Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 32
Timeline : 2011 Juli

–POV Intan–


Aku masih penasaran kemarin siapa yang sudah memecahkan pot di depan rumah. Tak mungkin kalau cuma kucing. Semalaman aku pikirkan siapa yang mungkin mengintip kemarin. Yang jelas bukan Tono atau Hasan karena sudah aku pastikan kemarin. Apa iya ada tetangga yang sekitar yang mengintip. Karena jam segitu tetanggaku yang kebanyakan petani pasti sedang berada di sawah. Tapi tetap saja ada kemungkinan itu. Memikirkan ini membuatku susah tidur. Gara-gara rasa penasaran ini aku jadi mengantuk padahal harus shift pagi. Aku pun berangkat ke RS diantar Hasan. Sekalian dia berangkat ke warnet.

Hari ini aku shift bareng dengan Lisa. Seperti biasa kami menjalankan tugas harian. Tapi karena kurang tidur ditambah lagi aku masih memikirkan kejadian kemarin membuatku tidak konsen. Lisa sampai bertanya apakah aku baik-baik saja soalnya sangat terlihat sekali. Lisa sampai menyarankan kalau aku istirahat dulu saja di ruang rawat yang kosong. Karena memang sedang sepi pasien melahirkan. Cuma ada 3 orang saja yang dirawat inap. Termasuk si Ningsih. Karena aku juga sangat mengantuk akhirnya aku ijin untuk istirahat di salah satu ruangan. Aku juga berpesan kalau ada kejadian darurat untuk mengabariku. Lisa bilang seharusnya aman-aman saja masih ada team perawat juga.

Aku pun pergi ke ruangan rawat inap vvip yang sedang kosong. Ruangan ini paling jarang terisi karena memang agak mahal. Bahkan karena jarang terisi sampai muncul isu ruangan vvip ini sering dipakai dokter Danu dan Ratna untuk ML selain diruangan praktek nya. Harusnya hari ini kosong jadi aman lah untuk ku pakai istirahat 1 ruangan saja. Kurebahkan badanku di atas kasur lalu tertidur begitu saja. Harusnya aku tak memikirkan kejadian kemarin terlalu keras. Sebenarnya aku cuma takut kenakalanku diketahui orang tua ku. Kalau masalah gunjingan tetangga sih aku tak masalah. Karena mereka tak punya bukti nyata juga yang bisa ditunjukkan ke orang tua ku.

Karena sudah terlalu mengantuk, aku pun tertidur. Tak sadar sampai jam istirahat siang. Aku merasakan kaki ku seperti ada yang menyentuh. Ku kira Lisa yang mau membangunkanku. Tapi ternyata pak Pri yang sedang keliling bersih-bersih ruangan yang memegang kaki ku.
Intan : “eh pak Pri…kirain Lisa tadi. Main pegang-pegang aja.”
Supri : “kok tidur disini tan? Lagi ngantuk berat ya?”
Intan : “iya nih pak. Gak bisa tidur aku semalam. Lagi mau bersihin ruangan ya pak?”
Supri : “iya. Biasa jadwal bersih-bersih. Pindah tidur kebelakang sana lho tan.”
Intan : “belakang mana pak? Di tempat mu?”
Supri : “iya”
Intan : “ah enggak ah nanti bukannya tidur nyenyak malah ditiduri.”
Supri : “tapi enak kan? Habis enak bisa tidur nyenyak.”
Intan : “halah, kamu masih keliling bersih-bersih juga pak. Dah kerja in dulu bersih-bersihnya.”
Supri : “ya gimana kerjaan ku bisa selesai kalau kamu masih disini tan. Dah kasurnya mau ku beresin dulu.”
Intan : “hehehe iya deh pak.”
Supri : “nih kunci kamar belakang. Kalau mau kesana aja.” pak Pri memberiku kunci kamarnya dan entah kenapa aku malah mengantongi kuncinya itu lalu keluar dari kamar vvip ini.

Karena aku masih mengantuk juga, ku putuskan untuk menerima tawaran pak Pri. Aku pergi ke kamarnya untuk istirahat. Aku tidak peduli juga nanti mau diapain karena penis pak Pri cukup berkesan buatku meski awalnya cukup menakutkan. Aku membuka kamarnya dengan kunci yang dia berikan. Kamarnya meski kecil tapi bersih cuma memang agak apek karena ventilasi yang tidak memadai. Aku pun berbaring di kasurnya berniat melanjutkan tidur. Tapi entah kenapa malah tidak bisa tidur lagi.

Akhirnya kuputuskan untuk iseng mengecek barang-barang apa saja yang disimpan pak Pri disini. Memang lancang tapi aku penasaran. Penasaran dengan kata-katanya kapan lalu. Aku mencari obat apa yang dia gunakan yang katanya dia racik sendiri untuk memperbesar penisnya sampai ke ukuran tidak normal seperti itu. Agak lama aku mencari-cari di kamarnya dan akhirnya aku menemukan sebuah kotak berisi berbagai obat yang disimpan di atas lemari. Baik yg suntik atau berupa pill dan kapsul. Nampaknya bukan hanya aku dan Indra saja yang mencuri obat.

Bermacam-macam obat kutemukan di kotak kardus ini. Aku sampai ragu apa pak Pri tahu kegunaan dari semua obat-obat yang ada disini. Memang sebagian besar obat hormon testosterone yang bisa dia gunakan. Tapi aku juga menemukan obat yang biasa ku curi untuk menunda kehamilan disini. Bahkan aku juga menemukan obat-obat seperti Metoklopramid, Domperidone, Sulpirid, Chlorpromazine, dan Thyrotropin yang aku sendiri tidak berani menggunakannya. Obat-obat ini berfungsi untuk melancarkan ASI. Aku curiga pak Pri jangan-jangan menjual obat-obat ini keluar untuk mendapatkan tambahan uang.

Supri : “heh, ngapain tan?”
Intan : “eh pak Pri. kaget aku. Ini… anu…” aku bingung mau jawab apa ke pak Pri saat dia memergokiku membuka-buka barangnya. Dia mendekatiku yang sedang membuka-buka kotaknya setelah menutup pintu kamarnya.
Supri : “itu kan sudah disembunyiin diatas lemari masih aja ketauan. Kenapa? Penasaran sama obat oplosan yang ku pakai ya?”
Intan : “hehe iya pak. Kamu pakai apa aja sih?” pak Supri lalu mengambil beberapa obat yang ada disitu dan dioplosnya kedalam 1 suntikan.

Supri : “nih tan. Kamu mau enak juga gak? Cobain racikan ku.”
Intan : “enggak ah masa pakai obat buat gedein burungmu pak?”
Supri : “enggak, beda lagi. Aku bisa bikin susumu keluar ASI. percuma susu gede gitu gak ada isinya. Hahaha”
Intan : “hish…enggak lah gak mau gak aman nanti. Lagian ngapain juga. Repot pak kalau ASI ku keluar. Nanti orang-orang nanya.”
Supri : “halah, aman-aman. Malah seneng nanti pacarmu tan. Hahaha”

Intan : “enggak lah gak mau pak coba-coba.”
Supri : “biasa nyuntik kok takut? Kamu aja gak takut gak bisa hamil lagi aja masa masih takut sama obat ginian? Kalau obat perangsang berani gak?”
Intan : “ngapain pakai obat pak kalau cuma buat rangsangan?”
Supri : “ya biar lebih enak lagi tan. Gak mau emang ngerasain lebih enak lagi? Gak usah obat ASI deh, obat perangsang aja gimana?”

Pak Supri seperti memprovokasi ku, lama-lama aku pun merasa tertantang olehnya.
Supri : “cobain dulu aja tan. Hehehe” sambil dia meracik beberapa obat.
Intan : “hmmm…gimana ya pak. Gak berani aku.”
Supri : “hehehe aman kok tan. Nih lihat.” pak Supri berdiri di sebelahku lalu membuka celananya. Nampak kembali penisnya yang jumbo itu menggantung panjang dan berurat. Meski tidak sedang tegang rasanya tak jauh berbeda dengan saat tegang.
Supri : “lihat nih tan. Hehehe” tanpa takut pak Supri menyuntikkan obatnya tadi ke urat yang menonjol dipenisnya. Sambil meringis pak Supri menyuntikkan perlahan. Aku yang melihatnya mulai bergidik ngeri saat perlahan penisnya menegang dan menjadi lebih besar dari kemarin. Untuk ukuran penisnya yang sebesar tangan bayi saja sudah cukup membuat kemaluanku sakit, apalagi sekarang.

Aku pun tertegun melihat penisnya. Namun rasa takut dan penasaran muncul dalam diriku. Tanpa bisa ku kontrol, kemaluan ku pun membasah dan degup jantungku mulai kencang. Pak Supri nampak meringis tapi seperti keenakan sampai obatnya masuk. Dia pun meletakkan alat suntiknya di meja. Nampak penisnya semakin membengkak tegang sampai saat berdiri tegak penisnya lebih tinggi daripada pusarnya. Aku masih tertegun tak bisa berkata-kata.
Supri : “hehehe gak usah takut tan. Aku sudah tanya dokter Danu kok racikannya aman. Aku bisa ngeracik juga dikasih tahu dokter Danu.”
Intan : “loh jadi? Dokter Danu tau pak Pri sering ambil obat?” aku kaget ternyata dokter Danu sudah tahu kalau pak Supri sering ambil obat.
Supri : “tau lah tapi cuma obat yang mau expired aja yang aku ambil.”
Intan : “tapi pak…itu…burungmu…”
Supri : “kenapa? kaget? Hahaha sini emutin tan.”
Intan : “emmm….enggak ah pak…takut…”
Supri : “kamu kesini ngapain kalau gak mau aku bikin enak?”
Intan : “eee…tapi itu…lebih gede dari yang kemarin…aku permisi dulu ya pak.”

Aku bangkit dari tempatku dan berjalan ke arah pintu. Tapi dicegah oleh pak Pri yang menahan pintu. Dia berlari lebih cepat daripada aku dan mencegah ku membuka pintu terlebih dahulu.
Supri : “gak usah takut gitu dong tan. Sini…” tubuhnya yg kurus itu memelukku. Aku pun terdiam bergidik ngeri saat batang kemaluannya tersentuh tanganku. Pak Pri mendorongku ke arah kasurnya sambil tangannya mulai menggerayangi tubuhku.
Supri : “relax aja… enak kok nanti….mmmhhh…mmmhhh…” pak Pri mulai menciumi bibirku. Ku akui aku pun penasaran jadi kunikmati saja. Namun aku juga takut dengan batang kemaluannya yang semakin tak lazim itu. Aku menutup mata ku sambil membalas ciumannya. Kami pun bergumul di atas kasur.

Intan : “AUCH…PAK!!” pak Supri memanfaatkan keadaan saat aku tak bisa melihat dan mulai terhanyut dalam rangsangannya, dia menyuntikkan sesuatu ke lenganku.
Supri : “hehehe nikmatin aja sudah tan.”
Intan : “apa nih pak? Kok…badan ku panas…”
Supri : “obat perangsang aja kok tan…”
Intan : “tapi pak…kok gini…ahs…pak…apa ini?” aku merasakan reaksi tubuhku yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Suhu tubuhku memanas, jantungku berdetak kencang, syaraf-syaraf ku semakin sensitif, terutama di daerah payudara. Rasanya payudaraku seperti diremas-remas dari dalam dan juga seperti kram. Area kemaluanku pun terasa gatal berlebihan dan rahimku terasa berkedut-kedut.

Intan : “pak…apa ini pak…ahhs….pak….ahhs…” aku menggeliat sendiri diatas kasur disaksikan oleh pak Pri. Aku mulai membuka seluruh pakaianku karena rasa gerah berlebihan dan seperti ada yang meledak-ledak dari dalam tubuhku. Seketika itu putingku pun mencuat tegang. Jantung ku pun berdetak sangat kencang. Ada perasaan takut kalau-kalau aku tak kuat dan akhirnya terkena serangan jantung.
Intan : “oohs…pak….suntikan apa ini…ooohss….”
Supri : “hehehe cuma obat perangsang kok tapi aku tambah hormon progesterone dan estrogen.” pak Supri masih terkekeh melihatku menggeliat-geliat diatas kasur sambil membuka semua pakaianku. Ke 2 hormon itu bisa memicu percepatan kehamilan dan memicu produksi ASI juga meningkatkan gairah seksual. Tubuhku seperti overdosis obat perangsang saat ini. Keringat ku mengucur deras membuat pakaian yang kukenakan membasah.
Intan : “ohss….duuh….ooohhs…pak…kok gini…oohs…”

Kesadaran ku yang mulai menghilang dikuasai nafsu yang semakin memuncak membuatku kesusahan untuk membuka pakaianku. Seperti tidak sabar membuka namun sulit. Sampai-sampai aku menarik baju seragamku. Aku tak perduli bila beberapa kancingnya lepas, begitu pula dengan bra yang kukenakan, tak bisa ku lepaskan karena kaitan dibelakang sangat sulit kugapai. Untungnya bawahanku mudah untuk ku lepaskan. Tinggal zippernya aku tarik dan kutendang-tendang turun dengan kakiku. Aku masih menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan di atas kasurnya.
Intan : “oohss…shit…shit….aahss…shit…fuck…oohs…” aku pun mengumpat karena kesusahan melepas baju ku, seperti tak tahan ketika gejolak nafsu menjalar di seluruh tubuhku.

Kini bagian bawahku sudah terekspos bebas karena celana dan cd yang kukenakan sudah terlepas. Namun bagian atas pakaianku hanya terbuka saja. Jilbab yang kukenakan sudah berantakan tak karuan. Tangan ku masih terus mencoba menarik lepas bra yang kukenakan karena sekarang aku merasakan payudaraku mengembang penuh dan sesak saat masih terkait dengan bra. Tapi tak hanya melepas karena saat menyentuh payudaraku sendiri, ada hasrat untuk meremas-remasnya. Kemaluanku sudah basah membanjir tak karuan juga sekarang. Semakin lama efek obatnya semakin kuat didalam tubuhku. Aku semakin bertanya-tanya racikan obat seperti apa yang disuntikan ke dalam tubuhku ini.

Intan: “aahs…pak…aaahss…tolong…” aku pun minta tolong ke pak Supri untuk membantuku melepas bra yang kukenakan.
Supri : “iya sayang aku tolongin…” pak Pri mendekat dan memelukku. Aku yang tak tahan memegang kepalanya dan menciumnya dengan ganas. Kedua tangannya mulai melepaskan kaitan bra yang kukenakan. Akhirnya bra yang kukenakan pun lepas. Pak Pri mendudukkan tubuhku dan melepas atasan serta jilbab dan bra yang kukenakan sampai akhirnya aku telanjang bulat. Dia melepaskan ciumanku dan mendorongku, meninggalkanku diatas kasur. Aku tak tahu kenapa pak Pri meninggalkanku di atas kasur sendirian, bukannya mulai menyetubuhiku dengan penisnya yang tak lazim itu. Aku kembali menggeliat tak karuan. Aku pun meremas-remas payudaraku dan menggosok kemaluanku dengan tangan yang lain. Ku rangsang terus tubuhku sendiri. Keinginan untuk mencapai kenikmatan yang lebih nikmat lagi memenuhi otak ku.

Tak lama kemudian, pak Pri kembali mendekatiku dan membuka seluruh pakaiannya lalu diletakkan di meja samping kasur.
Intan : “ohs…pak…sini pak…puasin aku…” aku memintanya untuk segera menyetubuhiku. Aku pun berusaha terduduk dan segera meraih penisnya. Ku kulum dengan buas seperti orang kehausan. Rasanya penisnya bisa kugenggam dengan kedua tanganku dan hanya ujung kepalanya saja yang muat di dalam mulutku. Penisnya lebih berurat dan lebih besar dari kemarin karena efek obat yang baru dia suntikkan.
Supri : “hehehe emut terus tan…”
Intan : “mmmhh…slurrp…mmmhhh….mmmhhh…sluurp…mmhhh…” sambil memejamkan mata, ku kulum terus penisnya dan kujilati dari ujung ke pangkal berulang kali.

Sekitar 5 menitan kemudian, pak Pri mendorongku dan mulai menindihku diatas kasur. Batinku akhirnya dia mau menyetubuhiku dan memuaskanku. Aku tetap memejamkan mataku dan menikmati lidahnya yang menjelajahi setiap inci tubuhku. Kedua tanganku direntangkan ke atas kepalaku dan dicengkeram dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya meremas-remas payudaraku sambil lidahnya terus menjilati tubuhku. Bahkan ketiakku pun tak luput dari sapuan lidahnya. Aku hanya bisa mendesah-desah menikmati rangsangannya.

Intan : “auch!!! Pak!!!”
Supri : “hehehe nikmatin aja tan…”
Aku terkejut ketika merasakan tusukan injeksi di payudara kananku. Pak Pri menyuntikkan sesuatu. Tapi dia kembali menyuntikkan injeksi lagi ke payudara kiriku. Tubuhku yang terkunci tak bisa melawannya.
Intan : “auch!!! Sudah pak…sudah…ampun…AAAHHHSS…” aku tak tahu dia menyuntikkan apa lagi sekarang. Efek obat yang sebelumnya seperti terakumulasi. Kini payudaraku seperti terasa panas dan seperti mengembang karena terasa semakin penuh. Syaraf-syaraf sensitif ku merasakan ada sesuatu yang mulai mengalir di putingku.
Intan : “AHS…PAK…AAHSS…KENAPA INI…OOHHS…” pak Pri melepaskan kedua tanganku tapi aku hanya bisa mencengkeram kasur merasakan rangsangan yang menjalar di area payudaraku. Pak Pri kini meremas-remas kedua payudaraku dengan kedua tangannya.

Cruttt… seperti ada yang memancar keluar dari putingku. Obat yang disuntikkan oleh pak Pri rupanya merangsang payudaraku untuk memproduksi ASI.
Supri : “hehehe…akhirnya susumu bisa keluar juga tan…slurrrpp…”
Intan : “auch…pak pri…auch…aahss…” dengan rakusnya dia mulai menghisap asi yang keluar dari payudaraku. Perlahan-lahan dari yang awalnya hanya keluar sedikit, kini mulai mengalir lebih deras. Ditambah lagi setiap remasan tangannya seperti merangsang asi ku untuk keluar. Tak ku duga, obat racikan pak Pri bisa merangsang ASI ku untuk keluar secepat ini. Obat apa yang dia racik tadi rasanya bukan obat biasa, atau memang dosis yang dia gunakan terlalu banyak. Aku tak sempat memikirkan efek sampingnya karena rangsangan yang menjalar ditubuhku bertubi-tubi terlalu kuat.

Supri : “sluurp…slurp…mmmhh…sluurp…hehehe…deras banget ASI mu tan…”
Intan : “ooouhhs…pak Pri….oouhs…sudah pak…ampun…oouuhs…” asi ku yang memancar deras ini semakin tak terbendung dan terus di hisap oleh pak Pri. aku pun masih merem melek menikmatinya. Pak Pri juga masih terus menikmati air susu ku yang mengalir walau kurasakan penisnya sudah menekan kuat diperutku. Padahal kemaluanku sudah sangat ingin untuk dimasuki oleh batang penisnya. Rasanya tak hanya ASI ku saja yang memancar deras, namun cairan kemaluan ku pun demikian. Kasur alas kami berdua pun sudah basah dengan keringat bercampur cairan ku yang tak kunjung berhenti memancar.

Pak Pri akhirnya melepaskan payudaraku dari remasan dan hisapannya. Namun air susuku masih terus keluar. Karena efek obatnya tak juga berkurang, kini tanganku sendiri yang meremas-remasnya. Seperti haus akan rangsangan bertubi-tubi yang aku sendiri tak rela untuk mereda begitu saja. Mulutku pun masih meracau tak jelas dan terus menggeliat diatas kasur basah ini. Pak Pri berdiri diatas tubuhku, memandangku dengan pandangan tajam. Dia nampaknya puas melihatku dalam keadaan seperti ini.
Supri : “hehehe makin seksi bikin semangat aja kamu kalau begini tan. Semoga kamu gak pingsan dulu ya hehehehe. Masih ada 2 injeksi lagi.” dia mengambil 2 suntikan lagi di meja dan kembali menindih tubuhku. Kembali dia tancapkan suntikan itu di kedua payudaraku.
Intan : “HIIIIGGGGHHHHHH…..” aku pun terpekik saat cairannya mulai masuk kedalam payudaraku. Rasanya payudaraku pun semakin berkedut-kedut hebat. Aku semakin menggeliat tak karuan sampai jatuh dari atas kasur. Di lantai pun aku terus menggeliat seperti orang kesurupan.

Intan : “OOGGHHH…SHITTT…PAKK…OOOGHHHH….” aku meracau tak karuan seperti orang over dosis dan merasakan puncak kenikmatan yang tak pernah kurasakan sebelumnya.
Supri : “hehehe kamu belum ngerasain burungku lho tan…jangan pingsan dulu ya…hahaha tak bikin enak sampai kamu gak mau lepas sama aku tan. Hahahaha”
Intan : “AAHHH…PAK…”
Supri : “sini kamu…” pak Supri menjambak rambutku dan menarikku ke atas kasur lagi. Dia kembali menindih tubuhku dan dengan sendirinya entah kenapa aku mengangkangkan kaki ku. Tanganku kembali direntangkan dan dikunci dengan kedua tangannya. Dia seperti beringsut turun untuk memposisikan penisnya.
Intan : “HHHIIIIGGGHHHHHH….” aku kembali terpekik. Dengan 1 sentakan kuat, penisnya menyeruak masuk dan langsung membentur dinding rahimku. Kemaluanku terasa sakit karena ukurannya yang terlalu besar itu dipaksakan masuk. Pak Pri tanpa ampun langsung menggenjot tubuhku dengan buasnya. Dapat dipastikan penisnya tak bisa masuk semua kedalam kemaluanku karena terlalu panjang. Aku pun merasa rahim ku seperti semakin terdorong kedalam akibat tusukannya yang bertubi-tubi menghantam. Aku pun terpekik setiap kali kepala penisnya menghantam keras lubang cervix ku.

Nafas ku dan pak Pri saling memburu. Kurasakan kenikmatan tiada tara dengannya. Kenikmatan seperti ini memang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Di setiap tusukan penisnya kurasakan ada cairan hangat yang menyembur. Seperti pak Supri ejakulasi tanpa henti. Sampai-sampai rahimku terasa penuh dan cairannya meluber keluar dari dalam kemaluanku.
Intan : “ooghh…shit…ooghhs…” mulutku kembali meracau tak karuan. Muncul keinginanku untuk mengambil alih permainan. Kucoba mendorong tubuh pak Pri yang masih menggenjotku dengan posisi misionaris. Kudorong tubuhnya dengan maksud agar berganti posisi denganku yang berada diatasnya. Tapi dia menahan tubuhku. Walau berat, akhirnya aku bisa mendorongnya juga dan giliran ku yang naik turun diatas tubuhnya.

Intan : “ahs…ahss...arrhhs…” aku mengeram semakin keras. Kemaluanku serasa penuh dengan penisnya. Aku pun tak bisa bergerak naik turun dengan leluasa. Karena berat badanku juga rasanya penisnya menusuk lebih dalam, meski rasanya masih tak bisa masuk semua karena terlalu panjang. Pak Pri juga tak tinggal diam. Tangannya meremas-remas kedua payudaraku yang menggantung bebas di hadapannya. Air asi ku seperti memancar dan membasahi tangannya yang sedang asik meremas-remas. Aku juga seperti memeras spermanya karena penisnya tak berhenti menyemprotkan cairan hangat saat aku menggoyangnya. Tak hanya pak Pri yang terus menerus ejakulasi, aku juga sering squirting tanpa kusadari. Meski ngilu, tapi aku tak peduli. Yang penting sekarang aku meraih kenikmatan setinggi-tingginya.

Cukup lama aku menunggangi pak Pri sampai aku sendiri merasa kelelahan. Namun hasrat nafsu yang menuntut untuk dituntaskan tak kunjung mereda. Pak Pri menyadarinya ketika goyanganku tak sekencang sebelumnya. Dengan cepat tubuhku digulingkan ke samping dan ditariknya ke bawah sampai aku agak menungging karena kaki ku bertumpu di lantai dan badan ku masih di atas kasur.
Supri : “hehehe ngangkang dong sayang…”
Intan : “i…iya pak…cepetan masukin lagi…”
Supri : “hehehe seru kalau kamu nafsu gini…” pak Supri masih saja menggesek-gesekkan penisnya di belahan pantatku.
Intan : “ayolah pak…masukin…” aku pun mengiba memintanya untuk kembali menusukkan penisnya.
Supri : “hehehe dah gak sabar ya…”
Intan : “ayo lah pak…” tanganku menggenggam penisnya dan segera kuarahkan ke dalam kemaluanku.
Intan : “oghs…shit…oghs…terus…oogghs…” kembali pak Pri menggenjot tubuhku sambil terkadang menarik rambutku. Seperti sedang menunggangi kuda dengan kecepatan tinggi.

Ku dengar dengusan nafas pak Supri semakin lama semakin cepat seiring dengan genjotannya. Nampaknya sebentar lagi dia mencapai puncaknya. Tangannya sudah beralih ke pinggulku dan dengan hentakan keras terakhir kurasakan dia mendorong penisnya untuk masuk semua.
Intan : “OOGH…PAK….SAKIT…OOOGGHH…AARRGGGHH….” pak Pri terus menekan masuk penisnya walau sudah membentur lubang cervix ku sambil memegang erat pinggulku dan ditarik ke arahnya.
Supri : “OHS…OOHS…OOHS…” pak Pri memompakan spermanya dan aku pun mengeram sambil mencengkeram erat kasur menahan sakit dan nikmat yang bercampur jadi satu.

Bermili-mili cairan hangat itu kurasakan memasuki rahimku sampai akhirnya aku terkulai lemas tak mampu menahan tubuhku lagi. Pak Pri mencabut penisnya dan mengangkatku ke atas kasur lagi. Aku yang sudah terkulai lemas tak berdaya masih disetubuhi kembali oleh pak Pri. Dia melebarkan kaki ku dan kembali menggenjotku dengan posisi misionaris. Aku yang sudah hampir pingsan, pasrah saja dengan perlakuan pak Pri. Nampaknya obat yang dia suntikkan tadi membuat penisnya lebih tahan lama meski sudah ejakulasi. Sampai aku tak tahu sudah berapa lama dia menggenjotku. Yang kurasakan hanya cairan hangat yang berulang kali masuk kedalam rahimku. Kulihat juga lama-lama ruangan kamar ini semakin gelap.

Namun akhirnya pak Pri lelah juga. Dia akhirnya tergeletak di sebelahku sambil tangannya terus meremas-remas payudaraku.
Supri : “fyuh…puas banget hari ini sama kamu tan.”
Intan : “duh pak…sampe lemes aku…”
Supri : “dah istirahat dulu aja tidur sini.”
Akhirnya kami berdua tertidur lelap karena kelelahan tanpa sehelai baju menutupi.

Aku terbangun setelah cukup tertidur tadi. Perlahan-lahan aku bergerak turun dari atas kasur dan menggeser tangan pak Pri yang memelukku. Aku juga melihat penisnya yang masih saja tegang. Aku bangkit dari kasur dan menyalakan lampu. Walau remang-remang aku masih bisa melihat ruangan ini dan aku tahu switch lampu di dekat pintu masuk. Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Nampaknya persetubuhan kami tadi cukup lama. Pak Pri pun terbangun karena cahaya lampu yang kunyalakan tadi.
Supri : “eh sudah bangun duluan.”
Intan : “iya pak…” aku kembali duduk di atas kasur.
Intan : “gimana nih pak?”
Supri : “apanya tan?”
Intan : “ini nih…duh…asi ku keluar gara-gara kamu pak. Sampai sekarang masih ngerembes ini. Aku gimana nanti kalau ditanyain pacarku?” sebenarnya aku lebih takut dipergoki oleh Hasan karena Hasan lebih sering berhubungan badan denganku daripada Tono.
Supri : “nanti juga gak keluar lagi tan, cuma booster aja sementara itu.”
Intan : “ya tapi gimana nih… masih keluar.”

Supri : “paling besok sudah gak keluar tan. Kamu nginep disini dulu aja. Hehehe”
Intan : “huh…maumu…nanti aku diapa-apain lagi malam ini.”
Supri : “ya kenapa gak kan. Apa kamu mau tidur sendirian di sebelah? Mumpung satpam yang biasanya disebelah lagi pulang kampung itu. Lagi sepi kok semua ruangan di belakang ini.”
Intan : “hmmm…gak berani sih aku kalau sendirian disebelah. Gelap sama sepi gini.”
Supri : “nah mangkanya disini aja.”
Intan : “iya tapi aku sudah capek lho ya. Gak mau ngapa-ngapain lagi malam ini.”
Supri : “iya deh tan…”
Intan : “ya udah aku mandi dulu pak. Temanin ya dah gelap gini.”
Supri : “oke aku temani kok tan. Sambil ngerokok didepan.”

Aku berpikir kalau ada benarnya aku tak pulang dulu. Jadinya aku memilih untuk tinggal malam ini di kamar pak Supri. Urusan Hasan dan Tono aku beralasan ada tindakan darurat yang tak memungkinkan ku untuk pulang dan minta dijemput oleh Hasan besok pagi. Biasa bahaya bila aku pulang malam ini dengan kondisiku sekarang. Apalagi bila sampai Hasan tahu. Aku sudah berjanji ke Hasan untuk tidak bermain bebas lagi. Bagaimana aku bisa menjelaskan ke Hasan nanti kalau dia bertanya kenapa ASI ku keluar. Kuputuskan untuk malam ini tidur di kamar pak Supri. Dia meminjamkan baju ganti walau hanya kaos dan celana pendek. Kasur yang basah tadi juga sudah ditukar oleh pak Pri dengan kasur di kamar sebelah sambil dia membawa kasur lain dari kamar lain juga. Aku berpikir kalau malam ini akan tidur nyenyak karena pak Pri sudah janji untuk tidak berbuat macam-macam. Tapi ternyata tengah malam pak Pri kembali mengajakku untuk bersetubuh…
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd