Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

Flashback waktu intan dijual dwi dong huuu, dibuat side story atau gmn gitu
sedang diusahakan suhu. sebenarnya udah siapin kerangka story karangan buat side storynya Intan dan Rency.
kalau Rency, rencana storynya setelah dia nikah dan masih jadi budak sex orang pabrik
kalau Intan, rencananya setelah putus sama Tono. bisa dipertimbangkan untuk story sebelum ketemu Tono.
 
The EX 02 - Chapter 30
Timeline : 2011 Juli
Pagi hari setelah chapter 29

–POV Intan–


Pagi ini rasanya aku kelelahan sekali karena semalaman melayani Indra dan pak Pri. Apalagi pak Pri seperti tak ada puasnya bermain denganku. Kemaluanku sampai sakit rasanya karena penisnya yang berukuran tak normal itu dipaksakan masuk semua. Aku tak habis pikir, orang sekurus dan setua dia punya penis sebesar tangan bayi. Meski kemaluanku sakit tapi ada rasa gatal yang nikmat ketika kepala penisnya menekan keras cervix ku. Rahimku seperti tertekan-tekan saat dia memaksakan masuk lebih dalam meski tak bisa.

Sangking lelahnya, aku sampai tak bisa konsentrasi lagi sekarang. Hampir saja aku lupa mengambil suntikan obat penunda kehamilan hari ini. Mumpung masih jam 6 pagi, aku menyelinap kembali masuk ke ruang obat dan mengambil 1 ampul untuk kusuntikkan.
Intan : “hufffttt….aman sudah. Gara-gara Indra ini, pak Supri jadi ikut-ikutan. Semoga aja aku gak hamil sama duda tua itu. Duh…”
Aku berharap semua akan aman-aman saja karena aku juga sudah membersihkan kemaluanku saat mandi pagi tadi. Satu jam lagi aku ganti shift dan pulang dijemput Tono. aku pun kembali ke ruang jaga untuk menulis laporan pagi.

Tak terasa sudah 30 menit aku mengisi laporan dan Ratna baru saja menyapaku. Dia baru kembali ke ruang jaga entah darimana. Sudah rahasia umum kalau dia ada skandal dengan dokter Danu. palingan juga dari semalam dia bersama dokter Danu. kami pun mengobrol sebentar sampai pikiranku tiba-tiba kacau. Entah kenapa aku merasa nafsuku tiba-tiba naik. Biasanya efek dari suntikan yang aku pakai tidak secepat ini. Hormon ku semakin tak beraturan sepertinya.
Ratna : “kenapa kamu tan? Kok kayak gak sehat?”
Intan : “gak tau nih Rat. badan ku anget aja tiba-tiba.”
Ratna : “mau balik duluan kah?”
Intan : “ah gak usah, sebentar lagi juga ganti shift. Nunggu dijemput juga.”
Ratna : “yakin tan?”
Intan : “iya gak apa. Gerah aja mungkin ya. Aku jalan-jalan dulu ya Rat.”
Ratna : “oke deh aku yang jaga sini aja ya. Hehe gantian.”

Akhirnya ku putuskan untuk keliling rumah sakit sambil mengalihkan otak ku yang mulai memikirkan sex lagi. Degup jantungku juga terasa semakin kencang. Puting ku juga mengeras dibalik bra yang kukenakan sekarang. Biasanya efek seperti ini baru kurasakan 6 sampai 8 jam setelah aku memakai obat suntik. Tapi kali ini kenapa terlalu cepat efeknya. Hormon ku mungkin sudah tak teratur lagi.
Intan : “duh gawat nih… mana Tono masih lama jemputnya.” walau hanya 45 menit lagi namun itu terlalu lama buat ku. Aku pun bingung bagaimana melampiaskan ini sekarang. Tak mungkin aku meminta Indra memuaskanku karena pagi ini dia pasti mengurus Ningsih seperti biasanya. Aku pun keliling keliling rumah sakit dan nampak semakin ramai dengan aktivitas.

Sampai akhirnya aku bertemu kembali dengan pak Supri yang akan membuang sampah di halaman belakang.
Intan : “pak Pri !!!” ku kagetkan dia dari belakang.
Supri : “eh kamu tan.”
Intan : “lagi ngapain pak?”
Supri : “biasa lah kewajiban pagi bersih-bersih.”
Aku pun seperti tak canggung lagi meski baru saja semalam dia memperkosaku. Entah kenapa aku malah ingin menggodanya sekarang. Pikiranku semakin tak waras rasanya, yang kupikirkan hanyalah sex semata.
Intan : “pagi-pagi masing semangat aja nih pak Pri, gak capek pak?”
Supri : “hahaha yang ada malah seger tan gara-gara kamu.”
Intan : “kok bisa sih, padahal tadi pak Pri buas banget lho. Sampai sakit ini ku.” sambil ku pegang perut bawahku.
Supri : “jangan remehin tenagaku tan. Meski sudah tua kurus kerempeng gini, urusan burung gak kalah sama yang masih muda. Tadi si Indra KO duluan.”
Intan : “iya sih pak, tapi…masih bisa berdiri gak nih?”
Supri : “loh nantangin?”
Intan : “emang masih bisa?” tanya ku sambil menggigit bibirku menggodanya. Kami berdua pun saling memandang.

Pak Supri yang paham, menggandeng tangan ku. Dia mengajakku masuk kedalam kamarnya. Walau sekitar 2 jam yang lalu aku baru saja keluar dari kamar ini, kini aku kembali masuk kesini untuk menuntaskan nafsu kami berdua.
Intan : “ohs…mmmhh…mmmhh…oohs…terus…ohss..pak…ahs…mmmhh…” Dia mendorongku di dinding dan menciumi tubuhku sambil melepas semua pakaian yang sedang kukenakan. gairah pak Supri masih menggebu-gebu walau semalam sudah membuatku hampir pingsan saat melayaninya. Aku pun dibuat merem melek menikmati saat jari-jarinya memilin putingku yang sudah mengeras ini sambil terus menciumiku. Meski dia bau keringat, tapi tak ada rasa jijik sekalipun terbayang saat nafsuku sendiri sudah memuncak.
Intan : “ahs….pak pri…mmmmhhhh….mmmhhh…” pak Supri memasukkan lidahnya kedalam mulutku, tak ragu aku pun membalasnya. Kami berdua beradu lidah saling hisap. Pakaian ku sudah berserakan kembali dikamar ini.
Intan : “pak Pri curang…ahss...belum telanjang…ahhs...mmmhhh…”
Supri : “ya kamu yang lepasin dong tan…”
Intan : “hihi…dah tua masih manja… lepasin dulu dong tangannya dari dadaku…”
Supri : “susumu gede bikin pengen ngeremes tan… bikin gak tahan…”

Segera kubuka kaos yang dikenakan pak Supri lalu jongkok di depannya untuk membuka celananya. Kembali nampak penisnya yang segemuk tangan bayi itu. Meski itu bukan benda terbesar yang pernah memasuki kemaluanku. Yang terbesar masih terong yang dijejalkan Hasan waktu itu.
Intan : “masih bisa gede banget gini sih pak burungmu… masih bisa nyembur gak nih? Slurp…” kujilat ujungnya dan kugenggam dengan tangan kananku. Aku masih takjub dengan ukurannya.
Supri : “hehe mau disembur berapa kali memang kamu tan?”
Ku tatap matanya kembali.
Intan : “sepuasmu… sampai burungmu gak bisa berdiri…” pak Supri tersenyum. Aku masih penasaran sebanyak apa dia bisa ejakulasi karena semalam rasanya burungnya masih bisa tegang saat kami menyudahi permainan tadi. Terpaksa kami segera menyudahi karena Indra mengajakku kembali ke ruang jaga dan memang saat itu sebentar lagi giliran jaga satpam pagi juga dimulai.

Aku mulai mengulum penisnya yang sudah tegang ini.
Supri : “uhs… masukin semua dong kemulut.”
Intan : “hmmmppff… gak cukup pak… gede banget… kok bisa sih segede ini…” aku cuma bisa memasukkan kepala penisnya kedalam mulutku. Bahkan batang penisnya sepertinya bisa kugenggam dengan kedua tanganku saat ini.
Supri : “hehehe baru lihat yang segini ya? Gak takut kan?”
Intan : “telat pak kalau mau takut… Semalam kamu sudah obrak abrik memekku pakai punyamu…”
Supri : “enak ya? Hehehe”
Intan : “iya sih…enak pak…meski sakit juga…mmhhh…”

Supri : “kamu tau kenapa burungku bisa segede ini?”
Intan : “sluuurpp…kenapa tuh pak?”
Supri : “aku juga ambil beberapa obat suntik yang bisa bikin penisku gede gini di gudang obat. Sama kayak kamu yang sering ambil obat pencegah kehamilan kan.” aku terkejut pak Supri tau apa yang sering aku lakukan sampai aku menghentikan kulumanku di penisnya.
Supri : “hehe gak usah kaget tan, aku sering lihat kok kamu nyuntik di ruang obat. Kamu sering ngesex ya sampai butuh obat seperti itu?”
Intan : “emmm…jangan lapor siapa-siapa ya pak.”
Supri : “iya tenang aja tan…kok berhenti ngemutnya. Lanjut dong.”
Intan : “iya deh pak… gak usah disuruh juga aku emutin kok… hihi… eh tapi… rasanya gak ada pak obat buat gedein burung deh disana.”
Supri : “ya memang. Kan aku ngeracik sendiri tan.”
Intan : “hah pakai apa pak?”
Supri : “ah kamu gak perlu tau detail yang jelas pakai tambahan hormon testosterone. Haha”
Intan : “ihs…ngawur kamu pak kalau pakai jangan sembarangan. bahaya…”
Supri : “yang penting bikin gede. Hahaha”

Saat aku sedang asik mengulum penis pak Pri, terdengar suara ringtone dari hape ku.
Intan : “duh siapa sih ganggu aja telpon-telpon…” aku pun berdiri mengambil hape ku. Ternyata Tono yang menelpon. Langsung saja ku reject telponnya tanpa pikir panjang lalu ku chat kalau aku sedang ada tindakan darurat.
Supri : “dicariin ya tan?” sambil memelukku dari belakang dan menciumi tengkuk ku.
Intan : “iya nih pak…duh ganggu aja.”
Supri : “mau sudahan nih?”
Intan : “hmm… gimana ya pak?” aku berbalik badan sambil tersenyum.

Pak Pri mendorongku sampai aku terjatuh diatas kasur dan ditindih olehnya. Dia mulai menciumi tubuhku lagi mulai dari leher turun ke payudara dan perut, lalu naik kembali menghisap putingku bergantian.
Intan : “ohs…pak…pri…ohs…pak…mmmmhhh…” akupun menikmati aksinya. Dia mulai merangsek diantara kedua kaki ku. Tanpa perlawanan kubiarkan saja dia membuka jalan untuk penetrasi.
Intan : “pelan pelan ya pak… ohs…” kurasakan kepala penisnya mulai berusaha masuk.
Supri : “hehe sudah nikmatin aja tan…HENGHH…” saat kepala penisnya sudah masuk, langsung saja ditekan semua seketika membuat ku terhentak.
Intan : “ACK….pak…pelan…ack…sakit…ackk…ACK….” tanganku memeluk pak Pri agar tak terlalu terdorong oleh genjotannya yang makin lama makin kencang. Kemaluanku terasa penuh oleh penisnya dan rahimku seperti dipukul-pukul oleh kepala penisnya.
Supri : “hehehe sudah kelojotan aja kamu tan…”
Intan : “OCH…PAK…OOCH….OOCH…” lama kelamaan aku pun kembali merasakan kenikmatan walau rasa sakit itu masih ada. Cairan kemaluanku serasa banjir dibuatnya. Begitu juga keringatku seperti mengucur deras.
Supri : “ini belum masuk semua lho… tapi sudah mentok…”
Intan : “OOCH…iya pak…oohs…enak pak…ooohs…terus…uaaachhh…”

Intan : “OCH…pak…enak pak…ganti posisi dong…ooohs…”
Supri : “kamu yang goyang ya tan…” aku pun mengangguk dan pak Pri kudorong terlentang namun penisnya masih menancap di kemaluanku. Kini berganti pose aku yang berada diatas tubuh pak Supri menggoyangnya dengan posisi WOT. Memang kurasakan penisnya belum masuk semua karena terlalu besar dan panjang.
Intan : “OCH…enak pak pri…OCH….” pak Pri pun meremas-remas payudaraku yang menggantung bebas didepannya.
Supri : “uhs…jago juga kamu tan…ohs…”
Intan : “och…iya…pak…och….kalau mau keluar…keluarin aja…ohs…jangan ditahan-tahan…”
Supri : “hehe kalau cuma segini sih aku masih tahan…”
Intan : “keluarin dong pak…kayak semalam…oohs…sirami aku pakai benihmu…oohss…enak pak…”
Supri : “hehehe…meski gitu kamu juga gak bisa hamil kan… aku sering lihat kamu nyuntik obat…”
Intan : “iya pak…ohs…jadi…kamu bebas keluarin sesukamu…oohs…oohss…. Enak pak…”
Aku pun terus meracau keenakan ketika menggoyangnya. Sensasi kemaluanku yang penuh dan kepala penisnya menyundul-nyundul lubang cervix ku seperti sedang menggaruk area terdalam kemaluanku ini sungguh-sungguh nikmat.

Cukup lama aku menggoyang pak Supri sekitar setengah jam rasanya sampai aku kelelahan.
Supri : “sudah capek tan? Segini aja nih kuatmu?”
Intan : “iya pak…ohs…oohss…” aku menjawabnya dengan ngos-ngosan.
Supri : “sudah ganti posisi tan…hehe” dia mengangkat tubuhku walau tubuhnya lebih kurus daripada ku tapi tenaganya cukup kuat. Penisnya pun tercabut dari dalam kemaluanku. Seperti longgar rasanya ada benda besar yang memenuhi tiba-tiba terlepas begitu saja. Pak Pri merebahkan tubuhku kembali disebelahnya.
Supri : “nungging tan…”
Dengan sekuat tenaga aku nungging diatas kasur dan tak lama kemudian kembali kurasakan penisnya menyeruak masuk kedalam vaginaku.
Intan : “ahs…ahs…ahss…ahhs…terus pak…ahss..genjot terus…aahhs…” dengan memegangi pinggulku, pak Pri lebih leluasa menggenjotku sekarang. Terasa lebih cepat dari sebelumnya.
Supri : “hehehe pantatmu gede juga ya tan…hehehe…hmmm… mulus…putih bersih lagi…” sambil tangan kanannya mengelus-elus pantatku. Plak…plak…plak… tangannya mulai menampar-nampar pantatku.
Intan : “ohs…ahs…ahs…ohs…oohs…” setiap tamparannya seperti membuatku tersetrum penuh kenikmatan.

Intan : “pak pri….aahhhs…aaaahhhs….ahhhh….” kembali kuraih orgasme sampai squirting.
Supri : “hehehe keenakan kamu ya tan…”
Intan : “ahhs…iya pak…ngggghhhh…enak…aahhss…”
Supri : “hehehe mau yang lebih enak?”
Intan : “mau pak…ahs…” pak Supri mencabut penisnya dan merebahkan ku lagi diatas kasur. Kaki ku dibuka lebar olehnya. Tak butuh waktu lama, penis itu kembali melesak ke dalam kemaluanku.
Intan : “aachs…yes pak…aachs…aachhs…oohs…nggghhh….aahhs…” dalam posisi misionaris pak Pri menggejot tubuhku dengan kencang. Kedua tanganku pun dicengkeram oleh tangannya untuk menahan tubuhku. Meski demikian tubuhku tetap terguncang-guncang hebat seiring gerakan penetrasinya yang semakin lama semakin menggila. Berkali-kali rasanya aku meraih orgasme ku tanpa henti.

Makin lama makin tak terkontrol, aku pun kelojotan merasakan nikmat tiada tara saat orgasmeku seperti tiada putus. Tapi tiba-tiba pak Supri terdiam menghentikan genjotannya dan aku pun menatapnya penuh tanya.
Supri : “aku masukin lebih dalam ya tan…”
Intan : “hah!! Sudah mentok pak!!”
Supri : “tapi kan burungku belum masuk semua…henggghhhh…” dia lalu memeluk tubuhku erat-erat sambil menekankan penisnya untuk masuk lebih dalam.
Intan : “AAARRGGHHHH…..” aku pun mengerang sampai suaraku tak bisa keluar lagi. Aku mencengkeram sprei kasur ini menahan rasa sakit. Pak Supri terus menekan penisnya masuk meski sudah terasa mentok dan mendorong rahimku rasanya. Dia seperti ingin mengubah kemaluanku agar sesuai dengan ukurannya yang super besar itu. Rahimku yang terus terdorong oleh penisnya sampai membuat perut bawahku sakit. Tubuhku pun menegang karena menahan rasa sakit. Namun perlahan kembali kurasakan sebuah sensasi kenikmatan yang menjalar ditubuhku. Kemaluan dan rahimku berkedut-kedut hebat seperti akan orgasme kembali. Sampai akhirnya aku pun squirting.

Supri : “hahaha sampai terkencing-kencing enak ya tan… tapi belum masuk semua nih… kudorong lagi ya…henggghhhh….” air mata ku pun mengalir sambil ku geleng-gelengkan kepalaku. Aku pun sangat-sangat kesakitan. Kurasakan penisnya memang masuk lebih dalam lagi, begitu pula rahimku pun terdorong. Tubuhku pun terdorong diatas kasur karena memang penisnya sudah mentok tak bisa masuk lagi namun terus dipaksakan olehnya.
Supri : “henggghhh…susah banget tan…henggghhh…” pak Supri pun terus mendorong masuk. Dia akhirnya memelukku lebih erat. Dengan membebankan berat badannya, pak Supri terus mendorong penisnya masuk. Sampai akhirnya rahimku berkedut kencang begitu pula dengan lubang cervix ku.
Intan : “ACKK!!!!” aku pun kembali menjerit.
Supri : “ohss…tan…tan…” pak Supri akhirnya ejakulasi didalam. Cairan spermanya yang pekat dan hangat memenuhi rahimku. Dia tetap mendorong penisnya meski sedang ejakulasi. Seperti dipuncak kenikmatan, aku memeluk erat tubuhnya yang kurus itu dan tanpa sengaja tercakar oleh kuku jari tanganku yang menancap di punggungnya.
Supri : “NGGGHHHH…NNGGHHHH…NGGGGHHHH…”dia pun mendengus kencang saat menyemburkan spermanya seperti kerbau yang sedang membuahi betinanya.
Intan : “OOOOCKKK…….” tenggorokanku seperti tercekat ketika bermili-mili sperma hangat itu kurasakan masuk. vaginaku seperti meremas-remas penisnya agar terus mengeluarkan benihnya sampai habis.

Pak Supri terus mengerang saat dia ejakulasi dan aku pun menyambut tiap tetes spermanya yang disemburkan di dalam. Pinggul ku secara tak kusadari terangkat untuk menerimanya. Dengan hentakan-hentakan kecil, pak Pri menuntaskan nafsunya. Lubang cervix ku pun seperti melemah saat disundul-sundul dan terasa perih karena tergesek kasar oleh kepala penisnya. Cukup lama rasanya pak Pri menumpahkan benihnya, mungkin lebih dari 5 menit kurasakan. Sampai akhirnya pak Pri mencium bibirku penuh nafsu sambil perlahan menarik lepas penisnya dari dalam kemaluanku.
Intan : “uuhs…pak…mmmhhh….mmmhhh…slurppp…mmhh…” kami beradu lidah dengan panas diatas kasur sambil berpelukan. Kami berdua pun saling merangsang kembali seakan tak ingin kenikmatan yang sudah kami raih berdua mereda begitu saja. Tak kupedulikan kemaluanku yang masih ngilu dihajar penisnya tadi.
Intan : “unnggghhh…pak…setubuhi aku lagi dong….uhss…”
Supri : “hehehe bikin bangun lagi dong tan…”
Intan : “bikin bangun gimana? Ini masih tegak gini kok…” sambil ku kocok penisnya dengan tanganku. Penisnya masih lengket-lengket bekas sperma.
Intan : “kok masih gede aja sih pak…sini aku emut lagi…mmmhhh…mmhhh….” penisnya ku jilati dan ku jepit dengan kedua payudaraku ini.

Intan : “kamu kalau lagi gak berdiri seberapa sih pak?” entah kenapa aku malah mengagumi ukurannya ini.
Supri : “ya setengahnya ini lah.”
Intan : “uhs…gede banget sih pak…” berarti penisnya ini aku taksir kalau gak berdiri mungkin lebih pendek sedikit dari punya pak Soli.
Intan : “kamu nyuntiknya di penis ya pak sampai kayak bengkak gini?” saat aku menjilatinya kuperhatikan ada seperti bekas luka suntikan.
Supri : “iya dong, tapi gak sering-sering. Ini aja sudah gede. Cuma kamu nih yang gak takut tan. Hehehe”
Intan : “loh…emang siapa pak yang pernah takut?”
Supri : “hehehe ada lah…”
Intan : “ish…cerita aja pak…penasaran nih…ayolah ceritain pak…” sambil kuberikan service dengan kujepit penisnya dengan payudaraku.

Lama kelamaan pak Supri akhirnya bercerita juga.
Supri : “hehe kamu beneran pengen tau siapa?”
Intan : “iya dong pak…masa sih ada cewek yang malah takut sama penis segede ini… yang bisa kasih kenikmatan tiada tara…” sebenarnya memang ukuran penisnya cukup mengerikan kalau aku mau jujur. Namun kenikmatan yang kudapatkan sungguh membuatku lupa diri.
Supri : “itu lho…istrinya si Indra. Si Ningsih…”
Intan : “hah si Ningsih? Kok bisa pak? Gimana ceritanya?” aku pun makin penasaran.
Supri : “ya pas itu gak sengaja. Aku habis mandi di kamar mandi belakang sana. Cuma balutan handuk. Si Ningsih nyariin mau minta tolong. Dasarnya aku sudah lama gak ngesex sama perempuan jadinya burungku bangun tan. Walau cuma nyium bau wangi parfum aja.”
Intan : “terus?”
Supri : “ya dia lari ketakutan lihat burungku yang gak sengaja tegak dibalik handuk.”
Intan : “terus kamu ngomong ke Indra?”
Supri : “iya tan, biar gak ada salah paham.”
Intan : “hihihi aku kira tadi yang bikin hamil Ningsih kamu pak.”
Supri : “ah kalau dibolehin sama Indra sih mau mau saja.”

Intan : “segitu pengennya ya kamu pak ngerasain bidan-bidan disini.”
Supri : “iya lah sudah lama gak ngesex tan. Apalagi kalian-kalian masih muda.”
Intan : “tapi kan sekarang sudah keturutan ama aku… aku naikin ya pak… ahs…”
Akhirnya penis pak Supri kembali terbenam di kemaluanku. Aku pun menggoyangnya dengan posisi WOT. seperti tadi, penisnya tak dapat masuk sepenuhnya di dalam kemaluanku. Tanganku bertumpu di dadanya dan dia kembali meremas-remas payudaraku yang menggantung bebas didepannya. Putingku yang menegang dijepit dengan jari jemarinya. Kembali rasa nikmat bercampur ngilu menjalar keseluruh tubuhku.
Intan : “oohs…unggghhh…ahs…enak pak…oohs…”

Cukup lama aku menggoyangnya dengan posisi WOT, sampai pak Pri mengangkat pantatku dan bangkit. Tak kusangka dia masih sekuat itu. Karena aku takut jatuh, aku pun berpegangan ke tengkuknya. Dia bangkit mengangkatku keatas meja yang berada didekat pintu. Aku tak menyangka, berat tubuhku seharusnya lebih dari pak Pri, namun dia masih kuat mengangkatku.
Intan : “ahs…yes…aahs…ahhs…terus pak…ahhs…ohs…” aku terduduk di tepian meja dengan kaki menjuntai kebawah sambil terus digenjot oleh pak Pri yang memegangi pantatku. Persetubuhan kami sedikit berisik karena meja yang bergoyang dan membentur dinding seiring dengan genjotan pak Pri. Namun kami berdua tak menghiraukannya. Yang kami pikirkan hanya meraih kenikmatan berdua.

Tak lama kemudian kami pun berganti posisi. Aku bertumpu diatas meja membelakanginya dan pak Pri lanjut menyetubuhiku sambil menjambak rambut panjangku ini.
Intan : “aarrhhh…pak pri…aarhh…fuck me….aahhhhss…” pak Pri menggenjotku lebih kencang dalam posisi ini. Aku pun tak mau kalah dengan berusaha mengimbanginya. Dug dug dug dug… meja tumpuanku terus berbunyi karena beradu dengan tembok.
Intan : “ahss…yes…fuckmee…aahhs…aahhs…yang kenceng…ahhs… teruss…”
Supri : “hnggghhh….hnggghhh…hngggghhh…” dengusan nafas dari pak Pri pun semakin kencang kudengar. Kami berdua sudah berada di puncak kenikmatan bersama.
Intan : “ahhs…terus pak pri…ahhss…” tubuhku terguncang hebat seiring makin kencangnya genjotan pak Pri.

Namun persetubuhan ini harus terganggu dengan suara ketukan di pintu. Aku dan pak Pri terdiam. Dalam batinku “duh…ketahuan nih…duh…gimana nih…”
Indra : “pak Pri…ini Indra…”
Intan : (hufftt…sukur deh ternyata Indra) dalam batin ku. Aku mendorong pak Pri agar penisnya terlepas dan aku bisa berpakaian dulu atau setidaknya menutup tubuhku. Tapi tangan pak Pri lebih cepat, dia membuka slot pintu terlebih dahulu.
Indra : “eh Intan kok masih disini… tadi kirain pak Pri lagi main sama siapa asik banget kayaknya. Hehehe” aku yang masih membungkuk di atas meja pun mulai kikuk karena dipergoki oleh Indra.
Supri : “ya main sama siapa lagi…hehehe”
Intan : “eh ndra…tutup pintunya dong…” aku yang takut dipergoki orang pun menyuruh Indra untuk segera menutup pintu.
Indra : “iya iya tan…hehehe” dia masih nyengir-nyengir melihatku sambil masuk dan menutup pintu.

Intan : “pak Pri…udahan yuk…itu ada Indra…”
Supri : “ah nanggung nih tan…belum keluar… lagian Indra juga tadi kan lihatin kita… tunggu bentar ya ndra…tanggung nih…”
Intan : “iya…tapi…ahs…pak…ahs…sudah…ahs…” pak Pri memegang pinggulku dan lanjut menggenjot dari belakang.
Indra : “Intan keenakan nih ternyata…hahaha boleh ikut gak tan?”
Intan : “ahhs…apasih ndra…ahs…ahhs…pak…ahs..buruan keluarin…ahhs…”
Sekitar 10 menit kemudian pak Pri akhirnya ejakulasi.
Supri : “hhhngghhhh…” pak Supri pun melenguh ketika menyemburkan kembali spermanya di dalam kemaluanku sambil meremas keras-keras kedua payudaraku.
Intan : “aarrghhh…” aku pun mengerang saat rahimku kembali disirami oleh spermanya. Sebelum kemudian pak Pri mencabut penisnya yang masih memuncratkan sperma. Aku ambruk di lantai karena tak ada yang menyangga tubuhku dengan masih ngos-ngosan. Pak Pri menggendongku dan merebahkanku di atas kasur.

Aku yang sudah kehabisan tenaga hanya tergeletak diatas kasur.
Supri : “kenapa nih ndra nyariin?”
Indra : “ah enggak pak tadi mau cariin Intan sih aslinya, nebak aja tadi. Eh beneran disini lagi sama pak Pri. tadi kamu ditungguin pacar mu tuh lho tan di depan. Tapi sudah pulang dia. Hahaha gak tau dia pacarnya lagi asik-asikan disini.”
Supri : “oh kirain mau minta tolong apa.”
Indra : “enggak kok pak Pri. tapi sebentar ya. Hehe” Indra nampak membuka celananya, kemudian mendekatiku.
Intan : “ndra…ngapain sih…ndra…aku sudah capek nih…” tangannya mulai menjamah tubuhku namun aku tak bisa melawan karena kelelahan.
Indra : “wih memekmu belepotan banget itu tan. Hahaha puas ya pak Pri…”
Intan : “ndra…udah ndra…aku capek…achs…” namun Indra tak mendengarkanku. Dia melesakkan penisnya kedalam vaginaku dan kembali aku digenjot dalam posisi misionaris.
Intan : “ahs..ahs…ahs..ach…ahs…” aku pun hanya bisa mendesah-mendesah lirih saat Indra menyetubuhiku. Tak ada perlawanan dariku walau sebenarnya aku sudah kelelahan dan tak ingin bersetubuh lagi. Mood ku sudah berantakan saat dia menggangguku meraih kenikmatan dengan pak Pri. Disetiap kali hentakan penisnya, kurasakan sperma pak Pri yang masih tertampung di dalam seperti terpompa keluar. Indra bersemangat menggenjotku, sedangkan aku hanya terkulai lemas tak berdaya.

Supri : “hehehe enak ndra?” tanya pak Pri sambil menyalakan rokoknya.
Indra : “uhs…enak pak…uhs…meski longgar habis kamu hajar…masih enak pak… apalagi susunya yang goyang-goyang keringetan ini pak…bikin nafsu…ungshh…” Indra menjilati leher dan pundak ku yang basah oleh keringat ini.
Indra : “oohs…tan…tan…aku mau keluar tan….oohs…nnngghhhh….” sambil menciumku, Indra memuntahkan spermanya didalam. Namun ciumannya tak kubalas. Aku masih tetap diam saja karena sudah tak ada tenaga lagi. Sampai akhirnya Indra terkulai disebelahku. Untung saja Indra hanya mampu bertahan tak lebih dari setengah jam kurasakan. Kalau lebih mungkin aku yang pingsan duluan karena jantungku sudah terpacu kencang sedari tadi. Pandangan mata ku pun mulai berkunang-kunang. Akhirnya kami ber 3 pun beristirahat sejenak. Indra rebahan disampingku, sedangkan pak Pri masih asik dengan rokoknya disudut ruangan.

Saat tenagaku sudah pulih. Aku pun bangkit dari atas kasur.
Indra : “kemana tan?”
Intan : “ya pulang lah ndra.”
Indra : “main lagi dong tan.”
Intan : “capek aku…kamu gak dicariin ningsih emang?”
Indra : “oh enggak, aman kok tadi dia lagi istirahat tidur.”
Intan : “pak Pri punya tisu gak?”
Supri : “ada. Sebentar aku ambilkan.” aku meminta tisu ke pak Pri untuk mengelap sisa-sisa spermanya yang lengket di selangkanganku. Kalau kamar pak Pri dekat dengan kamar mandi mungkin aku memilih untuk mandi saja. Namun sayangnya jauh. Jadi aku bersihkan tubuhku dengan seadanya saja kemudian kembali memakai pakaianku. Aku baru sadar sekarang sudah jam 12 siang saat melihat jam di hape. Berarti persetubuhanku dengan pak Pri sudah berlangsung cukup lama sekitar 5 jam namun aku tak menyadarinya.

Intan : “ndra…anterin aku pulang dong ndra.”
Indra : “oh iya tan. Aku anter. Tapi nanti dirumahmu minta jatah ya. Hehe”
Intan : “duh ndra…kamu gak kasihan sama aku apa…masih capek nih…nanti gak bisa goyangin kamu…”
Indra : “iya deh iya aku anter pulang.”
Intan : “ya udah buruan pake celana. Pak Pri…aku pulang dulu ya…”
Supri : “iya tan…sering-sering kasih enak ya. Hehe”
Intan : “iya deh pak…selama burungmu semangat, aku mau kok kasih enak. Dah ya aku mau packing dulu barang-barangku di depan. Ndra, aku tunggu didepan ya…”
Indra : “iya iya tan…”

Sambil berjalan ke depan, aku menelpon Tono. Agak kasihan juga tadi dia sudah menungguku, tapi aku malah enak-enakan dengan pak Supri.
Intan : “sayang…..lagi ngapain?”
Tono : “lagi lanjutin skripsi nih yang…kamu tadi aku tungguin gak keluar-keluar RS.”
Intan : “iya nih maaf ya, lagi ada tindakan darurat.”
Tono : “oh gitu. Sekarang sudah?”
Intan : “sudah kok, sudah aman. Hehe”
Tono : “ya udah aku jemput ya.”
Intan : “gak usah yang, aku minta anter Indra pulang aja. Kamu fokus kelarin skripsinya ya.”
Tono : “hmmm beneran kok aku jemput aja gak apa daripada nyusahin temenmu.”
Intan : “gak apa yang… aku minta anter Indra sudah nanti sekalian dia pulang juga ambil barang buat Ningsih katanya.” aku tak ingin Tono menjemputku karena dia pasti curiga karena aku nampak lusuh berantakan habis bersetubuh tadi.
Tono : “ya udah kalau gitu aku jemput aja ya nanti malem.”
Intan : “okay sayang…semangat ya skripsinya.”

Setelah itu aku pun pulang kerumah diantar oleh Indra. Untungnya Indra sedang baik, tak meminta jatah lagi. Aku pun sampai dirumah sekitar jam 1 siang dan langsung mandi membersihkan tubuhku. Didalam kamar mandi aku mulai berfikir kembali sambil ku raba perut bawahku yang menggelembung karena penuh dengan sperma pak Pri dan Indra. “Duh kok aku menggila lagi begini sih. Aku kan sudah janji ke Hasan untuk menyudahi kegilaanku diluaran. Rasanya aku sudah menghianati 2 orang seperti ini. Tono dan Hasan. Meski Hasan adik kandungku, entah kenapa rasa sedihnya menghianati dia sama seperti saat aku dengan Tono. aku akui perasaan ku ke Hasan sudah lebih dari sekedar adik dan kakak sekarang. Maafin aku Hasan… maafin aku Tono…”
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd