Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tono dan para wanitanya... Arc 2 : Intan

The EX 02 - Chapter 44
Timeline : 2011 Agustus


–POV Intan–

Sudah 10 hari aku rawat inap di RS ini dan aku berangsur pulih sehat kembali. Sudah bisa berjalan ke kamar mandi sendiri dengan lebih baik yang sebelumnya kadang dibantu mas Tono, kadang dibantu perawat kalau malam. Aku tak enak hati membebani mas Tono untuk menjaga ku 24jam. Dia sudah banyak berkorban untukku. Dia rela menunda sidang skripsinya demi menemaniku disini. Dia juga yang sudah membiayai pengobatan ku selama disini. Aku sudah terlalu banyak membebani mas Tono selama ini.

Aku yang kurang berterima kasih kepada mas Tono, dia yang sudah menerimaku apa adanya tapi tetap saja aku selingkuh dibelakang dia. Mas Tono tak mempermasalahkan hubungan ku dengan adik ku juga. Tapi malah aku yang semakin liar dengan diam-diam berhubungan dengan pak Soli, Koh Liem, Santo, Indra, Eko, bahkan almarhum pak Pri. Belum lagi dokter Danu yang mengeksploitasi ku beberapa waktu lalu.

Disaat seperti ini aku baru sadar kalau mas Tono yang selama ini sayang padaku sudah aku kecewakan. Bahkan aku sempat tak mengingatnya sama sekali ketika aku sudah terhanyut dalam nafsuku dengan orang lain. Mungkin aku tak pantas untuk mas Tono. Tapi aku juga tak mau kehilangan mas dia. Aku yakin dia lebih tertekan daripada ku. Oleh karena itu, diam-diam aku meminta tolong ke Lisa untuk menemaninya beberapa saat ini. Cuma Lisa satu-satunya sahabatku yang aku percaya untuk hal ini.

Aku sengaja meminta Lisa untuk menemani mas Tono, walau awalnya Lisa menolak. Tapi aku memohon kepadanya. Hanya dia yang bisa kupercaya untuk memastikan mas Tono baik-baik saja sekarang. Aku juga tau Lisa menemani mas Tono sampai menginap di hotel bersamanya. Aku juga tau Lisa mengajak mas Tono jalan-jalan untuk membuatnya ceria lagi. Aku bisa merasakan aura mas Tono yang murung itu mulai membaik seiring waktu. Lagi-lagi aku berhutang budi ke sahabatku Lisa. Hanya Lisa yang tak mungkin menghianatiku dan memanfaatkan situasi dan kondisi ini.

Kulihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam. Aku sudah menyuruh mas Tono untuk kembali ke hotel sekitar jam 3 tadi. Sekarang aku sendirian di kamar ini. Sebenarnya tidak sendirian juga karena ruang rawat inap ini menampung 2 pasien. Tak lama kemudian ada yang datang.
Lisa : “hei…ngelamun aja Tan.”
Intan : “eh Lis…kamu shift malam ya?”
Lisa : “iya hari ini aku shift malam, waktunya suntik vitamin ya pasienku. Hihihi”
Intan : “iya lis. Makasih ya. Eh ya Lis…mas Tono gimana?”
Lisa : “sudah gak usah khawatir. Meski malam ini aku gak nemenin dia, tapi tadi pagi sudah aku ajakin jalan-jalan kok.” jawab Lisa sambil tersenyum.

Lisa : “baru kali ini aku punya teman yang aneh.hahaha masa cowoknya disuruh nemenin teman cewenya.”
Intan : “ya gimana lagi Lis. kamu tau aku sendiri sudah banyak salah sama mas Tono. cuma kamu yang kupercaya. Terimakasih ya Lis.”
Lisa : “iya iya. Tapi kalau aku kepincut sama mas Tono gimana?hihihi”
Intan : “aku yakin kamu gak bakalan begitu ke aku Lis. aku percaya sama kamu.” Lisa hanya tersenyum mendengar ucapanku.

Intan : “eh kamu gak keliling lagi?”
Lisa : “oh udah kok kalau kelilingnya. Ini tugasku sisa ngasih vitamin ke kamu aja ini. Sekalian aku temanin kamu disini ya.”
Intan : “oh ya udah kalau gitu. Tapi jobdesc mu kok jadi rangkap-rangkap disini Lis? Bidan rangkap perawat. Gajinya double ya? Hahaha”
Lisa : “hehehe enggak juga kalau malam memang staff nya dikit. Tapi gak apa apa. Sudah kebiasaan juga ngerawat orang. Bahkan pacar sahabat sendiri juga aku rawat. Ya kan.”
Intan : “iya iya…makasih lho sudah mau bantuin aku.”
Lisa : “sama-sama. Kalau kamu bilang dari awal kalau burung mas Tono lumayan gede kan aku gak nolak.hehehe”

Intan : “dasar…tapi kalian pakai pengaman kan?”
Lisa : “pakai dong. Aku gak mau kebobolan hamil dulu. Nanti aku minta tanggung jawab mas Tono, panik kamunya. Hahaha”
Intan : “iya…aku jitak kamu ntar Lis.”
Lisa : “tenang-tenang. Aku selalu kontrol kok, gak kelepasan kayak kamu. Hohoho”
Intan : “iya iya aku yang kelepasan.”
Lisa : “lagian kamu sih, hamil masa gak kerasa? Masa kerasanya telat sudah lewat 4 minggu.”
Intan : “iya aku kan gak tau. Lagian rutin minum obat pencegahan juga.”
Lisa : “kayaknya gelarmu harus dicabut sih. Masih bego soalnya hahaha. Kan gak 100% bisa nyegah kalau cuma pakai itu oon. Gini nih kalau otaknya ketelan masuk ke toked semua. Hahaha”
Intan : “hahaha iya deh iya. Omonganmu lho, masih cablak aja.”

Lisa : “tapi beneran, itu hasil dari adikmu?”
Intan : “iya kalau ngitung tanggalan sih iya.”
Lisa : “kok ngitung tanggalan? Gak yakin apa ada lagi kandidat bapaknya? Bukan mas Tono kan?”
Intan : “bukan mas Tono, dia jarang banget keluar didalam. Cuma pas aku masa aman aja sama aku jebak baru dia keluar didalam.”
Lisa : “hahaha emang sih mas Tono jarang kalap ya. Terus? Jawab dulu pertanyaanku. Memang ada kandidat lain sampai kamu kayak gak yakin gitu?”
Intan : “ada…”

Lisa : “siapa?”
Intan : “ada, tukang kebun di tempatku kerja. Pak Pri namanya.”
Lisa : “astaga…masih aja kelakuanmu ya dari dulu. Hahaha”
Intan : “ini aku dijebak sama mantanku soalnya.”
Lisa : “dijebak gimana? Sebentar sebentar. Biar aku tebak. Kamu ngasih jatah mantan terus kepergok tukang kebun.” dan aku pun mengangguk.
Lisa : “kan kebiasaan. Mangkanya kalau main itu di tempat aman. Terus? Sudah itu aja?” aku pun menggeleng.

Lisa : “terus siapa lagi? Mantan mu itu?”
Intan : “bukan Lis.”
Lisa : “terus?”
Intan : “kandidat ke 3 guru sekolahku dulu. Guru olahraga di sekolah adik ku yang paling kecil itu juga sekarang.”
Lisa : “uh..dasar…” Lisa menyentil jidatku.
Lisa : “nafsu tuh di kontrol…dari dulu ya…kebiasaan…”
Intan : “iya gimana Lis…enak soalnya.”
Lisa : “ya ya ya…setidaknya pakai pengaman lah, bego. Kalau gitu mending mas Tono buat aku aja gimana?”
Intan : “enak aja…”
Lisa : “kalau gak mau buruan tobat Tan.”
Intan : “iya iya…aku juga sudah enggak lagi-lagi kok. Pak Pri tukang kebun ku itu juga sudah almarhum gara-gara jantungan, terus guru sekolahku itu juga sudah kapok kayaknya soalnya ke gep sama mas Tono dan adikku Hasan pas aku berdua di hotel sama dia.”

Raut muka Lisa nampak sudah menebak semuanya.
Lisa : “kalau kamu gak keguguran gini…mau kamu sembunyiin terus? Makin lama makin gede perutmu. Yang ini aja hitungannya sudah 13 minggu kan.”
Intan : “iya aku bingung soalnya. Mau bilang gimana ke adik ku. Dia masih kecil, masih belum siap jadi bapak. Terus kalau aku bilang ke adik ku juga dia bisa apa. Terus…aku juga bingung ngomongnya gimana ke mas Tono.”
Lisa : “gini aja baru mikirin mas Tono. pas enak kemana?” aku tak bisa menjawabnya…
Lisa : “lagian kamu tuh lho, bisa-bisanya kebobolan sama adik sendiri. Gak kamu suruh pakai kondom apa?”
Intan : “aku biasanya pakai in kondom sih Lis. cuma…pas itu lagi ngasih ucapan selamat buat kelulusannya dia, dia minta buat gak pakai.”
Lisa : “terus kamu gak cek tanggal?”
Intan : “aku cek sih cuma emang mungkin kebanyakan yang ditembakin sama adikku sampai jadi ini.”

Lisa : “huh dasar…bego nya dari dulu gak ngurang. udah kamu nikahin aja adikmu, biar mas Tono buat aku aja. Setuju? Hahaha”
Intan : “mana bisa? Lagian kamu tuh dari tadi ya… ish…” ku cubit tangannya.
Lisa : “ya kamu sih Tan.”
Intan : “jangan-jangan kamu kepincut sama mas Tono ya?”
Lisa : “enggak kok enggak. Tenang aja. Aku gak bakal ngehianatin persahabatan kita.”
Intan : “iya iya Lis, percaya aku.”
Lisa : “tapi kalau emang kamu bosan sama mas Tono. aku siap menampung. Hahahaha” candanya.

Intan : “ish…bercanda mulu ini kamu.”
Lisa : “ya biar kamu gak stress mikir ginian. Habis ini kamu kalau sudah balik kerumahmu lagi mau gimana rencananya?”
Intan : “gak tau aku Lis. aku juga bingung ini. Apalagi gimana ngadepin adik ku. Aku sudah nyembuyiin kalau aku lagi hamil anaknya dia. Terus… gimana juga kalau aku ketemu sama teman-temannya adik ku ini yang bikin aku begini kemarin.”
Lisa : “kamu beneran gak mau ambil tindakan hukum buat kali ini? Dari kejadian-kejadian sebelumnya juga gak mau kan kamu lapor polisi.”
Intan : “ya gimana Lis, aku malu… sudah cukup aku jadi omongan tetangga. Menurutmu kira-kira mereka akan lebih percaya kalau aku diperkosa atau aku yang menggoda mereka?”
Lisa : “hmm…iya sih…paham paham…”
Intan : “aku gak enak juga sama ibu dan bapak. Mereka pasti sudah dengar juga masalah omongan tetangga ini. Aku berharap bisa secepat mungkin mas Tono nikahin aku terus bawa aku pergi dari kampung halamanku.”

Lisa : “ya aku paham. Semoga habis ini semua jadi lebih baik ya. Kamu tuh. Jangan gampang ngangkang lagi. Hahaha”
Intan : “iya iya…aku juga mau pelan-pelan ngebatasin adikku.”
Lisa : “emang bisa?”
Intan : “entahlah…kadang dia maksa kalau aku gak mau.”
Lisa : “hmm…sulit-sulit…soalnya kalian masih serumah.”
Intan : “salahku juga sih. Kenapa dulu aku malah nyuruh adikku buat lampiasin nafsunya ke aku.”
Lisa : “hmm…kalau kamu ngekost juga malah aneh nanti ya. Kota mu kan sama aja kayak kota kampung halamanku Tan. kecil. Tapi kalau kamu ngekost malah bahaya juga. Makin gak kekontrol kamu nanti mainnya. Hahaha”
Intan : “hish…sudah aku mau nyetop kok Lis. perlahan…demi mas Tono.”
Lisa : “betul itu…”

Lisa : “ngomong-ngomong habis keluar dari rawat inap ini kamu langsung balik ke rumah?”
Intan : “iya mungkin…mau kemana juga aku…”
Lisa : “kata dokter sih kalau kamu sudah fit mungkin 2-3 hari lagi sudah bisa pulang lho. Selamat ya… dah sekarang istirahat tidur. Biar segera fit. Kalau buruh apa-apa pencet aja, aku yang standby malam ini.”
Intan : “iya Lis. terimakasih.”
Lisa pergi meninggalkan ku agar aku beristirahat. Benar kata Lisa, aku harus mulai belajar mengontrol diriku sendiri. Aku sudah cukup membebani mas Tono dengan kejadian ini. Tapi nanti ada yang harus aku selesaikan dulu. Aku ingin cari tau kenapa teman-teman Hasan berani memperkosaku kemarin. Kalau ku ingat-ingat lagi. Mereka seperti punya pembenaran untuk melakukan itu kepadaku kemarin. Seakan-akan aku juga ikut andil untuk kejadian kemarin. Mungkin aku juga akan mengkonfrontasi mereka sendiri. Aku tak mau mas Tono ikut campur untuk hal ini.


–POV Lisa–
Aku cukup kaget kapan lalu ketika Intan menghubungiku karena dia baru saja kena musibah dan butuh pertolongan cepat. Untung saja di tempatku bekerja ini bisa menanganinya dengan baik. Termasuk prosedur kuret karena setelah di cek dapat dipastikan kalau Intan keguguran. Sempat aku kira orang yang datang dengan Intan adalah pacarnya yang tak bertanggung jawab. Tapi setelah aku dapat cerita detail dari sahabatku ini. Aku jadi tau ternyata bukan salah pacarnya. Tapi salah dirinya sendiri yang tidak bisa mengontrol adiknya. Aku juga sudah tau kalau Intan memang punya hubungan spesial dengan adiknya. Tapi aku tak menyangka kalau bakal kejadian seperti ini. Aku juga merasa kasihan dengan pacarnya yang setia menemaninya sampai mengurus semuanya disini.

Aku sempat kaget saat Intan memintaku untuk menemani pacarnya. Sepertinya dia khawatir juga dengan mental pacarnya. Sudah sewajarnya orang mengalami shock dengan kejadian seperti itu. Aku pun sempat menolak untuk menemani pacarnya, si mas Tono. Tapi Intan terus memohon kepadaku. Mau tak mau akhirnya aku iyakan saja. Memang sahabatku yang 1 ini agak aneh. Masa iya pacarnya disuruh temanin orang lain. Aku tau memang ini pasti berat juga buat mas Tono. Tapi tak seharusnya demikian. Karena aku takut…aku takut kalau aku jadi jatuh cinta dengan mas Tono.

Dan akhirnya ketakutan ku terjadi. Aku juga tertarik dengan mas Tono. kedekatan ku dengannya membuka pintu hati ku juga. Mas Tono bukan orang yang semata-mata memandang fisik saja. Karena kalau dia memandang fisik pastinya tak mungkin tertarik denganku. Aku juga minder dengan fisikku sendiri kalau dibandingkan dengan sahabatku Intan. Dari dulu sejak kuliah pun tak pernah ada yang mendekatiku. Kalau pun ada hanya memanfaatkanku untuk mendapatkan informasi tentang Intan. Sosok ku bagai tertutupi olehnya.

Daripada aku galau sendirian malam ini, mending aku ke hotel tempat mas Tono menginap saja. Semoga dia terkejut. Aku pun berjalan kaki ke hotelnya karena dekat. Sekitar 10 menitan sudah sampai dan aku langsung menuju ke kamarnya. Ku ketuk pintu kamarnya agak lama dan baru terdengar suara dari dalam. Mas Tono membuka pintu kamarnya dan benar, kaget melihatku yang dan aku hanya tersenyum-senyum melihat muka ngantuknya.
Lisa : “kenapa? kaget?”
Tono : “iya…bentar…jam berapa ini?”
Lisa : “jam 12an mas.hehehe” aku pun memeluknya lalu dia pun kembali menutup pintu. Nampaknya masih setengah sadar belum terbangun sepenuhnya dari tidur.
Lisa : “maaf ya aku tiba-tiba datang gini…hehehe” aku masuk dan duduk di atas kasur,
Tono : “shift mu sudah memang?”
Lisa : “belum…hehehe”
Tono : “terus? Kabur? Apa bolos?”
Lisa : “kabur bentar gak apa kali mas.hehehe soalnya…aku kangen nih sama kamu…” ku pegang tangannya dan ku tarik ke kasur. Ku tindih mas Tono dan kami pun saling menatap terdiam beberapa saat. Sampai akhirnya kami berciuman mesra diatas kasur dan mulai melepas seluruh pakaian.

Lisa : “mmmhhh…mmmhhhh…mas Ton…”
Tono : “mmmhhh…” Kami pun bergumul di atas kasur saling merangsang. Saat kami sudah telanjang bulat. Ku pegang penisnya dan ku kulum. Mas Tono pun menikmati aksi ku ini.
Lisa : “mmmhhh…mhhhh…mmmhhh…sluurp…mmmhhh…”
Tono : “ouh Lis…” nampaknya mas Tono tak membiarkanku menikmati penisnya lebih lama dengan mulutku. Dia pun mengangkat tubuhku dan melemparku ke atas kasur. Kami kembali bertatap-tatapan sebelum mas Tono mulai menindih tubuhku dan mulai mencumbuku. Tak butuh waktu lama, mas Tono mulai memposisikan tubuhnya untuk melakukan penetrasi.
Lisa : “ahhhs…” aku melenguh seiring penisnya yang mulai perlahan masuk.

Lisa : “ohss….mas….nggghhh….ouhs….” mas Tono nampak terhanyut dalam nafsunya, dia menggenjotku dengan lebih kencang dari biasanya. Bahkan dia lupa untuk mengenakan kondom, namun aku membiarkannya. Aku pasrah saja bila memang dia membuahiku sekarang. Karena aku sendiri galau dengan perasaanku padanya. Di satu sisi, aku harusnya tak boleh melakukan ini, namun disisi lain aku juga sudah jatuh cinta dengan pacar sahabatku sendiri.
Lisa : “ouh…ngghhh…mas…terus…ouhss…” aku disetubuhi dalam posisi misionaris olehnya. Ku peluk erat juga tubuhnya. Seakan-akan aku memang tak ingin melepasnya pergi begitu saja. Mungkin aku sudah dikuasai ke egoisan ku sendiri. Ya…benar… aku ingin memilikinya…

Sekitar 30 menitan mas Tono terus menyetubuhiku dalam posisi ini dan aku pun sudah berulang kali orgasme dibuatnya. Kesadaranku pun semakin memudar rasanya dan aku mulai hilang kontrol akan diriku sendiri.
Lisa : “mas Ton…ouhsss… i love you mas…ouhhh…aku mau kamu…tetap bersamaku…ouhss….”
Tono : “ahs…Lis…aku juga…ahss…” kurasakan mas Tono mulai melambat sepertinya akan ejakulasi. Ku kaitkan kaki ku agar dia tak melepas penetrasinya.
Lisa : “mas…keluarin…didalam…aja…ouhhs…ngghhhh…” aku orgasme saat kurasakan cairan hangat mulai membanjiri area dalamku.
Tono : “ouh…Lis…henggghhh…” mas Tono pun menghentak seiring semburan benihnya. Kami berdua sudah terhanyut dalam nafsu dan melupakan semuanya. Sampai akhirnya mas Tono mencabut penisnya dan rebahan disampingku. Dia memelukku erat dan kami pun tertidur berdua karena kelelahan. Aku juga merasa nyaman tertidur disampingnya. Sudah lama aku tak merasakan perasaan seperti ini. Maafkan aku Tan… aku menginginkan mas Tono untukku saat ini…
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd