Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 33
Timeline : 2011 Juli

–POV Intan–

Semalam aku terpaksa tidak pulang dan menginap di kamar pak Pri karena kelakuannya. Dia menyuntikkan beberapa zat kedalam tubuhku. Aku tak mungkin pulang karena gejolak hasrat masih meluap-luap dalam diriku. Sebenarnya pagi ini pun aku masih merasakan gairah seksualku masih memuncak. Meski semalam aku sudah membiarkan pak Pri memakai tubuhku sesukanya berulang kali. Kalau hari ini aku tak pulang lagi, aku sudah kehabisan akal untuk beralasan lagi ke orang tua ku, Tono, dan Hasan terutama. Karena pastinya Hasan akan bertanya-tanya.

Dengan sekuat tenaga aku menahan gejolak nafsu yang masih membara. Sekitar jam 7 ku hubungi Tono untuk menjemputku.
Intan : “yank, jemput dong.”
Tono : “aduh lagi gak bisa yank, kamu lupa kalau kemarin aku sudah bilang mau pulang ke Surabaya malam tadi? Kamu kemana aja sih semalam gak bisa dihubungin, cuma bbm bilang ada tindakan darurat gitu aja sudah terus gak ada kabar lagi.”
Intan : “ya maaf yank…aku lupa beneran.”
Tono : “ya udah minta jemput Hasan aja sana yank.”
Intan : “iya deh kalau gitu. Cepetan balik kesini.”
Tono : “iya habis ngurusin proposal skripsi aku balik.”
Tono memang sempat mengatakan kepada ku kalau minggu ini dia pulang kerumahnya untuk mengurus skripsi. Entah kenapa aku melupakan hal ini. Tadinya aku minta Tono menjemputku dan mengajaknya ke kontrakannya untuk memuaskan ku hari ini.

Supri : “gak usah pulang lah tan. Disini aja dulu. Hehehe”
Intan : “enggak ah pak, aku sudah gak pulang seharian kemarin.” pak Supri seperti menawariku untuk tinggal lebih lama dengannya. Posisi ku sekarang masih berada di kamarnya. Tapi aku sudah berpakaian rapi dan bersiap untuk pulang. Meski aku sudah kembali berpakaian, rasanya bra yang kukenakan tak nyaman. Seperti kekecilan padahal dari kemarin aku pakai ini nyaman-nyaman saja. Untuk sekarang aku tetap memakainya saja. Karena kalau tidak, akan terlihat jelas putingku yang masih mencuat. Payudaraku juga masih terasa penuh saat ini meski tadi malam rasanya ASI yang kuhasilkan keluar begitu banyak.

Supri : “yakin mau pulang? Sini dulu lah tak bikin enak kamu nanti.”
Intan : “ish…kemarin kamu masih kurang pak? Sakit ini anu ku kamu hajar semaleman lagi.”
Supri : “masak sih sakit…” pak Pri memelukku dari belakang dan tangannya mulai mengelus-elus perut bawahku. Tapi tiba-tiba saja dia menekan dengan jarinya.
Intan : “ack… sakit pak… sudah deh… lepasin… aku mau pulang dulu… nanti lain kali lagi deh aku nginep sini.” untungnya pak Pri melepaskanku kali ini. Kalau tidak, mungkin aku yang akan terhanyut lagi dalam nafsu karena rangsangannya.
Intan : “sudah ya pak…aku mau pulang dulu… mmuuuach…” ku hadiahi dia ciuman di bibir sebelum aku akhirnya keluar dari kamarnya. Aku diam-diam menuju keluar dari RS agar tak ada yang mencurigai ku karena seharusnya hari ini jadwalku untuk off kerja.

Aku pun menghubungi Hasan untuk menjemputku sekarang. Aku menunggunya di gang samping RS. sekitaran 15 menit, Hasan sudah sampai menemuiku.
Hasan : “muka mu keliatan capek banget mbak?”
Intan : “iya lah lembur kemarin masa iya gak capek. Dah ayo pulang. Ngebut ya.”
Hasan : “iya deh mbak”
Ku peluk erat Hasan diatas motor dan kami berdua menuju pulang kerumah. Di perjalanan entah kenapa degup jantungku mulai tak beraturan lagi. Sepertinya efek obat yang disuntikkan oleh pak Pri mulai bekerja kembali. Rasanya putingku mulai menegang saat ini. Aku juga seperti menggeliat diatas motor. Hasan juga menyadari kelakuanku karena aku memeluknya lebih erat sambil menggesek-gesekkan payudaraku di punggungnya.

Intan : “san…masih lama ya…gak nyampek-nyampek sih?”
Hasan : “aku ngebut lebih kenceng deh mbak.” Hasan juga mengambil jalan pintas melewati sawah agar lebih cepat sampai. Akhirnya tak lama kemudian kami berdua sampai dirumah. Hasan memarkirkan motor disamping rumah.
Hasan : “kenapa mbak? Kebelet pipis? Kok minta buru-buru. Dah sampe rumah nih kok gak turun mbak?”
Intan : “enggak kok san… gak kebelet pipis…tapi… pengen ini…” aku yang masih diatas motor mengelus selangkangan Hasan dari belakang. Penisnya sudah menegang karena ku elus selama perjalanan tadi.
Hasan : “ayo mbak…hehe mumpung bapak sama ibu sudah berangkat kerja.”

Aku yang tak sabar turun dari motor dan menggandeng Hasan masuk kedalam rumah. Kucium bibirnya sambil kudorong masuk kedalam kamarnya karena yang terdekat dari pintu depan cuma kamarnya. Kudorong Hasan sampai dia terjatuh di lantai kamarnya. Entah kenapa energi ku meluap-luap karena nafsu ku yang menuntut dipuaskan. Segera kulucuti semua pakaian yang kukenakan. Rasanya terbebas sudah payudaraku dari kekangan yang menghimpit sedari tadi.
Intan : “san… puasin mbak…sekarang…” Hasan masih tertegun, entah mungkin dia menyadari ada yang berubah dari tubuhku atau tidak. Tapi yang jelas matanya menatap tajam ke arah payudaraku.
Hasan : “kok tumben mbak habis lembur gak capek malah ngajakin main? Hehehe”
Intan : “ah…lama kamu nih…” aku segera jongkok dan membuka celana Hasan lalu mengulum penisnya.
Intan : “sluurpp…slurrpp…ahs…sluurrp…” ku kulum penisnya yang sudah menegang dari tadi.

Hasan : “ugh…mbak…jangan kenceng-kenceng nyedotnya…ugh…aku cepet keluar nanti…”
Intan : “sluurpp…biarin… pokoknya kalau kamu keluar cepet… aku minta kamu tegang lagi…”
Hasan : “ugh…mbak…ugh…”
Intan : PLOP…“kok dorong mbak sih san?”
Hasan : “mbak sih… nyedotnya kenceng banget…” Hasan mendorongku dengan kakinya yang menendang perutku.
Intan : “ayo lah dek… mbak lagi pengen banget nih… kamu rilex aja ya sayang… biar mbak yang puasin kamu…” kudorong Hasan sampai rebahan dan kunaiki dia. Kugenggam penisnya dan kuarahkan ke dalam vaginaku sebelum ku duduki diatasnya.
Intan : “oohs…mmmmhhh…enak dek…uughs…ooghhs…” kugoyang dia dengan penuh nafsu. Hasan tampak sekuat tenaga fokus agar tak cepat keluar.

Intan : “ohs..yes..oohs…enak dek…ohhs…oughs…” tubuhku berguncang hebat diatas Hasan ketika orgasme tak kunjung henti. Kini tangan Hasan mulai tak tinggal diam, dia meraba-raba tubuhku yang basah oleh keringat ini dengan kedua tangannya. Sampai akhirnya tangannya terhenti saat meremas payudaraku. Dia nampak kebingungan ketika merasakan basah cairan keluar dari putingku.
Hasan : “mbak? kok?” ASI ku muncrat keluar ketika dia menjepit putingku yang menegang ini. Hasan seperti terdiam karena bingung.
Intan : “terusin dek…remes…” aku ingin Hasan terus meremas payudaraku yang terasa penuh ini karena rangsangan yang kurasakan begitu nikmat.
Intan : “ohs… enak dek… kamu jepit gitu… emutin dek….ohs…ohs…” tubuhku agak condong ke arahnya menyuruhnya menghisap payudaraku. Hasan yang mengerti akan keinginanku mulai meremas-remas keras sambil menghisap putingku bergantian kanan dan kiri. Seperti orang kehausan, dia menikmati setiap tetes yang keluar dari payudaraku.

Hasan sepertinya tak bisa menahan lagi nafsunya yang makin memuncak. Aku digulingkan ke samping dan sekarang dia yang ganti berada diatasku. Hasan mulai kesetanan seperti biasanya.
Intan : “ogh…dek…aach….terus dek…mmmhh…mmmhh…ach…enak dek…” aku terus meracau saat Hasan menggenjotku dengan sekuat tenaga. Sesekali dia juga menciumku dan lidah kami saling beradu saling hisap. Hasan meremas-remas keras payudaraku. Tak hanya itu, terkadang dia juga menampar-nampar dengan tangannya.
Hasan : “mbak…mbak…aku mau keluar mbak…” sekitaran beberapa menit kemudian Hasan yang semakin kencang menggenjot tubuhku mengatakan akan ejakulasi.
Intan : “oghs… dek… jangan dulu dek…oghss… mbak pengen yang lama…oghss…”
Hasan : “gak bisa…mbak…gak kuat lagi…AAAGHS…” Hasan memeluk tubuhku sambil memuntahkan spermanya di dalam. Seakan tak ingin terlepas, aku juga memeluknya erat. Kurasakan rahimku kembali disirami dengan benih-benih Hasan.

Setelah Hasan selesai ejakulasi, dia mencabut penisnya dari dalam. Aku pun segera mengulum kembali penisnya. Kini aku yang seperti kehausan akan spermanya. Tak ingin rasanya kusia-siakan benih yang keluar dari kemaluan adikku ini.
Hasan : “ohs…mbak…ngilu mbak…” Hasan yang mengatakan penisnya ngilu tapi tetap mengelus rambutku sambil menekan kepalaku di area selangkangannya. Dia ingin mendorong penisnya yang masih menegang itu ke dalam tenggorokanku perlahan. Aku pun menikmati perlakuannya, ku diamkan sesaat penisnya yang masuk dalam itu sambil tetap kujilati dengan lidahku. Aku menunggu penisnya mengecil di dalam mulutku. Namun nampaknya Hasan yang nafsunya belum reda membuat penisnya tak kunjung mengecil, meski tak sekeras sebelumnya.

Intan : plop… “ogh…” Hasan menarik rambutku dan mencabut penisnya dari dalam mulutku. Dia menampar-menamparkan penisnya yang berlumuran air liurku itu ke mukaku.
Hasan : “mbak…lanjut yuk…masih tegang nih aku…hehehe”
Intan : “eh…san…aduh…” Hasan menarik rambutku sehingga aku mau tak mau mengikutinya. Dia mendorongku kearah jendela di kamarnya.
Hasan : “hehehe…nungging dong mbak…” aku pun mengikuti perintahnya. Dengan bertumpu ke arah jendela, aku mulai menunduk dan melebarkan kaki ku. Aku sendiri masih ingin dipuaskan oleh Hasan.
Intan : “ahs…yes…terus san…nggghhh…oohs…enak dek….ouhs…” Hasan lanjut menyetubuhiku sekarang. Aku sudah tak perduli ketika dia membuka jendela kamarnya dan tetap menggenjotku dari belakang. Yang penting nafsuku terpuaskan bersamanya. Meski seperti ada yang kurang. Penis pak Pri nampaknya telah mengubah kemaluanku. Tapi aku tetap bisa menikmati persetubuhan ku dengan Hasan. Mungkin karena perasaan cinta ku ke Hasan yang sudah tumbuh tak seperti adik kakak lagi. Atau mungkin aku juga menikmati fetish ku yang bercinta dengan adik ku sendiri. Aku tak tahu yang benar yang mana. Yang jelas aku bisa meraih kenikmatan bersamanya lebih dari sekedar hubungan sex biasa.

Hari ini berulang kali aku dan Hasan bercinta dirumah. Karena kondisi rumah yang sepi seperti biasa, membuat kami berdua bisa bebas bersetubuh dimanapun dirumah ini. Hasan menyetubuhiku mulai dari kamarnya, lalu berpindah ke ruang tamu, bahkan sampai didalam kamar bapak dan ibu. Entah kenapa saat bersetubuh di kamar bapak dan ibu, aku membayangkan diriku sebagai seorang istri dari Hasan yang sedang menunaikan tugasnya memuaskan seorang suami. Seharian penuh kami berdua memadu kasih. Walau sempat istirahat sebentar, kami lanjut lagi dan berakhir dengan beristirahat berdua didalam kamar ku dalam kepuasan tiada tara.

Hasan : “mbak…”
Intan : “apa san?”
Hasan : “mau nanya deh mbak…”
Intan : “mau nanya apa sih adek ku sayang? Kok kayak ragu-ragu gitu?” aku menoleh dan memeluk Hasan yang ada disebelahku.
Hasan : “aku penasaran sih mbak. Kok susumu keluar asi mbak? Mbak gak lagi hamil kan?”
Intan : “hmm… kira-kira gimana san? Aku hamil gak gara-gara di Jogja kemarin?” aku pun tersenyum kembali bertanya ke Hasan.
Hasan : “ya kalau mbak hamil aku siap kok tanggung jawab. Gak apa aku di marahin bapak sama ibu.”
Intan : “duh…adek ku udah gede ya. Bisa mikir tanggung jawab. Tapi pas main gak mikir sama sekali kalau tembakin di dalam.” sambil ku jewer hidungnya.
Hasan : “mbak…serius aku ini. Aku sayang sama mbak. Kadang aku cemburu sama mas Tono. Tapi aku sadar aku kan terhalang status sedarah kita mbak.”

Intan : “beneran kamu sayang sama aku san?”
Hasan : “iya mbak… beneran aku sayang sama mbak. Aku mau kok tanggung jawab mbak.” sambil Hasan mengelus-elus perutku.
Intan : “hihihi san san… jangan mikir aneh-aneh deh dek. Mbak juga sayang sama kamu kok. Jujur aja mbak juga ngerasa perasaan mbak ke kamu lebih dari sekedar adik kakak. Mmmuuah…” kucium bibirnya.
Intan : “tenang aja ya dek…mbak gak lagi hamil kok. Mbak masih rutin minum obat buat nyegah. Masalah ASI nih, mungkin hormon mbak lagi gangguan aja. Jangan khawatir ya sayang… mmmuuah…” kucium lagi bibirnya.
Hasan : “beneran mbak?”
Intan : “iya…jangan khawatir deh san. Kalau kamu khawatir mbak hamil ya jangan tembak di dalam.”
Hasan : “tapi enakan tembak di dalam mbak…”
Intan : “huh dasar… eh dah jam 4 nih, jemput Kukuh sana. Mbak mau berberes rumah juga biar bapak sama ibu gak curiga.”
Hasan : “iya deh mbak… aku jemput kukuh dulu ya.” Hasan pun bangun dari kasur.
Intan : “eh san… mbak nitip beliin bakso dong. Laper nih ngeladenin kamu seharian.”
Hasan : “iya mbak…”

Hasan balik ke kamarnya dan pergi menjemput Kukuh, sedangkan aku juga mengenakan daster yang masih menggantung di pintu saja. Aku sengaja tidak memakai dalaman karena masih berkeringat dan belum mandi. Tidak nyaman rasanya. Selain itu rasanya aku harus beli bra baru karena bra yang kukenakan rasanya sudah sesak dan ukurannya sama semua. Mungkin aku akan meminjam punya ibu dulu sementara. Aku pun segera beberes rumah karena bapak dan ibu pulang jam 5. Keadaan rumah sudah berantakan banget gara-gara kelakuan ku dengan Hasan. Aku kembali merapikan sprei kamar bapak ibu dulu. Tapi sambil berberes, ada yang terlintas dipikiran ku. Sudah berapa lama ya aku telat menstruasi. Memang sejak konsumsi obat ini aku sering telat sih. Ah mungkin masih telat seperti biasa. Ku tepis pikiran aneh-aneh ku sekarang.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd