Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

Bimabet
Next gak sabar mau tau kisah si Rika.. dicepatin rilis nya.. terbaik ini penulisan nya..
 
The EX 02 - Chapter 42
Timeline : 2011 Agustus


–POV Tono–

Aku harus mengorbankan kesempatanku untuk ujian skripsi kali ini karena aku harus mengurusi Intan. Aku tak tega melihat Intan mengalami hal seperti ini. Dia masih harus rawat inap. Aku juga tak bisa mengabari keluarganya karena permintaan Intan agar ini semua dirahasiakan. Mungkin aku bisa mengabari Hasan, tapi tetap saja hanya aku yang bisa merawat Intan disini saat ini. Meski ada perasaan kecewa karena Intan menutup-nutupi kondisinya kepadaku. Aku juga tak bisa percaya begitu saja kalau Intan hamil anak Hasan. Aku masih curiga kalau bukan Hasan, tapi selingkuhan Intan si pak Soli. Atau ada orang lain lagi yang aku tak tahu. Karena kalau ku ingat-ingat Intan pernah selingkuh sebelumnya. Semua jadi masuk akal kenapa hubungan asmara Intan tak pernah bertahan lama.

Kulihat Intan masih terbaring lemah dan sedang tertidur saat ini. Aku tinggalkan dia sebentar untuk keluar dari kamar untuk menelpon Hasan.
Tono : “san…lagi dimana?”
Hasan : “lagi ikut bapak sama ibu mas ke kampung halaman dirumah nenek.”
Tono : “kamu masih lama disana?”
Hasan : “masih mas, semingguan mungkin. Soalnya bapak bahas warisan sama saudaranya.”
Tono : “ini kamu telpon didekat bapak sama ibu gak?”
Hasan : “iya mas.”
Tono : “oh ya udah, bisa keluar sebentar? Agak jauh gitu dari bapak ibu.”
Hasan : “bisa mas. Sebentar. Ini sudah diluar rumah. Kenapa mas?”

Tono : “aku mau kabarin aja. Intan aku bawa ke RS di daerah Malang.”
Hasan : “hah? Kenapa mas? Kok ke RS? Emang mbak Intan kenapa?”
Tono : “kemarin aku nemuin mbak mu tergeletak di samping rumah dan pendarahan.”
Hasan : “loh? Kenapa mbak mas?”
Tono : “asal kamu tau. Teman-temanmu kemarin merkosa mbak mu.”
Hasan : “loh… yang bener mas?”
Tono : “mbak mu cerita gitu sama aku. Terus mbak mu pendarahan soalnya lagi hamil. Kata Intan, dia hamil anakmu.”
Hasan : “......” Hasan terdiam.

Tono : “mbak mu lagi hamil anakmu ini kamu tau gak? Kata dia hasil dari liburan bareng sama kamu ke Jogja kemarin.”
Hasan : “aku gak tau kalau mbak lagi hamil mas. Beneran aku gak tau.”
Tono : “dia memang gak cerita ke kamu san?”
Hasan : “enggak mas. Beneran aku gak tau. Terus sekarang mbak gimana?”
Tono : “ya udah kalau kamu gak tau. Kondisi mbak mu sekarang lagi rawat inap ini. RS nya aku rahasiakan dulu. Sudah biar aku yang urus disini. Dia juga keguguran. Aku gak tau ini kemarin diperkosa teman-temanmu separah apa sampai Intan keguguran.”

Hasan : “mas…aku kesana sekarang ya. Aku minta alamat RS nya mbak.”
Tono : “gak usah udah. Biar mbak mu tenang juga disini. Nanti setelah mbak mu sehat, baru kita obrolin lagi bareng-bareng.”
Hasan : “ya udah mas kalau gitu.”
Tono : “aku harap kamu juga jaga rahasia ini ya. Jangan sampai ibu bapak dengar. Sama ada pesan dari mbak mu. Jangan sampai kamu bertindak yang enggak-enggak ke temanmu.”
Hasan : “iya mas. Semoga mbak cepet pulih lagi ya. Maaf ya mas. Sudah merepotkan. Aku juga merasa bersalah jadinya. Aku gak tau mbak Intan hamil anak ku. Memang kemarin pas di Jogja aku sama mbak kayak gak ada istirahatnya mas. Efek obat yang sempat mas Tono kasih waktu itu. Harusnya aku peka juga sama mbak Intan. Maafin ya mas.”
Tono : “ya udah. Kamu masih terlalu muda juga buat paham tanggung jawab. Sekarang aku minta kamu tutup mulut dulu ya. Mbak mu biar aku yang jaga disini.”
Hasan : “iya mas.”

Setelah ku tutup telpon, aku kembali kedalam kamar. Kulihat Intan sudah bangun. Namun masih tampak lemah.
Tono : “eh sudah bangun.” Intan cuma mengangguk lemah.
Intan : “darimana mas?”
Tono : “cuma di depan bentar kok. Aku tadi habis telpon Hasan.”
Intan : “kamu…bilang apa aja mas sama si Hasan?”
Tono : “ya aku bilang jujur aja kondisimu gimana. Aku ceritain semua ke dia.” kulihat Intan mulai meneteskan air mata.
Intan : “kamu juga cerita kalau aku lagi hamil anaknya dia?”
Tono : “iya lah. Adikmu harus tau. Aku malah heran sama kamu. Kenapa kamu tutup-tutupi itu semua ke dia.”
Intan : “aku gak tega mas kalau adikku ini kepikiran. Masa depannya dia masih jauh lebih panjang daripada aku.”
Tono : “iya tapi adikmu ini harus diajarin tanggung jawab. Gak bisa kamu manjain gini terus.”
Intan : “tapi aku gak tega mas. Maafin aku ya…”
Tono : “iya. Sekarang dia juga sudah tau kondisimu gimana. Tapi aku minta buat rahasiain dulu semua biar bapak sama ibu mu gak tau.”
Intan : “makasih ya mas. Kamu masih baik banget ke aku meski aku sudah seperti ini.”
Tono : “iya… ya udah kamu gak usah mikir aneh-aneh lagi. Biar kamu segera stabil juga. Istirahat ya.” Intan pun mengangguk.

Intan : “mas…kamu gak istirahat dulu? Aku sudah gak apa kok.”
Tono : “yakin?”
Intan : “iya mas…aku juga sudah lebih baik kok. Toh ini ada tombol buat panggil perawat. Aku gak tega lihat kamu dari kemarin begadang ngurusin aku. Kamu juga butuh istirahat kan. Setauku didekat sini ada penginapan. Biar kamu lebih nyaman mending kamu istirahat dulu disana mas.”
Tono : “kamu yakin?” Intan pun mengangguk dan berusaha tersenyum. Mungkin dia tahu aku juga sudah kelelahan karena dari kemarin belum tidur.
Tono : “ya udah kalau gitu. Tapi kalau kamu butuh apa-apa segera call ya.”
Intan : “iya mas. Tenang aja. Makasih ya.”

Akhirnya kutinggalkan Intan untuk beristirahat sejenak dan pergi ke hotel di dekat RS ini. Rasanya aman karena Intan ku tempatkan di ruang kelas 1 yang masih ada pasien lain juga. Terlebih lagi ada tombol untuk memanggil perawat. Mungkin Intan juga tak enak hati melihatku yang seperti ini. Dia mungkin merasa sudah membebaniku terlalu jauh. Aku pun beristirahat disana beberapa saat sampai akhirnya aku sedikit bosan dan lapar. Aku baru sadar kalau dari kemarin belum makan. Aku turun dan berjalan-jalan disekitar hotel. Sampai akhirnya aku melihat seseorang yang familiar sedang makan sendiri. Kudekati dan kusapa dia.

Tono : “Lisa…”
Lisa : “hai mas.”
Tono : “sendirian aja nih? Lagi rehat dulu kah?”
Lisa : “oh enggak mas, jadwal shift ku sudah selesai kok. Ini mau pulang tapi lapar jadi makan dulu. Hehehe”
Tono : “aku join sini boleh?”
Lisa : “boleh-boleh, sini mas.” Lisa memberiku bangku duduk disebelah dia dan tasnya yang sebelumnya ada di kursi sebelahnya malah dipindah ke depan mejanya. Kami pun makan bersama sambil mengobrol. Lisa orangnya asik juga gampang akrab sama orang lain. Bahkan dia cenderung lebih aktif dan lebih dahulu membuka obrolan.

Lisa : “mas Tono kenal sama Intan darimana sih mas?”
Tono : “oh itu karena dikenalin sama teman kuliah ku Lis. dia dulu teman sekolahnya Intan.”
Lisa : “oh gitu. Terus habis dikenalin langsung jatuh cinta ya sama Intan? Hahaha”
Tono : “ya begitulah.”
Lisa : “sudah kutebak. Soalnya kebanyakan gitu.”
Tono : “hah? Gimana maksudnya?”
Lisa : “iya mas. Cowo cowo yang kenalan sama Intan biasanya sih langsung kepincut. Soalnya kan memang Intan cantik. Terus itunya gede juga. Hihihi gak kayak aku yg tipis ini.”
Tono : “hahaha masa sih?”
Lisa : “iya dari dulu juga gitu mas. Anak anak cowo yang dikampus juga gitu. Tau gak mas, Intan dulu pacarnya banyak soalnya gak awet lama. Gak tau tuh kenapa. Bikin Intan bentar-bentar galau terus. Kalau sama mas Tono sudah berapa lama?”
Tono : “gak tau lupa, 8 bulanan kalau gak salah.”
Lisa : “eh seriusan? Tumben?”
Tono : “kenapa emang?”
Lisa : “biasanya rekor paling lama cuma 3 bulan. Tapi rata-rata sih 1 bulan sudah mulai berantem tuh. Terus akhirnya putus.”
Tono : “oh gitu. Aku juga sempat dengar sih dari temanku.”

Lisa : “emang mas Tono dengernya sama gitu juga ya.”
Tono : “iya. Hahaha populer ya dia dulu.”
Lisa : “bener mas. Sampai dosen pun kadang kepincut. Eh…”
Tono : “dosen?”
Lisa : “eh maaf mas keceplosan. Hehehe”
Tono : “aku belum tau nih kalau ada dosen yang kepincut.” Lisa pun hanya tersenyum menanggapi omongan ku. Padahal aku sudah penasaran.
Tono : “terus sempat pacaran juga sama dosen?” dan Lisa pun mengangguk.
Tono : “ini beneran? Terus gimana?” Lisa ku desak terus sampai akhirnya dia mau bercerita.
Lisa : “hmm…maaf ya mas. Aku keceplosan. Jangan bilang aku cerita yang enggak enggak lho.”
Tono : “iya, aku juga cuma penasaran masa lalu Intan gimana. Terlebih lagi kamu kan sahabatnya dari jaman kuliah.”
Lisa : “hehehe sahabat kok nikung.”
Tono : “hah? Ada cerita apa lagi nih? Kamu suka juga sama dosennya terus di tikung Intan?”
Lisa : “enggak, kasus yang berbeda kok mas. Tapi jujur aja aku gak enak mau cerita. Soalnya kan masa lalu sudah berlalu kan.”
Tono : “iya emang udah masa lalu dan aku cuma pengen tau aja kok.” Lisa kembali diam sepertinya dia mencoba menyudahi pembicaraan.

Lisa : “eh mas, aku mau balik dulu ya. Kapan-kapan kita sambung lagi ngobrolnya.”
Tono : “tunggu Lis. kamu bikin aku penasaran.” ku genggam tangan Lisa yang beranjak pergi.
Tono : “aku tau kamu mungkin tak nyaman mau cerita. Tapi aku sudah tau sebagian besar aib Intan. Aku tau juga kok dia pernah ada skandal di desa tempat kalian KKN sampai hamil kan karena diperkosa beberapa orang disana.”
Lisa : “ternyata kamu sudah tau sebanyak itu ya mas.”
Tono : “iya, aku cuma tau apa aja yang kamu tau tentang Intan. Kalau gak enak ngobrol disini, gimana kalau ke tempat ku nginap aja?”
Lisa : “ya udah…” aku dan Lisa kembali ke kamar hotel tempat ku menginap agar dia lebih nyaman bercerita.

Sesampainya kami di kamar hotel, Lisa langsung terduduk di atas kursi di kamar.
Lisa : “maaf ya mas bukannya aku gak mau ceritain cuma nanti dikira ngompor-ngomporin lagi. Padahal udah kejadian masa lalu kan.”
Tono : “iya… Aku juga cuma pengen tahu kok.”
Lisa : “hmmm…masih gak enak aku mas mau cerita.”
Tono : “Aku cuma pengen tau aja kok Lis. kayaknya kamu ada sesuatu yg disimpan terkait Intan.”
Lisa : “hmm…aku dulu pernah punya pacar mas. Sudah pacaran dari SMA malahan. Cuma beda kampus tapi masih 1 kota. Dia ambil teknik di kampus lain.” Lisa lalu berhenti bicara dan nampak sedih.
Tono : “terus?”
Lisa : “ya karena aku kan akrab sama Intan dari awal ospek se grup. Aku ajakin jalan-jalan double date. Waktu itu Intan sama kakak kelas jurusan keperawatan yang naksir dia, terus aku sama cowok ku. Tapi gak lama malah cowok ku minta putus. Aku sudah mulai curiga pas cowokku ini minta nomer hapenya Intan.”

Tono : “terus Intan jadian sama cowokmu itu?”
Lisa : “enggak mas. Tapi Intan bilang kalau cowok ku itu kayak deketin dia. Pas ditembak juga gak diterima sama Intan. Tapi kan tetap saja yang bikin aku putus si Intan. Memang Intan selalu bilang ke aku kalau dia gak nerima mantan ku itu. Tapi ada yang pernah bilang ke aku kalau dia ngelihat Intan sama cowok ku itu jalan. Aku yang gak punya bukti langsung ya bisa apa. Lagian sudah putus juga pikirku. Tapi aku sudah korbanin banyak hal buat cowok ku ini. Gak bisa juga aku nyalahin Intan. Yang salah kan cowokku itu.” Lisa mulai ngomong tak karuan seperti sedang bingung mau cerita seperti apa kepadaku. Yang kutangkap dengan jelas adalah dia kecewa cowoknya mutusin dia demi mendekati Intan. Padahal sahabat dari ceweknya sendiri.

Lisa yang tadi ceria, sekarang malah murung. Aku jadi tak tega dia melanjutkan ceritanya. Karena jelas-jelas meski mereka berdua bersahabat. Namun Lisa menyimpan dendam kepada Intan walau sedikit. Yang sahabatnya sendiri saja masih ada dendam sendiri ke Intan, apalagi orang lain. Aku mulai mengerti kenapa sahabatku si Ramdan sempat memberi warning sebelum aku lanjut lebih jauh dengan Intan. Rasanya banyak orang yang menyimpan niat buruk ke Intan. Sepertinya ada suatu sisi dari Intan yang masih tak bisa terkontrol.

Lisa : “ah udah udah…sudah masa lalu. Hahaha” Lisa berusaha ceria lagi.
Lisa : “ngomong ngomong mas Tono, gimana bisa kepincut sama Intan? Karena cantik ya? Atau karena dadanya besar?”
Tono : “hehehe tau aja.”
Lisa : “ya tau lah. Orang cowok cowok ya mesti liat body dulu. Apalah dayaku yang kurus krempeng ini kalau dibanding Intan.”
Tono : “ya orang kan ada kriteria cewe yang disuka masing masing kan. Mungkin diluar sana ada yang suka sama yang modelan seperti kamu Lis.”
Lisa : “masa sih? Aku di kampus aja gak ada yang ngelirik mas. Yang dilirik Intan terus sama cowok cowok.”
Tono : “masa sih? Kalau menurutku kamu gak jelek kok. Cakep malahan.”
Lisa : “jadi menurutmu aku masih menarik gitu mas.”
Tono : “iya lah. Kamu gak jelek kok. Seriusan. Eh…” tiba-tiba Lisa mendekat dan menciumku.

Lisa : “mas…maaf aku punya ganjalan ke Intan. Tapi…kali ini ijinkan aku membalasnya ya….mmmhhhh…” Lisa menciumku lagi sambil membuka pakaiannya. Aku sendiri juga terpancing Lisa karena memang ku akui dia cukup cantik. Tak butuh waktu lama, pakaian kami berdua pun sudah terlepas dan kami pun bergumul diatas kasur. Kami berdua sudah terhanyut dalam nafsu dan melupakan Intan. Lisa pun semakin bernafsu, dia membalikkan tubuhku hingga terlentang lalu menciumi tubuhku yang telanjang bulat ini turun perlahan sampai akhirnya mengelus kemaluanku. Lisa tersenyum menatapku sebelum akhirnya dia mulai mengulum penisku.
Lisa : “mmmhhh…mmmmhhhhhh…mmmhhhh…sluurpp…mmmhhh….”
Tono : “oh…Lis…” aku menikmati permainan lidah dan hisapan mulut Lisa. Sedangkan Lisa pun nampak masih terhanyut dalam nafsu. Penisku basah dengan air liurnya.

Lisa : “mas…aku tau kamu sudah diselingkuhi Intan…kali ini…kamu nikmatin aja mas…” Lisa menyudahi kulumannya dan tersenyum penuh arti kepadaku. Dia kembali bergerak naik diatas tubuhku dan mengarahkan penisku di kemaluannya. Kurasakan kepala penisku menyentuh kemaluannya. Perlahan mulai masuk ketika Lisa mendudukinya.
Lisa : “ahhhs….oohhss…ooouhhss…” Lisa pun mulai menggoyang penisku dalam posisi cow girl.
Lisa : “oughh…oughhh…mas…ouughh…oohss…” makin lama kurasakan goyangan Lisa semakin kencang sampai akhirnya dia bergetar di atas tubuhku. Lisa orgasme sampai kurasakan pinggangku basah karena squirtingnya.

Lisa : “ohs..mas…mas…” meski Lisa sedang orgasme, dia tetap mencoba terus menggoyang penisku. Sampai akhirnya dia semakin mencapai puncaknya dan Lisa memelukku erat. Ku biarkan dia menikmatinya dulu sambil mengelus rambut dan punggungnya. Sampai akhirnya orgasmenya mereda, Lisa kembali memandangku penuh arti. Kini giliranku, ku cium bibir dan kami mulai berpagutan kembali. Nafsu kami masih belum mereda. Ku gulingkan tubuhnya dan kini giliran ku menggenjotnya dalam posisi misionaris.
Lisa : “aahs….mas…aahss…..oouuuh…mas…ooohhhss…” Lisa berulang kali kelojotan namun aku tanpa ampun kali ini.

Sekitar 30 menitan rasanya aku mulai lelah dan tak bisa menahan ejakulasi lebih lama lagi.
Tono : “ahs….lis…aku mau keluar…”
Lisa : “mas…keluarin aja…ooohhss…ohhss…” Lisa menjepit pinggulku dengan kedua kakinya. Dia menginginkanku ejakulasi didalam.
Tono : “ack…lis…hnggghhh…” aku pun tak mencoba mencabutnya. Ku semprotkan saja spermaku didalam kemaluannya.
Lisa : “ohhhss…” Lisa pun seperti menikmatinya. Aku sudah tak memikirkan apapun lagi. Hanya menikmati momen berdua ini bersama Lisa. Mungkin jauh dibawah alam sadarku, aku sendiri juga cukup stress menghadapi Intan. Terlebih lagi aku pernah memergokinya di hotel berdua dengan seseorang. Belum lagi skandal Intan dengan yang lain. Lisa seperti membantuku melepaskan stress yang tanpa sadar kupendam.

Setelah aku menuntaskan semua, aku pun mencabut penisku saat Lisa mengendurkan kuncian kaki nya. Ku peluk Lisa dan kami pun beristirahat berdua di atas kasur yang sudah berantakan ini. Kami hanya terdiam berdua menikmati waktu kebersamaan yang aneh ini. Kali ini aku yang sudah selingkuh dari Intan. Tidak… kali ini aku hanya membalas apa yang Intan lakukan kepadaku.

Sekitar 1 jam kemudian, Lisa yang membuka omongan dulu kepadaku.
Lisa : “mas…aku… balik dulu ya.”
Tono : “aku antar gimana? Kamu balik ke rumah apa kost disini?”
Lisa : “nge kost sih mas. Kan rumah aku gak disini.hehe”
Tono : “kalau gitu, kamu nginep aja disini Lis. temani aku dulu.”
Lisa : “gak apa nih mas?”
Tono : “emang kenapa? Kepikiran gak enak sama Intan?”
Lisa : “hehehe iya.”
Tono : “tadi aja kita gak mikirin Intan gimana gimana nya kan. Sudah ya…temani aku dulu disini lis…”
Lisa : “iya deh mas…tapi…aku mandi dulu ya. Bersihin ini. Biar enak nanti tidur nemenin kamunya.”
Tono : “ya udah…”
Lisa : “gak mau mandi sekalian mas? Yuk…” Lisa menarik tangan ku dan aku hanya tersenyum mengikutinya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd