Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 36
Timeline : 2011 Juli
Pagi hari setelah chapter 35

–POV Tono–

Pagi ini aku terbangun di sebelah Intan yang mungkin dia sudah sadar duluan karena Intan tertidur sambil memelukku. Aku bangkit dari tempat tidur karena haus dan nampaknya membangunkan Intan.
Intan : “mas…kemana?”
Tono : “ambil air bentar. Haus nih.”
Intan : “tunggu mas…aku ambilin aja…” dengan susah payah Intan bangkit terlebih dahulu dari tempat tidur dan mengambilkanku air minum botol yang disediakan di kamar.
Intan : “nih mas…” aku memandangi Intan dengan heran kenapa dia bisa melayaniku seperti ini sekarang. Intan yang biasanya marah-marah, sesuka hatinya sendiri, sekarang bisa selembut ini.
Tono : “oh makasih. Sorry aku bangunin kamu ya.”
Intan : “enggak mas. Gak apa kok. Makasih ya mas, sudah maafin aku semalam.” Intan kembali memelukku.
Tono : “iya, tapi janji ya ngikutin syaratku tadi.”
Intan : “iya mas janji… aku bakalan ngikutin apapun mau mu. Aku mandi dulu boleh mas?”
Tono : “iya boleh.”
Intan : “mas gak mau mandi juga? Mandi bareng yuk.”
Tono : “aku nanti aja, masih dingin nih jam 5.”
Intan : “oh ya udah, aku duluan ya mas.” Intan pun pergi mandi membersihkan tubuhnya yang semalam sudah dihajar 2 pria. Aku dan pak Soli.

Kurang lebih setengah jam Intan berada di kamar mandi dan akhirnya keluar dengan wangi. Melihat Intan yang hanya mengenakan handuk ini membuat nafsuku bangkit lagi. Tetapi aku punya rencana sendiri untuknya.
Tono : “hmmm…yank, kamu nanti langsung ke RS?”
Intan : “enggak yank, hari ini aku shift sore kok. Jadi pulang dulu kerumah.”
Tono : “oh gitu…eh yank jangan pakai baju dulu.”
Intan : “eh kenapa yank?”
Tono : “masih santai aja kan nanti-nanti pulangnya.”
Intan : “iya sih…ya udah aku pakai handuk aja nih nemenin kamu yank.”
Intan sengaja ku cegah untuk mengenakan pakaiannya kembali. Aku punya rencana khusus buat hari ini.

Tono : “sini yank… aku mau nanya nih.”
Intan : “apa yank?”
Tono : “semalam kan aku sempet cari-cari informasi nih. Ketemu sama mas-mas room service yang kayaknya kenal kamu banget. Siapa tuh ya namanya, kalau gak salah Heri apa Heru gitu.”
Intan : “ooh si Heru yank. Kenapa?”
Tono : “oh iya si Heru, kata dia kamu sering kesini ya?”
Intan : “emmm… iya yank dulu. Aku sering main disini. Masih inget aku pernah dijual sama mantanku kan. Ya aku biasanya ketemu sama clientnya dia disini. Soalnya disini aman yank gak pernah di grebek. Bekingannya kuat.”
Tono : “oh gitu…”
Intan : “kenapa yank? Kecewa ya sama aku? Maafin ya yank…”
Tono : “iya udah yang berlalu biarin. Kan katanya sekarang kamu bakalan nurut sama aku kan.”
Intan : “iya yank…”

Tono : “kamu sampai akrab gitu sama Heru, aku tanya pernah main sama Heru gak kamu yank?”
Intan : “ya enggak lah. Cuma sering ngobrol sama beli barang di dia aja jadinya kenal baik yank.”
Tono : “beli barang apa nih?”
Intan : “emmm… kayak kondom, lubricant, macem-macem lah yank dia jual. Bahkan dia sewain borgol, cambuk, dildo, sexdoll, tali, lilin, macem-macem alat buat sex gitu yank.”
Tono : “oh…kok ada ya. Kamu pernah pake alat-alat begituan?”
Intan : “emmm…jangan marah ya yank…”
Tono : “iya enggak marah kok. Jujur-jujuran aja. Selama kamu jujur sih aku gak marah yank.”
Intan : “emm…iya yank pernah.”
Tono : “alat apa aja dulu?”
Intan : “emmm….yang sering sih yank dulu sewanya borgol sama cambuk. Entah kenapa banyak yang suka main gaya perkosaan yank dulu.”
Tono : “terus apa lagi?”
Intan : “dildo yang super gede sama bergerigi juga pernah sih yank.”
Tono : “udah itu aja alat yang dulu pernah kamu pake?”
Intan : “ya enggak sih yank. Macem-macem. Cuma yang sering itu. Eh sama 1 lagi sih. Ballgag. Yang bola buat ditaruh dimulut tuh yank. Atau gak yang modelnya kayak ring buat maksa mulutku terbuka terus digenjot pakai penis.”

Tono : “kalau obat perangsang gitu kamu pernah juga gak?”
Intan : “kalau itu sih enggak yank. Banyaknya yang minta aku tuh gak pakai begituan.”
Tono : “iya sih sudah binal ngapain dikasih obat.” Intan seperti kikuk, mungkin aku kelewatan merendahkan dia.
Tono : “oh iya…buat pembuktian kamu nurut sama aku. Aku mau sekarang kamu beli kondom di Heru.”
Intan : “iya yank… aku beli sebentar ya.” Intan lalu mengambil pakaiannya kembali.
Tono : “eh yank. Jangan pakai baju dulu.”
Intan : “cuma pakai daleman aja yank. Celana sama tanktop kok.”
Tono : “enggak, pake handuk gini aja sudah. Kalau bisa panggil Heru sekalian kesini, aku mau lihat barang dagangannya dia apa aja.”
Intan : “serius yank?”
Tono : “iya serius. Dah sana cepetan. Tapi nanti pura-pura aja aku clientmu ya. Gak enak kan kalau pacar ngepergokin acara semalam.” Intan yang masih agak kikuk menurutiku. Dia keluar kamar dengan hanya berbalut handuk mencari Heru. Sekitar 10 menit kemudian dia kembali ke kamar dengan Heru.

Heru : “loh mas nya berhasil juga ternyata hehehe” Heru nampak kaget melihatku. Intan kembali masuk kedalam kamar. Dia tak curiga dengan rencana ku selanjutnya.
Tono : “hehe iya mas. Tadi malam nungguin. Terus ngobrol sebentar ternyata bisa.”
Heru : “wah manteb nih. Butuh apa nih mas?”
Tono : “butuh obat kuat sama obat perangsang nih mas. Ada?”
Heru : “wah ada dong pastinya. Sebentar saya ambil dulu. Ada lagi mas?”
Tono : “eh borgol deh sekalian.”
Heru : “wah mau main liar banget pasti sama mbak Intan nih. Ok siap mas saya ambil dulu. Biayanya sekian ya…”
Tono : “sudah sana ambilin.” sambil ku beri uang sesuai nominal yang dia sebut.

Intan : “mau lanjut lagi yank?”
Tono : “iya kan tadi katanya masuk sore.”
Intan : “iya sih…”
Tak lama kemudian Heru mengetuk pintu kamar dan membawakan pesananku tadi dengan disembunyikan di trolley room service. Aku yakin barang jualannya ada disana semua.
Heru : “ini mas pesanannya. Saya permisi dulu ya. Selamat bersenang-senang.”
Tono : “eh mas Heru sebentar, sini dulu. Santai aja.”
Heru : “eh kenapa mas? Ada lagi yang mau dipesan?”
Tono : “enggak, saya mau ngasih hadiah buat mas Heru. pasti mas Heru belum pernah kan cobain Intan? Hehehe kali ini saya yang bayar mas.”
Intan : “loh mas!” Intan pun kaget.
Tono : “heh udah, nurut aja kamu Tan.”
Heru : “serius ini mas?”
Tono : “loh iya dong. Saya serius. Tapi sebelumnya saya mau ini obat perangsang buat Intan, terus ini obat kuat buat mas Heru. saya tau mas Heru pasti ngiler kan aslinya lihat Intan.”
Heru : “ya kalau cowok normal pasti pengen sih mas. Beneran ini?”
Tono : “iya beneran.”
Heru : “wah pagi-pagi dapet rejeki nomplok nih saya.”

Intan : “mas Ton…kamu serius mas?”
Tono : “aku pengen bukti kamu nurut sama aku. Sekarang aku mau lihat langsung. Aku gak mau cuma omong doang.”
Intan : “tapi mas…”
Tono : “kamu nurut, atau kita sudahan?” Intan tertunduk. Nampak baginya ada penolakan. Tetapi dia seperti tak ingin membantah omonganku karena sudah berjanji kepadaku.
Intan : “ya sudah deh mas, aku nurut.”
Tono : “nih obat perangsangmu. Aku mau lihat kamu bisa seganas apa mainnya kalau pakai ini obat.” Intan pun segera menenggak obat yang kuberikan padanya.

Tono : “mas Heru, obatnya sudah diminum?”
Heru : “sudah mas.”
Tono : “oh iya. Gak usah pakai kondom ya Heru.” Intan menatap tajam ke arahku kaget.
Tono : “gak apa tadi katanya aman buat creampie kok. Saya sama tamu sebelumnya semalam juga creampie.”
Heru : “wah mantab nih mas. Bebas kan ya?”
Tono : “sudah bebas, nikmatin aja semaumu. Pakai borgol tadi juga boleh.” aku berjalan ke sudut ruangan mengatur tempat duduk untuk menyaksikan mereka berdua. Intan seperti terduduk lemas sekarang di tepian kasur. Seperti pasrah untuk mengikuti janjinya. Namun sepertinya obat yang diminum mulai bereaksi. Aku saja yang duduk agak jauh dapat melihat butiran keringat mulai muncul di punggungnya. Entah kenapa aku masih saja menyalurkan amarahku yang kupendam semalam dengan memanfaatkan Intan seperti ini meski aku tahu sedari tadi mukanya agak pucat seperti tidak enak badan tapi ku teruskan saja rencanaku ini.

Tak lama kemudian kulihat Intan berdiri menghadap ke Heru. Kini semakin nampak jelas obat perangsang tadi sudah bereaksi. Intan seperti orang kepanasan, mukanya memerah dan keringat makin jelas nampak bercucuran dari tubuhnya. Kemudian Intan melepas handuk yang dikenakannya. Kini nampaklah tubuh telanjang Intan dihadapan ku dan Heru. Heru terdiam karena masih terkejut. Namun Intan tampak mulai beraksi. Dia merangkul Heru dan menciumnya.
Intan : “ayo dong sayang… katanya kamu pengen? Aku tau kok selama ini kamu gak berani kan. Cuma bisa curi-curi pandang aja. Hari ini ada orang baik tuh yang ngijinin kamu buat setubuhi aku. Sepuasmu…mmmhhh…”
Heru yang mendapat ciuman dari Intan mulai melepas pakaiannya tanpa malu-malu lagi lalu memeluk Intan dan menindihnya diatas kasur. Tampak mereka berdua mulai bergulat diatas kasur dan aku masih memperhatikan mereka dari sudut ruangan menikmati tontonan pacarku yang akan digauli orang lain. Heru nampak gemas dengan area payudara Intan. Dia meremas-remasnya dan sekarang mulai menyusu ke Intan.

Intan : “ahs… Heru…ahs…hisap terus sayang…terus Her… habiskan ASI ku…ahss…” Heru nampak sibuk menghisap dan meremas bergantian sisi kanan dan kiti payudara Intan. Disini aku baru menyadari sesuatu. Kenapa Intan bisa keluar ASI nya, apakah dia sedang hamil. Kalau benar, kurang ajar sekali sih pak Soli. harus kudatangi nanti untuk minta pertanggung jawaban. Tapi sebaiknya aku konfirmasi ulang saja dulu ke Intan nanti. Aku tak boleh gegabah untuk hal ini. Semalam kami tidur bersama, aku tak begitu memperhatikan hal ini. Tapi apakah mungkin Intan hamil bukan dengan pak Soli. Akhirnya aku terhanyut dalam pemikiran ku sendiri sampai tak begitu memperhatikan Heru dan Intan. Heru sudah mulai penetrasi dengan gaya misionaris membuat Intan kelojotan diatas kasur. Desahan Intan mulai menggema mengisi kamar ini. Heru pun nampak sangat bernafsu saat menyetubuhi Intan. Entah kenapa pikiran ku masih terganggu oleh pertanyaan apakah Intan sekarang sedang hamil atau tidak. Sehingga aku pun tak nafsu lagi melihat mereka berdua bersetubuh. Akhirnya ku putuskan untuk keluar kamar saja mencari minuman ringan. Ku tunggu saja mereka sampai selesai di depan kamar.

Setelah aku membeli beberapa botol minuman ringan, aku kembali duduk di depan kamar yang memang disediakan kursi. Sebenarnya tempat ini tak layak untuk disebut hotel. Lebih mirip losmen. Otak ku masih memikirkan siapa kah kemungkinan orang yang menghamili Intan bila dia benar-benar hamil. Aku juga memikirkan apakah aku juga salah seorang kandidat yang menghamili Intan karena kemungkinan itu juga ada. Pernah sekali Intan mengatakan padaku kalau dia sedang masa tak subur alias aman jadi sedikit aku tumpahkan di dalam tanpa sepengetahuannya. Ataukah mungkin Intan hamil anak dari Hasan. Secara kesempatan untuk akhir-akhir ini mereka lebih intens berhubungan badan.

Dari dalam kamar masih terdengar suara gedebag-gedebug walau sudah sekitar 1 jam berlalu. Tapi ku biarkan saja mereka berdua menikmati tak ku ganggu. Aku tetap duduk di depan kamar sambil memakan snack. Setelah 2 jam berlalu baru kulihat Heru keluar dari kamar.
Heru : “eh mas….hehehe… makasih lho mas. Sudah di traktir. Duitnya yang tadi saya kembalikan aja mas.”
Tono : “gak usah buat kamu aja Her. dah beneran puas? Gak mau lanjut?”
Heru : “sudah mas. Ini saya sampai kering sudah gak bisa tegang lagi hehehe. Itu aja Intan juga sepertinya sudah gak kuat lagi mas. Oh ya mas saya permisi dulu ya. Mau lanjutin kerja. Nanti alat-alat bantunya biarin dulu aja mas di kamar.”
Tono : “oh iya. Nanti dah aku taruh di meja kamar aja ya.”

Heru akhirnya pergi dan aku masuk kedalam kamar. Aku penasaran, mereka pakai alat bantu apa saja tadi. Saat aku masuk kedalam kamar, ku lihat Intan masih ngos-ngosan diatas kasur terlentang dan tangannya terborgol diranjang. Tapi ada hal lain yang ku lihat. Kemaluan Intan dijejali dengan dildo dan juga pantatnya dijejali butt plug. Dengan agak lemah, pinggul Intan bergoyang mengikuti gerakan dildonya yang masih bergetar pelan didalam kemaluannya.
Intan : “mas…tolong…lepasin…” dengan terbata-bata Intan meminta ku untuk membantu melepaskannya.
Tono : “wow…liar banget ya mainnya.”
Intan : “mas…tolong mas…cepetan…”
Tono : “minta tolong lepasin yg mana nih?”
Intan : “semua mas…cepetan…” aku lihat kunci diatas meja, nampaknya kunci untuk membuka borgolnya tapi tak segera ku buka.
Intan : “MAS…CEPETAN MAS…” Intan nampak semakin tak sabar. Terlihat sepertinya dia lelah untuk orgasme lagi. Namun aku yang iseng malah menaikkan speed dildo yang masih menjejali kemaluan Intan. Sampai akhirnya Intan menjerit orgasme squirting. Setelah orgasmenya mereda baru ku lepaskan borgolnya dan mencabut dildo serta butt plug yang menancap.

Tono : “2 jam ya kalian main. Enak yank?”
Intan : “ya gara-gara kamu sih yank. Aku jadi enak kan. Hihihi…kamu suka aku begini?”
Tono : “aku pengen lihat kamu bisa nepatin omongan mu apa gak nih, makasih ya kamu sudah buktiin.”
Intan : “demi kamu mas aku rela ngelakuin apa aja. Kamu mau nyuruh aku telanjang gini keluar kamar pun aku ikutin. Kamu nyuruh aku ngelayani lebih dari 6 cowok barengan pun aku ikutin mas. Asalkan kamu gak ninggalin aku.”
Tono : “iya iya yank. Aku percaya kok.” Intan pun ke peluk.
Intan : “mas. Jangan peluk dulu. Aku masih kotor.”
Tono : “sudah gak apa nanti kita mandi lagi aja.”
Intan : “iya mas Tono. tapi kamu gak risih? Aku lagi kotor gini lho.”

Tono : “sudah gak apa. Eh yank, aku mau nanya.”
Intan : “apa tuh mas?”
Tono : “jawab jujur ya.”
Intan : “iya mas. Kamu mau tanya apa?”
Tono : “kamu lagi hamil kah yank?” Intan nampak terdiam sebentar sebelum akhirnya menatap mataku dengan seperti menahan tangis.
Intan : “enggak kok yank. Aku lagi gak hamil. Kenapa kamu mikirnya gitu?”
Tono : “ya aku kepikiran aja tadi Heru sempat bilang kan ASI mu keluar.” sambil ku pencet putingnya Intan dan memang ada sisa ASI yang masih keluar.
Intan : “hmm… iya mas… ASI ku memang keluar. Tapi aku gak hamil kok. Ini gara-gara pak Pri mas. Dia nyuntikin cairan yang aku gak tau itu apa aja pas aku main sama dia. Obat suntik yang aku bilang buat ngerangsang itu mas. Mungkin bikin hormon ku jadi gak stabil jadi gini.”
Tono : “oh gitu ceritanya…”
Intan : “iya mas maafin aku ya. Aku janji dah gak main lagi sama orang lain lagi.”

Aku kemudian terpikir sesuatu. Bila Intan dan pak Pri main seliar itu sebaiknya aku minta dia untuk lanjut saja.
Tono : “hmm… kalau sama pak Pri, gimana kalau kamu lanjutin aja?”
Intan : “hah serius mas?”
Tono : “kayaknya seru sih soalnya. Tapi… kamu cerita ya setelah ngapain aja sama pak Pri.”
Intan : “emm…beneran nih mas? Kamu nyuruh aku lanjut sama pak Pri? Kamu gak ada niatan ninggalin aku kan?”
Tono : “enggak kok yank. Ya hanya sebatas aku pengen kamu bisa lebih liar lagi.hehehe” kucium bibirnya agar dia tak ragu lagi.
Intan : “iya deh mas. Aku ikutin kemauanmu kalau itu bisa bikin kamu maafin aku dan gak ninggalin aku.”
Tono : “iya. Ya udah kamu masih mau istirahat dulu apa mandi?”
Intan : “aku istirahat dulu deh mas. Masih pegel semua ini badan ku.”
Tono : “oh ya udah kamu lanjut tidur dulu aja yank. Aku mau mandi dulu.”
Intan : “iya mas. Makasih ya mas.”
Tono : “makasih buat?”
Intan : “enggak…enggak apa apa. Cuma mau bilang makasih aja.”
Tono : “oh ya udah aku mandi dulu ya.” dan akhirnya aku membiarkan Intan beristirahat. Setelah aku selesai mandi, ku lihat Intan masih terlelap dalam tidurnya.

–POV Intan–
Badan ku rasanya pegal-pegal. Aku tak mengira Heru bisa seganas itu. Sebenarnya tadi aku tak enak hati dengan mas Tono. Dia melihatku bermain dengan orang lain secara langsung. Walau setelah itu dia pergi keluar dari kamar. Aku sendiri juga seperti lepas kendali karena obat perangsang yang kuminum tadi. Aku juga masih tak berani untuk berkata jujur ke mas Tono. Aku terpaksa berbohong ketika dia bertanya apakah aku sedang hamil atau tidak. Aku tak mau mas Tono pergi meninggalkanku. Aku baru merasakan kalau aku benar-benar cinta dengannya dan tak ingin dia pergi meninggalkanku. Tapi disisi lain aku tak tahu harus berbohong sampai kapan. Janin yang ada di dalam rahimku ini semakin lama semakin bertumbuh dan akhirnya tak dapat ku tutupi lagi. Ingin menangis rasanya tapi harus kutahan agar mas Tono tak curiga.

Aku yang kelelahan secara tak sadar tertidur dan bangun jam 11 siang. Aku terbangun dan melihat mas Tono tak ada disebelahku. Entah kenapa kembali muncul rasa takut kehilangannya. Segera kuambil hape ku dan ku telpon dia.
Intan : “mas…lagi dimana? Kok gak ada di kamar?”
Tono : “oh dah bangun yank? Ini aku didepan kamar kok sambil ngegame.”
Intan : “kirain kamu kemana mas.”
Tono : “enggak enggak kalau ku tinggal. Hehe dah sana mandi dulu yank terus kita pergi cari sarapan.”
Intan : “ok yank tunggu ya. Aku mandi dulu.” dengan masih berat, aku melangkahkan kaki ku untuk mandi. Setelah itu aku berberes dan kami berdua checkout. Aku hari ini izin tidak masuk kerja karena ingin menghabiskan waktu bersama mas Tono. Dan mungkin setelah ini, aku tak akan kembali ke hotel ini lagi....

 
Bimabet
Wah hamil kedua kalinya jadi kayak cerita Rency nih 👀 menarik nih kelanjutan ceritanya gimana. Thanks hu updatenya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd