Hasan pun kembali masuk dan tak lama kemudian menemuiku lagi diluar warnet.
Hasan : “ini mas. Nanti coba mas buka flashdisk ini. Cuma aku mau minta mas janji jangan bilang ke siapa-siapa dan jangan berubah sama mbak Intan ya mas.”

Tono : “ok. Ini apa isinya?” aku pun penasaran.
Hasan : “rekaman masa lalunya mbak Intan mas. Mbak Intan dulu pernah dijual sama mas Dwi.”
Tono : “hah dijual?”
Hasan : “iya mas. Mungkin ini yang bikin mbak Intan jadi dianggap cewek murahan karena ada yang nyebarin mungkin. Dan mungkin juga ini awal mulanya mbak Intan jadi seperti sekarang. Aku gak tau sih mas, apa mbak masih kayak dulu apa udahan.”
Tono : “maksudnya? Intan masih jual diri gitu?”
Hasan : “kalau itu aku gak tahu mas. Karena aku sih yakin setelah mbak Intan putus sama mas Dwi, dia sudah gak kayak dulu. Cuma pas mas Tono kasih tahu video tadi, aku sendiri jadi gak yakin mas.”

Tono : “oke kalau gitu kamu bantu ya cari tahu apa yang sebenarnya terjadi sama mbak mu. Terus ada hubungan apa mereka ini. Kamu sayang kan sama mbak mu?”
Hasan : “iya lah mas. Pastinya. Aku boleh minta video tadi gak mas?”
Tono : “enggak jangan, ini video ku simpan saja biar gak nyebar kemana-mana. Kalaupun nyebar kamu juga tahu satu-satunya yang punya ini video cuma aku.”
Hasan : “oh ok mas. Nanti mulai kita awasin ya mas gerak-geriknya mbak Intan.”
Tono : “ok san. Kalau ada yang mencurigakan, bisa segera berkabar ya. Ini flashdisk aku bawa dulu.”
Hasan : “iya mas.” aku pun segera pergi dari warnet dan kembali ke kontrakanku. Aku tak sabar membuka isi flashdisk yang diberi oleh Hasan.

Sampai di kontrakan segera ku buka laptopku dan ku copy semua file yang ada di flashdisk tadi sebelum ku buka satu per satu. Aku sendiri terkejut setelah melihat beberapa video rekaman masa lalu Intan. Bahkan ada kalanya dimana dia melayani beberapa orang sekaligus. Namun herannya jarang sekali aku melihat Intan yang memberontak atau tak menikmati. Hanya ada beberapa video saja yang dia seperti diperkosa. Selebihnya dia seperti suka rela dan menikmati apa yang sedang dia lakukan. Bahkan dia seperti yang lebih pegang kendali. Aku memang mendengar desas-desus masa lalu Intan, bahkan Intan juga sempat cerita beberapa hal tentang masa lalunya. Tapi aku baru tahu sekarang lewat bukti nyata kalau apa yang kudengar selama ini tak ada apa-apanya. Disatu sisi aku merasa, apakah ini hukumanku. Tapi disisi lain aku merasakan suatu hal yang sengaja ku pendam selama ini. Yaitu keinginanku untuk mengeksplor pasanganku. Tak bisa dipungkiri kalau birahiku terpicu ketika menonton video-video ini.

Saat sedang seru-serunya aku menonton video Intan dulu, ada telepon berdering. Ternyata Intan yang menelpon. Tak sadar aku menonton ini sampai jam 9 malam.
Intan : “yank… dimana? Anter aku ke RS dong.”
Tono : “lagi dirumah nih, ok sebentar ya. Otw yank.”
Intan : “iya aku tungguin ya. Jangan lama-lama tapi. Cepetan.”
Tono : “ok yank”
Aku pun meluncur langsung kerumah Intan untuk mengantarnya dinas seperti biasa.

–POV Intan–
Hari ini aku dapat jatah dinas malam dan aku ingin sekali diantar jemput oleh Tono. Entah kenapa sepertinya ada yang aneh dengannya akhir-akhir ini. Instinct ku mengatakan kalau ada yang tidak beres. Tapi Tono juga baik-baik saja seperti biasa. Cuma aku merasa ada yang aneh saja dengannya. Tak lama kemudian aku sudah sampai di RS.
Intan : “yank…besok pagi jemput ya. Jangan lupa. Pulangnya hati-hati lho.” tak lupa aku cium tangan ke Tono.
Tono : “iya yank. Siap, besok pagi ku jemput sama bawain bubur ayam.”
Intan : “haha ok yank. Aku masuk dulu ya. Ati-ati di jalan.”
Setelah itu aku pun masuk ke RS untuk absen. Malam ini aku jaga dengan Ratna lagi dan juga….

Indra : “halo tan… cyeh yang dianter pacarnya.” sapa Indra sambil meremas pantatku dari belakang.
Intan : “eh…ndra…tanganmu lho…ada yang lihat nanti. Masih diluar gini jahil banget.”
Indra : “hehe sudah malem gini mana ada yang lihat”
Intan : “ngawur. Kalau pacarku lihat bahaya. Dah ah aku absen dulu.” aku pun menghindar dari Indra. Nampaknya Indra sedang kumat-kumatnya malam ini. Maklum saja sudah stop jatah sama Ningsih soalnya sebentar lagi si Ningsih fase melahirkan dan sedang dirawat inap disini. Disamping itu, malam ini aku juga sedang tidak ingin.

Setelah absen dan serah terima laporan dari shift sebelumnya, aku berkeliling RS seperti biasa mengecek kondisi pasien rawat inap. Jaga-jaga kalau ada yang butuh tindakan darurat untuk kelahiran. Sekalian aku menyusup ke ruang obat seperti biasa untuk mengambil dosis suntikan pencegah kehamilan. Aku harus lebih berhati-hati karena saat audit sudah menimbulkan kecurigaan karena seringnya hilang beberapa inventaris obat dari pembukuan. Indra juga tak bisa selamanya memalsukan laporan, terlebih lagi dokter Danu sudah mulai mengecek sendiri laporan bulanannya.

Tapi mungkin aku sedang apes malam ini. Belum sampai di selasar ruang obat, aku bertemu kembali dengan Indra. Kembali tangan jahilnya menepuk pantatku.
Indra : “tan…”
Intan : “heh, ndra. Ngagetin aja. Napa sih? Dari tadi ngagetin mulu. Sama tuh tangan jahil amat.”
Indra : “hehe ya tau kan aku lagi gak dapet jatah. Ayo dong tan…”
Intan : “heh…malah peluk-peluk. Ketahuan orang nanti, ini masih di selasar lho. Ketahuan si Ratna nanti…”
Indra : “halah si Ratna sudah ngamar tuh sama dokter Danu. tadi aku lihat dia masuk ke ruangan prakteknya. Aman lah.”
Intan : “ah enggak ah. Tuh si Ningsih sudah bukaan lima tuh. Jaga istrimu sana.” aku mencoba melepaskan pelukan dari Indra, namun pelukannya semakin erat.
Indra : “ayolah tan…sebentar aja. Sudah tidur juga dia.”
Intan : “enggak ndra… aku belum suntik lagi nih… lepasin dong…” aku sadar, aku tak bisa teriak, karena nanti malah menimbulkan kehebohan sendiri yang membuatku tak enak bila sampai Ningsih tahu.

Intan : “ndra..udah deh lepasin…” aku berusaha meronta lagi, tapi Indra malah memepetkan ku ke tembok dan mulai merangsangku dengan remasan-remasan tangannya di area payudaraku.
Intan : “ndra…maksa banget sih…ugh…udah deh… aku belum suntik nih…”
Indra : “tapi kamu sudah minum obat kan tadi pagi?”
Intan : “ndra…udah deh…nanti ada orang lihat lho…ndra…pliss deh…”
Indra : “ok tan…”
Intan : “eh..eh..ndra…” Indra menyeretku masuk kedalam gudang obat.
Indra : “nah kalau disini kan aman. Hehehe”
Intan : “udah deh ndra… aku lagi gak mau.”

Tapi semuanya berjalan begitu cepat, sampai-sampai aku tak sempat berfikir dan melawan. Indra memelukku dan membalikkan tubuhku, mendorongku ke arah meja, lalu dengan cepat dia menarik turun celanaku dan langsung saja menusukkan penisnya ke dalam kemaluanku.
Indra : “uh…tan…ugh…ugh…”
Intan : “ndra…udah ndra…ooohs…”
Tanpa ampun Indra menggenjotku dari belakang dan tanpa proteksi kondom. Kepalaku ditekannya ke meja agar aku tak banyak berbicara dan tak bisa melawan. Walau aku tak suka dan sedang tak ingin, lama-lama nafsuku terpancing juga. Efek dari area sensitifku yang menerima rangsangan bertubi-tubi.
Intan : “ouhs….ndra…stop….nnngggghhhh….” badan ku bergetar hebat karena orgasme pertamaku malam ini. Indra pun berhenti tapi tetap membenamkan penisnya didalam kemaluanku.
Indra : “hahaha akhirnya kamu orgasme juga tan. Stop apa lanjut nih?” entah kenapa malah aku yang menggoyangkan pinggulku seakan memberi kode ke Indra untuk melanjutkan.
Indra : “hehe digoyang juga akhirnya. Gitu dong dari tadi sayang…nih…”
Intan : “aaachhss…” dengan 1 sentakan Indra membuatku orgasme lagi. Aku pun mulai mendesah-desah tak karuan.

Berulang kali sudah aku orgasme selama 15 menit Indra menggenjotku dari belakang. Tiba-tiba dia menarik tubuhku dan merebahkanku di atas lantai. Indra kembali menindihku di lantai sambil membuka kancing bajuku 1 per satu. Dengan kasar Indra melepas bra yang kukenakan. Sambil menggenjot ku dengan posisi misionaris, Indra menghisap puting payudaraku bergantian.
Intan : “aahs..aahs..ohs..ndra…oohss…” rangsangan dalam tubuhku terasa berkali-kali lipat ketika Indra menghisap kuat putingku. Ku pegang erat kepalanya dan kubenamkan di payudaraku. Rasanya aku semakin kehilangan kendali atas diriku sendiri. Bertubi-tubi kenikmatan menjalar ke syaraf-syaraf ditubuhku.

Intan : “ACH..OOHS…OOHSSS…NNNGGHHH…AAAACHH…MMMPPPFFF…” karena suaraku semakin kencang, Indra menutup mulutku dengan tangan kanannya.
Indra : “hehe tadi nolak, sekarang keenakan.”
Indra terus menghujamkan penisnya dengan kencang sampai membentur lubang cervix ku. Kembali aku orgasme dibuatnya.
Intan : “NNNNGGGHHH…NGGGHHH…NNNGGGGHHH…” suaraku tertahan oleh tangannya. Aku hanya bisa melenguh menikmati orgasmeku yang bertubi-tubi seperti tanpa henti.

“BRAKKK…HEH SEDANG APA KALIAN DISINI !!!”
Pergumulan ku dengan Indra terganggu karena ada orang yang memergoki kami. Aku dan Indra terkejut dan langsung menyudahi perbuatan kami.
“NGAPAIN KALIAN BERBUAT DISINI !!!” dia kembali berbicara dengan nada tinggi. Ternyata perbuatan kami sudah dipergoki oleh pak Supri. Seorang cleaning service RS yang memang tinggal disini sekalian menjaga RS. Beliau sudah cukup berumur dan duda jadi tinggal sendiri disini. aku pun langsung beringsut ke arah tembok sambil menutupi ketelanjanganku dengan pakaianku yang masih melekat di tubuhku saja. Betapa malunya diriku, baru kali ini aku berbuat dan dipergoki oleh orang lain.

Indra : “tenang pak pri…jangan kenceng-kenceng. Nanti ramai banyak yang tahu.” Indra mencoba menenangkan pak Supri. Aku yang masih menahan rasa malu hanya terdiam dipojokan.
Supri : “tenang gimana? Kalian ini zina disini ! inget ndra kamu itu sudah punya istri !”
Indra : “iya pak sabar ya, tenang-tenang…” Indra lalu mengambil dompet di celananya dan mengambil uang lalu diberikan ke pak Supri.
Supri : “apa-apaan ini?”
Indra : “ini uang tutup mulut lah pak. Maaf ya pak jangan lapor ya.”
Supri : “gak bisa. Ini harus dilaporin. Tindakan kalian sudah bikin malu nama rumah sakit. Gak bisa ini.”
Indra : “tenang lah pak… saya tambahin deh.”
Indra : “tan…pinjem duitmu dulu dong.”
Intan : “itu ndra ambil sendiri di celana ku.” akhirnya Indra mengambil uang yang ada didalam dompetku untuk diberikan ke pak Supri.
Supri : “enggak, apa-apaan kamu ini Indra ! gak bisa gini. Emang aku bisa disuap dengan duit 100ribu? Gak, gak bisa, harus dilaporkan.”
Indra : “duh pak jangan. Saya mohon. Istri saya juga sedang dirawat disini. Jangan ya pak.”
Supri : “enggak tetep gak bisa, kalian ini sudah zina. Mau nyogok saya pakai uang lagi.”

Indra tetap mencoba negosiasi dengan pak Supri, sedangkan aku masih meringkuk dibawah menutupi tubuhku dengan baju atasanku saja. Sampai akhirnya aku mendengar hal yang sangat tak ku duga keluar dari mulut Indra.
Indra : “begini saja pak Pri. bapak kan sudah duda lama nih. Pasti sudah lama kan gak main sama cewek.”
Supri : “maksudnya gimana nih?”
Indra : “iya bapak kan sudah lama menduda kan. Mau gak pak sama Intan? Bodynya mantab loh pak. Tuh lihat, putih mulus, susunya juga gede pak.” pak Supri menatapku tajam, dia seperti menelanjangiku dengan tatapan matanya.
Intan : “ndra… maksudmu gimana ndra? Jangan aneh-aneh deh.” aku pun akhirnya angkat bicara.
Indra : “gimana pak? Intan pasti mau lah demi tutup mulut. Ya nggak Tan?”
Intan : “enggak…aku gak mau ndra. Gila kamu !”
Indra : “heh tan…demi keselamatan kita berdua nih. Bisa-bisa kita dipecat dari sini kalau tersebar. Lebih parahnya skandal kita bisa ketahuan orang banyak dan bisa bahaya buat rumah tangga ku. Apalagi Ningsih kan teman baikmu juga.”
Intan : “enggak… aku gak mau. Jangan bikin kesepakatan sesukamu dong ndra !”
Indra : “gimana pak Pri? Minat kan?”
Supri : “boleh juga penawaran mu ndra. Apalagi sudah lama aku juga pengen cobain bidan-bidan disini. Hehe”
Indra : “nah… setuju kan pak. Sudah jangan laporin ya.”
Intan : “eh ndra! Aku gak mau!”
Supri : “biar aman kalian jangan disini, ke tempatku saja. Yang dibelakang RS.”
Indra : “boleh tuh pak.”
Intan : “apa-apaan sih! Enggak! Aku gak mau!”
Indra : “ayolah tan. Demi keamanan kita berdua.”

Indra : “sudah pak Pri, kita bawa aja ketempat pak Pri.”
Intan : “enggak! Aku gak mau! MMMPPPFFFF…” mereka menyergapku dan membopongku ke area belakang rumah sakit. Karena malam yang cukup sepi, mereka dengan mudah membawaku kesana meski aku sudah meronta-ronta. Kekuatan mereka berdua tak mampu aku tandingi. Indra membekapku dari atas, sedangkan pak Supri menggotong ku dari kaki. Setelah itu aku dilemparkan diatas kasur buluk tempat pak Supri tidur diruangan yang sempit ini. Di belakang RS memang disediakan 4 kamar kosong yang bisa dimanfaatkan oleh satpam dan cleaning service untuk istirahat. Sedangkan pak Supri yang memang tak punya tempat tinggal, akhirnya menetap di salah satu ruangan. Letaknya juga cukup jauh di area paling belakang dekat dengan gudang peralatan RS.

Intan : “lepasin !!! aku gak mau begini !!! gak mau !!!” Indra memegang kedua tanganku dan merentangkannya diatas kepalaku, sedangkan kaki ku dipegangi oleh pak Supri.
Indra : “sudah lah tan, tadi juga gak mau tapi akhirnya kamu keenakan juga kan. Hehe”
Intan : “ndra!!! Plis ndra!!! Jangan gini!!! Lepasin!!!” aku terus berusaha melepaskan diri namun tak bisa.
Indra : “sudah mulai aja pak pri. Hehe”
Supri : “beneran nih ndra.”
Indra : “iya lah pak. Lonte satu ini dengan senang hati kok main gaya perkosaan.”
Intan : “ndra!!! Sudah ndra!!! Pak Pri…jangan pak…jangan…”pak Supri pun melepaskan kaki ku dan mulai melepas pakaiannya. Tampaklah tubuh kurusnya namun masih berotot dan penisnya yang berurat itu tegak mengacung. Membuatku bergidik ngeri karena terlintas kembali kejadian pemerkosaan yang aku alami dulu. Kantung zakarnya juga sangat besar seperti sudah lama tidak mengeluarkan isinya.

Supri : “sudah lama aku pengen cobain bidan-bidan disini, selama ini cuma bisa bayangin saja. Akhirnya keturutan juga. Hehehe” sambil tertawa, pak Supri kembali meraba kaki ku. Dengan sekuat tenaga aku mencoba mengatupkan kaki ku namun tak bisa. Tenaga ku masih kalah dengannya. Kakiku direntangkan kembali oleh pak Supri, sedangkan Indra masih memegangi kedua tanganku.
Intan : “pak…jangan pak…jangan…ACH…” aku terpekik saat lidahnya mulai menyapu area kewanitaanku. Dengan ganasnya pak Supri menjilati vaginaku dan perlahan lidahnya mulai masuk kedalam. Akupun dibuat kegelian olehnya.
Supri : “slurp…slurp…slurp…slurp…” clitorisku disedot-sedot sambil lidahnya bermain di rongga dalam vaginaku.
Intan : “ach…pak…ach…sudah…aach…jangan…aaaach…aach…” tubuhku seperti disengat listrik setiap hisapan dan sapuan lidahnya menyentuh clitorisku. Sampai akhirnya aku tak tahan lagi dan orgasme.
Intan : “UACH…PAK…AAAACHH…NNNGGGHHH…AAACCH…” tubuhku pun terangkat karena orgasme yang begitu dahsyat kurasakan. Sampai-sampai aku squirting dan membasahi muka pak Supri. Dengan rakusnya semua cairan ku dihisap dan ditelan olehnya.

Indra : “hehe udah keenakan nih dia pak.”
Supri : “aku masukin sekarang ya tan…” pak Supri mulai menempatkan tubuhnya diantara kedua kaki ku. Penisnya yang besar dan berurat itu juga kurasakan sudah menempel di labia mayoraku.
Intan : “pak…jangan pak…jangan…” aku bergidik ngeri karena akan disetubuhi oleh pak Supri yang bentuk penisnya cukup menyeramkan buatku. Bentuknya yang terlalu besar dan panjang sebesar tangan bayi tapi berurat. Ditambah lagi aku melihat kantung zakarnya yang seperti menyimpan cukup banyak benih.
Intan : “pak…jangan ya pak…jangan…pak…”
Supri : “hehe nikmati saja Intan. Sudah lama aku gak pernah berhubungan badan sama perempuan.”
Intan : “pak…jangan….AAACKKK…” akhirnya penisnya menembus masuk ke dalam kemaluanku. Rasanya belum semuanya masuk, tetapi sudah menyentuh area terdalam vaginaku. Mataku terbelalak dan tubuhku terangkat karena hujaman penisnya yang begitu kuat.

Intan : “ACK…ACH…AACH…AACH…” tanpa ampun pak Supri menggenjotku. Indra juga masih tetap memegang erat kedua tanganku agar aku tak berontak. Sebenarnya aku sudah tak bisa melawan lagi. Penis yang terlalu besar itu benar-benar membuatku keenakan. Penuh rasanya menyesaki rongga dalamku. Herannya bukan rasa sakit, tapi rasa nikmat yang mengalir bertubi-tubi. Biasanya penis sebesar itu membuat kemaluanku sakit. Kembali kurasakan orgasme ku yang kesekian kali untuk malam ini. Indra yang sudah yakin aku tak akan melawan akhirnya melepaskan tanganku. Pak Supri menjelajahi wajah, leher dan area payudaraku dengan bibirnya. Indra pun tak tinggal diam begitu saja menyaksikan ku sedang disetubuhi oleh pak Supri. Dia menyodorkan penisnya disamping mulutku.
Indra : “hehe emutin dong tan…” awalnya aku menolaknya tapi Indra terus saja menyodorkan penisnya ke mulutku. Akhirnya aku pasrah saja, kugenggam penisnya sambil ku kulum.
Indra : “nah gitu dong tan… dari tadi kek…kan enak…hehe”

Bagian bawah ku dihajar bertubi-tubi oleh pak Supri, sedangkan mulut ku dijejali dengan penis Indra. Sampai akhirnya 10 menit kemudian, Indra berubah posisi. Dia berada tepat diatas ku dan memasukkan penisnya sedalam mungkin di tenggorokanku. Sampai membuat ku susah bernafas.
Intan : “MMMMPPPFFF…MMMPPPHHH….NNGGGGHHHHH…” aku hanya mengerang-ngerang saja ketika kurasakan penisnya melesak di tenggorokanku. Sedangkan di bagian bawahku pak Supri mulai mengangkat kakiku ke pundaknya. Semakin lama kurasakan pak Supri mencoba memasukkan penisnya semakin dalam walau sudah terasa mentok. Sepertinya dia segera ejakulasi. Namun aku tak bisa melawan atau mencegahnya.
Supri : “ahs… tan….” penisnya ditancapkan dalam-dalam dan kurasakan cairan panas mengalir memenuhi rahimku. Disaat hampir bersamaan Indra juga ejakulasi didalam mulutku. Untungnya dia tak menekan penisnya didalam tenggorokanku seperti tadi. Meski demikian aku tetap saja kesusahan bernafas. Mereka berdua seperti puas menikmatiku malam ini. Sampai akhirnya mereka berdua mencabut penisnya dari lubang-lubangku.

Intan : “uhuk uhuk…” aku seperti tersedak oleh sperma Indra yang memenuhi mulutku.
Intan : “duh kamu nih ndra…” akhirnya kutelan saja spermanya.
Indra : “kamu seksi banget sih tan. Kelojotan tadi digenjot sama pak Pri.”
Intan : “ya gimana gak kelojotan. Tuh lihat burungnya segede tangan bayi.”
Indra : “tapi enak kan tan…gimana pak Pri puas kan?”
Supri : “hehe akhirnya aku bisa puas juga. Sudah 20 tahun aku gak main perempuan ndra.”
Indra : “lain kali kalau mau tinggal bilang aja pak ke Intan langsung, dia sih suka burung yang gede-gede.”
Intan : “heh ngawur kamu.”
Indra : “tapi bener kan tan?”
Intan : “ya lihat aja nanti.” aku tersipu malu karena omongan Indra benar. Kali ini aku menikmati persetubuhan ku dengan mereka berdua.
Supri : “saya janji gak akan laporin kalian berdua kok. Kan saya juga ikutan enak malam ini. Asal Intan masih mau bikin saya enak lagi nanti. Hehe ” tawa mesumnya. Sepertinya pak Supri ketagihan dan ingin memanfaatkan kondisi agar aku mau melayaninya lagi lain kali.

Intan : “hmm…lihat nanti deh pak.”
Indra : “halah banyak gaya kamu tan tan. Biar dia gak lapor nih.”
Intan : “ya udah deh, aku mau tapi lain kali pakai kondom ya pak. Aku takut itu spermamu banyak banget. Mana kental lagi. Sama jangan kasar-kasar.”
Supri : “ya selama Intan mau kan saya gak harus maksa. Haha”
Indra : “kalau dia gak mau ya perkosa aja pak Pri. kebanyakan gaya dianya. Nanti juga kalau sudah enak bakalan lupa. Hahaha”
Intan : “hish ngawur…” sambil ku cubit Indra.
Supri : “kalian kalau mau main kekamar ku saja. Atau kesebelah bisa aku kasih kunci nanti. Biar gak ketahuan orang lagi. Masa kalian main di ruang obat.”
Indra : “weh makasih loh pak.”
Supri : “tapi ingat ajak saya juga ya. Hahaha”
Indra : “pastinya…”
Akhirnya malam ini ku tutup dengan bermain dengan mereka berdua sampai jam 4 pagi. Untuk malam ini kubiarkan mereka berdua menyirami rahimku berkali-kali bergantian sampai mereka tak sanggup bangun lagi meski akhirnya aku juga kelelahan.
 
semangat suhu,, smoga slalu bisa mendapat ide buat lanjutin cerita ini
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd