Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 31
Timeline : 2011 Juli

–POV Intan–


Sudah 2 hari berlalu sejak pertama kali aku merasakan kejantanan pak Pri dan sampai hari ini vaginaku masih terasa mengganjal akibat penisnya yang terlalu besar itu. Bahkan ketika kemarin aku bermain dengan Tono dan semalam tadi dengan Hasan, penis mereka seperti tak berasa. Walau kurasa Tono dan Hasan biasanya bisa menyentuh area terdalamku, namun sekarang kemaluanku masih belum kembali seperti semula. Rongga dalam kemaluanku sudah menyesuaikan dengan penis pak Pri karena dia memaksakan masuk meski aku tak sanggup menampung semuanya. Penis pak Pri rasanya memang tak wajar, tak ada manusia normal yang berukuran sedemikian yang pernah kutemui sebelumnya.

Hari ini aku libur dan kuputuskan untuk bersantai saja. Dengan agak malas, aku bangun dari tempat tidur. Aku lihat jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Ku buka hape ku dan mengecek pesan seperti biasa. Ternyata ada 1 pesan dari pak Soli.
Pak Soli : “hai cantik, apakabar nih. Sudah lama gak ketemu.”
Intan : “eh iya pak. Tumben nge bbm? Kenapa nih pak?”
Pak Soli : “ya kangen aja tan, nanti siang ketemu di hotel biasanya gimana? Kamu lagi kerja apa enggak nih?”
Intan : “loh gak ngajar pak? Lagi jadwal libur nih pak.”
Pak Soli : “ah itu gampang. Apa bapak ke rumahmu aja? Dirumah lagi sepi kan?”
Intan : “iya sih pak. Lagi kerja semua. Jadinya ketemu dimana nih?”
Pak Soli : “dirumah mu aja lah kan sepi.”
Intan : “dasar si bapak, gak modal ih. Gak jadi ke hotel?”
Pak Soli : “kan masih siang tan nanti ada yang tau gimana?”
Intan : “kalau ke rumahku juga gak takut ada yang lihat?”
Pak Soli : “enggak lah aman. Kayak biasanya aja tan.”
Intan : “hmmm ya sudah deh. Tapi jangan siang-siang ya. Jam 10 sudah dirumahku. Bisa?”
Pak Soli : “bisa dong. Gampang itu. Tinggal ijin kayak biasanya aja.”
Intan : “gak ada request aku pakai baju apa nih pak?”
Pak Soli : “pakai baju SMA mu masih ada gak tan?”
Intan : “ada sih pak tapi gak tau muat apa enggak nih atasnya.”
Pak Soli : “ya kalau gak muat gak usah dikancingin.”
Intan : “hmmm iya deh, demi pak guru aku pakai.”
Pak Soli : “ya sudah jam 10 aku sudah disana ya cantik…”
Intan : “ok pak. Aku mau mandi dulu.”

Entah kenapa aku masih tak bisa menolak pak Soli. Meski aku yang jadinya lebih aktif melayaninya, tapi fantasy nya membuatku terangsang sendiri. Hubungan terlarang antara guru dan murid yang dulu tak pernah kulakukan, sekarang meski hanya fantasy pura-pura semata namun cukup membangkitkan gairahku. Aku pun segera mandi dan mencari baju SMA ku yang sudah lama ku simpan didalam lemari. Meski agak bau apek karena tidak pernah dipakai lagi bertahun-tahun tapi masih cukup bersih. Ku coba lagi untuk mengenakan baju putih abu-abu ini. Seperti dugaan ku, sudah terlalu sesak untuk bagian dadanya sampai tak bisa aku kancingkan 3 kancing teratas. Tapi ya sudah lah, tetap ku pakai saja. Lalu aku juga memakai jilbab putih. Setelah itu aku berdandan didepan kaca sambil melihat nampaknya aku masih cocok untuk jadi anak SMA. Semoga saja baju seragam ku ini tidak robek karena pak Soli kalau sudah nafsu suka kasar. Kaos olahraga yang diberikannya saja ada yang robek karena ditarik terlalu keras. Aku juga menyiapkan beberapa kejutan untuk pak Soli nanti.

Kudengar ada yang mengetuk pintu depan rumahku. Kulihat dari balik kaca ternyata pak Soli sudah sampai sebelum jam 10. Segera ku bukakan pintu untuknya.
Intan : “eh kok sudah datang pak, baru jam 9 lebih dikit lho. Untung kan aku buru-buru mandi. Masuk pak…”
Pak Soli : “iya dong segera datang buat murid ku yang nakal ini. Masih cukup gitu lho tan bajunya.”
Intan : “cukup apanya? Nih…” aku menyingkap jilbab yang kukenakan.
Pak Soli : “uh gak cukup ya tan. Berarti susumu ngembang banget ya dari jaman sekolah.”
Intan : “iya dong pak… mau minum apa nih pak? Aku bikinin teh mau?”
Pak Soli : “gak usah lah tan…mau susumu yang montok ini aja.” pak Soli langsung memelukku.
Intan : “pak sebentar, kunci pintu dulu.”
Pak Soli : “halah gak usah…”
Intan : “iiih…nakal ih…nanti kalau ada orang masuk gimana?”
Pak Soli : “masih jam segini aman kan biasanya… aku tutup deh pintunya…” pak Soli pun akhirnya mengalah dan melepaskanku lalu menutup pintu dulu.

Intan : “nah gitu dong pak…kunci sekalian ya. Hihi…”
Pak Soli : “gak usah dikunci lah tan. Biar gampang nanti kaburnya.”
Intan : “ya udah deh, terserah pak guru.”
Pak Soli : “haha, kamu ini malah kurang ajar ya, guru sendiri disuruh-suruh. Sini kamu.”
Intan : “emmm…iya pak.” aku pun mendekat ke pak Soli. nampaknya permainan kami sudah dimulai.
Pak Soli : “kamu ini kurang ajar nyuruh-nyuruh bapak. Jongkok!”
Intan : “iya pak…” aku berjongkok di depan pak Soli. Dia melepas sabuk dan membuka zipper celananya lalu mengeluarkan penisnya yang pendek tapi gemuk itu.
Pak Soli : “sekarang kamu emut ini sebagai hukuman.” sambil menyodorkan penisnya ke bibirku. Aku menengadah memandang muka pak Soli seakan enggan untuk mengulum penisnya.
Pak Soli : “ayo emut!” dia menyodorkan penisnya dan mengenai bibirku. Aku tetap menatap wajahnya seolah enggan untuk mengikuti maunya. Aku ingin pak Soli mengasariku. Pak Soli nampaknya paham dengan maksud ku. Dia memegang kepalaku dan terus mendorong penisnya yang sudah mengeras itu untuk masuk ke mulutku. Namun aku masih berusaha menutup bibirku.
Intan : “mmmm…mmm…mmmm…”
Pak Soli : “ayo! Buka mulutnya!” dia tetap memaksa dan akhirnya kubuka mulutku. Langsung saja pak Soli menjejalkan penisnya dengan kasar sampai membuatku tersedak.
Intan : “ooockk…hoek…” aku sampai hampir muntah karena penisnya dengan cepat ditusukkan sampai menyentuh uvula mulutku dan aku tidak siap. Tapi aku berusaha menahannya agar tidak muntah. Namun air liurku sudah membanjiri mulutku.

Pak Soli : “ufss…sama mulutmu aja sudah enak gini tan…uffs…” dia terus menghujamkan penisnya didalam mulutku. Aku pun hanya bisa mengerang-ngerang tiap kali seiring penisnya keluar masuk. Lidah ku juga sudah mulai bermain-main dengan penisnya. Cukup lama rasanya sampai akhirnya pak Soli mencabut penisnya dari dalam mulutku. Nampak penisnya yang basah dengan air liurku itu didepan mukaku.
Pak Soli : “hahaha murid nakal kayak kamu gini butuh dididik. Berdiri kamu !”
Intan : “iya pak…” aku pun berdiri mengikuti perintahnya.
Pak Soli : “sekarang kamu nungging disana!” sambil menunjuk meja. Aku pun mengikuti perintahnya. Aku membungkuk dan tanganku bertumpu diatas meja. Tiba-tiba tamparan melayang ke arah pantatku. Plak…plak…plak…plak…plak…
Intan : “ah…ah…ah…ah…” aku pun mendesah ketika dia menampar pantatku. Walau lama-lama terasa perih tapi aku pun menikmati ini. Benar-benar role play sebagai murid nakal yang sedang dihukum gurunya. Sampai akhirnya dia berhenti menampar-nampar pantatku.

Pak Soli : “wah…nakal ya kamu. Masa gak pakai celana dalam kesekolah?” pak Soli nampak senang saat dia mengangkat rok panjangku dan melihat pantat dan kemaluanku terekspos bebas karena memang aku tak memakai celana dalam dari awal. Aku memang menyiapkan kejutan ini untuknya.
Intan : “iya pak…aku gak pakai celana dalam ke sekolah…”
Pak Soli : “kenapa kamu gak pakai celana hah? Sengaja ya?” plak…plak…plak… kembali tamparan menghajar pantatku secara langsung sekarang. Rasanya pantatku sudah memerah karena perlakuannya.
Intan : “ah…ah…sakit pak…ah…” rasanya lebih sakit ketika tangannya menyentuh langsung pantatku dibanding tadi yang masih tertutup rok.
Pak Soli : “heh! Jawab! Kenapa kamu gak pakai celana dalam ke sekolah!” plak…plak…plak… pantatku masih ditampar olehnya.
Intan : “ah…iya pak…biar gampang buat digenjot teman-teman. Biar Intan gak perlu lepas celana dulu pak. Cuma tinggal angkat rok aja terus mereka genjot Intan gantian pak.”
Pak Soli : “kapan kamu digenjot mereka hah!”
Intan : “ah…seringnya pulang sekolah pak.”
Pak Soli : “nakal kamu ya! satpam mana ini kok sampai biarin sex bebas di sekolah.”
Intan : “pak satpam gak tau pak. Gak pernah ngecek ke gudang belakang sekolah.”
Pak Soli : “berapa orang yang main sama kamu hah!”
Intan : “gak tau pak. Gak ingat. Banyak. Semakin banyak semakin enak pak.”
Pak Soli : “kamu ini memang ya! Harus dihukum.” pak Soli melepas sabuk dari celananya kemudian sabuk itu dia gunakan untuk mencambuk pantatku.
Intan : “ah…ah…ampun pak…ah…ah…ah…” kini pak Soli bertubi-tubi mencambuk pantatku. Rasanya semakin perih, mungkin pantatku sudah lecet terkena sabetan sabuknya.

Untung saja pak Soli tak lama mencambukkan sabuknya di pantatku.
Pak Soli : “buka kaki mu!” pak Soli menyuruhku melebarkan kakiku dengan tetap berdiri bertumpu di meja. Kuturuti perintahnya. Kurasakan tangannya menjelajahi pantatku lalu jari-jarinya mulai menyelip dibelahan pantat dan pelan-pelan turun ke kemaluanku. Jari-jarinya mulai menggesek labia mayoraku.
Pak Soli : “hehehe tembem ya memekmu. Sudah banyak burung yang keluar masuk sini tapi masih rapet aja.”
Intan : “ahs…mmmhh…mmmhhh…” kurasakan 1 jarinya mulai keluar masuk mengobel isi dalam kemaluanku sambil bergantian mempermainkan klitorisku yang sudah menonjol. Seketika itu juga kemaluanku basah. Tiba-tiba pak Soli jongkok dibelakangku.
Intan : “eh pak…mau ngapain pak?”
Pak Soli : “sudah kamu nikmatin saja.” slurrp…
Intan : “ahs…auhs…mmmhhh….aahhs…pak…aahhs…” pak Soli membenamkan mukanya ke pantatku, lalu lidahnya mulai menyapu kemaluanku. Dia menghisap-hisap dan moncolok kemaluanku dengan lidahnya. Seperti cairan kemaluanku ingin diminumnya.
Intan : “ahhs…terus pak…aahhss…oohs…ooohss…pak….maaf pak…aahhs….” diperlakukan demikian akhirnya aku pun mencapai orgasmeku. Cairanku menyembur tepat dimuka pak Soli. Dia pun menghisapnya dengan rakus. Tubuhku seperti merasakan kenikmatan luar biasa saat bermain dengan role play begini.

Pikiranku pun melayang membayangkan kenakalanku saat sekolah dulu. Andaikan dulu aku berani menggoda guru-guruku pasti rasanya lebih asik seperti saat ini. Aku dulu hanya berani sebatas menjadi budak sex mantan-mantan pacarku saja. Meski terkadang mereka meminta hal yang aneh-aneh seperti disetubuhi teman-temannya bahkan sampai aku dijual seperti saat bersama Dwi, aku pun menuruti kemauan mereka. Selama mereka (mantan ku) senang, aku pun senang. Disamping itu rasanya kebutuhan ku juga terpenuhi dengan fetish-fetish mereka jadi aku pun tak keberatan untuk itu.

Pak Soli : “duh kurang ajar ya, gurunya dikencingi.” sluurp…
Intan : “maaf pak…Intan gak tahan…”
Pak Soli : “kamu minta dihukum apa sekarang?”
Intan : “jangan hukum Intan lagi pak…maafin Intan…”
Pak Soli : “ah gak bisa. Kamu ini harus dibina. Bapak hukum kamu pakai ini.”
Intan : “aahs…” aku merasakan pak Soli menekan penisnya masuk kedalam kemaluanku. Sambil memegang pinggulku, pak Soli melesakkan penisnya keluar masuk. Dengan masih memakai seragam lengkap putih abu-abu, aku disetubuhi oleh pak Soli.
Intan : “aaahs…pak…ampun…aaahs…ahhs…” aku masih memainkan peran ku sebagai murid yang dihukum oleh gurunya.
Pak Soli : “gak ada ampun buat murid nakal kayak kamu. Anak cewek kok doyan ngesex.”
Intan : “aahs…ampun pak…aahss…ampun pak guru…aaahs…” tangan kanannya meraba area punggungku. Dengan cekatan dia melepas kaitan bra yang kukenakan sekarang. Payudaraku serasa jatuh tak tersangga dengan baik dan terus bergoyang-goyang semakin kencang seiring genjotannya.

Pak Soli : “gak bisa, kamu harus diberi pelajaran. Bapak mau panggil orang tuamu ke sekolah.”
Intan : “ampun pak…aahss…jangan…aaahs…ooohss…”
Pak Soli : “orang tuamu harus tau anaknya ngelonte disekolah.”
Intan : “oohss..ampun pak…jangan panggil orangtua Intan ke sekolah…ooohss…” aku semakin terhanyut kedalam role play ini. Keringat ku mulai bercucuran dan tubuhku terasa panas seiring nafsuku yang semakin naik.

Pak Soli : “oke kalau gitu… Kalau kamu gak mau bapak… panggil orang tuamu…” nampaknya pak Soli mulai susah mengatur nafas seiring kurasakan genjotannya semakin kencang.
Intan : “aahs…iya pak…ooohss…jangan pak…oohss…jangan panggil orang tua Intan pak…ooohss…”
Pak Soli : “tapi…kamu juga harus diajarin… rasanya jadi orang tua… gimana rasanya punya anak lonte… kamu harus hamil anak cewek dari bapak… biar nanti anakmu jadi lonte kayak kamu…”
Intan : “aaahss…iya pak…aahss…hamili Intan pak….aahhs…ooohss… hamili Intan…aahss…”
Pak Soli : “dasar murid lonte… kamu mau dihamili ternyata…”
Intan : “ahhhs….iya pak…hukum Intan pak…aahhs…hamili Intan…aahhss….oohhs..pak…pak…pak…aaach…” aku kembali orgasme.
Pak Soli : “murid gak tau diuntung... Dihukum malah keenakan…” meski aku sedang mengejan keenakan menikmati orgasmeku, pak Soli tak berhenti terus menggenjot dari belakang.
Intan : “ooohss…yes pak…aahhss…aahhs…enak pak…aaahss…” kembali aku squirting sampai membasahi kaki kami berdua.

Pak Soli : “wah…kamu ini…malah bikin celana bapak basah…”
Intan : “ahhs...maaf pak…keenakan…aahss…maafin Intan…aahss..” nampaknya pak Soli tidak melepas celananya, namun hanya diturunkan saja. Dia lalu mencabut penisnya dan melepas celananya. Kemudian pak Soli menarik jilbabku sampai aku berdiri tegak disampingnya.
Pak Soli : “lihat nih gara gara kamu!” dia menunjukkan celananya yang basah dengan cairanku.
Intan : “maaf pak…intan keenakan…”
Pak Soli : “hahaha…kamu ini dihukum malah menikmati… dasar murid lonte… lihat tuh lantainya basah. Cepat bersihkan!”
Intan : “iya pak…Intan bersihkan…pakai apa pak?”
Pak Soli : “pakai baju seragammu!”
Intan : “iya pak…” aku pun bersiap membuka kancing bajuku, tapi dicegah dengan tangannya.
Pak Soli : “eh jangan dilepas.”
Intan : “terus pak? gimana?”
Pak Soli : “kamu berbaring dibawah, biar bapak yang gosok pakai badanmu.” nampaknya pak Soli ingin ganti posisi misionaris sekarang.

Aku pun duduk dilantai, menduduki bekas cairanku yang menyembur tadi untuk bersiap berbaring. Tapi pak Soli menyergapku. Dia menciumku dengan ganas, mulai dari bibirku sampai payudaraku yang masih terbungkus bra. Aku terbaring diatas lantai yang basah ini.
Pak Soli : “mmmhhh…mmhhh...mmmhhh…mmhhh…”
Intan : “mmhhh…pak…mmhhhh…mmhhh…” dengan kasar dia menarik seragamku yang tak tertutup ini sampai beberapa kancing terlepas. Kemudian dia menarik turun bra ku dan mengeluarkan kedua payudaraku dari dalamnya. Dengan ganasnya, pak Soli menjilat dan menyedot payudaraku yang sudah terpampang bebas di depannya. Tangannya pun tak tinggal diam, dengan keras dia mencengkeram meremas-remas payudaraku. Rasa geli dan nikmat menjalar dari area payudara sampai ke seluruh tubuhku.
Pak Soli : “kamu sengaja ya godain bapak pakai susu sebesar ini…mmmhhh…”
Intan : “mmhh… mmmhh…enggak pak…mmhhh…” putingku yang sudah tegang mencuat jadi bulan-bulanan mulutnya. Secara bergantian dia menghisapnya.
Pak Soli : “jangan bohong kamu. Kamu sengaja kan nunjukin ini ke bapak.”
Intan : “mmmhh…maaf pak…Intan gak sopan…”
Pak Soli : “kamu harus tanggung jawab sudah goda bapak.” pak Soli bersiap untuk penetrasi lagi. Dia menarik rokku ke atas kemudian langsung saja penisnya kembali ditusukkan ke dalam kemaluanku.
Intan : “aahhs…pak…ahs…ahs..ohs..ohs..ohs..oohs…” kini aku kembali disetubuhi pak Soli.

Dia tak berkata-kata lagi. Kami berdua terhanyut dalam persetubuhan yang semakin liar tak terkendali ini. Sesekali kami berciuman bertukar ludah dan saling menghisap lidah. Tubuhku terdorong-dorong dilantai karena hentakannya dan aku juga berusaha mengimbangi gerakannya. Kaki ku pun kukaitkan ke kakinya agar penetrasinya lebih dalam. Sampai akhirnya aku merasakan gejolak orgasmeku lagi.
Intan : “aahs..pak..pak…aku…ahs…aahhhs…..ngghhh….” tanpa sadar aku mencengkeram punggungnya dengan jari-jariku saat orgasme.
Pak Soli : “oh…tan…bapak juga…”
Intan : “ahs…keluarin pak…ahs….nggghhh…”
Pak Soli : “henggghh…henggghhh….hengghhh…” pak Soli melenguh saat ejakulasi didalam kemaluanku.
Intan : “ahs…pak…anget…aahs…” aku rasakan spermanya membanjiri rahimku. Pak Soli memelukku erat sambil terus memompakan spermanya. Aku sendiri tak khawatir karena sudah meminum obat pencegahan sebelumnya. Sampai akhirnya kurasakan penisnya mulai mengecil di dalam kemaluanku. Kami pun masih berciuman dengan penuh nafsu sambil tetap terbaring di lantai.

Setelah dia puas, dia berdiri dan pindah duduk diatas kursi. Meninggalkan ku yang masih terbaring di lantai sendirian.
Pak Soli : “ah kamu ini bikin fantasi bapak melayang-layang saja tan.”
Intan : “hihihi…enak ya pak?” aku pun mencoba beringsut dan duduk diatas kursi disebelahnya dengan susah payah. Karena nafsuku yang sudah mulai turun, pantatku mulai terasa sakit kembali. Efek dari pecutan sabuk tadi. Baju ku pun kukenakan seadanya.
Pak Soli : “iya dong. Istri bapak saja gak bisa kasih fantasi kayak kamu tan. Kamu itu benar-benar super sekali.”
Intan : “ah si bapak bisa aja muji nya. Bapak juga kuat banget sih tadi. Sampai lupa diri loh pengen Intan hamil.”
Pak Soli : “iya dong tan. Biar susumu itu bisa keluar ASInya. Hehehe” sambil mencubit payudaraku yang sudah tertutup baju ini.
Intan : “ih cubit-cubit. Lagian nanti kalau Intan hamil beneran repot lho pak. Bapak mau tanggung jawab?”
Pak Soli : “ya mau lah tan. Masa iya bapak nolak dapat bidadari.”
Intan : “halah gombal. Mau di arak warga pak? Bilangnya gimana nanti ke si Diki juga? Masak punya ibu tiri teman sekolahnya sendiri. Hahaha ada-ada aja bapak ini.”
Pak Soli : “gampang lah itu bisa diatur. Hahaha”
Intan : “beneran ya? Kalau aku sampai hamil kamu tanggung jawab pak.”
Pak Soli : “iya dong tan.”
Intan : “hmm gombal tetep gak percaya aku.”

Pak Soli : “tan…kamu beneran kalau ke sekolah dulu gak pakai CD?”
Intan : “ya pakai lah pak. Masak iya gak pakai. Ish...si bapak aneh-aneh aja ishh…”
Pak Soli : “ya barangkali aja sengaja gak pakai. Kayak katamu tadi, biar mudah digenjot anak-anak sekelas. Hahaha”
Intan : “emmm…” aku hanya bergumam.
Pak Soli : “kenapa tan?” pak Soli bertanya-tanya.
Intan : “emmm gak apa kok pak.”
Pak Soli : “jangan-jangan beneran ya kamu pernah ngesex disekolah?”
Intan : “emmm…” aku hanya mengangguk.
Pak Soli : “loh beneran tan?” pak Soli kaget, namun kulihat penisnya juga mulai bergerak-gerak. Nampaknya pak Soli terpancing lagi gairahnya.
Intan : “tapi bukan sama anak-anak sekelas juga lah pak. Bisa sakit ini ku.”
Pak Soli : “terus sama berapa orang?”
Intan : “gak mau bilang ah…Intan malu…”
Pak Soli : “ayolah cerita sama bapak.”
Intan : “enggak ah, bapak kira-kira sendiri aja berapa. Eh kok tegang lagi pak burungnya.”
Pak Soli : “iya bayangin kamu jadi tegang bapak. Apalagi sudah sejak dulu kamu bapak perhatikan.”
Intan : “masak dari SMP pak?”
Pak Soli : “iya kamu juga sih. Badannya bongsor kayak anak SMA. gimana bapak gak mau perhatiin. Orang kamu yang paling menonjol.”
Intan : “menonjol apanya nih pak maksudnya?”
Pak Soli : “ah kamu tau lah.”
Intan : “dasar predator. Hihihi”
Pak Soli : “bukan predator dong sekarang, kan kamu sudah dewasa.”
Intan : “halah bapak bohong terus nih. Ngobrol gini aja tegang.”

Kugenggam penisnya sambil ku kocok dengan tanganku. Kami pun berciuman kembali. Tangan pak Soli mulai meraba-raba payudaraku. Kembali kami saling merangsang satu sama lain. Namun perbuatan kami harus terhenti ketika kami mendengar ada suara berisik didepan rumah.
Intan : “eh pak…apa tuh pak?”
Pak Soli : “sebentar ya bapak cek dulu.” dengan panik pak Soli buru-buru mengenakan kembali pakaiannya. Lalu pak Soli mengintip dari jendela.
Pak Soli : “pot mu ada yang pecah tan. Kayaknya ada kucing lewat.”
Intan : “ah masak sih pak? Gak ada orang kan pak?” aku mulai takut ada yang memergoki perbuatanku dengan pak Soli.
Pak Soli : “iya tan gak ada orang aman kok.”
Intan : “hmmm…sudah deh pak, bapak pulang dulu aja sana. Bisa gawat kan kalau ketahuan.”
Pak Soli : “iya bapak pulang dulu ya. Jaga-jaga aja. Nanti kita lanjut lain kali.”
Intan : “iya pak.” dengan berhati-hati pak Soli keluar dari rumahku dan setelah agak lama aku baru mendengar suara motornya.

Aku masih curiga dan was-was kalau perbuatanku ada yang memergoki. Aku segera ke kamar dan berganti daster setelah itu mengecek halaman depan rumahku.
Intan : “hmm…kok aneh sih pot gini bisa pecah. Gak ada kucing juga. Apa jangan-jangan…” aku segera berlari kedalam dan mengambil hape ku. Ku telpon Tono untuk memastikan posisi dia berada sekarang. Ternyata Tono sedang di toko. Kemudian ku telpon Hasan, dia juga sedang berada di warnet. Lalu siapa yang memecahkan pot didepan rumahku. Rasanya kalau kucing tidak mungkin karena itu pot cukup berat. Kecuali ditendang oleh manusia. Tapi ah sudahlah, aku mandi saja terus istirahat siang.


–POV Hasan–
Hari ini aku memang sengaja memantau keadaan rumah. Aku ingin membuktikan rekaman dari mas Tono dan mungkin hari ini aku beruntung. Aku memergoki pak Soli masuk kedalam rumah. Segera aku memanjat dinding pagar dan mengintip apa yang pak Soli lakukan. Benar saja, mbak Intan dan pak Soli rupanya ada hubungan. Aku seperti tak rela melihat kakak ku yang kusayangi ini punya hubungan dengan pak Soli tetangga disini. Sejak kapan mereka begini. Apa jangan-jangan mbak Intan memang belum bisa melepaskan masa lalunya seperti janjinya waktu itu.

Aku melihat mereka berdua hanyut dalam nafsu. Mereka bermain sebagai guru dan murid. Terlihat samar wajah kakak ku seperti menikmati. Tanpa kusadari, nafsuku pun bangkit melihat perbuatan mereka. Ada rasa ingin untuk membuka pintu dan menghentikan perbuatan mereka. Namun nafsuku berkata lain. Aku ikut menikmati perbuatan mereka dengan onani sendiri. Mereka begitu asik dalam menggapai kenikmatan bersama.

Sampai akhirnya mereka selesai dan saat aku ingin beranjak pergi tak sengaja kaki ku menendang pot yang ada di halaman rumah. Buru-buru aku melompat pagar sebelum ketahuan dan berlari ke tanah kosong di samping rumah. Tak lama kemudian aku melihat pak Soli sudah memacu motornya pergi dari rumahku. Aku pun berjalan ke arah balai desa tempat motor ku tadi ku titipkan. Sudah cukup aku memergoki kelakuan kakak ku hari ini. Masih ada kebimbangan di hati. Aku marah dengan kayak ku yang ingkar janji. Tapi aku sendiri juga menikmati perbuatan mereka.

Tiba-tiba hape ku berbunyi, ada telpon masuk dari mbak Intan. Untung saja aku sudah agak jauh dari rumah.
Hasan : “halo mbak? Ada apa?”
Intan : “kamu lagi dimana dek?”
Hasan : “lagi di warnet ini mbak. Kenapa mbak? Jemput kukuh?”
Intan : “oh enggak dek. Cuma tanya aja kamu lagi dimana. Sudah sana kerja yang bener ya.”
Hasan : “iya mbak.”
Nampaknya mbak Intan curiga ada yang mengintip tadi. Aku harus lebih berhati-hati lagi saat mengawasi kakak ku ini.

-malam harinya-
Aku masih belum bisa memutuskan untuk tindakan apa yang akan kuambil. Apakah aku harus menggrebeknya sendiri atau bersama mas Tono atau membiarkannya saja. Aku tak ingin kakak ku malu. Tapi aku juga berusaha memendam rasa kecewa karena ternyata kakak ku ingkar janji. Karena sudah waktunya makan, aku pun keluar dari kamar menuju ke dapur. Bapak, ibu dan kukuh sedang menonton tv diruang tengah. Sedangkan mbak Intan di dapur sedang menyiapkan makan malam. Dengan sengaja ku tepuk pantatnya.
Intan : “AAH…san. Sakit tau.” mbak Intan spontan berteriak. Namun untungnya bapak dan ibu tidak merespon.
Hasan : “pelan doang lho mbak. Masak sih sakit.”
Intan : “iya sakit tapi. Sudah deh duduk sana jangan aneh-aneh nanti didengar bapak lho.”
Hasan : “iya mbak” aku pun menurut. Aku tau pantat mbak Intan masih sakit akibat permainannya tadi. Aku melihat dengan jelas pantat mbak Intan dicambuk dengan sabuk.

Seperti tidak terjadi apa-apa, kami pun makan bersama. Setelah itu aku kembali ke kamar. Aku tidak bisa tidur. Pikiranku masih kacau karena aku masih tak bisa menentukan sikap. Kakak ku ternyata masih tak bisa menepati janjinya. Rasa kecewa ku semakin kupikirkan lama-lama semakin menumpuk. Kenapa kakak ku sampai berbuat demikian. Apa aku tak cukup untuk memuaskannya. Aku tak mengerti jalan pikiran kakak ku ini. Sampai akhirnya ku putuskan untuk melanjutkan rencanaku. Yaitu menggoda teman-temanku dengan akun facebook kakak ku agar mereka memperkosanya. Mungkin itu yang diinginkan oleh mbak Intan. Kepuasan dari hubungan sex tanpa henti. Segera aku login dengan aku mbak Intan dan mengirim chat ke Samsul yang nampak masih aktif.
FB Intan : “hai sul…belum tidur aja nih? Kapan main kerumah?”... Rencana ku harus ku lanjutkan.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd