Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 33.5
Timeline : 2011 Juli
Hari yang sama dengan chapter 33

–POV Tono–

Aku sengaja untuk bilang ke Intan minggu ini aku pulang dulu kerumah untuk mengurus skripsi ku. Sebenarnya tujuanku adalah untuk menghilang sementara dan mengamati Intan diam-diam. Aku ingin memata-matainya lebih intense dan merekam beberapa bukti agar dia tak bisa mengelak. Aku juga ingin tahu se liar apa pacarku ini sebenarnya. Disamping itu aku sudah tak peduli lagi bila hubunganku akan membaik atau tidak dengan Intan. Perasaan kecewa saat mengetahui dia bermain dibelakangku masih menggangguku sampai saat ini. Aku sebenarnya tak masalah bila dia jujur, yang jadi masalah adalah kenapa dia harus diam-diam dan tidak memberitahuku terlebih dahulu. Aku memang orang yang bebas dalam hal ini. Tapi jangan sampai aku tak tahu apa-apa saja yang dilakukan oleh pasanganku. Kalau pun Intan masih ingin meminta maaf setelah semua bukti yang ku kumpulkan cukup, aku bisa memanfaatkan kondisi itu. Hitung-hitung aku bisa punya budak sex baru yang bisa ku suruh-suruh sesuka hati.

Aku memata-matai Intan dengan menggunakan motor pinjaman dari sepupu Ramdan, ku tukar sementara dengan mobilku agar aman dan tak dikenali oleh Intan. Aku juga sudah bekerja sama dengan Hasan untuk hal ini. Hasan selalu memberi info dari sms mengenai Intan. Hari ini Intan minta kujemput pagi dan ku katakan kalau aku tidak bisa karena sudah sempat bilang sebelumnya kalau hari ini aku pulang ke Surabaya. Jadi kusuruh saja dia minta jemput Hasan. Sebenarnya sempat panik juga apakah Intan tahu kalau hari ini aku masih disini. Ternyata dia hanya lupa saja. Aku sebenarnya agak curiga dengan pesan yang dikirimkan semalam karena cukup singkat tanpa ada kejelasan seperti biasa. Biasanya pun saat ada pekerjaan darurat dia pasti bercerita panjang lebar karena kesal kerja lembur. Tapi semalam tidak, hanya pesan singkat dan sudah begitu saja.

Hasan mengabariku juga kalau dia akan menjemput Intan di RS pagi ini. Segera aku menuju ke RS juga dan bersembunyi di sekitar sana dengan jumper hitam dan topi agar penyamaranku tak diketahui. Ku parkirkan motorku dan aku duduk di warung seberang RS. Tak lama kemudian tampak Intan keluar dari RS dan menuju ke gang sebelah RS. Ternyata dia menunggu Hasan disana. Segera ku ikuti agak jauh dan nampaknya Hasan juga tak menyadarinya. Laju motor Hasan sangat cepat sampai-sampai aku tak bisa mengikuti mereka. Aku kehilangan jejak di tengah jalan.

Akhirnya ku ikuti saja insting ku untuk segera menuju ke rumahnya saja. Untung saja instingku benar. Mereka hanya buru-buru pulang. Ku parkirkan motorku di sisi pagar dan aku pun melompat dari arah kebun untuk mengintip. Mulai ku dengar samar-samar suara desahan Intan saat mendekati rumahnya. Aku coba mengintip dari jendela sebelah kamar Hasan dan tampak Intan sedang bersetubuh dengan Hasan dalam posisi WOT. Intan terlihat sangat terhanyut dalam nafsunya. Segera aku pergi dari sini agar tak diketahui. Setidaknya saat ini Intan sedang bersama Hasan.

Aku segera cabut naik motor ke perbatasan kota dan berhenti di rumah makan sekitar. Ku telpon Ramdan untuk ketemu disana. Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan ke Ramdan tentang masa lalu Intan. Semua yang dia ketahui tentang pacarku ini selama satu sekolah dengannya dulu. Karena Ramdan juga sempat me wanti-wanti agar aku tak pacaran dengan Intan. Seorang sahabat pasti punya alasan yang kuat untuk hal ini. Sekitar setengah jam kemudian Ramdan sampai.

Ramdan : “ngapain Ton ngajakin ngobrol disini? Bukannya katanya mau balik ngurus skripsi ya?”
Tono : “iya nih dan… sengaja bohong ini. Buat ngawasin gerak-gerik Intan.”
Ramdan : “ada apa nih? Perasaan kamu ama Intan baik-baik aja gak ada masalah. So far paling awet sama kamu tuh Ton.”
Tono : “ya ada lah masalah pastinya. Cuma gak keliatan aja. Gak ribut2 banget juga sih.”
Ramdan : “trus gimana nih?”
Tono : “mau nanya aja dan. Dulu napa kamu kok ngasih saran buat jangan pacaran sama Intan?”
Ramdan : “bukannya udah pernah bilang ya Ton. kalau Intan itu bukan cewek baik-baik.”
Tono : “iya…cuma bukan baik-baik ini sebatas apa dan? Kalau cuma sering gonta-ganti pacar gak ada masalah sih dan. Masalah pacaran pasti nge sex juga gak ada masalah sih. Harusnya sebagai temen baik, kamu tau kan hubunganku dengan Rency.”
Ramdan : “iya Ton tau kok. Cuma ya sebagai temen baik nih. Cuma bisa nyaranin aja biar gak gagal lagi.”
Tono : “ini gak tau sih aku juga. Bisa lanjut apa nggak sama Intan. Coba lihat ini.” aku memberikan rekaman video di hape ku tentang Intan yang sedang main dengan pak Soli.

Ramdan : “astaga…kejadian lagi.”
Tono : “hah? Lagi?”
Ramdan : “iya Ton. ini si pak Soli kan guru olahraga di SMP dulu.”
Tono : “terus ini kejadian lagi emang dulu gimana dan?”
Ramdan : “gak apa apa nih kalau aku cerita masa lalunya Intan?”
Tono : “justru itu kamu ku ajakin ngobrol disini biar aman. Biar bebas ngobrolnya.”
Ramdan : “ya aku juga gak tau dengan mata kepala sendiri sih. Cuma…” nampaknya Ramdan masih ragu-ragu buat cerita.
Tono : “udah cerita aja gak apa. Aku ni cuma pengen tau dulu Intan gimana aja.”
Ramdan : “ok ok…aku cerita ini dulu kejadian apa aja sama Intan.”

Ramdan : “jadi gini Ton.. pas kelas 3 SMA itu dia diisukan pernah ada skandal sama guru matematika. Ini sekali lagi aku sendiri gak tau pastinya ya. Maaf-maaf aja nih Ton. cuma ini sudah beredar luas sih.”
Tono : “bentar-bentar. Itu gimana ceritanya?”
Ramdan : “jadi gini Ton. sorry ya sebelumnya. Ada yang pergokin Intan lagi di luar kota sama pak guru matematika ini. Namanya pak Angga. Udah usia juga ini pak Angga. Anaknya aja udah 3 dan pas itu aku SMA itu anaknya yang paling gede udah SMP kok. Cuma emang pak Angga ini terkenal agak genit ke murid-murid cewek. Pas itu ada anak kelas lagi jalan-jalan ke Malang. Kan lumayan jauh itu. Entah gimana dia ngelihat pak Angga jalan berdua sama Intan disana. Dilihat mereka juga gandengan tangan.”
Tono : “terus?”
Ramdan : “nah temenku ini kan kepo. Dia gak langsung samperin tapi diem-diem juga. Difoto juga tapi. Nah terus diikutin lah mereka. Ternyata mereka nginep di hotel berdua. Diikutin soalnya sampe hotel terus difoto pas masuk ke kamar.”

Tono : “lah terus? Difoto buat apa? Disebarin?”
Ramdan : “bener. Disebarin. Anak-anak satu sekolah akhirnya tahu Intan berduaan sama pak Angga. Sampai pak Angga akhirnya di skors dari sekolah tapi Intan masih dapet dispensasi karena waktu itu mau UNAS. wah heboh Ton pokoknya. Satu sekolah rame gara-gara itu foto kesebar. Ngapain coba kan guru sama murid di luar kota berdua. Mana pas itu Intan juga punya pacar. Pacarnya sampe langsung mutusin Intan saat itu juga pas kesebar. Kabarnya pak Angga juga hampir cerai sama istrinya.”
Tono : “terus yang nyebarin gimana?”
Ramdan : “awalnya yg nyebarin siapa gak tau jadi aman-aman aja dia. Tapi lama-lama juga ketahuan. Dilabrak lah itu sama si Intan pas perpisahan siswa.”

Tono : “aduh…kok bisa ya…gak nyangka aku pacarku bisa seperti itu.”
Ramdan : “mangkanya aku juga sempet kaget kok kalian adem ayem aja. Apa Intan sudah tobat atau gimana. Yang Intan jadi cewe panggilan sudah tau?”
Tono : “udah, itu dia udah cerita dan. Katanya di jual sama pacarnya. Dia bilang kalau habis hutang budi sama itu cowo, akhirnya mereka pacaran. Tapi dijual ujung-ujungnya.”
Ramdan : “apa kamu percaya dia pas dijual itu terpaksa? Setelah aku ceritain sejarah dia dulu.”

Aku terdiam sejenak…
Tono : “ya gimana dan, dia bilangnya gitu. Aku sih kemarin percaya. Tapi kalau dipikir-pikir lagi. Kenapa dia mau-mau aja ya dijual sama pacarnya. Dia kan bisa aja nolak terus tinggal putusin.”
Ramdan : “nah itu…akhirnya kamu paham ada yang aneh.”
Tono : “ya aku kemarin masih positif thinking aja sih dan.”
Ramdan : “ada satu lagi nih cerita tentang Intan. Ini di jaman dia kuliah dulu. Aku dapat cerita juga dari temen ku yang 1 kampus ama dia. Tapi beda jurusan. Temen ku ini ambil jurusan perawat. Dia bilang Intan sempet ikutan anak-anak motor.”
Tono : “maksudmu dia ikutan balapan motor liar gitu?”
Ramdan : “enggak…tapi pacaran sama anak motor. Terus ada cerita kalau Intan jadi piala bergilir karena emang dia lumayan cantik. Dia memang pacaran sama 1 anak motor, tapi kalau balapan kalah ya si Intan dibawa seharian sama yang menang. Bebas mau diapain aja sama si pemenang katanya.”
Tono : “aduh…ternyata…pantes aja kamu sempet ngelarang-larang dulu dan.”
Ramdan : “ya gak enak juga aku Ton. Tapi pas ku lihat Intan kayanya udah tobat sih ya sudah. Tapi ternyata belum ya…”

Tono : “terus dan, ada cerita apa lagi tentang masa lalu Intan?”
Ramdan : “udah sih itu aja. Terus sekarang mau gimana nih kamu sama Intan?”
Tono : “ya aslinya aku juga pengen ini jadi yang terakhir sih. Aku rasa dia sudah gak seperti dulu. Mungkin sama pak Soli ini khilaf aja mungkin ya.”
Ramdan : “ya terserah kamu sih Ton. toh juga yang jalanin kamu sama Intan kan.”
Tono : “tapi ini aku masih selidiki lagi sih. Jadinya seminggu ini aku diam-diam ngawasin dia dari jauh.”
Ramdan : “iya semoga semua berakhir baik ya Ton.”
Tono : “ya semoga aja sih.”
Ramdan : “ini kamu balik ke kontrakan apa gak?”
Tono : “enggak sih biar aman mungkin aku ke tempat lain dulu cuma belum kepikiran.”
Ramdan : “ya udah gini aja, ini aku mumpung bawa kunci kos-kosan ada yang kosong 3 ini. Boleh kamu pakai dulu.”
Tono : “ok dan. Intan juga gak tau kan klo aku di kosan mu.hahaha”
Ramdan : “iya udah tapi aku pesan 1 hal nih. Kalau emang mau udahan sama Intan, yang baik-baik ya. Gak enak juga aku dia teman lama ku dari jaman sekolah dulu.”
Tono : “iya beres lah dan.”

Ramdan tak tahu kalau aku sudah berencana untuk mempermainkan Intan seandainya Intan masih ingin minta maaf kepadaku. Sebenarnya disatu sisi memang aku cinta dengan Intan. Dari segi fisik dia cukup sempurna dan sesuai dengan kriteriaku. Tapi aku juga kecewa dengan beberapa kelakuannya dibelakangku. Mungkin memang aku yang masih trauma dengan kegagalanku sebelumnya membuatku lebih sakit lagi sekarang dengan melihat kenyataan dari perilaku Intan.

Aku akhirnya kembali ke kota menuju kosan Ramdan tadi sore ini. Sedangkan Ramdan sudah kembali terlebih dulu tadi. Aku stay dulu sambil minum kopi dan menenangkan diri. Sesampainya aku di kosan, ku lihat hape ku ada sms dari Hasan.
Hasan : “mas Tono, ini mbak Intan lagi dirumah. Hari ini ada yang aneh mas. Mbak Intan kayak lagi sange berat. Mirip pas kapan lalu kukasih obat dari mas Tono. cuma ada yang aneh mas. Hari ini kayak payudara mbak Intan montok banget sama keluar ASInya.”
Aku yang membaca sms nya ini kaget.
Tono : “hah? Masa san? Mbak mu gak lagi hamil kan?”
Agak lama baru dibalas lagi oleh Hasan.
Hasan : “kata mbak Intan sih enggak mas. Soalnya masih rutin minum obat kok. Dia bilang palingan masalah hormon aja. Tapi kalau mbak Intan hamil gimana mas?”
Tono : “ya kita cari yang bikin Intan hamil san. Terus kita paksa buat tanggung jawab. Mau gak mau kita harus begitu demi mbak mu.”
Hasan : “iya sih mas. Aku juga aslinya agak takut sih kalau misal mbak hamil gara-gara aku kemarin di Jogja.”
Tono : “ya semoga aja enggak. Hari ini mbak mu dirumah full kan?”
Hasan : “iya mas. Sama nanti malem katanya mbak minta aku anterin ke toko beli baju. Katanya mau beli daleman.”
Tono : “ok san, kabar-kabar lagi ya nanti kalau ada apa-apa.”
Hasan : “siap mas.”

Aku semakin bertanya-tanya tentang Intan. Masa iya perkara hormon gak stabil aja bisa bikin jadi gitu. Si Hasan juga polos-polos aja dia nge iya kan apa yang dikatakan Intan. Sepertinya harus ku selidiki lebih lanjut tentang ini. Karena Intan dirumah aja jadinya aku juga diam di kosan saja menunggu kabar dari Hasan. Seharusnya hari ini dan besok jadwal Intan untuk off kerja. Tapi ternyata sekitaran jam 10 malam aku dikabari oleh Hasan kalau mbak Intan minta antar ke RS. katanya ada tindakan darurat malam ini. Aku segera meluncur juga ke RS. kulihat Hasan menurunkan Intan didepan RS dan Intan juga masuk ke dalam. Biasanya Intan juga mengabariku kalau dia lembur, tapi kali ini tidak. Kutunggu agak lama sampai jam 12 malam ternyata Intan tak keluar lagi dari RS. Mungkin kali ini benar ada tindakan darurat saja. Aku nya yang terlalu curiga ke Intan.


–POV Intan–
Entah kenapa hari ini aku masih tak tenang. Otak ku masih kacau. Hal sekecil apapun itu bisa memicu gairahku. Aku seperti rindu akan multi orgasme yang kurasakan kemarin. Ingin rasanya aku terkam lagi adikku si Hasan ini. Tapi kondisinya dirumah sudah ada bapak, ibu, dan si Kukuh. Aku jadi tak leluasa lagi seperti tadi pagi. Aku juga harus menaruh tissue di bra yang kukenakan agar ASI yang terkadang keluar ini tak merembes. Jadi makin sesak rasanya. Mungkin aku bisa membodohi adikku Hasan. Tapi rasanya tidak dengan ibu. Aku juga tak jadi meminjam bra milik ibu karena takut beliau curiga nanti.

Akhirnya kuputuskan untuk beli baru saja. Sekitar jam 6 malam aku diantar ke supermarket satu-satunya di kota ini sama Hasan. Dengan memakai kaos dan jeans malam ini.
Intan : “dek…sini…temenin mbak. Ngapain kamu nunggu di depan toko?”
Hasan : “enggak ah mbak. Malu aku masa masuk ke toko daleman cewek.”
Intan : “yee…gak apa daripada kamu gajelas diluar gini mending bantuin mbak bawain.” ku gandeng Hasan masuk saja ke dalam toko. Nampak mukanya agak malu melihat “perabotan” cewe yang dijual disini. Aku pun mengambil beberapa yang berukuran cup lebih besar dari yang kukenakan sekarang. Ku ambil beberapa yang berukuran 36F dulu untuk ku coba di fitting room. Hasan menunggu ku di depan. Sekarang aku mengenakan ukuran 36DD dan ternyata 36F masih kurang nyaman.

Karena aku malas untuk memakai pakaian ku kembali, aku minta tolong saja ke Hasan untuk mengambilkan ukuran 38F saja dan aku menunggu di dalam fitting room bertelanjang dada. Sekalian mau ngerjain Hasan, dia pasti malu-malu kikuk nanti.
Intan : “dek…gak cukup nih ternyata. Ambilin yang kayak gini tapi ukuran 38F ya dek.”
Hasan : “hah? Itu yang mana mbak?”
Intan : “yang kayak gini pokoknya ukurannya yang 38F. Kalau bingung nanya ke mbak-mbak salesnya aja yang disana.hihihi”
Hasan : “ah si mbak nih… mbak sendiri aja sana.”
Intan : “duh ribet san, harus pakai baju lagi.”
Hasan : “dih males ah mbak.”
Intan : “tolong lah dek…ribet nih mbak klo harus pakai baju dulu.”
Hasan : “ya udah ku ambilin tapi…”
Intan : “tapi apa?”
Hasan : “mbak nanti pas pulang gak usah pakai bra. Bra baru nya dipakai dirumah aja. Hehehe”
Intan : “hish…kamu nih.”
Hasan : “gak nyaman kan pakai yang sekarang?”
Intan : “iya sih. Ya udah OK. cepetan sana ambilin.”

Hasan mulai nakal lagi menyuruhku tak mengenakan bra. Bisa-bisa merembes ini ASI ku nanti. Disamping itu putingku yang tegang pasti tercetak jelas di kaos yang kukenakan. Jaket ku juga lumayan tipis. Pasti tidak bisa menutupi puting yang mencuat ini. Disamping itu payudaraku yang tak kecil ini pasti bergoyang bebas saat jalan. Ah tapi sudahlah aku ingin ngerjain Hasan juga rasanya. Kalau tokonya sepi mungkin sekarang aku akan mengajak Hasan masuk ke dalam fitting room lalu have sex disini.

Hasan : “nih mbak…ketemu 38F.”
Intan : “makasih dek.”
Hasan : “jangan lupa ya janjinya tadi. Hehe”
Intan : “iya-iya adek ku mesum.”
Ku coba untuk ukuran ini dan ternyata nyaman. Ini berarti ukuran bra yang kukenakan lumayan banyak naiknya. Kemarin 36DD atau 36E masih enak. Tapi sekarang rasanya aku harus mengenakan ukuran 38F ini. Semoga ukuran payudara ku bisa mengecil lagi kalau efek dari obat pak Pri sudah memudar dan aku harus diet. Rasanya tubuhku juga makin berat. Aku harus diet lagi nih.

Setelah puas mencoba, akhirnya kuputuskan untuk membeli beberapa. Aku keluar dari fitting room sambil menunjukkan ke Hasan kalau aku tak mengenakan bra lagi.
Intan : “nih dek. Ku turutin mau mu. Goyang-goyang nih.” sambil ku busungkan dadaku didepannya. Untung saja tidak ngerembes keluar ASI ku saat ini. Hanya saja puting ku yang mencuat masih terlihat meski aku mengenakan jaketku lagi.
Hasan : “hehehe gitu dong mbak. Jadi pengen nyusu lagi nih.”
Intan : “hush…masih di tempat umum gini.”
Hasan : “ya udah dirumah deh. Hehe”
Intan : “ish…ketagihan. Ada ibu ama bapak tuh dirumah.”
Hasan : “hehehe abisnya enak sih mbak. Mumpung keluar juga kan.” tangannya menyenggol puting kiri ku dengan sengaja.
Intan : “auch…heh tangannya lho.” karena senggolan tangan Hasan tadi rasanya ASI ku sedikit memancar. Karena rangsangan sedikit seperti itu saja bisa membuatku basah. Seperti ada listrik yang mengalir yang kurasakan mengalir dari putingku yang tersentuh tangan Hasan ke seluruh tubuh.
Hasan : “hehe napa mbak?”
Intan : “dilihat orang nanti…ngawur kamu. Duh…ngalir lagi nih dikit.”
Hasan : “hehehe maaf mbak. Yuk mbak balik.”
Intan : “iya mbak bayar dulu ya.”

Setelah keisengan Hasan tadi sekarang giliran aku yang kikuk karena area sekitar payudara kiriku basah. Aku juga merasa kurang nyaman karena payudaraku terlihat jatuh ngondoy dan bergoyang bebas setiap kali aku berjalan karena tak ada yang menyangga. Puting ku yang tegang ini juga tergesek-gesek kain kaos karena kaos yang kukenakan cukup longgar.

“OI SAN!” ku dengar ada yang memanggil Hasan. Aku dan Hasan yang sedang menuju parkiran menoleh kaget karenanya. Ternyata yang memanggil tadi teman-teman Hasan. Yadi, Ruli, Samsul, dan Nanang. Mereka menyapa dari cafe di dekat supermarket.
Hasan : “OI… Sul.” kami pun mendekat ke mereka.
Samsul : “habis dari mana nih?”
Hasan : “habis nganter mbak nih belanja. Balik dulu ya.”
Samsul : “jangan buru-buru lah. Ngopi-ngopi dulu sini.”
Hasan : “haha nanti aja lah sul, aku tak nganter mbak dulu.”

Muncul ide iseng ku sekarang. Bagaimana kalau aku ikutan nongkrong saja disini dulu. Hitung-hitung sambil makan malam juga. Aku penasaran, teman-teman Hasan ini nyadar gak kalau aku lagi gak pakai bra. Mereka juga biasanya kalau ke rumah jelalatan matanya gak dijaga.
Intan : “eh san. Makan malem sekalian yuk disini. Gak apa gabung mereka aja. Kita gabung disini boleh ya?”
Ruli : “eh boleh-boleh mbak, sini.” mereka seperti berebutan memberi tempat duduk. Aku memilih duduk di sebelah Samsul dan Hasan di depanku dia disebelah Ruli. lalu di samping ku dan Hasan ada Yadi. Karena sudah niatan iseng, kubuka saja jaket ku sekalian. Mata mereka mulai jelalatan melihat ke arah payudaraku.
Intan : “eh menunya dong?”
Nanang : “oh iya ini mbak…” Nanang memberiku list menu sambil sengaja curi-curi kesempatan memegang jari-jari ku.

Akhirnya malam ini aku makan malam sambil mengobrol dengan mereka. Awalnya cuma bercanda biasa, tapi tak kukira mereka berani bercanda ke arah yang berbau sex dan ku ladeni saja candaan mereka.
Intan : “eh kalian emang sering ngumpul-ngumpul gini?”
Ruli : “iya mbak mumpung masih bisa kumpul. Bujangan-bujangan kesepian. Hehehe”
Intan : “kok kesepian? Gak punya pacar kalian?”
Nanang : “yang laku disini cuma adiknya mbak tuh. Punya pacar cantik tapi sering dianggurin juga.”
Hasan : “hmm mentang-mentang ada mbak ku langsung ngaku jomblo semua.”
Yadi : “loh…iya kan kali aja mbak mu minat sama salah satu dari kita-kita disini kan hehe”
Hasan : “aku yang gak sudi jadi adik ipar kalian. Jangan mimpi deh.”
Intan : “hahaha kalian ini lucu-lucu. Masa iya mbak teman sendiri mau diembat.”
Samsul : “ya kalau mbaknya cantik kenapa kita gak mau ya kan?hehehehe” si Samsul menjawab sambil memeluk pundak ku dan aku membiarkannya malah cuma kubalas dengan senyuman. Meski sebenarnya agak kurang ajar tapi sengaja kubiarkan saja karena aku ingin melihat reaksi dari Hasan.

Yadi : “wah…kesempatan si Samsul, kurang ajar nih.”
Samsul : “hehehe ngiri aja.” aku masih tetap membiarkan Samsul memeluk pundak ku.
Nanang : “kurang ajar emang dia mbak. Marahin mbak. Biar gak keterusan.”
Intan : “iya nih, sul…kok kurang ajar sama mbak. Tangannya turunin.” aku sedikit menghardiknya.
Samsul : “hehehe bercanda aja mbak. Maaf-maaf.” tangan Samsul pelan-pelan turun dari pundak ku seperti meraba area belakang tubuhku dan aku merasakan hentakan jarinya mencolek pantatku saat posisinya sudah dibawah.
Intan : “heh…nakal ya. hahaha”
Yadi : “wah kurang ajar tuh san.”
Ruli : “gimana tuh san.”

si Samsul hanya senyum-senyum saja. Aku melihat Hasan diam saja tapi nampak di mukanya dia sedikit marah. Mungkin marah karena aku membiarkan Samsul merangkulku tadi dan akhirnya dia tak tahan lagi. Dia pun berdiri dan mengajakku pulang.
Hasan : “yuk mbak pulang dulu udah malem.” dia masih mencoba menahan emosinya.
Nanang : “buru-buru amat san?”
Hasan : “iya daripada makin kurang ajar kalian.” mulai nampak Hasan tak sabar.
Samsul : “sini aja dulu lah san, maaf ya. Hehehe” meski tak terlihat oleh Hasan, tanganku digenggam oleh tangan samsul dibawah meja. Aku mulai heran, ini teman-teman Hasan kok tumben berani banget. Biasanya cuma curi-curi pandang saja.
Hasan : “udah aku mau pulang juga. Udah malem ini. Emang aku kayak kalian yang nganggur? Besok masih kerja coi.”
Samsul : “gayamu san san…hahahaha.”
Intan : “iya mbak juga mau shift malam ini. Jadi pulang dulu ya.” aku menampik tangan Samsul dibawah meja.
Intan : “karena aku lagi baik, kalian aku traktir ya.”
Yadi : “wah…makasih banyak lho mbak.”
Samsul : “tuh kan, sudah cantik, baik lagi. Hehe makasih lho mbak.”
Intan : “iya, aku pulang dulu ya. Kalian ini juga jangan sering-sering nongkrong gak jelas. Cepetan balik. Ntar dicariin bapak ibu lho. Hahaha” setelah itu aku dan Hasan pulang.

Di tengah jalan aku yang dibonceng oleh Hasan melanjutkan keisenganku.
Intan : “san san…kamu tadi agak marah ya? Hihihi” sambil ku peluk erat adik ku ini.
Hasan : “ah enggak kok mbak.”
Intan : “halah jangan bohong sama mbak. Mbak ini kan lebih tua dari kamu jadi tau juga gelagatmu tadi. Hahaha”
Intan : “kamu cemburu ya mbak di peluk sama Samsul tadi?”
Hasan : “ah enggak mbak…”
Intan : “beneran?”
Hasan : “iya mbak…”
Intan : “berarti kamu gak sayang ya sama mbak?”
Hasan : “ya bukan gitu mbak.”

Intan : “terus ini kok tegang? Hayooo…bayangin apa?” sambil ku raba area selangkangannya dan kurasakan penisnya menegang.
Hasan : “eh…mbak...mbak… geli mbak…”
Intan : “geli apa enak? Hihihi hayoo jawab dulu kamu bayangin apa?” sambil ku elus-elus penisnya yang menegang.
Hasan : “duh mbak nanti nabrak ini…”
Intan : “hari ini seharian genjotin mbak kok masih bisa tegang aja kamu.hihi”

Di jalan pulang area sekitar sawah yang cukup remang-remang, Hasan menghentikan motornya dan menepi.
Intan : “hmmm kok berhenti san? Sudah deket rumah lho.”
Hasan : “iya nih. Mbak bikin aku gak tahan, emutin bentar mbak.”
Intan : “huh dasar…mbak gak mau ah. Tadi soalnya gak mau jawab. Hihihi lagian nanti keterusan. Mbak kan mau kerja malam ini.”
Hasan : “loh bukannya mbak jadwalnya libur ya? Tadi bukan pura-pura aja biar bisa pulang?”
Intan : “enggak lah dodol. Hahaha mbak ada shift gantiin temen mbak hari ini. Dah pulang aja san. Terus anter mbak ke RS.” aku sengaja membuatnya cenggur (ngaceng nganggur) dan Hasan menurutiku. Dia starter lagi motornya dan tak lama kemudian aku sudah sampai dirumah.

Hari ini sebenarnya aku tak ada shift kerja. Hanya alasan ku saja agar Hasan mengantarkanku ke RS malam ini. Hari ini aku hanya ingin ke RS untuk menemui seseorang. Ya… orang itu adalah pak Pri. Entah kenapa rasanya aku malam ini kangen dengan batang kejantanannya yang tak lazim itu. Mungkin efek dari nafsu ku yang tak bisa ku kontrol hari ini. Sampai-sampai aku juga nekat menggoda teman-teman Hasan tadi. Aku butuh pelampiasan. Aku butuh orang yang bisa memberikanku kenikmatan yang lebih dari biasanya malam ini…
 
menarik ceritanya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd