Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

halo suhu, terimakasih updatenya suhuuu.. semoga kedepannya makin seru dan lancar yaa suhu, scene yg ane demen yang intan ama hasan sih hu wkwkw
 
The EX 02 - Chapter 40
Timeline : 2011 Agustus
Hari yang sama dengan chapter 39

–POV Intan–

Hasan semakin hari semakin kurasakan semakin keterlaluan. Bahkan tadi pagi dia menyeretku ke arah kebun lagi untuk menyetubuhiku disana. Aku takut kelakuan kami berdua diketahui orang lain. Sudah cukup rasanya aku menanggung malu atas perbuatanku sendiri selama ini. Aku tak ingin bapak dan ibu yang mencoba menutup-nutupi semua desas-desus gosip yang beredar di tetangga sekitar. Aku cuma tak ingin ini semua semakin memburuk. Tapi rasanya Hasan malah memanfaatkan ucapanku sendiri untuk mengontrolku. Bukan, rasanya lebih ke mempermainkanku.

Hari ini dia kembali melakukan suatu hal yang membahayakan aku dan dia. Bagaimana tidak, Hasan menyetubuhiku di kebun dan saat itu teman-temannya datang. Kalau saja mereka langsung membuka pagar dan masuk kedalam rumah lalu menoleh ke arah kebun, pasti mereka dapat melihatku sedang digenjot Hasan. Mau bilang apa lagi nanti kalau tersebar. Hasan memang tidak mempertimbangkan semua hal. Selama nafsunya terpenuhi, dia sudah tak peduli hal lain lagi. Yang kutakutkan kalau ini semakin menjadi-jadi.

Beberapa hari ini rasanya aku sendiri sudah tidak bisa menikmati lagi persetubuhanku dengan adikku ini. Dia cuma memikirkan dirinya sendiri yang mencapai kepuasan. Sudah kucoba untuk menikmatinya meski susah dan akhirnya aku pun berpura-pura ikut menikmatinya saja agar dia tidak marah. Aku takut kalau Hasan marah dan semakin lupa diri lalu memukulku atau berbuat lebih kasar kepadaku. Yang aku khawatirkan sebenarnya keselamatan janin yang ada di perutku ini.

Perasaanku dengan janin ini seperti sudah terjalin erat. Aku tahu di usia baru 11 minggu ini masih terlalu kecil untuk dirasakan dari luar. Tapi dia sudah kurasakan hidup bersamaku di dalam tubuhku sekarang. Berbeda dengan kehamilanku yang sebelumnya. Saat itu aku benar-benar tak ingin janin itu tumbuh. Aku sangat-sangat membencinya saat itu karena aku hamil dari perkosaan di desa waktu itu. Kalau sekarang aku yakin ini anak hasil dari adik ku sendiri. Jujur saja perasaan cintaku mulai tumbuh ke Hasan. Aku dengan senang hati menerima benih cintanya. Tapi aku sendiri yang berbuat salah. Aku yang seharusnya menepati janjiku ke Hasan ternyata masih bisa tergoda nafsu dengan yang lain.

Aku menyesali kebodohanku saat itu. Bahkan kebodohanku dimulai sejak aku tak menyadari si kecil ini sudah tumbuh dalam diriku dan aku malah masih bergulat nafsu dengan pak Pri bahkan pak Soli. Aku baru menyadarinya setelah terlambat. Aku pun bersalah ke janin kecil ini karena tak menyadarinya. Harusnya dia tak ada karena perbuatanku dengan Hasan adalah kesalahan. Si kecil yang tak berdosa ini harus menanggung akibat dari kegilaan 2 bersaudara yang kelewat batas. Terlebih lagi Hasan sebagai bapaknya belum mengetahui kalau dia ada. Aku masih belum punya cukup keberanian untuk berkata jujur kepada adik ku ini. Aku juga tak tega bila nanti ini akan menghancurkan masa depannya.

Tapi sepertinya aku tak bisa menutup-nutupi ini selamanya. Janin ini akan semakin bertumbuh dan mulai terlihat dari luar. Sekarang saja aku takut perubahan tubuhku disadari oleh ibu. Tubuhku semakin menggemuk, perubahan mulai terlihat di sekitar pinggul, perut bawahku, dan juga yang paling terlihat adalah payudaraku yang semakin membesar. Aku juga harus menutupi payudaraku yang sudah menghasilkan ASI ini akibat rangsangan obat dari pak Pri. Entah sampai kapan aku bisa menutupi semua ini. Sudah cukup melelahkan untukku sekarang.

Hasan yang tak menyadari adanya si kecil ini masih saja menyetubuhiku dengan brutal. Seperti tak ada apa-apa memang dan aku yang terkadang harus menahan sedikit nyeri atas tindakannya. Kalau aku belum memiliki si kecil ini, mungkin aku tak akan mengeluh ketika dia menghujamkan keras-keras penisnya didalam. Atau ketika dia menyetubuhiku dari belakang yang membuat perutku sering terhantam benda di depanku seperti meja atau tanah keras tadi pagi. Mungkin ini yang membuatku juga tak bisa menikmati saat bersama Hasan. Aku terlalu mengkhawatirkan keselamatan si kecil ini. Tapi ini semua bukan salah Hasan. Salahku yang tak berani berkata jujur ke Hasan.

Saat ini aku hanya melamun saja didalam kamar sambil mengelus-elus perutku. Bahkan sejak tadi lamunanku hanya memikirkan tentang si kecil ini bagaimana nanti. Jujur saja sekarang aku mulai lupa dengan pacarku sendiri, si Tono. Aku hanya terdiam didalam kamar karena risih dan tak nyaman bila keluar. Di luar sedang ada teman-teman Hasan. Sedangkan Hasan tak memperbolehkanku memakai pakaian yang lebih tertutup. Aku hanya diperbolehkan mengenakan tanktop dan hotpants saja. Meski aku masih mengenakan bra tapi ini justru semakin membuat payudaraku terlihat membusung. Tatapan mata mereka tak bisa bohong ketika bertemu denganku tadi. Meski aku masih mengenakan pakaian tapi tatapan mereka seolah menelanjangiku.
“Tok tok tok…mbak…” suara Hasan membuyarkan lamunanku.
Intan : “iya san? Sebentar.” aku bukakan pintu kamarku yang terkunci.
Intan : “kenapa san?”
Hasan : “bikinin minuman lagi dong mbak. Teh manis ya. Mereka juga sebentar lagi pulang.”
Intan : “iya…mbak bikinin dulu.”
Hasan : “eh tapi sebentar?”
Intan : “apalagi san?”
Hasan : “coba sini dulu deh mbak” Hasan menarikku kembali masuk kedalam kamar dan menutup pintunya. Lalu dengan cepat tangannya melepaskan kaitan bra ku.
Intan : “eh…san…kok dilepas sih… san…” Hasan menarik lepas bra ku dan membiarkan ku memakai tanktop saja sekarang.
Hasan : “hmmm… kayaknya bagusan gini.”
Intan : “tapi san… putingku kelihatan nanti…”
Hasan : “ya jangan tegang mangkanya. Kamu horny ya dilihatin mereka mangkanya tegang?”
Intan : “gak gitu san…mbak pakai lagi aja ya…”
Hasan : “enggak, bagusan gini sudah. Sana mbak cepetan bikinin minuman. Nanti mereka gak balik-balik lho.”

Dengan berat hati aku pun menyiapkan teh buat mereka semua. Aku semakin tak nyaman dengan pakaian yang kugunakan. Mereka pastinya dapat melihat jelas tonjolan putingku yang nyeplak dari balik tanktop ini. Ditambah lagi payudaraku seperti bergoyang-goyang bebas karena longgar. Setelah kubuatkan segera kusuguhkan ke mereka. Mau tak mau aku harus menunduk untuk meletakkan minumannya di meja. Kembali mata mereka seperti memburu. Aku hanya berharap mereka tak dapat melihat putingku secara langsung karena memang pakaian yang kukenakan ini terlalu longgar. Tapi aku berusaha mengaburkan pikiran ku ini dan segera menyelesaikan tugasku dari Hasan. Aku segera berjalan cepat untuk masuk kembali ke kamar.

Dengan agak ku banting pintu kamarku, segera ku tutup pintu kamarku. Jantungku berdetak kencang karena hal yang kulakukan tadi. Aku terpaku bersandarkan pintu dibelakangku. Nafasku masih berdegup tak karuan. Mungkin ini namanya pertama kali aku exibitionist didepan orang banyak secara langsung dengan pakaian yang lebih terbuka. Selama ini aku hanya sempat nakal-nakal sedikit dengan memamerkan lekuk tubuhku. Bukan bagian tubuhku secara terbuka seperti ini. Ditambah lagi mereka seusia adikku Hasan. Bukan orang yang memang secara sexual sudah matang. Mereka memang sudah dewasa, tetapi belum matang sebagai pria dan aku baru saja melakukan hal yang memalukan seperti itu.

Aku terduduk di lantai kamarku dan entah kenapa detak jantungku tak kunjung tenang. Tubuhku malah seperti terangsang dan mulai kurasakan suhu tubuhku perlahan naik.
Intan : “duh…aku kenapa lagi ini…duh…gak mungkin aku terangsang hanya karena hal begini…duh…” aku berusaha menyangkal dan menenangkan diriku sendiri. Tapi ternyata sia-sia saja. Aku beranjak naik ke atas ranjang dan aku mulai meraba-raba tubuhku sendiri.
Intan : “ouhss…” aku pun mulai mendesah saat jari jemariku memilin putingku sendiri. Cairan ASI ku mulai memancar seiring pijatan jari jemariku. Ku pejamkan mata dan mulai menikmati rabaan tanganku di area-area sensitif ku. Tak sadar jari tangan kiriku sudah menelusup masuk menggesek-gesek clitoris ku sendiri. Sedangkan tangan kananku masih sibuk meremas-remas payudaraku. Tak kupedulikan lagi tanktopku yang sudah basah oleh ASI dan butiran keringat yang mulai keluar karena suhu tubuhku semakin memanas.

Intan : “nggghhhh…mmmhhh…mmmhhh…nnggghhhh…nggghhh…” aku terus melanjutkan masturbasiku di dalam kamar. Aku sudah tak peduli bila ada yang mengintip lewat jendela karena jendela kamarku memang belum aku tutup gorden. Semakin lama nafsuku yang semakin naik mulai menciptakan imajinasi di dalam pikiranku sendiri. Kini aku membayangkan semua orang melihat ketelanjanganku ini dan mereka sudah bersiap dengan penis tegangnya di tangan mereka. Kubayangkan mereka mengocok kemaluannya sendiri sambil berebut untuk menyetubuhiku bergantian. Jari kiri ku pun mengorek kemaluanku lebih dalam seolah-olah membayangkan hal itu terjadi.

Intan : “oohs…ohhs…nngggghhh….ngggghhhhhh…yaaahhhhh…teruss….sayang…oohhs…” mulutku mulai meracau karena saat ini tubuhku sudah dikuasai oleh nafsu yang menuntut untuk dipuaskan. Aku pun mulai menggelepar diatas kasur seperti ikan yang terdampar di daratan. Di dalam pikiranku sudah bertubi-tubi kemaluanku dihajar oleh kemaluan pria yang aku bahkan tak tahu lagi siapa mereka. Semakin lama semakin memuncak hasrat yang menuntut untuk dipuaskan. Mungkin hasrat ini menumpuk karena tak terpuaskan. Hasan hanya menjadikan aku alat pelampiasan nafsunya saja akhir-akhir ini. Bukannya kami berdua yang meraih kenikmatan tapi hanya di sisi Hasan saja dan sekarang tubuhku tiba-tiba bereaksi ingin semua penuntasan.

Kulepas celana bawahku dan sekarang aku cuma mengenakan tanktop yang sudah acak-acakan terangkat menunjukkan area tubuh bawahku ini. Aku masih menggeliat menikmati masturbasiku. Namun nafsuku semakin menuntut untuk dipuaskan. Seperti tak pernah cukup. Kurasakan akan orgasme tapi tertunda kembali. Seperti ada yang kurang bila tak kurasakan penis yang sesungguhnya menjejali lubang-lubangku. Semakin lama di otakku semakin muncul fantasy-fantasy gila. Ingin rasanya sekarang kubuka pintu kamar ini dan pergi ke tempat Hasan dan teman-temannya sedang bermain. Lalu ku goda mereka dan kubiarkan mereka mengisi kekosonganku. Tapi akankah ku lakukan. Akankah benar-benar aku berani untuk membuka pintu itu dan menghinakan diriku lagi demi kepuasan nafsu.

Tapi bila tak kulakukan, rasanya aku akan gila karena orgasme yang tak kunjung kudapat ini. Pertentangan batin kurasakan semakin tak bisa ku kontrol lagi. Ku geretakkan gigiku dan tak kusadari air mata ku pun mengalir. Hati kecilku menangisi mirisnya nasibku kini. Aku hanya seorang manusia yang ingin mendapatkan kenikmatan dunia.
“Krek krek…” terdengar suara pintu kamarku terbuka. Aku terkejut tetapi hanya bisa mematung tak bergerak karena masih shock. Pikiran ku belum kembali sepenuhnya. Masih terhanyut di dalam fantasi-fantasi gilaku. Aku tak tahu siapakah yang membuka pintu kamarku. Bila teman-teman Hasan yang masuk maka aku juga tak bisa berbuat apa-apa. Memang salahku seharusnya ku kunci tadi. Nyaliku masih tak seberani itu.

Tapi ternyata yang membuka adalah Hasan. Aku bersyukur bukan teman-temannya.
Hasan : “mbak? Ngapain?” dia agak terkejut dengan penampilanku yang setengah telanjang berantakan diatas kasur.
Intan : “eh…anu…ng…” aku juga bingung menjawabnya.
Hasan : “wow…jangan bilang kamu horny mbak setelah yang tadi.”
Intan : “eh…eng…enggak…” aku masih tergugup menjawabnya. Aku tak ingin Hasan tahu kalau memang aku terpicu.
Hasan : “terus kenapa itu ngobel sendiri hehe… tenang mbak. Mereka sudah pulang kok.” Hasan mengatakan itu dengan santai sambil mulai melepas celananya.
Intan : “enggak enggak san…dah sore. Kamu gak jemput Kukuh les apa?”
Hasan : “gampang itu nanti mbak. Dia sudah gede juga pasti mau main sama teman temannya lah.”
Intan : “tapi san…dah sore…san! San!!” Hasan menyerangku diatas kasur dan akupun bergulat menjauhinya.

Intan : “san!! Enggak deh!! Nanti keburu bapak ibu pulang!!!”
Hasan : “gak usah nolak deh mbak. Aku tau kamu juga mau kan.” entah kenapa aku seperti orang bingung. Sedetik yang lalu aku sangat ingin sekali dipuaskan, tapi sekarang aku malah berusaha menjauhkan sergapan Hasan.
Intan : “san!!! Udah deh san!!! Sudah jam 4an ini!!!” aku terus melawan sampai akhirnya aku bisa melepaskan diri. Aku berlari menjauhi Hasan namun tak tahu harus kemana dan berujung berlari ke ruang tamu. Tapi ternyata Hasan berhasil menangkapku.

Intan : “ack… san!!!” aku sedikit tersentak saat tangannya menekan area perut saat menangkapku tadi. Kurasakan sakit karena rahimku tertekan tangannya. Rasa sakit itu membuatku jadi tak bisa melawannya lagi. Hasan mendorongku jatuh di lantai dan mulai menindihku.
Hasan : “aku suka kalau kamu ngelawan gini mbak. Kerasa beda. Hehe” Hasan mulai memposisikan tubuhnya dan mengarahkan penisnya masuk kedalam kemaluanku.
Intan : “OUUUHSS…SAN!!!” akhirnya kurasakan batang kemaluan seorang pria memasuki liang ku. Seketika itu seperti ada switch yang menekan syaraf otakku untuk kembali membangkitkan diriku yang haus untuk dipuaskan. Kemaluanku serasa banjir dengan cairan pelumas dan rasa nyeri karena hantaman kepala penis Hasan yang menekan-nekan area terdalamku menjadi dengan rasa nikmat yang terus menjalar.
Intan : “OUHS…YES…TERUS…SAN…TERUS…OUGHHH…OOHHSS…” suara desahanku sudah lagi bukan sekedar desahan. Tapi jeritan nikmat yang menderu-deru seiring hentakan pergumulan ku dengannya.

Hasan : “ohss..yah…kamu suka kan mbak…suka kan aku perkosa gini…”
Intan : “IYAAHH…IYYAAHHH…TERUS SAN!!! TERUS!!! AAAUHHH…AAAHHHSS… PAKAI AKU… SESUKAMU SAN… ” Hasan menggenjotku tanpa ampun dalam posisi misionaris. Tapi tak lama kemudian dia mencabut penisnya dan menarik tubuhku lalu didorongnya diatas sofa tamu dengan posisi tertelungkup membelakanginya. Ditariknya pinggulku dan dia kembali bersiap melesakkan penisnya kedalam kemaluanku.
Intan : “AUCH… OUHSS…OUUHHSS… SAN…OOOUHHHSS…” kembali Hasan menusukkan penisnya dan kembali tanpa ampun merogol kemaluanku dengan batangnya yang membuatku kembali menjerit-jerit.
Hasan : “ohs…ohs… dasar kamu… suka dipakai gini kan mbak… ohs… kamu diginiin juga kan sama si Soli…”
Intan : “AAHS…IYAAHHHH...IYAAAHH…DEK….AAAHHSSS…”

Hasan : “dasar lonte kamu mbak!!! Suka kan aku giniin!!! SUKA KAN!!!”
Intan : “IYAAAH….IYAAAAAHH….AAAHSS…MBAK SUKA…AAHSSS…”
Hasan : “DASAR LONTE!!!” plak plak plak plak… tangan Hasan menampar keras pantatku lalu meremas keras kedua payudaraku dengan tangannya. Kembali air ASI ku memancar karena tekanan keras dari tangannya.
Intan : “AAAHHH…DEKK…SAKITT…AAAHHSSSS”
Hasan : “BIAR!!! Kamu memang layak diginiin!! Kamu memang suka kan direndahin gini hah!!!”
Intan : “OOHSS…IYAAAH DEK…OOOHHSS…”
Hasan : “Sejak kapan kamu diperbudak dia hah!!! SEKARANG KAMU JADI BUDAK KU !!!”
Intan : “OOOUHHSS….NGGGGHHHHHH….IYAAAAAHHH…NGGGHHHHH…AKU BUDAKMU SAN….NNGGGGHHHHHH….” entah kenapa saat direndahkan Hasan seperti ini malah membuatku mendapatkan orgasmeku yang sempat tertunda sedari tadi. Aku pun mengerang menikmatinya dan Hasan masih terus saja menggenjotku tanpa ampun. Aku mencengkeram erat bantal sofa sambil menuntaskan perasaan nikmat ini.

Hasan : “hahahahaha… enak ya mbak?” aku tak menjawabnya karena masih dilanda runtutan orgasme. Hasan mencabut penisnya lagi. Aku yang masih ingin merasakan orgasme yang nikmat ini tak ingin segera selesai begini saja. Aku bangkit dan sekarang kudorong Hasan terduduk diatas sofa.
Intan : “sekarang biarin aku yang puasin kamu dek… oouusshhh…” ku arahkan penisnya yang tegang itu untuk kembali masuk ke dalam kemaluanku. Dengan posisi woman on top sekarang giliran ku memuaskannya.
Intan : “ouhs…yes…san…ouhhh…enak san…oouhhhss…” aku bergoyang diatas tubuhnya. Hasan juga tak tinggal diam. Dia memerah payudaraku dan menghisapnya bergantian.
Hasan : “sluurp…slurpp…sluuurrppp…mmmhhh…mmmhhh…”
Intan : “ousshhh…hisap terus dek…terus…ouhss…nggghhh…”

Hasan : “kamu tadi bayangin apa! bayangin apa sampai bisa masturbasi! Bayangin teman-temanku tadi ya!”
Intan : “enggak dek…enggak…ouhs…ACK…DEK…”
Hasan : “jangan bohong kamu lonte!!!” Hasan membentakku sambil mencubit keras putingku.
Intan : “iya…dek…iya…aku kebayang bayang…oouhhss… kamu tadi… nyuruh aku…pakaian gitu…”
Hasan : “hahahaha pantesan… dasar mbak ku lonte…”
Intan : “iya san…mbak gak bisa kontrol…mbak pengen…aaahhss…nggghhhh…” tubuhku kembali merasa tersetrum kenikmatan saat mengingat kejadian tadi. Aku yakin Yadi atau Samsul melihat putingku yang tampak dari sela-sela pakaianku tadi. Aku secara sengaja menggoda mereka. Meski Hasan yang menyuruhku tapi aku juga terpelatuk untuk melakukan hal yang lebih lagi.

Intan : “San!!! San!!! OOUHHHSS….” kupeluk erat Hasan sambil menikmati orgasmeku lagi. Kubekap kepalanya diantara kedua payudaraku. Kurasakan juga penisnya mulai berkedut-kedut seiring dengan pijatan kemaluanku. Sampai akhirnya cairan hangat kurasakan menyembur didalam. Kami berdua mendapat puncak kenikmatan bersama sambil berciuman bertukar liur.
Hasan : “mbak…”
Intan : “iya dek?”
Hasan : “lanjut di kamar mu aja sudah hampir jam bapak ibu pulang.”
Intan : “terserah kamu dek… mbak milikmu… mbak budakmu…” Hasan menggendongku dan membawaku kedalam kamarku. Kamipun melanjutkan persetubuhan kami dengan lebih hangat dan lembut layaknya sepasang kekasih yang sedang melampiaskan nafsunya. Bukan seperti hewan yang bersetubuh dengan ganas seperti sebelumnya.

Kami berdua saling memuaskan satu sama lain didalam kamar ku. Bergulat dengan nafsu yang menuntut untuk dituntaskan. Berulang kali juga adikku Hasan ejakulasi di dalam kemaluanku, begitu pula aku yang akhirnya kali ini bisa kembali merasakan orgasme berulang kali. Sampai akhirnya kegiatan kami terhenti karena bapak dan ibu pulang sekitar pukul 5 sore. Saat mendengar suara bapak dan ibu didalam rumah, aku dan Hasan menyudahi dan segera kembali memakai pakaian. Aku memakai daster yang tergantung di pintu, sedangkan Hasan kembali memakai celananya.

Hasan : “mbak…pakai daster?”
Intan : “iyalah dek. Masa mbak pakai tanktop lagi. Tadi kan sudah. Lagian ada bapak sama ibu.”
Hasan : “kamu gak mandi emang?”
Intan : “ya mau mandi sih. Badanku lengket semua ini gara-gara keringat.”
Hasan : “hmm ya udah pakai ini aja.” Hasan melemparkan handuk kepadaku.
Intan : “hah? Jangan gila dong dek. Ada ibu sama bapak itu.”
Hasan : “sudah gak usah banyak komen nanti makin lama kita dikamar ini.”
Intan : “iya deh…” akhirnya aku memakai bebetan handuk lalu keluar dari kamar untuk salam ke bapak dan ibu. Handuk yang kukenakan tak bisa menutupi seluruh area payudaraku bagian atas dan hanya bisa menutup sampai sedikit diatas lutut sehingga area payudaraku dan belahan dadaku terlihat jelas. Aku pun beralasan ingin mandi ke mereka. Meski mereka orang tua ku sendiri tapi aku yang sudah dewasa ini rasanya agak canggung bila tubuhku terekspose seperti ini. Apalagi didepan bapakku. Mereka juga pastinya tak berpikiran aneh-aneh. Hanya saja aku sendiri yang canggung. Hasan pun sudah kembali ke kamarnya.

Saat aku mandi, masih kupikirkan kenapa aku bisa terpicu tadi. Sampai-sampai aku masturbasi sendiri setelah exib di depan teman-teman Hasan. Apakah memang aku yang sudah berhari-hari tak mendapat kepuasan dan hanya menjadi alat untuk Hasan. Ataukah memang aku yang menginginkan itu semua. Beberapa waktu lalu aku juga sengaja menggoda Hasan saat berbelanja pakaian dalam dengan mengakrabkan diri dengan teman-temannya. Tapi apakah tujuanku saat itu menggoda Hasan atau menggoda teman-temannya. Kuingat-ingat lagi saat itu aku juga merasakan guncangan hasrat yang ingin untuk dituntaskan tapi aku masih bisa menahannya. Aku tak boleh seperti ini. Aku harus menahan hasratku agar tak liar lagi. Sudah bukan waktunya aku seperti itu. Aku harus memikirkan si kecil yang sedang tumbuh di dalam tubuhku ini. Aku tak boleh kalah dengan nafsu lagi.

Tapi sekarang aku masih belum bisa bilang ke Hasan. Aku masih belum bisa jujur kepadanya. Aku masih belum berani menceritakan ini semua. Tapi disisi lain aku juga tak mau untuk menggugurkannya. Tapi bila tidak aku gugurkan, bagaimana nasibnya nanti. Di dalam kamar mandi aku kembali menangis sedih mengingat ini semua. Kurenungi lagi semua yang sudah kulakukan dengan adikku Hasan. Antara menyesal dan tidak karena aku juga menginginkan ini semua. Perasaan cintaku ke adikku yang salah ini membuat hidupku susah. Memang semua ini salahku. Aku yang memulai. Andaikan dulu aku lebih bersikap tegas kepadanya, mungkin hal ini tak akan terjadi. Tapi menyesal pun tidak akan merubah keadaan.

Setelah selesai mandi kuputuskan untuk berangkat ke RS saja meski belum jadwal shift ku. Aku tak ingin tiba-tiba bisa berubah sedih lagi nanti dan terlihat oleh bapak dan ibu. Setelah sampai di RS, ternyata ada pekerjaan tambahan yang harus kukerjakan. Melihatku datang sebelum jadwal shift ku, dokter Danu memanggilku lagi ke kantornya. Kembali aku harus melayani beliau sore ini sampai beliau puas. Aku berharap Ratna tidak mengetahui ini semua karena aku takut nanti dia menganggapku merebut dokter Danu darinya. Sedangkan aku juga terpaksa begini.

–POV Hasan–
Rencanaku hari ini berjalan sukses. Aku bisa membuat mbak Intan menunjukkan lekuk tubuhnya didepan teman-temanku. Aku ingin rencanaku nanti agar teman-temanku memperkosa mbak Intan bisa lebih brutal lagi. Mbak Intan juga ternyata suka bila dikasari. Tadi saja buktinya dia merintih-rintih keenakan saat kusetubuhi dengan ganas. Jujur saja aku masih belum bisa melupakan kejadian kapan lalu. Aku ingin mbak Intan membayar kekecewaanku ini. Ku lihat tadi pandangan teman-temanku seperti ingin menerkamnya. Andai aku tidak ada tadi mungkin sudah terjadi hal itu. Aku tadi melihat Yadi yang paling jelalatan melihat lekuk tubuh mbak Intan. Apalagi sekarang mbak Intan nampak lebih berisi.

Memang tampak beberapa perubahan mencolok dari mbak Intan. Dia nampak lebih berisi dan tubuhnya lebih berat tadi saat aku gendong. Area yang paling mencolok yaitu area pinggulnya nampak lebih berisi selain payudaranya yang rasanya makin membesar saja. Mbak Intan mungkin akhir-akhir ini tidak bisa mengontrol makannya karena stress atau memang hormonnya yang sedang melonjak pikirku. Yang jelas tubuh montoknya mampu membangkitkan nafsu orang-orang disekitarnya.

Sore ini setelah mandi ternyata mbak Intan segera berangkat ke RS, dia pergi begitu saja tak berpamitan kepadaku. Sepertinya dia pergi dengan terburu-buru. Apa mungkin ada urusan di tempat kerjanya. Atau mbak Intan ingin menyembunyikan sesuatu karena sedari tadi sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu kepadaku tapi dia masih ragu-ragu tak menyampaikannya kepadaku. Karena mbak Intan sedang bekerja, kembali aku hack facebooknya. Aku login kedalam akunnya dan ku ubah passwordnya terlebih dulu agar dia tidak bisa login sewaktu-waktu.

Kembali aku cek FB teman-temanku dan seperti biasa Samsul selalu online dari hapenya. Aku chat saja dengan akun mbak Intan.
Intan : “hai sul…”
Samsul : “hai juga mbak.”
Intan : “lagi dimana nih sul? Sudah pulang?”
Samsul : “belum mbak ini masih nongkrong sama yang lain. Mau ngafe dulu.”
Intan : “oh kok si Hasan gak diajakin sih?”
Samsul : “halah dianya yang gak mau tadi mbak. Sudah diajakin.”
Intan : “oh gitu…lain kali paksa aja ajak nongkrong diluar biar gak kuper dirumah terus.”
Samsul : “hehehe mending maksa mbak aja daripada maksa ngajakin Hasan nongkrong.”
Intan : “heemmmm…maunya…”

Samsul : “ngomong-ngomong mbak tadi seksi sekali lho mbak. Aku baru ini lihat mbak pakai tanktop gitu.”
Intan : “masa? Lebih suka aku pakai tanktop gini apa daster biasanya?”
Samsul : “yang tadi sih mbak. Apalagi longgar. Duh… pentil mu itu lho mbak tadi kelihatan.”
Intan : “hah masa sul?”
Samsul : “hehehe iya mbak kelihatan. Apalagi tegang tadi ya. Gak cuma aku kok yang tau mbak. Itu tadi si Yadi juga lihat dari sela-sela tanktopmu. Ternyata kalau lihat langsung susumu lebih gede ya mbak.” ternyata puting mbak Intan benar-benar kelihatan tadi.

Intan : “duh malu aku sul.”
Samsul : “hehehe maaf ya mbak. Tadi gak sengaja ngelihat. Apa tadi mbak Intan yang sengaja nunjukin?”
Intan : “heemmmm… gimana ya sul… aku sih cuma pengen tunjukin ke kamu aja. Soalnya kan aku sudah janji buat pakai tanktop. Tapi malah Yadi juga lihat.”
Samsul : “duh jadi gak nahan mbak. Kamu mancing-mancing gitu tadi bikin gemes.”
Intan : “iya iya minggu depan lho jangan lupa. Bawa tali sama lakban sekalian. Hihihi”
Samsul : “siap deh mbak Intan sayang. Kamu juga harus totalitas lho mbak. Hehehe ini kami lagi ngobrolin mau ngapain kamu aja nanti.”
Intan : “hmmmm…emang mau ngapain aja?”
Samsul : “mau ku ikat, aku sobek pakaianmu pakai gunting, terus kita gilir sampai kamu pingsan mbak. Hehehe ”
Intan : “emang kuat?”
Samsul : ”kuat dong. Tapi nanti kalau mbak Intan sampai hamil gimana? Kita gak mau tanggung lho ya mbak.”
Intan : “iya iya. Gak bakalan. Aman kok sul. Mbak minum obat penunda kehamilan dulu sebelumnya nanti.”
Samsul : “wah mantab ini mbak.”
Intan : “sudah sana kalau gitu susun rencananya yang seru ya. Mbak pengen tau kalian seberani apa. Hihihi”
Samsul : “iya mbak siap deh. Aku sendiri juga gak tahan sudahan.”
Intan : “ya sudah nih aku kirim foto biar kalian makin gak tahan. Hihihi” aku kirim foto mbak Intan yang bertelanjang dada dan videonya saat berhubungan sex dengan orang lain yang sudah kusimpan dulu. Untuk memancing mereka dan menyudahi chat ini.

Aku menunggu kejadian itu benar-benar terjadi. Biar mbak Intan tau rasa kalau dia tak seharusnya bertindak seperti itu dan mengecewakanku. Dia tak seharusnya menyakiti perasaanku dengan perilakunya. Janji yang sudah diucapkan tapi dilanggarnya. Kalau mbak Intan memang ingin jadi lonte, maka aku wujudkan keinginannya sekarang. Sekalian biar makin banyak orang yang merasakan tubuhnya. Minggu depan… iya… minggu depan ini semua harus terjadi.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd