Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
The EX 02 - Chapter 39
Timeline : 2011 Agustus

–POV Hasan–

Pagi ini aku bangun dengan santai karena sedang tak bekerja menjaga warnet dulu. Mas Tono memberikan ku libur untuk beberapa hari ini karena dia melihatku masih belum bisa fokus lagi. Memang benar aku masih mencoba meredam emosi dari kejadian beberapa hari lalu. Dirumah aku pun berinteraksi secukupnya dengan mbak Intan bila ada bapak dan ibu. Begitu pula dengan mbak Intan yang masih nampak canggung didepanku. Untung saja bapak dan ibu tak curiga apa-apa. Mereka hanya mengira kalau saudara saling marahan karena salah paham biasa saja.

Tapi sekarang seperti ada perasaan yang berubah. Aku cenderung emosi kepada mbak Intan. Dan saat emosiku memuncak, ku lampiaskan dengan menyetubuhinya tanpa ampun. Kulampiaskan emosiku ke jalur seksual. Lebih kearah pemaksaan dan menyalurkan emosi seperti sedang memperkosa mbak Intan. Tidak seperti sebelumnya, ada perasaan cinta yang mendalam kepadanya. Tapi sekarang hanya pelampiasan nafsu dan emosi yang menggebu-gebu semata. Seperti kebencian yang ku ubah menjadi nafsu yang akhirnya kusalurkan. Seperti 2 hari yang lalu saat siang hari mbak Intan belum berangkat kerja, kuseret dia ke kebun samping rumah, kulucuti pakaiannya dengan paksa, dan kusetubuhi dia dengan paksa disana. Mbak Intan hanya bisa menangis tersedu-sedu saat aku melaksanakan aksi bejat ku itu. Sekarang seperti tak peduli dengan apa yang mbak Intan rasakan, yang jelas aku harus terpuaskan.

Karena hari ini aku libur. Aku mengundang teman-temanku untuk kerumah bermain PS seperti biasanya. Hitung-hitung bersenang-senang sedikit lah menghibur diri. Mumpung rumah kosong juga jadi bebas main PS seharian. Karena kalau dirumah yang lain tentu tidak bisa sebebas dirumahku. Contohnya saja rumah si Yadi, bila dia ketahuan main game seharian tentu saja sudah dihukum bapaknya karena sudah lulus sekolah masih tidak membantu orang tua malah bermain-main saja seenaknya. Sedangkan di rumahku aman, selain itu aku punya televisi yang lebih besar daripada teman-teman ku yang lainnya. Tapi ternyata aku salah prediksi. Hari ini mbak Intan juga dirumah karena dia bertukar shift dengan rekan kerjanya. Kulihat mbak Intan masih didalam kamarnya belum keluar sama sekali. Entah masih tidur atau memang menghindar dariku. Sepertinya aku hari ini akan memanfaatkannya lagi untuk memancing nafsu teman-teman ku saat bermain disini.

Kulihat jam di dinding masih pukul 8 pagi dan teman-temanku rencana ke rumahku sekitar jam 9 pagi. Karena tak ada yang kulakukan, ku putuskan untuk ke kamar mbak Intan. Ku coba buka kamarnya tapi terkunci.
Hasan : “mbak…mbak…” ku ketuk pintunya dan terdengar suara dari dalam kamar. Tak lama kemudian mbak Intan membuka pintunya.
Intan : “apa dek?” ku lihat mbak Intan sepertinya baru bangun tidur dan mengenakan daster seperti biasanya. Disini aku kembali emosi.
Hasan : “loh kok pakai daster mbak? Kan sudah kusuruh kalau tidur pakai bh sama cd aja.” memang aku sekarang sudah menentukan pakaian yang dikenakan mbak Intan dirumah. Kalau ada bapak dan ibu aku tak masalah bila mbak Intan mengenakan daster. Tapi kalau tidak ada bapak dan ibu selalu aku suruh mengenakan tanktop dan cd saja. Bahkan kalau tidur aku suruh hanya mengenakan bra dan cd saja.

Intan : “iya dek, maaf. Semalam dingin.”
Hasan : “aku gak butuh maafmu mbak. Aku butuh kamu nurut sama aku.”
Intan : “iya dek iya… aku lepasin nih…” mbak Intan pun melepaskan dasternya dihadapanku dan sekarang dia hanya mengenakan bra dan cd saja. Karena bapak, ibu dan Kukuh sudah tidak dirumah, jadi aku bebas menyuruh mbak Intan untuk melakukan apa saja sekarang. Mbak Intan masih nampak malu didepanku setelah melepas dasternya. Aku dan dia terdiam sebentar bertatap-tatapan.
Intan : “aku mau beres-beres rumah dulu ya dek…” ku persilahkan mbak Intan membereskan rumah. Mulai dari area dapur sampai ruang tamu. Sedangkan aku hanya duduk di ruang makan melihatnya begitu saja. Mbak Intan mulai menyapu dan membereskan area rumah hanya dengan mengenakan pakaian dalam saja. Tentu saja ini membuat gairahku naik. Melihat payudara besarnya dan pantatnya yang bergoyang itu rasanya ingin ku terkam. Kulihat jam di dinding sudah jam setengah 9. Nampaknya masih ada waktu.

Saat mbak Intan membersihkan kamar bapak dan ibu, kutepuk pantatnya dari belakang.
Intan : “auch…dek…” ku copot kaitan bra nya dan mbak Intan berbalik badan menatapku sambil berusaha menutupi payudaranya dengan bra yang sudah terlepas itu. Langsung saja ku cium bibirnya tanpa banyak kata-kata.
Intan : “eh dek dek…kemana?” tangannya ku gandeng keluar dari kamar bapak ibu kearah pintu samping rumah. Mbak Intan seperti melawan dengan berusaha menahanku dari menariknya keluar rumah.
Intan : “dek…jangan di luar lagi dek…masih pagi…dek…” mbak Intan mencoba menahanku tapi tetap kalah tenaga. Kuseret lagi dia ke arah kebun pisang di sebelah rumah. Kudorong dia ke arah semak-semak sampai terjungkal jatuh dan tak perlu lama kutarik CD yang masih dia kenakan dan juga bra yang hanya menutupi sedikit tubuh bagian atasnya. Dia masih berusaha menutupi tubuhnya. Memang jam segini masih rawan karena di area belakang rumah ada sawah warga kampung dan masih banyak orang melintas juga. Namun aku yakin tak ada yang melihat kami berdua disini kecuali dengan sengaja memanjat tembok pagar rumahku yang cukup tinggi atau memang ada yang dengan sengaja membuka pagar depan dan masuk ke area rumah.

Intan : “dek…jangan dek…ampun…jangan disini…dek…”
Hasan : “kamu kalau berisik nanti ada yang dengar lho mbak. Diem!”
Intan : “dek…balik masuk kerumah aja dek…kamu nyuruh mbak ngapain aja mbak turutin…”
Hasan : “gak! Disini aja!” mbak Intan terus melawan dan menahan tubuhku yang berusaha menindihnya sambil aku melepas celana ku sendiri. Tak perlu waktu lama, kubuka kakinya dan kuposisikan penisku di kemaluannya.
Intan : “dek…dek…sudah dek…AAHHS…” kujejalkan penisku yang sudah menegang ini masuk ke rongga vaginanya.
Hasan : “nggghhh…nggghhh…sudah gak usah ngelawan…nggghhh…” ku cengkram pinggulnya dan mulai kugenjot penisku keluar masuk didalam kemaluannya. Mbak Intan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Nampaknya dia masih malu bila bersetubuh di tempat terbuka seperti ini. Tapi aku tak peduli, tetap ku genjot mbak Intan sesuka hati ku.

Hasan : “ohs…mbak…oohs...ohhs…” nampak tubuh montoknya berguncang-guncang dibawahku seiring dengan hentakan penisku. Nafasku mendengus keras saat nafsuku mulai memuncak. Melihat dua payudara besar mbak Intan bergoyang-goyang, membuatku tak tahan untuk meremasnya. Kuremas-remas dengan kedua tanganku dan ku tarik putingnya yang mencuat itu. Mengalirlah cairan ASI nya karena payudaranya seperti kuperah sekarang.
Intan : “ohs…dek….oohhs…ouuhss…” perlahan-lahan mbak Intan mulai mendesah. Dia berusaha meraih wajahku dan kami pun akhirnya berciuman beradu lidah saling hisap. Mbak Intan yang sudah menyerah menolakku, mulai berusaha mengimbangiku sekarang. Kami pun bergulat diatas semak-semak rerumputan ini saling raba untuk merangsang satu sama lain.

Intan : “oush..dek…dekk….dekkkk!!!AANGGGHHHH……” mbak intan menggeliat seiring dengan orgasmenya. Aku pun rasanya sebentar lagi juga sampai pada climax. Ku cengkram kedua payudaranya untuk bertumpu dan kupercepat ritme genjotanku.
Hasan : “oh…mbak…aku…mau…keluar mbak….” sampai akhirnya kurasakan akan climax, ku cabut penisku dan kukocok diatas mbak Intan yang masih menggelepar orgasme. Ku semprotkan spermaku di wajah, area payudaranya dan perutnya. Beberapa detik kunikmati ejakulasiku diseluruh tubuhnya. Namun penisku tak kunjung melemas. Melihat mbak Intan telanjang bulat berlumuran spermaku rasanya gairahku kembali bangkit.
Hasan : “mbak…siap-siap ronde 2…”
Intan : “dek…sebentar…dek…mbak…gak kuat…auch…sakit dek…” kutarik rambutnya sampai mbak Intan terduduk di depanku lalu kusodorkan penisku ke mulutnya. Kujejalkan didalam mulutnya dan dia pun mulai mengulum penisku yang masih tegang berlumuran sperma ini. Air liurnya pun menetes saat mengulum penisku. Mbak Intan tersedak saat kujejalkan penisku lebih dalam sampai ke rongga tenggorokannya.

Aku yang merasa penisku sekarang sudah cukup basah dengan air liurnya, ku cabut dari dalam mulutnya. Kudorong lagi tubuhnya dan kali ini aku hadapkan dia tertelungkup.
Intan : “dek…sebentar…sebentar…” nampaknya mbak Intan masih kelelahan, tapi dengan cepat aku buka lagi kakinya dan sekarang kuposisikan penisku diantara bongkahan pantatnya. Ku gesek-gesek kepala penisku di lubang pantatnya. Disaat kurasakan ada kesempatan saat lubang pantatnya sedikit terbuka, langsung saja ku hajar masuk. Kudorong penisku masuk kedalam lubang pantatnya.
Intan : “OCKKK…DEK…DEK…OCKK…DEK….” mbak Intan pun menjerit-jerit saat kuhujamkan penisku keluar masuk di lubang pantatnya. Tapi tak lama kemudian dia berusaha menutup mulutnya sendiri. Nampaknya mbak Intan kembali sadar kalau saat ini dia sedang kusetubuhi diluar yang rawan didengar oleh orang bila teriakannya terlalu kencang.
Intan : “HHHNGGGHHH…HHNGGGHHHH…HHNGGGGHHHH…” kini hanya erangan tertahan saja yang terdengar darinya disetiap aku menghujamkan penisku.

Mbak Intan nampaknya kesakitan, namun aku terus saja tanpa henti. Kunikmati jepitan erat lubang pantatnya yang mencengkram erat penisku. Tubuhnya pun tergesek-gesek keras di atas rerumputan seiring hujaman penisku.
Intan : “HHHNGGGHHHHH…HNNGGGGGHHH...HNGGGGHH…HNGGGGGHHH” mbak Intan pun terus mengerang. Tapi tak lama kemudian persetubuhan kami ini harus terganggu. Kami berdua terdiam saat mendengar ketukan di pagar depan rumah. “TENG TENG TENG TENG…” terdengar suara gembok beradu dengan besi pagar. Nampaknya teman-temanku sudah keburu datang. Tumben sekali mereka ontime, biasanya telat. Dan ini mengganggu persetubuhanku dengan mbak Intan yang sedang asik-asiknya.
Hasan : “sialan…sudah datang aja.”
Intan : “hah? Siapa dek?”
Hasan : “biasa mbak, si Samsul dan kawan-kawan. Duh ganggu aja.”

Intan : “kamu janjian sama mereka? Dah sana dek udahan…”
Hasan : “ah nanggung…” penisku yang masih menancap didalam pantatnya kembali kugerakkan keluar masuk.
Intan : “dek…ahss…sudah dek…aahss…” mbak Intan berusaha berbalik badan untuk mendorongku namun ku bekap erat tubuhnya dan kulanjutkan aksiku.
Hasan : “hengghh…nanggung mbak…hengghhh…”
Intan : “ohhs…dek…dek…oohhs…sudah dek…oohss…nanti mereka…lihat…” mbak Intan takut perbuatan kami berdua dipergoki oleh orang lain. Tapi seharusnya tempat ini cukup aman karena terhalang semak belukar dan pohon pisang yang berjajar disini. Posisi kami hanya akan terlihat bila mereka sengaja mencari kami kearah kebun disamping rumah. Dengan sensasi akan ketahuan ini membuatku lebih terpacu lagi. Kuhujamkan penisku lebih cepat lagi dan mbak Intan kembali menutup mulutnya menahan erangannya agar tak terdengar.

“TENG TENG TENG TENG… SAN… HASAN…” kembali kudengar suara ketukan dipagar. Bersamaan dengan itu, ku tekan dalam-dalam penisku didalam lubang pantat mbak Intan dan kusemburkan spermaku dengan puas.
Intan : “OOOOOUUUHHHHSSS…” mbak Intan pun nampak lupa diri merasakan semburan sperma ku yang mengalir didalam tubuhnya. Dia melenguh kencang seakan menikmatinya. Kubenamkan penisku sampai semua spermaku selesai kukeluarkan. Tak sampai 1 menit, segera kucabut dan kupakai kembali celanaku.
Hasan : “aku bukain gerbang dulu mbak.”
Intan : “dek…jangan dulu…”
Hasan : “nanti kamu lari aja mbak kedalam hehehe” Kutinggalkan mbak Intan yang masih kehabisan tenaga di rerumputan dan segera aku menuju kearah gerbang untuk mempersilahkan teman-temanku masuk.

Hasan : “eh nunggu lama ya. Maaf lagi di toilet. Masuk masuk.” nampak Yadi, Samsul, Nanang, Ruli sudah menunggu didepan gerbang.
Yadi : “iya ini lama amat kirain gak jadi san.”
Hasan : “jadi jadi. Kan sudah patungan sewa PS. hahaha” mereka segera masuk dan memarkirkan motor disamping rumah. Bila mereka jeli seharusnya mereka bisa melihat mbak Intan yang masih bugil itu tergeletak tak bertenaga di kebun samping rumah. Namun sepertinya mereka tak memperhatikan sekeliling dan sibuk mengobrol sendiri. Ku persilahkan mereka masuk kerumah dan segera mempersiapkan PS yang akan kami mainkan bersama.

Tak lama kemudian kudengar suara dari pintu belakang. Nampaknya mbak Intan sudah kembali masuk kerumah dan sepertinya mbak Intan langsung ke kamar mandi membasuh sisa-sisa persetubuhan kami tadi.
Hasan : “eh mau minum apa nih?”
Samsul : “gak usah repot repot san. Kopi ada kopi?”
Ruli : “hahaha aku juga kopi ya San.”
Yadi : “sama san.”
Nanang : “iya bikin 4 ya san. Hahaha”
Hasan : “ok sebentar aku minta mbak ku buatin aja ya.”
Samsul : “loh mbak mu dirumah?” pertanyaan basa basi Samsul terlontar.
Hasan : “iya dirumah itu dia dikamar kayaknya. Sebentar ya.” aku pun permisi dan menuju kebelakang. Kulihat kamar mbak Intan tertutup jadi kuketuk saja.

Hasan : “mbak…mbak…”
Intan : “apa san?” tak lama kemudian mbak Intan membuka pintu kamarnya. Kali ini dia menurutiku. Mbak Intan hanya mengenakan bra dan celana dalam meski cuma di dalam kamarnya saja. Aku masuk kekamar mbak Intan.
Intan : “kamu gak bilang San kalau teman-temanmu kesini? Lama mereka nanti?”
Hasan : “iya kayak biasanya mbak, mau main PS disini. Eh ya, buatin kopi dong mbak. Buat aku sama mereka, 5 ya.”
Intan : “tapi san… kamu suruh aku buatin pakai begini?” kulihat-lihat lagi nampaknya terlalu aneh jika mbak Intan berkeliaran dirumah bertemu mereka dengan hanya mengenakan pakaian dalam. Jadi kucoba cek baju-bajunya.
Hasan : “hmmm…enggak, ganti baju aja mbak… pakai ini aja. Hehehehe” kulihat di dalam lemari pakaiannya dan aku menemukan tanktop yang sudah agak longgar dan hotpantsnya yang masih tergantung di gantungan baju.
Intan : “serius dek?” mbak Intan sedikit bingung.
Hasan : “iya sudah pakai itu aja. Apa mau pakai dalaman aja kayak sekarang?”
Intan : “iya deh iya aku pakai ini aja…sudah…puas?”
Kulihat mbak Intan mengenakan tanktopnya yang sudah longgar itu nampak tak bisa menutupi bra yang dia kenakan.
Intan : “ini sama aja kayak gak pakai apa-apa dek…”
Hasan : “ya udah copot aja kalau gak mau.”
Intan : “iya deh iya aku pake ini…”
Hasan : “dah sana buatin kopi 5 ya mbak. Terus anter kedepan.”

Mbak Intan berlalu begitu saja dengan muka kesalnya ke dapur dan mulai membuatkan kopi. Kuperhatikan lagi sekarang nampaknya sudah sesuai dengan penampilan mbak Intan saat aku menggoda teman-temanku di FB. Aku kembali ke depan dan lanjut bermain PS dengan mereka. Sekitar 15 menit kemudian mbak Intan muncul membawa nampan dengan kopi diatasnya. Dengan penampilannya yang sekarang hanya mengenakan bawahan hot pants dan atasan tanktop yang sudah longgar memperlihatkan area payudaranya itu membuat teman-temanku terkejut. Mereka agak shock melihat tubuh indah mbak Intan secara langsung sekarang. Karena biasanya mereka hanya mengintip atau melihat foto dan video yang ku bagikan di FB. Yang paling shock nampaknya Yadi. Dia menatap tajam kearah belahan payudara mbak Intan saat mbak Intan menyajikan kopi di meja tamu. Aku lihat mbak Intan juga sepertinya menahan malu. Setelah menyajikan kopi, dia langsung berlari kembali ke belakang.

Hasan : “heh…lihatnya gitu amat.” ku tepuk pundak si Yadi yang masih terpesona dengan mbak Intan.
Yadi : “eh iya…maaf san…hehehe”
Samsul : “lihat apaan tadi…matanya ya gak dijaga. Hahahaha”
Yadi : “lihat bidadari sul.”
Hasan : “gak ada sopan-sopannya ya. Mbak ku itu.”
Ruli : “si Yadi nih kurang ajar. Hahahaha” akhirnya kami pun lanjut bermain PS sampai sore. Tapi beberapa kali mbak Intan kusuruh menyajikan sesuatu ke depan demi mempertontonkan kemolekan tubuhnya. Aku sengaja melakukan demikian agar teman-temanku lebih terpancing lagi dan mereka tidak tahan lagi untuk memperkosa mbak Intan. Sekarang saja mereka mungkin sudah tidak tahan tapi karena masih ada aku disini mereka tak berani berbuat macam-macam.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd